80
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Bima dengan mengambil 3
Kecamatan dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima yaitu: Kecamatan Sape,
Kecamatan Wera, Kecamatan Belo, Kecamatan Soromandi, Kecamatan Woha,
Kecamatan Palibelo, Kecamatan Donggo, Kecamatan parado, Kecamatan Langgudu,
Kecamatan Lambu, Kecamatan bolo, Kecamatan monta, Kecamatan madapangga,
Kecamatan lambitu, Kecamatan ambalawi, Kecamatan sanggar Kecamatan tambora.
2. Waktu
Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus 2015 sampai Oktober 2015. Kegiatan
tersebut dimulai dari pengajuan ijin, tahap pengumpulan data, dan tahap pengolahan data.
Tabel. 3.1 : waktu penelitian
No Jenis
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
ijin
3 Pengambilan
data
4 Pengolaan
data
B. Metode Penelitian
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods.
Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk
penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitia kuantitatif.
Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono
80
81
(2011: 404) menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah
suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode
kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu
kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan
obyektif.
Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha
penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22). Diperjelas
lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed Methodology, bahwa
mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini muncul setelah adanya debat
yang berkepanjangan antara dua paradigma yang menjadi pedoman dari peneliti, kedua
paradigma tersebut adalah positivis/empiris yang menjadi dasar konseptual dari metode
kuantitatif dan paradigma konstruktivis/fenomenologi yang menjadi dasar dari metode
kualitatif (2010: 3-4).
1. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) merupakan
strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode
dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview terlabih dahulu
untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif dalam hal ini
menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Creswell, 2010 :
316-318):
a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah
mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh
pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan hasil
awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.
b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi ekspalanatoris
sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif pada tahap
kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama. Bobot utama pada strategi ini
adalah pada data kualitatif.
c. Strategi transformatif sekuensial. Pada Strategi ini peneliti menggunakan perspektif
teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian. Dalam model
82
ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah satu dari dua metode dalam
tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari keduanya atau
dibagikan secara merata pada masing-masing tahap penelitian.
2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed methods)
merupakan penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif
dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini,
yaitu (Creswell, 2010: 320-324):
a. Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan data
kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap penelitian,
kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif untuk
mengetahui perbedaan atau kombinasi.
b. Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi
konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam
waktu yang bersamaan. Membedakannya adalah model ini memiliki metode primer
yang memandu proyek dan data sekunder yang memiliki peran pendukung dalam
setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang begitu dominan/berperan
(baik itu kualitatif atau kuantitatif) ditancapkan (embedded) ke dalam metode yang
lebih dominan (kualitatif atau kuantitatif).
c. Strategi transformatif konkuren. Seperti model transformatif sequential yaitu dapat
diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif secara
bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.
3. Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods) merupakan
prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif
overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Perspektif
inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja untuk topik penelitian, teknik
pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed
methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial.
Dalam penelitian ini pada tahap pertama mengumpulkan dan menganalisis data
kualitatif dalam menjawab rumusan masalah pertama dan ketiga, yakni bagaimana
83
bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah dan
bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam membangun
karakter melalui pembelajaran sejarah. Kemudian tahap kedua, mengumpulkan dan
menganalisis data kuantitatif dalam hal ini untuk menjawab rumusan masalah yang
kedua, yakni apakah pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap
pengembangan karakter siswa.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Campuran.
Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk
penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitia kuantitatif.
Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara kualitatif dan penelitian kuantitatif. serta kebijakan yang
merupakan bagian dari tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah, mengapa tindakan
itu dilakukan, dengan cara dan mekanisme seperti apa, untuk kepentingan siapa, dan
bagaimana hasil, akibat, dan dampaknya dalam membangun Keolahragaan kedepan.
Sesuai dengan substansi dan fokus penelitian ini, yaitu kajian tentang Implementasi
Pembangunan Olahraga, dimana hasil dari pembangunan olahraga diungkapkan melalui
indeks yang sajian datanya berupa angka, maka jenis penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003: 14) jenis penelitian kuantitatif
adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Substansi Sport Development Index sudah dituangkan dalam kebijakan
pemerintah bidang keolahragaan, terutama terkait dengan Standar Pelayanan Minimal
Keolahragaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 tahun 2007
Pasal 92, yang memberikan penjelasan operasional tentang persyaratan Standar Pelayanan
Minimal Keolahragaan yang meliputi: ruang terbuka untuk berolahraga, tenaga
keolahragaan atau SDM keolahragaan,partisipasi olahraga, dan tingkarkebugaran jasmani
masyarakat.
Penelitian Implementasi kebijakan ini bermaksud untuk mengukur sejauh mana
terapan kebijakan pembangunan di Kabupaten Bima, dengan demikian manfaat hasil
penelitiannya juga untuk pihak yang membuat kebijakan (Arikunto S, 2010: 37). Tujuan
84
penelitian implementasi untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan bukan hanya pada
kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui jika belum
baik implementasinya, apa yang telah menyebabkan, di mana letak kelemahannya, dan
kalau lemah apa sebabnya. Dengan kata lain, penelitian ini bermaksud mencari kekurangan
dari implementasi yang mungkin juga menjadi kekurangan atau kelemahan dari kebijakan
yang dibuat.
Penelitian ini kemudian tidak hanya menilai bahwa suatu program atau kebijakan
sudah berjalan baik, kurang baik, atau tidak baik. Tetapi penelitian ini memberikan
penjelasan lebih lanjut dari data-data kuantitatif yang didapatkan. Maka bisa dikatakan
bahwa proses dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari sampel dianalisis sesuai
dengan rumus penentuan indeks untuk menentukan kategori sesuai nilai indeks yang
didapat kemudian diinterpretasikan. Sehingga hasil datanya berupa data kuantitatif dan data
kualitatif.
D. Populasi dan Sampel
A. Populasi
Dalam penelitian dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target
atau “target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran
keberlakukan kesimpulan penelitian (Sukmadinata,2007: 250). Dengan populasi
penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu seluruh Masyarakat Kabupaten
bima untuk mengukur sejauhmana implementasi kebijakan pembangunan keolahragaan
kabupaten bima. Dalam hal ini akan terwakili oleh 3 kecamatan yang kategori Meju,
sedang, dan Tertinggal.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil perhitungan maupun
hasil mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 1996: 161). Menurut Sugiyono
(1997: 59) populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari atau kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Bungin B (2000:
100). Yaitu keseluruhan individu anggota poputasi relative memiliki sifat-sifat
85
individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu
dengan yang lainya.
B. Sampel
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel
dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian
(Sukamdinata, 2007: 252). Dalam penelitian ini pengambilan sampel mengunakan
teknik purposive. Teknik ini digunakan dalam memilih sampel secara khusus
berdasarkan tujuan penelitian (Sukamdinata, 2007: 251)
Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan
cluster sampling. Stratifikasi diperlukan untuk menjawab kondisi daerah dan
masyarakat yang ada di Kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara barat yang sangat
heterogen. Menurut Hartono , N (2011: 77) disproportionate stratifield random
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau
unsur dalam populasi tidak heterogen dan berstrata secara kurang/tidak proporsional.
Cluster sampling digunakan untuk mewakili luas wilayah yang akan dijadikan sampling
sehingga akan terwakili. Menurut Hartono, N (2001: 77) cluster sampling merupakan
teknik sampling daerah yang akan digunakan untuk menentukan sample bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas. Cluster sampling disebut juga dengan area
sampling. Cluster sampling ini digunakan ketika elemen dari populasi secara geografis
tersebar luas sehingga sulit untuk disusun sampling frame. Keuntungan penggunaan
teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat daripada jika
digunakan teknik simple random sampling.
Karakter dasar dari populasi yang akan digunakan adalah 1) perbedaan tingkat
kemajuan suatu wilayah yaitu : maju, sedang, tertinggal. 2) perbedaan gender laki-laki
dan perempuan, 3) perbedaan usia anak umur 7-12 tahun, remaja usia 13-17 tahun dan
dewasa usia 18-40 tahun. Adapun cluster sampling digunakan untuk mengurangi biaya
dan waktu akibat penyebaran sample meluas. Komponen cluster yang digunakan adalah
Kecamatan, desa/keluraan yaitu terdiri dari 18 Kecamatan 186 Desa di Kabupaten Bima
yang akan diambil 3 Kecamatan, dan masing-masing Kecamatan diambil 3 Desa
dimana setiap kelurahan/desa diambil 30 orang, dengan pembagian 15 laki-laki dan 15
86
perempuan sehingga dalam satu Kecamatan jumlah sample terdapat 90 orang sehingga
dari 3 Kecamatan total seluruhnya yaitu 270 sampel. Agar lebih jelas berikut gambar
skema area sampling.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan
populasi. Menurut Soenarto (1987: 2), sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan
cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Kesamaan ciri sampel
dengan populasi induknya merupakan sampel merupakan representasi dari populasi.
Dengan kata lain, sampel yagn diambil dari populasi bukan semata-mata dari populasi,
tetapi harus representative. Supaya sampel representative, maka sampel diambil dari
sebagian dari populasi dengan cara tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sampel adalah sebagian yang ambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara
tertentu.
Hakekat dari sampling adalah mengukur karakter asli (true character) dari populasi
melalui anggota (elemen, kasus atau unit) populasi yang diambil dari populasi tersebut
berdasarkan suatu teknik pengambilan sampel tertentu. Adapun populasi adalah
keseluruhan kasus atau elemen yang memenuhi kriteria tertentu, dan dapat berupa
orang, tindakan sosial, kejadian, tempat, waktu atau sesuatu.
Gambar 3.1 Skema Area Sampling
Sumber : Kristiyanto, A (2012: 45)
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara
(interview), lembar kuesioner (angket), Dokumentasi dan Tes MFT. Instrumen utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dan didukung oleh instrument
87
lainnya. Untuk metode kualitatif, peneliti menggunakan instrumen lembar
wawancara dan lembar observasi.
1. Observasi, data yang akan dikumpulkan melalui observasi adalah data sekunder yaitu
tentang luas wilayah, jumlah penduduk, dan potensi keolahragaan sebagai data kontrol,
sedangkan data primer yaitu data tentang sumber daya manusia keolahragaan dan data
tentang ruang terbuka.
2. Interview/wawancara, digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu menggali informasi Kebijakan pembangunan keolahragaan
kabupaten bima ditinjau dari sport development. dari para Narasumber yang kredibel
sebagai data penguat dari data yang diobservasi. sumber data dalam penelitian ini
diperoleh dari sumber atau informan yaitu dari Pemerintah Kabupaten Bima yang
terkait seperti DPRD, PEMDA Kabupaten Bima, Ketua STKIP Taman Siswa Bima,
DIKPORA Kabupaten Bima, KONI Kabupaten Bima, BPS Kabupaten Bima, Kantor
Kecamatan, dan sumber data lain yang dianggap memungkinkan.
3. Kuesioner, data yang akan dikumpulkan melalui angket ini adalah data tentang
partisipasi masyarakat dalam berolahraga.
4. Studi Dokumentasi
Studi documenter (documentery study) merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis
maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan elektronik. Dokumen-dokumen
tersebut dipilih sesuai dengan kajian penelitian (Sukamadinata, S,N, 2007: 221-222).
Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang digunakan adalah dokumen undang-
undang Sistem Keolahragaan Nasional, dokumen dari Kementrian Pendidikan Nasional,
document dari instansi-instansi terkait salah satunya adalah DIKPORA Kabupaten
Bima, KONI Kabupaten Bima, dll.
5. Tes, data yang akan dikumpulkan melalui tes adalah data tentang tingkat kebugaran
jasmani masyarakat, tes yang digunakan adalah Multi Stage Fitness Test (MFT).
Kelima teknik pengumpulan data yang digunakan mempunyai instrumen
masing-masing. Penjelasan tentang instrumen yang gunakan akan dipaparkan secara
rinci pada bagian Teknik pengumpulan data.
88
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam desain penelitian sequential exploratory ini untuk
pengumpulan data dilakukan secara berurutan dalam pengumpulan datanya. Data yang
diambil baik data kualitatif maupun data kuantitatif akan saling menunnjang satu sama
lain. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan:
1. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko,dkk. 2005: 70).
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba
dan pengecap. Didalam artian penelitian observasi dapat dilakuakn dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Observasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni observasi non-sistematis dan observasi sistematis. Observasi non- sistematis
yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
Sedangkan observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto. 2006: 157). Pada tahap ini
peneliti mengobservasi ke lapangan dengan menggunakan observasi terbuka yaitu
peneliti mengamati langsung Ruang terbuka publik. Dengan menggunakan pedoman
ini, peneliti dapat melakukan pencatatan ruang terbuka perkecamatan.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan
dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, dkk. 2005: 83). Interviu
yang sering juga disebut dengan wawancara atau keusioner lisan, adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang. Secara fisik interviu dibedakan atas interviu terstruktur dan interviu
tidak terstruktur (Arikunto, 2006: 155). Menurut Denzin dan Lincoln (2009) ada lagi
yang namanya wawancara kelompok yang biasanya berupa pemberian beberapa
89
pertanyaan sistematik kepada beberapa individu sebagai kelompok secara serempak.
Pada tahap ini, wawancara dilakukan pada Instansi pemerintah kabupaten bima.
3. Kuesioner / Angket
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko, dkk.2005: 76). Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 100) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Dari pernyataan di atas, jadi kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada sekelompok orang mengenai suatu masalah sehingga mendapatkan
informasi tentang masalah tersebut. Kuesioner atau angket dalam penelitian bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat partisisipasi Masyarakat dalam
berolahraga.
4. Studi Dokumentasi
Studi documenter (documentery study) merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis
maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan elektronik. Dokumen-dokumen
tersebut dipilih sesuai dengan kajian penelitian (Sukamadinata, S,N, 2007: 221-222).
Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang digunakan adalah dokumen undang-
undang Sistem Keolahragaan Nasional, dokumen dari Kementrian Pendidikan Nasional,
document dari instansi-instansi terkait salah satunya adalah DIKPORA Kabupaten
Bima, KONI Kabupaten Bima, dll.
5. Tes MFT
Tes lari multitahap terjemahan dari “Multistage fitness test”. Tes ini bertujuan untuk
memprediksi ambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake) atau kapasitas
oksigen maximal (V02max).
Tes ini sangat sederhana yang berupa tes lapangan bukan tes yang dilakukan
dilaboraturium. Walaupun demikian, hasil tes lari multitahap ini dapat dipergunakan
untuk memprediksi VO2max.
Sudarno Sastropanular, Dkk. (1997) telah membandingkan tiga tes, yaitu (1) tes lari 15
90
menit; (2) tes jalan-lari dengan protocol bruce; dan (3) tes lari multitahap. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ketiga hasil tes tersebut tidak menunjukkan perbedaan
yang berarti dan memiliki korelasi yang tinggi. Dengan demikian, ketiga tes tersebut
sama-sama dapat digunakan sebagai alat ukur.
Seperangkat protokol Multi Stage Fitness Test (MFT) untuk mengetes data kebugaran
jasmani masyarakat. Adapun prosedur tes MFT sebagai berikut:
Pelaksanaan tes dapat dilakukan terhadap beberapa orang sekaligus, asal pengetes dapat
mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes serta dapat menghentikannya
dengan tepat sesuai ketentuan tes MFT.
a. Beberapa tindakan pencegahan
1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat.
2) Pengetes perlu memberikan motivasi dan perhatian kepada peserta tes agar mereka
melaksanakan tes dengan sungguh-sungguh.
b. Perlengkapan tes
1) Tempat tes dapat berupa halaman, lapangan olahraga, atau tanah datar yang tidak
licin. Panjang tempat tes tidak kurang dari 22 meter dengan lebar 1-1,5 meter.
Setiap batas jarak diberi tanda.
2) Tape recorder
3) Kaset panduan tes MFT
4) Alat pengukur seperti meteran dan stopwatch
c. Persiapan pelaksanaan tes
1) Ukur panjang lintasan lari yaitu 20 meter dan beri tanda dikedua ujungnya.
2) Pastikan pita kaset tergulung di awal (side A atau B), dan masukkan ke tape
recorder.
d. Persiapan peserta sebelum dan sesudah tes
1) Sebelum melakukan tes, sarankan jangan makan selama 2 jam sebelum mengikuti
tes, pakai pakaian olahraga dan sepatu yang tidak licin, jangan merokok sebelum
melakukan tes, jangan melakukan latihan berat dan hindari udara lembab dan panas.
91
2) Perlu disarankan agar peserta tes melakukan peregangan terutama untuk otot-otot
tungkai sebelum melaksanakan tes. Sehingga secara fisik dan mental siap
melaksanakan tes.
3) Setelah melaksanakan tes lakukan pendinginan.
e. Pelaksanaan tes
1) Hidupkan tape recorder mulai dari awal pita kaset (pada kedua side sama) lalu ikuti
petunjuk selanjutnya.
2) Pada bagian permulaan, jarak antara dua sinyal tut menandai suatu interval satu
menit yang terukur secara akurat.
3) Selanjutnya terdengar penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan tes yang
mengantarkan pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang dimulainya
tes.
4) Setelah itu akan terdengar suara tut tunggal pada beberapa interval yang teratur.
5) Peserta tes diharapkan berusaha agar dapat sampai ke ujung yang berlawanan
bertepatan dengan bunyi tut yang pertama untuk kemudian berbalik dan berlari
kearah yang berlawanan.
6) Selanjutnya setiap terdengar bunyi tut peserta harus sudah sampai disalah satu ujung
lintasan lari yang ditempuhnya.
7) Setelah ,mencapai interval satu menit, disebut level satu yang terdiri dari tujuh
shuttle atau balikan.
8) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk menyelesaikan level
selanjutnya peserta harus berlari lebih cepat.
9) Setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi salah satu kaki harus
tepat menginjak atau melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu
sinyal berikutnya untuk kemudian berlari kembali ke arah yang berlawanan.
10) Setiap peserta tes harus berusaha bertahan selama mungkin, sesuai dengan
kecepatan yang telah diatur. Jika peserta tes tidak mampu berlari mengikuti
kecepatan tersebut maka peserta harus berhenti/dihentikan dengan ketentuan; jika
peserta tes gagal mencapai dua langkah atau lebih dari garis batas 20 m setelah
sinyal tut berbunyi, pengetes memberi toleransi 1x20 meter untuk memberikan
92
kesempatan peserta tes menyesuaikan kecepatannya. Dan jika pada masa toleransi
itu peserta tes gagal menyesuaikan kecepatannya, maka dia dihentikan dari kegiatan
tes.
Itulah serangkaian prosedur pelaksanan tes MFT, yang hasilnya kemudian dapat
dihitung dengan menggunakan form penghitungan MFT . Hasil dari penghitungan
tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel penilai VO2Max untuk dapat
menentukan norma atau kategori tingkat kebugaran peserta tes.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilaksanakan dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yakn
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Miles dan Hubermas, data kualitatif
diperoleh dari data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiyono,
2011: 334). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian
berlangusng, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari
kerangka penelitian, permasalahn studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih
peneliti. Mereduksi data, ringkasan atau uraian data singkat dan menggolongkan dalam
pola yang lebih luas.
Analsis data kualitatif ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah mengenai
kebijakan pembangunan keolahragaan kabupaten bima dengan membandingkan informasi
dari informan yang satu dengan infroman dan dokumen-dokumen yang Setelah
menganalisis data kemudian dilanjutkan dengan keabsahan data kualitatif yaitu dengan cara
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari
informan yang satu dengan infroman yang Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan
Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, sehingga pada akhirnya akan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang
dianalisis secara kualitatif berasal dari data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu
wawancara dan catatan lapangan.
Menurut Moleong (2005:247) proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
93
data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya.
Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana yang dilakukan
yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Data yang
diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan selanjutnya direduksi
secara sistematis berdasarkan kelompok data, data tereduksi ini akan disajikan secara
terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Menurut
Sugiyono (2014: 89) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Kholik dan maksum (2007: 62) Analisis SDI menggunakan data primer dan
data sekunder. Adapun unit analisis data dalam SDI bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Unit Analisis SDI
Sumber: Kristiyanto, A (2012: 45)
94
Data primer terdiri dari, data partisipasi, ruang terbuka, SDM, dan kebugaran.
Sedangkan data sekunder antara lain jumlah penduduk, luas wilayah, dan potensi
keolahragaan. Adapun dua unit analisis berdasarkan gambar diatas yaitu, unit analisis area
digunakan sebagai dasar pengumpulan data ruang terbuka dan SDM, sedangkan unit
analisis individu digunakan sebagai dasar pengumpulan data partisipasi dan kebugaran.
Dalam menganalisis data peneliti melakukannya selama berada di lapangan, bahwa
dalam penelitian kualitatif dimungkinkan melakukan analisis data pada waktu peneliti
berada di lapangan atau setelah kembali dari lapangan. Sementara itu menurut Bungin
(2010:64) “alur analisis yang dilakukan mengikuti model analisi interaktif. Analisis dalam
penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap
reduksi data, (3) tahap penyajian data. (4) tahap penarikan kesimpulan/verifikasi.
Gambar 3.3. komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Dalam gambar tersebut adanya kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang
tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat
kembali dalam proses pengumpulan sata untuk memastikan bahwa tidak ada data penting
yang tertinggal. Demikian pula dalam verifikasi ternyata ada kesimpulan yang masih
meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses
pengumpulan data. Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan
kesimpulan. Berikut penjelasan tiap-tiap analisis data tersebut:
Data
collection
Data
reduction
Data
display
Conclusions :
drawing/verifyin
g
95
1. Tahap pengumpulan data
Data dikumpulkan diawali dengan melakukan pengamatan ditempat penelitian.
Selanjutnya dilakukan wawancara dengan informan. Sebagai tambahannya, peneliti
mengambil data dokumentasi yang sesuai dengan objek penelitian.
2. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dari data yang begitu banyak dan kompleks serta
masih campur aduk, maka perlu dilakukan reduksi data. Data yang direduksi adalah
data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara di rangkum, dipilih, hal-
hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan ganbaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi kemudian disajikan baik secara naratif atau bentuk
matrik, tabel dan lain-lain yang fungsinya menjelaskan, meringkas, menyederhanakan
data yang kompleks agar data menjadi mudah dipahami oleh pembaca, sehingga dapat
dicerna dengan jelas apa yang sedang terjadi, selanjutnya baru dilakuakan langkah
analisis.
4. Penarikan kesimpulan
Langkah ini dilakukan setelah penyajian data sesuai dengan tema masing-
masing dengan menarik kesimpulan dan verifikasi yang tidak terlepas dari data yang
dianalisis.
Maka sesuai dengan pernyataan diatas proses analisis yang pertama adalah
mereduksi data dari keempat indikator yaitu :
1. Ruang terbuka, peneliti akan memfokuskan pada prasarana olahraga seperti stadion
standar untuk sepakbola dan nomor-nomor atletik, gedung olahraga, kolam renang,
lapangan-lapangan olahraga futsal, voli, takraw, tennis, badminton, basket, baik indoor
maupun outdoor, sirkuit, dan jalur jogging.
Ketika ingin menghitung indeks ruang terbuka, maka yang pertama dilakukan adalah
menghitung rasio luas ruang terbuka olahraga dibagi dengan jumlah penduduk yang
96
berusia 7 tahun keatas untuk mendapatkan nilai aktual. Angka standar ruang terbuka
adalah 3,5 per orang. Artinya nilai maksimum luas ruang terbuka adalah 3,5 dan
nilai minimum adalah 0 . Setelah semua angka didapatkan kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus:
2. Sumber Daya Manusia, peneliti akan memfokuskan pada guru dan dosen pendidikan
jasmani, pelatih, instruktur olahraga, dan wasit. Setelah jumlah SDM keolahragaan
didapat selanjutnya menghitung indeksnya. Pertama mencari nilai aktual, yaitu nilai
yang didapat dari hasil pembagian antara jumlah SDM keolahragaan dengan jumlah
penduduk yang berusia diatas 7 tahun. Nilai maksimum SDM keolahragaan yang telah
ditentukan dalam SDI adalah 2,08 dan nilai minumnya adalah 0,00. Setelah semua
angka didapatkan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
3. Partisipasi, peneliti akan memfokuskan pemberian angket kepada sampel yang akan
melaksanakan tes kebugaran jasmani. Nilai aktual partisipasi diukur berdasarkan rasio
antara peserta tes yang melakukan aktifitas olahraga minimal 3 kali dalam seminggu
dengan jumlah sampel yang diambil pada suatu daerah. Nilai maksimum partisipasi
adalah 100 sesuai dengan yang ditetapkan dalam SDI, dan nilai minimumnya adalah 0.
Setelah semua angka didapat kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
4. Kebugaran Jasmani, peneliti akan memfokuskan pada 3 klasifikasi sampel yaitu anak-
anak usia 7-12 tahun, remaja usia 13-17 tahun, dan dewasa 18-40 tahun. Untuk
menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan terlebih dahulu peneliti menghitung
indeks kebugaran masing-masing klasifikasi usia. Nilai aktual kebugaran didapatkan
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑆𝐷𝑀 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
97
berdasarkan hasil tes MFT, dengan nilai maksimum sesuai SDI yaitu 40,5 dan nilai
minimum 20,1. Setelah semua angka didapat selanjutnya indeks kebugaran dihitung
menggunakan rumus :
Setelah semua nilai indeks kebugaran pada masing-masing usia di dapat, maka tahap
selanjutnya adalah menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan menggunakan
rumus :
= − ( )
Setelah semua nilai indeks dari keempat indikator pembangunan olahraga didapatkan
maka tahap selanjutnya adalah penghitungan indeks secara keseluruhan dengan
menggunakan rumus :
SDI =
(Indeks Ruang terbuka) +
(Indeks Partisipasi ) +
(Indeks SDM) +
(Indeks Kebugaran)
Setelah semua indeks dijumlahkan dan mendapatkan nilai indeks secara
keseluruhan maka tahap terakhir adalah menentukan kategori atau norma dari nilai
indeks yang didapat untuk memberikan justifikasi. Norma SDI yang digunakan adalah:
Tabel 3.3: Norma SDI
Angka Indeks Norma/Katagori
0,800-1,000 Tinggi
0,500-0,799 Menengah
0,000-0,499 Rendah
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
98
Hasil dari data-data yang telah dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik
dan diagram yang ditambah dengan penjelasan secara naratif agar lebih mudah
dipahami sebagai data yang bersifat kuantitatif. Sedangkan data kualitatif yang berupa
hasil wawancara dari berbagai narasumber akan disajikan dalam bentuk teks berupa
rangkaian pertanyaan disertai dengan jawaban dari para narasumber. Tahap analisis
data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Penarikan
kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum
jelas sehingga setelah diteliti kemudian menjadi jelas. Kesimpulan yang dibuat dapat
menjawab rumusan masalah yang diperkuat dengan berbagai data, sehingga dapat
dijadikan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang dipaparkan adalah hasil dari
sajian data berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang saling menguatkan satu sama
lain.