IV-1
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Analisa dan pembahasan pada sub bab ini dilakukan guna mencapai tujuan penelitian
yakni mencari tahu pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap waktu
penyelesaian, pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap biaya proyek,
dan pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap keuntungan proyek.
Proses analisa dan pembahasan ini, semuanya berdasarkan pada teori bab II dan
mengikuti langkah-langkah diagram alir yang telah dijelaskan pada bab III, yakni mengenai
bagaimana menghitung produksi tenaga kerja, alat dan menentukan produksi minimum. Hasil
penentuan produksi minimum dapat digunakan untuk menghitung waktu penyelesaian dan
menyusun diagram jaringan kerja serta penentuan jalur kritis. Selanjutnya melakukan
penambahan jam kerja efektif, dan mulai menghitung kembali produksi dan waktu
penyelesaian. sehingga dari hasil perhitungan produksi dan waktu penyelesaian dapat
menyusun kembali diagram jaringan kerja dan penentuan jalur kritis baru. Selanjutnya
menghitung perubahan analisa harga satuan item pekerjaan, hasil perhitungan ini dapat
enghitung kembali biaya proyek dan pada akhirnya dapat menghitung keuntungan proyek.
4.2 Lokasi Penelitian
Peta Pulau Sumba (a1)
Sumba Barat Daya
Lokasi Irigasi
IV-2
Peta Sumba Bara Daya (a2) Peta Lokasi Irigasi Wee Dere (b)
Gambar 4.1 Situasi Lokasi Wee Dere (Sumber : Google Maps)
Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa lokasi Pembangunan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wee Dere terdapat di Kabupaten Sumba Barat Daya,
Kecamatan Wewewa Selatan, Desa Rita Baru. Ukuran jaringan irigasi yang cukup kecil dan
lebih banyaknya terdapat hutan menyebabkan jaringan irigasi tidak dapat terlihat pada
gambar 4.1 diatas. Berdasarkan pengamatan dilokasi posisi jaringan irigasi diketahui terletak
persis dibawah kampung umbu koba lebih jelasnya bagian timur kampung. Gambar (a1) dan
Gambar (a2) merupakan peta sumba barat daya, dan gambar (b) merupakan peta desa rita
baru lokasi irigasi.
4.3 Data Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Data Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dipakai diambil dari Dokumen Penawaran
Kontrak pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wee Dere Sumba Barat Daya, tahun
anggaran 2016 dengan Nilai Kontrak Rp. 841.226.000,-, waktu penyelesaian 150 hari
kalender dan Kontraktor Pelaksana Cv. Cinta Loura.
Setelah melakukan pengecekan pada semua item pekerjaan yang terdapat dalam
dokumen RAB ternyata diketahui bahwa tidak terdapat item pekerjaan yang bersatuan lamp
sum. Sehingga semua item pekerjaan yang terdapat dalam dokumen Rencana Anggaran
Biaya (RAB) pada proyek rehabilitas jaringan irigasi wee dere dianalisa keseluruhannya.
Semua item pekerjaan yang dianalisa dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Posisi irigasi
Kota Kec. Letak Irigasi
IV-3
Tabel 4.1 Item Pekerjaan.
Sumber : Cv. Cinta Loura (Data RAB Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wee Dere Tahun 2016)
4.4 Produksi
Produksi yang dihitung adalah produksi tenaga kerja dan produksi peralatan.
Produksi tenaga kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh tenaga
kerja dalam satu-satuan waktu tertentu. Sedangkan produksi peralatan adalah banyaknya
pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh alat dalam satu-satuan waktu tertentu.
Data awal yang diperlukan dalam perhitungan produksi tenaga kerja dan peralatan
adalah koefisien tenaga kerja dan peralatan pada masing-masing item pekerjaan yang
terdapat dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). Nilai koefisien tenaga kerja maupun alat
dapat dilihat pada lampiran II (RAB)
4.4.1 Produksi Tenaga Kerja
Perhitungan produksi tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
2.12 yaitu
, sebelum menghitung produksi terlebih dahulu menghitung
jumlah tenaga kerja dengan menggunakan persamaan
. Contoh diketahui pada item
0
I
1
2
3
4
II
1
2
3
4
III
1
2
3
TOTAL HARGA 841,226,067.65
267,003.00
JUMLAH TOTAL 764,750,970.59
PPN 10 % 76475097.06
Pekerjaan Galian Tanah M3 6.2
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 6.24 5,188,187.85
Pekerjaan Beton Bertulang M2
601,879,676.60
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2 2,198.70 128,057,674.82
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 723.9 831,440.36
58,242.45
Pekerjaan Timbunan Tanah M3 115.17 2,424,789.18
PEK. SALURAN PASANG. TYPE 0,50, P=1047 M'
Pekerjaan Galian Tanah M3 415 17,871,975.00
5
21,054.00
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M3 10.2 594,072.99
831,440.36
58,242.45
5,901,673.75
JUMLAH
HARGA (Rp)
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2 8.09 471,181.42
PEKERJAAN BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah M3 1.34 57,707.10
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 2.45 2,037,028.88
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
1 2 3 4
43,065.00
831,440.36
58,242.45
VOLUMEHARGA
SATUAN
(Rp)
3,783,124.20
43,065.00
43,065.00
1.56
IV-4
pekerjaan pasangan batu karang dengan data-data koefisien sebagai berikut, koefisien
pekerja adalah 2,7000 jam, koefisien tukang 0,9000 jam, koefisien kepala tukang 0,0900 jam,
dan koefisien mandor adalah 0,2700 jam.
Penyelesaian;
1. Hitung jumlah tenaga kerja
Mencari jumlah tenaga kerja dengan menggunakan persamaan 2.13
Jumlah mandor = 0,2700 / 0,2700 = 1 orang
Jumlah kepala tukang = 0,0900 / 0,2700 = 0.33 (1) orang
Jumlah tukang = 0,9000 / 0,2700 = 3,33 (4)orang
Jumlah pekerja = 2,7000 / 0,2700 = 10 orang
Hasil perhitungan jumlah tenaga kerja tersebut menggambarkan bahwa dalam
menyelesaikan item pekerjaan pasangan batu karang untuk setiap harinya, membutuhkan
mandor 1 orang, pekerja 10 orang, kepala tukang 1 orang, dan tukang 10 orang.
2. Hitung produksi tenaga kerja
Setelah mengetahui jumlah tenaga kerja maka langkah selanjutnya adalah menghitung
produksi tenaga kerja dengan menggunakan persamaan perhitungan produksi tenaga kerja
yang telah disebut pada bagian sebelumnya.
Produksi mandor = (1 / 0,2700) x 1 = 3,70 m3/hari
Produksi kepala tukang = (1 / 0,0900) x 1 = 11,11 m3/hari
Produksi tukang = (1 / 0,9000) x 4 = 4,44 m3 /hari
Produksi pekerja = (1 / 2,7000) x 10 = 3,70 m3/hari
Perhitungan produksi tenaga kerja ini mengambil item pekerjaan pasangan batu
karang sebagai contoh. Sedangkan perhitungan produksi tenaga kerja untuk setiap item
pekerjaan yang bersangkutan, dihitung dengan cara atau rumus yang sama dan disajikan
dalam bentuk tabel yakni dapat dilihat pada tabel 4.2 (jumlah tenaga kerja) dan 4.3 (produksi
tenaga kerja)
IV-5
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kerja Setiap Item Pekerjaan
Sumber: Hasil Analisa
Tabel 4.3 Produksi Awal Tenaga Kerja
Sumber : Hasil Analisa
0
1
2
3
4
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No
PEK. SALURAN PASANG. TYPE 0,50, P=1047
M'I
Pekerjaan Galian Tanah
Kebutuhan Sumber Daya Tenaga KerjaSatuan
Tukang PekerjaMandor Kep.TukangUraian Pekerjan
10-1M3
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
M3
M2
-Pekerjaan Timbunan Tanah
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
1 1
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
1
-
Pekerjaan Beton Bertulang
PEKERJAAN BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
10
M3
M3
M3
M2
M3
M3
M2
M3
4 10
1 1051
1 10
1 101 4
1 1 5 10
1 1021
1 1 5 10
1 - 10
1 1 4 10
61 2 3 4 5
0
1
2
3
4
II
1
2
3
4
III
1
2
3
61 2 3 4 5
No Uraian Pekerjan SatuanProduksi Tenaga Kerja
Mandor Kep.Tukang Tukang Pekerja
I PEK. SALURAN PASANG. TYPE 0,50, P=1047 M'
Pekerjaan Galian Tanah M3 14.81 - 14.81
Pekerjaan Timbunan Tanah M3 30.3 - - 30.3
-
26.04
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 3.7 11.11 4.44 3.7
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2 26.32 52.63 26.04
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah M3 14.81 - 14.81
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 3.7 11.11 4.44 3.7
-
Pekerjaan Beton Bertulang M3 6.06 36.36 7.27
PEKERJAAN BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah M3 14.81 -
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2 26.32 52.63 26.04 26.04
14.81
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3 3.7 11.11 4.44 3.7
6.06
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2 26.32 52.63 26.04 26.04
-
IV-6
Hasil perhitungan produksi awal (Q awal) tenaga kerja pada tabel diatas diambil dari
tabel perhitungan jumlah tenaga kerja dan produksi tenaga kerja yang dapat dilihat pada
lampiran I.
4.4.2 Produksi Peralatan
Perhitungan produksi peralatan dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan
2.14. Persamaan yang ada dapat diketahui bahwa dalam menentukan produksi peralatan
data yang diperlukan adalah koefisien peralatan. Koefisien peralatan dalam kasus ini diambil
dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) yakni lampiran VI.1.
Contoh diketahui pada item pekerjaan pasangan batu karang dengan data koefisien alat
concrete mixer adalah 0,1670 jam.
Penyelesaian;
Produksi Concrete Mixer = 1 / 0,1670 = 5,99 m3/hari. Hasil perhitungan produksi
Concrete Mixer tersebut menggambarkan bahwa dalam satu jam alat Concrete Mixer dapat
menghasilkan produksi sebesar 5,99 m3. Produksi Concrete Mixer dalam satuan hari
dibawah ke-satuan jam, sehingga 5,99 / 7 = 0.86 m3/jam. Karena dalam satu hari Concrete
Mixer bekerja secara efektif selama 7 (tuju) jam.
Diketahui proyek rehabilitasi jaringan irigasi wee dere sumba barat daya bahwa selain
dump truc alat yang digunakan hanya satu jenis yaitu molen (concrete mixer). Produksi yang
dihasilkan oleh alat tersebut dalam satu satuan hari seperti yang telah dihitung diatas pada
pekerjaan pasangan batu adalah 5.99 m3/hari. Perhitungan produksi alat untuk setiap item
pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4.
IV-7
Tabel 4.4 Produksi awal Alat
Sumber : Hasil Analisa
Perhitungan produksi awal alat (Qawal alt) dilakukan dengan proses yang sama pada
tabel perhitungan produksi awal tenaga kerja diatas.
4.4.3 Produksi Minimum
Data-data yang diperlukan dalam menentukan produksi minimum adalah, hasil
produksi tenaga kerja dan peralatan. Dalam menyelesaikan suatu item pekerjaan selalu
terdapat satu kelompok kerja dengan keahlian yang berbeda dan juga mempunyai
kemampuan dalam berproduksi yang berbeda. Sehingga untuk menyamakan produksi dari
satu kelompok yang bekerja secara bersama-sama, maka diambillah produksi yang terkecil
diantara produksi tenaga kerja dan peralatan selain alat yang memiliki satuan lamp sum (Ls)
dan dump truck. Tujuan dari penentuan produksi minimum ini adalah untuk menghitung
waktu penyelesaian proyek. Hasil penentuan produksi minimum dapat dilihat pada tabel 4.5.
1
2
3
4
II
1
2
3
4
III
1
2
3
-
-
-
5.99
-
Produksi Concrete
Mixer (Satuan/jam)
-
-
5.99
-
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3
PEK. BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah M3
Pekerjaan Beton Bertulang M3
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3
-
5.99
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah M3
Pek. Peleteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian M2
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 M3
Pekerjaan Timbunan Tanah M3
I PEK. PASANG. SALURAN TYPE 0,50
Pekerjaan Galian Tanah M3
No Uraian Pekerjan Satuan
IV-8
Tabel 4.5 Penentuan Produksi Minimum
Sumber : Hasil Analisa
4.5 Hitung Waktu Penyelesaian Item Pekerjaan
Perhitungan waktu penyelesaian dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan
2.17. Persamaan yang digunakan untuk menghitung waktu penyelesaian diketahui bahwa
terdapat dua data yang diperlukan yakni volume pekerjaan (dapat dilihat pada lampiran VI.2)
dan produksi minimum (tabel 4.5). Hasil perhitungan waktu penyelesaian dapat dilihat pada
tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Hitung Waktu Penyelesaian
Sumber : Hasil Analisa
1 3
1 M3
2 M3
3 M3
4 M2
II
1 M3
2 M3
3 M2
4 M3
III
1 M3
2 M3
3 M2
6 7 8 9
26.04
3.7
26.04
30.3
-
5.99
-
6.06
14.81
26.32 52.63 26.04 26.04
3.7
14.81 14.81
3.7
Pasangan Batu Karang 1:4
Pekerjaan Beton Bertulang
14.81 - -
6.06 36.36 7.27
PEKERJAAN BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 Cm + Acian
-
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 Cm + Acian
3.73.7 11.11 4.44
26.32 52.63 26.04 26.04
Pekerja
Produksi Tenaga Kerja Q(Awal) Sat./Hari
30.3
Pekerjaan Galian Tanah
3.7 11.11 4.44 3.7
30.3 - -Pekerjaan Timbunan Tanah
Pasangan Batu Karang 1:4
2 4 5
Q(min)
Sat./HriNo
-
IPEK. SALURAN PASANGAN TYPE 0,50, P =
1047 M'
14.81 - - 14.81 14.81
c. mixerUraian Pekerjan Sat.
MandorK.TukangTukang
Pekerjaan Galian Tanah
Pasangan Batu Karang 1:4
26.32 52.63 26.04
3.7 11.11 4.44
14.81 - -
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 Cm + Acian
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
3.7
26.04
-
-
5.99
26.04
-
5.99
-
6.06
14.81
1 3
1 M3
2 M3
3 M3
4 M2
II
1 M3
2 M3
3 M2
4 M3
III
1 M3
2 M3
3 M2
Sat. Volume
IPEK. SALURAN PASANGAN TYPE 0,50,
P = 1047 M'
Pekerjaan Galian Tanah
No Uraian Pekerjan
PEK. BANGUNAN GORONG-GORONG 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah
723.9
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian 2,198.70
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
415.00
Pekerjaan Timbunan Tanah 115.17
26.04
14.81
3.7
26.04
8.09
Q(Min)
Sat./hari
Waktu Penye.
(hari)
Dibulatkan
(hari)
2 4 5 6 = (4/5) 7
14.81
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
1.34
Pekerjaan Pasangan Batu 1:4 2.45
PEKERJAAN BANGUNAN BAGI 1 BUAH
Pekerjaan Galian Tanah
6.20
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4 6.24 2
1
1
0.39
0.26
0.09
0.66
0.31
3.7
26.04
1
1
1
28.00
4
196
85
1
6.06
14.81
10.2
Pekerjaan Beton Bertulang 1.56
Pek. Pelesteran1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
28.02
3.80
195.65
84.44
0.42
1.69
30.3
3.7
IV-9
4.6. Perhitungan Jumlah Hari Kerja Efektif
Perhitungan jumlah hari kerja efektif didasarkan pada berapa banyak hari minggu dan
hari libur yang terdapat dalam kalender dimana proyek dimulai, sehingga umur proyek
(kontrak) dikurangi dengan jumlah hari minggu dan hari libur yang terjadi. Diketahui umur
kerja proyek berdasarkan kontrak adalah 150 hari kalender, yang dimulai dari tanggal 7 juni
dan berakhir pada tanggal 4 november 2016. Perhitungan hari kerja efektif dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perhitungan Hari Kerja Efektif
Perhitungan Hari Kerja Efektif
No. Bulan (2016) Hari Minggu Hari Libur Hari Kerja Efektif
1 Juni 3 - 21
2 Juli 5 - 26
3 Agustus 4 1 26
4 September 4 1 25
5 Oktober 5 1 25
6 November 1 - 2
Total 125
Sumber : Hasil Analisa (Kalender 2016)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.7 diatas diketahui hari kerja efektif yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek 125 hari.
4.7 Diagram Jaringan Kerja Dan Penentuan Jalur Kritis
Penggambaran diagram jaringan kerja didasarkan pada hasil logika ketergantungan
antar kegiatan (item pekerjaan). Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan didasarkan
pada pertimbangan mengapa suatu kegiatan harus didahului oleh satu atau beberapa
kegiatan tertentu dan dapat diikuti oleh satu atau beberapa kegiatan serta pemecahan
kegiatan.
4.7.1 Pemecahan Kegiatan
Pemecahan kegiatan merupakan pembagian kegiatan-kegiatan (item pekerjaan)
menjadi bagian yang lebih kecil. Tujuan pemecahan kegiatan adalah untuk mempermudah
pengontrolan serta percepatan waktu penyelesaian pekerjaan. Pemecahan kegiatan yang
dilakukan tetap mengacu pada data RAB yang dipakai ( lampiran B).
IV-10
Proyek rehabilitasi jaringan irigasi Wee Dere terdiri dari tuju (7) segmen yaitu segmen
1, segmen 2, segmen 3, segmen 4, segmen 5, segmen 6, dan segmen 7 dengan masing-
masing STAnya. Berikut STA masing-masing segmen :
Segmen 1. STA 0+0 s/d 0+160 = 160 m
Segmen 2. STA 0+160 s/d 0+260 = 100 m
Segmen 3. STA 0+260 s/d 0+730 = 470 m
Segmen 4. STA 0+730 s/d 0+800 = 70 m
Segmen 5. STA 0+800 s/d 1060 = 260 m
Segmen 6. Gorong-Gorong (SEG.6 GG) STA 0+406
Segmen 7. Bangunan Bagi (SEG 7 BB) STA 0+400
Panjang total irigasi Wee Dere adalah 1050 m seperti yang tergambar sebagai berikut :
Gambar 4.2 Pembagian Segmen Irigasi Wee Dere (Sumber : Gambar Rencana Kerja)
Awal Segmen 1
STA 0+00
Akhir Segmen 1
STA 0+160
Awal Segmen 2
STA 0+160
Akhir Segmen 2
STA 0+260
Awal Segmen 3
STA 0+260
Akhir Segmen 3
STA 0+730
Awal Segmen 4
STA 0+730
Akhir Segmen 4
STA 0+800
Awal Segmen 5
STA 0+800
Akhir Segmen 5
STA 0+1060
Seg. 7 (BB)
STA 400
Seg.6 (GG) STA
406
IV-11
Panjang total jaringan irigasi Wee Dere yang direabilitasi adalah 1060 m termasuk
didalamnya satu (1) buah bangunan bagi dan satu buah bangunan gorong-gorong (deker).
Dari panjang total tersebut dalam pelaksanaannya dibagi dalam lima (5) segmen. Bangunan
bagi dan bangunan deker yang terdapat dalam jaringan irigasi tersebut berada tepat pada
segmen tiga (3) dan lebih jelasnya bangunan bagi terdapat pada STA 0+400, dan bangunan
deker terdapat pada STA 0+406. Volume item pekerjaan masing-masing segmen dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Volume Item Pekerjaan Masing-Masing Segmen
Sumber : Hasil Analisa
Pekerjaan galian tanah dalam pemecahan kegiatan diberi symbol A untuk lima (5)
segmen dengan volume total segmen pekerjaannya 432.07 M3, E dengan volume 1.34 M3,
dan F dengan volume 6.2 M3 .Pekerjaan galian ini dilakukan sepanjang 1050 m, termasuk
didalamnya galian gorong-gorong dan bangunan bagi.
Pemecahan kegiatan dilakukan dengan berpedoman pada Time Scedule yang
diperoleh dari data RAB perusahaan pelaksana, dalam hali ini yakni Cv. Cinta Loura. Item
pekerjaan gorong-gorong dan bangunan bagi tidak dilakukan pemecahan kegiatan, karena
volume pekerjaan untuk item pekerjaan tersebut sangat kecil sehingga tidak membutuhkan
waktu panjang dalam pelaksanaannya.
-
A
B
C
D
E
Seg.7
(BB)Seg.1 Seg.2 Seg.3 Seg.4 Seg.5
Seg.6
(GG)
- - -
5
61.52
21.59
163.29
334.15
1.56
Total
Volume
421.93
115.20
732.76
2217.09
1.56
8.09
2.45
6.20 1.34
--
6.24
10.20
7
M3 90.01 57.38 169.25 36.23
1 2 3 4 6
10.1015.09 45.84
- - -
113.2 75.68 324.34 47.58
383.5 232.5 1079.85 168.9
Volume
Pek. Pelesteran. 1:4 Tebal 1,5cm
Pek. Beton Bertulang
No Item Pekerjaan Sat.
Pek. Galian Tanah
Pek. Timbunan Tanah
Pek. Pasangan Batu 1:4
- -
M3
M3
M3
M2
22.58
IV-12
Tabel 4.9 Pemecahan Kegiatan
Sumber : Hasil Analisa
2199.68
1.56
Segmen 1 STA 0 s/d 160
M3Pekerjaan timbunan tanah
Pekerjaan beton bertulang M3 1.56 I Segmen 6 STA 406 1.56
D115.17 115.20
Segmen 2 STA 160 s/d 260
Segmen 3 STA 260 s/d 730
segmen 4 STA 730 s/d 800
Segmen 5 STA 800 s/d 1060
22.58
15.09
45.84
10.1
21.59
8.09
Plesteran untuk bang. Bagi M2 10.2 K Segmen 6 STA 406 10.2 10.2
Plesteran untuk gorong-gorong M2 8.09 J Segmen 7 STA 400 8.09
942.72
Pas. Batu untuk bang. Bagi M3
2.45
6.24 H Segmen 6 STA 406
Pas. Batu untuk gorong-gorong M3 G Segmen 7 STA 400
Plesteran untuk saluran
334.15
Segmen 1 STA 0 s/d 160 383.45
Segmen 4 STA 730 s/d 800 168.85
Segmen 5 STA 800 s/d 1060
2.45
Segmen 3 STA 540 s/d 730 439.72
C
C1
M2
Segmen 3 STA 260 s/d 570 213.29
Segmen 2 STA 160 s/d 260 75.68
6.24 6.24
Segmen 5 STA 800 s/d 1060 165.92
1256.96
Segmen 1 STA 0 s/d 160 113.18
36.23
61.52
Segmen 1 STA 0 s/d 160
Segmen 2 STA 160 s/d 260
Segmen 3 STA 260 s/d 730
segmen 4 STA 730 s/d 800
Segmen 5 STA 800 s/d 1060
Galian untuk bangunan bagi Segmen 7 STA 400 1.34 1.341.34
B
Segmen 3 STA 580 s/d 730 108.58
402.15
B1 322.08
Pasangan batu untuk saluran
Pasangan batu untuk saluran segmen 4 STA 730 s/d 800 47.58
2.45
Segmen 2 STA 160 s/d 260 232.50
Segmen 3 STA 260 s/d 530 641.01
M3 724.23
KODE
KEGIATAN
VOLUM
E AWALSAT.ITEM PEKERJAAN
VOLUME
VOL.
TOTAL
SEGMEN
dan STA
SEGMEN dan STA
415.00A115.17M3Galian untuk pasangan saluran
90.69
57.38
169.18
A B C D E F G
Galian untuk gorong-gorong
M3
6.20
F
Segmen 6 STA 406 6.20 6.20M3 E
IV-13
4.7.2 Menyusun Hubungan Ketergantungan Antar Kegiatan
Untuk memudahkan penyelesaian proyek secara keseluruhan, diperlukan diagram
jaringan kerja yang menggambarkan urutan pekerjaan. Sebelum melakukan penggambaran
diagram jaringan kerja, perlu melakukan analisa hubungan ketergantungan antar kegiatan
sehingga menghasilka diagram jaringan kerja yang baik. Analisa hubungan ketergantungan
antar kegiatan didasarkan pada tahap-tahap pelaksanaan dilapangan. Artinya harus
diketahui pekerjaan yang harus didahului dan pekerjaan yang harus mengikuti, sehingga
dalam penggambaran diagram jaringan kerja dapat terbaca dengan baik alur kegiatan dari
proyek yang dikerjakan. Hasil logika ketergantungan antar kegiatan dapat dilihat pada tabel
4.10 berikut.
Tabel 4.10 Logika Ketergantungan Antar Kegiatan
Sumber : Hasil Analisa
Adanya pemecahan kegiatan yang dilakukan dengan pembagian segmen pada item
pekerjaan yang ada, maka perlu melakukan perhitungan waktu penyelesaian baru. Waktu
penyelesaian baru yang dimaksud adalah waktu penyelesaian yang diperlukan untuk
menyelesaikan item pekerjaan pada masing-masing segmen, yakni segmen 1 (satu) sampai
dengan segmen 7 (tuju). Tujuan dari perhitungan waktu penyelesaian baru adalah untuk
mengetahui apakah dalam penyelesaian item pekerjaan pada masing-masing segmen perlu
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No.
-
-
-
-
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong 1 Buah
Pekerjaan Bangunan Bagi 1 Buah
FI
H
K
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
H K
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
B
C
Pekerjaan Galian Tanah F
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Galian Tanah
G
J
I
B, C
E
F
J
H
G
J I
Pekerjaan timbunan tanah
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
Pek. Pelesteran 1:4 Tebal 1,5 cm + Acian
B1, C1
D
A
B, C
B1, C1
D
B1
C1
D
GE
E
Pasangan Batu Karang/Gunung 1:4
ITEM PEKERJAAN KODE
KEGIATAN
KEG. YANG
MENDAHULUI
KEG. YANG
MENGIKUTI
Pekerjaan Galian Tanah A -
Pek. Saluran Pasangan Type 0,50 P = 1047 m'
A
IV-14
penambahan kelompok kerja atau tidak. Berikut waktu penyelesaian baru dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tabel 4.11 Waktu Penyelesian Baru Akibat Pemecahan Kegiatan
Sumber : Hasil Analisa
4.7.3 Diagram Jaringan Kerja
Diagram jaringan kerja dibuat berdasarkan urutan dan ketergantungan antar kegiatan.
Diagram jaringan kerja terdiri dari dua bagian penting yaitu saat paling awal (SPA), dan saat
paling lambat (SPL). Penyususunan diagram kerja ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa
kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis. Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari
kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy (jika ada), ketentuan sebuah
lintasan kritis adalah umur lintasan kritis sama dengan umur proyek, dan lintasan kritis adalah
jalur yang paling lama masa pelaksanaannya dari semua lintasan yang ada. Lintasan kritis
juga merupakan lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Perhitungan saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) dapat dilihat pada bagian
berikut.
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No.
M3
3.7
1
2
3.7
26.32
6.06
14.81 0.42 1
26.32
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
E
H
F M3 6.2
K M2 10.2
G M3 2.45
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan timbunan tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Pelesteran
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Galian Tanah
1 2 3 4 5 6 = 4/5 7
ITEM PEKERJAANKODE
KEGIATANSAT. VOLUME
Q(min)
(Sat./
hari)
WAKTU
PENYELESAIAN
(HARI)
DIBULATKAN
(HARI)
B M3 402.15 108.69 109
14.81A M3 415 28.02 28
D M3 60.45 2.00 230.3
0.39 1
0.31 1
I M3 1.56 0.26 1
J M2
1.69
0.09M3
8.09
1.34
6.24
14.81
3.7
26.32
B1 M3 322.08
0.66 1
87.05 87
C M2 1256.96 47.76 48
C1 M2 35.82 36942.72
IV-15
Diagram jaringan kerja untuk penyelesaian waktu semula dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.3 Diagram Jaringan Kerja Untuk Estimasi Awal
. Anak panah garis normal dan anak panah garis putus-putus yang menghubungkan
satu peristiwa dengan peristiwa lainnya sama-sama menyatakan awal dan akhir kegiatan,
dimana ekor anak panah melambangkan awal kegiatan dan kepalah anak panah
melambangkan akhir kegiatan. Tetapi yang membedakan dua anak panah tersebut (anak
panah garis normal dan garis putus-putus) adalah anak panah garis normal mempunyai
durasi waktu penyelesaian kegiatan, tetapi anak panah putus-putus tidak mempunyai durasi
waktu penyelesaian kegiatan (semu). Anak panah putus-putus sesunggunya diperlukan
untuk menjaga dan menyatakan logika ketergantungan kegiatan yang patut diperhatikan.
Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa waktu pelaksanaan proyek yang
dihasilkan adalah 231. Hal ini jika dibiarkan akan berpengaruh pada keterlambatan proyek
yang luar biasa, dimana waktu penyelesaian proyek berdasarkan kontrak adalah 125 hari
sangat kecil dari umur proyek yang dihasilkan diagram jaringan kerja diatas yaitu 231 hari
dengan seliri hari adalah 106 hari. Sehingga untuk menghindari masalah tersebut maka perlu
cara penyelesaian masalah yakni melakukan penambahan kelompok kerja pada beberapa
item pekerjaan.
IV-16
Perhitungan saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) dapat dilihat pada
tabel 4.12 berikut :
Tabel 4.12 Perhitungan SPA dan SPL
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 diatas dan gambar 4.3, maka dapat
diperoleh peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis, seperti yang tercantum pada tabel
4.13 berikut :
Tabel 4.13 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa diagram jaringan kerja yang
dibuat tidak memenuhi syarat, karena waktu pelaksanaan proyek melebihi target kontrak
yakni 270 hari lebih besar dari hari kerja efektif yaitu 125 hari. Jika dibiarkan maka hal ini
akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek, sehingga untuk menghindari
masalah keterlambatan penyelesaian proyek maka harus melakukan penambahan jumlah
kelompok kerja untuk item pekerjaan yang kritis serta memberlakukan jam kerja lembur pada
item pekerjaan kritis. Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui item pekerjaan yang
SPA Rumus Perhitungan SPL Rumus Perhitungan
1 2 3 4 5 6
1 SPA SPA1 0 SPL14 SPA14 270
2 SPA2 SPA2 + LA 0 + 28 = 28 SPL13 SPL14 - LK 270 - 1 = 269
3 SPA3 SPA3 + LB 28 + 109 = 137 SPL12 SPL13 - LI 269 - 1 = 268
4 SPA4 SPA4 + LB1 137 + 87 = 224 SPL11 SPL12 - LH 268 - 2 = 266
5 SPA5 SPA3 + 0 224 + 0 = 224 SPL10 SPL11 - LE 266 - 1 = 265
6 SPA6 SPA5 + LC1 224 + 36 = 260 SPL9 SPL10 - LJ 265 - 1 = 264
7 SPA7 SPA6 + LD 260 + 2 = 262 SPL8 SPL9 - LG 264 - 1 = 263
8 SPA8 SPA7 + LF 262 + 1 = 263 SPL7 SPL8 - LF 263 - 1 = 262
9 SPA9 SPA8 + LG 263 + 1 = 264 SPL6 SPL7 - LD 262 - 2 = 260
10 SPA10 SPA9 + LJ 264 + 1 = 265 SPL5 SPL6 - LC1 260 - 36 = 224
11 SPA11 SPA10 + LE 265 + 1 = 266 SPL4 SPL5 - 0 224 - 0 = 224
12 SPA12 SPA11 + LH 266 + 2 = 268 SPL3 SPL4 - LB1 224 - 87 = 137
13 SPA12 + LI 268 + 1 = 269 SPL2 SPL3 - LB 137 - 109 = 28
14 SPA14 SPA12 + LK 269 + 1 = 270 SPL1 SPL2 - LA 28 - 28 = 0
No.
PRISTIWA
SPA13
A, B, B1, DM, C1, D, F, G, J,
E, H, I, K
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
1-A, 2-B, 3-B1, 4-DM, 5-C1, 6-D, 7-F, 8-G, 9-J, 10-
E, 11-H, 12-I, 13-K
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITIS
A B C
IV-17
mengalami kritis, yakni item-item pekerjaan yang berada pada jalur kritis. Item pekerjaan
yang mengalami kritis dapat dilihat pada tabel berikut 4.14 :
Tabel 4.14 Item Pekerjaan Yang Kritis
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.3
Item pekerjaan yang ada pada tabel 4.14 diatas tidak semuanya ditambahkan
kelompok kerja karena mengingat volume item pekerjaan yang lain sangat kecil sehingga
item pekerjaan yang ditambahkan kelompok kerja adalah item pekerjaan yang volumenya
besar. Item pekerjaan yang perlu ditambahkan jumlah kelompok kerja adalah item pekerjaan
A, B, C, dan C1.
No.
I Pekerjaan Saluran Type 0.50
1
2
3
4
5
II
6
7
8
9
III
10
11
12
I
E
H
K
C
C1
F
G
J
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Galian Tanah
Item Pekerjaan Kode
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
A
D
B
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Timbunan Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
IV-18
4.7.4 Hitung Perubahan Produksi Dan Waktu Penyelesaian Akibat Penambahan
Kelompok Tenaga Kerja Pada Kegiatan Kritis
Tabel 4.15 Perhitungan Produksi Akibat Penambahan Kelompok Kerja
Sumber : Hasil Analisa
Input data pada tabel 4.15 diatas adalah kolom 5 diambil dari lampiran I tabel I.1 kolom VII,
kolom 6 merupakan jumlah kelompok kerja pada masing-masing item pekerjaan, dan kolom 7
merupakan total produksi dalam satu satuan hari untuk setiap item pekerjaan.
Berdasarkan produksi akibat penambahan kelompok kerja pada item pekerjaan yang kritis,
maka dapat dihitung pula waktu penyelesian item pekerjaan akibat penambahan jumlah
kelompok kerja. Berikut hasil perhitungan waktu penyelesaian dapat dilihat pada tabel 4.16.
1
I
1
2
3 Pekerjaan Pasangan Batu
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
M3 B1 3.7 3 11.1
Pekerjaan Pasangan Batu M3 H 3.7 1 3.7
Pekerjaan Pelesteran M2 K 26.32 1 26.32
Pekerjaan Beton Bertulang M3 I 6.06 1 6.06
Pekerjaan Galian Tanah M3 E 14.81 1 14.81
Pekerjaan Pasangan Batu M3 G 3.7 1 3.7
Pekerjaan Pelesteran M2 J 26.32 1 26.32
Timbunan Tanah Untuk Saluran M3 D 30.3 1 30.3
Pekerjaan Galian Tanah M3 F 14.81 1 14.81
Pekerjaan Pelesteran M2 C 26.32 2 52.64
Pekerjaan Pelesteran M2 C1 26.32 2 52.64
Pekerjaan Galian Tanah M3 A 14.81 2 29.62
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B 3.7 2 7.4
No Kegiatan Kritis Satuan Kode KegiatanQ(Awal)
Satuan/Hari
Jumlah
Kelompok
Tenaga Kerja
Total Produksi
(Satuan/Hari)
2 3 4 5 6 7 = 5*2
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Bangunan Bagi
IV-19
Tabel 4.16 Waktu Penyelesaian Akibat Penambahan Jumlah Kelompok Kerja
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 4.16 kolom 4 diperoleh dari tabel 4.11 kolom 7, kolom 5 diperoleh
dari data RAB, dan kolom 6 diperoleh dari tabel 4.15 kolom 7.
4.7.5 Diagram Jaringan Kerja Akibat Penambahan Kelompok Kerja
Berdasarkan waktu penyelesaian yang sudah dihitung pada tabel 4.16 diatas maka
dapat dibuat diagram jaringan kerja baru akibat penambahan kelompok kerja. Berikut
diagram jaringan kerja baru dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan Jumlah Kelompok Kerja
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
Pekerjaan Pasangan Batu B1 M3 87 322.08 11.1 29.02 29 -58
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan Galian Tanah A M3 28 415 29.62 14.01
DIBULATKAN
(HARI)
SELISI
WAKTU
(HARI)
1 2 3 4 5 6 7 = 5/6 8 9 = 8-4
ITEM PEKERJAANKODE
KEGIATANSAT.
WAKTU
PENYE. AWAL
(HARI)
VOLUME
Q(min)
(Sat./
hari)
WAKTU
PENYELESAIA
N (HARI)
14 -14
Pekerjaan timbunan tanah D M3 1 60.45 30.3 2.00 2 -
Pekerjaan Pasangan Batu B M3 109 402.15 7.4 54.34 55 -54
Pekerjaan Pelesteran C M2 48 1256.9652.64
23.88 24 -24
Pekerjaan Pelesteran C1 M2 36 942.72 17.91 18 -18
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah F M2 48 6.2 14.81 0.42 1 -
Pekerjaan Pasangan Batu G M2 36 2.45 3.7 0.66 1 -
Pekerjaan Pelesteran J M2 1 8.09 26.32 0.31 1 -
Pekerjaan Beton Bertulang I M2 1 1.56 6.06 0.26 1 -
Pekerjaan Galian Tanah E M3 1 1.34 14.81 0.09 1
Pekerjaan Bangunan Bagi
No.
-
M3 1Pekerjaan Pasangan Batu H 6.24 3.7 1.69 2
Pekerjaan Pelesteran K M2 2 10.2 26.32 0.39 1
IV-20
Berdasarkan diagram baru diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan
jumlah kelompok kerja pada beberapa item pekerjaan menyebabkan waktu penyelesaian
proyek menjadi lebih pedek yakni waktu penyelesaian awal 231 hari turun menjadi 121 hari
dimana ada pengurangan waktu penyelesaian sebanyak 110 hari, sehingga diagram jaringan
kerja diatas dapat dinyatakan memenuhi syarat karena waktu penyelesaian proyek lebih kecil
dari target penyelesaian yakni lebih kecil dari 125 hari. Berikut perhitungan saat paling awal
dan saat paling lambat ( SPA dan SPL ) dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Perhitungan SPA Dan SPL
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.17 diatas dan gambar 4.4, maka dapat
diperoleh peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis, seperti yang tercantum pada tabel
4.18 berikut :
Tabel 4.18 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa Gambar 4.4
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu kegiatan, atau
peristiwa yang mempunyai SPA sama dengan SPL, dan kegiatan kritis adalah kegiatan yang
paling sensitive terhadap keterlambatan. Suatu kegiatan disebut kritis apabila terletak
SPA Rumus Perhitungan SPL Rumus Perhitungan
1 2 3 4 5 6
1 SPA SPA1 0 SPL14 SPA14 125
2 SPA2 SPA2 + LA 0 + 14 = 14 SPL13 SPL14 - LK 125 - 1 = 124
3 SPA3 SPA3 + LB 14 + 55 = 69 SPL12 SPL13 - LI 124 - 1 = 123
4 SPA4 SPA4 + LB1 69 + 29 = 98 SPL11 SPL12 - LH 123 - 1 = 122
5 SPA5 SPA4 + 0 98 + 0 = 98 SPL10 SPL11 - LE 122 - 1 = 121
6 SPA6 SPA5 + LC1 98 + 18 = 116 SPL9 SPL10 - LJ 121 - 1 = 120
7 SPA7 SPA6 + LD 116 + 2 = 118 SPL8 SPL9 - LG 120 - 1 = 119
8 SPA8 SPA7 + LF 118 + 1 = 119 SPL7 SPL8 - LF 119 - 1 = 118
9 SPA9 SPA8 + LG 119 + 1 = 120 SPL6 SPL7 - LD 118 - 2 = 116
10 SPA10 SPA9 + LJ 120 + 1 = 121 SPL5 SPL6 - LC1 116 - 18 = 98
11 SPA11 SPA10 + LE 121 + 1 = 122 SPL4 SPL5 - 0 98 - 0 = 98
12 SPA12 SPA11 + LH 122 + 1 = 123 SPL3 SPL4 - LB1 98 - 29 = 69
13 SPA13 SPA12 + LI 123 + 1 = 124 SPL2 SPL3 - LB 69 - 55 = 14
14 SPA14 SPA12 + LK 124 + 1 = 125 SPL1 SPL2 - LA 14 - 14 = 0
No.
PRISTIWA
A, B, B1, DM, C1, D, F, G, J,
E, H, I, K
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
1-A, 2-B, 3-B1, 4-DM, 5-C1, 6-D, 7-F, 8-G, 9-J, 10-
E, 11-H, 12-I, 13-K
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITIS
A B C
IV-21
diantara dua peristiwa kritis. Adapun syarat kegiatan kritis yaitu SPAi = SPLi, SPAj = SPLj,
dan SPAi + L = SPAj, atau SPLi + L = SPLj.
Berikut adalah pembuktian peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis dapat
dilihat pada tabel 4.19 berikut :
Tabel 4.19 Pembuktian Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.19 diatas dapat diketahui bahwa item
pekerjaan tersebut diatas merupakan peristiwa kritis, dan kegiatan kritis, karena memenuhi
syarat yang telah disebutkan diatas.
Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa
kritis, dan dummy (jika ada). Ketentuan sebuah jalur kritis adalah umur jalur kritis sama
dengan umur proyek. Jalur kritis adalah jalur yang paling lama masa pelaksanaannya dari
semua jalur.
Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat diketahui durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan yakni 125 hari, sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lintasan
tersebut diatas merupakan lintasan kritis karena durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan sama dengan umur proyek yakni 125 hari (terlihat pada gambar 4.4 diatas).
3 6 9
I
1 1 2 14
2 2 3 55
3 3 4 29
4 4 5 0
5 5 6 18
6 6 7 2
II
1 7 8 1
2 8 9 1
3 9 10 1
4 10 11 1
III
1 11 12 1
2 12 13 1
3 13 14 1
125
98 98 98 98 98 Kritis
No.Kegiatan
Kode
Keg.
Peristiwa Kritis
L
Kegiatan Kritis
KeteranganNo
AwalNo
AkhirSPAi + L = SPAj SPLi + L = SPLj
SPAi SPLi SPAj SPLj
1 2 4 5 7 8 10 11
Pek. Saluran Type 0.50 0 0
Pek. Galian Tanah A 0 0 14 14 14 14 Kritis
Pek. Pasangan Batu B 14 14 69 69 69 69 Kritis
Pek. Pasangan Batu B1 69 69 98 98 98 98 Kritis
Pek. Pelesteran C1 98 98 116 116 116 116 Kritis
Pek. Timbunan Tanah D 116 116 118 118 118 118 Kritis
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pek. Galian Tanah F 118 118 119 119 119 119 Kritis
Pek. Pasangan Batu G 119 119 120 120 120 120 Kritis
Pek. Pasangan Batu J 120 120 121 121 121 121 Kritis
Pek. Beton Bertulang I 121 121 122 122 122 122 Kritis
Pek. Bangunan Bagi
Pek. Galian Tanah E 122 122 123 123 123 123
Pek. Pelesteran - 98
Total L
Pek. Pasangan Batu K 124 124 125 125 125 125 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu H 123 123 124 124 124 124 Kritis
IV-22
4.8 Hitung Produksi Dan Waktu Penyelesaian Baru Akibat Perubahan Jam Kerja
Efektif ( Jam Kerja Lembur )
Adanya perubahan jam kerja efektif yang terjadi maka, produksi tenaga kerja maupun
alat dan waktu penyelesaian item pekerjaan akan dihitung kembali berdasarkan perubahan
jam kerja efektif yang dilakukan. Perubahan jam kerja efektif yang dimaksudkan pada bagian
ini adalah melakukan penambahan jam kerja efektif awal ( jam kerja lembur ) dengan interval
waktu 1 jam sebanyak 3 kali yakni penambahan 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Diketahui jam kerja
efektif awal adalah 7 jam per-hari, yang diketahui lewat wawancara langsung kepada direktur
Cv. Cinta Loura selaku pelaksana proyek. Hasil perhitungan untuk produksi tenaga kerja dan
waktu penyelesaian baru dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
4.8.1 Perhitungan Produksi Tenaga Kerja Baru
Tabel 4.21 Produksi Tenaga Kerja Untuk Penambahan 1 Jam
Sumber : Hasil Analisa
A
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
11.63
Pekerjaan Saluran Type 0.50
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Bangunan Bagi
0.53
3.72
4.33
2.12
3.72
3.72
0.53 0.53M3
M2
G
H
K
3.7
3.7
26.32
0.87
2.12
I
3.72
F
J
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Timbunan Tanah
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pelesteran
3.72Pekerjaan Pelesteran
M3
M3
M3
6.06
A
BM3
M2
M3
C
D
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B1
G = 1*F
Produksi 1 Jam
Lembur
(Satuan/Hari)
Q(Minimum)
(Satuan/jam)
2.12
7.4
52.64
30.3
14.81
26.32
29.62
2.12
0.53 0.53
2.12
0.53
3.72
4.33
11.1 0.53 0.53
No Kegiatan Kritis SatuanKode
Kegiatan
Q(Awal)
(Satuan/Hari)
FEB C D
7.93
56.36
56.36
Total Produksi
(Satuan/Hari)
H = E + G
31.74
6.93
16.93
4.23
4.23
30.04
34.63
16.93
Pekerjaan Pelesteran M2 C1 52.64 3.72 3.72
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Galian Tanah EM3 2.1214.81
0.87
M3
M2
30.04
IV-23
Keterangan tabel 4.21, kolom E merupakan produksi awal tenaga kerja yang dapat
diperoleh pada tabel 4.16 kolom G, dan kolom F diperoleh dari lampiran I tabel I.1 kolom VIII.
Kolom G merupakan produksi 1 jam kerja lembur, dan kolom H merupakan total produksi
akibat penambahan 1 jam kerja lembur.
Tabel 4.22 Produksi Tenaga Kerja Untuk Penambahan 2 Jam
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan tabel 4.22, kolom E merupakan produksi awal tenaga kerja yang dapat
diperoleh pada tabel 4.16 kolom G, dan kolom F diperoleh dari lampiran I tabel I.1 kolom VIII.
Kolom G merupakan produksi 2 jam kerja lembur, dan kolom H merupakan total produksi
akibat penambahan 2 jam kerja lembur.
A
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B1 11.1 0.53 1.06 12.16
Pekerjaan Saluran Type 0.50
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Galian Tanah
No Kegiatan Kritis
M3 E 14.81 2.12 4.24
Pekerjaan Pasangan Batu M3 H 3.7 0.53 1.06
SatuanKode
Kegiatan
Q(Awal)
(Satuan/Hari)
Q(Minimum)
(Satuan/jam)
Produksi 2 Jam
Lembur
(Satuan/Hari)
B C D E F G = 2*F
4.24
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B 7.4 0.53 1.06
Pekerjaan Galian Tanah M3 A 29.62 2.12
7.44
Pekerjaan Pelesteran M2 C1 52.64 3.72 7.44
Pekerjaan Pelesteran M2 C 52.64 3.72
0.53
8.66
Pekerjaan Galian Tanah M3 F 14.81 2.12 4.24
Pekerjaan Timbunan Tanah M3 D 30.3 4.33
1.74Pekerjaan Beton Bertulang M3 I 6.06
Total Produksi
(Satuan/Hari)
H = E + G
33.86
8.46
60.08
60.08
38.96
19.05
4.76
33.76
7.8
19.05
4.76
Pekerjaan Pelesteran M2 K 26.32 3.72 7.44 33.76
0.87
1.06
Pekerjaan Pelesteran M2 J 26.32 3.72 7.44
Pekerjaan Pasangan Batu M3 G 3.7
IV-24
Tabel 4.23 produksi tenaga kerja untuk penambahan 3 jam
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan tabel 4.23, kolom E merupakan produksi awal tenaga kerja yang dapat
diperoleh pada tabel 4.16 kolom G, dan kolom F diperoleh dari lampiran I tabel I.1 kolom VIII.
Kolom G merupakan produksi 3 jam kerja lembur, dan kolom H merupakan total produksi
akibat penambahan 3 jam kerja lembur.
A
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B1 11.1 0.53 1.59 12.69
Pekerjaan Saluran Type 0.50
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Timbunan Tanah
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Galian Tanah
M3 I 6.06 0.87 2.61
Pekerjaan Pasangan Batu M3 G 3.7 0.53 1.59
Pekerjaan Pelesteran M2 J 26.32 3.72 11.16
M3 D 30.3 4.33 12.99
Pekerjaan Galian Tanah M3 F 14.81 2.12 6.36
M2 C 52.64 3.72 11.16
Pekerjaan Pelesteran M2 C1 52.64 3.72 11.16
M3 A 29.62 2.12 6.36
Pekerjaan Pasangan Batu M3 B 7.4 0.53 1.59
6.36
Pekerjaan Pasangan Batu M3 H 3.7 0.53 1.59
Pekerjaan Galian Tanah M3 E 14.81 2.12
No Kegiatan Kritis SatuanKode
Kegiatan
Q(Awal)
(Satuan/Hari)
Q(Minimum)
(Satuan/jam)
Produksi 3 Jam
Lembur
(Satuan/Hari)
Total Produksi
(Satuan/Hari)
H = E + GB C D E F G = 3*F
35.98
8.99
63.8
63.8
43.29
21.17
5.29
37.48
8.67
21.17
5.29
Pekerjaan Pelesteran M2 K 26.32 3.72 11.16 37.48
IV-25
4.8.2 Perhitungan Waktu Penyelesaian Baru
Tabel 4.24 Waktu Penyelesaian Untuk Penambahan 1 Jam
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 4.24 kolom 4 diperoleh dari tabel 4.11 kolom 7, kolom 5 diperoleh
dari data RAB, dan kolom 6 diperoleh dari tabel 4.21 kolom H.
Tabel 4.25 waktu penyelesaian untuk penambahan 2 jam
Sumber : Hasil Analisa
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No.
-
M3 1Pekerjaan Pasangan Batu H 6.24 4.23 1.48 1
Pekerjaan Pelesteran K M2 2 10.2 30.04 0.34 1
Pekerjaan Galian Tanah E M3 1 1.34 16.93 0.08 1
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Beton Bertulang I M2 1 1.56 6.93 0.23 1 -
Pekerjaan Pelesteran J M2 1 8.09 30.04 0.27 1 -
Pekerjaan Pasangan Batu G M2 36 2.45 4.23 0.58 1 -
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah F M2 48 6.2 16.93 0.37 1 -
Pekerjaan Pelesteran C M2 48 1256.9656.36
22.30 22 -26
Pekerjaan Pelesteran C1 M2 36 942.72 16.73 17 -19
Pekerjaan Pasangan Batu B M3 109 402.15 7.93 50.71 51 -58
13 -15
Pekerjaan timbunan tanah D M3 1 60.45 34.63 1.75 2 -
DIBULATKAN
(HARI)
SELISI
WAKTU
(HARI)
1 2 3 4 5 6 7 = 5/6 8 9 = 8-4
ITEM PEKERJAANKODE
KEGIATANSAT.
WAKTU
PENYE. AWAL
(HARI)
VOLUME
Q(min)
(Sat./
hari)
WAKTU
PENYELESAIA
N (HARI)
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan Galian Tanah A M3 28 415 31.74 13.07
Pekerjaan Pasangan Batu B1 M3 87 322.08 11.63 27.69 28 -59
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No.
-
M3 1Pekerjaan Pasangan Batu H 6.24 4.76 1.31 1
Pekerjaan Pelesteran K M2 2 10.2 33.76 0.30 1
Pekerjaan Galian Tanah E M3 1 1.34 19.05 0.07 1
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Beton Bertulang I M2 1 1.56 7.8 0.20 1 -
Pekerjaan Pelesteran J M2 1 8.09 33.76 0.24 1 -
Pekerjaan Pasangan Batu G M2 36 2.45 4.76 0.51 1 -
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah F M2 48 6.2 19.05 0.33 1 -
Pekerjaan Pelesteran C M2 48 1256.9660.08
20.92 21 -27
Pekerjaan Pelesteran C1 M2 36 942.72 15.69 16 -20
Pekerjaan Pasangan Batu B M3 109 402.15 8.46 47.54 48 -61
12 -16
Pekerjaan timbunan tanah D M3 1 60.45 38.96 1.55 2 -
DIBULATKAN
(HARI)
SELISI
WAKTU
(HARI)
1 2 3 4 5 6 7 = 5/6 8 9 = 8-4
ITEM PEKERJAANKODE
KEGIATANSAT.
WAKTU
PENYE. AWAL
(HARI)
VOLUME
Q(min)
(Sat./
hari)
WAKTU
PENYELESAIA
N (HARI)
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan Galian Tanah A M3 28 415 33.86 12.26
Pekerjaan Pasangan Batu B1 M3 87 322.08 12.16 26.49 26 -61
IV-26
Berdasarkan tabel 4.25 kolom 4 diperoleh dari tabel 4.11 kolom 7, kolom 5 diperoleh
dari data RAB, dan kolom 6 diperoleh dari tabel 4.22 kolom H.
Tabel 4.26 Waktu Penyelesaian Untuk Penambahan 3 Jam
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 4.26 kolom 4 diperoleh dari tabel 4.11 kolom 7, kolom 5 diperoleh
dari data RAB, dan kolom 6 diperoleh dari tabel 4.23 kolom H.
4.9 Diagram Jaringan Kerja Dan Penentuan Jalur Kritis Baru
Berdasarkan waktu penyelesaian baru akibat perubahan jam kerja efektif pada
kegiatan yang kritis, maka selanjutnya adalah menyusun diagram jaringan kerja baru akibat
perubahan jam kerja efektif. Penyusunan diagram jaringan kerja baru dilakukan berdasarkan
perubahan jam kerja efektif yang terjadi, yakni diagram jaringan kerja akibat penambahan 1
jam kerja lembur, diagram jaringan kerja akibat penambahan 2 jam kerja lembur, dan
diagram jaringan kerja akibat penambahan 3 jam kerja lembur. Penyusunan diagram jaringan
kerja baru juga berdasarkan waktu penyelesaian baru yang telah dihitung pada bagian
sebelumnya.
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No.
-
M3 1Pekerjaan Pasangan Batu H 6.24 5.29 1.18 1
Pekerjaan Pelesteran K M2 2 10.2 37.48 0.27 1
Pekerjaan Galian Tanah E M3 1 1.34 21.17 0.06 1
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Beton Bertulang I M2 1 1.56 7.8 0.20 1 -
Pekerjaan Pelesteran J M2 1 8.09 37.48 0.22 1 -
Pekerjaan Pasangan Batu G M2 36 2.45 5.29 0.46 1 -
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah F M2 48 6.2 21.17 0.29 1 -
Pekerjaan Pelesteran C M2 48 1256.9663.8
19.70 20 -28
Pekerjaan Pelesteran C1 M2 36 942.72 14.78 15 -21
Pekerjaan Pasangan Batu B M3 109 402.15 8.99 44.73 45 -64
12 -16
Pekerjaan timbunan tanah D M3 1 60.45 43.29 1.40 2 -
DIBULATKAN
(HARI)
SELISI
WAKTU
(HARI)
1 2 3 4 5 6 7 = 5/6 8 9 = 8-4
ITEM PEKERJAANKODE
KEGIATANSAT.
WAKTU
PENYE. AWAL
(HARI)
VOLUME
Q(min)
(Sat./
hari)
WAKTU
PENYELESAIA
N (HARI)
Pekerjaan Saluran Type 0,50
Pekerjaan Galian Tanah A M3 28 415 35.98 11.53
Pekerjaan Pasangan Batu B1 M3 87 322.08 12.69 25.38 25 -62
IV-27
4.9.1 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan 1 Jam Kerja Lembur
Diagram jaringan kerja untuk penambahan 1 jam kerja lembur dapat dilihat pada
gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.5 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan 1 Jam Kerja Lembur
Berdasarkan diagram baru diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan 1
jam kerja lembur menyebabkan waktu penyelesaian proyek menjadi lebih pedek yakni 118
hari, sehingga diagram jaringan kerja diatas dapat dinyatakan memenuhi syarat karena
waktu penyelesaian proyek lebih kecil dari target penyelesaian yakni lebih kecil dari 125 hari.
Berikut perhitungan saat paling awal dan saat paling lambat ( SPA dan SPL ) dapat dilihat
pada tabel 4.27.
Tabel 4.27 Perhitungan SPA Dan SPL Untuk Penambahan 1 Jam Kerja lembur
Sumber : Hasil Analisa
SPA Rumus Perhitungan SPL Rumus Perhitungan
1 2 3 4 5 6
1 SPA SPA1 0 SPL14 SPA14 118
2 SPA2 SPA2 + LA 0 + 13 = 13 SPL13 SPL14 - LK 118 - 1 = 117
3 SPA3 SPA3 + LB 13 + 51 = 64 SPL12 SPL13 - LI 117 - 1 = 116
4 SPA4 SPA4 + LB1 64 + 28 = 92 SPL11 SPL12 - LH 116 - 1 = 115
5 SPA5 SPA4 + 0 92 + 0 = 92 SPL10 SPL11 - LE 115 - 1 = 114
6 SPA6 SPA5 + LC1 92 + 17 = 109 SPL9 SPL10 - LJ 114 - 1 = 113
7 SPA7 SPA6 + LD 109 + 2 = 111 SPL8 SPL9 - LG 113 - 1 = 112
8 SPA8 SPA7 + LF 111 + 1 = 112 SPL7 SPL8 - LF 112 - 1 = 111
9 SPA9 SPA8 + LG 112 + 1 = 113 SPL6 SPL7 - LD 111 - 2 = 109
10 SPA10 SPA9 + LJ 113 + 1 = 114 SPL5 SPL6 - LC1 109 - 17 = 92
11 SPA11 SPA10 + LE 114 + 1 = 115 SPL4 SPL5 - 0 92 - 0 = 92
12 SPA12 SPA11 + LH 115 + 1 = 116 SPL3 SPL4 - LB1 92 - 28 = 64
13 SPA13 SPA12 + LI 116 + 1 = 117 SPL2 SPL3 - LB 64 - 51 = 13
14 SPA14 SPA12 + LK 117 + 1 = 118 SPL1 SPL2 - LA 13 - 13 = 0
No.
PRISTIWA
IV-28
Berdasarkan hasil perhitungan SPA dan SPL pada tabel 4.27 diatas dan gambar 4.5,
maka dapat diperoleh peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis, seperti yang
tercantum pada tabel 4.28 berikut :
Tabel 4.28 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.5
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu kegiatan, atau
peristiwa yang mempunyai SPA sama dengan SPL, dan kegiatan kritis adalah kegiatan yang
paling sensitive terhadap keterlambatan. Suatu kegiatan disebut kritis apabila terletek
diantara dua peristiwa kritis. Adapun syarat kegiatan kritis yaitu SPAi = SPLi, SPAj = SPLj,
dan SPAi + L = SPAj, atau SPLi + L = SPLj.
Berikut adalah pembuktian peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis dapat
dilihat pada tabel 4.29 berikut :
Tabel 4.29 Pembuktian Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis Untuk Penambahan
1 Jam
Sumber : Hasil Analisa
A, B, B1, DM, C1, D, F, G, J,
E, H, I, K
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
1-A, 2-B, 3-B1, 4-DM, 5-C1, 6-D, 7-F, 8-G, 9-J, 10-
E, 11-H, 12-I, 13-K
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITIS
A B C
3 6 9
I
1 1 2 13
2 2 3 51
3 3 4 28
4 4 5 0
5 5 6 17
6 6 7 2
II
1 7 8 1
2 8 9 1
3 9 10 1
4 10 11 1
III
1 11 12 1
2 12 13 1
3 13 14 1
118
Pek. Pelesteran - 92
Total L
Pek. Pasangan Batu K 117 117 118 118 118 118 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu H 116 116 117 117 117 117 Kritis
Pek. Bangunan Bagi
Pek. Galian Tanah E 115 115 116 116 116 116
Pek. Beton Bertulang I 114 114 115 115 115 115 Kritis
Pek. Pasangan Batu J 113 113 114 114 114 114 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu G 112 112 113 113 113 113 Kritis
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pek. Galian Tanah F 111 111 112 112 112 112
Pek. Timbunan Tanah D 109 109 111 111 111 111 Kritis
Pek. Pelesteran C1 92 92 109 109 109 109 Kritis
Pek. Pasangan Batu B1 64 64 92 92 92 92 Kritis
Pek. Pasangan Batu B 14 14 64 64 64 64 Kritis
8 10 11
Pek. Saluran Type 0.50 0 0
Pek. Galian Tanah A 0 0 13 13 13 13 Kritis
No.Kegiatan
Kode
Keg.
Peristiwa Kritis
L
Kegiatan Kritis
KeteranganNo
AwalNo
AkhirSPAi + L = SPAj SPLi + L = SPLj
SPAi SPLi SPAj SPLj
1 2 4 5 7
92 92 92 92 92 Kritis
IV-29
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.29 diatas dapat diketahui bahwa item
pekerjaan tersebut diatas merupakan peristiwa kritis, dan kegiatan kritis, karena memenuhi
syarat yang telah disebutkan diatas.
Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa
kritis, dan dummy (jika ada). Ketentuan sebuah jalur kritis adalah umur jalur kritis sama
dengan umur proyek. Jalur kritis adalah jalur yang paling lama masa pelaksanaannya dari
semua jalur.
Berdasarkan tabel 4.29 diatas dapat diketahui durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan yakni 118 hari, sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lintasan
tersebut diatas merupakan lintasan kritis karena durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan sama dengan umur proyek yakni 118 hari (terlihat pada gambar 4.5 diatas).
4.9.2 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan 2 Jam Kerja Lembur
Diagram jaringan kerja untuk penambahan 2 jam kerja efektif dapat dilihat pada
gambar 4.5 berikut :
Gambar 4.6 Diagram Jaringan Kerja Baru Untuk Akibat Penambahan 2 Jam Kerja Lembur
Berdasarkan diagram baru diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan 2
jam kerja lembur menyebabkan waktu penyelesaian proyek menjadi lebih pedek yakni 111
hari, sehingga diagram jaringan kerja diatas dapat dinyatakan memenuhi syarat karena
waktu penyelesaian proyek lebih kecil dari target penyelesaian yakni lebih kecil dari 125 hari.
Berikut perhitungan saat paling awal dan saat paling lambat ( SPA dan SPL ) dapat dilihat
pada tabel 4.30.
IV-30
Tabel 4.30 Perhitungan SPA Dan SPL Untuk Penambahan 2 Jam Kerja Lembur
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan SPA dan SPL pada tabel 4.30 diatas dan gambar 4.6,
maka dapat diperoleh peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis, seperti yang
tercantum pada tabel 4.31 berikut :
Tabel 4.31 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.6
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu kegiatan, atau
peristiwa yang mempunyai SPA sama dengan SPL, dan kegiatan kritis adalah kegiatan yang
paling sensitive terhadap keterlambatan. Suatu kegiatan disebut kritis apabila terletek
diantara dua peristiwa kritis. Adapun syarat kegiatan kritis yaitu SPAi = SPLi, SPAj = SPLj,
dan SPAi + L = SPAj, atau SPLi + L = SPLj.
SPA Rumus Perhitungan SPL Rumus Perhitungan
1 2 3 4 5 6
1 SPA SPA1 0 SPL14 SPA14 111
2 SPA2 SPA2 + LA 0 + 12 = 12 SPL13 SPL14 - LK 111 - 1 = 110
3 SPA3 SPA3 + LB 12 + 48 = 60 SPL12 SPL13 - LI 110 - 1 = 109
4 SPA4 SPA4 + LB1 60 + 26 = 86 SPL11 SPL12 - LH 109 - 1 = 108
5 SPA5 SPA4 + 0 86 + 0 = 86 SPL10 SPL11 - LE 108 - 1 = 107
6 SPA6 SPA5 + LC1 86 + 16 = 102 SPL9 SPL10 - LJ 107 - 1 = 106
7 SPA7 SPA6 + LD 102 + 2 = 104 SPL8 SPL9 - LG 106 - 1 = 105
8 SPA8 SPA7 + LF 104 + 1 = 105 SPL7 SPL8 - LF 105 - 1 = 104
9 SPA9 SPA8 + LG 105 + 1 = 106 SPL6 SPL7 - LD 104 - 2 = 102
10 SPA10 SPA9 + LJ 106 + 1 = 107 SPL5 SPL6 - LC1 102 - 16 = 86
11 SPA11 SPA10 + LE 107 + 1 = 108 SPL4 SPL5 - 0 86 - 0 = 86
12 SPA12 SPA11 + LH 108 + 1 = 109 SPL3 SPL4 - LB1 86 - 26 = 60
13 SPA13 SPA12 + LI 109 + 1 = 110 SPL2 SPL3 - LB 60 - 48 = 12
14 SPA14 SPA12 + LK 110 + 1 = 111 SPL1 SPL2 - LA 12 - 12 = 0
No.
PRISTIWA
A, B, B1, DM, C1, D, F, G, J,
E, H, I, K
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
1-A, 2-B, 3-B1, 4-DM, 5-C1, 6-D, 7-F, 8-G, 9-J, 10-
E, 11-H, 12-I, 13-K
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITIS
A B C
IV-31
Berikut adalah pembuktian peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis dapat
dilihat pada tabel 4.32 berikut :
Tabel 4.32 Pembuktian Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis Untuk Penambahan
2 Jam
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.32 diatas dapat diketahui bahwa item
pekerjaan tersebut diatas merupakan peristiwa kritis, dan kegiatan kritis, karena memenuhi
syarat yang telah disebutkan diatas.
Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa
kritis, dan dummy (jika ada). Ketentuan sebuah jalur kritis adalah umur jalur kritis sama
dengan umur proyek. Jalur kritis adalah jalur yang paling lama masa pelaksanaannya dari
semua jalur.
Berdasarkan tabel 4.32 diatas dapat diketahui durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan yakni 111 hari, sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lintasan
tersebut diatas merupakan lintasan kritis karena durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan sama dengan umur proyek yakni 108 hari (terlihat pada gambar 4.6 diatas).
3 6 9
I
1 1 2 12
2 2 3 48
3 3 4 26
4 4 5 0
5 5 6 16
6 6 7 2
II
1 7 8 1
2 8 9 1
3 9 10 1
4 10 11 1
III
1 11 12 1
2 12 13 1
3 13 14 1
111
Pek. Pelesteran - 86
Total L
Pek. Pasangan Batu K 110 110 111 111 111 111 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu H 109 109 110 110 110 110 Kritis
Pek. Bangunan Bagi
Pek. Galian Tanah E 108 108 109 109 109 109
Pek. Beton Bertulang I 107 107 108 108 108 108 Kritis
Pek. Pasangan Batu J 106 106 107 107 107 107 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu G 105 105 106 106 106 106 Kritis
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pek. Galian Tanah F 104 104 105 105 105 105
Pek. Timbunan Tanah D 102 102 104 104 104 104 Kritis
Pek. Pelesteran C1 86 86 102 102 102 102 Kritis
Pek. Pasangan Batu B1 60 60 86 86 86 86 Kritis
Pek. Pasangan Batu B 14 14 60 60 60 60 Kritis
8 10 11
Pek. Saluran Type 0.50 0 0
Pek. Galian Tanah A 0 0 12 12 12 12 Kritis
No.Kegiatan
Kode
Keg.
Peristiwa Kritis
L
Kegiatan Kritis
KeteranganNo
AwalNo
AkhirSPAi + L = SPAj SPLi + L = SPLj
SPAi SPLi SPAj SPLj
1 2 4 5 7
86 86 86 86 86 Kritis
IV-32
4.9.3 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan 3 Jam Kerja Lembur
Diagram jaringan kerja untuk penambahan 3 jam kerja efektif dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut :
Gambar 4.7 Diagram Jaringan Kerja Baru Akibat Penambahan 3 Jam
Berdasarkan diagram baru diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan 3
jam kerja lembur menyebabkan waktu penyelesaian proyek menjadi lebih pendek yakni 106
hari, sehingga diagram jaringan kerja diatas dapat dinyatakan memenuhi syarat karena
waktu penyelesaian proyek lebih kecil dari target penyelesaian yakni lebih kecil dari 125 hari.
Berikut perhitungan saat paling awal dan saat paling lambat ( SPA dan SPL ) dapat dilihat
pada tabel 4.32.
IV-33
Tabel 4.32 Perhitungan SPA Dan SPL Untuk Penambahan 3 Jam Kerja Lembur
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan SPA dan SPL pada tabel 4.32 diatas dan gambar 4.7,
maka dapat diperoleh peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis, seperti yang
tercantum pada tabel 4.33 berikut :
Tabel 4.33 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.7
Suatu kegiatan disebut kritis apabila terletek diantara dua peristiwa kritis. Adapun syarat
kegiatan kritis yaitu SPAi = SPLi, SPAj = SPLj, dan SPAi + L = SPAj, atau SPLi + L = SPLj.
Berikut adalah pembuktian peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis dapat
dilihat pada tabel 4.34 berikut :
SPA Rumus Perhitungan SPL Rumus Perhitungan
1 2 3 4 5 6
1 SPA SPA1 0 SPL14 SPA14 106
2 SPA2 SPA2 + LA 0 + 12 = 12 SPL13 SPL14 - LK 106 - 1 = 105
3 SPA3 SPA3 + LB 12 + 45 = 57 SPL12 SPL13 - LI 105 - 1 = 104
4 SPA4 SPA4 + LB1 57 + 25 = 82 SPL11 SPL12 - LH 104 - 1 = 103
5 SPA5 SPA4 + 0 82 + 0 = 82 SPL10 SPL11 - LE 103 - 1 = 102
6 SPA6 SPA5 + LC1 82 + 15 = 97 SPL9 SPL10 - LJ 102 - 1 = 101
7 SPA7 SPA6 + LD 97 + 2 = 99 SPL8 SPL9 - LG 101 - 1 = 100
8 SPA8 SPA7 + LF 99 + 1 = 100 SPL7 SPL8 - LF 100 - 1 = 99
9 SPA9 SPA8 + LG 100 + 1 = 101 SPL6 SPL7 - LD 99 - 2 = 97
10 SPA10 SPA9 + LJ 101 + 1 = 102 SPL5 SPL6 - LC1 97 - 15 = 82
11 SPA11 SPA10 + LE 102 + 1 = 103 SPL4 SPL5 - 0 82 - 0 = 82
12 SPA12 SPA11 + LH 103 + 1 = 104 SPL3 SPL4 - LB1 82 - 25 = 57
13 SPA13 SPA12 + LI 104 + 1 = 105 SPL2 SPL3 - LB 57 - 45 = 12
14 SPA14 SPA12 + LK 105 + 1 = 106 SPL1 SPL2 - LA 12 - 12 = 0
No.
PRISTIWA
A, B, B1, DM, C1, D, F, G, J,
E, H, I, K
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
1-A, 2-B, 3-B1, 4-DM, 5-C1, 6-D, 7-F, 8-G, 9-J, 10-
E, 11-H, 12-I, 13-K
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITIS
A B C
IV-34
Tabel 4.34 Pembuktian Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, Dan Lintasan Kritis Untuk Penambahan
3 Jam
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.34 diatas dapat diketahui bahwa item
pekerjaan tersebut diatas merupakan peristiwa kritis, dan kegiatan kritis, karena memenuhi
syarat yang telah disebutkan diatas.
Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa
kritis, dan dummy (jika ada). Ketentuan sebuah jalur kritis adalah umur jalur kritis sama
dengan umur proyek. Jalur kritis adalah jalur yang paling lama masa pelaksanaannya dari
semua jalur.
Berdasarkan tabel 4.34 diatas dapat diketahui durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan yakni 106 hari, sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lintasan
tersebut diatas merupakan lintasan kritis karena durasi waktu penyelesaian seluruh item
pekerjaan sama dengan umur proyek yakni 106 hari (terlihat pada gambar 4.7 diatas).
Dari hasil perhitungan SPA dan SPL, pembuktian lintasan kritis serta gambar diagram
jaringan kerja untuk setiap penambahan jam kerja efektif ( 1 jam, 2 jam, dan 3 jam ) diatas
dapat diketahui bahwa peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan lintasan kritis tidak mengalami
perubahan. Perubahan yang terdapat dari 5 diagram yang tergambar diatas adalah durasi
3 6 9
I
1 1 2 12
2 2 3 45
3 3 4 25
4 4 5 0
5 5 6 15
6 6 7 2
II
1 7 8 1
2 8 9 1
3 9 10 1
4 10 11 1
III
1 11 12 1
2 12 13 1
3 13 14 1
106
82 82 82 82 82 Kritis
No.Kegiatan
Kode
Keg.
Peristiwa Kritis
L
Kegiatan Kritis
KeteranganNo
AwalNo
AkhirSPAi + L = SPAj SPLi + L = SPLj
SPAi SPLi SPAj SPLj
1 2 4 5 7 8 10 11
Pek. Saluran Type 0.50 0 0
Pek. Galian Tanah A 0 0 12 12 12 12 Kritis
Pek. Pasangan Batu B 14 14 57 57 57 57 Kritis
Pek. Pasangan Batu B1 57 57 82 82 82 82 Kritis
Pek. Pelesteran C1 82 82 97 97 97 97 Kritis
Pek. Timbunan Tanah D 97 97 99 99 99 99 Kritis
Pek. Bang. Gorong-Gorong
Pek. Galian Tanah F 99 99 100 100 100 100 Kritis
Pek. Pasangan Batu G 100 100 101 101 101 101 Kritis
Pek. Pasangan Batu J 101 101 102 102 102 102 Kritis
Pek. Beton Bertulang I 102 102 103 103 103 103 Kritis
Pek. Bangunan Bagi
Pek. Galian Tanah E 103 103 104 104 104 104
Pek. Pelesteran - 82
Total L
Pek. Pasangan Batu K 105 105 106 106 106 106 Kritis
Kritis
Pek. Pasangan Batu H 104 104 105 105 105 105 Kritis
IV-35
waktu penyelesaian proyek, dimana pada diagram jaringan kerja normal durasi waktu
penyelesaian proyek lebih besar jika dibandingkan dengan diagram setelah perubahan jam
kerja efekitf yakni penambahan 1 jam, penambahan 2 jam, dan penambahan 3 jam kerja
efekitf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel evaluasi berikut :
Tabel 4.35. Tabel Evaluasi Durasi Waktu Penyelesaian Proyek
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7
4.10 Perubahan Analisa Harga Satuan Item Pekerjaan
Adanya perubahan jam kerja efektif maka secara otomatis akan terjadi perubahan
biaya pada masing-masing item pekerjaan, sehingga pada akhirnya biaya proyek secara
keseluruhan dari item-item pekerjaan akan berubah pulah berdasarkan besar perubahan
biaya dari setiap item pekerjaan. Artinya bahwa ketika ada perubahan jam kerja efektif,
produksi tenaga kerja akan mengalami perubahan sebesar perubahan jam kerja itu sendiri,
sehingga waktu pelaksanaan proyek juga mengalami perubahan sebesar perubahan
produksi akibat perubahan jam kerja efektif, dan pada akhirnya biaya proyek juga mengalami
perubahan.
Pada penelitian ini melakukan percepatan waktu penyelesaian proyek dengan
menambah jam kerja lembur pada item-item pekerjaan. Sehingga upah tenaga kerja dalam
jam kerja lembur dihitung berdasarkan standar upah menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor Kep. 102/Men/IV/2014 Tentang Waktu Dan Upah Lembur.
Dimana untuk penambahan 1 jam lembur tarif upah tenaga kerja adalah 1.5 dikali upah
-19
A, B, B1, 0, C1, D, F,
G, J, E, H, I, K
1-A, 2-B, 3-B1, 4-0, 5-C1, 6-D,
7-F, 8-G, 9-J, 10-E, 11-H, 12-I,
13-K
1-A, 2-B, 3-B1, 4-0, 5-C1, 6-D,
7-F, 8-G, 9-J, 10-E, 11-H, 12-I,
13-K
1-A, 2-B, 3-B1, 4-0, 5-C1, 6-D,
7-F, 8-G, 9-J, 10-E, 11-H, 12-I,
13-K
118
111
106
A, B, B1, 0, C1, D, F,
G, J, E, H, I, K
A, B, B1, 0, C1, D, F,
G, J, E, H, I, K
-
-7
-14
125
A, B, B1, 0, C1, D, F,
G, J, E, H, I, K
1-A, 2-B, 3-B1, 4-0, 5-C1, 6-D,
7-F, 8-G, 9-J, 10-E, 11-H, 12-I,
13-K
Normal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14
Penambahan 3 jam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14
1 2
Penambahan 1 Jam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14
Penambahan 2 Jam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14
DIAGRAM JARINGAN
KERJA
3 4 5
SELISI
WAKTU
(HARI)
PERISTIWA KRITIS KEGIATAN KRITIS LINTASAN KRITISDURASI WAKTU
PENYELESAAN (HARI)
IV-36
standar, dan apabila ada penambahan 2 jam lembur atau lebih maka tarif upah tenaga kerja
adalah 2 kali upah standar.
Tabel 4.36 Rangkuman Produksi Normal Dan Produksi Akibat Perubahan Jam Kerja Efektif
Sumber : Hasil Analisa
4.10.1 Perhitungan Harga Satuan Item Pekerjaan
Harga satuan item pekerjaan yang dihitung untuk setiap perubahan jam kerja efektif
( lembur 1 jam, lembur 2 jam, dan lembur 3 jam ) relatif berbeda dengan harga satuan awal.
Hal ini terjadi karena upah satuan tenaga kerja pada jam kerja lembur lebih besar jika
dibandingkan dengan harga satuan tenaga kerja awal. Berikut adalah hasil perhitungan
harga satuan upah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.37.
Tabel 4.37 Harga Satuan Upah Tenaga Kerja
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 4.36 diatas maka dapat dihitung analisa harga satuan awal dan
harga satuan lembur. Berikut hasil hitung dapat dilihat pada tabel 4.38
I
1
2
3
4
5
II
6
7
8
9
III
10
11
12
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Saluran Type 0.50
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Timbunan Tanah
Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan Pelesteran
H
K
F
G
J
I
E
A
D
B
C
C1
Lembur 3 Jam
Produksi Akibat Perubahan Jam Kerja EfektifNo.
Produksi
Normal Lembur 1 Jam Lembur 2 JamItem Pekerjaan Kode Kegiatan
3.7
26.32
29.62
30.3
7.4
52.64
14.81
3.7
52.64
4.23
26.32
6.06
14.81
31.74
34.63
7.93
56.36
16.93
56.36
33.86
38.96
8.46
60.08
19.05
60.08
4.76
33.76
30.04
6.93
16.93
4.23
30.04
4.76
33.76
7.80
19.05
37.48
8.67
21.17
5.29
37.48
35.98
43.29
8.99
63.8
21.17
5.29
63.8
1
2
3
4
130,000.00
100,000.00
160,000.00
170,000.00
130,000.00
100,000.00
170,000.00
65,000.00
50,000.00
120,000.00
127,500.00
97,500.00
75,000.00
85,000.00
Tukang
Pekerja
Hari
Hari
Hari
Hari
Kepala Tukang
Upah 3 Jam
Lembur (Rp.)
1.5 x HSU 2 x HSU 2 x HSU
Mandor 80,000.00 160,000.00
Upah 2 Jam
Lembur (Rp.)No. Uraian SatuanHarga Satuan
Upah (HSU)
(Rp.)
Upah 1 Jam
Lembur (Rp.)
IV-37
Tabel 4.38 Jumlah Harga Satuan Awal dan Jumlah Harga Satuan Lembur
Sumber : Hasil Analisa
4.11 Hitung Kembali Biaya Proyek
Berdasarkan harga satuan item pekerjaan pada tabel 4.38 diatas maka dapat dihitung
biaya proyek untuk jam kerja normal, 1 jam kerja lembur, 2 jam kerja lembur, dan 3 jam kerja
lembur. Hasil perhitungan biaya proyek dapat dilihat pada tabel 4.39 berikut :
-
I Pek. Saluran Pasangan Type 0.50
1
2
3
5
6
II
1
2
3
4
III
1
2
3
No. Kode
Pek. Satuan Volume
Harga Satuan
Awal ( Rp. )
Harga Satuan 1 Jam
Lembur ( Rp )
Harga Satuan 2 Jam
Lembur ( Rp )
A B C D E F G
Item Pekerjaan
Pekerjaan Bangunan Bagi
Pekerjaan Galian Tanah
Pasangan Batu Karang
Pekerjaan Pelesteran
A
D
B
C
C1Pekerjaan Pelesteran
Pek. Bangunan Gorong-Gorong
Pekerjaan Galian Tanah
Pasangan Batu Karang
Pekerjaan Pelesteran
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Timbunan Tanah
Pasangan Batu Karang
Pekerjaan Pelesteran
K
F
G
J
I
M2
415.00
115.17
402.15
1255.98
942.72
8.09
1.34
2.45
6.20
6.24
10.20
1.56
M3
M3
M3
M2
M2
M3
M3
M2
E
H
M3
M3
M3
43,065.00
831,440.36
58,242.45
64,597.50
31,581.00
953,953.15
78,226.71
78,226.71
64,597.50
953,953.15
78,226.71
4131276.1500
64,597.50
953,953.15
78,226.71
43,065.00
21,054.00
831,440.36
58,242.45
58,242.45
43,065.00
831,440.36
58,242.45
3,783,124.20
98,210.96
98,210.96
86,130.00
1,076,465.65
98,210.96
4,479,427.52
86,130.00
1,076,465.65
98,210.96
Harga Satuan 3 Jam
Lembur ( Rp )
H
86,130.00
42,108.00
1,076,465.65
86,130.00
42,108.00
1,076,465.65
4,479,427.52
86,130.00
1,076,465.65
98,210.96
98,210.96
98,210.96
86,130.00
1,076,465.65
98,210.96
IV-38
IV-39
Tabel 4.40 Rangkuman Biaya Proyek
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa bila terjadi penambahan
jam kerja lembur ( tambah 1 jam, tambah 2 jam, dan tambah 3 jam ) dari 7 jam kerja efektif
awal, waktu pelaksanaan proyek menjadi lebih pendek tetapi biaya proyek juga bertambah
besar akibat adanya perubahan harga satuan item pekerjaan pengaruh jam kerja lembur
seperti yang terlihat pada tabel 4.40 diatas.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya proyek untuk penambahan 2 jam kerja lembur
dan penambahan 3 jam kerja lembur, jumlah biaya proyek sama yakni Rp.1.054.571.542,24.
Hal tesebut terjadi karena harga satuan upah tenaga kerja pada penambahan 1 jam dan
penambahan 2 jam sama dengan berdasarkan pada persyaratan MENAKERTRANS
NO.KEP. 102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur, dimana
untuk penambahan 1 jam pertama upah tenaga kerja adalah 1,5 x upah standar, dan untuk
penambahan 2 jam dan 3 jam adalah 2 x upah standar.
4.12 Hitung Keuntungan Proyek
Keuntungan adalah selisi antara pendapatan dan pengeluaran dari suatu kegiatan
atau proyek yang dikerjakan. Suatu proyek dinyatakan memperoleh keuntungan apabila
pendapatan yang didapat lebih besar dari pada pengeluaran, dan sebaliknya jika suatu
proyek penyelesaiannya lebih banyak pengeluaran maka proyek tersebut dinyatakan
mengalami kerugian. Keuntungan awal dari suatu pelaksanaan proyek diambil dari 10%
biaya proyek, namun keuntungan proyek juga akan mengalami perubahan seiring dengan
perubahan biaya proyek yang terjadi.
Keuntungan proyek dihitung dengan menggunakan persamaan L = 10% * (BP).
Keterangan :
L = Laba / Keuntungan
BP = Biaya Proyek
A
1
2
3
4
-
144,910,403.59
289,820,571.65
289,820,571.65
Normal
Tambah 1 Jam
Tambah 2 Jam
Tambah 3 Jam
125
118
111
106
-
18.95
37.90
37.90
764,750,970.59
764,750,970.59
909,661,374.18
1,054,571,542.24
1,054,571,542.24
NoPerubahan Biaya
Proyek ( Rp )
Besar Perubahan
Biaya Proyek ( Rp )% Biaya Proyek
B C D E F = E-D G = ((E-D)/D)*100
Biaya Proyek
Awal ( Rp )
Waktu
PelaksanaanJam Kerja Efektif
IV-40
Sedangkan perubahan keuntungan dapat dihitung dengan persamaan :
ΔL L – ( L * % Perubahan Biaya Proyek )
Keterangan :
ΔL = Perubahan Keuntungan
L = Keuntungan awal
Hasil perhitungan keuntungan awal dan keuntungan baru akibat perubahan biaya
proyek dapat dilihat pada tabel 4.39 berikut :
Tabel 4.41 Hasil Perhitungan Keuntungan Awal Dan Keuntungan Baru
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 4.41 diatas dapat diketahui bahwa setiap penambahan jam kerja
lembur terjadi perubahan (penurunan) keuntungan yang cukup besar seperti yang terlihat
pada tabel diatas.
4.13 Pembahasan
Pembahasan dalam analisa ini dilakukan untuk menjawab tujuan-tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah pengaruh perubahan jam kerja efektif
terhadap produksi minimum, hubungan perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap
waktu penyelesaian, pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap biaya
proyek dan pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap keuntungan
proyek.
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada masing-masing tujuan yang
disebutkan diatas maka dapat dibuatkan grafik yang menunjukkan pengaruh perubahan jam
kerja efektif pada jalur kritis terhadap waktu pelaksanaan, biaya proyek, dan keuntungan
proyek.
A
1
2
3
4
-
18.95%
37.90%
37.90%
-
-18.95
-37.9
-37.9
76,475,097.06
61,983,066.17
47,491,035.27
47,491,035.27
-
14,492,030.89
28,984,061.79
28,984,061.79
Normal
Lembur 1 Jam
Lembur 2 Jam
Lembur 3 Jam
125
118
111
106
76,475,097.06
% Keuntungan
B C D E F = D - (D*E) G H = ((F-D)/D)*100
Keuntungan Proyek
Awal ( Rp. )
% Perubahan Biaya
ProyekKeuntungan Baru
( Rp. )
Besar Perubahn
Keuntungan ( Rp. )N0 Jam Kerja Efektif
Waktu
Pelaksanaan
IV-41
4.13.1 Pengaruh perubahan jam kerja efektif pada jalur kritis terhadap waktu
penyelesaian
Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisa pada bagian-bagian sebelumnya
dapat diketahui bahwa sesunggunya perubahan jam kerja efektif tidak berpengaruh pada
jalur kritis. Artinya bahwa jalur kritis pada diagram jaringan kerja awal dan diagram jaringan
kerja akibat perubahan jam kerja efektif tetap pada jalur kritis yang sama.
Tetapi perubahan jam kerja efektif ( penambahan jam kerja lembur, 3 jam dengan
interval waktu 1 jam ) sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian setiap item pekerjaan
pada diagram jaringan kerja, dimana dengan adanya perubahan jam kerja efektif (jam kerja
lembur) terjadi perubahan produksi minimum (Qm) kelompok kerja dalam satu satuan hari.
Sehingga waktu penyelesaian item pekerjaan mengalami perubahan seiring dengan
perubahan jam kerja efektif yang terjadi dalam satu satuan hari.
Hal tersebut terjadi karena sesunggunya waktu penyelesaian setiap item pekerjaan
sangat tergantung pada produksi minimum (Qmin) yang dihasilkan oleh kelompok kerja pada
setiap item pekerjaan yang bersangkutan dan besar kecilnya produksi minimum sangat
ditentukan oleh lamanya jam kerja efektif yang digunakan untuk menyelesaikan setiap item
pekerjaan.
Kejelasan keterangan diatas dapat dibuktikan dengan merujuk pada persamaan 2.12
yakni produksi tenaga kerja
dan persamaan 2.17 yakni waktu
penyelesaian
yang dapat dilihat pada Bab II. Berdasarkan persamaan-persamaan
tersebut dapat diketahui dengan jelas pengaruh perubahan jam kerja efektif. Sehingga pada
akhirnya waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan diperoleh setelah melakukan
penggambaran diagram jaringan kerja seperti pada gambar 4.4, 4.5, 4.6, dan gambar 4.7
diatas. Perubahan waktu penyelesaian akibat perubahan jam kerja efektif dapat dilihat pada
tabel 4.42 berikut :
Tabel 4.42 Hubungan Jam Kerja Efektif Terhadap Waktu Penyelesaian
.
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan Gambar 4.4, 4.5, 4.6,Dan 4.7
1 Jam Efektif Awal 125
2 Lembur 1 Jam 118
3 Lembur 2 Jam 111
4 Lembur 3 Jam 106
Jam Kerja EfektifWaktu Penyelesaian
(Hari)No.
IV-42
Perubahan waktu penyelesaian terjadi karena adanya perubahan jam kerja efektif
yang mempengaruhi produksi minimum kelompok kerja (penambahan jam kerja lembur),
artinya penggunaan jam kerja efektif semakin meningkat maka produksi minimum akan
semakin meningkat dan waktu penyelesaiaan akan semakin menurun. Sedangkan
perubahan waktu penyelesian item pekerjaan itu sendiri dapat mempengaruhi umur lintasan
kritis, dimana waktu penyelesaian setiap item pekerjaan menurun umur lintasan kritis juga
menurun. Perubahan umur lintasan kritis akibat penambahan 1 jam kerja efekti adalah 118
hari lebih lebih kecil dari umur lintasan kritis awal yakni 125 hari, umur lintasan kritis akibat
penambahan 2 jam kerja efektif adalah 111 hari, dan umur lintasan kritis akibat penambahan
3 jam kerja efektif adalah 106 hari, dimana lebih kecil dari umur lintasan kritis pada diagram
jaringan kerja awal.
Berdasarkan tabel 4.40 diatas dapat dibuat grafik hubungan antara jam kerja efektif
dan waktu penyelesaian.
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Jam Kerja Efektif Dan Waktu Penyelesaian
4.13.2 Pengaruh Perubahan Jam Kerja Efektif Pada Jalur Kritis Terhadap Biaya
Proyek.
Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisa pada bagian-bagian sebelumnya
dapat diketahui bahwa sesunggunya perubahan jam kerja efektif tidak berpengaruh pada
95
100
105
110
115
120
125
130
Jam EfektifAwal
Lembur 1Jam
Lembur 2Jam
Lembur 3Jam
Hubungan Jam Kerja Efektif Dan Waktu Penyelesaian
Hubungan Jam KerjaEfektif Dan WaktuPenyelesaian
IV-43
jalur kritis. Artinya bahwa jalur kritis pada diagram jaringan kerja awal dan diagram jaringan
kerja akibat perubahan jam kerja efektif tetap pada jalur kritis yang sama.
Untuk biaya proyek, berdasarkan hasil perhitungan pada bagian-bagian sebelumnya
dapat diketahui pula bahwa perubahan jam kerja efektif sangat berpengaruh terhadap biaya
proyek. Dimana perubahan jam kerja efektif semakin besar, maka produksi minimum (Qmin)
kelompok kerja juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan jam kerja efektif yang
terjadi dalam satu satuan hari, sehingga waktu penyelesaian juga mengalami perubahan
berdasarkan produksi minimum (Qmin) yang terjadi dalam satu satuan hari, sehingga biaya
unsure tenaga kerja juga mengalami perubahan.
Jika merujuk pada persamaan 2.21 , persamaan 2.22
, persamaan 2.23 , (biaya unsur tenaga kerja),
persamaan 2.24 (biaya unsur material), dan persamaan 2.25
(biaya unsur peralatan) dapat diketahui dengan jelas bahwa variabel
penentu dari biaya proyek adalah biaya unsure tenaga kerja, biaya unsure material, dan
biaya unsure peralatan. Perlu diketahui juga bahwa dalam penelitian yang berubah adalah
biaya unsure tenaga kerja, karena adanya perubahan jam kerja efektif (panambahan jam
kerja lembur) yang terjadi. Berikut hasil perhitungan pengaruh perubahan jam kerja efektif
terhadap biaya proyek dapat dilihat pada tabel 4.43.
Tabel 4.43 Pengaruh Perubahan Jam Kerja Efektif Terhadap Biaya Proyek
Sumber : Hasil Analisa
Perubahan biaya proyek akibat adanya peningkatan jam kerja efektif terjadi karena
harga satuan upah tenaga kerja dibayar sesuai persyaratan MENAKERTRANS NO.KEP.
102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa, biaya proyek akibat jam kerja efektif normal lebih
kecil dari biaya proyek akibat penambahan jam kerja efektif pertama yakni
Rp.909.661.374,18 lebih kecil dari biaya proyek akibat penambahan jam kerja efektif kedua
yakni Rp.1.054.571.542,24 dan lebih kecil dari biaya proyek akibat penambahan jam kerja
1 Jam Efektif Awal 764,750,970.59
2 Lembur 1 Jam 909,661,374.18
3 Lembur 2 Jam 1,054,571,542.24
4 Lembur 3 Jam 1,054,571,542.24
Jam Kerja EfektifPerubahan Biaya
Proyek (Rp.)No.
IV-44
efektif ketiga yakni Rp.1.054.571.542,24. Hal tersebut terjadi karena biaya proyek pada
setiap penambahan jam kerja efektif (jam kerja lembur) semakin meningkat, dan biaya
proyek itu sendiri juga meningkat karena pengaruh perubahan harga satuan upah tenaga
kerja pada penambahan jam kerja efektif.
Biaya proyek pada penambahan 2 jam kerja lembur dan penambahan 3 jam kerja
lembur tidak berbeda atau dengan kata lain sama, karena pengaruh perhitungan harga
satuan upah tenaga kerja untuk kedua jam kerja lembur tersebut sama yaitu 2 x upah
standar. Sehingga dari harga satuan upah tenaga kerja tersebut yang sama mengakibatkan
biaya proyek pada kedua jam kerja lembur tersebut sama.
Berdasarkan tabel 4.43 diatas maka dapat dibuat grafik hubungan jam kerja efektif
dan perubahan biaya proyek. Berikut grafik hubungan jam kerja efektif dan perubahan biaya
proyek :
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Jam Kerja Efektif Dan Perubahan Biaya Proyek
4.13.3 Pengaruh Perubahan Jam Kerja Efektif Pada Jalur Kritis Terhadap
Keuntungan Proyek
Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisa pada bagian-bagian sebelumnya
dapat diketahui bahwa sesunggunya perubahan jam kerja efektif tidak berpengaruh pada
jalur kritis. Artinya bahwa jalur kritis pada diagram jaringan kerja awal dan diagram jaringan
kerja akibat perubahan jam kerja efektif tetap pada jalur kritis yang sama.
0.00
200,000,000.00
400,000,000.00
600,000,000.00
800,000,000.00
1,000,000,000.00
1,200,000,000.00
JamEfektifAwal
Lembur1 Jam
Lembur2 Jam
Lembur3 Jam
Hubungan Jam Kerja Efektif Terhadap Biaya Proyek
Hubungan Jam KerjaEfektif Terhadap BiayaProyek
IV-45
Besar kecilnya keuntungan suatu proyek sangat ditentukan oleh biaya proyek yang
digunakan untuk menyelesaikan seluruh item pekerjaan yang bersangkutan. Pengertian
tersebut menyatakan bahwa jika biaya proyek semakin kecil maka keuntungan proyek akan
semakin besar, sedangkan jika biaya proyek semakin besar maka keuntungan proyek akan
semakin kecil atau mengalami penurunan dari keuntungan awal.
Sesunggunya pengaruh perubahan jam kerja efektif terhadap keuntungan proyek
tidak terlihat secara nyata dalam persamaan yang digunakan dalam perhitungan keuntungan,
tetapi yang berpengaruh secara nyata adalah biaya proyek. Untuk lebih jelas dapat kita lihat
persamaan 2.30 L-
, dan persamaan
L- - - -
- yang dapat dilihat pada Bab IV yakni
persamaan keuntungan. Hasil analisa mengenai perubahan keuntungan akibat perubahan
jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel 4.44 berikut :
Tabel 4.44 Perubahan Keuntungan Akibat Perubahan Jam Kerja Efektif
Sumber : Hasil Analisa
Perubahan keuntungan proyek terjadi karena adanya perubahan jam kerja efektif
yang dapat mempengaruhi biaya proyek dan biaya proyek itu sendiri dapat mempengaruhi
keuntungan proyek. Perubahan jam kerja efektif pertama (1 jam lembur) berpengaruh pada
penurunanan keuntungan sebesar Rp.61.983.066,17 dari keuntungan awal yang sebesar
Rp.76.475.097,06 dengan selisi keuntungan sebesar Rp. 14.492.030,89 sehingga
prosentase penurunan keuntungan untuk penambahan 1 jam kerja efektif pertama adalah
sebesar -18,95%. Penambahan 2 jam kerja efektif menyebabkan penurunan keuntungan
sebesar Rp.47.491.035,27 dengan selisi keuntungan sebesar Rp.28.984.061,79 dan
prosentase penurunan keuntungan sebesar -37,90%, dan penambahan 3 jam kerja efektif
menyebabkan penurunan keuntungan sebesar Rp. 47.491.035,27 dengan prosentase
penurunan keuntungan sebesar -37.90%.
1 Jam Efektif Awal 76,475,097.06
2 Lembur 1 Jam 61,983,066.17
3 Lembur 2 Jam 47,491,035.27
4 Lembur 3 Jam 47,491,035.27
No. Jam Kerja EfektifPerubahan
Keuntungan (Rp.)
IV-46
Hal serupa pada kesamaan biaya proyek pada penambahan 2 jam kerja lembur dan
penambahan 3 jam kerja lembur menyebabkan keuntungan pada kedua jam kerja lembur
tersebut juga menjadi sama yakni Rp. 47.491.035,27.
Berdasarkan tabel 4.44 diatas maka dapat dibuat grafik hubungan jam kerja efektif
dan keuntungan proyek. Berikut grafik hubungan jam kerja efektif dan keuntungan proyek :
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Jam Kerja Efektif Dan Keuntungan Proyek
0.0010,000,000.0020,000,000.0030,000,000.0040,000,000.0050,000,000.0060,000,000.0070,000,000.0080,000,000.0090,000,000.00
JamEfektifAwal
Lembur1 Jam
Lembur2 Jam
Lembur3 Jam
Hubungan Perubahan Jam Kerja Efektif Terhadap Keuntungan Proyek
Hubungan Perubahan JamKerja Efektif TerhadapKeuntungan Proyek