53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian
Penelitian Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di
laksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga yang terletak di
Jalan Tegalrejo Nomor 79 Salatiga. Dari hasil observasi
dan studi dokumen bulan September 2017 didapat data
bahwa SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 1.029
sumber daya manusia yang meliputi 59 tenaga
pendidik, 22 tenaga kependidikan, 8 tenaga kebersihan,
dan 940 siswa. Ada tiga jurusan untuk setiap jenjang
angkatan, kelas X terdiri dari enam kelas jurusan MIPA,
empat kelas jurusan IPS dan satu kelas jurusan
bahasa. Sedangkan kelas XI dan kelas XII terdiri dari
lima kelas jurusan MIPA, lima kelas jurusan IPS dan
satu kelas jurusan bahasa. Kelas X menggunakan
sistem kurikulum 2013 dan kelas XI dan kelas XII
menggunakan sistem kurikulum 2006.
SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai luas
lingkungan sekolah 28.850 m2, terdiri dari 5.971 m2
bangunan dan 22.879 m2 ruang terbuka hijau, rindang
dan sejuk. Jumlah pohon yang memiliki lingkar batang
lebih dari 50 cm di lingkungan sekolah ada 71 pohon
dengan keanekaragaman jenis vegetasi sekitar 500 jenis
di topang dengan 10 sumur resapan, 105 buah biopori,
54
10 sumur resapan, satu instalansi pengolahan limbah
(IPAL), tempat pengolahan sampah terpadu, ruang bank
sampah dan ruang kreatif sebagai tempat pengolahan
dan penyimpanan hasil karya pengolahan sampah
anorganik, dan lima kolam ikan dengan dua
diantaranya sebagai penampungan air cuci tangan (air
wundu). Sekolah juga dilengkapi dengan kebun
konservasi tanaman, kebun kelas, green house, kebun
obat, taman sekolah, vertical garden, ruang terbuka,
lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola
volly dan kantin kejujuran.
Untuk melayani kebutuhan warga sekolah
dibangun 32 kamar mandi-WC yang terawat
kebersihannya. Kebutuhan praktikum dalam ruangan
dilayani dengan disediakan satu laboratorium bahasa,
satu laboratorium kimia, satu laboratorium fisika, satu
laboratorium biologi, dan empat laboratorium TIK serta
perpustakaan sesuai kriteria standar nasional
pendidikan. Proses belajar mengajar di dalam kelas
dilayani di 33 ruang kelas. Ruang guru, ruang TU,
ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang Waka,
ruang Kurikulum, ruang kesiswaan dan ada 33 kelas.
Warga sekolah disediakan Mushola, ruang agama
Katolik, ruang agama Kristen dan agama Hindu.
55
1.2 Hasil Penelitian
1.2.1 Context Program Sekolah Adiwiyata
1.2.1.1 Kebutuhan Program
Dibandingkan dengan SMA lain di Salatiga, SMA
Negeri 2 Salatiga termasuk terletak dipinggiran kota.
Namun demikian dalam pengelolaan lingkungan
sekolah dapat dikategorikan membanggakan. Seiring
dengan pencanangan program Sekolah Adiwiyata oleh
Kementrian Lingkungan Hidup melalui Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, mulai tahun
2011 penataan dan pengelolaan lingkungan sekolah
dilakukan secara terencana dengan melibatkan warga
sekolah. DLH Kota Salatiga mempunyai program
pelestarian lingkungan hidup dengan menanamkan
karakter budaya dan kepedulian lingkungan melalui
pendidikan dari tingkat SD, SMP dan SMA. Melalui
lomba Sekolah Adiwiyata diharapkan sekolah-sekolah
mengimplementasikan pendidikan karakter budaya
peduli lingkungan kepada semua unsur warga sekolah.
Guru, siswa dan karyawan belajar dan sekaligus
membudayakan kebiasaan hidup peduli lingkungan di
lingkungan sekolah. Kebiasaan ini diharapkan juga
diterapkan dilingkungan hidup bermasyarakat,
sehingga sekolah menjadi sangat strategi mengubah
perilaku masyarakat dalam masalah lingkungan.
56
Sekolah diharapkan menjadi agen perubahan perilaku
masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal ini
seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Lingkungan
DLH Kota Salatiga, Arif Suryadi, ST., MM., dalam
kutipan wawancara berikut:
“Pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan
mengajak sekolah-sekolah untuk melakukan
pembelajaran pelestarian lingkungan hidup. Karena melalui pembelajaran pelestarian
lingkungan di sekolah sangat potensial mendidik
warga negara dalam hal mengelola lingkungan,
merawat lingkungan dan melestaikan
lingkungan. DLH akan selalu membimbing
sekolah-sekolah potensial sebagai pioner , virus program adiwiyata. Sehingga sekolah dapat
mencapai standar sekolah adiwiyata kota,
provinsi, nasional bahkan adiwiyata mandiri.
Selain melaui penyuluhan-penyuluhan juga
diadakan lomba Sekolah Adiwiyata.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Didorong oleh kebijakan DLH Kota Salatiga ini,
SMA Negeri 2 Salatiga mulai membenahi lingkungan
sekolah dengan merencanakan program Sekolah
Adiwiyata. Sekolah mulai berbenah dengan mengelola
lingkungan secara terprogram. Usaha ini mengantarkan
sekolah mendapatkan penghargaan Wali Kota Salatiga
sebagai Juara 1 Calon Sekolah Adiwiyata SMA/SMK
Kota Salatiga pada tahun 2011. Hal ini seperti yang
diungkapkan Waka Sarana Prasarana dalam kutipan
wawancara berikut :
“Smanda dulu relatif gersang, belum ada penataan lingkungan. Namun sejak tahun 2011
sekolah mulai membenahi lingkungannya.
57
Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata. Alhamdulillah tahun 2011 mendapat
penghargaan juara I sebagai calon sekolah
adiwiyata Kota Salatiga pada lomba sekolah
adiwiyata yang diselenggarakan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Salatiga. Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan
sarana dan prasarana. Sampai sekarang
kebijakan sekolah terhadap pendidikan
lingkungan terus dilaksanakan walaupun
sekolah sudah mendapatkan penghargaan
sebagai sekolah adiwiyata nasional.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Pelestarian lingkungan yang diwujudkan dalam
program Sekolah Adiwiyata juga sejalan dengan Visi
Sekolah, yaitu : Bertaqwa, berkarakter, berwawasan
lingkungan, dan berdaya saing. Untuk mencapai visi ini
sekolah melaksanakan misi :
a. Meningkatkan semangat hidup yang agamis.
b. Melaksanakan kegiatan akademik dan non
akademik sebagai wadah bagi peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri secara
optimal. c. Menerapkan peraturan sekolah secara
konsisten.
d. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang
dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial
para peserta didik. e. Menciptakan sekolah yang berbudaya literasi
f. Meningkatkan rasa cinta tanah air.
g. Melibatkan orang tua/wali untuk
menciptakan peserta didik yang berkarakter.
h. Menciptakan budaya sekolah yang mencintai
lingkungan. i. Mengadakan koordinasi dengan orang tua,
masyarakat, perguruan tinggi dan instasi
pemerintah maupun swasta.
j. Mengoptimalkan pengembangan diri dalam
persaingan di era global. (KTSP SMA Negeri 2 Salatiga Dokumen I)
58
Kepala SMA Negeri 2 Salatiga mulai tahun 2012
telah membuat program pembentukan karakter
berbudaya lingkungan dengan pencanangan program
pengembangan Sekolah Adiwiyata. Kebijakan ini dapat
diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala SMA
Negeri 2 Salatiga berikut:
“Program Sekolah Adiwiyata merupakan
program berkelanjutan yang harus didukung
karena program ini juga membentuk karakter kepedulian peserta didik terhadap pelestarian
lingkungan. Apalagi Smanda juga telah
mendapat penghargaan sebagai Sekolah
Adiwiyata tingkat kota, provinsi dan nasional.”
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga
dapat dicermati dari hasil wawancara dengan Wakil
Kepala Sekolah Managemen Mutu seperti kutipan
berikut:
“Sekolah melalui kebijakannya untuk setiap tahun pelajaran selalu mengeluarkan SK
Pembentukan Tim Program Adiwiyata. Ini
merupakan salah satu wujud secara formal
bahwa pimpinan berupaya sekolah adiwiyata
yang telah dan sedang berjalan ini dapat terus
berjalan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:
“Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program
adiwiyata tahun 2012 menempatkan karakter
peduli lingkungan pada perangkat
pembelajaran. Silabus dan RPP mencantumkan
karakter-karakter kepedulian lingkungan. Hampir semua mapel mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
59
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 2 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga
Hasil wawancara dengan Bendahara Sekolah
tanggal 2 Oktober 2017 mendapatkan data bahwa,
dibidang penganggaran, sejak tahun 2013 secara rutin
sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari
total anggaran belanja sekolah khusus untuk program
pengembangan Sekolah Adiwiyata.
Usaha membudayakan kepedulian warga sekolah
terhadap lingkungan mulai nampak sejak tahun 2013,
terlebih dengan mendapat penghargaan sebagai
Sekolah Adiwiyata. SMA Negeri 2 Salatiga pada tahun
2013 dan 2015 mendapat piagam penghargaan sebagai
sekolah kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Kota
Salatiga. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat
penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat
Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA
Negeri 2 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah
tingkat SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota
Salatiga yang mendapat penghargaan kategori Sekolah
Adiwiyata tingkat nasional.
60
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga) Gambar 3 : Piagam Penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Nasional
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Dari analisis data hasil pengamatan lingkungan,
visi-misi sekolah, data hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Managemen Mutu,
Bendahara Komite, data hasil wawancara dengan Kabid
Lingkungan DLH Kota Salatiga dan penghargaan yang
diperoleh SMA Negeri 2 Salatiga dapat disimpulkan
bahwa SMA Negeri 2 Salatiga didorong oleh kebijakan
Pemerintah yang menjalankan program pelestarian
lingkungan, telah mengambil kebijakan menjalankan
pengembangan program Sekolah Adiwiyata.
Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan tidak
lepas dari upaya sekolah untuk memenuhi salah satu
kebutuhan warga sekolah tentang kenyamanan dan
keamanan lingkungan sekolah sebagai tempat
pembelajaran warga sekolah. Pembelajaran ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas. Seperti
61
salah satu hasil wawancara dengan sekelompok peserta
didik berikut:
“Saya senang di Smanda walaupun jauh dari
rumah saya karena tempatnya bagus, sejuk, nyaman. Untuk belajar enak, tidak bising.
Banyak tempat terbuka dan terbuka hijau
sehingga kami bisa belajar dimana saja.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Kenyamanan siswa belajar Dari visi-misi sekolah,
SMA Negeri 2 Salatiga juga mempunyai tujuan
membangun karakter terutama dalam hal ini karakter
waga sekolah yang peduli berbudaya lingkungan (KTSP
SMA Negeri 2 Salatiga dokumen satu). Observasi
peneliti menemukan beberapa kasus, masih ada
beberapa warga sekolah yang membuang sampah tidak
ditempatnya. Kepedulian meggunakan energi
secukupnya juga belum semua warga jalani, ada
peserta didik yang justru menyalakan lampu teras
disiang hari atau lupa mematikan kran air sehabis
dipakai. Seperti petikan wawancara dengan karyawan
ini.
“Smanda sekarang sudah lumayan, bersih, rapi,
tapi itu lo masih ada saja anak anak yang
membuang sampah sembarangan. Mbok yo
pengertian dikit lah wong yo wis adiwiyata
nasional kok yo ijih ngono, gawan bayi kali.” (Wawancara tanggal 4 September 2017)
Senada dengan wawancara di atas, dalam
wawancara dengan Ketua Program Adiwiyata tanggal
62
29 September 2017 mendapat keterangan bahwa warga
sekolah belum seluruhnya terbangun karakter peduli
lingkungan.
“Terkadang siswa bahkan guru dan karyawan juga
masih belum bisa menempatkan, bukan membuang sampah ditempatnya. Sampah plastik
malah dibuang di tempat sampah organik yang
kertas atau daun ditempatkan di anorganik. Perlu
sekali untuk selalu diingatkan baik di upacara
ataupun di pembelajaran di kelas sehingga
pembelajaran terintegrasi dengan budaya lingkungan juga.” (Wawancara tanggal 29
September 2017)
Dari temuan peneliti dan wawancara dengan
karyawan dan Ketua program ada benang merah bahwa
pembudayaan karakter peduli lingkungan di SMA
Negeri 2 Salatiga masih perlu ddiperhatikan. Terlebih
ada guru yang masih mempunyai kebiasaan merokok
dilingkungan sekolah seperti dari petikan wawancara
dengan siswa berikut.
“Pak, kok ada guru yang merokok di parkiran ya.
Kok ndak memberi contoh yang baik. Maaf kok ndak risi sama anak-anak, katanya guru harus
memberi contoh, ya contoh yang baik to. Nanti jika
anak yang ngrokok dimarahi? Gemana tu?”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Pernyataan ini dibenarkan oleh seorang ibu guru
yang melihatnya juga, bahkan dikatakan ada beberapa
guru dan karyawan jika istirahat merokok di parkiran.
“Sekolah Adiwiyata di Smanda belum sepenuhnya berhasil, karena masih ada warga sekolah
terutama beberapa bapak guru dan karyawan yang
63
belum bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya, terutama di sekolah. Kadang mereka merokok
diparkiran belakang. Guru sebagai panutan
seharusnya memberi contoh yang baik.”
(Wawancara tanggal 25 September 2017)
Sarana prasarana pengolahan sampah mulai dari
tiap ruangan kelas ( ada tempat sampah basah dan
kering, organik dan anorganik), tempat sampah di luar
kelas atau ruangan (organik, anroganik, dan kaca) dan
di pembuangan akhir di sekolah sudah tersedia komplit
dan bagus. Namun dari pengamatan peneliti sayang
sarana ini belum sepenuhnya dioptimalkan, sampah
masih dicampur belum ada pemisahan. Sarana
komposterpun belum digunakan sepenuhnya. Petikan
wawancara dengan petugas kebersihan menguatkan
data hasil peneliti.
“Terkadang kadang saya memisahkan sampah
organik dan anorganik, tetapi susah juga karena
dari kelas sudah tercampur. Nanti di tempat
pembuangan sementara (TPS) juga belum ada
tempat pemilahan sehingga kadang terasa
percuma walaupun itu sebetulnya salah juga.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Ketua program adiwiyata membenarkan hal
tersebut, ketika peneliti mewancarainya seperti petikan
wawancara berikut :
“Sekolah sudah menyediakan sarana prasarana
pengelolahan sampah lengkap, tetapi praktek
dilapangan masih banyak kendala untuk
memanfaatkannya. Pembiasaan memilah sampah belum sepenuhnya berhasil.” (Wawancara tanggal
29 September 2017)
64
Kebiasaan berbudaya lingkungan juga belum
sepenuhnya tertanam di lingkungan kantin sekolah.
Dari pengamatan peneliti bulan Oktober 2007 didapat
bahwa katin sekolah masih melayani penjualan
makanan kemasan plastik, apalagi di kantin kejujuran
hampir semua makanan berkemasan plastik tidak
ramah lingkungan. Alasan praktis mengalahkan
penanaman karakter berbudaya lingkungan. Hal ini
dibenarkan oleh petugas kantinnya seperti petikan
wawancara berikut:
“Kami mendukung sekolah adiwiyata, tetapi kami
kewalahan melayani ketika istirahat jika pakai
piring. Dan ada makanan yang tidak bisa dibungkus dengan kertas atau daun bahkan
disajikan dengan piring. Maka kai ambil
praktisnya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat peserta didik sebagai konsumen utama
kantin juga senada, mereka mengambil praktisnya dan
sering membawa makanan ke luar kantin dan
makannya tidak dikantin tetapi di selasar kelas atau
bahkan di bawa ke kelas.
“Kantinnya walau sudah ada 7 tempat masih
terasa kurang jika pas istirahat. Berdesak-
desakan. Praktis jika pakai plastik dan lebih nyaman. Jika makan lebih santai di selasar kelas,
atau taman, santai longgar.” (Wawancara tanggal
2 Oktober 2017)
Jika ditelaah dari hasil penelitian di atas, hasil
wawancara dengan peserta didik, hasil wawancara
65
dengan karyawan, hasil wawancara dengan petugas
kantin, hasil wawancara dengan ketua program, studi
dokumen dan pengamatan peneliti di lapangan maka
dapat disimpulkan bahwa warga SMA Negeri 2 Salatiga
membutuhkan lingkungan yang bersih, sehat, nyaman
dan aman. Dan untuk mendukungnya dibutuhkan
kebijakan sekolah dalam pembudayaan karakter
kepedulian lingkungan.
Semakin jelas bahwa program Adiwiyata
Kementrian Lingkungan Hidup sebagai salah satu
solusi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi
lingkungan hidup sejalan dengan kebutuhan warga
SMA Negeri 2 Salatiga. Peserta didik membutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan tentang lingkungan
hidup serta lingkungan yang nyaman dan aman.
Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberi
energi positif untuk belajar. Pengetahuan dan
ketrampilam tentang lingkungan akan memberi bekal
praktik mengelola lingkungan dalam hidup di
masyarakat. Sekolah membutuhkan partisipasi semua
warga sekolah baik siswa, guru dan karyawan dalam
mengelola sampah, lingkungan dan kebersihan
lingkungan. Kebiasaan warga sekolah memilah
sampah, mengurangi sampah, mendaur ulang sampah
dan hemat energi sangat membantu sekolah upaya
66
dalam menanta lingkungan menjadi lebih baik. Dengan
kebiasaan hemat energi air, listrik, kertas, maupun
listrik, juga membantu effisiensi anggaran sekolah.
Sehingga Program Sekolah Adiwiyata memang
dibutuhkan di SMA negeri 2 Salatiga.
1.2.1.2 Tujuan Program Sekolah Adiwiyata
Untuk menjawab kebutuhan pengembangan
sekolah berbudaya dan peduli lingkungan, maka
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan membuat kebijakan
diadakan Program Adiwiyata.
Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga
berpendapat bahwa Program Adiwiyata ingin
mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan peduli
terhadap lingkungan seperti kutipan wawancara
berikut:
“Dengan program sekolah adiwiyata diharapkan
sekolah menjadi agen perubahan budaya
lingkungan. Semoga warga sekolah membawa
ilmu dan kebiasaan berbudaya lingkungan ke
tempat hidup dalam bermasyarakat, terutama di
rumahnya masing-masing. Itu merupakan kontribusinyang besar di bidang lingkungan.”
(Wawancara 14 November 2017)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua
Program Sekolah Adiwiyata seperti dalam kutipan
wawancara berikut:
67
“Tujuan sekolah adiwiyata adalah menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman
dan aman. Untuk masalah mendapatkan
penghargaan itu merupakan salah satu
dampaknya atau bonusnya saja. Dan yang
terpenting lagi adalah perubahan karakter warga sekolah yang semakin baik terhadap
permasalahan pelestarian lingkungan.”
(Wawancara 29 September 2017)
Tujuan diselenggarakannya program Sekolah
Adiwiyata nampak dan jelas, yaitu mewujudkan warga
sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui tata kelola sekolah yang baik untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan. Warga
sekolah dituntut bertanggungjawab dalam tata kelola
lingkungan hidup, tata kelola sekolah yang
berwawasan lingkungan.
Untuk mendukung tercapainya tujuan program
adiwiyata tersebut, sekolah adiwiyata melaksanakan
dua prinsip dasar yaitu partisipatif dan berkelanjtan.
Partisipatif mempunyai pengertian bahwa komunikasi
sekolah terlibat dalam menajeman sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran. Warga sekolah terlibat dalam seluruh rangkaian
proses kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah, mulai dari perencanaan program,
68
pelaksanaan program sampai dengan evaluasi
program. Sendangkan prinsip berkelanjutan
mempunyai pengertian bahwa seluruh kegiatan harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komprehensif. Program tidak hanya dilaksanakan
sesaat saja tetapi berkelanjutan, karena penanaman
karakter akan berhasil jika dilakukan secara berulang
dan terus menerus. Secara tidak langsung maka
sekolah turut menciptakan pembangunan karakter
bangsa seperti yang diharapkan yang diharapkan
dalam program adiwiyata berikut:
Dengan melaksanakan program Adiwiyata
akan menciptakan warga sekolah, khususnya
peserta didik yang peduli dan berbudaya
lingkungan, sekaligus mendukung
dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan
ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan di
daerah. (Buku Paduan Adiwiyata 2012)
Program adiwiyata terintegrasi dalam empat
komponen kebijakan sekolah yang menjadi satu
kesatuan secara utuh. Hasil dari studi dokumentasi
(Oktober 2017) didapat bahwa keempat komponen
tersebut adalah : kebijakan berwawasan lingkungan,
kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif, dan pegelolaan sarana pendukung
ramah lingkungan. Kebijakan sekolah berwawasan
69
lingkungan merupakan awal dari diselenggarakannya
program adiwiyata di sekolah sehingga kebijakan ini
perlu. Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
diterjemahkan dala pembelajaran melalui kurikulum
berbasis lingkungan. Silabus, RPP dan UKBM sekolah
mengintegrasikan pembelajaran lingkungan di dalam
setiap mata pelajaran sehingga semua pendidik
bergerak dalam pembelajaran lingkungan. Peserta didik
belajar lingkungan demikian juga tenaga kependidikan
juga melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan
sehingga semua warga sekolah berpartisipasi dalam
pelaksanaan program. Data dari dokumentasi ini
diperkuat dari hasil wawancara dengan Waka
Kurikulum seperti dalam petikan berikut:
“Kurikulum SMA Negeri 2 Salatiga sudah memuat
pembelajaran lingkungan hidup baik secara teori
maupun praktik. Hampir 85% Silabus, RPP menyantumkan pembelajaran lingkungan
berkaitan adiwiyata. Gurupun dalam
pembelajaran sudah menggunakan lingkungan
sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran.
Diharapkan dengan pembelajaran lingkungan
masuk dalam kurikulum, warga sekolah khususnya pesrta didik nantinya mempunyai
wawasan lingkungan dalam berperilaku, terlebih
setelah menjadi orang pengambil kebijakan
mereka tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
Jika diteliti dari kelengkapan dan keberadaan
sarana prasarana sekolah, peneliti dalam studi
70
lapangan atau pengamatan menemukan data bahwa
sarana prasarana yang ada sangat ramah lingkungan.
Lingkungan terdapat banyak ruang terbuka hijau,
pengembangan ruangan cenderung vertikal, banyak
dibuat resapan-resapan air, adanya pemanfaatan lahan
untuk konservasi tanaman, adanya berbagai macam
vertipot, IPAL dan kolam pemanfaatan air wundlu
sehingga mendukung ketercapain program.
Hasil dari studi pustaka, studi lapangan atau
pengamatan dan wawancara dengan Waka Kurikulum
dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Adiwiyata
adalah sekolah yang menanamkan karakter budaya
dan peduli lingkungan kepada warga sekolah melalui
kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,
dan pegelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Pelaksanaan program ini memiliki dasar partisipatif
dan berkelanjutan. Partisipatif memiliki arti bahwa
komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan
peran. Berkelanjutan memiliki arti bahwa seluruh
kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
menerus secara komprehensif.
71
1.2.1.3 Manfaat Program
Manfaat dari pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata antara lain adalah pembelajaran tentang
nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan,
menciptakan kebersamaan warga sekolah, menciptakan
kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif,
meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional
sekolah melalui penghematan dan pengurangan
konsumsi dari berbaai sumber daya dan energi serta
mendukung pencapaian standar kopetensi dan standar
kelulusan. Hal ini dapat dicermati dari Buku Panduan
Adiwiyata 2012 mengenai manfaat program Sekolah
Adiwiyata sebagai berikut:
Keuntungan atau manfaat mengikuti Program Adiwiyata adalah :
1. Mendukung pencapaian standar kompetensi atau
kompetensi dasar dan standar lulusan (SKL)
pendidikan dasar dan menengah.
2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbaai sumber daya
dan energi.
3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kond
isi belajar mengajar yang lebih nyaman dan
kondusif. 4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang
baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat
sekitar.
5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian
kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan.
(Panduan Adiwiyata 2012)
72
Penulis menganalisis bahwa manfaat program
Adiwiyata dalam Pedoman Adiwiyata 2012 selaras
dengan visi SMA Negeri 2 Salatiga yaitu bertaqwa,
berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya
saing. Berkarakter dan berwawasan lingkungan
mempunyai pengertian juga menanamkan nilai-nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang baik
dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar,
sesuai manfaat nomor empat. Dengan pengelolaan
lingkungan yang baik, akan tercipta lingkungan yang
nyaman dan kondusif sehingga mendukung pencapaian
SKL. Hal ini senada yang diungkapkan peserta didik
dalam petikan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda karena lingkungan sekolah mendukung untuk
pembelajaran. Banyak ruang terbuka hijau
sehingga nyaman untuk belajar. Udara masih
sejuk. Selain itu saya juga dapat belajar
mengelola lingkungan dengan baik.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Dari hasil wawancara tersebut peserta didik juga
merasa mendapat pendidikan mengelola lingkungan
dengan baik, selain dampak langsung yaitu
kenyamanan dan lingkungan yang kondusif sehingga
situasi pembelajarannya terdukung. Lain dengan hasil
wawancara dengan bendahara sekolah seperti petikan
wawancara berikut:
73
“Program Sekolah Adiwiyata sedikit banyak membantu sekolah mengurangi pengeluaran
untuk biaya terutama air, listrik dan kertas.
Siswa atau guru bisa berhemat pengunaan air
dan listrik. Sampah yang bisa diolah juga dapat
dimanfaatkan untuk bahan kerajinan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Manfaat program Sekolah Adiwiyata bagi
Bendahara sekolah yaitu adanya penghematan
pembiyaan operasional, terlebih pengeluaran biaya
bayar air dan listrik menurun. Hasil wawancara dengan
salah satu guru senior memperoleh data yang berbeda,
guru tersebut merasakan perubahan lingkungan
sekolah dari yang gersang dan kurang terawat menjadi
sekolah yang rindang, banyak taman, lebih terawat dan
dan nyaman seperti petikan berikut:
“Njenengan ki saiki penak, dulu sekolah ini masih gersang, jika kemarau bledhug. Semenjak ada
program Adiwiyata mulai terbenahi
lingkungannya sampai seperti sekarang ini, ya
nyaman, disawang ki ora ngisin-ngisini.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata dirasakan
manfaatnya oleh guru selaku pelaku dan penerima
manfaat yang mengetahui keadaan sebelum dan setelah
sekolah menjalankan program Sekolah Adiwiyata.
Lingkungan sekolah lebih terawat, nyaman dan warga
sekolah dapat belajar cara mengelola lingkungan yang
baik dan benar.
74
Tenaga kebersihan yang secara langsung
mengelola sampah sekolah sangat merasakan manfaat
program Sekolah Adiwiyata. Mereka merasa terbantu
dalam memilah sampah, sampah sudah terpilah dan
sampah jadi berkurang. Ada tambahan pemasukan
finasial juga dari hasil penjualan pengelolaan sampah
organik menjadi pupuk dan pengolahan sampah
anorganik. Berikut petikan hasil wawancaranya.
“Saya terbantu dengan adanya program
adiwiyata. Beban sedikit berkurang, ringan
karena sampah sedikit berkurang, Dan yang jelas
kami mendapat penghasilan tambahan juga dari hasil pengelolaan sampah. Terimakasih sekolah
telah mengadakan program adiwiyata.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Manfaat program Sekolah Adiwiyata sangat
dirasakan oleh peserta didik yang merasa nyaman dan
aman dalam belajar, demikian juga guru merasakan
perubahan perawatan dan pelestarian lingkungan dari
sekolah sebelum dan setelah melaksanakan program
Sekolah Adiwiyata. Tenaga kebersihan mendapatkan
keuntungan finansial dan berkurangnya beban kerja
karena pengelolaan sampah yang baik oleh warga
sekolah. Dari segi pembiayaan sekolah, ternyata ada
pengurangan biaya energi, biaya air maupun listrik.
Diharapkan ada pengurangan pengeluaran kertas juga.
Sekolah yang bersih, nyaman, ramah lingkungan, dan
warganya berbudaya lingkungan merupakan manfaat
75
yang dirasakan oleh warga sekolah. Manfaat program
Sekolah Adiwiyata yang utama adalah terbentuknya
karakter waga sekolah yang berbudaya dan peduli pada
pelestarian lingkungan.
1.2.2 Input Pengembangan Program Sekolah
Adiwiyata
1.2.2.1 Program
Hasil penelitian dokumen dapat dijelaskan bahwa
semula perencanaan program Sekolah Adiwiyata tidak
dipersiapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga. Program
Sekolah Adiwiyata pada tahun 2011 dilaksanakan
karena adanya kewajiban sekolah untuk mengikuti
lomba yang diselenggarakan Pemerintah Kota Salatiga.
Walaupun tidak melalui kajian mendalam namun
karena setiap tahun Pemerintah Kota mewajibkan
sekolah untuk mengikuti lomba Sekolah Adiwiyata
maka mulailah disusun perencanaan program
sederhana. Demikian seperti yang dikatakan Waka
Sarpras pada wawancara yang dikutib berikut:
“Smanda dulu relatif gersang, belum ada
penataan taman. Namun sejak tahun 2011
sekolah mulai membenahi lingkungan sekolah.
Sedikit demi sedikit lingkungan mulai tertata.
Secara bertahap setiap tahun dilakukan pembenahan sarana dan prasarana, seperti
biopori, sumur resapan, taman terbuka, tempat
cuci tangan, tempat-tempat sampah, kolam ikan
dsb. Semula belum ada perencanaan program
yang memadahi. Adanya lomba yang rutin
76
mendorong sekolah untuk membuat program dengan mengalokasikan dana tersendiri.”
(Wawancara tanggal 14 November 2017)
Sekolah mulai melakukan perencanaan program
Sekolah Adiwiyata secara terencana dengan membuat
kebijakan pada visi SMA Negeri 2 Salatiga, yaitu
“Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan
berdaya saing”. SMA Negeri 2 Salatiga berkomitmen
untuk menjadi Sekolah Adiwiyata. Indikator kunci
keberhasilan Sekolah Adiwiyata adalah terciptanya
karakter budaya dan peduli lingkungan bagi warga
sekolah.
Waka Managemen Mutu dalam wawancara
mengungkapkan bahwa program Sekolah Adiwiyata
sejalan dengan pendidikan karakter dan program
sekolah sehat, sejalan dengan visi sekolah sehingga
akan saling menguatkan jika program Sekolah
Adiwiyata diterapkan di SMA Negeri 2 Salatiga. Berikut
petikan wawancara tersebut:
“Smanda mengikuti regulasi pemerintah, dalam
hal ini Dinas Lingkungan Hidup tentang program
Sekolah Adiwiyata. Untuk Sekolah mengeluarkan
kebijakan program Sekolah Adiwiyata. SK
kepanitiaan dan anggaran ditentukan. Karena memang program Adiwiyata sejalan dengan
pendidikan karakter dan visi sekolah.”
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
77
Untuk mencapai tujuan program Sekolah
Adiwiyata, terdapat 4 (empat) komponen program yang
menjadi satu kesatuan utuh yang harus dilaksanakan
oleh sekolah penyelenggara program Sekolah Adiwiyata.
Keempat komponen tersebut adalah: (1) Kebijakan
berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif, dan (4) Pengelolaan sarana prasarana
pendukung ramah lingkungan. Komponen-komponen
ini dapat dilihat pada uraian di dalam Panduan
Adiwiyata 2012 seperti kutipan berikut :
Komponen Adiwiyata :
Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka
ditetapkan 4 (empat) komponen program yang
menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai se-
kolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah;
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
Lingkungan (Panduan Adiwiyata 2012 halaman 3)
Dari keempat komponen program tersebut
kemudian dikembangkan menjadi program dan
subprogram Sekolah Adiwiyata oleh SMA Negeri 2
Salatiga seperti yang tercantum dalam tabel Program
Sekolah Adiwiyata sebagai berikut:
78
Tabel 8 : Program Sekolah Adiwiyata
No Program & Sub Program Indikator Kinerja (Bentuk Kegiatan) Penanggung
Jawab 1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
1 KTSP 2 Struktur Kurikulum
3 Visi-Misi-Tujuan Sekolah 4 KKM
Waka Managemen
Mutu
b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
1 Perlindungan Lingkungan Hidup 2 Pengelolaan Lingkungan Hidup
2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
a.Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.
1 Metode pembelajaran 2 Materi pembelajaran 3 Indikator dan penilaian 4 RPP
5 Partisipasi orang tua 6 Komunikasi inovasi pembelajaran 7 Penguasaan dan aplikasi konsep
Waka Kurikulum
b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
1 Peserta didik menghasilkan karya LH
2 Peserta didik berkemampuan memecahkan masalahLH
3 Peserta didik mengkomunikasikan hasil pelajaran LH 4 Kegiatan lain
3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
1. Warga sekolah terlibat kegiatan LH 2. Warga sekolah memenfaatkan lahan dan fasilitas untuk kegiatan LH
3. Kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran kegiatan LH
4. Lebih 5 klasifikasi kegiatan kreativitas dan inovasi warga
sekolah dalam upaya LH 5. Warga sekolah Lebih dari 6 kali terlibat
kegiatan LH
Waka Kesiswaan
b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta,
media, sekolah lain).
1. Lebih dari 3 mitra sebaai nara Sumber 2. Lebih dari 3 mitra mendukung kegiatan LH
3. Lebih dari 3 mitra dari fasilitas komite mendukung kegiatan LH
4. 4. Lebih dari tiga kali sebagai nara sumber kegiatan LH
5. 5. Lebih dari 3 kali mendukung kegiatan LH
Waka Humas
79
(Sumber: Lembar kerja Program Sekolah Adiwiyata, 2016, diolah)
Ketua pelaksana program menjelaskan bahwa
untuk mencapai tujuan Sekolah Adiwiyata, terlebih
mencapai kategori sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat
Kota, Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi,
Kategori Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional maupun
kategori Sekolah Adiwiyata Mandiri ada target yang
harus dipenuhi. Penjelasan ini dapat dilihat juga dari
kutipan berikut:
“Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/ kota jika
mencapai nilai minimal 56, yaitu 70 % dari total
nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai
penerima penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat
Propinsi apabila mencapai mencapai nilai minimal 64, yaitu 80 % dari total nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan
sekolah Adiwiyata Nasional apabila mencapai
mencapai nilai minimal 72, yaitu 90 % dari total
nilai maksimal (80). Penetapan sekolah sebagai
penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri apabila telah melakukan pembinaan terhadap
sekolah lain, sehingga menghasilkan minimal 10
sekolah Adiwiyata kabupaten/ kota.” (Panduan
Adiwiyata 2012)
4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung
yang ramah lingkungan
1. Tersedianya 6 sarana prasarana berkaitan dengan kegiatan LH
2. Tersedianya 6 sarana prasarana pendukung pembelajaran LH
Waka Sarpras
b. Peningkatan kualitas
pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
1 Tersedianya minimal 3 sarana
prasarana sesuai fungsinya 2 Tersedianya 4 unsur pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana 3 Effisiensi pemanfaatan air, listrik
dan ATK 4 Kantin menimal 3 kali melaukan upaya meningkatakan kualitas pelayanan
80
Dari hasil wawancara, studi pustaka dan studi
dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mencapai tujuan dari Sekolah Adiwiyata, diperlukan
panduan dan rencana program. Kementrian
Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Panduan
Adiwiyata tahun 2012 yang dapat diunduh secara
online. Rencana program yang jelas dan
berkesinambungan akan memudahkan pencapain
target-terget dari setiap program sehingga tujuan
program akan tercapai.
1.2.2.2 Jadwal Pelaksanaan Program
Agar tujuan program Sekolah Adiwiyata dapat
tercapai sesuai yang direncanakan maka diperlukan
jadwal pelaksanaan program. Adapun jadwal
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata ditampilkan
dalam tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata
Fokus Pengembangan Komponen dan Sub Program
PELAKSANAAN
2013 2014 2015 2016 2017
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
V V V V V
b. RKAS memuat program dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
V V V V V
81
2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.
V V V V V
b. Peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
V V V V V
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
V V V V V
b. Menjalin kemitraan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
V V V V V
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
V V V V V
b. Peningkatan kualitas pengelolaan
sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
V V V V V
(Sumber: Jadwal Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 salatiga)
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa
program Sekolah Adiwiyata merupakan program yang
terintegrasi dari setiap unsur kehidupan sekolah, baik
kebijakan sekolah, kurikulum yang dipakai, gerak
hidup warga sekolah maupun sarana prasarana
pendukung. Hal ini senada dengan hasil wawancara
dengan Waka Managemen Mutu SMA Negeri 2 Salatiga
berikut:
“Keberhasilan Program Sekolah Adiwiyata
membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga
82
sekolah baik, guru, karyawan maupun siswa. Seluruh komponen ini harus saling mendukung.
Program akan behasil jika dilaksanakan secara
kontinu terus menerus, program berkelanjutan.
Misalkan tidak ada danapun program ini harus
dilanjutkan karena menyangkut penanaman karakter, budaya kepedulian tehadap lingkungan,
maka harus dilaksanakan secara terus menerus”.
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat senada dengan Waka Managemen Mutu
berhasil peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
salah seorang guru yang kebetulan staf kurikulum,
berikut kutipan hasil wawancara tersebut:
“Program Sekolah Adiwiyata di SMANDA telah dan sedang dilaksanakan. Dilaksanakan sudah cukup
lama, kira-kira mulai tahun 2012. Sehingga
berkelanjutan.Perlu jadwal jadwal. Program ini
memerlukan partisipasi dari seluruh warga sekolah,
tidak hanya panitianya saja yang bekerja.” (Wawancara tanggal 25 September 2017)
Lebih rinci Ketua program menjelaskan bahwa
program Sekolah Adiwiyata diterjemahkan dalam
jadwal-jadwal yang lebih rinci dari tahun demi tahun
sehingga pencapaian target kategori sekolah semakin
jelas. Berikut kutipan wawancaranya:
“Program Sekolah Adiwiyata yang sudah terbentuk dijabarkan dalam jadwal. Jadwal ini digunakan agar
target pencapaian kategori sekolah dapat mudah
dicapai dan dievaluasi pencapaiannya. Jika ada
kendala dapat dipecahkan secara terlokalisir dan
cepat teratasi.” (Wawancara tanggal 29 September
2017)
83
Berdasarkan data penelitian baik dari data hasil
studi dokumen maupun hasil wawancara diketahui
bahwa program Sekolah Adiwiyata merupakan program
yang secara prinsip dilaksanakan secara partisipatif
dan berkelanjutan dengan penjadwalan agar tujuan
program dapat tercapai sesuai target.
1.2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan
Hasil penelitian tentang mekanisme implementasi
program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
menunjukkan bahwa proses perencanaan program
Sekolah Adiwiyata sampai implementasi di lapangan
dilaksanakan melalui koordinasi antara Kepala
Sekolah, para wakil kepala sekolah dan Ketua
pelaksana program. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Kepala SMA Negeri 2 Salatiga pada
saat wawancara, yaitu:
“Program Adiwiyata ada yang ngurusi secara khusus
yaitu Tim pelaksana program, walaupun tetap
dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka
sudah pasti sebagai pendukung utama, misalnya kurikulum berkaitan dengan tanggung jawab
diperangkat dan pembelajaran lingkungan,
pembangunan sarana prasarana dibawah koordinasi
Waka Srapras. Waka melaksanakan tugas sesuai
dengan tupoksinya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
84
Ketua Pelaksana Program menjelaskan bahwa
mekanisme pelaksanaan program dapat dipelajari dari
Pedoman pelaksanaan Adiwiyata.
“Untuk melaksanakan program Adiwiyata
sebetulnya sudah ada buku pedomanya. Buku tersebut dapat di akses melalui internet.
Kementrian Lingkungan Hidup memberi
kemudahan untuk itu.” Wawancara tanggal 29
September 2017)
Dari buku pedoman menunjukkan bahwa
Pedoman pelaksanaan Adiwiyata sudah diterbitkan
tahun 2012 dan dapat diakses dengan mudah oleh
siapapun. Sedangkan jika ditinjau dari mekanisme
pembiyaan program, program ini pembiyaannya
diserahkan disekolah masing-masing secara mandiri
tanpa ada bantuan dana dari pemerintah secara
khusus. Namun sekolah dapat bekerja sama dengan
lembaga lain untuk sebagai wujud partisipasi
masyarakat dalam kegiatan lingkungan hidup.
Pemerintah dalam hal ini DLH masih terbatas sebagai
penggerak. Hal ini senada dengan yang dikatakan
Kabid Lingkungan DLH Kota Salatiga berikut:
“Pembiayaan program Sekolah Adiwiyata
sepenuhnya di serahkan sekolah masing-masing.
Bagaimana sekolah kreatif melibatkan orangtua atau masyarakat untuk terlibat dalam pendidikan
anak-anaknya. Pemerintah dalam hal ini DLH
sifatnya mendorong, fasilitator program.”
(Wawancara tanggal 14 November 2017)
85
Mekanisme pelaksanaan program baik secara
teknis maupun keuangan dapat disimpulkan dari
wawancara ketiga nara sumber bahwa mekanisme lebih
diutamakan dari partisipasi sekolah, pemerintah
sebatas sebagai fasilitator program. Pelaksanaan
program dapat berpedoman pada Buku Pedoman
Adiwiyata 2012 yang diterbitkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
1.2.2.4 SDM
Kepala Sekolah telah membentuk Tim khusus
untuk menangani program Sekolah Adiwiyata, yaitu
Tim Program Sekolah Adiwiyata. Kepala Sekolah
sebagai penanggung jawab program langsung
membawai ketua program. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala SMA Negeri 2 Salatiga
sebagai berikut:
““Program Adiwiyat ada yang ngurusi secara khusus
yaitu panitia pelaksana kegiatan, walaupun tetap
dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka sudah pasti sebagai pendukung utama, misalnya
kurikulum berkaitan dengan tanggung jawab
diperangkat dan pembelajaran lingkungan,
pembangunan sarana prasarana dibawah koordinasi
Waka Srapras. Waka melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksinya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
86
Ketua program dibantu sekretaris dan bendahara
membawahi empat bidang dari empat komopenen
adiwiyata yang didalamnya dikoordinir oleh Waka-Waka
seperti yang tertera dalam Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata
di SMA Negeri 2 Salatiga
Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui
bahwa tidak ada pemilihan khusus untuk anggota Tim
Program Sekolah Adiwiyata, tetapi lebih berdasarkan
kewenangan yang dimiliki sesuai jabatan. Sehingga
kemampuan dan kewajibannya sesuai bidang kerja
masing-masing. Hal ini sesuai penjelasan Ketua
Program berikut:
“Koordinator Pelaksana Program Sekolah Adiwiyata
pada masing-masing seksi di Smanda ini melekat
Sekretaris
Penanggung Jawab
Kepala Sekolah
Ketua Program Sekolah
Adiwiyata
Bid. Kebijakan (Waka MM)
Bid. Kurikulum
(Waka Kurikulum)
Bendahara
Bid. Sarpras
(Waka Sarpras)
Bid. Partisipasi
(Waka Humas)
87
pada tugas Waka-Waka sehingga memudahkan dalam koordinasi dan tugasnya. Waka Sarpras
bertanggungjawab terhadap sarana penunjang
berwawasan lingkungan, Waka kurikulum
bertanggungjawab terhadap pembelajaran
lingkungan yang terintegrasi di RPP dan Silabus guru.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
Pernyataan ini sejalan dengan hasil wawancara
dengan Waka Manajemen Mutu berikut:
“Untuk memudahkan tugas dan koordinasi
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata maka
masing-masing Waka-Waka mempunyai tugas dan
tanggung jawab sesuai bidang kerjanya. Maka kerjaan juga akan lebih ringan.” (Wawancara tanggal
29 September 2017)
Pelaksana program kegiatan adalah para Wakil
Kepala Sekolah sesuai bidang kerjanya, seperti terlihat
pada Struktur Tim Program Sekolah Adiwiyata pada
gambar 3. Ketua Program mengkoordinir pelaksanaan
program yang dijalankan oleh para Waka sesuai
mekanisme yang disepakati. Sehingga pelaksanaan
program tidak ada kendala yang berarti karena
dipegang oleh orang yang kompeten dibidangnya. Waka
Manajemen Mutu bertanggungjawab dibidang kebijakan
berwawasan lingkungan, Waka Kurikulum
bertanggungjawab dibidang kurikulum berbasis
lingkungan, Waka Kesiswaan dan Humas
bertanggungjawab dibidang kegiatan berbasis
partisipatif dan Waka Sarpras bertanggunjawab
88
dibidang pengelolaan sarana prasarana pendukung
pelestarian lingkungan. Dengan penempatan personel-
personel sesuai kompetensinya maka SDM pelaksana
program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Salatiga
sangat memadai untuk melaksanakan program.
1.2.2.5 Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata sepenuhnya berasal dari dana sekolah
secara mandiri. Dana partisipasi dari masyarakat dan
waga sekolah jika ada bersifat sukarela. Menurut
Bendahara Sekolah, penggunaan dana untuk program
Adiwiyata berasal dari dana komite dan BOS. Hal ini
sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
“Program Aiwiyata Smnada dibiayai dari dana
BOS dan uang komite. Perawatan dan
peningkatan SDM diambilkan dari dana BOS sedangkan biaya pengadaan barang atau
pembangunan dan operasiona sekolah diambilka
dari uang komite.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
Kepala Sekolah dalam wawancara dengan
peneliti mengungkapkan bahwa ada dana alokasi
khusus untuk program Sekolah Adiwiyata, berikut
kutipan wawancara tersebut:
“Program Sekolah Adiwiyata sesuai ketentuan
Kementrian Lingkunga Hidup di SMANDA
mengambik kebijakan mengalokasikan 20% dari
total anggaran sekolah. Anggaran berasal dari dana
89
Komite maupun dari dana BOS” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Dana BOS dan dana Komite yang dialokasikan
untuk program Sekolah Adiwiyata disusun berdasar
Rincian Alokasi Anggaran seperti terlihat dari tabel 10
berikut ini.
Tabel 10. Rincian Alokasi Anggaran Sekolah Adiwiyata
No Program (Fokus pengembangan)
Sub Program Anggaran Per Tahun
1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
2.550.000
b. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
26.950.000
2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
a.Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup
76.553.000
b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
122.500.000
3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Pelaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
55.700.000
b. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
95.000.000
4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
a. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
105.000.000
90
Lingkungan b. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
9.467.750
Total 493.720.750
(Sumber: Lembar kerja-Rincian Alokasi Anggaran Adiwiyata, 2016)
Berdasarkan hasil telaah dokumen, peneliti
menemukan bahwa pemerintah tidak memberikan dana
khusus untuk mengembangkan program Sekolah
Adiwiyata. Bantuan dana dari pemerintah yang
diberikan lebih banyak difokuskan pada pembangunan
fisik bukan karena program Adiwiyata.
Tabel 11. Draf Penggunaan Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga
No Uraian Dana Pusat Dana Sharing
1 Fisik
a. Pembangunan Ruang Kelas Baru
Rp. 756.250.000,-
Rp. 195.000.000,-
2 Non Fisik
a. Sistem Manajemen Mutu
b. Metodologi dan Peningkatan Mutu Pembelajaran
c. Studi Banding
Rp. 12.000.000,-
-
-
-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
3 Perencanaan dan Pengelolaan
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
Rp. 35.000.000,-
Rp. 25.000.000,-
4 Biaya Pengelolaan
a. Biaya Pengelolaan administrasi (1% dari sub total)
Rp. 1.750.000,-
Total Dana Rp.1.000.000.000,- Rp. 903.750.000,-
(Sumber: Lembar kerja-Rincian Dana Bantuan, 2016)
91
Data di atas menunjukkan bahwa bantuan
pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk
SMA Negeri 2 Salatiga lebih difokuskan kepada
pembangunan fisik.
Dari data hasil wawancara Kepala Sekolah,
Bendahara Sekolah dan data hasil studi dokumen
dapat ditarik kesimpulan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga
telah mengalokasikan dana 20% dari anggaran
keseluruhan untuk membiayai program Sekolah
Adiwiyata. Pemerintah walaupun hanya membantu
dalam hal fisik secara tidak langsung juga telah
membantu pelaksanaan program ini. Maka secara
keuangan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di
SMA Negeri 2 Salatiga dapat dibiayai.
1.2.2.6 Sarana dan Prasarana
Hasil pengamatan dan studi dokumentasi yang
dilakukan peneliti, SMA Negeri 2 Salatiga memiliki
sarana prasarana yang lengkap. Dilihat dari lahan yang
luas, gedung aula, ruang kelas, laboratorium kimia,
laboratorium fisika, laboratorium bahasa, ruang TIK,
ruang UKS, ruang agama (Mushola, ruang agama
Katolik, ruang agama Kristen), ruang terbuka hijau,
kebun dan taman sekolah, kebun konservasi, kebun
92
tanam obat, green house, taman vertikal, sarana
sanitasi-IPAL, sarana pengolahan sampah terpadu dan
fasilitas lainnya, Sekolah ini patut menjadi Sekolah
Adiwiyata. Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota
Salatiga menguatkan pendapat ini, dalam wawancara
didapatkan informasi sebagai berikut:
“SMA Negeri 2 Salatiga sangat pantas menjadi Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana dan lahan
terbuka hijau mendukung seklai. Sekolah tinggal
menguatkan kerjasama dan partisipasi semua
komponen warga sekolah.Kami berharap lebih
terhadap sekolah ini, semoga bisa menjadi inspirasi sekolah-sekolah lain di Salatiga.” (Wawancara
tanggal 14 November 2017)
Memperkuat pendapat di atas, peneliti telah
mendapat data dokumentasi hasil pengamatan dan
studi dokumen pada sarana prasarana SMA Negeri 2
Salatiga. Berikut dokumen gambar sarana prasarana
pendukung ramah lingkungan yang dimiliki SMA Negeri
2 Salatiga:
93
Gambar 5 : Sarana Prasarana pemanfaatan air limbah
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 6 : Sarana Prasarana pemanfaatan lahan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
94
Gambar 7 : Sarana Prasarana ruangan (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Waka Sarpras mengungkapkan, SMA Negeri 2
sudah memiliki Sarpras yang baik dalam mendukung
program Sekolah Adiwiyata, namun pemanfaatannya
masih perlu dioptimalkan. Hal ini terungkap dari hasil
wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikut:
“Sarpras pedukung adiwiyata di Smanda ini sudah sangat memadahi, saya berharap semua
warga sekolah memanfaatkannya secara baik.
Sarana pengolahan sampah belum digunakan
dengan baik, digunakan jika ada penilaian saja.
Warga sekolah belum sepenuhnya bisa memilah sampah dengan meletakan sampah sesuai
peruntukannya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
95
Peserta didik dalam tanggapan perihal sarana
prasaran sekolah mengungkapakan bahwa sarana WC-
kamar mandi sudah baik dan bersih, banyak lahan
terbuka hijau dan ada tribun serta gasebo untuk
belajar di luar kelas yang tidak semua sekolah
mempunyai. Pendapat ini dapat diperhatikan pada
kutipan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda. Sarana
prasarana sekolah sudah memadai. Kamarmandi-
WC setiap lajur kelas sudah ada dan bersihAda
Gasebo dan tribun untuk belajar di luar kelas. Udara masih sejuk dan segar.” (Wawancara
tanggal 6 September 2017)
Berdasarkan data dari wawancara ketiga nara
sumber, studi lapangan dan studi dokumentasi, dapat
disimpulkan bahwa sarana prasarana SMA Negeri 2
Salatiga baik sarana prasarana pembelajaran maupun
sarana prasarana pedukung adiwiyata sangat
mendukung dan memenuhi syarat bahwa SMA Negeri 2
Salatiga sebagai Sekolah Adiwiyata.
1.2.3 Proses Pengembangan Program Sekolah
Adiwiyata
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam
hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah
melaksanakan mekanisme program Sekolah Adiwiyata
96
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dari
dokumen pembagian tugas kegiatan Sekolah Adiwiyata
sebagai berikut:
Tabel 12. Pembagian Tugas Kegiatan Sekolah Adiwiyata
No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab
1 Penyusunan Komponen
a. Kebijakan
Berwawasan Lingkungan
Oktober 2015 Dra. Sulastri, M.Pd
b. Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Lingkungan
Oktober 2015 Dra. Enni Haristiyati
c. Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif Oktober 2015 Sulistyaningsih,S.Pd.,
M.Pd, dan Sofatinajah,S.Pd
d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Oktober 2015 Siti Purwatiningsih,S.Pd
2 Tahapan Pengembangan Januari 2016 Sugiono,S.Pd
Data penelitian menunjukkan, kegiatan
sosialisasi program Sekolah Adiwiyata kepada warga
sekolah yaitu peserta didik, guru, karyawan dan komite
telah dilakukan sekolah secara resmi. Hal ini seperti
yang diungkapkan dalam wawancara dengan Waka
Humas seperti berikut:
“Untuk mengenalkan dan mengajak berbartisipasi,
Program Sekolah Adiwiyata telah dilakukan
sosialisasi kepada seluruh warga sekolah yaitu guru,
karyawan dan siswa. Bahkan juga sosialisasi dengan
warga sekitar yaitu ketua RT, ketus RW dan ketua
Karang Taruna.” (Wawancara tanggal 25 September 2016)
97
Dari hasil wawancara dengan Ketua program
Sekolah Adiwiyata juga didapatkan data mengenai
kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata dalam
petikan wawancara sebagai berikut
“Sudah ada sosialisasi program Sekolah Adiwiyata
terhadap siswa yaitu melalui perwakilan kelas secara
khusus dan sosialisasi juga dalam kegiatan upacara, yang dilakukan secara berulang ulang. Guru dalam
pembelajaran secara tidak langsung juga
memberikan informasi.” (Wawancara tanggal 29
September 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga bekerja sama dengan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga juga telah
mengadakan sosialisai kegiatan Adiwiyata. Waka
Manajemen Mutu menegaskan hal itu seperti kutipan
hasil wawancara berikut:
“Sekolah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga telah mengadakan sosialisasi
Sekolah Adiwiyata terhadap warga masyarakat
sekitar sekolah, SDN o4 Tegalrejo, SMPN 6 Salatiga,
Kelurahan, Kecamatan dan Pukesmas. Sosialisasi
ini bertujuan agar semakin banyak masyarakat yang
mengetahui pentingnya program Adiwiyaa dalam melestarikan lingkunga hidup.”(Wawancara tanggal
2 Oktober 2017)
Kegiatan sosialisasi Sekolah Adiwiyata oleh SMA
Negeri 2 Salatiga, dapat dilihat juga dari dokumen data
dokumentasi gambar berikut:
98
Gambar 8 : Sosialisasi kepada komite dan guru
Gambar 9 : Sosialisasi kepada peserta didik
Gambar 10 : Sosialisasi kepada karyawan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
8
99
Gambar 11 : Sosialisasi kepada warga dan sekolah lain
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui
bahawa SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan
bimbingan teknis dan kegiatan lain seperti sosialisasi
program kepada semua unsur yang terkait dengan
program Sekolah Adiwyata. Melalui kegiatan tersebut
diharapkan implementasi program akan berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
Proses implementasi program Sekolah Adiwiyata
di SMA Negeri 2 Salatiga meliputi 4 komponen. Adapun
proses dari keempat komponen tersebut akan bahas
satu per satu komponen.
1.2.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan
Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen
Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada
kebijakan berwawasan lingkungan dapat peneliti
100
temukan dalam studi dokumentasi pelaporan
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Adapun
proses pelaksanaan program komponen kebijakan
berwawasan lingkungan penulis jabarkan berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
1.2.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hasil penelitian dari dokumen satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh bahwa visi
SMA Negeri 2 Salatiga adalah “Bertaqwa, berkarakter,
berwawasan lingkungan, dan berdaya saing” telah
menanamkan karakter berbudaya lingkungan.
Kurikulum yang diterapkan SMA Negeri 2 Salatiga saat
ini adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2006 diterapkan dijenjang kelas XI dan XII
sedangkan Kurikulum 2013 diterapkan dijenjang kelas
X. Namun demikian semua kurikulum yang diterapkan
menggunakan karakteristik berwawasan dan peduli
lingkungan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:
“Smanda sekarang menggunakan kurikulum
2006 untuk kelas XI dan XII, sedangkan kelas X
mengunakan kurikulum 2013 dan sitem SKS.
Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program adiwiyata menempatkan karakter peduli
lingkungan pada perangkat pembelajaran.
Silabus dan RPP mencantumkan karakter-
karakter kepedulian lingkungan. Misalnya
101
pembuatan media dengan barang-barang bekas. Alam sekolah sebagai sarana dan sumber
belajar. Memang belum semua mapel
mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMA Negeri
2 Salatiga mempunyai komitmen untuk mendidik
warga sekolah agar peduli dan berbudaya lingkungan,
pernyataan ini seperti kutipan wawan cara berikut;
“Walaupun SMA Negeri 2 Salatiga menggunakan
kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Visi
Smanda tidak berubah yaitu “Bertaqwa,
berkarakter, berwawasan lingkungan, dan
berdaya saing”. Berwawasan lingkungan menunjukan bahwa Smanda komitmen untuk
menempatkan karakter peduli lingkungan pada
pembelajaran. Sehingga warga sekolah dapat
menjadi agen solusi pemecahan masalah
lingkungan di masyarakat mereka tinggal.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Dari hasil studi dokumen I KTSP dan
wawancara Waka Kurikulum serta Kepala Sekolah
dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan
di SMA Negeri 2 Salatiga adalah Kurikulum 2006
untuk kles XI dan kelas XII dan kurikulum 2013
dengan sistem SKS untuk kelas X. Kebijakan SMA
Negeri 2 Salatiga secara jelas menempatkan pendidikan
karakter peduli dan budaya lingkungan dalam tujuan
sekolah oleh karena itu karakter dan budaya
lingkungan menjadi salah satu visi sekolah.
102
Pendidikan karakter dan budaya lingkungan
terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata
pelajaran, sehingga dalam struktur kurikulum tidak
mencantumkan secara khusus mata pelajaran
lingkungan atau karakter budaya lingkungan. Hal ini
sesuai dari hasil penelitian dari dokumen I KTSP dan
hasil petikan wawancara dengan Waka Kurikulum
berikut:
“Pendidikan karakter berbudaya peduli
lingkungan terintegrasi pada setiap perangkat
dan pembelajaran mata pembelajaran. Sehingga
tidak ada mata pelajaran khusus mengenai lingkungan hidup.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Keterangan ini senada dengan yang
diungkapkan Waka Managemen Mutu dalam petikan
wawancara berikut:
“Tidak ada mata pelajaran khusus tentang
lingkungan hidup. Guru diharapkan
mengintrgrasikan pendidikan lingkungan di dalam pembelajarannya, apapun itu mata
pelajarannya. Pandai-pandailah guru
menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-
nilai pelestarian lingkungan.” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Hasil wawancara dengan peserta didik juga
mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus
tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran
ketrampilan yang secara khusus mengajarkan
103
pengolahan limbah untuk bahan kerajinan seperti
petikan wawan cara berikut:
“Ada pelajaran ketrampilan dan kewirausahaan
yang mengajarkan pengolahan barang-barang bekas menjadi hasil kerajinan. Guru menilai
kreatifitas penggunaan barang bekas, kegunaan
hasil kerajinan.” (Wawancara tanggal 6
September 2017)
Secara struktur kurikulum dapat disimpulkan
bahwa di SMA Negeri 2 Salatiga tidak ada mata
pelajaran khusus tentang lingkungan. Pembelajaran
tentang lingkungan dan karakter peduli dan budaya
lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap
mata pelajaran.
Hubungan penanaman nilai-nilai karakter peduli
dan budaya lingkungan dengan hasil prestasi peserta
didik tidak secara khusus peneliti teliti. Data dokumen
I KTSP SMA Negeri 2 Salatiga menunjukan bahwa
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setiap mata
pelajaran hampir semua sama. KKM setiap mata
pelajaran dapat dilihat dari tabel 16 berikut.
Tabel 13 : KKM Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017
No Mata
Pelajaran
Kelas
X
Kelas XI Kelas XII
IPA IPS BHS IPA IPS BHS
1 Agama 75 75 75 75 75 75 75
2 PKn 75 75 75 75 75 75 75
3 Bhs. Indonesia 75 75 75 75 75 75 75
4 Bhs. Inggris 75 75 75 75 75 75 75
5 Matematika 75 75 75 75 75 75 75
6 Fisika 75 75 75
104
7 Biologi 75 75 75
8 Kimia 75 75 75
9 Sejarah 75 75 75 75 75 75 75
10 Geografi 75 75
75
11 Ekonomi 75 75 75
12 Sosiologi 75 75 75
13 Seni Budaya 75 75 75 75 75 75 75
14 Penjaskes 75 75 75 75 75 75 75
15 TIK 75 75 75 75 75 75 75
16 Bhs. Jawa 75 75 75 75 75 75 75
17 Sastra Ind. 75 75
18 Antropologi 75 75
19 Bhs Jerman 75 75 75
20 Bahasa Jepang 75 75 75 75 75 75
(Sumber: Dokumen I KTSP, 2016)
Tinggi rendahnya KKM tidak dipengaruhi secara
langsung oleh faktor pendidikan karakter
pembudayaan peduli lingkungan, demikian yang
diungkapkan Waka Kurikulum dalam petikan
wawanvara berikut:
“Penentuan tinggi rendahnya KKM mata pelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta
didik atau intake , karakteristik mata pelajaran
atau kompleksitas dan kondisi satuan
pendidikan atau daya dukung.” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang
diungkapkan oleh guru mata pelajaran seperti petikan
wawan cara berikut:
105
“Tinggi rendahnya nilai dari KKM, kami hitung berdasarkan kemampuan awal anak atau intake
,taraf kesulitan materi pelajaran atau
kompleksitas materi pelajaran dan daya dukung
sekolah, baik dari kompetensi guru maupun
keberadaan sarana prasarana penunjang.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Dari hasil nalisis data KKM di atas dan hasil
wawan cara dapat disimpulkan bahwa nilai KKM
hampir sama untuk setiap jenjang dan setiap mata
pelajaran tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
pendidikan karakter peduli lingkungan.
1.2.3.1.2 Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah
(RKAS)
Dalam hal ini yang akan dibahas di sini hanya
tentang rencana anggaran sekolah dan yang berkaitan
dengan program sekolah Adiwiyata. Hasil wawancara
dengan Bendahara sekolah didapat data bahwa
anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata telah
dilaksanakan 20% dari total anggaran belanja sekolah.
Berikut petikan wawancara tersebut:
“Sekolah dalam hal ini Bendahara , secara rutin
sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20% dari total anggaran belanja sekolah khusus
untuk program pengembangan sekolah
adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
106
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Program yang
mengungkapkan terimakasih karena sekolah telah
berani mengalokasikan anggaran untuk program
Adiwiyata seperti yang terungkap pada petikan wawan
cara berikut:
“Terima kasih kepada sekolah yang telah
menganggarkan secara rutin anggaran belanja
20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk program pengembangan sekolah
adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga
walaupun tidak melihat secara langsung alokasi
anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata di SMA
Negeri 2 Salatiga sangat percaya jika anggaran dari
sekolah lebih dari 20% dari total anggaran
pengeluaran sekolah. Hal itu diungkapkan dalam
petikan wawancara berikut:
“Soal anggaran SMA Negeri 2 Salatiga untuk program Sekolah Adiwiyata, saya percaya
anggarannya lebih dari 20% dari total anggaran
belanja sekolah. Sarana parasaran pendukung
adiwiyata komplit, penataan lingkungannya
sudah bagus. Jika dihitung keseluruhan dengan
partisipasi warga sekolah baik materi maupun tenaganya, pasti lebih dari 20%.” (Wawancara
tanggal 14 November 2017)
Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di
atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA
Negeri 2 Salatiga sudah mengalokasikan secara
107
khusus anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata
yaitu Rp 493.720.750,- pada tahun 2016. Anggaran
sekolah sudah memenuhi standart yaitu 20% dari
total anggaran sekolah. Anggaran digunakan untuk
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
terbagi dalam empat komponen program Sekolah
Adiwiyata.
1.2.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Pembahasan pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan di SMA Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi
dua bagian, yaitu Tenaga pendidik memiliki kompetensi
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
lingkungan hidup dan Peserta didik melakukan
kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Tenaga pendidik
diharapkan memahami metode pembelajaran, materi
pelajaran, merumuskan indikator penilaian,
menyususn RPP, mengkomunikasikan inovasi
pembelajaran, menguasai-mengaplikasikan konsep dan
ada partisipasi orang tua dalam pembelajaran.
Sedangkan peserta didik mampu menghasilkan lebih
80% karya LH, lebih 805 mampu memecahkan
masalah LH, lebih 80% mengkomunikasikan hasil
pelajaran LH dan melakukan kegiatan lainnya.
108
1.2.3.2.1 Tenaga Pendidik
Kompetensi guru sebagai tenaga pendidik dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup sudah baik. Metode pembelajaran yang
digunakan sangat variatif berdasarkan materi
pelajaran. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menemukan kaitan materi pelajaran dengan
pelestarian lingkungan hidup. Petikan wawancara
dengan Waka Kurikulum berikut menguatkan
pernyataan tersebut.
“Guru SMA Negeri 2 Salatiga melakukan
pembelajaran dengan berbagai metode sesuai
karakteristik materi dari pelajarannya. Ada yang
studi lapangan, ada yang metode percobaan dan
penelitian.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Peserta didik merasakan pembelajaran yang
tidak membosankan dari guru. Guru mempunyai ciri
khasnya sendiri dalam menyampaikan materi
pelajaran. Pernyataan ini diperkuat oleh peserta didik
sesuai petikan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda karena
pembelajaran menarik, kadang diskusi, kadang
praktik di lapangan, kadang belajar sambil
bermain. Kami merasa santai sehingga beben pelajaran berkurang, tidak sepaneng.”
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Data dokumentasi berikut menguatkan bahwa
pembelajaran dilakukan secara variatif.
109
Gambar 12 : Pembelajaran diskusi dan praktik lapangan terbimbing sekolah lain
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga) Gambar 13 : Lingkungan sekolah sebagai lab belajar dan presentasi hasil pengamatan lapangan terbimbing sekolah lain
Perangkat pembelajaran baik silabus maupun
RPP telah mengintegrasikan materi lingkungan dengan
materi pelajaran. Guru pengajar bidang sudi geografi
menegaskan bahwa telah mengajarkan nilai-nilai
berwawasan lingkungan dalam pembelajaran.
Pernyataan tersebut terungkap dalam petikan
wawancara berikut:
“Silabus dan RPP pelajaran geografi yang saya
ampu telah menerapkan dilai-nilai karakter
110
berwawasan lingkungan. Pembelajaran saya juga menggunakan alam lingkungan sekolah
untuk beberapa materi, karena tidak semua
materi pelajaran ada obyeknya di lingkungan
sekolah.” (Wawancara tanggal 4 Oktober 2017)
Waka Manajemen Mutu sebagai pengkoordinir
kelengkapan pembelajaran mengungkapkan bahwa
lebih 90% RPP dan Silabus SMA Negeri 2 Salatiga telah
mengintegrasikan pembelajaran berwawasan
lingkungan. Hal ini terungkap seperti pada kutipan
hasil wawancara berikut:
“Bapak Ibu guru telah mengintegrasikan
karakter berwawasan lingkungan pada Silabus
dan RPP. Sudah lebih 90% Silabus dan RPP
yang menerapkan dilai-nilai karakter berwawasan lingkungan.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Pembelajaran di SMA Negeri 2 Salatiga telah
menerapkan pembelajaran pelestarian lingkungan
secara terintegrasi dalam setiap pempelajaran mata
pelajaran. Pada perangkat pembelajaran, guru telah
mengintegrasikan nilai-nilai kepedulian lingkungan.
Peneliti mendapatkan tersebut dalam studi pustaka di
dokumen II KTSP SMA Negeri 2 Salatiga. Data tersebut
dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
Tabel 14. Perangkat Pembelajaran
NO
Mata Pelajaran
Silabus dan RPP Kelas X Berwawasan Lingkungan
Silabus dan RPP Kelas XI Berwawasan Lingkungan
Silabus dan RPP Kelas XII Berwawasan Lingkungan
111
Ya Belum Ya Belum Ya Belum
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pendidikan Agama
PKn
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Ekonomi
Geografi
Sosiologi
SNB Pendidikan Olah Raga
TIK
Bahasa Jerman
Bahasa Jepang
Sastra Indonesia
Bahasa Jawa
Ketrampilan
Antropologi
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
v
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
(Sumber: Dokumen II KTSP 2016, diolah)
Berdasarkan data di atas, dapat dianalisis bahwa
tenaga pendidik telah melaksanakan pembelajaran
pelestarian lingkungan melalui proses implementasi di
hampir 100% mata pelajaran. Pendidik telah
mengintegrasikan nilai-nilai karakter pelestarian
lingkungan di perangkat pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dengan berbagai metode sehingga menarik
dan menggunakan lingkungan sekolah sebagai sarana
atau sumber belajar siswa.
1.2.3.2.2 Peserta Pendidik
Peserta didik telah melakukan kegiatan
pembelajaran tentang lingkungan dan pengelolaan
112
Gambar 14 : Peserta didik piket membersihkan lingkungan sekolah lain
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 15 : Peserta didik membuat biopori dan pendataan volume sampah
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
lingkungan hidup. Hal ini dapat dilihat dari dokumen
gambar berikut:
Peserta didik juga menghasilkan karya-karya
kerajinan ataupun seni dari mengolah barang-barang
bekas. Hasil ini dipanjang dirumah kreatif dan gallery
sekolah. Berikut beberapa hasil karya peserta didik.
113
Gambar 16 : Batik dengan pewarna alami
Gambar 17 : Beberapa hasil kerajinan dari barang bekas
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Dari hasil wawancara dengan peserta didik juga
mendapatkan data bahwa mereka selain mendapatkan
pembelajaran lingkungan juga terlibat dalam menjaga
dan merawat lingkungan serta membuat hasil karya
dari barang-barang bekas. Berikut cuplikan wawancara
tersebut :
114
“Di Smanda kami selain mendapat pembelajaran tentang perlindungan lingkungan , juga
mempraktikan pengelolaan lingkungan. Misalnya
dengan membuat biopori, ikut mengolah sampah,
ikut kerja bakti dll.” (Wawancara tanggal 6
September 2017)
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang guru
pada wawancara pada hari Senin, 25 September 2017.
Dikatakan bahwa peserta didik SMA Negeri 2 Salatiga
selain mendapat pengetahuan tentang pengelolaan
lingkungan juga melakukan kegiatan pelestarian dan
pengelolaan lingkungan.
“Siswa telah mendapat pelajaran tentang
lingkungan hidup, dan mengimplikasikan dalam tugas membuat kerajianan dari barang-barang
bekas. Siswa juga turut membantu melestarikan
lingkungan dengan piket kebersihan, turut
menanam, membuat biopori, mengurangi sumbe
sampah dengan membawa bekal dari rumah.”(Wawancara tanggal 25 September 2017)
Sejalan dengan pendapat di atas, Ketua Program
Sekolah Adiwiyata juga mengungkapkan hal yang sama
dalam hasil wawancara berikut ini:
“Siswa selain mendapat pengetahuan juga diajak
turut memecahkan masalah lingkungan. Siswa juga
diajak untuk bisa memanfaatkan barang bekas
menjadi barang kerajinan yang bisa dijual. Siswa
diajak untuk bisa mengurangi sumber sampah, dengan membawa bekal dari rumah, memakai alat
minum yang tidak habis pakai, atau menggunakan
bungkus yang bisa di daur ulang.” (Wawancara
tanggal 29 September 2017)
115
Gambar 18 : Siswa memelihara kebun kelas maupun kebun sekolah
Gambar 19 : Pakaian daur ulang sampah dan kolam penampung air wundlu
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Memperkuat hasil wawancara di atas,
berdasarkan studi dokumentasi dari dokumen gambar,
didapatkan data sebagai berikut:
Dari hasil studi dokumen dan hasil wawancara
peneliti dengan siswa, guru, dan ketua program dapat
disimpulkan bahwa peserta didik telah melakukan
kegiatan pembelajaran tentang lingkungan hidup dan
pengelolaan lingkungan hidup. Peserta didik telah
menghasilkan karya lingkungan hidup, berkemampuan
116
memecahkan masalah lingkungan hidup dan
mengkomunikasikan hasil pelajaran lingkungan hidup
dalam bentuk karya.
1.2.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
dilaksanakan dengan melakukan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
terencana bagi warga sekolah dan kegiatan menjalin
kemitraan dengan berbagai pihak.
1.2.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Partisipasi warga sekolah pada kegiatan
perlindungan lingkungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di SMA Negeri 2 Salatiga sudah berjalan baik.
Warga sekolah terlibat dalam setiap kegiatan
lingkungan hidup yang diselenggarakan dan warga
sekolah juga memanfaatkan lahan serta fasilitas sekola
untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian
seperti yang terekam dalam dokumentasi berikut.
117
Gambar 20 : Siswa memanfaatkan fasilitas sekolah untuk belajar lingkungan
Gambar 21 : Warga sekolah terlibat dalam kegiatan kebersihan lingkungan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Kegiatan pemanfaatan fasilitas sekolah untuk
kegiatan lingkungan dan partisipasi warga sekolah
dalam kegiatan lingkungan juga dibenarkan oleh siswa
seperti dalam petikan wawancara berikut:
“Warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan
juga terlibat aktif dalam kerja bakti membersihkan
dan merawat lingkungan. Ketika guru memberi tugas, kami sering memanfatkan gezebo, atau
taman sekolah untuk mengerjakan tugas.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
118
Peserta didik khususnya telah menggunakan
fasilitas seperti gazebo, taman sekolah, kebun sekolah
sebagai tempat belajar sekaligus sumber belajar. Hal
ini dikuatkan oleh guru yang mengajarkan di luar kelas
seperti petikan wawancara berikut:
“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan
karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.
Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo untuk
pembelajaran di luar kelas.” (Wawancara tanggal
27 September 2017)
Pendapat ini dikuatkan juga oleh Waka
Manajemen Mutu seperti dalam petikan wawancara
berikut:
“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan
karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.
Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada
misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo, kolam
untuk pembelajaran di luar kelas.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Dari analisis data hasil studi dokumen dan
wawancara penetili dengan siswa, guru dan Waka
Managemen Mutu dapat disimpulkan bahwa warga
sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan SMA Negeri 2
Salatiga telah melakukan kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan. Kegiatan tersebut antara lain
berupa membuat kolam ikan menampung air wundlu,
merawat lingkungan, menanam tanaman,
119
Gambar 22 : Giz Paklim Jerman dan UKSW Sebagai mitra sekolah dalam pelatihan lingkungan untuk warga sekolah
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 23 : Kerjasama dengan sekolah lain Warga sekitar sekolah
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
memanfaatkan lingkungan yaitu taman, kebun,
lapangan, gazebo, kolam untuk pembelajaran.
1.2.3.3.2 Menjalin Kemitraan
Kegiatan menjalin kemitraan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dengan berbagai pihak telah dilakukan sekolah. Hal ini
terekam dalam dokumen berikut:
120
Kerjasama dengan GIZ-Paklim Jerman dilakukan
dalam rangka tentang pelatihan lingkungan hidup
secara global dan berkaitan dengan mapping
pengelolaan energi. Sedangkan secara khusus Fakultas
pertanian UKSW memberikan pelatihan mengelola
sumber energi air dan membuat pupuk organik dengan
membuat biopori. Hal ini diterangkan oleh Waka
Sarpras seperti dalam petikan wawancara berikut.
“Smanda menjalin dengan CSR GIZ-Paklim Jerman
yang bergerak di bidang lingkungan. Mereka
memberika pelatihan bagaimana caa menghemat
energi, mebuat energi terbarukan, mengelola
sumber sampah sehingga sampah bisa dikurangi.Kerjasama Smanda juga dilakukan
dengan UKSW khususnya Fakultas Pertanian;
UKSW memberikan pelatihan tentang konservasi
air dengan pembuatan biopori. Biopori bisa
menangkap air sehingga air bisa meresap tidak langsung mengalir hilang. Biopori juga bisa untuk
mebuat pupuk organik.” (Wawancara tanggal 14
November 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga dalam melaksanakan
program Sekolah Adiwiyata telah menjalin kemitraan
dengan sejumlah SKPD Kota Salatiga seperti Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Ciptakaru, Dinas Kesehatan-
Puskesmas Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo,
Kelurahan Tegalrejo, Rt-RW sekitar sekolah dan
sekolah-sekolah sekitar SMA Negeri 2 salatiga. Ada
sekolah-sekolah di luar Salatiga yang pernah studi ke
SMA Negeri 2 Salatiga seperti SMA Negeri 1 Blora, SMA
Negeri Randublatung, SMA Negeri 2 Kendal. Hal ini
121
diperkuat dari data hasil wawancara dengan Waka
Humas seperti dalam petikan wawancara berikut.
“Banyak lembaga atau badan yang mejalin
kerjasama dengan Smanda. GIZ-Paklim Jerman, UKSW, SKPD Kota Salatiga misalnya Ciptakaru,
Birikrasi dari RT-RT sampai Kecamatan di
Argomulyo, Dinas Kesehatan beserta Puskesmas
Tegalrejo, Sekolah- sekolah disekitar seperti SDN
04, SMPN6, SMKN3. Smanda pernahnuntuk kunjungan studi dari SMA N 1 Blora, SMAN
Randublatung, SMAN Kendal. Bahkan yang
menarik dari beberapa sekolah yang studi ke sini
justru lebih dulu menjadi sekolah adiwiyata
nasional seoerti SMPN6, SMAN Randu Blatung.” (Wawancara tanggal 25 September 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga juga aktif terlibat dalam
kegiatan lingkungan hidup di luar sekolah. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Ketua Program Sekolah
Adiwiyata dalam petikan wawancara berikut.
“Smanda selalu terlibat dala kegiatan lingkungan
yang diadakan DLH misalnya penanaman hutan
kota. Kita juga aktif kerjabakti membersihkan
Jalan Raya Tegalrejo, ada juga kerjabakti di
sumber air Senjoyo dan mengadakan penghijauan
penghijauan di sekitar Senjayao melalui Lintas Penghijauan.” (Wawancara tanggal 29 September
2017)
Dari data dokumen gambar dan hasil wawancara
dari Waka Humas, Waka Sarpras, Ketua Program
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan menjalin
kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan berbagai pihak telah
dilakukan SMA Negeri 2 Salatiga.
122
Gambar 24 : Ruang terbuka yang ramah lingkungan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
1.2.3.4 Pengelolaan Sarana Prasarana Pendukung
Ramah Lingkungan
Pengelolaan sarana praarana pendukung ramah
lingkungan meliputi ketersediaan sarana prasarana
pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan
kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah
lingkungan di sekolah.
Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang
ramah lingkungan telah dipenuhi oleh SMA Negeri 2
Salatiga. Data dokumen gambar berikut akan
menguatkan hal tersebut.
Siswa merasakan bahwa banyak fasilitas di
sekolah yang ramah lingkungan, seperti adanya
galonisasi di kelas-kelas, gazebo, ruang kelas yang
pencahayaan dan penyinaran yang baik, kolam tempat
wundlu, dan sarana olah raga yang lengkap. Hal ini
seperti petikan wawancara berikuti ini.
123
“Sarana prasarana pembelajaran di Smanda menurut saya sudah baik, ramah lingkungan.
Ruang kelas yang lebar dan banyak jendela
terbuka, kolam penampungan air wundlu, banyak
ruang terbuka hijau.” (Wawancara tanggal 22
Januari 2016)
Hal ini di kuatkan oleh data hasil wawancara
dengan Waka Sarpras bahwa SMA Negeri 2 Salatiga
memprogramkan sarana prasarana yang ramah
lingkungan. Ruangan yang tata pencahayaannya cukup
sehingga menghemat energi. Tetap mempertahankan
ruang terbuka dan ruang tebuka hijau. Tambahan
ruang kelas dan taman secara vertikal. Berikut petikan
wawancara tersebut.
“Semenjak SMA Negeri 2 menjalankan program
Adiwiyata, pembangunan sarana prasarana sangat
mempertimbangkan sarana yang ramah lingkungan. Maka di buat ruangan yang seterbuka
mungkin tetapi tetap aman. Untuk menambah
kelas dilakukan secara vertikal, ada contoh taman
vertikal,dsb.” (Wawancara tanggal 10 November
2017)
Secara berkala mulai tahun 2013 sarana
prasarana pendukung yang ramah lingkungan mulai
dilengkapi. Tahum 2015 sudah terbangun ruang kreatif
sebagai ruangan tempat berkreasi siswa membuat
kerajinan dari barang-barang bekas dan tempat
memajang hasil karya tersebut. Pada tahun 2015 juga
sudah dibangun tempat pengelolaan sampah terpadu.
124
Hal ini seperti petikan hasil wawancara dengan Ketua
Program berikut.
“Sekitar tahun 2015 sekolah membangun tempat
pengolahan sampah terpadu dan ruang kreatif temapat siswa berkreasi dan tempat memajang
hasil kreasi siswa.Sarana prasarana semakin
lengkap, dan tetap ramah dengan lingkungan.”
(Wawancara tanggal 22 Januari 2016)
Dari data dokumen gambar dan data hasil
wawancara nara sumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa SMA Negeri 2 Salatiga telah mengadakan
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan.
Sekolah sudah tersedia sarana prasarana pendukung
yang ramah lingkungan dan sudah ada peningkatan
kualitas pengelolaan sarana prasarana sekolah.
1.2.3.5 Faktor Pendukung dan Penghambat
Dari keempat komponen Adiwiyata masing-
masing ada faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat jalannya pelaksanaan program.
Komponen kebijakan berwawasan lingkungan,
pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dan
pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
sangat mendukung pelaksanaan program, namun
komponen kegiatan berbasis partisipatif masih perlu
ditingkatkan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan
125
Waka Manajemen Mutu seperti dalam petikan
wawancara berikut:
“Tiga komponen Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
mempunya nilai yang bagus, jatuhnya di komponen partisipasi warga sekolah. Itu sebabnya
tahun 2015 Smanda gagal mencapai Adiwiyata
Nasional. Puji syukur pada taun 2016 keadaan ini
dapat diatasi. ” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017)
Hal senada diungkapkan oleh Ketua Program
dalam suatu wawancara dengan penulis. Dikatakan
bahwa siswa maupun guru dan karyawan belum bisa
secara konsisten bersikap peduli lingkungan.
Terkadang siswa membuang bungkus makanan masih
sembarangan, guru masih ada yang merokok
dilingkungan sekolah atau partisipasi dalam merawat
lingkungan masih sulit. Kepedulian mematikan lampu
yang sudah tidak terpakai pada siang hari masih
masing kurang. Berikut petikan wawancara tersebut.
“Partisipasi warga sekolah sudah bagus ketika ada
kegiatan secara bersama-sama, namun dalam
kehidupan rutin sehari-hari, masih saja ada siswa
yang membuang sampah sembarangan, sampah juga belum dipilah secara rutin. Ada guru juga
yang belum memberi contoh dengan tidak merokok
di sekolah. Pembinaan karakter perlu secara terus-
menerus.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
Komitmen warga sekolah untuk berbudaya
lingkungan masih perlu dikuatkan, sehingga dalam
keseharianpun tetap berperilaku peduli lingkungan.
Pembiasaan peduli lingkungan dengan mematikan
126
lampu yang masih menyala, menempatkan sampah
sesuai tempatnya, bahkan berani memungut sampah
yang ditemui, hidup hemat energi, sampai membawa
minum atau makan dari rumah dengan tempat yang
tidak habis pakai merupakan beberapa perilaku yang
perlu dikuatkan. Hasil wawancara dengan siswa
menguatkan pendapat tersebut.
“Keadaan lingkungan sekolah sudah bagus,
namun sayang temen-temen kadang belum bisa
menjaga kebersihan. Ada beberapa masih sulit
diajak piket kebersihan. Temen-temen memang sudah banyak yang membawa bekal makan dan
minum dari rumah, artinya sudah membatu
mengurangi sumber sampah, dan hidup sehat.” (Wawancara tanggal 6 SEptember 2017)
Namun demikian tiga komponen adiwiyata yang
lain merupakan faktor pendukung program yang kuat.
Waka Sarpras mengungkapkan bahwa sarana-
prasarana sekolah sudah sangat memadahi, bahkan
untuk mencapai syarat Adiwiyata Mandiri sarana
prasarana sangat memungkinkan, seperti kutipan
wawancara berikut:
“Smanda sudah mempunyai berbagai fasilitas
prasyarat Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana
sudah sangat memadahi sebagai Sekolah Mandiri. Jadi untuk sarpras tidak masalah, apalagi
didukung alokasi dana BOS.” (Wawancara tanggal
14 November 2017)
Waka kurikulum mengiyakan bahwa ada
tiga komponen lain yang sangat potensial
127
mendukung terlaksananya program Sekolah
Adiwiyata. Kebijakan berwawasan lingkungan
sudah terlaksana dengan baik. Komponen
pelaksanaan kurikulum berwawasan lingkungan
tidak ada hambatan. Perangkat pembelajaran
dan dokumen KTSP berwawasan lingkungan
secara administrasi lengkap dan mendukung.
Demikian seperti petikan wawancara berikut.
“Jika tidak ada program Adiwiyata pun perangkat
kurikulum tetap berwawasan lingkungan, Metode
dan model pembelajaran menyesuaikan keadaan
dan materi ajar sehingga tetap memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.” (Wawancara
tanggal 14 November 2017)
Dari data hasil wawancara dan data hasil
pengamatan di lapangan dapat disimpulkan
bahwa SMA Negeri 2 Saatiga mempunyai lebih
banyak faktor pendukung program Sekolah
Adiwiyata dari pada faktor penghambatnya.
Keadaan lingkungan yang luas, nyaman dan
sudah tertata dengan sarana prasarana ramah
lingkungan yang lengkap, menjadi faktor
pendukung utama selain kebijakan Kepala
Sekolah yang telah diterapkan. Kelengkapan
perangkat administrasi mendukung sekali. Yang
menjadi kendala sekarang ini justru komitmen
warga sekolah yang menurun.
128
1.2.4 Product Program Pengembangan Sekolah
Adiwiyata
1.2.4.1 Ketercapaian tujuan
Dari 4 komponen yang dikembangkan, program
Sekolah Adiwiyata berjalan sesuai dengan perencanaan.
Keberhasilan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata
dipaparkan oleh Waka Sarpras dalam petikan
wawancara sebagai berikut:
“Pelaksanaan program Sekola Adiwiyata berjalan
sesuai harapan. Sebagai bukti bahwa SMA Negei 2
Salatiga sudah mendapat penghargaan kategori
Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional pada tahun 2016. Kategori ini tidak mudah untuk
mencapainya, harus melalui kategori kota maupun
provinsi.” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Menurut Kepala SMA Negeri 2 Salatiga, kunci
sukses pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata adalah
adanya kerjasama tim yang bagus terlebih adanya
partisipasi warga sekolah. Berikut pendapat dari Kepala
SMA Negeri 2 Salatiga.
““Pelaksanaan program Sekola Adiwiyata berjalan
sesuai harapan. Sebagai bukti bahwa SMA Negei 2
Salatiga sudah mendapat penghargaan kategori
Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional pada tahun
2016. Kategori ini tidak mudah untuk mencapainya, harus melalui kategori kota maupun
provinsi.”. (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Waka
Manajemen mutu dalam petikan wawancara sebagai
berikut:
129
“Program ini jika dipandang dari tercapainya penghargaan tingkat nasional, berhasil baik.
Tingkat partisipasi warga juga sudah baik sekali.
Yang perlu diperbaiki adalah perilaku pelestarian
dan kepedulian lingkungan warga sekolah, perlu
ditanamkan secara terus menerus, masih ada saja siswa belum membuang sampah sembarangan ”.
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Ketercapain program dari segi penghargaan
berdasarkan data dan hasil wawancara dapat
disimpulkan berhasil baik. Pencapaian penghargaan
sebagai sekolah kategori Sekolah Adiwiyata Nasional
pada tahun 2016 merupakan bukti keberhasilan.
Namun dari pembudayaan karakter berbasis
lingkungan, masih perlu pembenahan.
1.2.4.2 Hasil Pengembangan Program
Dalam melaksanakan program Sekolah Adiwiyata
ini, secara fisik SMA Negeri 2 Salatiga telah berhasil
melengkapi sarana prasarana ramah lingkungan,
sehingga sekolah semakin asri, indah dan nyaman.
Keadaan ini memberi manfaat kepada warga sekolah
seperti petikan hasil wawancara dengan siswa berikut.
“Manfaat yang kami rasakan dari program Sekolah
Adiwiyata adalah kenyamanan belajar, kami lebih
nyaman dan senang di sekolah. Semoga keadaan ini
bisa terus berlangsung. Semoga temen-teman bisa menjaga kebersihan.”(Wawancara tanggal 6
September 2016)
130
Senada hal tersebut, diungkapkan oleh seorang
guru mata pelajaran yang merasa nyaman dan krasan
di sekolah seperti dalam petikan wawancara berikut.
“Keadaan sekolah ada perubahan dalam hal
kebersihan, lingkungan menjadi tertata rapi dan
indah, lebih nyaman. Di sekolah jadi krasan.Hanya masih ada guru yang diam-diam masih merokok di
lingkungan sekolah.”(Wawancara tanggal 27
September 2017)
Dari program Sekolah Adiwiyata tenaga
kebersihan mendapat manfaat yaitu beban pekerjaan
menjadi semakin ringan. Volume sampah semakin
berkurang, pemilahan sampah semakin ringan dan
kebersihan lingkungan terbant. Hal ini seperti cuplikan
wawancara berikut.
“Sekarang beban kerja saya semakin ringan karena lingkungan sudah bersih. Pemilahan sampah juga
menjadi ringan, sampah sudah terbantu dipilah-
pilah. Harapannya siswa tetap bisa membuang
sampah ditempatnya.”(Wawancara tanggal 4
September 2017)
Dari data hasil wawancara tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa warga sekolah merasakan
manfaat dari pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata.
Siswa dan guru merasa nyaman dan betah di sekolah.
Karyawan merasa beban kerjanya menjadi berkurang.
Masih adanya guru dan siswa yang belum bisa
melakukan perilaku budaya lingkungan, maka perlu
adanya pendampingan tersendiri.
131
1.2.4.3 Dampak dan Keberlanjutan Program
Berdasarkan studi dokumentasi, SMA Negeri 2
Salatiga telah mendapatkan penghargaan sebagai
Sekolah Adiwiyata Kota pada tahun 2011, 2013 dan
2015. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat
penghargaan kategori Sekolah Adiwiyata tingkat
Provinsi Jawa Tengah. Dan pada tahun 2016 SMA
Negeri 2 Salatiga mendapat penghargaan kategori
Sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Kepala Sekolah
menyatakan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga telah
berhasil menjalankan program Sekolah Adiwiyata
dalam hasil wawancara sebagai berikut:
“SMA Negeri 2 telah berhasil sebagai Sekolah
Adiwiyata karena sudah mendatkan penghargaan
Nasional dan ada sekolah lain yang studi ke SMA
Negeri 2 dalam pengelolaan lingkungan. Untuk itu
SMA Negeri 2 sangat layak meneruskan
programnya sehingga nanti bisa menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri”. (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Senada dengan pendapat di atas, Ketua Program
Sekolah Adiwiyata mengungkapkan seperti hasil
wawancara tersebut:
“SMA Negeri 2 Salatiga sudah berhasil menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional dan sangat layak
sekali menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri.
Pencapain sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional
menunjukan sekolah mempunyai potensi besar.”
(Wawancara tanggal 25 September 2017)
132
Keberhasilan dalam menjalankan program
Sekolah Adiwiyata memberikan dampak bagi sekolah-
sekolah di Salatiga dan memberi kontribusi terhadap
Kota Salatiga, Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota
Salatiga mengungkapkan hal itu hasil wawancara
tersebut:
“SMA Negeri 2 Salatiga sangat layak sekali menjadi
Sekolah Adiwiyata Mandiri. Pencapain sebagai
Sekolah Adiwiyata Nasional menunjukan sekolah mempunyai potensi besar. SMA 2 menjadi
sekarang menjadi model sekolah Adiwiyata di
Salatiga, sehingga sekolah-sekolah di Salatiga
saya harapkan bisa belajar di sini. SMA 2 juga
sudah memberi kontribusi dalam pencapaian
piala Adipura untuk Kota Salatiga”. (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Dari beberapa sumber wawancara di atas semua
sepakat bahwa dampak Sekolah Adiwiyata di SMA
Negeri 2 sangat positif, mendorong sekolah lain
berpacu memperbaiki lingkungannya dan memberi
kontribusi yang baik tercapainya piala Adipura Kota
Salatiga. Maka jika disimpulkan dari menganalisis
data-data produk, program Sekolah Adiwiyata SMA
Negeri 2 Salatiga untuk tetap diteruskan.
133
1.3 Pembahasan
1.3.1 Context Program Sekolah Adiwiyata
Dalam penelitian ini, Evaluasi Conteks
mempertimbangkan beberapa aspek antara lain latar
belakang, kebutuhan program, tujuan program,
sasaran program, serta kebijakan Adiwiyata.
Warga SMA Negeri 2 Salatiga menyadari bahwa
lingkungan sekolahnya luas, gersang dan kurang
terawat membutuhkan pengelolaan yang baik agar
menjadi lebih asri, indah, nyaman dan aman. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa stakeholder, guru dan
karyawan terutama siswa membutuhkan situasi yang
nyaman dan aman untuk mendukung prestasi
belajarannya. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu
program, sebuah rencana yang dilakukan untuk
mencapai tujuan ,Jaedun (2010). Maka sejak tahun
2011 SMA Negeri 2 Salatiga merintis menjadi Sekolah
Adiwiyata dan sampai saat ini program tersebut masih
berjalan. Program tersebut sejalan dengan program
yang dicanangkan Kementrian Lingkungan Hidup yaitu
program Adiwiyata yang mengajak institusi sekolah
terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan melalui
penanaman karakter peduli dan budaya lingkungan di
dalam pendidikan lingkungan hidup (PLH) di sekolah.
PLH diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif
solusi yang efektif dalam upaya meningkatkan
134
pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
pelestrian fungsi lingkungan hidup (Panduan Adiwiyata
2012).
Program Sekolah Adiwiyata bertujuan mendorong
dan membentuk sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan yang mampu berpartisipasi dan
melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan. Maka diharapkan dengan
program Sekolah Adiwiyata yang diturunkan melalui
kebijakan Kepala Sekolah mampu menjawab
kebutuhan stakeholder SMA Negeri 2 Salatiga yaitu
suatu tuntutan pendidikan yang bermutu sesuai
amanat dari UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 2 : “Pemerintah
menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional”, Suhardi (2010).
Berdasarkan hasil evaluasi Context di atas,
diketahui bahwa terjadi kesenjangan kondisi
lingkungan SMA Negeri 2 Salatiga dengan harapan
warga sekolah yang mengharapkan keadaan
lingkungan aman dan nyaman melalui pendidikan
lingkungan yang baik dan bermutu. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu proses perubahan
pendiddikan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan atau inovasi, Fattah (2012). Maka
135
diperlukan kreativitas dan inovasi untuk menanamkan
dan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter peduli
dan berbudaya lingkungan di sekolah. Sehingga
program Sekolah Adiwiyata yang telah ada perlu di
restrukturisasi.
1.3.2 Input Program Sekolah Adiwiyata
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program
Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 dirintis mulai tahun
2011. Sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup mulai
tahun 2006 dan mengeluarkan Panduan Adiwiyata
tahun 2012. Buku tersebut sangat jelas baik ditinjau
dari latar belakang, tujuan, manfaat, sasaran maupun
mekanisme pelaksanaannya. Ada beberapa tahapan
yang harus dilalui SMA Negeri 2 Salatiga untuk
mencapai sekolah kriteria Sekolah Adiwiyata Nasional,
yaitu harus mencapai kriteria Sekolah Adiwiyata Kota
kemudian diusulkan oleh DLH untuk memenuhi
kriteria Sekolah Adiwiyata Provinsi baru diusulkan ke
kriteria nasional jika memenuhi standar kriteria
Sekolah Adiwiyata Nasional.
Untuk mempersiapkan strategi pelaksanaan
program Sekolah Adiwiyata, SMA Negeri 2 Salatiga
telah melakukan analisa SWOT. Analisa tersebut
136
menelaah tentang kekuatan dan kelemahan SMA Negeri
2 (analisa faktor internal) serta peluang dan ancaman
SMA Negeri 2 (analisa faktor eksternal). Namun setelah
melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2 tidak
menetapkan strategi apa yang akan diambil apakah
strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-
around atau strategi defensif. Padahal menurut
Rangkuti (2006), analisis terhadap kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman akan menghasilkan
alternatif-alternatif strategi sesuai yang dimiliki
organisasi berupa strategi agresif, strategi diversifikasi,
strategi turn-around atau strategi defensif. Strategi ini
yang seharusnya dijadikan dasar pengambilan
kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa tahap analisa
SWOT yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Salatiga tidak
ditindak lanjuti dengan tepat karena belum melibatkan
seluruh komponen. Analisis SWOT seharusnya
dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen yang
ada, sehingga menghasilkan strategi kebijakan yang
tepat.
Setelah melakukan analisis SWOT, SMA Negeri 2
menetapkan dalam 4 (empat) komponen program yang
menjadi satu kesatuan yaitu :(1) Kebijakan berwawasan
lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan, (3) Kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif dan (4) Sarana prasarana pendukung ramah
137
lingkungan. Keempat komponen ini diletakan pada dua
prinsip dasar partisipatif dan berkelanjutan.
Pada komponen (1) ditetapkan 2 subprogram
yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS). Masing-masing program diwujudkan dalam
bentuk kegiatan. Adapun yang menjadi penanggung
jawab dari komponen Kebijakan berwawasan
lingkungan adalah adalah Waka Manajemen Mutu.
Untuk komponen Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Lingkungan terdiri dari 2 sub program yang meliputi
tenaga pendidik dan peserta didik. Dan yang menjadi
penanggung jawab Komponen ini adalah Waka
Kurikulum.
Komponen Kegiatan Lingkungan Berbasis
Partisipatif berada dibawah tanggung jawab Waka
Humas dan Waka Kesiswaan, Waka Humas untuk
urusan di luar sekolah dan Waka Kesiswaan untuk
urusan di dalam sekolah. Komponen ini teriri dari 2
sub program yaitu: program pelaksanaan kegiatan dan
menjalin kemitraan. Untuk komponen sarana
prasarana pendukung ramah lingkungan dituangkan
dalam 2 sub program yaitu ketersediaan sarana
prasarana dan kualitas pengelolaan sarana prasarana.
Bidang sarana prasarana berada dibawah tanggung
jawab Waka Sarpras.
138
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-4
komponen program yang dikembangkan sudah disusun
secara rinci dan memiliki sasaran serta tujuan yang
jelas. Ke-4 komponen manajemen yang dikembangkan
SMA Negeri 2 Salatiga sesuai dengan Pedoman Sekolah
Adiwiyata tahun 2012 yang menyatakan bahwa Sekolah
Adiwiyata harus mengembangkan 4 manajemen unggul
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Penanggung jawab juga sudah disesuaikan
dengan tupoksinya masing-masing. Misal untuk
Komponen kebijakan berwawasan lingkungan
diserahkan kepada Waka Manajemen Mutu yang
merupakan lulusan S2 Master Manajemen, komponen
kegiatan berbasis partisipatif diserahkan kepada Waka
Kesiswaan yang juga merupakan lulusan Master
Manajemen. Begitu juga komponen yang lain.
Untuk mendukung ke-4 komponen yang
dimaksud, SMA Negeri 2 Salatiga telah menyusun
alokasi anggaran dana yang sudah include dengan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
sebesar 20% dari total anggaran yang ada. Dalam hal
ini berarti sekolah sudah mempersiapkan diri sehingga
Anggaran Sekolah sengaja didesain untuk mendukung
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Berdasarkan
hasil penelitian, pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata merupakan program jangka panjang. SMA
139
Negeri 2 Salatiga telah membuat rencana sampai tahun
2018. Hal ini dapat kita lihat dari School Development
Plan (SDP) yang dibuat sekolah dengan tujuan untuk
mencapai target Sekolah Adiwiyata Mandiri di tahun
2018.
Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2011
SMA Negeri 2 Salatiga telah memulai program adiwiyata
walaupun belum dilaksanakan secara optimal , namun
sudah mendapat piagam penghargaan sebagai Calon
Sekolah Adiwiyata tingkat kota. Mulai tahun 2012 Tim
dibentuk di bawah Koordinasi Ketua Tim (Waka
Sarpras) yang dikawal langsung oleh Kepala Sekolah.
Tim khusus telah dibentuk dan masing-masing tim
memiliki staf khusus sesuai dengan bidang
garapannya.
Program Sekolah Adiwiyata ada beberapa unsur
sehingga menunjukkan bahwa program ini layak
dikatakan sebagai sebuah program pendidikan.
Program dikaitkan dengan kesatuan kegiatan yang
merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, yang berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang, Arikunto (2012).
Data penelitian menunjukkan bahwa pendanaan
program Sekolah Adiwiyata murni berasal dari dana
140
komite sekolah dan dari dana BOS. Namun demikian
alokasi dana tersebut tetap mencukupi. Pemerintah
tidak membiayai sama sekali untuk program Sekolah
Adiwiyata. Jika ada dana dari pemerintah bukan terkait
dengan program Sekolah Adiwiyata dan lebih banyak
dialokasikan untuk pembangunan fisik sesuai
kebutuhan sekolah. Draf Rancangan Penggunaan
Dana Bantuan SMA Negeri 2 Salatiga (Tabel 11) untuk
pembangunan fisik bersumber dari pemerintah pusat
sebesar Rp1.000.000.000,00 dan dana sharing dari
komite sebesar Rp 903.750.000,00.
Rincian Alokasi Anggaran Pengembangan Sekolah
Adiwiyata (Tabel 10) sebesar Rp 493.730.750,- terbagi
menurut 4 komponen program yang ditetapkan.
Komponen kebijakan berwawasan lingkungan
dialokasikan sebesar Rp 39.500.000,- sedangan
komponenprogram pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan dialokasikan dana sebesar Rp
199.053.000,-Untuk komponen program kegiatan
berbasis partisipatif dalokasikan dan sebesar Rp
150.700.000,- dan komponen sarana prasarana
pendukung ramah lingkungan mendapat alokasi dana
sebesar Rp 114.467.750,-. Dimana masing-masing
komponen program masih terbagi dalam 2 sub
program.
141
Sebuah Sekolah Adiwiyata memerlukan sarana
prasarana pendukung yang ramah lingkungan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga
memiliki sarana prasarana pendukung ramah
lingkungan yang dibutuhkan. Hal ini juga didukung
oleh bukti dokumentasi kondisi sarana prasarana di
SMA Negeri 2 Salatiga. Luas lahan yang mencapai
28.879 m2 sangat memungkinkan sekolah untuk
melakukan pengembangan pembangunan, namun
demikian pengembangan ruang kelas direncanakan
untuk vertikal sehingga luasan terbuka hijau tetap
lebih luas dari luasan dasar bangunan. Luasan dasar
bangunan 5.971m2 dan luas lahan terbuka hijaunya
22.879m2 mempunyai perbandingan 20,7% luasan
bangunan dan 79,35 luas terbuka hijau. Ruangan
terbuka masih sangat luas untuk resapan air maupun
tempat tanam-menanam sehingga meudahkan
pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Program Pengembangan Sekolah Adiwiyata
merupakan operasionalisasi dari konsep peningkatan
mutu lingkungan yang telah dicanangkan pemerintah.
SMA Negeri 2 Salatiga telah mendesain program
Sekolah Adiwiyata dengan mempertimbangkan berbagai
aspek. Artinya program Sekolah Adiwiyata merupakan
suatu program yang memadai untuk menjawab
kebutuhan dilihat dari programnya yang cukup jelas,
142
memiliki tujuan meningkatkan kualitas lingkungan,
dan kualitas warga sekolah dilaksanakan oleh SDM
yang sesuai dengan kualifikasi, didukung dengan
sarpras yang memadai serta melalui mekanisme yang
sah. Desain program yang telah disusun, SMA Negeri 2
Salatiga berusaha merealisasikan mutu pendidikan
dalam berbagai program karena yang dimaksud mutu
dalam pendidikan meliputi mutu input, proses, output,
dan outcomes, Fattah. (2012). Demikian pula dalam
program Sekolah Adiwiyata penerapan program ini
melibatkan seluruh unsur pendidikan yang ada di SMA
Negeri 2 dalam mengendalikan dan secara terus
menerus meningkatkan kinerja dalam rangka
mempertahankan bahkan dapat meningkatkan
mutunya.
1.3.3 Process Program Pengembangan Sekolah
Adiwiyata
SMA Negeri 2 telah melaksanakan Bimbingan
Teknis untuk persiapan program pengembangan
Sekolah Adiwiyata. Sesuai dengan Buku Pedoman
Adiwiyata 2012. Bimtek berupa bedah Buku Pedoman
Adiwiyata untuk setiap 4 ( empat) komponen program.
Sosialisasi juga sudah dilakukan baik kepada
guru, komite maupun kepada siswa. Sosialisasai
kepada guru dan komite disampaikan melalui agenda
pembinaan dan ratas rapat (terbatas) sedangkan
143
sosialisasi kepada siswa disampaikan dalam pertemuan
umum di aula dan apel pagi secara berulang-ulang.
Unsur-unsur dalam process program yaitu persiapan
warga sekolah, pelaksanaan kegiatan, efektivitas
penggunaan dana dan efektivitas program
terintegrasikan dalam empat komponen program
Adiwiyata. Adapun pembahasan mengenai ke-4
komponen dalam program Sekolah Adiwiyata akan
disajikan dalam paparan berikut.
1.3.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Kebijakan berwawasan lingkungan mempunyai
sub program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS). KTSP yang dilaksanakan SMA Negeri 2
Salatiga menggunakan Kurikulum 2006 untuk kelas XI
dan XII serta Kurikulum 2013 untuk kelas X.
Walaupun menggunakan 2 kurikulum yang berbeda
namun masing-masing perangkat pembelajaran tetap
mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli dan
berbudaya lingkungan seperti yang tercantum pada
Tabel 9 Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata. Hal
ini sejalan dengan penelitian Burhan dan Ismail (2011)
yang merekomendasi bahwa diperlukannya kurikulum
lingkungan dalam pelatihan guru.
144
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa guru
telah mengajar menggunakan sarana lingkungan, dan
telah mengintegrasikan nilai-nilai pelestarian
lingkungan dalam pembelajarannya walaupun bukan
mata pelajaran lingkungan hidup. Dari hasil penelitian
juga menunjukan bahwa siswa merasa senang dengan
model dan metode pengajaran yang menggunakan
lingkungan dan sarana sekolah sebagi media, alat,
maupun sumber belajar. Siswa merasa senang dan
tidak jenuh. Hasil ini menunjukan bahwa pelaksanaan
kurikulum berwawasan lingkungan dapat berjalan
tanpa kendala. Sehingga bisa diteruskan dan jika perlu
ditingkatkan.
Dari uraian pada bagian atas disebutkan bahwa
anggaran khusus untuk prgram pengembangan
Sekolah Adiwiyata adalah 20% dari total anggaran yang
berasal dari dana komite dan dan BOS menunjukan
bahwa sekolah telah berkomitmen untuk
melaksanakan program Sekolah Adiwiyata ini dengan
sungguh-sungguh.
1.3.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Bebasis Lingkungan
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
terdiri dua sub program, yaitu tenaga pendidik memiliki
kopetensi dalam mengembangkan kegiatan lingkungan
hidup dan sup program peserta didik melaksanakan
kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
145
pelestarian lingkungan hidup. Penddidik SMA Negeri 2
Salatiga minimal lulusan S1 yang kompeten
dibidangnya dan hampir 20% lulusan S2. Maka secara
kompetensi kemampuan guru tidak diragukan. Dari
hasil penelitian guru telah mengajar dengan berbagai
media dan metode. Pembelajaran dinilai siswa sangat
menyenangkan karena menggunakan memanfaatkan
alam, lingkungan dan saarana prasarana sekolah
sebagai media, alat seta sumber belajar.
Siswa dengan bimbingan guru mengeksplorasi
diri melalui pembelajaran kontekstual yang
memanfaatkan lingkungan. Siswa berproses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian, Suyono (2012). Dari pemamparan tentang
tenaga pendidik dan peserta didik di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan sudah baik dan dapat diteruskan.
1.3.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif terbagi
menjadi dua sub program, yaitu kegiatan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup bagi warga sekolah
dan sub program menjalin kemitraan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdengan
berbagai pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
146
kegiaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup bagi warga sekolah sudah berjalan baik. Warga
sekolah telah bisa memilah-milah sampah menurut
sampah organik dan anorganik, sampah bisa di daur
ulang dan tidak. Warga sekolah juga telah
memanfaatkan sampak-sampah anorganik menjadi
barang-barang kerajinan bernilai seni. Ada kerajinan
buat baju dari barang bekas, lukisan dari bungkus
permen, kerajinan dari gelas bekas, memperbaiki kipas
yang rusak dimodifikasi menjadi barang seni dan
sebagainya. Sekolah berkomitmen untuk itu sehingga
dibangunkan gedung sebagi “Rumah Kreatif “ tempat
berkarya dan memajang barang-barang hasil kerajinan
selain dapat disimpan di gallery yang ada. Untuk
mengurangi sumber sampah warga sekolah sudah
berupaya membawa alat minum dan tempat makan
dari rumah yang tidak habis.pakai, dan mengurangi
penggunaan plastik. Di masing-masing ruang ada galon
sebagi upaya hemat energi dan mengurangi sumber
sampah dari bungkus minum. Untuk mengolah
sampah organik, warga sekolah telah belajar membuat
kompos organik yang telah dibuatkan ruang
pengolahan sampah terpadu. Penghematan energi telah
dilaukandengan dibuatnya kolam ikan hasil
penampungan air wundlu serta banyak dibuat biopori
oleh warga sekolah. Jelas bahwa kegiatan pengolahan
147
dan perlindungan lingkungan sudah berjalan di SMA
negeri 2 Salatiga dengan baik.
SMA Negeri 2 Salatiga berdasarkan data
penelitian telah melakukan kerjasama kemitraan
mengelola dan mengolah lingkungan dengan berbagai
pihak. GIZ-Paklim Jerman telah mendampingi warga
sekolah bagaimana mengurangi pengeluaran energi dan
mempelajari sumber energi terbarukan. Kemitraan
dengan Fakultas Petanian UKSW dilaksanakan dalam
pembelajaran membuat biopori untuk menangkap air
hujan dan sebagi wahana membuat pupuk organik.
Kemitraan juga dilakukan dengan instansi secara
struktura, yaitu DLH Kota Salatiga, Ciptakaru Kota
Salatiga, Dinas Kesehatan Kota Salatiga dan sekolah-
sekolah terdekat dan sekkolah mitra. DLH selalu
mendampingi Sekolah Adiwiyata dalam uoaya
meningkatkan kriteria komponen, sedangkan dengan
Ciptakaru bekerja sama dalam penyediaan air bersih
maupun bekerja bakti bersama-sama. Jika kemarau
panjang lingkungan sekolah tanahnya kering dan air
tidak mencukupi kebutuhan wundlu, maka Ciptakaru
sering memasoki air ke sekolah.
Jelas bahwa dari kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif telah dilaksanakan dengan baik. Hanya
memang ada kendala terkadang perilaku warga sekolah
yang kurang terpuji yaitu membuang sampah masih
148
sembarangan, belum mempunyai kebiasaan untuk
peka mematikan lampu di siang hari, dan masih ada
guru yang kurang peduli dengan merokok di
lingkungan sekolah. Kebiasaan ini yang masih perlu
mendapat perhatian untuk pelaksanaan program
selanjutnya agar mutu pelaksanaan program bisa
dicapai sesuai target. Hasil penelitian Hidayati (2013)
menegaskan bahwa pembiasaan perilaku berkarakter
lingkungan akan berhasil jika diajarkan dengan contoh,
ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah
dengan membiasakan, memberikan pengertian dan
contoh perilaku peduli lingkungan. Maka dibutuhkan
komitmen bersama. Sejalan dengan hal tersebut
Nanang (2012) berpendapat bahwa upaya peningkatan
mutu berkelanjutan melibatkan semua personil sekolah
yang di dalam prosesnya menuntut komitmen bersama
terhadap permasalahan mutu pendidikan di sekolah.
1.3.3.4 Sarana Prasarana Pendukung Ramah
Lingkungan
Komponen Sarana pendukung ramah lingkungan
meliputi dua sub program yaitu, ketersediaan sarana
prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan
peningkatan kualitas pengelolaan sarana prasarana
yang ramah lingkungan. Dari hasil penelitian
meenunjukan bahwa ketersediaan sarana prasarana
149
SMA Negeri 2 Salatiga sudah ramah lingkungan dan
mencukupi penggunanya. Sarana ibadah ada mushola
dan ruang agama lainnya yang cukup menampung
peserta, Kamar MCK ada 33 yang bersih dan terkelola
dengan baik. Lapangan olah raga baik sepak bola, bola
basket, volly ball, arena lari baik yang terbuka maupun
yang tertutup di dalam gedung (aula) sangat baik
sekali, yang masing-masing terawat oleh tenaga
kebersihan yang profesional. Adanya lab. kimia, lab.
biologi, lab. bahasa, lab. fisika maupun gedung
perpustakaan yang representatif dan terawat baik.
Ruang kelas sesuai jumlah rombelnya dengan ruang
guru, rung TU, ruang BP/BK, Ruang Waka dan ruang
Kepala sekolah masing masing representatif dan
terawat dengan baik. Tidak kalah pentingnya adalah
ruang terbuka hijau yang sangat luas berupa lapangan
hijau, kebun sekolah, kebun toga, kolam ikan, kebun
konservasi tanaman, hutan mini, green school sangat
baik dan terawat. Sarana prasarana penunjang dan
perawatannya sangat layak untuk menopang program
Sekolah Adiwiyata. Penelitian Sonadi (2015),
menegaskan bahwa sarana dan prasarana sekolah
cenderung linier dengan pencapaian Sekolah Adiwiyata.
150
1.3.3.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Hasil penelitian menunjukkan ada 4 faktor yang
menjadi kunci keberhasilan implementasi program SMK
Rujukan. Faktor tersebut adalah: (1) kerjasama Tim
yang bagus, (2) adanya komitmen bersama untuk
mensukseskan program, (3) keterbukaan anggaran dan
(4) memiliki potensi lahan, peralatan, guru dan siswa.
Adanya kerjasama dan koordinasi dari Tim Sekolah
Adiwiyata serta komitmen yang luar biasa dari pihak
yang terlibat dalam program Sekolah Adiwiyata
menjadikan SMA Negeri 2 Salatiga dapat mencapai
kriteria sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun
2016. Walaupun hasil penelitian Sighal dan Virma
(2012) menunjukan bahwa tingkat kemampuan tidak
selalu mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap
lingkungan, namun karena SDM SMA Negeri 2 Salatiga
memadahi sehingga mampu mencapai penghargaan-
penghargaan tersebut. Adanya tuntutan SDM yang
berkualitas sesuai dengan pendapat Kalangi (2015)
yang menyatakan sumber daya manusia merupakan
faktor yang sangat sentral dalam organisasi, apapun
bentuk dan tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan
berbagai visi untuk kepentingan manusia.
Berkaitan dengan Faktor Sumber Daya, SMA
Negeri 2 memiliki sarana prasarana yang mendukung
untuk pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Dilihat
151
dari sisi luasan lahan, sarana gedung, sarana
pendukung pembelajaran, sarana umum cukup baik
mendukung program Sekolah Adiwiyata.
Di samping faktor pendorong juga terdapat faktor
penghambat, yaitu: Kebiasan kurang baik yang sulit
untuk dirubah dari sebagian warga sekolah misalnya
merokok dilingkungan sekolah, membuang sampah
sembarangan, corat-coret tembok, dan belum bisa
hemat energi dengan tidak mematikan lampu di siang
hari. Kebiasaan ini sebetulnya bisa diatasi bila ada
komitmen untuk mencapai tujuan bersama dan
pendampingan secara terus menerus.
Program Sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 telah
berhasil memenuhi target dengan mendapat
penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat
Nasional. Walaupun masih ada satu sasaran yang di
atasnya lagi yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, namun
sasaran ini bukanlah suatu target utama, karena
tujuan dari program Sekolah Adiwiyata adalah
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik yaitu
habitus peduli dan berbudaya lingkungan.
1.3.4 Product Program Sekolah Adiwiyata
Program Sekolah Adiwiyata SMAN Negeri 2
Salatiga sudah sesuai dengan harapan yaitu
152
tertanamnya sikap peduli dan berbudaya lingkungan,
walau masih perlu penyempurnaan. Terbuktinya
dengan terciptanya lingkungan sekolah yang asri,
indah, aman dan nyaman. Pengelolaan sampah juga
mulai tertata dengan baik. Karakter peduli dan
berbudaya lingkungan warga sekolah sudah nampak.
Suatu dampak positif dari dilaksanakannya
program Sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah mendapat
penghargaan sebagai calon Sekolah Adiwiyata Kota
pada tahun 2011, mendapat penghargaan sebagai
Sekolah Adiwiyata Kota tahun 2013 dan 2015. Pada
tahun 2013 dan 2014 mendapat penghargaan sebagai
Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah. Serta
tahun 2016 SMA Negeri 2 Salatiga merupakan satu-
satunya SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Kota
Salatiga yang mendapat penghargaan sebagai Sekolah
Adiwiyata tingkat nasional. Dampak positif lainnya
dengan melaksanakan program Adiwiyata SMA Negeri
2 adalah turut berkontribusi tercapainya piala Adipura
Kota Salatiga.