6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroentritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya mual
dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang tidak toleran
terhadap makanan tertentu atau toksin (Tucker, 1998).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,
1996). Diare adalah buang air besar yang melebihi normal karena passage
bolus makanan terlalu cepat sebagai akibat hiperperistaltik, sehingga resorbsi
air dalam usus besar terganggu, menyebabkan frekuensi buang air besar
melebihi normal, tinja yang dikeluarkan biasanya berbentuk cair dengan atau
tanpa disertai lendir dan darah (Sujono, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa gastroentritis adalah peradangan yang
terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala dengan frekuensi
defekasi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit yang patogen.
7
B. Anatomi dan Fisioloogi
Gambar 2.1. Saluran cerna
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri
dari 2 bagian, yaitu bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara
gusi, gigi, bibir, dan pipi. Pada mulut terdapat palatum anterior dan
posterior yang terdiri dari membran mukosa (palatum mole).
Makanan mengalami proses mekanis yang pertama disebut proses
mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sehingga tidakmelukai
dinding saluran pencernaan dan memungkinkan makanan sampai merata
dengan air liur (saliva). Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang
terorganisasi antara lidah, gigi, dan otot-otot pengunyah. Terdapat 3
kelenjar penghasil ludah (saliva) dalam mulut, yaitu:
8
a. Kelenjar parotis, adalah kelenjar penghasil ludah (saliva) terbanyak,
terletak di bagian kanan dan kiri bagian depan agak ke bawah.
b. Kelenjar submandibularis, merupakan penghasil ludah kedua terletak di
bawah sisi tulang rahang.
c. Kelenjar sublingualis, penghasil ludah terkecil terletak di bawah lidah.
b. Faring dan Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit. Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas belakang, keatas bagian depan dengan rongga mulut dengan perantara
lubang yang disebut ismus fauisium.
Esofagus berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung. Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan
lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
c. Lambung (Gaster)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Makanan masuk ke dalam lambung
dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (Sfingter), yang bisa
9
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
d. Usus Halus
1) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru.
Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum
ini terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri.
Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledukus )
dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
2) Yeyenum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan
panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum
yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium
memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2
lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
10
3) Illeum
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas
yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini
diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat
katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus.
Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk
oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan
usus. Pada penampangan melintang vili dilapisi oleh epiel dan kripta
yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim
yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
e. Usus besar
Usus besar atau disebut juga kolon yang merupakan sambungan dari
usus halus. Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Fungsi usus besar
adalah mengabsorbsi air 990 %), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa.
Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari. Kolon terdiri dari:
a. Kolon Asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawh hati. Di bawah hati membengkak
ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai
kolon transversum.
11
b. Kolon Transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
c. Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
d. Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya berhubung dengan rectum.
f. Rectum dan Anus
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan Intestinum
Mayor dengan anus terletak didalam Rongga Pelvis di depan Os
Sacrum dan Os Koksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan
yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak di
dasar Pelvis dindingnya diperkuat oleh 3 spincter :
a. Spincter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak.
b. Spincter levator ani , bekerja tidak menurut kehendak.
c. Spincter ani ekstemus, bekerja menurut kehendak
g. Organ Aksesoris
a. Hati
Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak teratas dalam
12
rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati terdiri dari
2 lobus kanan dan kiri.. pada lobus kanan bagian belakang terdapat
kantong empedu. Hati berfungsi menghasilkan cairan empedu,
fagositosis bakteri dan benda sing, pembuatan sel darah merah, dan
menyimpan glikogen.
b. Kantong empedu
Merupakan sebuah kantong yang terletak di bawah kanan hati atau
lekukan permukaan bawah hati sampai di pinggiran depan yang
memiliki panjang 8-12 cm dan memiliki kapasitas 40-60 cm3.
Fungsinya sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan
cairan empedu. Cairan empedu mengandung air, garam empedu,
lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid dan sedikit protein. Cairan ini
memberi warna pada feses yaitu warna kuning kehijau-hijauan.
c. Pankreas
Merupakan kelenjar yang strukturnya sama dengan kelenjar ludah.
Memiliki fungsi sebagai penghasil enzim yang berperan dalam sistem
pencernaan makanan secara kimiawi (Pearce, 2000).
C. Etiologi Dan Presdisposisi
Gastroenteritis dapat disebabkan karena adanya mikroorganisme dalam
saluran cerna. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi ada sekitar 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak. Golongannya
adapat berupa bakteri, virus, dan parasit usus (Soegijanto, 2002).
13
Selain infeksi akibat adanya mikroorganisme, penyebab lain dapat
berupa malabsorbsi, adanya kesalahan dalam diit, adanya kandungan logam
dan bahan kimia dalam makanan, kesalahan dalam pemberian susu formula,
serta akibat keracunan (Soeparman, 2003).
D. Patofisiologi
Proses terjadinya kemungkinan dapat disebabkan karena adanya
infeksi. Awalnya kuman masuk ke dalam saluran cerna yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa menurunkan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas terus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam mengabsorbsi cairan dan elektrolit. Toksik
babakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
mengalami peningkatan (Soegijanto, 2002).
Selain itu, dapat pula akibat factor malabsorbsi, yaitu merupakan
kegagalan dalam proses absorbs yang menyebabkan tekanan osmotic
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus yang menyebabkan terjadinya diare.
Factor lainnya dapat berupa factor makanan yang mengandung toksik
atau racun yang tidak mampu diserap dengan baik oleh usus. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makanan sehingga terjadi diare. Selain itu, factor psikologis
dapat mempengaruhi penigkatan peristaltic usus yang akhirnya mempengaruhi
proses penyerapan makanan sehingga terjadi diare. Adanya rasa cemas dan
takut akan mempengaruhi hipotalamus yang dapat mengakibatkan penyerapan
14
makanan, air dan elektrolit terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan
hiperperistaltaik pada kolon sehingga terjadi penambahan jumlah cairan dalam
kolon dan mengakibatkan diare.
Kelainan diluar saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan diare
dapat berupa faktor penyakit seperti pankreatitis, uremia, dan penyakit
kolagen. Kelainan endokrin (hipertiroidisme, DM, penyakit addison).
Berdasarkan dari sifat dan karakteristik penyakit ini dalam keadaan bereaksi,
saluran pencernaan berespon terhadap relaksi penyakit tersebut yang
menyebabkan gangguan pegerakan usus bisa menurun atau meningkat normal
5 – 30x menit sehingga terjadi hipersekresi oleh usus yang mengakibatkan
diare.
E. Manifestasi Klinik
1. Demam karena adanya organisme invasif penyebab diare.
2. Muntah
3. Nyeri Abdoman
4. Kram karena adanya ketidakseimbangan elektrolit karena banyak cairan
yang keluar saat diare.
5. Diare
6. Dehidrasi akibat banyaknya cairan dan elektrolit yang terbuang.
7. Letargi.
8. Penampakan pucat, mata cekung, mata kering.
9. Malaise.
15
10. Ruam pada sekitar anus.
11. Weightloss atau penurunan berat badan.
F. Penatalaksanaan Klinis
1. Rehidrasi Oral atau Intravena
a. Cairan per oral
Cairan yang diberikan peroral berupa cairan yang berisikan
NaCl, dan Na, HCO, Kal dan Glukosa
b. Cairan Parentral
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg
BB/oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg
BB/hari
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit
per oral.
c. Pemasangan NGT bila :
1) Kehilangan cairan berat.
2) Gagal terapi dehidrasi oral
3) Gagal mencoba berulang kali saat akses infra vena
16
d. Medikamentosa
1) Obat anti sekresi
2) Obat anti spasmolitik
3) Obat anti biotik
G. Komplikasi
1. Dehidrasi
Klasifikasi tingkat dehidrasi:
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastik, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syock.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik
seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis
2. Syock/renjatan Hipovomelik
3. Kejang
4. Malnutrisi
5. Hipoglikimia
6. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
17
H. Pengkajian Fokus
Data dasar pengkajian pasien dengan Gastroenteritis menurut Hidayat
(2006) yaitu :
1. Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : diare, muntah
3. Riwayat penyakit saat ini : peningkatan frekuensi BAB, feses berbentuk
cair, kadang ada darah atau lendir, lama-kelamaan warna menjadi
kehijauan, muntah, rasa haus berlebih, malaise, kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi baik pada saluran cerna
amupun diluar saluran pencernaan.
5. Riwayat Psikososial keluarga
Tingkat kecemasan ibu dan anggota keluarga yang lain.
6. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari.
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
18
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat disentri abdomen
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ht (hematokrit) meningkat, sedangkan leukosit menurun
b. Feses
Kemungkinan didapatkan adanya bakteri atau parasit
c. Elektrolit
Kadar Natrium, Klorida, dan Kalium menurun
d. Urinalisa
Biasanya urine klien menjadi pekat, BJ urine meningkat
e. Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
8. Data Fokus
a. Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diit
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen
tengah bawah)
19
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi meningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan
dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
1) Lemah, gelisah
2) Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi
7) Hipoksia / Cyanosis
8) Mukosa kering
9) Peristaltik usus lebih dari normal
20
I. Pathways Keperawatan
(Hidayat, 2006)
InfeksiMalabsorbsi Makanan Faktor psikologis
Kuman masuk danberkembang dalam
usus
Toksik dalamusus halus
Tekanan osmotikmeningkat
Pergeseran cairan danelektrolit ke rongga usus
Toksik tidakdapat diabsorbsi
Isi rongga ususmeningkat
Hiperperistaltik
Kemampuanabsorbsi turun
Diare
Output berlebihPerubahan
nutrisi kurangdari kebutuhan
Dehidrasi
Tubuh kehilangancairan elektrolit
Defisitvolume cairandan elektrolit
Kurangpengetahuan
n
Defekasi sering
Kemerahan dan lesi disekitar anus (lecet,
iritasi)
Gangguanintegritas kulit
Peningkatan asamlambung
Mual, muntah,anoreksia
Hospitalisasi, anakopname
Hipersekresi airdan elektrolit
Cemas
Kurang informasitentang penyakit
Pada anak
Keluarga
21
J. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih,
sekunder akibat diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan makanan, sekunder adanya mual, muntah, anoreksia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi
defekasi, iritasi.
4. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dnegan kurangnya paparan
atau informasi tentang proses penyakit anak.
5. Kecemasan (ansietas) meningkat berhubungan dengan dampak
hospitalisasi (opname).
(Doenges, 2000 dan Hidayat, 2006)
K. Fokus Intervensi dan Rasional
Fokus intervensi keperawatan dan rasional merujuk pada Carpenito
(2002) dan Doenges (2000), antara lain:
1. Defisit volume cairan berhubngan dengan output yang berlebihan
sekunder terhadap diare.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
kebutuhan cairan terpenuhi.
b. Kriteria hasil: Suhu 36-37oC, turgor baik, kulit lembab, TD 120/80
mmHg, nadi 80x/menit, nadi periver teraba, mempertahankan volume
cairan.
22
c. Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital.
Rasional: Hipotensi, Takardi, demam, dapat menunjukan respon
pada efek kehilangan cairan.
2) Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,penurunan
turgor kulit.
Rasional: Dapat mengetahui kehilangan cairan berlebihan dan
dehidrasi.
3) Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja atau
batasi aktifitas.
Rasional: Kolon diistirahatkan untuk peyembuhan dan untuk
menurunkan cairan usus
4) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah
samar.
Rasional: Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat memasukan
defisiensi Vitamin K dan merusak koagulasi, potensial reiko
pendarahan.
5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan atau anemia.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, nafsu makan menurun.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
23
b. Kriteria hasil : BB stabil atau peningkatan BB, tidak ada
malnutrisi, nafsu makan meningkat, pasien mengmhabiskan porsi
makan yang sudah disediakan rumah sakit.
c. Intervensi :
1) Dorong tirah baringatau pembatasan aktifitas selama fase sakit
akut.
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolikuntuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
2) Anjurkan klien istirahat sebelum makan.
Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan enegi untuk
makan
3) Sediakan makanan dalam keadaan hangat, lingkungan
menyenangkan, dan kondisi tidak terburu-buru.
Rasional: Lingkungan yang menyenangkan dapat menurunan stress
dan lebih kondusif untuk makan.
4) Catat masukan makanannya.
Rasional: Memberikan rasa kontrol pada klien dan memberikan
kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan, dinikmati,
dapat meningkatkan masukan.
5) Berikan nutrisi parental total, therapy Intra Vena sesuai indikasi.
Rasional: Dapat mengistirahatkan saluran sementara memberikan
nutrisi penting.
24
6) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan denganpeningkatan frekuensi BAB,
iritasi.
a. Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi
b. Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal
c. Intervensi
1) Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut
bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama dan taburi talk
Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi
2) Beri stik laken diatas perlak klien
Rasional : untuk mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong.
3) Gunakan pakaian yang longgar
Rasional : untuk memudahkan bebas gerak
4) Monitor data laboratorium
Rasional : untuk mengetahui luasan/PH, elektrolit,
hematokrit, dll.
4. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya paparan atau
informasi tentang proses penyakit anak.
a. Tujuan : peningkatan pengetahuan keluarga tentang gastroenteritis
beserta upaya pencegahan dan penangannnya.
b. Kriteria hasil : keluarga mempu menjelaskan kembali tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi, cara pencegahan, dan
25
cara penanganan pertama pada anak yang mengalami gastroenteritis.
c. Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab,
tanda gejala, komplikasi, cara pencegahan, dan cara penanganan
pertama pada anak yang mengalami gastroenteritis.
Rasional : untuk emnentukan materi pemberian pendidikan
kesehatan sesuai tingkat pengetahuan keluarga.
2) Berikan penjelasan (pendidikan kesehatan) tentang materi yang
belum dipahami oleh keluarga khususnya masalah gastroenteritis.
Rasional : sesuaikan dengan tingkat pengetahuan keluarga agar
tepat sasaran.
3) Ajarkan dan demonstrasikan beberapa pertolongan pertama yang
dapat diberikan pada anak yang mengalami gastroenteritis.
Rasional : member kesempatan pada keluarga untuk mencoba
member penanganan pertama jika terjadi masalah yang sama.
4) Motivasi keluarga untuk berperilaku bersih dan sehat.
Rasional : sebagai upaya pencegahan masalah pencernaan pada
anak.
5. Kecemasan (ansietas) meningkat berhubungan dengan dampak hospitalisasi
(opname).
a. Tujuan : meminimalakan kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh
anak sebagai dampak dari hospitalisasi.
b. Kriteria hasil : anak tidak rewel, mampu beradptasi dengan lingkungan,
anak kooperatif.
26
c. Intervensi:
1) Monitor adanya perubahan tanda kecemasan seperti ungkapan
perasaan, gelisah, berkeringat dingin, perubahan frekuensi jantung
dan pernapasan, serta ketegangan otot.
Rasional : mengantisipasi jika sewaktu-waktu anak mendadak
mengalami kepanikan, sehingga dapat menentukan intervensi yang
tepat.
2) Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan
Rasional : untuk membantu mengurangi kecemasan
3) Ajarkan teknik relaksasi dan pengalihan
Rasional : untuk membantu mengalihkan foskus klien pada proses
hospitalisasinya.
4) Sediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang yang tidak
membahayakan anak
Rasional : member peluang kepada anak untuk beraktivitas untuk
menghindari kejenuhan selama dirawat di rumah sakit.