Download - contoh laporan kuliah profesi.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, kota xxx dikenal sebagai kota xxx yang memilki banyak
potensi alam, sehingga banyak turis dan wisatawan asing ingin
berkunjung dan menikmati keindahan alamnya. Oleh karena itu,
diperlukan suatu tempat berlabuhnya kapal atau pelabuhan yang aman
dan nyaman bagi para turis maupun investor yang ingin menikmati
keindahan alam kota xxx.
1.2 Permasalahan
Dalam merealisasikan pekerjaan fisik bangunan di lapangan,
keterkaitan hubungan kerja antara unsur – unsur yang ada memiliki
peranannya sendiri sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan
manajemen yang ada pada setiap unsur tersebut.
Kerja sama suatu team sebagai suatu kesatuan di lapangan guna
berhasil menyelesaikan pekerjaaan proyek, haruslah didukung oleh unsur-
unsur yang terlibat didalamnya. Dalam hubungan kerja antara unsure-
unsur tersebut, tentu saja timbul masalah-masalah. Disini, penekanan
praktek profesi sebagai pembantu direksi akan dikemukakan
permasalahan yang berkaitan dengan unsur direksi sebagai salah satu
unsur yang terlibat di dalamnya.
1.3 Tujuan Pembahasan
Pembahasan laporan ini bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan serta gambaran yang jelas tata cara pelaksanaan
pengawasan suatu proyek di dasarkan atas pengamatan secara langsung
di lapangan. Hal ini meliputi:
1. Untuk meperoleh pengetahuan tentang pengawasan pekerjaan
proyek di lapangan dan persoalan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan pengawasan juga tentang cara-cara pemecahan dan
penyelesainnya.
2. Untuk memperoleh pengetahuan tentang mekanisme kerja yang
saling berhubungan antara unsure-`unsur yang terlibat sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
3. Untuk memperoleh pengetahuan di lapangan di samping teori-teori
yang pernah didapat.
1.4 Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dalam Praktek Profesi meliputi:
1. Pembahasan mengenai pengawasan pekerjaan pembangunan
JIKO PORT.
2. Pembahasan mengenai aspek-aspek yang ada kaitannya dengan
pekerjaan direksi sebagai pengawas proyek.
3. Pembahasan mengenai persoalan-persoalan yang terjadi dalam
proyek.
1.5 Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang dilakukan yaitu:
1. Melakukan pengawasan langsung di lapangan serta
mengumpulkan data dan informasi proyek tersebut.
2. Menganalisa mekanisme kerja dari dari direksi sebagai asisten
pengawas dari proyek yang sedang dilaksanakan.
3. Membahas hubungan antara direksi sebagai pengawas proyek
dengan proyek yang sedang dibangun.
1.6 Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang Praktek Profesi itu
sendiri.
BAB II Tinjauan umum, yang membahas pengertian direksi secara
garis besar, tugas dan kewajiban serta hal-hal yang
berhubungan dengan direksi pada umumya.
BAB III Tinjauan khusus
- Tinjaun proyek pembangunan JIKO PORT.
- Stuktur organisasi proyek.
BAB IV Mekanisme Pengawasan Proyek, yang menjelaskan sistem
kerja sebagai pengawas.
BAB V Penutup
Membandingkan antara teori yang didapat diperkuliahan dengan
pengalaman selama melakukan Kerja Profesi serta aplikasinya di
lapangan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Direksi
Direksi adalah orang atau badan yang diangkat atau ditunjuk oleh
pemberi tugas / bouther untuk mengawasi pelaksanaan proyek, sehingga
sesuai dengan syarat – syarat mutlak yang ditentukan.
2.1.1 Kedudukan Direksi
Organisasi administratif berada di bawah pemilik atau bowher.
Secara teknis sebagai penasehat ahli staf teknis di bidang
pelaksanaannya.
2.1.2 Syarat – syarat sebagai direksi
Ahli dalam teknis bersangkutan
Ahli dalam memahami peraturan – peraturan atau syarat – syarat
dan penerapannya
2.1.3 Fungsi Direksi
Direksi berfungsi untuk pengontrolan (pengawasan / pengendalian)
di bidang teknis administratif dan merupakan unsur pembantu dalam
bidang teknis pelaksanaan.
2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Dalam melaksanakan pekerjaan di proyek, direksi diberi wewenang
tertentu berupa:
Melakukan pengawasan sehingga syarat – syarat teknis, maupun
administratif yang telah ditetapakan dapat dipenuhi.
Memberikan petunjuk – petunjuk, pedoman dan saran – saran
kepada pemborong dalam pelaksanaan di lapangan.
Membuat laporan minguan dan bulanan mengenai kegiatan proyek.
2.3 Hak dan Wewenang Direksi
Selain mempunyai tugas dan tanggung jawab, direksi mempunyai hak
dan wewenang tertentu, yaitu :
Memberikan / mengambil keputusan serta memecahakan masalah
yang timbul dalam pelaksanaan, baik yang tercantum dalam bestek
maupun tidak atau uraian dan syarat – syarat ataupun perjanjian
kontrak selama tidak mempengaruhi konstruksi.
Mengadakan klaim terhadap pekerjaan atau badan yang tidak
sesuai dengan rencana dalam bestek atau syarat – syarat dalam
perjanjian kontrak kerja.
2.4 Penunjukan Direksi
2.4.1 Pada Proyek Pemerintah
Pejabat – pejabat dari dinas pekerjaan umum dan lain – lain atau
instansi pada pekerjaan jawatan pemerintah yang ditunjuk
Biro konsultan / arsitek, baik yang diserahi membuat rancangan
pada proyek yang bersangkutan ataupun yang hanya sebagai
konsultan pengawas saja. Dalam hal ini harus dengan
sepengetahuan dari pejabat yang berwenang untuk memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Antara lain, bonafiditas biro
konsultan tersebut baik dari segi teknis / administrasi serta
ketentuan referensi lain yang sesuai dengan kualifikasi yang
berlaku.
2.4.2 Pada Proyek Swasta
Biro konsultan / arsitek, baik yang membuat rancangan pokok yang
bersangkutan maupun yang hanya sebagai pengawas saja.
Biro kontraktor bangunan bias juga sebagai direksi pekerjaan yang
dikerjakan oleh kontraktor lain.
2.5 Sistem Organisasi
Organisasi adalah kumpulan dari beberapa orang yang secara
bersama – sama bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
2.5.1 Sistem Konsultan Pengawas ( pengelola bangunan )
Tujuan digunakannya sistem konsultan pengawas adalah untuk
mewujudkan hasil fleksibilitas studi menjadi suatu proyek dengan
mencapai optimasi hasil akhir. Struktur organisasi dalam pelaksanaan
proyek ditentukan oleh fungsi – fungsi yang terlibat dalam organisasi
dan tingkat manaterialnya.
2.5.2 Tugas konsultan pengawas / pengelola pembangunan
Mengadakan penyusunan dan penyediaan informasi yang benar
mengenai biaya pembangunan dan jadwal dalam masa
perencanaan.
Sejak awal perncanaan menggarap bersama – sama arsitek atau
perencana, menilai kemungkinan – kemungkinan perubahan
rencana atau cara pembangunan sehingga memungkinkan
didakannya perubahan – perubahan oleh arsitek dan perencana
berdasarkan informasi yang terakhir mengenai harga, waktu
ataupun pertimbangan – pertimbangan yang ada.
Memulai pembangunan dan pengaturan penyediaan barang –
barang jangka panjang meskipun belum seluruh rencana selesai,
sehingga memungkinkan selesainya proyek – proyek tepat pada
waktunya.
Secara terperinci, tugas dan tanggung jawab konsultan
pengawas/pengelola terdiri dari tiga masa kerja yaitu:
1. Masa pra pembangunan
a. Memberi nasehat dan rekomendasi kepada pemilik
bangunan dan arsitek mengenai semua aspek
perancangan proyek.
b. Meneliti kembali (review) rencana arsitektur, sipil dan
instalasi-instalasi serta spesifikasinya.
c. Memberikan nasehat mengenai kemungkinan-
kemungkinan pembangunan ditinjau dari segi ekonomi,
waktu pelaksanaan, harga bangunan, dan kemungkinan
penyediaan bahan, tanpa mengurangi tugas dan
tanggung jawab arsitek dan perencana.
d. Menyediakan tafsiran biaya berdasarkan rencana yang
ada, melaporkan semua kemungkinan biaya dan rencana
biaya akhir setelah rencana seluruhnya selesai.
e. Rekomendasi pembelian bahan-bahan jangka panjang
dan cara penggarapanya.
f. Rekomendasi cara-cara pembagian pekerjaan dan cara-
cara pelaksanaanya.
g. Membantu pelaksanaan pra kualifikasi , pelelangan, dan
rekomendasi atas hasil-hasilnya.
h. Melakukan pelaporan atas kemajuan perancangan dan
perencanaan.
2. Masa pembangunan
a. Membentuk organisai lapangan serta garis – garis
kekuasaannya.
b. Mengkoordinasi dan mengawasi penggarapan
penyediaan barang – barang atau bahan.
c. Mengawasi / memeriksa hasil – hasil pekerjaan dan
kemajuan menurut jadwal, serta rencana – rencana kerja
dan peralatan para kontraktor.
d. Menciptakan prosedur – prosedur lapangan antara
pemilik-pengelola-arsitek dan perencana-kontraktor-
supplier.
e. Meneliti gambar – gambar pelaksanaan dan catalog –
catalog pelaksanaan serta implementasinya.
f. Mengadakan pelaporan – pelaporan mengenai kemajuan
proyek maupun semua hak ikhwal proyek.
g. Menyusun rencana arus dana (cash flow) dan memeriksa
hak – hak serta kewajiban pembayaran.
h. Mengadakan dan memimpin rapat – rapat koordinasi
proyek, pengadaan dokumentasi proyek – proyek lain.
i. Mengadakan system pelaporan selama pembangunan
dan bila diperlukan menyediakan pelayanan pengolahan
data.
3. Masa sesudah pembangunan
a. Membuat petunjuk – petunjuk pemakain gedung.
b. Membuat laporan akhir proyek lengkap dan final
mengenai:
o Proses pembangunan
o Gambar – gambar televise
o Biaya pembangunan
o Penjelasan – penjelasan dan lain – lain.
2.5.3 Sistem Konsultan Manajemen Konstruksi
Penyelenggaraan proyek gedung pemerintah terdiri atas kegiatan
pengendalian dan kegiatan pelaksanaan yang meliputi tahap persiapan,
tahap perencanaan / perancangan, tahap pelaksanaan konstruksi dan
tahap pemanfaatan. Dari tahap-tahap tersebut tentunya setiap proses
akan membutuhkan tindakan pengawasan sehingga proses
pelaksanaanya dapat berlangsung dengan arah yang benar dan
mengurangi adanya deviasi akibat penyimpangan yang mungkin terjadi.
Hal tersebut dilakukan dengan sistem manajemen konstruksi untuk
pengendaliaanya, selain itu kegiatan pengendalianya dilaksanakan oleh
departemen pekerjaan umum. Sedangkan kegiatan pengawasan teknik
instansi departemen akan dilaksanakan oleh penelola proyek dari unsur
dinas teknis.
Tindakan pengawasan dan pengendalian dilaksanakanoleh
konsultan manajemen konstruksi, yaitu perusahaan yang memenuhi
syarat untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang pengawasan
dan manajemen pembangunan gedung, dimana baik kualifikasi maupun
klasifikasinya sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara Keputusan Menteri Kimpraswil
Departemen PU no: 332/KPTS/CK/2002 tanggal 1 Agustus 2002,
Konsultan Manajemen Konstruksi digunakan untuk pembangunan gedung
negara yaitu:
Bangunan bertingkat diatas empat lantai, atau
Bangunan dengan luas total diatas 5000 m², atau
Bangunan khusus,atau
Melibatkan lebih dari satu konsltan perencana maupu kontraktor,
atau
Dilaksanakan secara bertahap yang tidak dapat diselesaikan dalam
satu tahun anggaran
Konsultan Manajemen Konstruksi akan melaksanakan
pengendalian / pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh lonsultan perencana dan kontraktor pelaksana / pemborong
yang diikutsertakan dalam proyek bersangkutan, yang menyangkut
aspek mutu, waktu dan biaya serta administrasi kontrak.
Secara kontraktual Konsultan Manajemen Konstruksi bertanggung
jawab kepada pimpinan proyak / bagian proyek. Dalam kegiatan
operasionalnya konsultan manajemen konstruksi mendapat bantuan
bimbingan teknis dan administrasi dalam menentukan arah pekerjaan,
pengendalian / pengawasan dan pengelola proyek yang terdiri dari
pengelola administasi dan keuangan serta pengelola teknis yang ditunjuk
bertanggung jawab kepada pimpinan proyek / bagian proyek.
Pada pelaksanaanya suatu proyek bisa menggunakan sistem
konsultan pengawas atau sistem manajemen konstruksi tapi tidak
keduanya, karna sistem manajemen konstruksi sudah menggantikan
sistem konsultan pengawas. Sistem manajemen konstruksi digunakan
pada proyek dengan nilai nominal (nilai proyek) diatas satu milyar rupiah.
BAB IV
MEKANISME PENGAWASAN
4.1 Jadwal Kerja
Ditandai menurut kenyataan kemajuan pekerjaan.
Dipasang tempat pekerjaan (direksi keet).
Ditandai menurut kenyataan kemajuan pekerjaan.
4.2 Laporan Harian
Laporan harian adalah laporan kegiatan pelaksanaan dan berisikan
sebagai berikut:
Jumlah bahan yang didatangkan.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Keadaan cuaca.
Hal-hal ini yang berhubungan dengan pekerjaan pelaksanaan.
Dalam laporan harian ini direksi juga menuliskan mengenai:
Perintah / instruksi pelaksanaan.
Perubahan / perbaikan dari mutu pekerjaan dan bahan.
Catatan mengenai jalannya pelaksanaan yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Segala sesuatu yang ditulis dalam laporan harian ini dan
ditandatangani oleh direksi bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan
pemborong.
4.2.1 Tujuan dari Laporan Harian
Melapor segala macam dan keadaan sehari-hari agar kemajuan
dapat dikontrol.
Mencapai kesempurnaan hasil pekerjaan.
Mencegah segala penyimpangan.
4.2.2 Fungsi dari Laporan Harian
Sebagai alat kontrol terhadap kemajuan pekerjaan pemborong.
Segala alat untuk dasar perhitungan penentuan sanksi-sanksi,
perpanjang waktu, dendam, dan sebagainya.
Alat dokumentasi proyek.
4.2.3 Prosedur Laporan Harian
Disediakan diisi dan ditandatangani direksi dan diketahui atau
ditandatangani pihak pelaksana.
Dibuat rangkap 4 masing-masing untuk pimpro, perencana,
pemborong dan sebagai arsip direksi.
4.3 Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah rangkaian laporan kegiatan pelaksanaan
selama jangka waktu seminggu (terhitung 7 hari kerja), yang berisi:
a) Jumlah tenaga kerja dan klasifikasinya.
b) Keadaan cuaca selama seminggu.
c) Presentasi kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan pemborong
setiap minggunya, mengenai volume presentase pekerjaan dalam
seminggu berikutnya.
d) Rencana pemborong untuk mencapai jumlah volume presentase
pekerjaan dalam seminggu berikutnya.
e) Perintah/instruksi/keputusan direksi berhubungan dengan masalah-
masalah yang timbul selama waktu pelaksanaan.
f) Catatan dari direksi mengenai perihal prestasi yang telah dan akan
dilaksanakan pemborong.
4.3.1 Tujuan dari Laporan Mingguan
Melapor segala kegiatan dan keadaan setiap minggunya
berhubungan pelaksanaan pekerjaan.
Untuk mencapai kesempurnaan hasil pekerjaan.
Mencegah keterlambatan hasil pekerjaan.
Mencegah keterlambatan pekerjaan.
4.3.2 Fungsi dari Laporan Mingguan
Sebagai alat kontrol / kendali terhadap prestasi kualitas pekerjaan.
Sebagai alat untuk menilai atas hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan pemborong.
Sarana untuk dasar penentu perpanjangan waktu, denda dan
sebagainya.
Sarana dokumentasi proyek.
4.3.3 Prosedur Laporan Mingguan
Disediakan dan diisi ditandatangani direksi.
Dibuat rangkap 4 (empat) seperti pada laporan harian.
4.4 Laporan Kemajuan Pekerjaan
Sesuai dengan tugas direksi sebagai pengawas pelaksana pekerja,
maka setiap minggunya direksi akan melakukan penilaian prestasi
kemajuan masing-masing pekerjaan, yang didasarkan kepada hasil-hasil
pekerjaan yang telah dicapai pemborong.
4.5 Buku Harian / Teguran
Dalam pelaksanaan pekerjaan mungkin saja terjadi penyimpangan
dari uraian syarat-syarat dan administrasinya yang dilakukan oleh
pemborong. Kemungkinan lain dapat pula terjadi pekerjaan yang
terlambat atau tidak sempurna akibat kecerobohan cara kerja pemborong.
Gejala-gejala yang inilah harus dapat diatasi dan dicegah. Untuk itu
diperlukan kontrol dalam pelaksanaan pekerjan sehari-hari berupa buku
harian. Dengan demikian dapat dicatat semua kejadian, perintah atau
petunjuk yang penting dari direksi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan.
4.5.1 Tujuan dari Buku Harian
Menghindari penyimpangan dari uraian dan syarat.
Memperbaiki dan meluruskan gejala penyimpangan dalam
pelaksanaan.
Mencegah pemborosan dan keterlambatan.
4.5.2 Fungsi dari Buku Harian
Sebagai alat kontrol dan pengendalian terhadap pemborong tugas
perencanaan.
Alat komunikasi
Dokumentasi proyek.
Sarana untuk dasar perhitungan mengenai pekerjaan lebih atau
kurang perpanjangan waktu, denda dan sebagainya.
4.5.3 Sifat dari Buku Harian
Preventif
4.5.4 Prosedur Buku Harian
Disediakan dan diisi untuk ditandatangani direksi.
Pemborong / pelaksana turut menandatangani sebagai tanda
mengetahui, setuju, keberatan dan lain-lain.
4.6 Keterlambatan yang Terjadi dalam Pelaksanaan
Keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan mungkin dapat terjadi
akibat suatu kejadian diluar kekuasahan pemborong (force major) atau
akibat kesalahan pemborong. Yang dimaksud force major misalnya
becana alam (banjir, gempa, argo, topan dan sebagainya) dan keadaan
darurat perang atau hura-hura dan peraturan pemerintah yang langsung
akibatnya langsung pada pemborong.
Apabila pekerjaan ini terjadi selama, masa pekerjaan, maka jangka
waktu penyerahan dapat diperpanjang setelah mendapat pertimbangan
dan persetujuan dari pimpro, direksi yaitu dengan cara pemborong
mengajukan surat kepada pimpro direksi tentang keadaan force major ini
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kejadian tersebut.
Sedangkan keterlambatan yang diakibatkan oleh kesalahan pemborong
sendiri yaitu :
Keterlambatan pengiriman material oleh laveransir.
Pelaksanaan kurang teliti dalam melihat gambar.
Sub kontraktor tidak sanggup menyelesaikan tugas.
Kecerobohan pekerjaan kurang sempurna.
Penyimpangan dari uraian syarat, yang berakibat direksi menunda
atau menghentikan jalan pekerjaan atau memerintahkan
membongkar hasil pekerjaan.
4.7 Keterlambatan Bahan Material yang Terjadi
Pada prinsipnya pemborong diberi kebebasan untuk menentukan
laveransir dalam mengadakan keperluan material proyek dengan
sepengetahuan direksi. Maka jika terjadi keterlambatan pengiriman bahan
akibat kesalahan lavernsir dalam pengadaan bahan adalah masih dalam
tanggung jawab pemborong.
Bila keterlambatan ini mengakibatkan terganggunya pekerjaan,
maka direksi dapat menunjuk / meminta atau menyarankan kepada
pemborong untuk menghentikan serta menggantikan dan laveransir lain,
tetapi apabila keterlambatan ini disebabkan karena sulitnya bahan
diperoleh di pasaran, maka hal ini di luar tanggung jawab pemborong.
4.8 Ketidakjelasan Gambar Kerja yang Terjadi
Kesalahan atau ketidakjelasan gambar karena berakibat
tertundanya pekerjaan. Oleh karena itu konsultan pengawas harus
senantiasa meneliti gambar kerja sebaik-baiknya, baik mengenai ukuran,
skala maupun uraiannya. Mungkin saja terjadi kesalahan dalam gambar-
gambar sehingga tidak dapat dilaksanakan / masih diragukan.
Dalam keadaan demikian, konsultan pengawas wajib untuk segera
menghubungkan konsumsi konsultan perencana, bila hanya kesalahan
kecil dan masih dapat diatasi oleh konsultan pengawas, maka
pelaksanaan dapat dilanjutkan sesuai dengan petunjuk dari konsultan
pengawas. Tetapi bila kesalahan cukup besar dan memerlukan
perhitungan khusus dan detail, maka konsultan pengawas selanjutnya
menyerahkan kepada pihak perencana untuk keperluan tersebut
perencana akan memuat berita acara perubahan besrta penjelasan
teknisnya. Apabila ketidakjelasan gambar karena notasi ukuran yang tidak
jelas, maka sebagai pedoman dipakai gambar kerja dengan skala besar.
Untuk uraian gambar yang kurang jelas atau lengkap, maka dipakai
pedoman uraian syarat dan bestek tertulis.
LAMPIRAN
Denah Lantai I :
Denah Lantai Mezzanine :
Denah lt.2 :
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRAKTEK
BULAN OKTOBER
Minggu I :
Pengenalan gambar kerja
Pemberian dan pemeriksaan tugas (gambar 3D tipe kamar hotel)
Minggu II :
Pengecekan dan perhitungan pembesian yang sudah di kerjakan di
lapangan.
Minggu III :
Mempelajari gambar struktur dan MEE
Minggu IV :
Pembesian kolam Pemasangan
instalasi air
Pas. dinding bata lantai 2 Acian dinding
Minggu V :
Pembuatan tangga dan perletakkannya dalam bangunan
Pembesian balok, kolom, dan plat lt. 3 (persiapan pengecoran)
BULAN NOVEMBER
Minggu VI (2 november 2009 – 7 november 2009)
Plesterab kolom lantai 2 Acian kolom
lantai 1
Pengecatan dinding dalam Pemasangan
keramik toilet
Minggu VII (9 november 2009 – 14 november 2009)
Plesteran balok lengkung Pembuatan bingkai
aluminium
Acian Ruang teater Plesteran
dinding
Minggu VIII (16 november 2009 – 21 november 2009)
Pemasangan rangka sayap Plesteran
lantai ruang teater
Pemasangan rangka atap baja ringan Pemasangan kusen
aluminium jendela
Minggu IX ( 23 november 2009 – 28 november 2009)
Pengecoran saluran kolam Pemasangan
bingkai jendela
Plesteran lantai Pemasangan keramik
BULAN DESEMBER
Minggu X (30 november 2009 – 5 desember 2009)
Pemasangan Keramik ruang display area
Pemasangan keramik ruang lounge dan display area
Minggu XI (7 desember 2009 – 9 desember 2009)
Pengecatan plafond
Pemasangan material toilet Pemasangan
closed duduk
LAPORAN
PRAKTEK PROFESI
AR 7426
PROYEK
(JIKO PORT - BOLAANG MONGONDOW TIMUR)
DISUSUN OLEH
1. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
2. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
3. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
4. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
5. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
6. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
7. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
8. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
9. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
10. (NAMA MAHASISWA) (NIM)
DOSEN PEMBIMBING
(NAMA DOSEN)
(NIP)
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
MANADO
2014