Download - CUPANGG.docx
Pengamatan Perilaku Agonistik dan Pola Interaksi antara Ikan Cupang (Betta sp.)
Jantan dengan Ikan Cupang (Betta sp.) Betina
Secara morfologi ikan cupang jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan ukuran
dan bentuk tubuh, bentuk sirip dan warna tubuhnya. Ikan cupang jantan memiliki ukuran
tubuh yang lebih besar dari ikan cupang betina, bentuk tubuh ikan cupang jantan lebih
panjang dan ramping dari ikan cupang betina, sirip ikan cupang jantan lebih lebar dan lebih
indah dari ikan cupang betina dan warna tubuh ikan cupang jantan lebih cerah dari ikin
cupang betina. Sedangkan pada ikan cupang betina memiliki ukuran tubuh yang kecil,
badannya cenderung pendek dan lebih gemuk dari ikan cupang jantan. Dari segi tingkah laku,
ikan cupang jantan memiliki sifat yang lebih atraktif dari ikan cupang betina (Djuhanda,
1981).
Pada pengamata perilaku agonistik antara ikan cupang jantan dengan ikan cupang
betina, dilakukan beberapa perlakuan pada kedua ikan tersebut. Pada perlakuan pertama, ikan
cupang jantan dan ikan cupang betina diletakkan pada tempat yang berbeda dan hasilnya
kedua ikan tersebut hanya berjalan-jalan (exploration) dan terkadang diam (freezing)
ditempatnya.
Pada perlakuan kedua, ikan cupang jantan dan ikan cupang betina diletakkan pada tempat
yang sama tapi antara kedua ikan tersebut diberi sekat transparan sehingga kedua ikan
tersebut dapat saling melihat tapi tidak bersatu. Hasil pengamatan dari perlakuan kedua
menunjukan adanya interaksi antara ikan cupang jantan dengan ikan cupang betina, pada saat
kedua ikan berhadapan ikan cupang jantan mulai menunjukkan penampilan yang khas
(display) dengan melebarkan siripnya dan mengibaskan ekornya (tail flagging) dengan
opercullum terbuka dan berputar-putar (circle) ditempatnya, sedangkan ikan cupang betina
Gambar 1: Ikan Cupang Jantan Gambar 2: Ikan Cupang Betina
hanya berjalan-jalan (exploration) ditempatnya dengan sedikit melebarkan ekornya tanpa
membuka opercullum dan tidak menunjukan perilaku seagresif ikan cupang jantan.
Pada perlakuan ketiga, ikan cupang jantan dan ikan cupang betina diletakkan pada satu
tempat yang sama tanpa diberi sekat. Hasil pengamatan dari perlakuan ketiga menunjukkan
adanya interaksi yang lebih aktif dari kedua ikan tersebut. Saat kedua ikan diletakkan pada
tempat yang sama, ikan cupang jantan kembali menunjukkan perilaku khasnya (display)
dengan melebarkan siripnya, membuka opercullum, berputar-putar (circle) dan berenang
mendekati (approach) ikan cupang betina sambil mengibaskan ekornya (tail flagging),
sedangkan ikan cupang betina mulai menunjukkan aktivitas yang lebih agresif dari
sebelumnya, ikan cupang betina mulai berenang dan berjalan-jalan (exploration) disekitar
ikan cupang betina dengan melebarkan siripnya dan juga mendekat (approach) pada ikan
cupang jantan. Setelah beberapa lama, kedua ikan tersebut saling berdekatan dan terjadi
kontak mulut (mouth to mouth contact) antara kedua ikan tersebut, tapi sesaat kemudian ikan
cupang jantan berenang menjauh dari ikan cupang betina dan hanya berenang berputar-putar
(circle) di sekitar ikan cupang betina. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi perkawinan
antara ikan cupang jantan dan ikan cupang betina.
Gambar 2: Ikan Cupang Jantan dan Ikan Cupang Betina yang Diberi Sekat
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan cupang jantan memiliki perilaku yang
lebih agresif dari ikan cupang betina. Perilaku agonistik lebih dominan pada ikan cupang
jantan dibandingkan dengan ikan cupang betina.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Amriko. Bandung
Gambar 3: Ikan Cupang Jantan dan Ikan Cupang Betina yang Diberi Sekat