EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH SALAMAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
SRI HARLELI
NIM. TPG. 151731
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH SALAMAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
SRI HARLELI
NIM. TPG.151731
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Yang tercinta ALLAH SWT, takkan pernah lelah kulalui jalan demi
mencapai-MU. Terimakasih untuk rahmat-MU yang tiada henti. Hari ini
secercah harapan telah kugenggam, sepenggal asa telah kugapai,
Terimaksih Ya ALLAH, Kau berikan aku kesempatan untuk
membahagiakan orang-orang Yang kucintai dan kusayangi.
Untuk yang pertama, skripsi ini aku persembahkan kepada
Alm.Ibundaku KAMDIANA Sosok yang pertama dari tujuan hidupku.
Terimakasih Ya ALLAH telah engkau berikan malaikat-Mu.
Terimakasih telah engkau lahirkan aku dalam rahimnya..
Untuk sosok yang penuh motivasi, yang mengajarkan arti hidup.
Ayahanda KHAIDIR dan Pamanku Dr. H. HIDAYAT, M.Pd serta bibi
kami Hj. YULIDARTI yang telah sabar tulus dan ikhlas
membesarkanku, membimbing dan mendidik ku hingga keperguruan
tinggi, semoga ALLAH SWT membalas jasa-jasa dan pengorbanan
selama iya mendidik diriku hingga sekarang ini. Tiada kata yang
terindah dan tiada doa yang paling bermakna untuk disampaikan
kepada ALLAH SWT agar memberikan balasan yang setimpal atas
pengorbanan yang tulus selama ini. Kekal dan abadi.
Aaminn.
Pasti akan ada sebuah kisah. Kisah yang akan kau ceritakan di sisa
usiamu nanti.
Untuk kedua saudaraku abang dan adekku BUDI AFRIADI &
MUHAMMAD RIDHO terimakasih sudah menjadi teman sekaligus
saudara untukku yang menjadi inspirasi buatku.
Sejuta terimaksih aku ucapkan kepada Bapak Dr, Shalahuddin,
M.Pd.I serta terimakasih juga untuk Ibu Al Ikhwanah, M.Pd.Iselaku
pembimbing yang sabar dalam membimbing, menasehatkan dan
memberi semangat.
Terimaksih teruntuk sahabat-sahabat yang telah membantu (Wiwit
Wulandari, Vita, Yuli, Septi dan Muhammad ahir, S.Pd) Terimakasih
untuk dukungan serta motivasi yang kalian berikan.
Serta untuk sahabat-sahabat seperjuangan khususnya PGMI A
Angkatan 2015
Terimakasih telah menjadi tempat berbagi suka dan duka, saling
memotivasi dan berdiskusi selama berjuang berjuang bersama. Semoga
ALLAH SWT senantiasa menjaga Ukhuwah Islamiyah diantara kita.
MOTTO
Artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Az-Zumar Ayat 9)
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca yang tidak mengetahui. ( Penerbit. Lembaga Percetakan
Al-Qur’an Pemprov Jambi 2012 Hal: 413 )
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb
Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha ‘Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya,
atas iradahnya hingga skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan Salam atas
Nabi Muhammad SAW pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah
UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini telah banyak melibatkan pihak yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini Penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Jambi Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Jambi Sulthan Thaha Syaifuddin
Jambi.
3. Bapak Dr. Mahluddin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Jambi Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Shalahuddin, M.Pd.I, selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Al
Ikhwanah, M.Pd.I sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala Madrasah Ibtidaiyah beserta Guru di Madrasah Ibtidaiyah
Salamah Kota Jambi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
dalam memperoleh data dilapangan.
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Wassalamualaikum Wr,Wb
Jambi, April 2019
Penulis
Sri Harleli
NIM.TPG.151731
ABSTRAK
Nama : Sri Harleli
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi.
Skripsi ini membahas tentang pengaruh model pembelajaran Mind Mapping
terhadap hasil belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi Kelas V
pada pembelajaran tematik IPA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain quasi experiment-posttest-only control design,
sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu dengan menggunakan teknik total
sampling. Sampel penelitian di bagi menjadi dua kelas yaitu kelas VB sebagai
kelas Eksperimen dan kelas VA sebagai kelas Kontrol. Pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini berupa teknik test. Soal test tersebut digunakan
untuk melihat hasil belajar siswa. Hasil pengelolahan data diperoleh data-data
hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Mind Mapping
sebesar 84,49% dan yang tidak menggunakan model pembelajaran Mind Mapping
sebesar 62,06%. standar deviasi yang menggunakan mode pembelajaran Mind
Mapping sebesar 8,227%, dan yang tidak menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping sebesar 15,933%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
belajar tematik yang menggunakan metode eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan tidak menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, adanya
perbedaan hasil belajar ini juga terbukti melalui pengujian hipotesis yang
dilakukan yaitu ttabel = 2,021 > thitung = 5,94 < ttabel = 2,704. Karena hasil uji
hipotesis penilaian diperoleh ttabel = 5% , thitung > ttabel = 1%, sehingga H0 ditolak Ha
diterima. Artinya terdapat perbandingan yang signifikan antara hasil belajar
tematik yang menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan tidak
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
kata kunci : Mind Mapping, Hasil belajar.
ABSTRACT
Nama : Sri Harleli
Program studi : Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education
Judul : Effectiveness of Mind Mapping Learning Model on
Student Learning Outcomes in Class V Thematic
Learning Salamah Madrasah Ibtidaiyah Jambi City
This thesis discusses the influence of the Mind Mapping learning model on
student learning outcomes in Jambi City Class V Ibtidaiyah Salamah Madrasah on
science thematic learning. This research is a quantitative research using a quasi
experiment-posttest-only control design, while the sampling technique is by using
total sampling technique. The research sample was divided into two classes
namely VB class as Experiment class and VA class as Control class. Data
collection used in this study is a test technique. The test questions are used to see
student learning outcomes. Data management results obtained data on student
learning outcomes using Mind Mapping learning model of 84.49% and those who
did not use Mind Mapping learning model of 62.06%. standard deviation using
Mind Mapping learning mode is 8.27%, and those who do not use the Mind
Mapping learning model are 15.933%. The results of this study indicate that the
results of thematic learning using experimental methods are better than not using
the Mind Mapping learning model, the differences in learning outcomes are also
proven through hypothesis testing that is done t table = 2.021> t count = 5.94 <t
table = 2.704. Because the results of the assessment hypothesis test obtained t
table = 5%, t count> t table = 1%, so that H0 is rejected Ha accepted. This means
that there is a significant comparison between thematic learning outcomes using
the Mind Mapping learning model without using the Mind Mapping learning
model.
Keywords: Mind Mapping, Learning Outcomes.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
NOTA DINAS ........................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Indentifikasi Masalah ............................................................................ 4
C. Batasan Masalah ................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik ........................ .......................................................... 7
B. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 23
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 27
B. Pendekatan dan Desain Penelitian .......................................................... 27
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 28
D. Instrumen Penelitian................................................................................ 28
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 30
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 35
G. Hipotesis Statistik ................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 38
B. Uji Hipotesis .......................................................................................... 47
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 51
B. Saran ...................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Keterampilan Otak Kanan dan Otak Kiri ........................................... 13
Tabel 3.1. Desain Posttest-Only Control ............................................................. 27
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen soal tes hasil belajar suhu dan kalor .................. 29
Tabel 4.1. Skor hasil belajar yang menggunakan model Mind Mapping ........... 39
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas VB .. 41
Tabel 4.3. Skor hasil belajar yang tidak menggunakan model Mind Mapping . 43
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas VA .. 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Contoh Mind Mapping ................................................................. 12
Gambar 2.2. Desain Kerangka Fikir ................................................................ 25
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Grafik Histogram Hasil Belajar menggunakan model pembelajaran
tipe Mind Mapping ........................................................................... 41
Grafik 4.2. Grafik Histogram Hasil Belajar tidak menggunakan model pembela-
jaran tipe Mind Mapping ................................................................. 45
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
Lampiran 1. Silabus
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 3. Lembar Validasi Dosen RPP Eskperimen
Lampiran 4. Lembar Validasi Guru RPP Eskperimen
Lampiran 5. RPP Kelas Kontrol
Lampiran 6. Soal Tes
Lampiran 7. Validasi Butir Soal
Lampiran 8. Lembar Validasi Soal
Lampiran 9. Uji Normalitas
Lampiran 10. Uji Reabilitas
Lampiran 11. Tabel Nilai Uji T
Lampiran 12. Daya Pembeda
Lampiran 13. Uji Hipotesi
Lampiran 14. Dokumentasi
Lampiran 15. Jadwal Penelitian
Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi sekarang ini, pendidikan sangat diperlukan untuk
mengadapi pengembangan zaman yang semakin maju agar tidak mudah di
bodohi oleh orang lain. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual (keagamaan),
pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kemampuan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan di
indonesia diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan, dan tidak
diskriminatif yaitu dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
mengembangankan kemampuan, membentuk watak, dan peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangaka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Proses pendidikan dan pembelajaran harus membutuhkan kerjasama antara
negara pemerintah, tenaga pendidik, dan masyarakat secara luas.
Hal yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu
dalam proses pembelajaran guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
Sedangkan siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Akan tetapi dalam kenyataan tidak berjalan demikian. Berdasarkan hasil
observasi atau wawancara yang dilaksanakan tanggal 12 november 2018
dengan guru bidang studi kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Salamah kota jambi
yaitu dengan ibu Dewiyati S.Pd.I beliau mengatakan bahwa materi pelajaran
IPA oleh sebagian siswa merupakan pelajaran yang dianggap siswa relative
sulit, karena materiya banyak dan waktunya singkast sehingga membuat
siswa sulit memahami dalam mengaplikasikan proses pembelajaran
berlangsung, sehingga beberapa siswa beranggapan bahwa pembelajaran IPA
itu membosankan dan sulit untuk dipahami.
Dan siswa-siswa di sekolah ini kurang pahamnya dalam
mengaplikasikan proses pembelajaran berlangsung. Sehingga menyebabkan
siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Terutama dalam
pembelajaran IPA, sehingga nilai hasil belajar siswa dibawah standar KKM.
Hal ini disebabkan karena selama pembelajaran berlangsung guru
masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional.
Dimana aktivitas dalam proses belajar mengajar masih pada tingkat mencatat,
mendengar, dan memperhatikan penjelasan guru. Dengan model
pembelajaran ini siswa kurang berperan aktif dalam proses belajar mengajar
dan siswa akan menjadi cepat jenuh sehingga motivasi dalam belajar menjadi
kurang, sehingga menuntut guru lebih kreatif dalam menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind mapping. Karena
model pembelajaran kooperatif tipe Mind mapping merupakan model yang
merupakan salah satu yang mengupayakan seorang siswa mampu menggali
ide-ide yang kreatif dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena
Mind mapping mempunyai banyak keunggulan yang dapat membantu
memecahkan permasalahan yang kita hadapi baik dalam bidang
pemahaman, keterampilan berpikir maupun ingatan. Mengingat mind
mapping mempunyai banyak keunggulan, dua di antaranya adalah (1)
dengan mind mapping ide permasalahan diidentifikasi secara jelas (2)
mind mapping membuat kita lebih mampu berkonsentrasi pada
permasalahan yang sering kita hadapi. Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model mind mapping, diharapkan dalam keterampilan berpikir
dan pemahaman daya ingat siswa dalam pembelajaran IPA dapat
ditingkatkan. Dengan demikian siswa belajar tidak hanya mendengarkan dan
guru menerangkan di depan kelas saja, namun diperlukan keaktifan
siswa dalam mengembangkan materi pokok siswa pada proses
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul: Efektivitas Model Pembelajaran
Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Tematik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi.
B. Identifikasi Masalah
Sehubungan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat di
idenfikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurang peran aktif siswa saat proses pembelajaran dapat membuat
siswa jenuh dalam belajar.
2. Materi dalam pembelajaran tematik kurang dipahami oleh siswa yang
tidak aktif berpartisipasi pada proses pembelajaran.
3. Pengunaan metode dan model pembelajaran yang monoton membuat
siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa kelas V MI Salamah Kota Jambi kurang optimal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan penelitian dapat lebih terfokus pada permasalahan yang
ada maka perlu diadakan pembatasan masalah,antara lain:
1. Objek penelitian adalah siswa kelas V MI Salamah Kota Jambi pada
tahun ajaran 2018-2019.
2. Penelitian menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
3. Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada hasil belajar siswa
aspek kognitif.
4. Pembelajaran tematik, KI dan KD IPA, suhu dan kalor.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan batasan masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas
pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa hasil belajar tematik
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi?
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:“Model pembelajaran
mind maaping memiliki peranyang cukup signifikan terhadap hasil belajar
tematik siswa dan demikian ada efektivitas model mind mapping terhadap
hasil belajar tematik siswa”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk
mengetahui hasil belajar model pembelajaran Mind Mapping pada materi
Tematik siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya:
a. Bagi Sekolah
Untuk memberikan strategi pembelajaran yag baru agar kualitas
pendidikan siswa menjadi lebih baik dengan mengoptimalkan
berbagai alat indra yang dimiliki siswa.
b. Bagi Siswa
1) Dapat belajar sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
2) Meningkatkan semangat dalam proses pembelajaran Tematik.
3) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
4) Memperoleh pengetahuan yang lebih bermakna.
c. Bagi Pendidik
1) Dapat memberi alternatif strategi pembelajaran baru untuk
meningkat efektivitas pembelajaran Tematik.
2) Dapat memotivasi untuk lebih kreatif dan inovativ dalam
mengembangkan pembelajaran Tematik.
d. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh pengetahuan tentang pembelajaran yang
menerapkan model Mind Mapping.
2) Memotivasi untuk mengembangkan strategi yang lain dalam
penelitian pada masa yang akan datang.
3) Dapat memotivasi dan menambah wawasan untuk
mengembangkan penelitian dalam memajukan dunia pendidikan,
khususnya pembelajaran Tematik.
4) Dapat memotivasi untuk melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran, serta menambah kesiapan dalam mengajar.
e. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain
Memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran tematik
menngunakan model Mind Mapping terhadap kemampuan Hasil
belajar siswa pada pembelajaran tematik.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Efektivitas pembelajaran
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas
merupakan faktor yang sangat penting dalam pelajaran karena menentukan
tingkat keberhasilan suatu model pembelajaran yang digunakan.
Menurut Nana Sudjana (1990:50) efektivitas dapat diartikan sebagai
tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektifan proses pembelajaran
berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam
mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat, sedangkan menurut Sumardi
Suryasubrata (1990:5) efektivitas adalah tindakan atau usaha yang membawa
hasil.
Mengacu dari beberapa pengertian efektivitas yang telah dikemukakan
oleh para ahli maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa efektivitas
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari penerapan suatu model
pembelajaran, dalam hal ini diukur dari hasil belajar siswa, apabila hasil
belajar siswa meningkat maka model pembelajaran tersebut dapat dikatakan
efektif, sebaliknya apabila hasil belajar siswa menurun atau tetap (tidak ada
peningkatan) maka model pembelajaran tersebut dinilai tidak efektif. Jadi
tingkat keefektifan model pembelajaran accelated learning.
Agar model yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran bias lebih
efektif makan guru harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk
perangkat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran untuk peserta didik
berkemampuan sedang tentu berbeda dengan peserta didik yang pandai.
Metode caramah misalnya akan menjadi kurang efektif jika dipakai dalam
kelas dengan jumlah siswa besar, karena berbagai alasan, seperti sebagian
mereka kurang memperlihatkan pembicaraan guru, bicara sendiri dengan
temannya, guru kurang optimal dalam mengawasi siswa (Ismail, 2008: 30).
Untuk menciptakan siswa yang berkualitas dan mampu menghadapi
perkembangan zaman maka kebutuhan pembaharuan dalam metode
merupakan suatu keharusan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses
dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitan apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajaran yang tinggi,
semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan
dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%). Suatu proses belajar mengajar efektif dan bermakna
akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun
guru itu sendiri. (Ismail, 2008: 30)
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode, atau prosedur. Soekamto dalam Aris Shoimin (2014: 23)
mengemukakan bahwa “model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.
Sedangkan menurut Arends dalam Aris Shoimin (2014:24)
mengemukakan bahwa “model pembelajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembejaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan
sistem pengelolaannya”.Menurut Abdul Azis Wahab (2012:52), “Model
mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan”.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Berikut adalah
beberapa model pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivistik.
1. Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
Menurut Krulik dan Rudnick dalam Rusman dkk. (2011: 39), “Problem
solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang
dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak
lumrah tersebut”. Aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi
dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan
kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan
melalui kemampuan reasoning.
2. Model Pembelajaran Problem-based Instruction
Arends dalam Rusman dkk. (2011:39) berpendapat bahwa “Problem-
based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar
dan pemecahan masalah otentik”.Siswa belajar bagaimana mengonstruksi
kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengonstruksi
argumentasi mengenai pemecahan masalah,bekerja secara individual
atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
3. Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah
yang diajukan. Menurut Schmidt dalam Rusman dkk. (2011: 40),
“Inkuiri adalah proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi dan/atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis”.
Model pembelajaran inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu
dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan
dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh
siswa.
4. Model Pembelajaran Mind Mapping
Model Pembelajaran mind mapping merupakan model pembelajaran
yang dapat mengembangkan kreatifitas, keaktifan, daya hafal, pengetahuan
dan kemandirian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Aris Shoimin (2014: 105),“Mind mapping atau pemetaan pikiran adalah
teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”. Sedangkan menurut
Michalko dalam Tony Buzan (2013: 2), “Mind Map adalah alternatif
pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Mind Map
menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala
sudut”.
Dari model-model pembelajaran di atas, penulis memilih
menggunakan model pembelajaran mind mapping karena model
pembelajaran ini sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan lebih
membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Karena Penggunaan model
pembelajaran mind mapping melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran, dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih
mudah mengingat dan memahami materi tersebut.
3. Mind Mapping
a. Pengertian Mind Mapping
Tony Buzan (2005:4) mengemukakan bahwa mind mapping adalah
cara mencatat yang kreatif dan efektif, cara mudah memasukkan dan
mengeluarkan informasi dalam otak, mind mapping menggunakan warna,
simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak.
Kemudian menurut Susanto Windura (2008:16) Mind mapping adalah
suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi
seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar.
Jadi kesimpulannya adalah mind mapping merupakan cara mudah
untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke
luar dari otak sehingga dapat menghasilkan cara untuk mencatat yang
kreatif dan efektif sesuai dengan peta pikiran kita.
b. Fungsi Mind Mapping
Menurut Michael Michalko yang dikutip oleh Tony Buzan (2005:6)
mind mapping dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Mengaktifkan seluruh otak;
2. Membereskan akal dari kekusutan mental;
3. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan;
4. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang saling terpisah;
5. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian;
6. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita
membandingkannya;
7. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok
bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari
ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
c. Tujuh Langkah Dalam Membuat Mind Mapping
Tony Buzan (2005:15) memaparkan tujuh langkah dalam membuat mind
mapping, antara lain:
a. Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar. Hal itu dikarenakan memulai dari tengah
memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala
arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih jelas dan
alami;
b. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membatu kita menggunakan imajinasi.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap
berfokus, membantu kita tetap berkonsentrasi, dan mengaktifkan
otak kita;
c. Menggunakan warna, karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup
dan menambah energi kepada pemikiran kreatif serta menyenangkan;
d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
menghubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat
satu dan dua, dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi dan
otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus.
Bila kita menghubungkan cabang-cabang kita akan lebih mudah
mengerti dan mengingat;
e. Membuat garis hubung yang melengkung atau bukan garis lurus.
Karena garis lurus akan membosankan otak;
f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci
tunggal akan memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada
mind map;
g. Menggunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar
bermakna banyak kata.
Contoh bentuk mind mapping dengan tema utama “Motivasi”. Dan
cabangnya adalah bintang, hidup, kesehatan, manfaat, penampilan,
emosi, serta energi dan kemudian diikuti dengan sub-sub cabang.
Gambar 2.1 Contoh mind map (Sumber: Tony Buzan, 2005: 173)
d. Mind Mapping Memanfaatkan Belahan Otak Kiri dan Otak
Kanan
Dengan membuat mind map, kita telah memanfaatkan dua belahan
otak yaitu otak kanan dan otak kiri. Pembagian dua belahan otak ini
dikemukakan oleh professor Robert Ornstein yakni:
Tabel 2.1 Keterampilan Otak Kanan dan Otak Kiri
Otak Kiri Otak Kanan
Kata-kata
Logika
Angka
Urutan
Analisis
Daftar
Irama
Kesadaran ruang
Gestalt(gambar
keseluruhan)
Imajinasi
Melamun
Warna
Dimensi Sumber: Tony Buzan (2005:49)
Menurut DePorter (1999) yang dikutip oleh Sugihartono (2007:14)
menerangkan bahwa kedua belahan baik otak kiri maupun otak kanan,
mengatur aktivitas mental yang berbeda. Masing-masing mempunyai
peran yang berbeda-beda dalam proses belajar. Jika guru dalam mengajar
senantiasa teratur menerangkan dari devinisi hingga latihan soal, menjelaskan
dari buku tiap halaman, mengerjakan dari buku urut dari soal yang mudah
hingga soal yang sulit, maka guru tersebut cenderung mengasah otak
kiri anak dalam berpikir.
Apabila guru mengajak untuk belajar dalam berbagai kasus di
lapangan, mengamati berbagai fenomena di lapangan, kemudian anak
selanjutnya diminta untuk menghubungkan dengan berbagai teori yang ada di
buku, maka guru tersebut juga mengasah otak kanan anak dalam
berpikir. Dalam proses kerja otak manusia, stimulasi otak bagian kiri atau
kanan saja kurang sempurna tanpa ada rangsangan atau dorongan dari
bagian luar. Dengan demikian dalam proses pembelajaran, guru dianjurkan
untuk dapat menstimulasi kedua belahan otak siswa dalam proses
pembelajaran berdasarkan karakteristinya masing-masing.
4. Pengertian Belajar
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan
sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi sedemikian
rupa agar kegiatan belajar terarah pada tujuan pendidikan. Tercapainya
tujuan proses belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara
guru dan murid. Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses
belajar mengajar ialah tujuan, bahan, model, metode, alat serta penilaian.
Berdasarkan definisi tersebut menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
bersama dan saling berkaitan antara peserta didik, pengajar, dan
lingkungan dengan mengkoordinasikan tujuan, bahan, model, metode, alat,
dan penilaian secara optimal menuju perubahan tingkah laku. Dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki model dan strategi, agar
peserta didik dapat belajar secara efektif, sehingga dapat tercapai tujuan yang
diharapkan . Salah satu langkahnya yaitu harus mengusai teknik-teknik
penyajian atau metode mengajar.
Istilah pembelajaran dan pengajaran menurut Agus Suprijono
(2009), yaitu pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan
pengajaran terjemahan dari teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak
saja pada arti leksikal, namun juga pada implementasi kegiatan belajar
mengajar. Berdasarkan arti kamus, pengajaran adalah proses perbuatan,
cara mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Arti tersebut
melahirkan konstruksi belajar mengajar berpusat pada guru. Perbuatan
atau cara mengajarkan di terjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari
peserta didik dan peserta didik sebagai pihak penerima. Pengajaran seperti
ini merupakan proses instruktif guru bertindak sebagai “ panglima” guru di
anggap paling dominan dan guru dipandang sebagai orang yang paling
mengetahui. Pengajaran adalah interaksi imperatif. Pengajaran merupakan
transplantasi pengetahuan.
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Perbedaan istilah ini dengan pengajaran adalah
pada tindakan ajar. Pada pengajaran guru mengajar diartikan sebagai
upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru
mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan
fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subyek
pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan
proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.
Metode pembelajaran menurut Suwardi (2007), adalah cara yang
digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
menurut yaitu:
a. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan penuturan bahan pelajaran secara lisan dan
dapat digunakan dimana saja. Metode ini dapat diterapkan dengan baik
apabila didukung oleh alat atau media.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan bentuk pertanyaan yang harus dijawab
terutama bagi guru kepada siswa atau sebaliknya siswa kepada guru.
c. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan metode interaksi antara peserta dengan
peserta atau peserta dengan guru untuk menganalisis, memecahkan
masalah, atau memperdebatkan topik tertentu. Bertujuan untuk tukar
menukar gagasan, pemikiran. Informasi / pengalaman diantara peserta
sehingga di capai kesepakatan pokok-pokok pikiran. Untuk mencapai
kesepakatan tersebut para peserta dapat saling beradu argumentasi
untuk meyakinkan peserta lainya kesepakatan pikiran inilah yang
kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainya, seperti: penjelasan, ceramah, curah pendapat, permainan dan
lain-lain.
d. Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau situasi tertentu yang
sedang dipelajari.
e. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah
siswa yang tebagi-bagi menjadi kelompok kecil untuk mencapai tujuan
tertentu.
f. Metode Pemberian tugas
Istilah lain dari metode pemberian tugas adalah resetasi, dimana
sejumlah tugas diberikan oleh guru dan penyelesaian tugas dapat secara
individual maupun kelompok.
g. Metode Eksperimen
Metode eksperimen digunakan dalam pembelajaran dimaksudkan
sebagai kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu
serta mengamati dengan mata kepala sendiri proses dan hasil belajar.
h. Metode Penemuan
Dalam metode penemuan, para siswa berusaha menemukan sendiri
informasi-informasi, data-data, bahan-bahan untuk mencapai tujuan.
Metode ini berorientasi pada keaktifan siswa.
i. Metode Simulasi
Simulai adalah suatu tindakan peniruan dari proses yang nyata. Dalam
metode simulasi siswa dapat berperilaku sebagai orang lain/tokoh
ataupun siswa-siswa dapat terlibat dalam situasi tiruan.
j. Metode Pengajaran Unit
Metode ini merupakan suatu cara belajar mengajar dimana guru dan
siswa mengarahkan dan memusatkan kegiatan mereka pada pemecahan
masalah yang telah dirumuskan bersama-sama.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat mengkombinasikan
berbagai macam metode. Dengan menggunakan lebih dari satu metode
mengajar maka akan menghilangkan kebosanan dan lebih bervariasi.
Menurut Agus Suprijono (2009), metode pembelajaran yang
mampu untuk meningkatkan kekompakan siswa dan menghilangkan rasa
jenuh yaitu pembelajaran aktif ataupun kooperatif karena siswa akan ikut
serta aktif dalam pembelajaran.
5. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Menurut Purwanto (2010:46) “Hasil belajar adalah perubahan perilaku
siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai
penugasan atas sejumlah bahan diberikan dalam proses belajar
mengajar” .Sedangkan menurut Rifa’I dan Anni (2009:85) “Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh peserta didik”. Menurut
Sanjaya (2009:13) “Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam
memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan”.
Menurut Suprijono (2011:5) ”Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009:5-6) menyatakan bahwa
hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambing. Keterampilan intelektual meliputi kemampuan mengkategorikan,
analitis-sitesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5. Sikap, yaitu kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap meliputi kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai sebagai standar perilaku.
Berdasarkan pandangan-pandangan di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku berupa kemampuan
tertentu yang diperoleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Hasil
belajar ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai siswa
berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran ekonomi yang ditandai dengan adanya pencapaian tujuan
pembelajaran yang diperoleh berdasarkan pengalaman siswa serta
ditunjukkan dengan nilai tes ekonomi berdasarkan pedoman penilaian
yang ditentukan oleh sekolah.
Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah adanya proses penilaian
oleh guru. Hasil dari penilaian hasil belajar dijadikan sebagai pedoman
atau kriteria dari pencapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan oleh
guru sebelumnya. Penilaian tersebut dilaksanakan oleh guru sebelum, saat,
maupun setelah aktivitas belajar.
6. Tiga Ranah Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Objek
penilaian hasil belajar disini adalah tiga ranah hasil belajar menurut
Bloom, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif menurut Anni (2009:86) berkaitan dengan hasil
belajar yang berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual:
Ranah kognitif mencakup kategori berikut:
1. Pengetahuan (knowledge).
2. Pemahaman (comprehension).
3. Penerapan (application).
4. Analisis (analysis).
5. Sintesis (synthesis).
6. Penilaian (evaluation).
Ranah afektif menurut Sudjana (2009:53): Berkenaan dengan nilai dan
sikap. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasan belajar, dan lain -
lain. Ranah afektif mencakup kategori berikut:
1. Penerimaan ( receiving).
2. Penanggapan ( responding).
3. Penilaian (valuing).
4. Pengorganisasian (organization).
5. Pembentukan pola hidup ( organization by a value complex).
Menurut Sudjana (2009:54) Hasil belajar bidang psikomotor tampak
dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu.
Kategori psikomotor mencakup kategori berikut:
1. Persepsi ( perception).
2. Kesiapan (set).
3. Gerakan Terbimbing ( guded response).
4. Gerakan Terbiasa ( mechanism).
5. Gerakan Kompleks ( complex overt response).
6. Penyesuaian ( adaptation).
7. Kreativitas (originality).
7. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah suatu model terapan pembelajaran terpadu
yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan yang
terikat oleh tema (Fogarty, 1991). Pembelajaran tematik merupakan suatu
usaha memadukan pengetahuan secara komprehensif dan terintegrasi.
Pembelajaran terpadu di sekolah dasar membantu mengembangkan
pemahaman siswa yang berakibat siswa menjadi lebih terlibat dalam
pembelajaran (Slekar, et al, 2003).
Pembelajaran tematik sebagai salah satu pendekatan integrasi secara
alami menghubungkan fakta-fakta dan ide-ide dalam upaya untuk memahami
dunia. Melalui jaringan tema, siswa dapat menghubungkan ide-ide dengan
pengalaman dan lingkungan tempat tinggal siswa. Menyadari pentingnya
terintegrasi dalam menyongsong kebutuhan belajar ramaja muda pada abad
ke-21 dan mempersiapkan mereka untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang diperlukan di era dunia semakin global (Davies,
2011). Siswa juga harus mempelajari keterampilan pentinguntuk sukses di
dunia saat ini, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi, dan
kolaborasi (Partnership for 21 st Century Skill, 2009).Kelasyang
menggabungkanketerampilanabad ke21untuksiswa SD tidak hanya
mungkindilakukan di sekolah dasarsaat ini, tapi juga sangat penting
untukdasarpembelajaranabad ke-21 (McKenna, 2011). Pembelajaran tematik
memungkinkan siswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi.
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2006, khususnya
mengenai struktur kurikulum SD/MI, salah satunya ditentukan bahwa
pembelajaran pada kelas I sampai III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik (BNSP, 2006). Penetapan pendekatan tematik pada pembelajaran di
SD dikarenakan perkembangan siswa pada kelas rendah sekolah dasar pada
umumnya berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan serta baru mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Pembelajaran yang dilakukan dengan mata
pelajaran yang terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan siswa
untuk berpikir holistic dan membuat kesulitan bagi siswa untuk mengaitkan
konsep dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan holistik dari seorang
individu yang meliputi fisik, emosional, mental, sosial dan spiritual
(Honnutagi, 2011). Hal ini juga terdapat dalam Amanat Undang-
UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3
menegaskan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Undang-Undangmemberikan tanggung jawab yang besar terhadap
pendidikan untuk mendidik siswa menjadi manusia yang utuh secara fisik,
intelektual, emosional, dan spiritual. Pada domain fisik adalah membentuk
manusia yang sehat, pada domain intelektual yaitu berilmu, cakap, kreatif,
merupakan ketrampilan tingkat tinggi yang harus diajarkan kepada siswa.
Pada domain emosional, yaitu berakhlak mulia, demokratis, dan bertanggung
jawab mengharuskan siswa diajarkan karakter yang luhur, sedangkan pada
domain spiritual adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
mengharapkan siswa bersikap religius.
Dalam Standar Isi Kurikulum 2006 disebutkan bahwa peningkatan
mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memiliki
daya saing dalam menghadapi tantangan global (BSNP, 2006: 3). Ini berarti
bahwa tujuan pendidikan harus memberikan pengetahuan dan ketrampilan
secara holistic pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan karakteristik siswa tingkat sekolah dasar, maka
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut adalah
pembelajaran tematik, pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan siswa baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan
pembelajaran yang dapat mengembangkan ketrampilan tingkat tinggi kepada
siswa mulai tingkat sekolah dasar, agar siswa mampu menghadapi persaingan
global.
Pembelajaran tematik integratif merupakan salah satu kebijakan konsep
dan implementasi kurikulum yang telah digagas sejak kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) pada tahun 2004. (Depdiknas, 2003) Khususnya untuk
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kebijakan tersebut telah
disempurnakan melalui peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan (SNP) dan peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses yang meneguhkan tentang
pentingnya pembelajaran pembelajaran tematik integratif untuk pendidikan di
SD (Permendiknas, 2005). Pada tahun 2013, kebijakan tersebut mengalami
revisi dan penyempurnaan melalui kurikulum 2013 (K-13) yang secara
prinsip tetap mengusung esensi pembelajaran tematik integratif untuk SD.
Pada tahapan implementasi, pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan maupun K-13 pada pelaksanaan pembelajaran tematik integratif
untuk SD masih banyak menemui kendala dan masalah Hasil studi literatur
yang dilakukan oleh Sukini (2012) mengemukakan bahwa (1) Guru masih
kurang memahami langkah-langkah melakukan pemetaan KD dengan tema
dari beberapa mata pelajaran terkait, (2) Guru masih kurang memahami
perancangan pembelajaran yang berupa penyusunan silabus dan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan
tematik, (3) Guru belum dapat menyampaikan pembelajaran tematik.
Pembelajaran yang disampaikan masih terkotak kotak dalam berbagai mata
pelajaran yang ditematikkan, dan (4) Guru belum mampu menyusun
instrumen penilaian untuk pembelajaran tematik.
B. Penelitian Relevan
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, maka
peneliti mendeskripsikan beberapa karya yang mempunyai relavansi dengan
judul penelitian ini. Adapun karya-karya tersebut diantaranya:
1. Hasil penelitian Yudy Guspriyanto (2012) dengan judul “Pengaruh Metode
Pembelajaran MIND MAPPING Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
minat belajardan hasil belajar melalui penerapan metode pembelajaran mind
mapping dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN Banyubiru 01.
2. Hasil penelitian Ni Putu Sumaraning (2014) dengan judul “Pengaruh Model
Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di Desa Sinabun
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng” menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model Mind Mapping dengan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung siswa kelas IV sekolah dasar di Desa Sinabun.
3. Hasil Penelitian Tugiyati (2010), yang berjudul “Penerapan Metode Mind
Mapping untuk Meningkatkan Penguasaan Materi IPS di SMP
Muhammadiyah 1 Kalibawang Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping,
berhasil meningkatkan partisipasi belajar siswa dan penguasaan materi IPS.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa. Siswa memiliki
keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan
bekerjasama dengan sesama anggota kelompok untuk membuat Mind
Mapping.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Shofiah Hattarina (2008)
tentang ”Penerapan Model Pembelajaran Mind Map Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI
IPS SMA N I Talun”, menyimpulkan bahwa penerapan siklus I-
II menunjukkan adanya peningkatan rerata hasil belajar sebesar 46,12 %.
5. Penelitian yang telah dilakukan oleh Made Widiari yang dimuat dalam e-
Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha, volume 2, nomor 1,
tahun 2014 dengan judul” Pengaruh Metode Pembelajaran Mind Mapping
Dan Ekspositori Terhadapa Hasil Belajar Matematika Di SD Gugus IX
Kecamatan Buleleng.”
Penelitian di atas menegaskan bahwa model pembelajaran mind
mapping berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa. Hal ini tentunya
juga dapat memengaruhi minat belajar siswa untuk mengikuti kegiatan
belajar di sekolah dan pada akhirnya dapat memengaruhi hasil belajar para
siswa. Ada pun perbedaan dari penelitian diatas: Nama peneliti, Tahun
pembuatan, Tempat penelitian, Materti penelitian, Jenis penelitian dan ada
pun persamaan dari penelitian tersebut yaitu: sama-sama menggunakan model
mind mapping, sama-sama menentukan hasil belajar. Sehubungan dengan hal
tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Efektivitas model pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil
Belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas V MI Salamah Kota Jambi”.
C. Kerangka Pikir
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel
dependen dan model pembelajaran mind mapping sebagai variabel
independen. Kerangka berpikir pada penelitian ini mengacu pada teori
Sumadi Suryabrata (2010) tentang faktor-faktor yang memengaruhi hasil
belajar, dan mengacu pada teori Tony Buzan (2013) tentang mind map
dimana kedua hal tersebut memengaruhi variabel hasil belajar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan
menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologi, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor
nonsosial dan faktor sosial. Salah satu faktor eksternal yang dapat
memengaruhi hasil belajar adalah cara mengajar guru di kelas saat
menyampaikan materi pelajaran. Salah satu cara menyampaikan materi di
kelas adalah dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping.
Model pembelajaran mind mapping adalah model pembelajaran yang
dapat mengembangkan kreatifitas, keaktifan, daya hafal, pengetahuan dan
kemandirian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran mind mapping menggunakan tujuh langkah dalam proses
pembuatannya. Sehingga dapat dibuat kerangka berpikir yaitu pengaruh
penerapan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagi berikut pada
gambar 2.1:
Gambar 2. 1. Desain Kerangka Fikir
Berdasarkan gambar 2.1 menjelaskan bahwa setelah menganalisa
permasalahan dalam proses pembelajaran dan solusi permasalahannya maka
peneliti membuat kerangka fikir bahwa didalam proses pembelajaran peneliti
membagi sampel menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen mendapat perlakuan proses pembelajaran menggunakan
Guru Proses Pembelajaran Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pembelajaran dengan model
Mand Mipping
Pembelajaran konvensial
Tes Tes
Terdapat pengaruh atau
tidak terdapat pengaruh
model Mand Mipping dan kelas kontrol mendapat perlakuan proses
pembelajaran konvensional. Kedua kelas tersebut diberikan tes setelah
mealukan proses pembelajaran untuk mengetahui terdapat pengaruh atau
tidak terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran Mand Mipping diharapkan mampu
melatih kerja sama siswa yang baik, dan mampu memunculkan aktivitas-
aktivitas yang selama ini tidak terlihat dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa diharapkan termotivasi dalam belajar dan mendapatkan kemudahan
dalam menerima dan memahami materi yang diajarkan. Mand Mipping ini
diduga mampu membawa siswa pada suasana yang baru yang membuat
perasaan menjadi senang terhadap materi IPA. Model ini akan memunculkan
motivasi belajar siswa, sikap positif terhadap proses pembelajaran, dan
tumbuhnya rasa percaya diri. Jika hal tersebut sudah ada dalam diri siswa
maka akan mudah untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Kerlinger dalam Riduwan (2010: 35), “hipotesis adalah
dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih”, sedangkan
Nana Sudjana dalam Riduwan (2010:35) menyatakan bahwa “hipotesis
adalah asumsi mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu
yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah asumsi
terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih yang masih harus diuji
kebenarannya melalui penelitian ilmiah.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Model pembelajaran mind maaping memiliki peranyang cukup signifikan
terhadap hasil belajar tematik siswa dan demikian ada efektivitas model mind
mapping terhadap hasil belajar tematik siswa”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Salamah
Kota Jambi yang beralamat Jalan 16 kota jambi pada siswa kelas V MI
Semester genap tahun ajaran 2018/2019, dilaksanakan pada februari sampai
maret.
B. Pendekatatan dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-
eksperimen, yaitu penelitian yang tidak sepenuhnya mengontrol variabel yang
akan diteliti. Desain penelitian ini menggunakan Two Group Randomized
Subject Post Test Only.
Perlakuan dalam penelitian ini hanya diberikan pada kelas eksperimen,
setelah itu kedua kelompok diukur variabel terikatnya. Secara sederhana
desain penelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Rancangan Penelitians
Kelompok Perlakuan Posttest
(R) E X O
(R) K - O
Keterangan:
R = Pemilihan subyek secara acak
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
X = Perlakuan peneliti dengan menggunakan metode Mind A Map.
O = Tes akhir
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi pada semester II tahun pelajaran
2018/2019.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode total sampling yaitu sampel yang dimiliki hanya 2 kelas
saja,sehingga dipastikan kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang
sama, akan ditentukan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan
kelas kontrol, sehingga didapat kelas V B sebagai kelas kontrol dan kelas
V A sebagai kelas eksperimen.
D. Instrumen Penelitian
1. Hasil belajar
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh oleh siswa
setelah melakukan proses pembelajaran baik itu perubahan kecakapan,
sikap dan tingkah laku pada individu siswa. Artinya dari semua tindakan
atau kegiatan belajar sudah pasti mendapatkan hasil belajar walaupun
hasilnya tidak seoptimal yang diharapkan tetapi setidaknya akan menuju
kepada pengetahuan yang lebih baik.
b. Defenisi Operasional
Hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini adalah nilai yang
diperoleh setelah proses kegiatan belajar mengajar berlangsung melalui tes
akhir siklus, akhir siklus ini merupakan alat evaluasi hasil belajar untuk
dijadikan data keberhasilan siswa sehingga belajar yang diharapkan dapat
tercapai.
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar tematik kelas V
Madrash Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi. Hasil belajar siswa di peroleh
melalui tes yang dibuat dalam bentuk tes essay sebanyak 10 soal.
c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen soal tes hasil belajar suhu dan
kalor
Dimensi Indikator Item
soal
Jumla
h
Pengetahuan Mendefinisikan (C1) 1,2,3,4
,5
5
Pemahaman Menghitung (C2) 6,7,8,9
,10
5
Jumlah 10
2. Model Mind Mapping
a. Definisi Konseptual
Tony Buzan (2005:4) mengemukakan bahwa mind map adalah
cara mencatat yang kreatif dan efektif, cara mudah memasukkan dan
mengeluarkan informasi dalam otak, mind map menggunakan warna,
simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang sesuai dengan cara kerja
otak. Jadi kesimpulannya adalah mind map merupakan cara mudah
untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke
luar dari otak sehingga dapat menghasilkan cara untuk mencatat yang
kreatif dan efektif sesuai dengan peta pikiran kita.
b. Definisi operasional
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
mind mapping eksperimen sebagai berikut :
a. Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar. Hal itu dikarenakan memulai dari tengah
memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala
arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih jelas dan
alami;
b. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membatu kita menggunakan imajinasi.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap
berfokus, membantu kita tetap berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak
kita;
c. Menggunakan warna, karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup dan
menambah energi kepada pemikiran kreatif serta menyenangkan;
d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
menghubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu
dan dua, dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi dan otak
senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita
menghubungkan cabang-cabang kita akan lebih mudah mengerti dan
mengingat;
e. Membuat garis hubung yang melengkung atau bukan garis lurus.
Karena garis lurus akan membosankan otak;
f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci
tunggal akan memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada
mind map;
g. Menggunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar
bermakna banyak kata.
E. Instrument Pengumpulan Data
1. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012, p. 203) “ Mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.
Metode ini di gunakan peneliti untuk melihat keadaan lokasi
penelitian, keadaan dan aktivitas siswa dalam proses belajar megajar, dan
melihat bagaimana hasil belajar siswa.
2. Wawancara
Menurut Sudjana dalam Satori and Komariah (2013, p.
130)“ Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui
tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau
penjawab (interviewee)”.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara belajar siswa dengan
mewawancarai guru kelas
. Teknik ini merupakan informasi tambahan yang digunakan untuk
menguatkan penelitian.
3. Dokumentasi
Menurut (Arikunto, 2006), dokumentasi sebagai “cara mencari data
mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip,
buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan
sebagainya.” Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-
data yang berhubungan dengan gambaran umum.
4. Tes
Menurut (Arikunto, 2006, p. 150), tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
Metode ini penulis gunakan untuk mengadakan uji kemampuan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran antara penggunaan metode eksperimen
dan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan untuk
menguji validitas dan reliabilitas soal tes berikut rumusnya:
(a) Validitas soal
Menurut (Arikunto, 2006, p. 168), “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen.” Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini penulis
menggunakan rumus Korelasi Point Biserial, yakni:
Rpbi = 𝑀𝑝− 𝑀𝑡
𝑆𝐷𝑡 √
𝑝
𝑞
Keterangan:
rpbi = Angka Indeks Korelasi Point Biserial
Mp =Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh
peserta tes yang menjawab betul, yang dicari korelasinya
dengan tes secara keseluruhan.
Mt = Mean skor total.
SDt = Standar Deviasi dari skor total.
P = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item
yang sedang diuji validitas itemnya.
q = Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item
yang sedang diuji validitas itemnya.
Untuk memberikan interpretasi terhadap Rpbi, digunakan
tabel “R” Product Moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df
= N- nr).
(b) Reabilitas Soal
Menurut (Arikunto, 2006, p. 180), Penentuan tes hasil belajar
bentuk objektif dalam penelitian ini penulis menggunakan formula
Spearman-Brown, yakni.
r11 = 2𝑟
11
22
1+𝑟 11
22
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan
r22
11 = Koefisin korelasi product moment antara separoh (1/2) tes
(belahan I) dengan separoh (1/2) tes (belahan II) dari tes
tersebut.
1 & 2 = Bilangan konstanta
Untuk menentukan besarnya r22
11digunakan rumus:
rhh atau r22
11atau rxy =
𝑁 ∑ 𝑋𝑌− (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2}
Keterangan:
N = Jumlah subyek (sampel/testee)
X = Skor–skor hasil tes pada separoh belahan pertama.
Y = Skor–skor hasil tes pada separoh belahan kedua
(c) Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). (Arikunto, 2010, p. 211)
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
kesukaran, indeks deskriminasi (daya bedanya) ini berkisar antara 0,00
sampai 1,00.
Rumus mencari D :
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵 = PA - PB
Dimana :
DP = Daya Pembeda
J = Jumlah Peserta Tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini Kriteria :
0,70 - 1,00 soal baik sekali (sangat baik)
0,40 - 0,69 soal baik(tinggi)
0,20 - 0,39 soal cukup (sedang)
0,19 - 0,00 soal rendah (kurang) (Arikunto, 2010, p. 214)
(d) Indeks Kesukaran Atau Proporsi (P)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya.(Arikunto, 2010, p. 207)
P = 𝐵
𝐽𝑆
Dimana :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 0,10 adalah mudah
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik
analisis, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan sampel dalam bentuk persentase (%), rata-rata
( ), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (s), varians (s2), nilai
maksimum (xmaks), dan nilai minimum (xmin).
b. Analisis Inferensial
Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian,
yang dilakukan dengan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai
prasyarat untuk pengujian hipotesis dan uji hipotesis.
c. Uji Normalitas
(Subana, Moersetyo, & Sudrajat, 2000, p. 123) “ Normalitas sebaran
data menjadi sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk menentukan jenis
statistik apa yang dipakai dalam penganalisaan selanjutnya. pengujian
normalitas di gunakan uji chi kuadrat “.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji chi kuadrat
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan rata-rata kelas V
b. Menentukan kelas interval ( aturan stuges )
K = 1+ 3,3 log (n)
c. Menentukan rentang (R)
R = skor terbesar – skor terkecil.
d. Menentukan panjang kelas interval (P)
P = 𝑅
𝐾
e. Menentukan simpangan baku (S)
f. Menentukan batas kelas
g. Menentukan nilai Z dengan rumus :
Z = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ−𝑋
𝑆
h. Mencari chi kuadrat (X2 hitung) dengan rumus :
X2 = ∑(𝑓𝑜−𝑓ℎ)2
𝑓ℎ
i. Membandingkan (X2 hitung) dengan (X2 tabel) dengan criteria :
Jika X2 hitung > X2 tabel maka distribusi data Tidak Normal
Jika X2 hitung < X2 tabel maka distribusi data Normal
d. Uji Homogenitas
Uji ini untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang
homogen atau tidak dengan menggunakan uji F. Dengan Rumus :
Fhitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Dengan criteria pengujian :
Jika F hitung > F tabel maka distribusi data Tidak Homogen
Jika F hitung < F tabel maka distribusi data Homogen
e. Uji t
Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menhuji perbedaan
atau kesamaan dua kondisi / perlakuan dua kelompok yang berbeda dengan
prinsip memperbandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok / perlakuan itu.
Rumus uji “t” atau t test adalah (Sudijono, 2005, pp. 346-348).
t0 = 𝑀1− 𝑀2
𝑆𝐸𝑀1−𝑀2
Langkah perhitungan :
1. Mencari mean variabel I dengan Rumus :
M1 = M + i(∑ 𝑓𝑥
𝑁)
2. Mencari mean variabel II dengan Rumus :
M2 = M + i(∑ 𝑓𝑦
𝑁)
3. Mencari standar deviasi variabel I dengan rumus :
SD1 = i √∑ 𝑓𝑥2
𝑁1− (
∑ 𝑓𝑥
𝑁1)
2
4. Mencari standar deviasi variabel II dengan rumus :
SD1 = i √∑ 𝑓𝑦2
𝑁1− (
∑ 𝑓𝑦
𝑁1)
2
5. Mencari standar error mean variabel X dengan rumus :
SEM1 = 𝑆𝐷1
√𝑁1− 1
6. Mencari standar error mean variabel Y dengan rumus :
SEM2 = 𝑆𝐷2
√𝑁2− 1
7. Mencari standar error perbedaan antara mean variabel X dan mean
variabel Y dengan rumus :
SEM1- M2 = √𝑆𝐸𝑀1
2 + 𝑆𝐸𝑀2
2
8. Mencari t0 dengan rumus :
t0 = 𝑀1− 𝑀2
𝑆𝐸𝑀1−𝑀2
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan:
µ1 = Kemampuan pemahaman konsep fisika siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Mind Mapping.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan tanggal 18 februari
2019 dengan guru bidang studi kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Salamah kota
jambi yaitu dengan ibu Dewiyati S.Pd.I tentang pembelajaran tematik beliau
mengatakan bahwa materi pelajaran tematik oleh sebagian siswa merupakan
pelajaran yang dianggap siswa relative sulit, terutama dalam pembalajaran IPA
karena materiya banyak dan waktunya singkat sehingga membuat siswa sulit
memahami dalam mengaplikasikan proses pembelajaran berlangsung, sehingga
ada sebagian siswa beranggapan bahwa pembelajaran IPA itu membosankan
dan sulit untuk dipahami.
Karena siswa-siswi di sekolah ini kurang pahamnya dalam
mengaplikasikan proses pembelajaran selama berlangsung. Sehingga
menyebabkan siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Terutama
dalam pembelajaran IPA, sehingga nilai hasil belajar siswa dibawah standar
KKM 70.
Proses pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota
Jambi berlangsung selama 6 jam pelajaran (6 x 45 menit). Penulis melakukan 1
kali pertemuan dalam seminggu untuk masing-masing kelas. Materi yang
disampaikan penulis yaitu suhu dan kalor kelas yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah kelas V B (sebagai kelas eksperimen) sedangkan V
A(sebagai kelas kontrol). Kelas V B belajar tematik ipa pada hari selasa
sedangkan kelas VA belajar teamtik ipa pada hari kamis. Kelas VB diberi
perlakuan khusus dengan menggunakan model Mind Mapping sedangkan kelas
VA tidak diberikan perlakuan khusus. Setelah diberikan materi suhu dan kalor,
berdasarkan efektivitas atau tingkat keberhasilan yang dicapai dari penerapan
suatu model pembelajaran, dalam hal ini diukur dari hasil belajar siswa, penulis
memberikan test pada kedua kelas tersebut. Test yang diberikan terlebih dahulu
di uji validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Test yang
penulis berikan adalah tes essay, penulis menyiapkan soal sebanyak 10 soal.
Pada uji validitas soal semua soal dinyatakan valid sehingga dapat digunakan
sebagai instrumen dalam penelitian.
1. Hasil Belajar Siswa Kelas V B Kelas Eksperimen
Tabel 4.1 : skor hasil belajar tematik siswa yang menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping
No Nama Siswa KKM Konversi Nilai
1 Alfionanda 70 10x100/10 100
2 Anjar Kartatana Maulana 70 9x100/10 90
3 Ariel Anugra 70 8x100/10 80
4 Desti Maharani Putri 70 8x100/10 80
5 Excel Anugrah Ramadhan 70 8x100/10 80
6 Kesya Yuana Putri Ananda 70 8,5x100/10 85
7 Kamelia Nazhifa 70 9x100/10 90
8 Krisna Meilani Syah 70 8x100/10 80
9 Marsya Aulia Putri 70 9,5x100/10 95
10 Masayu Nurjannah 70 9x100/10 90
11 M. Nabil Farasyah 70 9x100/10 90
12 M. Rasyid Ramadhan 70 8,5x100/10 85
13 Nadia Dyuhanna 70 8x100/10 80
14 Naufal Fatoni 70 8x100/10 80
15 Naufal Zaidan 70 9x100/10 90
16 Putri Salawati 70 7,5x100/10 75
17 Revan Raditya 70 10x100/10 100
18 Ridhollah Hul Amin 70 8x100/10 80
19 Salsabila Nuri 70 8x100/10 80
20 Rocie Fahira 70 7x100/10 70
21 Syawal 70 9x100/10 90
22 M. Zaky 70 6x100/10 60
1. Sebaran data
100 90 80 80 80 85
90 80 95 90 90 85
80 80 90 75 100 80
80 70 90 60
2. Menentukan skor tertinggi dan terendah
Skor tertinggi (H) = 100
Skor terendah (L) = 60
3. Menentukan Rentangan (R)
R = (H – L)
= 100 – 60 + 1
= 40 + 1
= 41
4. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 22
= 1 + 3,3 . 1,3424
= 1+ 4,4299
= 5,4299 = 6 ( Pembulatan )
5. Menentukan panjang kelas atau interval (i)
i = Rentangan
Jumlah kelas =
41
6 = 6,83 = 7 ( Pembulatan)
6. Menyusun tabel distribusi frekuensi
Dari data diatas maka dapat disusun tabel distribusi frekuensi hasil belajar
tematik yang menggunakan model Mind Mapping
Tabel 4.2: distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA siswa kelas VB
Kelas
interval
F Xi X1 FX1 FX12 FK(b) FK(a)
100 – 94 3 97 2 6 12 3 22
93 – 87 6 90 1 6 6 9 19
86 – 80 10 83 (M) 0 0 0 19 13
79 – 73 1 76 -1 -1 1 20 3
72 – 66 1 69 -2 -2 4 21 2
65 – 59
1 62 -3 -3 9 22 1
Jumlah 22 6 32
7. Histogram
8. Mencari Mean
Mx = M1 + i (∑ FX2
1
N)
= 83 + 7 . (6
32)
0
2
4
6
8
10
12
62 69 76 83 90 97
NILAI HASIL BELAJAR KELAS V B
Nilai Siswa
B
a
n
y
a
k
S
i
s
w
a
= 83 + 7 . (0,18)
= 83 + (1,26)
= 84,26
9. Mencari Median
Me = L + i (1
2 N−FK (b)
F)
= 73, 5 + 7 . (1
2 . 22−19
10)
= 73, 5 + 7 . (0,15)
= 73, 5 + (1,05)
= 74,55
10. Mencari Modus
Mo = L + i (fa
fa+ fb)
= 73, 5 + 7. (6
6+1)
= 73, 5 + 7 . (0,85)
= 73,5 + 5,95
= 79,45
11. Menentukan Standar Deviasi (SD)
SD = √∑ FX2
12
N− (
∑ FX21
N)
2i
= √32
22 − (
6
22)
27
= √1,4545 − (0,27)27
= √1,4545 − 0,07297
= √1,38167
= 8,22
2. Hasil Belajar Siswa Kelas V A Kelas Kontrol
Tabel 4.3 : skor hasil belajar tematik siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping
No Nama Siswa KKM Konversi Nilai
1 Abdul Haris Saipullah 70 5x100/10 50
2 Adinda Rahmadhani 70 7,5x100/10 75
3 Al Farizi Fathur Rokhim 70 2x100/10 20
4 Alif Raditya Maulana 70 6x100/10 60
5 Alyca Dirani Nadhir 70 5x100/10 50
6 Aniati 70 9x100/10 90
7 Aryawan Raka Syahputra 70 4,5x100/10 45
8 Bilqis Nasihah 70 7x100/10 70
9 Dewi Chanda 70 7,5x100/10 75
10 Erick Fernando 70 5,5x100/10 55
11 Iqbal Athallah Wahid 70 4,5x100/10 45
12 Muhammad Darmawansyah 70 5,5x100/10 55
13 Muhammad Fadlan 70 5,5x100/10 55
14 M. Naufal Furqon Yaqif 70 4x100/10 40
15 Naura Oka Nihaja 70 5,5x100/10 55
16 Putri Alexandria 70 8,5x100/10 85
17 Raisyah Saiholauna 70 6,5x100/10 65
18 Ressa Vania Dirga Wati 70 6x100/10 60
19 Sahid Alif Muhammad 70 6,5x100/10 65
20 Treny Puti Anggraini 70 8,5x100/10 85
21 Vidya Rizky Wulandari 70 7,5x100/10 75
22 Viola Rahmadhani 70 7x100/10 70
23 Zahran Dia 70 4,5x100/10 45
1. Sebaran data
50 75 20 60 50 90
45 70 75 55 45 55
55 40 55 85 65 60
65 85 75 70 45
2. Menentukan skor tertinggi dan terendah
Skor tertinggi (H) = 90
Skor terendah (L) = 20
3. Menentukan Rentangan (R)
R = (H – L)
= 90 – 20 + 1
= 70 + 1
= 71
4. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 23
= 1 + 3,3 . 1,3617
= 1+4,4936
= 5,4936 = 6 ( Pembulatan )
5. Menentukan panjang kelas atau interval (i)
i = Rentangan
Jumlah kelas =
71
6 = 11,8 = 12 ( Pembulatan)
6. Menyusun tabel distribusi frekuensi
Dari data diatas maka dapat disusun tabel distribusi frekuensi hasil belajar
tematik yang tidak menggunakan model Mind Mapping
Tabel 4.4: distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA siswa kelas VA
Kelas
interval
F Xi X1 FX1 FX12 K(b) K(a)
90 – 79 3 84,5 1 3 3 3 23
78 – 67 5 72,5 2 10 20 8 20
66 – 55 8 60,5 (M) 0 0 0 16 15
54 – 43 5 48,5 -1 -5 5 21 7
42 – 31 1 36,5 -2 -2 4 22 2
30 – 19 1 24,5 -3 -3 9 23 1
Jumlah 23 3 41
7. Histogram
8. Mencari Mean
Mx = M1 + i (∑ FX2
1
N)
= 60, 5 + 12 . (3
41)
= 60, 5 + 12 . (0,07)
= 60, 5 + (0,84)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
24.5 36.5 48.5 60.5 72.5 84.5
NILAI HASIL BELAJAR KELAS V A
Nilai Siswa
B
a
n
y
a
k
S
i
s
w
a
= 61,34
9. Mencari median
Me = L + i (1
2 N−FK (b)
F)
= 43, 5 + 12 . (1
2 . 23−16
8)
= 43, 5 + 12 . (0,43)
= 43, 5 + (5,16)
= 48,66
10. Mencari Modus
Mo = L + i (fa
fa+ fb)
= 43, 5 + 12. (5
5+5)
= 43, 5 + 12 . (0,5)
= 43,5 + 6
= 49,5
12. Menentukan Standar Deviasi (SD)
SD = √∑ FX2
12
N− (
∑ FX21
N)
2i
= √41
23 − (
3
23)
212
= √1,78 − (0,13)212
= √1,78 − 0,016912
= √1,763112
= 15,93
B. Uji Hipotesis
Analisis yang penulis gunakan dalam pembuktian hipotesis penelitian ini
adalah uji hipotesis, rumus nya sebagai berikut :
1. Uji hipotesis
langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Mencari mean variabel I dengan rumus
M1 = M + i(∑ fx
N)
= 83 + 7 . (6
22)
= 83 + 7 . (0,27)
= 83 + (1,89)
= 84,89
2. Mencari mean variabel II dengan rumus
M2 ] = M + i(∑ fy
N)
= 60, 5 + 12 . (3
23)
= 60, 5 + 12 . (0,13)
= 60, 5 + (1,56)
= 62,06
3. Mencari standar deviasi variabel I dengan rumus
SD1 = √∑ FX2
12
N− (
∑ FX21
N)
2i
= √32
22 − (
6
22)
27
= √1,4545 − (0,27)27
= √1,4545 − 0,07297
= √1,38167
= 8,227
4. Mencari standar deviasi variabel II dengan rumus
SD2 = √∑ Fy2
12
N− (
∑ Fy21
N)
2i
= √41
23 − (
3
23)
212
= √1,78 − (0,13)212
= √1,78 − 0,016912
= √1,763112
= 15,933
5. Mencari standar error mean variabel I dengan rumus
SEM1 = SD1
√N1− 1 =
8,227
√22− 1 =
8,227
4,582 =1,795
6. Mencari standar error mean variabel II dengan rumus
SEM2 = SD2
√N2− 1 =
15,933
√23− 1 =
15,933
4,690= 3,3972
7. Mencari Standar Error Perbedaan Antara Mean Variabel I dan Mean
Variabel II Dengan Rumus
SEM1- M2 = √SEM1
2 + SEM2
2
= √(1,795)2 + (3,3972)2
= √3,22202 + 11,54096
= √14,76298
=3,84
8. Mencari t0 dengan Rumus
t0 = M1− M2
SEM1−M2
= 84,89−62,06
3,84=
22,83
3,84 = 5,94
9. Member interpretasi terhadap “ t “
Df atau db = (N1 + N2 – 2 )
= 22 + 23 – 2
= 43
Df pada taraf signifikan 5 % ttabel = 2,021
Pada taraf signifikan 1 % ttabel = 2,704
Sementara t0 yang diperoleh = 5,94 dan lebih besar dari pada ttabel (baik
signifikan 5% maupun 1%).
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbandingan yang signifikan antara hasil belajar tematik siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model Mind Mapping dengan tidak
menggunakan model Mind Mapping pada materi IPA suhu dan kalor di
Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi, yaitu :
5 % t0 1%
2,021 < 5,94 > 2,704
Perbedaan yang signifikan ini merupakan hasil pengujian hipotesis
yang dilakukan terhadap sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian perbedaan hasil belajar siswa bisa terjadi karena kemampuan siswa
yang berbeda dilihat dari metode yang digunakan guru saat mengajar. Kondisi
ini tentu menjadi panduan dalam belajar di kelas.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan efektivitas atau tingkat keberhasilan yang dicapai dari
penerapan suatu model pembelajaran, hasil penelitian yang diperoleh, terdapat
perbedaan antara hasil belajar kelas V B (kelas eksperimen) dan kelas V A
(kelas kontrol). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa,
perbedaan ini terjadi karena proses belajar yang diterapkan berbeda.
Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping dapat memberikan konstribusi yang baik bagi proses pembelajaran
IPA siswa dibandingkan dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping. Siswa jadi berminat, bersemangat, percaya diri dan
meningkatkan rasa ingin tahu mereka karena pembelajaran ini menggunakan
totalitas aktivitas dan menggunakan proses pembelajaran yang berbasis game
namun serius. Dari rata-rata hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran model Mind Mapping pada materi suhu dan kalor di Madrasah
Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi sebagai kelas kontrol ( Kelas VA ) rata-ratanya
adalah 62,06 dari jumlah siswa sebanyak 23 orang siswa. Siswa mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 8 orang dibawah rata-rata sebanyak 15 orang. Dan
rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model Mind Mapping pada
pembelajaran tematik IPA pada materi suhu dan kalor di Madrasah Ibtidaiyah
Salamah Kota Jambi sebagai kelas eksperimen ( Kelas VB ) rata-ratanya
adalah 84,49 dari jumlah siswa sebanyak 22 orang siswa. Siswa mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 21 orang dibawah rata-rata sebanyak 1 orang.
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa nilai untuk post test dengan
model pembelajaran Mind Mapping sudah bisa di kategorikan baik karena
sudah banyak siswa yang mencapai KKM walaupun ada juga yang belum
mencapai KKM.
Dengan perbedaan mean menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping lebih besar dibandingkan mean tidak menggunakan model
pembelajaran .
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji t pada hasil
posstest maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan
tidak menggunakan model pembelajaran Mind Mapping pada materi IPA suhu
dan kalor yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Salamah Kota Jambi.
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa efektivitas atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dari
penerapan suatu model pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran Mind Mapping pada mata pelajaran Tematik IPA
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam
proses pembelajaran siswa terlibat aktif dengan cara mengamati,
mendiskripsikan, dan menjawab dalam materi Suhu dan Kalor. Kemudian
siswa dapat memahami adanya konsep Suhu dan Kalor, dalam pembelajaran
tersebut dapat menghubungkan Suhu dan Kalor tersebut kedalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa lebih paham konsep tersebut beserta penerapan
nya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan
pembelajaran biasa yang biasanya dimana siswa hanya menerima materi dari
guru yang membuat siswa cenderung tidak tertarik dengan mata pelajaran
tematik IPA. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata dan nilai tertinggi dengan
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil belajar yang tidak menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping. Jadi model pembelajaran Mind Mapping berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian di Madrasah Ibtidaiyah
Salamah Kota Jambi yang sudah di paparkan oleh penulis, maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi guru
a) Guru dapat mencoba menggunakan model pembelajaran Mind Mapping
pada materi Suhu dan Kalor.
b) Guru harus mampu mengalokasikan waktu dengan sebaik – baiknya ketika
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping sehingga seluruh
kegiatan dapat diterapkan sesuai aturan.
2. Bagi Siswa
a) Siswa diharapkan melakukan eksperimen dengan sungguh-sungguh agar
hasil yang didapatkan akurat.
b) Siswa harus berani bertanya kepada guru apabila pada saat pembelajaran
masih ada materi yang belum jelas dan belum di pahami agar siswa dapat
memahami dan mendapatkan hasil belajar yang optimal.
c) Siswa diharapkan selalu aktif, kreatif, kritis, dan bertanggung jawab
dalam menyelesaikan masalah selama mengikuti kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ain, N. & Kurniawati, M. (2014). Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar.
Jurnal Inspirasi Pendidikan, 13, 316-318.
Buzan, Tony. (2002). Use Your Perfect Memory Teknik Optimalisasi Daya
Ingat.Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Buzan, Tony. (2004). Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas.Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak
Pintar di Sekolah . Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
Hapidin , & Nurjannah, & Sofia, H. (2018). Pengembangan Model
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Proyek Dalam
Menerapkan Pendidikan Kelautan Pada Anak Di Kepulauan Seribu.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, 52, 51-65. Vol 12. Edisi 1.
Hendrawan, K. (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Mind Mapping
Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep
Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis. PPS UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Ngalimun (2017). Strategi pendidikan. Bantul yogyakarta, Prama ilmu
Purwanto (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ridwan (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta, Bumi aksara.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press:
Jakarta.
Rusman (2016). Model-model pembelajaran. Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013.Ar-ruzz Media: Yogyakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N., & Ibrahim. (2009). Penelitian dan penilaian pendidikan (Vol.
5). Bandung: sinar baru algensindo.
Sudijono, A. (2005). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
Sudijono, A. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
(Vol.3). Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto 2002.Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan.Edisi
revisi.Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono,Agus.2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wahab, Abdul Azis. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Alfabeta: Bandung
Zainal and Ali (2016). Kumpulan metode pembelajaran. Bandung, Satu
nusa.