Download - File Gabungan Maternitas
PRAKATA
Assalamu’alaikum W.W.
Bismillahirrahmanirrahim kita awali segala aktifitas kita dengan senantiasa
mengucap Asma-Nya. Segala puji bagi Allah SWT kita panjatkan atas segala
kemudahan dan pertolongan yang Dia berikan sehingga buku Pedoman ini dapat
diselesaikan dengan baik. Salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad
SAW sebagai seorang pelopor penyebaran ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Pemberian asuhan keperawatan memerlukan rujukan yang terpercaya dan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Kehadiran buku panduan ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Segala tindakan keperawatan dan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat memenuhi kriteria
keamanan dan menjunjung tinggi kesehatan bagi pasien. Buku panduan ini
mencakup panduan Praktik Klinik Keperawatan Stase Keperawatan Maternitas.
Stase ini bertujuan agar mahasiswa perawat dapat memenuhi perawatan
maternitas selama proses pembelajaran di rumah sakit.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
bagi tim penyusun Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan ini atas kontribusi
yang telah diberikan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
praktik klinik keperawatan.
Banjarmasin, Juni 2014Ketua STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
M. Syafwani, M.Kep., Sp. Jiwa
i
PRAKATA
Assalamu’alaikum W.W.
Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puja dan puji syukur dipanjatkan kepada
Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah naskah buku ini
terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan
hadir.
Upaya menjaga mutu Praktik Asuhan Keperawatan perlu adanya keseragaman
dalam Pedoman Tindakan Asuhan Keperawatan. Hal ini perlu dilakukan supaya
output yang dihasilkan dapat memberikan layanan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan mengutamakan keamanan dan kesehatan bagi pasien. Menjamin
tercapainya tujuan di atas diperlukan pengawasan terhadap kepatuhan dalam
menjalankan pedoman ini dan proses evaluasi secara berkala terhadap isi buku
agar sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan terkini. Menjawab kebutuhan
pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan pedoman dan terkini, maka
kami telah menyusun Buku Pedoman Praktik Klinik Keperawatan Stase
Keperawatan Maternitas. Buku ini menjadi acuan dasar bagi mahasiswa perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan prinsip-prinsip caring,
holistik dan komprehensif.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku pedoman ini
bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, Juni 2014Ka. Bidang KeperawatanRSUD Ulin Banjarmasin
H. Iswantoro, S.Kp., M.M.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum W.W.
Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat
yang diberikan-Nya sehingga buku panduan ini bisa diselesaikan sesuai waktu
yang ditargetkan. Selanjutnya, Salawat dan salam semoga selalu tercurah bagi
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan ini berisi panduan-panduan bagi
mahasiswa perawat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan maternitas selama
proses perawatan. Akhirnya, kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah bersumbangsih terhadap penyelesaian
buku ini.
Banjarmasin, Juni 2014Hormat kami,
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA.....................................................................................................................i
PRAKATA...................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................iv
Injeksi Vaksin TT Pada Ibu Hamil..................................................................................1
Antenatal Care (ANC)..................................................................................................5
Pemeriksaan HB Sahli..................................................................................................8
Pemeriksaan Panggul Luar.........................................................................................13
Menghitung Taksiran Berat Janin...............................................................................16
Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Partus........................................................18
Pemeriksaan DJJ Manual dengan Leanec....................................................................20
Menghitung Denyut Janin Dengan Alat Doppler..........................................................23
Pemeriksaan Plano Test............................................................................................26
Pemeriksaan Potein Urine.........................................................................................29
Pemeriksaan Reduksi Urine.......................................................................................34
Pemeriksaan Leopold................................................................................................37
Penerimaan Pasien di Ruang Bersalin.........................................................................40
Pemeriksaan Dalam (Vagina Toucher)........................................................................43
Petunjuk Penggunaan Partograf................................................................................47
Menjahit Luka Episiotomi..........................................................................................63
Asuhan Persalinan Normal........................................................................................68
Pemeriksaan Plasenta...............................................................................................73
MEMBANTU MEMASUKKAN ALAT KONTRASEPSI KE DALAM RAHIM (COPPER T)..........77
iv
CARA PEMASANGAN IMPLANT..................................................................................81
Cara Melepas Implant...............................................................................................86
PENYULUHAN KESEHATAN PERAWATAN PUTING SUSU LECET....................................96
Perawatan Payudara pada Masa Post natal..............................................................100
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................105
LAMPIRAN..............................................................................................................117
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUANG BERSALIN.................118
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUANG NIFAS.......................127
v
INJEKSI VAKSIN TT PADA IBU HAMIL
A. Definisi
Vaksin TT pada ibu hamil adalah pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada
ibu hamil (Sujianti &Susanti, 2009: 41)
Jadwal pemberian IMUNISASI TT:
1. TT 1 ( dosis 0,5 cc).
2. TT 2
a. Jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1.
b. Dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun.
c. Dosis pemberian 0,5 cc.
3. TT 3
a. Jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2.
b. Masa perlindungan 5 tahun.
c. Dosis pemberian 0,5 cc.
4. TT 4
a. Jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3.
b. Masa perlindungan 10 tahun.
c. Dosis pemebrian 0,5 cc.
5. TT 5
a. Jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4.
b. Masa perlindungan 25 tahun.
c. Dosis pemberian 0.5 cc.
B. Tujuan
Mencegah penyakit tetanus pada bayi yang akan dilahirkan (Sujianti &
Susanti, 2009: 41)
C. Indikasi
Imunisasi aktif terhadap tetanus (Sujianti & Susanti, 2009: 41)
1
D. Kontra Indikasi
Menurut Sujianti & Susanti (2009: 41) Di unit pelayanan statis: vaksin TT
yang telah di buka hanya boleh di gunakan selama 4 minggu, dengan
ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluwarsa.
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 80 C.
3. Tidak pernah terendam air.
4. Terjaga sterilisasinya dan tidak baku,
5. VVM masih dalam kondisi A atau B.
6. Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh di gunakan lagi.
E. Persiapan Alat
1. Vaksin TT dalam vial.
2. Kapas dan alkohol.
3. Syringe 1 cc.
4. Kidney basin
5. Tempat sampah medis.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Persiapan alat dan tempat.
5
2. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
5
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
5
4. Buka penutup flacon obat Tetanus Toxoid, kemudian mendesinfeksi dengan kapas alkohol.
10
5. Ambil spuit dan membuka dari bungkusnya
5
2
Tusukkan jarum ke tutup flacon untuk mengambil obat.Hisap obat TT sesuai kebutuhan (0,5 cc)
6. Cabut jarum suntik dari flacon, ganti dengan jarum baru dan keluarkan udara dari tabung spuit.
10
7. Usap permukaan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol.
5
8. Lakukan penyuntikan pada
lengan atas kiri 2-3 jari dari pangkal lengan atas dengan sudut 450 dengan lubang jarum menghadap keatas.
15
9. Lakukan aspirasi terlebih dahulu kemudian memasukkan obat
10
10. Cabut jarum dari tempat suntikan dan usap bekas suntikan dengan kapas alkohol (tidak boleh di massage).
15
11. Cuci tangan dan beritahukan jadwal berikutnya.
5
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
10
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
3
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
4
ANTENATAL CARE (ANC)
A. Definisi
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti denga upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 2009: 35 ).
Pelayanan antenatal care dalam penerapana opersaional dikenal dengan
Menurut Depkes R.I., (2009: 35) Standar Minima 7T terdiri dari:
1. Timbang Badan dan Tinggi Badan
a. BB ibu hamil yang sehat akan bertambah antara 10-12 kg, sejak
sebelum hami.
b. Ibu dengan tinggi <145 cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul
sempit sehingga menjadi penyulit persalinan.
2. Mengukur Tekanan darah
a. Dilakukan secara rutin dengan untuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga gejala preeklamsi.
b. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali
pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan darah>140/90mmHg,
maka ibu hamil mengalami preeklamsi.
c. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi maka menjadi eklamsi.
3. Mengukur Tinggi Fundus Uteri
a. Pengukuran TFU dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini
berat badan janin
b. Indikator pertumbuhan janin intrauterine, tinggi fundus uteri juga
dapat digunakan untuk mendetaki terhadap terjadinya mola hidatidosa,
janin ganda atau hidramnion.
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus.
5. Pemberian tablet Tambah Darah
a. Minimal 90 tablet selam kehamilan.
5
b. Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang, satu
tablet satu hari.
c. Tablet Fe sebaiknya tidak diminum bersama kopi, teh karena dapat
menggangu penyerapan.
6. Tes Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratoorium rutin mencakup pemeriksaan Hb, protein
urine, gula darah dan hepatitis B.
b. Pemeriksaan khusus di daerah prevalensi tnggi dan atau kelompok
perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, cacibgandan thalasemia.
7. Temu Wicara (konseling)
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri
selama hamilm perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan dan janin sehingga ibidan keluarga dapat segera mengambil
keputusan dalam perawatan selajutnya dan mendengarkan keluhan yang
disampaikan.
B. Tujuan
Menurut Depkes RI (2009: 35) tujuan antenatal care yaitu:
1. Memonitor kemajuan persalinan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan yang terjadi dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional dan logis untuk
menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
C. Indikasi
1. Menurut Manuaba (2009:129) berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan
dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan peratama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
6
c. Dua kali sebulan sampau\i umur kehamilan 8 bulan.
d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai bersalin.
2. Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi
sebagai berikut.
a. Minimal satu kali pada trimester I.
b. Minimal satu kali pada trimester II.
c. Minimal 2 kali pada trimester III.
3. Menurut Nadesul (2010:134) frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8
kali.
7
PEMERIKSAAN HB SAHLI
A. Definisi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien untuk mengetahui kadar
Hb dalam darah. Hemoglobin oleh asam klorida diubah menjadi hematin asam
yang berwarna coklat tua. Penambahan aquades sampai warnanya sama
dengan standart warna, kadar Hb dibaca dalam satuan gram/dl (Departemen
Kesehatan RI,1991: 68)
B. Tujuan
Mengetahui dan menetapkan kadar hemoglobin didalam darah (Departemen
Kesehatan RI, 1991: 68)
C. Indikasi
Pemeriksaan darah lengkap (Departemen Kesehatan RI,1991: 68)
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Gelas berwarna sebagai warna standard.
2. Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22.
Skala merah untuk hematokrit.
3. Pengaduk dari gelas.
4. Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul.
5. Pipet pasteur.
6. Kertas saring/tissue/kain kassa kering.
7. Reagen.
8. Larutan HCL 0,1 N.
9. Aquades.
8
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Lakukan verifikasi data sebelumnya dan siapkan alat di dekat pasien dengan benar.
5
2. Cuci tangan. 53. Jelaskan tujuan
dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien.
5
4. a. Masukkan kira-kira 5 tetes (angka 2) HC1 0,1 n ke dalam tabung pengencer hemometer.
b. Desinfeksi ujung jari manis dengan tangan kiri/kanan pasien dengan kapas alkohol, tunggu beberapa saat hingga alkohol kering.
c. Tusuk ujung jari yang sudah di desinfeksi dengan lancet/jarum.
d. Rendam lancet/jarum dalam larutan klorin.
e. Hapus tetesan darah pertama dengan kapas
10
9
kering.f. Hisap darah
dengan pipet hemoglobin sampai angka 20mm, hati-hati jangan sampai ada gelembung udara.
5. Bersihkan ujung luar pipet dengan kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.
5
6. Masukkan ke dalam tabung Hb yang telah berisi larutan HCl 0,1 N
5
7. Darah dan HCl 0,1 N dicampur, dibilas pipet sampai bersih.
5
8. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HC1 yang jernih itu ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
5
9. Isi tabung dikocok sampai homogen supaya terjadi hematin asam yang berwarna
10
10
coklat tua (dalam waktu 3-5 menit).
10. Aquades ditambahkan setetes demi setetes diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia sampai warna sama dengan standart warna. Setiap kali penambahan aquades harus dikocok sampai homogen.
10
11. Kadar Hb dibaca dalam satuan gram/dl. Nilai normal: Pria : 14- 16 g/dl.Wanita : 12- 14 g/dl.
15
12. Lakukan evaluasi tindakan.
5
13. Bereskan alat-alat.
5
14. Cuci tangan. 515. Catat kegiatan
dalam lembar catatan perawatan.
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
11
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
12
PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
A. Definisi
Pemeriksaan panggul luar di lakukan pada ibu hamil primigravida yang di
curigai memiliki ukuran panggul yang kurang dari normal seperti pada ibu
dengan tinggi badan <145 cm, atau pada inspeksi panggul ibu terlihat kecil
atau sangat kurus. Jika di dukung oleh pemeriksaan panggul dalam kita dapat
memprediksikan apakah proses persalinan dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal (Benson, 2009: 41)
B. Tujuan
Mengetahui ukuran panggul luar (Benson, 2009: 41)
C. Indikasi
Indikasi menutur Benson (2009: 41) yaitu:
1. Pemeriksaan pertama pada ibu hamil.
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang
lalu.
3. Ibu akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksaan diri
terutama pada primi para.
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Jangka panggul.
2. Centi meter.
3. Alat tulis.
4. Status pasien.
13
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Beri salam, jelaskan tujuan tindakan kepada pasien.
5
2. Atur ruangan aman dan nyaman
5
3. Cuci tangan 54. Gunakan jangka
panggul untuk mengukur.Distantia SpinarumJarak antara spina iliaka anterior kiri dan kanan, ukuran normal 23-26 cm.
15
5. Distantia KristarumJarak yang terjauh antara krista iliaka kanan dan kiri, ukuran 26-29 cm.
15
6. Konjugata Eksterna (boudeloque)Jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung processus spinosus tulang lumbal V, ukuran 18-20 cm.
15
7. Dengan menggunakan cm mengukur lingkar panggul :Ukuran Lingkar PanggulDari pinggir atas simpisis ke pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan trochanter mayor sepihak dan kembali melalui tempat yang sama, di pihak lainnya ukuran 80-90 cm.
15
8. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam status pasien.
10
14
9. Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan.
5
10. Membersihkan alat dan lingkungan.
5
11. Cuci tangan. 5Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
15
MENGHITUNG TAKSIRAN BERAT JANIN
A. Definisi
Taksiran berat janin dianggap penting pada masa kehamilan karena
pertumbuhan janin intrauterine berlangsung tidak konstan, yaitu berlangsung
cepat pada awal masa kemudian melambat seiring bertambahnya usia
kehamilan dan berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
komplikasi selama persalinan pada ibu dan bayi seperti berat lahir rendah atau
berat lahir berlebih (Varney Hellen, 2008: 56)
Tinggi fudus adalah jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fudus
uteri. Pemeriksaan fudus dilaksanankan saat utereri sedang tidak dalam
keadaan kontraksi, bias dengan cara manual atau menggunakan pita lila
(Saifuddin, 2004: 34)
Pemeriksaan fudus uteri bertujuan untuk menentukan usia kehamilan,
menentukan tafsiran berat janin apakah ada hambatan pertumbuhan janin atau
tidak (Varney Hellen, 2008: 56)
B. Rumus menghitung berat janin dalam uterus menurut:
1. Rumus Lohnson.
a. Berat Janin (dalam gram)
Jika kepala belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP) = (tinggi fundus
uteri-12) x 155
b. Berat janin (dalam gram)
Jika kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP) = (tinggi fundus
uteri-11) x 155
2. Rumus Johnson Toshack
Taksiran berat janin (TBJ) = (TFU dalam cm-N) x 155.
N = 13 bila kepala belum melewati PAP.
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika.
N = 11 bila kepala sudah berada di bawah spina iskiadika.
16
3. Rumus : tinggi fundus (cm) – N x 155
a. HODGE I
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
b. HODGE II
N = 12 bila kepala berada diatas spina isciadika
c. HODGE III
N = 11 bila kepala berada dibawah spina isciadika
Contoh;
Diketahui TFU 26 cm
TBJ = (TFU-13) x 155
= (26-13) x 155
= 2015 gram
Sedangkan TBJ menurut TFU normal UK 7 bulan adaah
TBJ = (TFU-13) x 155
= (30-13) x 155
= 2636 gram
Menghitung taksiran berat janin (TBJ) dengan rumus diatas keakuratannya
akan meleset, karena faktor sebagai berikut:
1. Ketebalan didnding abdomen, ini membuat kita kesulitan dalam
menentukan lokasi fundus uteri.
2. Rumus ini tidak dikhususkan untuk wanita Indonesia, pola makan yg
berbeda akan menentukan besarnya janin.
17
MENGHITUNG USIA KEHAMILAN DAN
TAKSIRAN PARTUS
Cara yang dapat dilakukan untuk menghitung usia kehamilan yang memiliki
tingkat akurasi yang baik menurut Sarwono (2009: 54) berdasarkan kepada:
1. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
a. menghitung usia kehamilan berdasarkan HPHT hanya dapat dilakukan
apabila ibu hamil memiliki siklus haid normal dan teratur (28-30 hari).
b. Untuk mengetahui taksiran usia kehamilan berdasarkan HPHT dapat
menggunakan rumus NEAGELE. Perhitungannya dapat dipakai dengan
menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan
kelahiran dapat ditetapkan. Rumus Neagle dapat dihitung hari haid
pertama ditambah tujuh dan bulannya ditambah sembilan.
Jika siklus haid tidak teratur, untuk memperkecil kesalahan, harus
dikoreksi: Siklus haid pendek (26 hari). Bila perkiraan tanggal 12 Maret,
maka dimundurkan 2 haru, menjadi 14 hari. Siklus haid panjang (40 hari).
Bila taksiran 12 Maret, ditambah 12 hari, jadi 24 Maret. Untuk bulan yang
tidak bisa dikurang 3 (Januari, Februari, Maret(, ditambah 9 tapi tahunnya
tetap, karena dihitung berdasarkan keteraturan siklus haid pula, rumus
Neagle tidak bisa digunakan jika Anda hamil tidak lama setelah berhenti
minum pil.
2. Hari Perkiraan Lahir
a.Dengan menambahkan 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, kemudian
mengurangi 3 pada bulan dan menambahkan 1 pada tahunnya.
b. Sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari,
Februari dan maret maka bulannya ditambah 9, tapi tahunnya tetap tidak
ditambah atau dikurangi.
18
Contoh:
Jika HPHT anda adalah 16-11(Nov)-2008,
maka: 16 -11-08
+ - +
7 3 1
23 - 8 - 09 (ini tanggal HPL)
jadi taksiran waktu kelahiran adalah 23 Agustus 2009.
19
PEMERIKSAAN DJJ MANUAL DENGAN LEANEC
A. Definisi
Teknik pemeriksaan Denyut Jantung Janin dengan menngunakan alat
stethoscope monaural atau stethoscope leanec (Johnson & Taylor, 2004: 142).
Denyut jantung janin dikatakan normal bila berkisar antara 120-160x/menit,
dan dikatakan takikardi bila lebih dari 160x/menit dan brakikardi bila kurang
dari 120x/menit dan ini merupakan tanda bayi mengalami fetal distress
(Johnson & Wendy, 2004: 142)
B. Tujuan
Mengetahui frekuensi denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2004: 142)
C. Indikasi
Ibu hamil usia kehamilan 18-20 minggu (Johnson & Taylor, 2004: 142)
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Stetoscope Laenec.
2. Rekam medis.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Cuci tangan 52. Tutup sampiran 53. Jelaskan prosedur
yang akan dilakukan.
5
4. Atur posisi pasien berbaring terlentang
5
20
5. Beritahu ibu untuk meluruskan kaki
5
6. Buka pakaian ibu bagian perut.
5
7. Letakkan stetoscope pada perut ibu sesuai dengan situs bayi dan posisi punggung bayi
10
8. Stetoscope diletakkan secara tegak lurus pada dinding perut
10
9. Raba denyut nadi ibu pada pergelangan tangan
10
10. Pastikan detik jantung janin dengan cara membedakan bunyi yang didengar dengan denyut nadi ibu.
15
11. Hitung jumlah detik jantung janin per menit dengan benar (hitung detik jantung janin selama 5 detik hitung, berhentiselama 5 detik ,lakukan sampai 3 kali jumlahkan.hasilnya dikalikan 4 ).
20
12. Beritahukan hasil pemeriksaan pada ibu.Rapikan baju ibu.Catat hasilnya
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
21
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
22
MENGHITUNG DENYUT JANIN DENGAN
ALAT DOPPLER
A. Definisi
Menghitung denyut janin adalah tindakan untuk mengetahui frekuensi denyut
janin dalam rahim selama 1 menit dengan menggunakan alat dopller (Norwitz
& John, 2008: 252)
B. Tujuan
Tujuan menghitung DJJ menurut (Norwitz & Schorge, 2008: 252)
1. Mengetahui adanya denyut janin
2. Menghitung frekuensi denyut janin
C. Indikasi
Ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu (Norwitz & Schorge,
2008: 252)
D. Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut (Norwitz & Schorge, 2008: 252) yaitu:
1. Ibu hamil yang mengalami fetal death.
2. Ibu hamil dengan keluhan abortus.
E. Persiapan Alat
1. Doppler / funandoscope.
2. Jelly.
3. Tissue.
23
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
5
2. Menyiapkan pasien 53. Menyiapkan
lingkungan yang nyaman dan aman
5
4. Perawat mencuci tangan.
5
5. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang.
5
6. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan
5
7. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
10
8. Dengar detak jantung janin selama 1 menit,biladetak jantung janin a. 120-160 x /mnt
(Normal ).b. Dibawah
120x/mnt ( fetal bradicardy).
c. Diatas 160x/mnt (fetal takhicardy).
20
9. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan.
5
10. Beri penjelasan rencana tindakan sesuai hasil pemeriksaan.a.Hasil normal
(ANC rutin )b.Fetal
bradicardy/takhycardi, kolaborasi/ rujukan.
15
11. Bersihkan abdomen pasien dari jelly.
5
12. Pasien di persilahkan bangun, jelaskan
5
24
pemeriksaan telah selesai.
13. Cuci tangan. 514. Dokumentasi
tindakan.5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
25
PEMERIKSAAN PLANO TEST
A. Definisi
Tes untuk mendeteksi ada tidaknya hormon Human Chorionic Gonadotropin
(hCG), yaitu hormon yang dihasilkan oleh plasenta ketika seorang wanita
sedang hamil. Positif bila terdapat hormon hCG dalam sampel urine. Selain
pada kehamilan, hasil positif juga terjadi pada penyakit Germ Cell Tumors
and Trophoblastic (Sulaiman Sastrawinata, 2004: 72)
B. Tujuan
Mendeteksi ada tidaknya hormon Human Chorionic Gonadotropin (Hcg)
(Sulaiman Sastrawinata, 2004: 72)
C. Indikasi
-
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Test pack/stick plano test.
2. Wadah urin.
3. Tisu.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
10
2. Cuci tangan 53. Wadah urin
diserahkan pada pasien.
5
4. Minta pasien untuk 15
26
ke kamar mandi dan menampung urinnya ke dalam wadah, dan minta pasien untuk menyerahkan kembali kepada perawat.
5. Celupkan stick plano sampai batas ketentuan/ petunjuk.
15
6. Tunggu 2 – 3 menit.
10
7. Baca hasil.Bila strip 2 = positif.Bila strip 1 = negatif.
25
8. Rapikan alat. 59. Cuci tangan. 510. Dokumentasikan
hasil dan beritahu hasil pemeriksaan kepada pasien.
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
27
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
28
PEMERIKSAAN POTEIN URINE
A. Definisi
Pemeriksaan protein urin adalah salah satu pemeriksaan urin ibu hamil untuk
mengetahui ada tidaknya protein dalam urin (Baron, 2009: 176)
B. Tujuan
Mengetahui kadar protein dalam urin (Baron, 2009: 176)
C. Indikasi
Menurut Baron, (2009: 176) indikasi pada pemeriksaan urine yaitu:
1. Ibu hamil fisiologis.
2. Ibu hamil yang dicurigai preeklamsi (tekanan darah tinggi, udema kaki)
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Tabung reaksi.
2. Penjepit tabung reaksi.
3. Rak tabung.
4. Pipet tetes.
5. Corong.
6. Pipet volume.
7. Lampu spiritus/ Bunsen.
8. Beker glass.
9. Sarung tangan.
10. Asam Asetat 6%.
11. Urin patologis.
29
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Minta pasien untuk bekerjasama dalam hal ini anjurkan pasien untuk kencing dan menampung urine kedalam wadah urine.
5
2. Cuci tangan kemudian pasang sarung tangan dan siapkan alat.
5
3. Perhatikan apakah urine keruh atau jernih dan apabila keruh disaring dengan kertas penyaring.
5
4. Pemeriksaan protein urine dengan dipstick:
25
a. urin sewaktu.Masukkan urin dalam wadah urin dan celupkan dipstick (strip reangen) kedalam urin dan tunggu 60 detik serta amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna yang tersedia.b. spesimen urin 24 jam.Masukkan urin dlam wadah dan simpan dalam lemari pendingin dan jika perlu tambahkan bahan pengawet. Setelah 24 jam ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi otomatis,
30
5. Pemeriksaan protein urine dengan asam sulfosalisil:
25
a. Gunakan pipet untuk mengisi urine pada tabung 1 dan pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
b. Jepit Kedua tabung, miringkan dan panaskan bagian atas urin sampai mendidih
c. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
d. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya negative
e. jika urin dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
f. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
6. Cara menilai hasil :a. Tak ada
kekeruhan = -b. Ada kekeruhan
ringan tanpa butir-butir = + (protein 0,01-
25
31
0,05%)c. Kekeruhan
mudah terlihat dengan butir-butir = ++ (protein 0,05-0,2%)
d. Kekeruhan jelas dan berkeping-keping = +++ (protein 0,2-0,5%)
e. Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal = ++++(> 0,5%)
7. Cuci tangan, catat hasil pemeriksaan dan beritahukan hasilpemeriksaan pada pasien
10
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
32
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
33
PEMERIKSAAN REDUKSI URINE
A. Definisi
Pemeriksaan reduksi urin adalah salah satu pemeriksaan urin ibu hamil untuk
mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urin dengan menggunakan metode
benedict. (Soebroto ,G. 2002: 335)
Prinsip dasar glukosa dalam urine akan mereduksi garam kompleks dari
reagen benedict atau fehling (ion cupri direduksi jadi cupro) dan mengendap
dalam bentuk CuO dan Cu2O berwarna hingga merah bata.
B. Tujuan
Mengetahui terjadinya reduksi urine pasien untuk menentukan ada atau
tidaknya gula (glukosa) dalam urine (Soebroto ,G. 2002: 335)
C. Indikasi
Indikasi pada pemeriksaan reduksi urine menurut Soebroto. G (2002: 335).
1. Ibu hamil
2. Ibu hamil dengan riwayat DM
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Sarung tangan.
2. Tabung reaksi.
3. Rak tabung.
4. Penjepit tabung.
5. Pipet tetes.
6. Lampu spiritus.
7. Urine segar yang jernih.
8. Reagen: Benedict.
34
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5
2. Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
15
3. Ambil reagen benedict 5 ml dengan menggunakan pipet, masukkan ke dalam tabung reaksi
10
4. Tambahkan urine pada tabung reaksi 8 tetes dan kocok hingga rata.
15
5. Gunakan penjepit tabung, panaskan tabung tadi hingga mendidih antara 1 – 2 menit.
10
6. Simpan tabung tersebut dirak tabung, dan biarkan selama ± 5 menit
5
7. Baca dan Interprestasikan hasil:
20
a. Negative (-) : bila cairan dalam tabung tetap biru
b. Positif (+) a/ 1+ : bila cairan berwarna hijau di ikuti endapan warna kuning (kadar glukosa sedikit).
c. Positif (++) a/ 2+ : bila endapan kuning terlihat jelas dan banyak (kadar glukosa 02,5 %).
d. Positif (+++) a/ 3+ : bila cairan tidak berwarna diikuti dengan endapan kuning jingga
35
kecoklatan (kadar glukosa di atas 1%).
8. Cuci tangan 59. Catat hasil
pemeriksaan10
10. Beritahukan hasil pemeriksaan pada pasien
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
36
37
PEMERIKSAAN LEOPOLD
A. Definisi
Pemeriksaan palpasi Leopold merupakan suatu teknik pemeriksaan pada ibu
hamil dengan meraba perut ibu berdasarkan teori yang dikembangkan oleh
Leopold (Sarwono, 2010: 213).
B. Tujuan
Menurut (Sarwono, 2010:213) tujuan yaitu:
1. Mengetahui posisi / letak janin.
2. Mengetahui tinggi fundus uteri.
3. Mengetahui bagian-bagian dari janin.
4. Mengetahui usia kehamilan.
5. Mengatahui kondisi janin.
6. Mengetahui DJJ.
C. Indikasi
Ibu hamil dengan usia kehamilan >20 minggu(Sarwono, 2010:213).
38
D. Kontra Indikasi
Ibu hamil yang sedang mengalami his(Sarwono, 2010:213).
E. Persiapan Alat
1. Midline.
2. Funandoskop / Dopller.
3. Selimut.
4. Status pasien (format).
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Persiapan alat dan tempat.
5
2. Jelaskan prosedur pada ibu dan anjurkan ibu untuk berbaring telentang di tempat tidur.
5
3. Leopold I 20a. Mengetengahka
n uterus dengan kedua tangan.
b.Menentukan batas fundus uteri.
c. Mengukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur.
d.Menentukan bagian janin yang berada di fundus uteri.
4. Leopold II 20a. Menentukan batas
samping kiri dan kanan uterus.
b. Menentukan bagian janin yang berada di fundus uteri.
5. Leopold III 20a. Menentukan
bagian terendah
39
janin, kepala atau bokong.
b. Menentukan bagian terbawah, janin sudah masuk PAP atau belum.
6. Leopold IV 20Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin sudah masuk PAP.
7. Rapikan pasien. 58. Dokumentasikan
hasil dan beritahu hasil pemeriksaan kepada pasien.
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
40
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00PENERIMAAN PASIEN DI RUANG BERSALIN
A. Definisi
Penerimaan pasien merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam
menerima pasien masuk. Penerimaan pasien merupakan suatu prosedur yang
dilakukan oleh perawat ketika ada pasien datang ke sebuah ruangan perawatan
(Depkes, 2006 : 77)
B. Tujuan
Tujuan dari penerimaan pasien menurut (Depkes, 2006 : 77)
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga.
2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk Rumah Sakit.
C. Indikasi
Menerima pasien berasal dari poliklinik, gawat darurat, bangsal lain, rumah
sakit lain dan ditempat lain (Depkes, 2006 : 77)
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Buku penerimaan pasien.
2. Status pasien.
3. Termometer.
4. Tensimeter, stetoskop.
41
5. Fundeskop/dopler.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Menyambut pasien dengan mengucapkan salam.
5
2. Perkenalkan diri. 53. Tulis pada bukti
penerimaan pasien baru.
5
4. Berikan penjelasan peraturan RS dan kartu tunggu keluarga.
5
5. Antarkan pasien ke tempat tidur, mengantar pasien ke kamar mandi untuk cuci kaki dan BAK.
5
6. Ganti pakaian pasien dengan blus dan kain panjang tanpa pakaian panjang dari RS.
5
7. Perawat mencuci tangan.
5
8. Lakukan anamnesaa. Lakukan
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi).
b. Lakukan pengkajian terhadap his (kekuatan, tama, interval)
c. Periksa DJJ, lokasi, frekuensi, intensitas
d. Identifikasi kelainan.
20
42
e. Penafsir berat badan janin.
f. Identifikasi disproporsi janin – panggul.
9. Tentukan prognosa. 1010. Rumuskan diagnosa
keperawatan.5
11. Buat rencana keperawatan.
5
12. Lakukan tindakan keperawatan sesuai masalah.
5
13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
10
14. Rapikan pasien dan bereskan alat.
5
15. Cuci tangan. 5Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
43
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
PEMERIKSAAN DALAM (VAGINA TOUCHER)
A. Definisi
Periksa dalam (vagina toucher) adalah melakukan pemeriksaan dalam dengan
2 jari (jari telunjuk & jari tengah) ke dalam vagina (Chrisdiono, 2004: 34).
B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan dalam antara lain menurut Chrisdiono (2004:34):
1. Keadaan vulva dan vagina.
2. Keadaan portio.
3. Pembukaan.
4. Penipisan.
5. Selaput Ketuban.
6. Presentasi janin.
7. Denominator .
8. Penurunan bagian terendah.
44
9. Keadaan jalan lahir (promontorium, spina ishciadica, linea inominata,
arcus pubis).
C. Indikasi
Indikasi menurut Chrisdiono (2004:34) antara lain:
1. Bila ketuban pecah sebelum waktunya.
2. Evaluasi kemajuan persalinan.
3. Bila didapatkan tanda tanda kala II.
4. Penilaian pelvimetri primi muda pada kehamilan aterm.
D. Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut Chrisdiono (2004:34) antara lain:
1. Pada Haemorragi ante partum.
2. Wanita yang masih belum menikah (virgin).
3. Infeksi pelvik yang berat.
E. Persiapan Alat
1. Sarung tangan.
2. Kapas savlon.
3. Kidney basin.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Persiapan alat, tempat dan pasien.
5
2. Cuci tangan, pasang sarung tangan.
5
3. Bersihkan vulva. 54. Lihat keadaan vulva
yaitu, cairan/lendir, perdarahan (jangan diperiksa bila ada perdarahan), luka, air ketuban, varises, kutil/tanda PMS.
10
5. Pegang labia agar 10
45
terbuka dengan tangan yang tidak memeriksa, masukkan telunjuk dan jari tengah kedalam vagina perlahan-lahan dan nilai adanya dilatasi dan ketebalan serviks, selaput ketuban masih ada atau sudah pecah, serta bagian terendah janin yaitu posisi (denominator), penurunan bagian terbawah janin dan moulase.
6. Nilai keadaan jalan lahira. Raba
promontorium ( bila teraba ukur konjugata diagonalis nilai normal 12 cm ).
b. Raba spina ishiadika ( jarak kedua spina normal > atau = 10 cm).
c. Raba linea inominata ( panggul normal hanya bisa teraba dibawah 1/3 bagian )
d. Raba lengkung arkus pubis ( arcus pubis >90 derajat bila kedua jari dapat diletakan sejajar ).
e. Raba keadaan sakrum.
15
7. Keluarkan kedua jari tangan dengan perlahan.
10
8. nilai adanya cairan/darah pada sarung tangan.
10
9. Masukan tangan ke 10
46
dalam klorin,lepas sarung tangan secara terbalik.
10. Cuci tangan. 511. Jelaskan semua
temuan pada ibu dan catat dalam status.
5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
47
PETUNJUK PENGGUNAAN PARTOGRAF
A. Definisi
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi dalam menentukan keputusan klinik (Klein & Thomson, 2009:
32)
B. Tujuan
Menurut Klein & Thomson (2009: 33) tujuan penggunaan partograf yaitu:
1. Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dan mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan,
bahan yang medika mentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik tindakan yang di berikan.
C. Indikasi
Menurut Susan & Thomson (2009: 33) indikasi penggunaan partograf yaitu:
1. Semua ibu dalam fase aktif Kala I persalinan (Fase laten: Pembukaan
serviks kurang dari 4cm dan Fase aktif: Pembukaan serviks dan 4-10cm)
dan merupakan elemen penting dan asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik normal/ patologis. Partograf
sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan, baik persalinan normal/ dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan Kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, RS, dll).
3. Secara rulin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses Kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri,
Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
48
4. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta
membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka.
D. Kontra Indikasi
Menurut Susan Klein dan Fiona Thomson (2009: 33) Kontra indikasi
penggunaan partograf yaitu:
1. Partus prematurus.
2. Pada saat MRS pembukaan > 9 cm.
3. SC elektif.
4. Saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat.
5. Bekas seksio sesar 2 kali.
6. Bekas seksio sesar klasik.
7. Kasus preeklampsia dan eklampsia.
E. Persiapan Alat
1. Lembar Partograf
2. Alat tulis
3. Alat-alat instrument
4. Pita sentimeter
5. Kenali lembar partograf dengan baik
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Isi nomor register, nama klinik, identitas pasien, tanggal waktu masuk, ada riwayat keluar air ketuban atau tidak, waktu dimulai kontraksi uterus ( mules –
5
49
mules )2. Buat kesimpulan
saat pemeriksaan dan cantumkan hasil pemeriksaan dilatasi serviks terlebih dahulu ketika pasien masuk fase aktif ( pembukaan serviks > 4 cm)
10
3. Beri tanda (X) pada angka sesuai denga hasil pemeriksaan dilatasi serviks
5
4. Memasukan data Pembukaan serviks diletakkan pada garis waspada
5
5. Cantumkan pada waktu pemeriksaan sesuai dengan tanda X pada dilatasi/setiap kali kotak menunjukkan 1 jam
5
6. Cantumkan penurunan kepala dengan tanda (O) pada garis sesuai pembukaan serviks pemakai sistem perlimaan
5
7. Gambarkan kontraksi yang terjadi pada garis yang sama dengan pembukaan serviks ( penilaian tiap 30 menit )
10
a.His < 20 dtk
b.His 20-40 dtk
c.His > 40 dtk
8. Cantumkan warna air ketuban sesuai dengan yang ditemukan ( U, J, M, K, D )
10
9. Catat moulase kepala, dengan memberi tanda ( 0, 1,2,3 ) pada kotak
10
50
dibawah catatan keadaan ketuban
10. Catat bunyi jantung janin sesuai dengan garis dilatasi serviks dengan membubuhi tanda titik ( • ), sambungkan tiap titik dari hasil pemeriksaan 30 menit sekali.
10
11. a. Catat nadi, tekanan darah suhu tubuh dan obat-obatan atau cairan pada kolom yang telah disediakan
10
b. Penilaian kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam (atau bila ada indikasi )
12. Pada pengawasan persalinan normal pemantauan dilatasi serviks dengan partograf selalu berada disebelah kiri garis waspada, bila penilaian sudah menyentuh garis waspada atau melampaui garis waspada maka harus segera dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter ( rujukan ),.
10
13. Setelah persalinan, lengkapi partograf yang belum yaitu pada lembar kedua ( bagian belakang partograf ),bila telah lengkap sertakan pada status pasien
5
Total 100
51
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
52
CATATAN:
A. Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus
lebih sering dilakukan.
53
B. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan
instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin
kuat dan frekuensinya meningkat.
C. Pencatatan Selama Fase Aktif KALA 1 :
1. Informasi Tentang Ibu:
a. Nama, Umur, Gravida, Abortus (keguguran), Nomer catatan medis
atau Nomer puskesmas;
b. Tanggal dan waktu mulai di rawat atau jika di rumah, Tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu), Waktu pecahnya
selaput ketuban.
2. Kondisi Janin:
DJJ, Warna dan adanya air ketuban, penyusutan (molase) kepala janin.
3. Penurunan:
Bagian terbawah atau presentasi janin, Garis waspada dan garis bertindak.
4. Jam danWaktu:
Waktu mulainya fase aktif persalinan dan Waktu aktual saat pemeriksaan /
penilaian
5. Kontraksi Uterus:
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menitdan Lama kontraksi (Dalam
detik).
6. Obat-obatan dan Cairan yang Di berikan:
Oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV yang di berikan.
7. Kondisi Ibu:
TTV dan Urin (volume, aseton atau protein).
8. Asuhan, pengamatan dan kaputusan klinik lainnya (Catat dalam kolom
yang tersedia di sisi partograf/ di catatan kemajuan persalinan).
D. Mencatat Temuan Pada Pastograf :
1. Informasi Tentang Ibu
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : Jam /pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu
pecahnya selaput ketuban.
54
2. KondisiJanin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan DJJ, air ketuban
dan penyusupan (kepalajanin).
a. Denyut Jantung Janin
1) Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan
waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis
tegas dan bersambung.
2) Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila
DJJ mengarah hingga 120 atau 160. untuk tindakan segera yang
harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat
tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dan kedua sisi partograf.
b. Warna dan Adanya Air Ketuban
1) Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan VT dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan dalam
kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini:
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah).
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih.
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium.
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah.
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering).
55
2) Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan
seksama untuk mengenali tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda gawat janin (DJJ < 100/ >180) ibu
segera di rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan BBL.
3) Penyusupan (Metase) Tulang Kepala Janin
a) Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan /
tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
risiko disproporsi kepala-panggul (CPada). Ketidakmampuan
untuk berakomodasi / disproporsi di tunjukkan melalui
derajat penyusupan / tumpang tindih (molase) yang berat
sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk di
pisahkan.
b) Apabila ada dugaan disproporsi kepala-pinggul maka penting
untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai
dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul
(CPada) ke fasilitas kesehatan rujukan.
c) Setiap kali melakukan periksa dalam nilai penyusupan antar
tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di
palpasi.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
56
dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0 - 10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan
kotak tersendiri. Setiap angka/ kotak menunjukkan besarnya pembukaan
serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya,
menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga
menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan
jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf setiap temuan dan setiap pemeriksaan.
Tanda ‘X’ harus di cantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang
sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif
persalinan yang di peroleh dan hasil periksa dalam.
2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktií persalinan, temuan
(pembukaan serviks) dan hasil periksa dalam harus di cantumkan
pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks
(hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda‘x’ pada ordinat / titik
silang garis dilatasi serviks dan garis waspada. Hubungkan tanda ‘x’
dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah janin
1) Setiap kali melakukan VT (setiap 4 jam), atau lebih sering jika di
temukan tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan
57
kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
2) Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu
diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya,
penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks mencapai 7 cm.
3) Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera
disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda
‘0’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5
maka tuliskan tanda “0” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘0’ dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
1) Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm clan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap di harapkan terjadi
jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
2) Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan ≤1 cm/ jam), maka harus di pertimbangkan
adanya penyulit (Ex: Fase aktif yang memanjang, serviks kaku,
atau inersia uteri hipotonik, dll).
3) Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang
diperlukan, Misalnya : Persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan (RS / puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk
menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
4) Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4
jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlampaui.
58
d. Jam dan waktu
1) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang di beri angka 1 - 12. Setiap kotak
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
a) Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tentera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan.
b) Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkeitan dengan 2
kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur untuk
pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas yang lajur
kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah.
c) Saat ibu masuk datam fase aktif persalinan, cantumkan
pembukaan serviks di garis waspada.
d) Catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan
pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan
tanda ‘X’ di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6
yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan
(kotak ketiga dan kiri).
e. Kontraksi uterus
1) Di bawah lajur waktu partograf, terclapat 5 kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik.
2) Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan di
sesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dan hasil
59
pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu keti 10 menit, maka lakukan pengisian
pada 3 kotak kontraksi
f. Obat-Obatan Dan Cairan Yang Di berikan
1) Oksitosin
Jika tetesan (drif) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap
30 menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan
IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2) Obat-obatan lain dan cairan IV.
Catat pemberian obat tambahan dan/ atau cairan IV dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
g. Kondisi lbu
Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh. Angka di sebelah kiri bagian
partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika di duga adanya penyulit). beri tanda titik ( . ) pada
kolom waktu yang sesuai.
2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika di duga adanya penyulit). Beri tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau di duga adanya infeksi) setiap 2 jam
dan catat temperature tubuh pada kotak yang sesuai.
h. Volume urin, protein dan aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
60
E. Asuhan, Pengamatan dan Keputusan Klinik:
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar
kolom partograf, /buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan / atau keputusan klinis mencakup:
1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter
umum).
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
F. Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf:
1. Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan Kelahiran, serta tindakan yang
dilakukan sejak persalinan Kala I hingga Kala IV (termasuk bayi baru
lahir).
2. Itutah sebabnya bagian ini di sebut sebagai Catatan Persalinan.
3. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala 4 untuk memungkinkan penolong
pensalinan mencegah terjadi penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai.
4. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutama pada pemantauan Kala 4 (mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah di isi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai sejauh mana
dilakukan Pelaksanaan asuhan persalinan aman.
61
G. Catatan persalinan adalah terdiri dan unsur-unsur berikut:
Data dasar, kala I, kala II, Kala III, Bayi baru lahir, Kala IV.
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus di isi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini di isi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar
belakang partograf secara lebih terinci di sampaikan menurut unsur-unsumya
sebagai berikut.
1. Data Dasar
Terdiri dan tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, atasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada
saat merujuk. isi data pada masing tempat yang telah di sediakan, atau
dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2. Kala I
Terdiri dari pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil peratalaksanaan
tersebut.
3. Kala II
Terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, disrosia bahu,
masalah penyerta, peratalaksanaan dan hasilnya.
4. Kala III
Terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir
>30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan
dan beri tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
5. Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, maslah
penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat
62
yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
6. Kala IV
Berisi data tentang TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk
menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascs persalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam
pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya.
Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan
mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan.
63
MENJAHIT LUKA EPISIOTOMI
A. Definisi
Menjahit luka episiotomy adalah teknik menyatukan jaringan perineum yang
mengalami ruptur / robekan setelah diepisiotomi (Achadiat, 2004: 56)
B. Tujuan
Menjaga kontinuitas jaringan perineum, mencegah ruptur yang lebih luas dan
mencegah infeksi (Achadiat, 2004: 56)
C. Indikasi
Perineum yang mengalami ruptur/robekan atau telah diepisiotomi (Chrisdiono
M.Achadiat, 2004: 56)
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Set Jahit Perineum Steril terdiri:
a. Duk steril 2 buah.
b. Nald Voeder 1 buah.
c. Jarum segitiga dan bulat 1 buah.
d. Klem 1 buah.
e. Pincet Cirurgie dan anatomi 1 buah.
2. Kapas berekor (tampon) 1 buah.
3. Depres 5 buah.
4. Gunting benang.
5. Cucing / kom tempat disinfektan.
6. Sarung tangan steril 1 pasang.
7. Larutan disinfektan (betadine).
8. Benang jahit dalam tempat (cat gut + zelde).
64
9. Korentang dalam tempat, bengkok 2 buah.
10. Celemek plastik.
11. Anastesi lokal (Procain / licain) syringe 5 cc.
12. Paskaian bersih dan pembalut.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Jalaskan prosedur tindakan.Siapkan peralatan, atur posisi litotomi, letakkan alas dibawah bokong serta tutup pintu atau pasang tirai untuk privasi.
15
2. Cuci tangan, pakai celemek sarung tangan.
10
3. Anestesi Lokal :a.Beritahu ibu akan
disuntik.b.Tusukkan jarum
suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
c.Aspirasi pastikan tidak ada darah yang terhisap.
d.Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
e.Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina,
25
65
lakukan aspirasi lagi dan suntikan sambil menarik jarum ke arah luar
f. Ulangi langkah no. 12 s/d 15pada sisi luka sebelahnya.
g.Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan.
4. Penjahitan Robekana.Lakukan inspeksi
vagina dan perineum untuk melihat robekan.
b.Jika ada perdarahan yang membasahi luka episiotomi, pasang tampon atau kasa ke dalam vagina.
c.Tempatkan jarum jahit pada Naldpoeder, kemudian kunci.
d.Pasang benang No. 02 / 03 pada mata jarum.
e.Tentutak batas ujung luka episiotomi
f. Lakukan penjahitan pertama ± 1 cm di atas puncak luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa ± 1 cm.
g.Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran himen.
25
66
h.Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran himen hingga menembus luka robekan bagian perineum.
i. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke bagian bawah luka.
j. Jahit jaringan subkutis dengan cara zig-zag kanan-kiri ke arah atas hingga tepat di muka lingkaran himen.
k.Tusukkan jarum dari depan lingkaran himen ke mukosa vagina di belakang lingkaran himen. Buat simpul mati di belakang lingkaran himen dan potong benang hingga tersisa ± 1 cm.
l. Bila menggunakan tampon/kasa di dalam vagina, keluarkan tampon/kasa. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan rabalah dinding atas rektum.
5. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
15
6. Bereskan peralatan. 57. Cuci tangan. 5
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
67
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
68
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
A. Definisi
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu
bersalin dengan dasar asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan
setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca persalinan, hipotermi dan asfiksi bayi baru lahir (Depkes, 2007: 124)
B. Tujuan
Menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan
interval yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diiginkan (JNPK-KR, 2007: 56)
C. Indikasi
Pada ibu yang akan melahirkan spontan (Depkes, 2007: 124)
D. Kontra Indikasi
Adanya penyulit persalinan normal (Depkes, 2007: 124)
E. Peralatan
Untuk asuhan bayi baru lahir :
1. Tempat yang datar, kering , bersih dan hangat.
2. 3 handuk / kain bersih dan kering.
3. Alat penghisap lender.
4. Lampu sorot 60 waat dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu :
1. Menggelar kain di perut ibu.
2. Menyiapkan oksitosin 10 unit.
3. Alat suntik steril dalam partus set.
69
F. Prosedur
Langkah/Tugas
Melihat tanda dan gejala Kala II1. Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan Kala II
a. Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneranb. Ibu merasa adanya tekanan pada anusc. Perineum menonjold. Vulva dan anus membuka
Menyiapkan pertolongan persalinan2. Pastikan kelengkapan peralatan bahan dan obat obat essensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksanan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir Untuk asuhan bayi baru lahir :a. Tempat yang datar, kering , bersih dan hangatb. 3 handuk / kain bersih dan keringc. Alat penghisap lenderd. Lampu sorot 60 waat dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.Untuk ibu :a. Menggelar kain di peryt ibub. Menyiapkan oksitosin 10 unitc. - Alat suntik steril dalam partus set.
3. Pakai celemek plastic , bahan yang tidak tembus air4. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai , cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan steril6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung
tangan steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik )
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik7. Melakukan vulva hygiene8. Melakukan pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah lengkap dan ketuban masih
utuh lakukan amniotomi9. Dekontaminasi sarung tangan, lepaskan buang ke tempat sampah dalam keadaan
terbalik, cuci tangan keringkan10. Periksa DJJ setelah uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam
batas normal.a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normalb. Mendokumentasikan hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan di pemeriksaan
dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran11. Memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan telah lengkap dan janin cukup baik.
Kemudian bantu ibu menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. Ibu dalam posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.a. Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his, menyesuaikan pimpinan
meneran dengan kecepatan lahirnyab. Mendukung usaha ibu untuk meneranc. Memberi ibu kesempatan istirahat di saat tidak ada his (diantara his) d. Meminta bantuan keluarga untuk memberi ibu minum saat istirahate. Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai
70
f. Mendukung usaha ibu untuk meneran1) Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran tunggu hingga ibu
mempunyai dorongan kuat untuk meneran (maksimum 60 menit). Ibu dapat dianjurkan untuk ganti posisi meneran miring, jongkok, atau merangkak
2) Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2 jam-primipara/ 1 jam-multipara, segera lakukan rujukan
13. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman . Jika ibu merasa belum ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Janin14. Saat kepala janin terlihat pada vagina dengan diameter 5-6cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut bayi15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu16. Membuka tutup partus set17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Menolong Kelahiran BayiA. Lahirnya Kepala18. Saat sub-oocciput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum
dengan diatas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir (minta ibu untuk tidak meneran dengan bernafas pendek-pendek)
19. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat. (ambil tindakan yang sesuai jika hal tersebut terjadi) selanjutnya segera lanjutkan proses kelahiran bayi.a. Jika tali pusat melilit secara longgar lepaskan lilitan lewat bagian atas kepal bayi.b. jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali
pusat diantara kedua klem tersebut.20. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.B. Lahirnya Bahu21. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparetal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala bayi kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kea rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
22. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
23. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bawah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
Asuhan Bayi Baru Lahir24. Lakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi cukup bulan?b. Apakah bayi menangis kuat / bernafas tanpa kesulitan?c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut kearah resusitasi pada pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
25. Keringkan tubuh bayi Keringkan tubuh bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh llainnya ( kecuali telapak tangan) tanpa membersihkan vorniks.Ganti handuk basah dengan handuk yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi yang aman di atas perut ibu.
26. Periksa kembali lagi uterus dan pastikan kehamilan tunggal27. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitsin agar kontraksi uterus membaik28. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 distal
lateral paha29. Setelah 2 menit setelah bayi lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada sekitar
71
5cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geserhingga 3cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lainnya untuk mendoronng isi tali pusat kearah ibu( sekitar 5cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2cm distal dari klem yang pertama.
30. Pemotongan dan pengikatan tali pusata. Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.b. Ikat tali pusatc. Lepaskan klem dan letakkan di wadah yang telah disediakan
31. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi. (IMD)
Managemen Aktif Kala III Persalinan32. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva33. Meletakkan tangan kiri diatas simfisis menahan bagian bawah uterus, sementara
tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem dengan jarak 5-10cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu ( di atas simfisis) untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk meregangkan tali pusat.
35. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsal cranial
36. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketubanBila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk menarik robekan selaput ketuban tersebut keluar atau masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam vagina untuk melepaskan sleaput ketuban keluar dari mulut rahim
Massage Uterus37. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massage pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian pelamar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan38. Sambil tangan kiri melakukan massase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan
bagian fetal dengan tangan untuk memastikan bahwa seluruh kontidelon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan kedalam kantong plastik yang tersediaBila plasenta tidak lahir atau ada perdarahan, lakukan prosedur manual plasentaBila kontraksi uterus tidak baik setelah 15 detik dilakukan massase, mulai kompresi bimanual interna
39. Memeriksa apakah ada robekan pada intronitus vagina dan perineum yang menimbulkan perdarahan aktif
40. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan
Asuhan Pascapersalinan41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak ada perdarahan pervaginam.42. Celupkan tangan yang masih memekai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi43. Melanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan
tanda vital ibua. 2-3 kali dalam 10 menit pertama
72
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pastikanc. Setiap 20-30 menit pada jam kedua kontraksi uterus
Bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan massase uterus dan beri metal ergometrin 0,2 mg intramuskular
44. Mengajarkan ibu/ keluarga untuk memeriksa/ merasakan uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik
45. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi46. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu
Bila terdapat robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
Kebersihan dan Keamanan47. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam klorin 0,5%48. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai49. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lender dan darah dan menggantikan
pakaiannya dengan pakaian bersih/kering50. Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI dan memberitahu
keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum51. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%52. Membersihkan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik53. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir54. Pakai sarung tangan bersih / DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi55. Dalam satu jam pertama, beri salep / tetes mata profilaksis infeksi, Vitamin K 1mg IM
paha kiri bawah lateral56. Periksa fisik bayi baru lahir57. Setelah 1 jam pemberian Vitamin K , berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha
kanan bawah lateral58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau
handuk pribadi yang bersih dan kering60. Melengkapi partograf
73
PEMERIKSAAN PLASENTA
A. Definisi
Inspeksi dan pemeriksaan plasenta serta membrane ketuban secara
menyeluruh segera setelah pengeluaran plasenta dan membran ketuban terkait
kelengkapan dan kenormalannya (Jacob et, al 2014: 303)
B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan plasenta menurut Jacob et,al (2014: 303)
1. Memastikan keseluruhan plasenta dan mebran ketuban sudah keluar dan
tidak ada sisa yang tertinggal.
2. Memastikan plasenta mempunyai ukuran , bentuk,konsistensi dan berat
yang normal.
3. Mendeteksi kelainan apapun seperti infark kalsifikasi atau adanya lobus
tambahan.
4. Memastikan panjang tali pusat, jumlah pembuluh darah dan lokasi
masuknya tali pusat.
5. Memeriksa berat plasenta dan mengukur panjang tali pusat.
C. Indikasi
-
D. Kontra Indikasi
-
E. Persiapan Alat
1. Plasenta dalam mangkuk.
2. Permukaan yang dapat dibersihkan untuk meletakkan plasenta agar dapat
diperiksa.
3. Timbangan.
4. Pita pengukur.
74
5. Kidney basin.
6. Sarung tangan bersih.
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Pakai sarung tangan 52. Pegang plasenta
pada bagian tali pusatnya dengan memutar dua kali di jari-jari sehingga membrane ketuban tergantung. Periksa kelengkapannya.
10
3. Identifikasi lubang bundar dimana bayi keluar
5
4. Masukkan tangan lewat lubang tersebut dan lebarkan jari-jari tangan untuk melihat membrane ketuban dan pembuluh-pembuluh darahnya
5
5. Keluarkan tangan dari dalam membrane dan baringkan plasenta pada permukaan datar dengan permukaan plasenta janin menhadap ke atas. Identifikasi lokasi masukkanya tali pusat
10
6. Periksa kedua membrane, amnion dan korion untuk melihat kelengkapannya dan keberadaan pembuluh-pembuluh darah abnormal yang menandakan adanya lobus suksenturiata
10
75
7. Balikkan plasenta, paparkan permukaan plasenta maternal dan buang bekuan darah yang ada
5
8. Periksa permukan plasenta maternal dengan melebarkan di kedua telapak tangan anda dan dekatkan kotiledon-kotiledon yang ada (potongan-potongan yang hilang harus dirapikan kembali sebelum melakukan pemeriksaan lanjut)
10
9. Periksa ada tidaknya abnormalitas seperti infark, kalsifikasi atau lobus suksenturiata
10
10. Insepeksi ujung potongan tali pusat untuk memastikan adanya tiga pembuluh darah umbilical
10
11. Ukur panjang tali pusat dengan memegangua secara memanjang pada skala meter
5
12. Timbang plasenta dengan meletakkanya di atas timbangan
5
Letakkan plasenta di tempat sampah untuk dibuang atau ditanam di tanah
13. Bershkan area yang digunakan untuk memeriksa plasenta dan membrane, timbangan dan mangkuk.
5
14. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
5
Catat hasil pemeriksaan.
Total 100
76
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam, menyapa
pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
77
MEMBANTU MEMASUKKAN ALAT KONTRASEPSI
KE DALAM RAHIM (COPPER T)
A. Definisi
Memasukkan alat yang dirancang khusus ke dalam rongga uterus
seorang wanita subur yang ingin mencegah kehamilan selama periode waktu
tertentu (Saifuddin,2006: 64)
B. Tujuan
Tujuan menurut Saifuddin (2006: 64) adalah:
1. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Memberi jarak antar kehamilan.
C. Indikasi
Menurut Saifuddin (2006: 64) indikasi pemakaian AKDR yaitu:
1. Perempuan yang telah memilih anak atau pun yang belum.
2. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
3. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi
dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5. Perempuan pasca persalinan.
6. Perempuan pasca keguguran.
7. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
8. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
9. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
D. Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut Saifuddin (2006: 64) adalah:
1. Absolut.
a. Dugaan kehamilan.
78
b. Penyakit inflamasi panggul.
c. Perdarahan pervagina tanpa etiologi yang jelas.
d. Riwayat kehamilan ektopik.
2. Relatif
a. Anemia.
b. Menoragia.
c. Riwayat penyakit inflamasi panggul.
d. Distorsi rongga uterusakbita malformasi congenital, fibroid.
E. Peralatan
1. Set Alat memasukkan AKDR yang sudah disterilasasi.
2. Nampan steril berisi.
a. Speculum vagina (cuscos) 1 buah.
b. Vulsellum 1 buah.
c. Dilator uterus 1 buah.
d. Forceps penjepit kasa 2 buah.
e. Mangkuk berisi kapas uap steril.
f. Sarung tangan steril.
g. Gunting .
h. Larutan desinfektan.
i. Kidney basin.
F. Prosedur
1. Jelaskan prosedur AKDR.
2. Siapkan alat. Masukkan lengan AKDR (cu-T 380 A) di dalam kemasan
sterilnya.
a. Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang.
b. Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh
benda tidak steril.
c. Letakkan kemasan pada tempat yang datar.
d. Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR.
79
e. Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong inserter samapai ke
pangkal lengan sehingga lengan akan melipat.
f. Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik
tabung inserter dari bawah lipatan lengan.
g. Angkat sedikit tabung inserter, dororng dan putar untuk memasukkan
lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
3. Posisikan pasien telentang dengan lutut ditekuk dan bokong berada pada
tepi meja (posisi litotomi). Berikan privasi dan tutupi tubuh pasien dengan
benar.
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
5. Pemasangan AKDR
a. Pasang spekulum cocor bebek untuk melihat serviks.
b. Bersihkan serviks dengan antiseptic 2-3 kali.
c. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati- hati.
d. Masukkan sonde uterus dengan tehnik “ tidak menyentuh “ ( no touch
technique ) yaitu secara hati- hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun
bibir spekulum.
e. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde ukur
kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter,
kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan.
f. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
g. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
h. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawel
yaitu menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong
dengan tetap menahan pendorong.
i. Keluarkan pendorong, kemudian inserter didorong kembali kedalam
servik sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa tahanan.
80
j. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3-4 cm.
k. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi.
l. Lepaskan tenakulum dengan hati- hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%.
m. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-60 detik.
6. Rendam seluruh alat dilarutan dekontaminasi. Celupkan tangan ke cairan
ekontaminasi, buang dalam keadaan terbalik. Cuci tangan.
7. Biarkan pasien relaks kurang lebih 15 menit sebelum mengijinkan pulang.
8. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
81
CARA PEMASANGAN IMPLANT
A. Definisi
Teknik memasang kontrasepsi implant dengan teknik septik dan aseptik di
lengan pasien Saifuddin,( 2006: 53)
B. Tujuan
Tujuan untuk memasang alat kontrasepsi implant di lengan pasien Saifuddin,
( 2006: 53)
C. Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006: 56) dapat dilakukan pada :
1. Perempuan yang telah memilih anak atau pun yang belum.
2. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
3. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi
dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5. Perempuan pasca persalinan.
6. Perempuan pasca keguguran.
7. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
8. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
9. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
D. Kontra Indikasi
Menurut Saifuddin (2006: 57) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant
adalah sebagai berikut :
1. Perempuan hamil atau diduga hamil.
2. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas
penyababnya.
82
3. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
4. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
5. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
E. Peralatan
Peralatan dan Instrumen Untuk Insersi:
1. Meja periksa.
2. Alat penyangga lengan k/p.
3. Batang implan dalam kantong.
4. Kain penutup steril.
5. 1 pasang handscoen steril.
6. Sabun untuk mencuci tangan.
7. Larutan anti sepilik (mis.betadin), Cucing.
8. Zat anastesi lokal (kensentrasi 1% tanpa epinefrin).
9. Syreng(5 - 10 cc), jarum (22 G) ukuran 2,5 - 4cm (1 - 1 % inch).
10. Trokar 10 dan madrin.
11. Skalpel 11 atau 15.
12. Kassa steril dan pembalut , Plester.
13. Efinefrin (harus tersedia untuk kaperluan darurat).
14. Klem penjepit k/p.
15. Bak/ tempat instrumen tertutup.
F. Prosedur
1. Beri Salam dan jelaskan prosedur tindakan.
2. Persiapan Pemasangan:
a. Persilahkan pasien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang
mengalir serta membilasnya.
b. Tutup tempat tidur diberi (dan penyangga lengan atau meja samping
bila ada) dengan kain bersih.
83
c. Persilahkan pasien berbaring dengan lengan yang lebih jarang
digunakan (misalnya: Lengan kiri) di letakkan pada penyangga
lengan.Letakkan kain bersih dan kering dibawah lengan pasien dengan
benar.
d. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas Lipatan siku.
e. Berikan tanda pada tempat pemasangan denga pola kaki segi tiga
terbalik untuk memasang kapsul implant-2 ( 40 mm).
f. Siapkan alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat di
dalamnya.
g. Buka dengan hati-hati kemasan steril implant dengan menarik kedua
lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk
steril.
3. Tindakan sebelum pemasangan :
a. Cuci tangan perawat dengan sabun dan airmengalir, keringkan dengan
kain bersih.
b. Pakai sarung tangan steril.
c. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai. Hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya.
d. Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril
untuk memegang kasa ber antiseptik. Mulai mengusap dari tempat yang
akandilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkarsekitar 10-
15 cm dan biarkan kering.
e. Gunakan dok lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus
cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
f. Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat Suntik
dengan 3 ml obat anestesi.
g. Masukan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan
aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk kedalam pembuluh
darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil
di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukanke
84
bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dan
jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan
sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak
1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
4. Pemasangan kapsul :
a. Sebelum membuat Insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau
skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
b. Buat insisi dangkal 2mm dengan scapel atau ujung bisturi hingga
mencapai lapisan subdermal.
c. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut
45º hingga mencapai lapisan subdermal kemudian luruskan trokar
sejajar dengan permukaan kulit.
d. Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1
(pada pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi. Keluarkan
pendorong.
e. Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangang atau
dengan pinset, tadahkan tangan dibawah yang lain sehinga bias dapat
menangakp kapsul bila jatuh.
f. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari
trokar sampai terasa tahanan.
g. Tahan pendorong di tempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar
keluar sampai mencapai pangkal pendorong.
h. Sambil menahan ujung kapsul dibawah kulit, tarik trokar dan
pendorongnya secara bersama sama sampai batas tanda 2 ( pada ujung
trokar ) terlihat pada luka insisi.
i. Kemudian belokkan arah trokar ke sampaing dan arahkan ke sisi lain
dari kaki segitiga terbalik (imaginer ), dorong trokar dan pendorongnya
hingga tanda 1 berada pada luka insisi.
j. Cabut pendorong dan masukka kapsul ke 2, kemudian dorong kapsul
sampai terasa tahanan pada ujung trokar.
85
k. Tahan pendorong dan tarik trokar kearah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul pada tempatnya.
l. Tahan ujung kapsul ke 2, yang sudah terpasang dibawah kulit tarik
trokar dan pendorong hingga keluar dari luka insisi.
m. Raba kapsul di bawah kulit untuk memastikan implant-2 telah terpasang
baik pada posisisnya.
n. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari
luka insisi.
5. Tindakan setelah pemasangan kapsul; menutup luka insisi,
a. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan.
b. Dekatkan ujung ujung insisi dan tutup dengan band aid.
c. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan atau memar pada kulit
d. Beri petunjuk pada pasien cara merawat luka, beri penjelasan bila da
perdarahan , pus, keluarnya kapsul dari daerah insisi maka pasien harus
segera ke pelayanan kesehatan.
e. Dekontaminasi seluruh alat, buang peralatan habis pakai pada
tempatnya.
f. Cuci tangan, keringkan.
6. Perawatan
a. Gambar letak kapsul pada rekam medik dan kejadian tidak umum yang
mungkin terjadi selama pemasangan.
b. Amati pasien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan
dan luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan pasien.
7. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
86
CARA MELEPAS IMPLANT
A. Definisi
Teknik melepas alat kontarsepsi implant di lengan pasien (Saifuddin,2006: 60)
B. Tujuan
Tujuan melepas implant menurut Saifuddin (2006: 60) antara lain:
1. Melepas alat kontrasepsi yang habis masa berlaku.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
C. Indikasi
Pasien yang terpasang implant setelah masa berlakunya habis
(Saifuddin,2006: 60)
D. Kontra Indikasi
Kontra Indikasi melepas implant menurut Saifuddin (2006: 60) antara lain:
1. Pasien dengan anemia
2. Pasien dengan perdarahan
E. Peralatan
1. Penyangga lengan atau meja samping.
2. Sabun untuk mencuci tangan.
3. Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
4. 3 com (1 tempat larutan anhisepilik, 1 tempat air mendidiih yang berisi
kapas bulat untuk membersihkan bedak pada sarung tangan dan 1 lagi
berisi larutan Klorin 0.5 % untuk dekontaminasi kapsul yang telah di
cabut).
5. Sepasang sarung tangan steril / DTT.
6. Larutan antiseptik Anastesi lokal (kensentrasi 0.1% tanpa Epineinin).
7. syring (5/10 cc) dan jarum suntik dengan panjang 2,5-4 cm.
87
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. a. Beri salam dan jelaskan prosedur.
b. Tanyankan riwayat alergi obat lokal anestesi.
b. Minta pasien cuci lengan dengan sabun sampai bersih dan dikeringkan.
c. Bantu pasien pada posisi yang nyaman, letakkan kain bersih dan kering dibawah lengan pasien.
d. Raba kapsul untuk memastikan lokasi tempat insisi dan mengukur jarak yang sama dari ujung akhir semua kapsul.
10
2. Tindakan sebelum pencabutan:
a. Cucitangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
b. Pakai sarung tangan steril.
c. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai.
d. Usap tempat pencabutan dengan kasaber antiseptik, gunakan klem stert untuk
15
88
memegang kasa tersebut, mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar ± 10-15cm dan biarkan kering sebelum memulai tindakan.
e. Gunakan duk untuk menutupi lengan.
f. Suntikan anastesi lokal (0,3 cc) intra kutan ditempat insisi dan 1 cc subdermal di bawah ujung kapsul.(¾ panjang kapsul).
g. Uji efektifitas anastesi sebelum membuat insisi.
h. Buat insisi kecil ( 2mm ) dengan ujung bisturi sekitar 3 mm ujung bawah.
3. Tindakan pencabutan kapsul tehnik presentasi :a. Tentukan lokasi
kapsul yang paling mudah untuk dicabut dan dorong pelan pelan kearah tempat insisi hingga ujung dapat dipresentasikan melalui luka insisi.
b. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung ( mosquito )
15
89
bawa kearah insisi .
c. Bersihkan kapsul dari jaringan parut yang mengelilinginya dengan ujung bisturi hingga ujung kapsul terbebas dari jaringan yang melingkupinya.
d. Pegang ujung kapsul dengan pinset anatomi atau ujung klem lepaskan klem penjepit sambil menarik kapsul keluar.
e. Letakkan kapsul pada cairan dekontaminasi dan lakukan langkah yang sama pada kapsul berikutnya.
4. Metode huruf “U”:
a. Klem yang dipakai untuk mencabut kapsul pada teknik U, merupakan modifikasi klem yang di gunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2.2 mm.
b. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4. ± 5 mm dari ujung
15
90
kapsul dekat siku.
c. Buat Insisi kecil (4mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan scalpel.
d. Masukan ujung klem pemegang implant norplant secara hati-hati melalui luka insisi.
e. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.
f. Memasukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul. Buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul ±5 mm di atas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi dan balikkan pegangan klem180° ke arah bahu beri untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
g. Bersihkan Kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
91
menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul hingga mudah di cabut.
h. Gunakan klem lengkung untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar.
i. Lepaskan klem pemegang norplant dan cabut kapsul dengan pelan-petan dan hati-hati.
j. Taruh kapsul yang telah di cabut dalam com berisi klori 0.5% untuk dekontaminasi sebelum di buang.
5. Metode “Pop Out”:a. RabaUjung
kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah 1 kapsul yang lokasinya terletak di tengah dan mempilnyai jarakyang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul yang telah di pilih dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul tampak jelas di bawah kulit,
15
92
buat insisi kecil (2-3 mm) di atas ujung kapsul dengan skalpel.
b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada dibawah tempat insisi.
c. Masukan ujung tajam skalpelke dalam luka insisi sampai berasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikatyang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.
d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.
e. Tekan sedikit ujung atas kapsul sehingga kapsul muncul pada luka insisi dan dengan mudah dapat di pegang dan di cabut. Setelah keenam kapsul
93
berhasil di cabut dan dihitung kembali jumlahnya, luka Insisi di tutup dengan kasa steril dan plaster. Pembalut tekan biasanya tidak di perlukan karenateknik pop out ini tidak menyebabkan/ hanya sedikit merusak jaringan di tempat pencabutan.
6. Tindakan Setelah Pencabutan:Bila pasien tidak ingin melanjutkan pemakaian implant lagi, bersihkan tempat insisi dan sekitamya dengan menggunakan kasa berantiseptik. Gunakan klem untuk memegang kedua tepi luka insisi selama10- 15 detik untuk mengurangi perdarahan dan luka insisi, kemudian balut luka insisi.Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan plester atau kasa steril dan plaster.
10
7. lnstruksikan kapada pasien untuk perawatan luka di rumah:a. Beri tahu
pasien mungkin timbul memar, bengkak dan kulit
15
94
kemerahan pada daerah pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal
b. Jaga luka insisi agar tetap kering dan bersih minimal 48 jam.
c. Bila memakai pembalut tekan jangan dibuka selama 48 jam dan plester boleh dibuka setelah 3 - 5 hari.
d. Setelah sembuh, luka insisi boleh di cuci dan di sentuh dengan tekanan normal.
e. Segera kembali jika timbul tanda-tanda infeksi (demam, radang) pada tempat insisi.
f. Beri tahu pasien kapan kembali untuk perawatan lanjut, jika perlu.
g. Beri tahu pasien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa nyeri dan akan hilang setelah beberapa bulan.
8. Dokumentasikan tindakan yang telah dilalukan.
5
Total 100
95
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam,
menyapa pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
96
PENYULUHAN KESEHATAN
PERAWATAN PUTING SUSU LECET
A. Definisi
Perawatan puting susu yang mengalami lecet atau lesi (saifuddin, 2006: 66).
B. Tujuan
Tujuan penyuluhan dalam merawat puting susu yang lecet menurut Saifuddin,
(2006: 66) adalah:
1. Memberikan rasa nyaman pada ibu menyusui.
2. Merawat luka iritasi pada putting susu.
C. Indikasi
Indikasi penyuluhan dalam merawat puting susu yang lecet menurut
Saifuddin, (2006: 66) adalah:
1. Dilakukan pada putting susu yang mengalami lecet atau lesi.
2. Puting susu tanpak kemerahan.
D. Kontra Indikasi
-
E. Peralatan
1. Leaflet
2. Alat peraga
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Tahap persiapan:Siapkan alat, tempat dan lingkungan serta Perawat berada
20
97
pada sisi sebelah kanan ibu/pasien.
2. Tahap interaksi: Beri salam.Berikan penjelasan pada ibu menyusui tentang tujuan penyuluhan kesehatan.
25
3. a. Sebelum menyusukan keluarkan asi sedikitdan oleskan pada seluruh areola dan putting susu ibu.
30
b. Bayi di susukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal / yang lecetnya lebih sedikit. Untuk puting susu yang lecet di anjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
c. Posisi menyusui harus sering diubah
d. Biarkan sisa ASI pada puting dan aerola mengering dengan sendirinya dengan cara di angin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH.
e. Jangan membersihkan puting dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya
f. Menyusui lebih sering supaya payudara tidak terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar sehingga
98
tidak terlalu rakus menyusu
g. Menyusui sebelum bayi sangat lapar sehingga tidak menghisap terlalu kuat.
h. Perbaiki cara menyusui, ajari ibu menyusui yang benar (lihat penuntun belajar posisi menyusui).
i. Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusui, yaitu dengan meletakkan jari kelingking di bawah bibir bayi.
j. Usahakan bayi menghisap sampai ke bagian hitam di sekitar puting (aerola).
k. Bila masih terasa sakit boleh minum analgetik sesuai petunjuk dokter/bidan.
4. Tanggap terhadap reaksi ibu dan evaluasi tentang penyuluhan yang dilakukan dengan cara bertanya balik kepada ibu apa yang telah disampaikan tadi.
25
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam,
menyapa pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
99
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
100
PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA POST NATAL
A. Definisi
Memberikan tindakan pada organ payudara dengan cara di massage
(Saifuddin, 2006: 76)
B. TujuanMenurut Saifuddin, (2006: 76) tujuan dari perawatan payudara post natal
yaitu:
1. Mencegah pembendungan ASI.
2. Meningkatkan hygiene payudara.
3. Meningkatkan produksi ASI.
4. Melenturkan dan menguatkan puting payudara.
C. Indikasi
Dilakukan pada ibu setelah melahirkan (Saifuddin, 2006: 76)
D. Kontra Indikasi
-
E. Peralatan
1. 1 pasu berisi air hangat.
2. 1 pasu berisi air dingin.
3. Handuk besar 2 buah.
4. Waslap 2 buah.
5. Kapas bersih secukupnya dalam cucing di tempatnya.
6. Baby oil secukupnya.
7. Kidney basin.
101
F. Prosedur
No Langkah-langkah NilaiDilakukan
Tidak dilakukan
Total NilaiMemuaskan
Tidak Memuaskan
1. Mengecek program terapi:Mencuci tangan Menyiapkan alat
5
2. a. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien/keluarga
c. Menanyakan
persetujuan dan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
5
3. a. Memasang sampiran/menjaga privasi.
b. Memasang handuk di bagian perut bawah dan bahu sambil melepas pakaian atas (handuk dipasang dengan peniti)
10
4. Mengompres kedua putting dengan kapas yang dibasahi oleum coccus hangat selam 2 – 3 menit.
5
5. Mengangkat kapas sambil membersihkan putting dengan gerakan memutar dari dalam ke luar.
5
6. Kemudian dengan kapas oleum yang baru, membersihkan daerah tengah putting dari sentral ke luar (bila putting
10
102
invertet, dilakukan penarikan).
7. Membasahi kedua telapak tangan dengan oleum coccus dan melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan keatas, kesamping, kebawah, kedepan sambil menghentakkan payudara, pengurutan dilakukan sebanyak 20 – 30 kali.
10
8. Pengurutan kedua. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20 – 30 kali. Lakukan pada kedua payudara kanan-kiri
5
9. Pengurutan ketiga dengan menggunakan sendi-sendi jari. Posisi tangan mengepal. Tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal kea rah putting. Dilakukan sebanyak 20 – 30 kali pada tiap payudara.
10
10. Meletakkan baskom dibawah payudara dan menggunakan waslap yang di basahi air hangat. Mengguyur
10
103
payudara sebanyak ± 5 kali. Kemudian di lap dengan waslap tersebut, dan bergantian dengan air dingin. Masing-masing 5 kali guyuran (diakhiri dengan air hangat).
11. Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang di bahu.
5
12. Memakai BH dan pakaian atas pasien dan menganjurkan pada pasien memakai BH yang menopang
5
13. a. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan.
b. Berpamitan dengan pasien.
c. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula.
d. Mencuci tangan.
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
15
Total 100
Catatan:
1. Keterampilan mencuci tangan dan komunikasi (mengucap salam,
menyapa pasien) sudah terintegrasi dalam tindakan.
2. Nilai batas lulus adalah 65.
Bobot kerja:
0 = Langkah tidak dikerjakan.
1 = Langkah dikerjakan, namun belum benar.
2 = Langkah dikerjakan dengan benar.
104
Total nilai =∑ (Nilai setiap langkah X bobot )=_________
Lambang Rentang Nilai Keterangan
A 85‒100 4,00
AB 75‒84 3,50
B 65‒74 3,00
BC 55‒64 2,50
C 45‒54 2,00
D 35‒44 1,50
E 0‒34 1,00
105
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC.
Addy, D.P. 1996. Kesehatan Anak. Jakarta: Arcan.
Aden, R. 2002. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak: Panduan Bagi Orang tua dalam Merawat Buah Hati. Yogyakarta: Siklus.
Alexander, J. et al. Praktik Kebidanan Riset dan Isu. Jakarta: EGC.
Ambarwati, E. R., & Sunarsih, T. 2009. KDPK Kebidanan Teori & aplikasi. Jogjakarta: Nuha Medika.
___________. 2009. KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
___________. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas Plus Contoh Askeb. Yogyakarta: Nuha Medika.
_________. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia.
Amrin, A.M. 2010. Kiat-kiat Melahirkan Tanpa Rasa Sakit yang Menakutkan. Jogjakarta: Gala Ilmu.
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Anwar, I. N. C. 2002. Manual Inseminasi Intra Uterus (IIU). Jakarta: Puspa Swara.
Arief & Kristiyanasari, W. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aritonang, E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Press.
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
_______. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ayu, I., Suryasaputra, S D., & Manuaba. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: EGC.
Aziz, M.F. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
106
Baety, A. N. 2012. Kehamilan & Persalinan : Panduan Praktik Pemeriksaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
________. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bagian Obstetri & Ginekologi. Ginekologi. 1991. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.
____________. 1983. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.
____________. 1983. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.
Bahiyatum. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Bandiyah, S. 2009. Kehamilan, Persalinan & Gangguan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medica.
Baqi, Z.A.. Sukses Keluarga Mendidik Balita. Pena.
Baratawidjaja, K. G. & Iris, R. 2010. Imunologi Dasar. Ed 9. Jakarta: FK-UI.
Baziad, M.A. 2003. Menapause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Billington, M., & Stevenson, M. 2009. Kegawatan dalam Kehamilan Persalinan. Jakarta: EGC.
Booth, T. 2005. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
______. 2010. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta: Gramedia.
Boyle, M. 2007. Kaduratan dalam Persalinan Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Bryar, R. M. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Campbell, S. 2006. Kehamilan hari Demi hari. Jakarta: Erlangga.
Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC.
______. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., et al. 2005. Obstetri Williams. Ed 21. Vol 1& 2. Jakarta: EGC.
Curtis, G. B. 1999. Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Minggu per Minggu. Jakarta: Arcan.
107
Datta, M., dkk. 2009. Rujukan Cepat Obstetri & Genekologi. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR.
_______. 2008. Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: JNPK-KR.
Deslidel. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC.
______ . 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC.
Detiana, P. 2010. Hamil Aman dan Nyaman di Atas 30 Tahun. Yogyakarta: Media Pressindo.
Dewi, S.K. & Manuaba,S. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Edwards, G., & Byrom, S. 2009. Praktik Kebidanan Kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.
Edwards, Grace. 2009. Praktik Kebidanan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Eisenberg, A., et al. 1997. Bayi Pada Tahun Pertama : Apa Yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Jakarta: Arcan.
Estiwidani, D. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Evennett, Karen. 2003. Pap Smear: Apa Yang Anda Harus Ketahui?. Jakarta: Arcan.
Faiz, O. & Moffat, D. 2002. At Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga.
Gichara, J. 2006. Manfaat Pijat Untuk Ibu Hamil, Pasca Melahirkan & Bayi. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan KB “Keluarga Berencana”. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
_________. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
108
Handono, B. 2009. Abortus Berulang. Bandung: Refika Aditama.
Hartuti. 2010. Panduan Ibu Hamil Melahirkan & Merawat Bayi. UBA Press.
Heller, L. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC.
Hidayat, A &Sujiatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, A., & Mufdlilah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Hidayat, A.A.A. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC.
Hikmawati, I. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Media.
Imelda, R. 2010. Panduan Kehamilan & Perawatan Bayi dari A-Z. Surabaya: Victory.
Johnson, R., & Taylor, W. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Jones, D.L. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Ed 6. Jakarta: Hipokrates.
Karmiloff, K & Smith, A.K.. 2003. Segala Hal yang Ditanyakan oleh Bayi Anda. Jakarta: Erlangga.
Khasanah, N. 2011. Asi Atau Susu Formula Ya!. Jogjakarta: Flashbooks.
Klein, S. & Thomson, F. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Pallmall.
________. F. 2010. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Palmall.
Kristiyanasari, W. 2009. Asi Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusmiati, Y, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Ladewig, P. W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Ladewig, P. W., London, M.L., & Olds, S. B. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir. Ed 5. Jakarta: EGC.
109
Lissauer, T., & Fanaroff, A. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Erlangga.
Maimunah, S. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B.G. 2010. Buku Ajar Panthom Obstetri .Jakarta: TIM.
Manuaba, I.A. C. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Ed 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.A.C. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
_______. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
_______. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Maryanti, D & Septikasari. M. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryinani, A. & Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta: Tim.
Maryunani, A. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
________. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
_______. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas(Postpartum). Jakarta: Trans Info Media.
Meilani, N. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
________. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
________. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri jilid I. Jakarta: EGC.
_______. 1998. Sinopsis Obstetri jilid II. Jakarta: EGC.
_______. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
110
Mubarak, W. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Mufdlilah. 2009. ANC Focus Antenatal Care Focused. Yogyakarta: Nuha Medika.
_______. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta: Nuha Medika.
Mufdlilah. 2009. Panduan Hasuhan Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika.
Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Nee, T. S. 2009. Pengasuhan Anak Bayi Tahun Pertama. Jakarta: Arcan.
Neil, W.R. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Ed Revisi. Jakarta: Dian Rakyat.
Nichol, P.Z. 2005. Panduan Menyusui. Jakarta: Prestasi Putakarya.
Nirwana, A. B. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nolan, M. 2003. Kehamilan & Melahirkan. Jakarta: Arcan.
Nolan, M. 2010. Kelas Bersalin. Jogjakarta: Golden Books.
Norwitz, E., & Schorge, John. 2008. At Obstetri & Ginekologi. Ed. 2. Jakarta : Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, T. 2010. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurjanah, Sujiyatini, & Kurniati, Ana. 2010. Catatan Asuhan Ibu Nifas. Cyrillus Yogyakarta: Publisher.
Oxom, H., & Forte, W. R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Andi.
Pieter, & Lubis, N.L. 2010. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana.
111
Pillitteri, A. 2002. Buku Saku Asuhan Ibu & Anak. Jakarta: EGC.
Prasetyono, D.S. 2009. Buku Pintar Asi Eklusif. Jogjakarta: Diva Press.
Pratyahara, A.D. 2011. Asma pada Balita. Jogjakarta: Javalitera.
Proverawati, A & Rahmawati, E. 2010. Kapita Selekta Asi & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnamaningrum, Y. E. 2010. Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar. Yogyakarta: Fitramaya.
Purwaningsih, W. & Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, H. 2010. Kisah-Kiasah Inspiratif Untuk Calon Ibu. Yogyakarta: Jogja Great.
Rabe, T. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates.
Rahayu, D.S. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba Medika.
Rajab, W. 2009. Buku ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ramaiah, S. 2006. Asi dan Menyusui “Panduan Praktis Bagi Ibu Setelah Melahirkan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Ratih, Iskarima. 2009. Kado Untuk Calon Ibu. Yogyakarta: Venus.
Rendy, M. C. 2010. Keterampilan Dasar Bidan & Perawat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: TIM.
Rukiyah, A.Y., et al. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) Cyrillus. Jakarta: TIM.
Rukiyah, A.Y.et al. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: TIM.
Runjati. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
112
Saifuddin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
_____. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matenatal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
______. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
______. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Saminem. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
______. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta: EGC.
Sander, M.A. 2010. Atlas Berwarna Patologi Anatomi. Jakarta: Rajagrafindo.
Saryono & Pramitasari, R.D. 2009. Perawatan Payudara. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.
Sastrawinata, S. 2004. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Setiawan, A. & Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 & S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sibagariang, E. E. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: TIM.
Simkin, P & Ancheta, R. 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta : EGC.
Soegijanto, H.S. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
Sofia, Y. 2010. Hal-hal Sepele yang biasa anda Remehkan Tapi Sangat Bermanfaat bagi Kesehatan. Yogyakarta: Madhara pustaka.
Sofyan, M. dkk. 2001. 50 Tahun IBI “Bidan Menyongsong Masa Depan”. Jakarta: IBI.
Staa, K. A.L. 2005. Menjadi Dokter Anak di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
113
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK-UI.
_______. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK-UI.
_______. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK-UI.
Stoppard, M. 2009. Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran untuk Calon Ibu dan ayah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subakti, Y. & Anggarani, D.R. 2007. Ensiklopedi Calon Ibu “Panduan Lengkap Mendidik Anak Secara Islami”. Jakarta: Qultum Media.
Suherman, R.J. & Suherman. 2010. Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam Kandungan.Yogyakarta: Madania.
Suherni, Hesty, & Rahmawati, A. 2008. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya.
______. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sujianti & Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan “Teori & Aplikasi”. Yogyakarta: Nuha Media.
Sujiyatini, et al. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sujiyatini, et al. 2010. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Jogjakarta: Cyrillus.
Sulistijani, D.A. & Herlianty, M.P. 2001. Menjaga kesehatan Bayi & Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
________. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Salemba: Medika.
________. 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
Sumarah, Widyastuti, Y. & Wiyati, Nining. 2009. Perawatan Ibu Bersalin & Kelahiran. Yogyakarta: Fitramaya.
114
_________. 2010. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.
Suradi, R. & Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suryani, E., & Wiyasih. H. 2010. Psikologi Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.
Suseno, T.A., & Masruroh, H. 2010. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri & Genekologi. Jakarta: EGC.
Thompson, J. 2003. Toodle Care: Pedoman Merawat Balita. Jakarta: Erlangga.
Ujiningtyas, B.S.H. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, M. & Hidayat, A. A. A. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, M. & Hidayat, A. A.A. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, M. & Hidayat, A. A.A. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Bidan. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen, et al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Verralls, S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Ed 3. Jakarta: EGC.
Wahyudin, H. &. Indiarti, M. T. 2011. Menghadapi Persalinan Tanpa Rasa Takut :Panduan Persiapan Persalinan bagi Calon Ibu Disertai Perawatan Pasca Persalinan dan Perawatan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pelangi Multi Aksara.
Wahyuningrum, E. & Padmi, R. R. 2010. Panduan Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyuningsih, H. P. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Walsh, L.V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
115
WHO. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Widuri, H. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Widyastuti, P. 2003. Paket Ibu & Bayi: Penerapan Program Safe Motherhood. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
_______. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
_______. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta: Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
_______. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
_______. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wildan, M., & Hidayat, A. A.A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
______. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Williams, F. 2003. Baby Care: Pedoman Merawat Bayi. Jakarta : Erlangga.
Woolfson, Richard C. 2004. Persalinan Saudara Kandung. Jakarta: Erlangga.
World Health Organization (WHO). 2001. Safe Motherhood: Modul Dasar Bidan di Masyarakat. Jakarta: EGC.
______ 2001. Safe Motherhood: Modul Persalian Macet. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). 2001. Safe Motherhood: Modul Eklampsia Materi Pendidikan Kebidanan.. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). 2001. Safe Motherhood: Modul Sepsis Puerperalis. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). 2001.Safe Motherhood: Modul Hemoragi Postpartum.. Jakarta: EGC.
Yanti & Eko, N. W. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta:Pustaka Rihama
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
116
_____. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Yulifah, R. & Yuswanto, T.J. A. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas Jakarta: Salemba Medika.
_____ 2009. Asuhan Kebidanan KomunitasJakarta: Salemba Medika.
Zulvadi, D. 2010. Etika & Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu.
117
LAMPIRAN
118
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUANG BERSALIN
Tanggal masuk : …………… Jam masuk : ……………
Ruang/kelas : …………… Kamar No. : ……………
Pengkajian tanggal: …………… Jam : ……………
A. IDENTITAS
Nama pasien : …………… Nama suami : ……………
Umur : …………… Umur : ……………
Suku/Bangsa : …………… Suku/Bangsa : ……………
Agama : …………… Agama : ……………
Pendidikan : …………… Pendidikan : ……………
Pekerjaan : …………… Pekerjaan : ……………
Alamat : …………… Alamat : ……………
Status perkawinan : ………..
B. RIWAYAT KEPERAWATAN :
1. Persepsi terhadap kehamilan/ persalinan/ nifas :
a. Mengapa ibu datang ke klinik ................................
b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas...
c. Apakah kehamilan/persalinan/nifas ini menimbulkan perubahan terhadap
kehidupan sehari-hari? Bila ya bagaimana .............
d. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan/persalinan/nifas
e. Ibu tinggal dengan siapa .........................................
f. Siapa orang yang terpenting bagi ibu .....................
g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini .
h. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( ) Ya ( ) Tidak
119
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi :
1) Menarcle : umur ….. Siklus : teratur ( ) tidak ( )
2) Banyaknya : ……… Lamanya : ……… dismenorhe ( ) ya ( ) tidak
3) HPHT : ………
4) Tafsiran persalinan :
5) Umur kehamilan berdasar HPHT :
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
N
O
T
HN
Umur
Kehamilan
P
penyulit
J
jenis penolong
P
penyulit
L
aserasi
I
infeksi Perdarahan
J
jenis
B
B
P
J
c. Kehamilan Sekarang :
1) Diagnosa : G ............ P ............ A ............ H ............ Mg
2) Imunisasi :
TT1 sudah belum
TT2 sudah belum
3) Trimester I : ANC berapa kali …………………
4) Keluhan selama hamil : mual muntah pusing
Lainnya : ………………………………
5) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ....................
6) Trimester II : ANC berapa kali …………………
7) Keluhan selama hamil : perdarahan muntah pusing
Lainnya : ………………………………
8) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ...................
9) Trimester III : ANC berapa kali …………………
10) Keluhan selama hamil : perdarahan muntah pusing
Lainnya : ………………………………
11) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ....................
12) Riwayat masuk RS : .......................................................................
13) Rencana perawatan bayi : ( ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain-lain
120
14) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
a) Breast care : ( ) Ya ( ) Tidak
b) Perineal care : ( ) Ya ( ) Tidak
c) Nutrisi : ( ) Ya ( ) Tidak
d) Senam nifas : ( ) Ya ( ) Tidak
e) KB : ( ) Ya ( ) Tidak
f) Menyusui : ( ) Ya ( ) Tidak
3. Riwayat Keluarga Berencana
a. Melaksanakan KB : ( ) Ya ( ) tidak
b. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( ) Pil ( ) suntik ( ) implant
( ) lain-lain. Sebutkan ………………..
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi ………………..
d. Masalah yang terjadi : ………………..
4. Riwayat Kesehatan :
a. Penyakit yang pernah dialami ibu : ………………..
( ) Penyakit diabetes mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Ashma
( ) TBC
( ) Penyakit lainnya : sebutkan ……………………………
b. Pengobatan yang didapat : ………………..
c. Riwayat penyakit keluarga
( ) Penyakit diabetes mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya : sebutkan ……………………………
121
5. Kebutuhan Dasar Khusus :
a. Pola nutrisi
1. Frekwensi makan :
……………………. x/hari
2. Nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak nafsu, alasan ………..
3. Jenis makanan rumah :
………………………………
4. Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada ( ) tidak ada
Bila ada sebutkan sebutkan, …………………………
b. Pola eliminasi
1. BAK
a) Frekwensi : ………………. kali
b) Warna : ……………….
c) Keluhan yang berhubungan dengan BAK : ………..
2. BAB
a) Frekwensi : ………………. kali
b) Warna : ……………….
c) Bau : ……………….
d) Konsistensi : ……………….
e) Keluhan : ……………….
c. Pola personal Hygiene
1. Mandi
a) Frekwensi : ……………… x/hari
b) Sabun : ( ) Ya ( ) tidak
2. Oral hygiene
a) Frekwensi : ……………… x/hari
b) Waktu : ( ) Pagi ( ) sore ( ) Setelah makan
3. Cuci rambut
a) Frekwensi : ……………… x/hari
b) Shampo : ( ) ya ( ) tidak
d. Pola istirahat dan tidur
1) Lama tidur : ……………… Jam /hari
2) Kebiasaan sebelum tidur : ………………
Keluhan : ………………
122
e. Pola aktifitas dan latihan
1) Kegiatan dalam pekerjaan : ………………
2) Waktu bekerja : ( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
3) Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : ………………
Frekwensi : ………………
4) Kegiatan waktu luang : ………………
Keluhan dalam aktifitas : ………………
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Merokok : ( ) Ya, sebutkan ………… ( ) Tidak
2) Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan………… ( ) Tidak
3) Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ….. ( ) Tidak
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : ………… Kesadaran : …………
b. Tekanan darah : ………… Nadi : ……x/mnt
c. Respirasi : ………… Suhu : ……x/mnt
d. Berat badan : ………… kg Tinggi Badan : ……… cm
e. Sistem penglihatan
1) Posisi mata : ( ) simetris ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Gerakan mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
5) Konjungtiva : ( ) Normal/merah ( ) Anemis
( ) sangat merah
6) Kornea : ( ) Normal ( ) keruh berkabut ( ) terdapat perdarahan
7) Sklera
f. Sistem Pernafasan
1) Jalan nafas : ( ) Bersih ( ) Sumbatan ( ) sputum
( ) Lendir ( ) Darah ( ) Lidah
2) Pernafasan : ( ) Sesak ( ) Tidak sesak ( ) Dengan aktifitas
( ) Tanpa aktifitas
3) Suara nafas : ( ) Vesikuler/normal ( ) Bronkovesikuler
( ) Ronkhi ( ) Wheezing
123
4) Menggunakan otot - otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Lain – lain : …………………………………………………
g. Sirkulasi jantung
1) Kecepatan denyut apical : ……………… x/menit
2) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
3) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
4) Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Timbul : ( ) Saat beraktifitas ( ) Tanpa aktifitas
6) Karakter : ( ) Seperti ditusuk- tusuk,
( ) Seperti terbakar,
( ) Seperti tertimpa benda berat.
h. Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut
2) Gigi : ( ) Carries ( ) Tidak
3) Memakai gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Lainnya : …………………………..
i. Sistem Uro Genital :
1) BAK
a) Pola rutin : …… x/hari
( ) Terkontrol ( ) Tidak terkontrol
b) Jumlah : ………cc/24jam
c) Warna : ( ) Kuning Jernih
( ) Kuning kecoklatan
j. Pemeriksaan Khusus kebidanan
1) Palpasi :
2) leopold I :
3) Leopold II :
4) Leopold III :
5) Leopold IV :
6) Auskultasi :
124
7) DJJ frekuensi..........................
8) Jumlah His ( kontraksi uterus ) :
( frekuensi / dalam 10 menit / durasi dalam detik)..........x./ 10’/....”
9) Pemeriksaan dalam ( vagina toucher ) / PD / VT :
10) Keadaan vulva / vagina :
11) Portio :
12) Pembukaan serviks :
13) Pendataran serviks :
14) Selaput ketuban :
15) Bagian terbawah janin :
16) Titik penunjuk :
17) Promontorium :
18) Spina ishiadicha :
19) Linea innominata :
20) Arcus pubis :
21) Sacrum :
22) Pemeriksaan penunjang :
a) Laboratorium :.........................................................
b) USG :...................................................................
c) NST :..................................................................
C. ANALISIS DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
125
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. ………………………Berhubungan dengan……………………
2. ………………………Berhubungan dengan……………………
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/ tanggal: ……………
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN & K.E. INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVAALUASI
Gunakan prinsip
SMART
Spesifik
Measurable
Achievable
Rasionable
Time
R
(reassessment)
O
(observation)
N
(nursing intervention)
E
(education)
C
(collaboration)
Jam
No.
Tindakan
Respon pasien
Jam
S
O
his…..
pembukaan
lengkap
A nyeri meningkat
(masuk kala II)
P melakukan
pertolongan
persalinan
S.
O.bayi
A.
P.
PARAF
126
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : ……… ..........................................................................
Hari Rawat ke : ……… .......................................................................
NO HARI/ TGL IMPLEMENTASI
EVALUASI
AKHIR
Sesuai Tujuan
No.
Tindakan
Respon pasien
Jam:
S:
O:
A:
P:
PARAF
127
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUANG NIFAS
Tanggal masuk : …………… Jam masuk : ……………
Ruang/kelas : …………… Kamar No. : ……………
Pengkajian tanggal: …………… Jam : ……………
A. IDENTITAS
Nama pasien : …………… Nama suami : ……………
Umur : …………… Umur : ……………
Suku/Bangsa : …………… Suku/Bangsa : ……………
Agama : …………… Agama : ……………
Pendidikan : …………… Pendidikan : ……………
Pekerjaan : …………… Pekerjaan : ……………
Alamat : …………… Alamat : ……………
Status perkawinan : ………..
B. RIWAYAT KEPERAWATAN :
1. Persepsi terhadap kehamilan/ persalinan/ nifas :
a. Mengapa ibu datang ke klinik ................................
b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas...
c. Apakah kehamilan/persalinan/nifas ini menimbulkan perubahan terhadap
kehidupan sehari-hari? Bila ya bagaimana .............
d. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan/persalinan/nifas
e. Ibu tinggal dengan siapa .........................................
f. Siapa orang yang terpenting bagi ibu .....................
g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini .
h. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( ) Ya ( ) Tidak
128
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi :
1) Menarcle : umur ….. Siklus : teratur ( ) tidak ( )
2) Banyaknya : ……… Lamanya : ……… dismenorhe ( ) ya ( ) tidak
3) HPHT : ………
4) Tafsiran persalinan :
5) Umur kehamilan berdasar HPHT :
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
N
O
T
HN
Umur
Kehamilan
P
penyulit
J
jenis penolong
P
penyulit
L
aserasi
I
infeksi Perdarahan
J
jenis
B
B
P
J
c. Kehamilan Sekarang :
1) Diagnosa : G ............ P ............ A ............ H ............ Mg
2) Imunisasi :
TT1 sudah belum
TT2 sudah belum
3) Trimester I : ANC berapa kali …………………
4) Keluhan selama hamil : mual muntah pusing
Lainnya : ………………………………
5) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ....................
6) Trimester II : ANC berapa kali …………………
7) Keluhan selama hamil : perdarahan muntah pusing
Lainnya : ………………………………
8) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ...................
9) Trimester III : ANC berapa kali …………………
10) Keluhan selama hamil : perdarahan muntah pusing
Lainnya : ………………………………
11) Cara mengatasi masalah/ saran dari nakes : ....................
12) Riwayat masuk RS : .......................................................................
13) Rencana perawatan bayi : ( ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain-lain
129
14) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
g) Breast care : ( ) Ya ( ) Tidak
h) Perineal care : ( ) Ya ( ) Tidak
i) Nutrisi : ( ) Ya ( ) Tidak
j) Senam nifas : ( ) Ya ( ) Tidak
k) KB : ( ) Ya ( ) Tidak
l) Menyusui : ( ) Ya ( ) Tidak
d. Riwayat Persalinan
Kala Persalinan
1) Kala I
Waktu mulai persalinan, lama kala I, pengobatan yang didapat.
2) Kala II
Lama kala II, penyulit dan cara mengatasi, pengobatan yang didapat,
kondisi bayi, Apgar Score Bayi)
3) Kala III
Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kelahiran plasenta (spontan/ dengan
tindakan), kotiledon (lengkap/tidak), selaput (lengkap/tidak).
4) Kala IV
Keadaan umum, tanda-tanda vital, tinggi fundud uteri, kontraksi uterus,
perdarahan, perinium (ruptur spontan/episiotomi, jumlah hecting).
Kondisi Bayi
1) BB
2) PB
3) Kondisi tali pusat
4) Perawatan tali pusat
5) Anus (berlubang/tertutup)
6) Suhu
7) Lingkar kepala (lingkar sub occipito bregnatica/ lingkar fronto
occipitalis/ lingkar mento occipitalis).
8) Kelainan kepala (caput succedanum/hidrocephalus/an encephalus/cephal
hematoma/mikrocephalus).
9) Pengobatan yang didapat
130
3. Riwayat Keluarga Berencana
a. Melaksanakan KB : ( ) Ya ( ) tidak
b. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( ) Pil ( ) suntik ( ) implant
( ) lain-lain. Sebutkan ………………..
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi ………………..
d. Masalah yang terjadi : ………………..
4. Riwayat Kesehatan :
a. Penyakit yang pernah dialami ibu : ………………..
( ) Penyakit diabetes mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Ashma
( ) TBC
( ) Penyakit lainnya : sebutkan ……………………………
b. Pengobatan yang didapat : ………………..
c. Riwayat penyakit keluarga
( ) Penyakit diabetes mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya : sebutkan ……………………………
5. Kebutuhan Dasar Khusus :
a. Pola nutrisi
1. Frekwensi makan :
……………………. x/hari
2. Nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak nafsu, alasan ………..
3. Jenis makanan rumah :
………………………………
4. Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada ( ) tidak ada
Bila ada sebutkan sebutkan, …………………………
b. Pola eliminasi
131
1. BAK
d) Frekwensi : ………………. kali
e) Warna : ……………….
f) Keluhan yang berhubungan dengan BAK : ………..
2. BAB
f) Frekwensi : ………………. kali
g) Warna : ……………….
h) Bau : ……………….
i) Konsistensi : ……………….
j) Keluhan : ……………….
c. Pola personal Hygiene
4. Mandi
c) Frekwensi : ……………… x/hari
d) Sabun : ( ) Ya ( ) tidak
5. Oral hygiene
c) Frekwensi : ……………… x/hari
d) Waktu : ( ) Pagi ( ) sore ( ) Setelah makan
6. Cuci rambut
c) Frekwensi : ……………… x/hari
d) Shampo : ( ) ya ( ) tidak
d. Pola istirahat dan tidur
3) Lama tidur : ……………… Jam /hari
4) Kebiasaan sebelum tidur : ………………
Keluhan : ………………
e. Pola aktifitas dan latihan
5) Kegiatan dalam pekerjaan : ………………
6) Waktu bekerja : ( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
7) Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : ………………
Frekwensi : ………………
8) Kegiatan waktu luang : ………………
Keluhan dalam aktifitas : ………………
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
132
1) Merokok : ( ) Ya, sebutkan ………… ( ) Tidak
2) Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan………… ( ) Tidak
3) Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ….. ( ) Tidak
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : ………… Kesadaran : …………
b. Tekanan darah : ………… Nadi : ……x/mnt
c. Respirasi : ………… Suhu : ……x/mnt
d. Berat badan : ………… kg Tinggi Badan : ……… cm
e. Sistem penglihatan
1) Posisi mata : ( ) simetris ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Gerakan mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
5) Konjungtiva : ( ) Normal/merah ( ) Anemis
( ) sangat merah
6) Kornea : ( ) Normal ( ) keruh berkabut ( ) terdapat perdarahan
7) Sklera
f. Sistem Pernafasan
1) Jalan nafas : ( ) Bersih ( ) Sumbatan ( ) sputum
( ) Lendir ( ) Darah ( ) Lidah
2) Pernafasan : ( ) Sesak ( ) Tidak sesak ( ) Dengan aktifitas
( ) Tanpa aktifitas
3) Suara nafas : ( ) Vesikuler/normal ( ) Bronkovesikuler
( ) Ronkhi ( ) Wheezing
4) Menggunakan otot - otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Lain – lain : …………………………………………………
g. Sirkulasi jantung
1) Kecepatan denyut apical : ……………… x/menit
2) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
3) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
4) Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
133
5) Timbul : ( ) Saat beraktifitas ( ) Tanpa aktifitas
6) Karakter : ( ) Seperti ditusuk- tusuk,
( ) Seperti terbakar,
( ) Seperti tertimpa benda berat.
h. Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut
2) Gigi : ( ) Carries ( ) Tidak
3) Memakai gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Lainnya : …………………………..
i. Payudara
Puting susu, air susu, dll.
j. Genetalia
Warna lochea, kondisi perineum, jahitan jalan lahir, dsd.
k. Sistem Uro Genital :
1) BAK
a) Pola rutin : …… x/hari
( ) Terkontrol ( ) Tidak terkontrol
b) Jumlah : ………cc/24jam
c) Warna : ( ) Kuning Jernih
( ) Kuning kecoklatan
C. ANALISIS DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. ………………………Berhubungan dengan……………………
134
2. ………………………Berhubungan dengan……………………
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/ tanggal: ……………
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN & K.E. INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVAALUASI
Gunakan prinsip
SMART
Spesifik
Measurable
Achievable
Rasionable
Time
R
(reassessment)
O
(observation)
N
(nursing intervention)
E
(education)
C
(collaboration)
S
O
A
P
135
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : ……… ..........................................................................
Hari Rawat ke : ……… .......................................................................
NO HARI/ TGL IMPLEMENTASI
EVALUASI
AKHIR
Sesuai Tujuan
No.
Tindakan
Respon pasien
Jam:
S:
O:
A:
P:
PARAF
136