GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN
DIABETES MELITUS TENTANG MANAJEMEN DIET DI
PUSKESMAS MAMPANG
Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
QURRATU A’YUN
109104000020
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
i
Nama : QURRATU A’YUN
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 06 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jln. Mampang Prapatan XI Rt 007 Rw 04 No.52
Kecamatan : Mampang Prapatan, Kelurahan: Tegal Parang Jakarta Selatan 12790
Telp/ HP : -/ 0818 0812 1165
E-mail : [email protected]
1. MI AL-FALAH Duren Tiga (1996-2003)
2. MTS AL-KHAIRIYAH Jakarta Selatan (1993-2006)
3. SMA 28 Jakarta Selatan (2006-2009)
4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
RIWAYAT PENDIDIKAN
RIWAYAT ORGANISASI
ii
1. BEM J Ilmu Keperawatan
2. BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
3. ILMIKI
4. Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ
1. Seminar Kesehatan ‘Perangi Kanker Serviks’ tahun 2010
2. Medical Training Service ‘Basic Wound Closure Course’ tahun 2009
3. Seminar Cultural Approach in Holistic Nursing Care in Globalozation Era tahun 2009
4. Seminar Nasional Keperawatan Peduli Perawatan Luka “Let’s Improve the Nursing
Skill with Appropriate Wound Care” tahun 2009
5. Pelatihan Pertolongan Pertama Mahasiswa tahun 2011
6. Seminar “Cultural Approach in Holistic Care in Globalization Era” tahun 2009
7. Seminar umum“Hilangnya Ayat dalam Undang-undang Anti Rokok” tahun 2009
8. Seminar kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010
9. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method Bulids an
Indonesian Awareness of Natural Medication in The Future” tahun 2011
10. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” tahun 2012
11. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” tahun 2012
12. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu
Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” tahun 2012
13. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana
Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
14. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun 2010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
iii
JAKARTA
Skripsi, November 2013
Qurratu A’yun
Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diet DiPuskesmas Mampang
xv +85 hal, 14 tabel, 2 bagan, lampiran
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronis yang merupakan suatu kelompokpenyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresiinsulin, kerja insulin atau karena keduanya. Kasus DM yang meningkat di Indonesia bahkandi Dunia menjadikan ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk meneliti kasus DM. Penangananpasien DM tipe 2 dilakukan antara lain dengan diet. Keberhasilan diet pasien DMdipengaruhi oleh karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaandan lama menderita. Tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen diet DM berdasarkanjenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu konsumsi dan Tingkatpengetahuan pasien tentang manajemen diet DM berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan dan lama menderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuanpasien tentang manajemen diet DM berdasarkan yang telah disebutkan diatas, di PukesmasMampang Jakarta Selatan. Metode penelitian deskriptif dengan desain probability samplingdengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang terlibat sebanyak 42 responden.Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan didapatkan selama 2 minggu. Hasil analisadengan univariat berdasarkan tingkat pengetahuan manajemen diet DM secara keseluruhandengan presentase 57,94% dengan kategorik sedang. Kesimpulan bahwa pengetahuan tentangmanajemen diet DM di Puskesmas tersebut belum optimal sehingga perlu dikembangkanedukasi manajemen diet yang berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan. Saran untukpenelitian selanjutnya mengadakan penelitian berkelanjutan padda manajemen DM secarakeseluruhan.
Kata kunci: manajemen diet DM, diet DM, pengetahuan diabetesDaftar bacaan: 44 (2002-2012)
SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
iv
ISLAMIC STATE UNIVERSITY ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated Thesis , Novembre 2013
Qurratu A'yun
Knowledge level overview of Diabetes Mellitus Patients About Diet Management WorkArea Health Center At South Jakarta
xv + 85 pages, 14 tables, 2 sketch, appendixes
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic disease which is a group of metabolic diseases withcharacteristic hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion , insulin action orboth. DM cases increased in Indonesia, even in the World makes its own interest forresearchers to examine the cases of DM . The management of patients with type 2 diabetes ,among others by diet . The success of the diet DM patients affected by the characteristics ofthe respondents such as age , gender , education , employment and long-suffering . The levelof knowledge about dietary management of DM patients based on the type of food andprocessing methods , food serving and consumption of time and level of patient knowledgeabout dietary management of diabetes by age , gender , education , employment and long-suffering . The purpose of this study was to determine the level of knowledge about thepatient's diet DM based management mentioned above , Pukesmas Mampang in SouthJakarta . Descriptive research method with probability sampling design with simple randomsampling technique . The number of samples involved as many as 42 respondents . Collectingdata using a questionnaire and obtained over 2 weeks . The results of the univariate analysisbased on the level of knowledge management of diet DM as a whole with a percentage of57.94 % with moderate categorical . Conclusion that knowledge of diet DM management atthe health center is not optimal management education needs to be developed so that asustainable diet in health care . Suggestions for further research conduct ongoing researchPadda overall management of diabetes mellitus .
Key words: dietary management of diabetes, diabetes diet, diabetes knowledge
Reading list: 44 (2002-2012)
KATA PENGANTAR
v
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala
rahmat, taufiq serta hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa terlimpahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW, pembawa
cahaya kesejukan iman dan syari’ahNya yang universal bagi semua manusia dalam sgala
waktu dan tempat hingga akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar
sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Gambaran Tingkat
Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diet Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mampang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti
temukan namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, dan kesungguhan
disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,
segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku
kuliah.
2. Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku
Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Waras Budi Utomo,S.Kep, MKM dan Ibu Eni Nuraini, S.Kep, Msc, selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4. Ibu Ernawati, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
dosen pembimbing skripsi, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak
terimakasih.
5. Ibu Maftuhah, M.Kep, P.hd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya selama membimbing peneliti dan dengan ketulusan hati saya mengucapkan
banyak terimakasih.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitasIslam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada
peneliti selama duduk pada bangku kuliah.
7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah
banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Koordinator pelayanan Puskesmas Mampang serta seluruh jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus sebagai
bahan rujukan proposal skripsi.
9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Ibunda ku tersayang ’Hj.
Rosani’ dan Bapak ku terhormat ’(Alm) H.Ma’mun’ yang senantiasa memberikan
dukungan penuh berupa doa dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a tulus
ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi.
10. Kakak-kakakku Lutfi dan Hj. Fatrunnajah (Almh), adikku Achmad Rifqi El-fariz,
suamiku ‘Gamal Hambali’ serta keponakan-keponakanku M. ‘Izzat Alfayadh dan
Balqies Nadhira yang dengan pengorbanan serta perjuangan nya menjadikan kekuatan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
vii
11. Teman-teman terdekatku Eva Noviani, Sih Utami Sri Hartati, Walidatullaili
Mardliyah yang telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’09, yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat,
kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap semangat ya teman-teman
seperjuanganku. Semoga ikatan kekeluargaan kita terus kuat dengan silaturrahim yang
baik.
.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangunsehingga peneliti
dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi inidapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yangmempergunakannya terutama
untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, November 2013
Qurratu A’yun
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……..………………………………………........... iLEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. iiLEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. ivRIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… ………vABSTRAK ……………………………………………………………….. ………viiABSTRACT …………………………………………………………….... ………viiiKATA PENGANTAR………………………………………………..…………. ixDAFTAR ISI…………………………………………………………..………… xiiDAFTAR TABEL………………………………………………………… ………xivDAFTAR BAGAN………………………………………………………………. xvBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang………………………………………………………………… 1B. Rumusan Masalah……………………………………………………………... 6C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 6
1. Tujuan Umum………………………………...…..……………………. 62. Tujuan Khusus…………………………………….…………………… 6
D. Manfaat Hasil Penelitian……………………………………………………… 71. Bagi Pelayanan Kesehatan…………………………………………....... 72. Bagi Profesi keperawatan………………………..…………………...... 73. Bagi Masyarakat…………………………………………..…………… 74. Bagi peneliti…………………...……………...……………………....... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………….. 8BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Diabetes Melitus………………………………………………………………. 9
1. Pengertian................................................................................................. 92. Klasifikasi Diabetes.................................................................................. 123. Etiologi..................................................................................................... 144. Patofisiologi............................................................................................. 165. Manifestasi Klinik.................................................................................... 186. Pemeriksaan Laboratorium……………………………………............... 197. Manajemen Diabetes…………………………………………………… 218. Komplikasi............................................................................................... 27
B. Peranan Pengetahuan Bagi Penderita DM....................................……………. 32C. Pengetahuan……………………………………………………………........... 33
1. Pengertian……………………………………………………………… 332. Tingkat Pengetahuan…………………………………………………… 343. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan……………… 354. Pengukuran Pengetahuan………………………………………………. 37
D. Penelitian Terkait……………………………………………………………… 37E. Kerangka Teori................................................................................................... 41BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONALA. Kerangka konsep ……………………………………………..……...……….. 42B. Definisi operasional ………………………………..………..………………... 44BAB IV METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian …………………………………...………..….……….. 47B. Lokasi Dan Waktu Penelitian …………………………...……......….............. 47C. Populasi, Sampel ……………..…………..…….………………..…………… 48
ix
D. Instrumen Penelitian ……………..……………………………...…………… 50E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen………..…………………..…............. 51F. Langkah-langkah Pengumpulan Data………………………………………… 53G. Pengolahan Data…………………………………..……………..……............ 54H. Analisis Statistik………………………………………..………...…………... 55I. Etika Penelitian………………………………..………………………………. 56
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Mampang……………………………………… 57
1. Sejarah Puskesmas Mampang………………………………………….. 57
2. Visi Misi Puskesmas Mampang………………………………………… 57
3. Program Puskesmas Mampang…………………………………………. 58
B. Uji Instrumen..................................................................................................... 581. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................. 58
C. Analisa Univariat……………………………………………………………… 61
1. Karakteristik Responden……………………………………………...... 61
2. Pengetahuan Manajemen Diet………………………………………..... 64
BAB VI PEMBAHASAN
A. Uji Instrumen…………………………………………………………………. 721. Uji validitas dan reabilitas………………………………………………… 72
B. Analisis Univariat…………………………………………………………….. 741. Karakteristik Responden…………………………………………………. 742. Gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet DM 77
C. Keterbatasan Penelitian………………………………………………………. 82
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 83
B. Saran…………………………………………………………………………… 84
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...….............. 85LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai
Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl) 19
Tabel 2.2 Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998) 23
Tabel 2.3 Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus 25
Tabel 2.4 Menu pengganti dari American Diabetic Association 39
Tabel 2.5 Pengganti kalori dari American Diabetic Association 40
Tabel 3.2 Definisi Operasional 44
Tabel 5.1 Validitas dan reabilitas data 59
Tablel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden
DM di Puskesmas Mampang 62
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan manajemen
diet DM di Puskesmas Mampang 64
Tabel 5.4 Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM
berdasarkan usia 66
Tabel 5.5 Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM
berdasarkan jenis kelamin 67
Tabel 5.6 Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM
berdasarkan tingkat pendidikan 68
Tabel 5.7 Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM
berdasarkan status pekerjaan 69
Tabel 5.8 Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM
berdasarkan lama menderita 70
xi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori 41
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 42
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan
kegagalan keseimbangan glukosa sebagai akibat kekurangan insulin, baik
relatif maupun absolut (Underwood, 2002). Penyakit tersebut merupakan
salah satu penyakit bersifat kronis yang tidak dapat disembuhkan dan juga
dapat mengancam jiwa. DM menjadi penyakit yang sangat ditakutkan
masyarakat khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyakit ini
menyerang penderitanya seumur hidup. Penyakit DM dapat dikendalikan
dengan diet yang baik dan benar. Penderita DM dapat hidup sehat dengan
mematuhi diet sebaik mungkin (Erik, 2005).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa lebih
dari 346 juta orang di seluruh dunia menjadi penderita diabetes. Jumlah
tersebut dapat terjadi lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Hampir
80% dari kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Pada tahun 2003 WHO memperkirakan 194 juta jiwa atau
5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita
DM dan pada 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Jumlah
penderita diabetes meningkat dari 153 juta pada tahun 1980 hingga 347
juta pada tahun 2008. Selanjutnya, menurut data statistik kematian di
dunia yang dinyatakan oleh WHO pada tahun 2008 terdapat 57 juta jiwa
kematian terjadi setiap tahunnya, 36 juta (63%) adalah akibat Penyakit
Tidak Menular (PTM), terutama penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker
2
dan penyakit pernapasan kronis. Diabetes bertanggung jawab atas
kematian penduduk dunia sebesar 4% yaitu diperkirakan sekitar 3,2 juta
jiwa pertahun penduduk dunia meninggal akibat DM (WHO, 2008)
WHO telah memprediksikan bahwa di Indonesia akan ada
kenaikan dari 8,4 juta penderita diabetes pada tahun 2000, akan meningkat
menjadi sekitar 21,3 juta penderita diabetes pada tahun 2030. Hal ini akan
menjadikan Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) di dunia setelah
Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Diabetes
Care, 2012). Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi DM di
perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Pada
daerah DKI Jakarta yang memiliki penduduk 9 juta jiwa terdapat sekitar
1,25 juta jiwa di antaranya, termasuk anak-anak dan remaja menderita
DM. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, DM merupakan penyebab
kematian nomor enam (6) dari semua kelompok umur. Prevalensi DM di
Indonesia yang ada di perkotaan adalah sebanyak 5,7% dan sebanyak
73,7% pasien diabetes tidak terdiagnosa (Depkes, 2010).
Penanganan diet yang tidak baik mengakibatkan kadar gula darah
yang tidak terkontrol dengan baik pada penyakit DM sehingga
mengakibatkan timbulnya komplikasi dan penyakit serius lainnya,
diantaranya, jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan
sistem saraf. Sebanyak 50% klien diabetes mengalami kematian, atau
dapat pula bertahan hidup dengan komplikasi berupa kaki diabetes dengan
atau tanpa amputasi 14,8%, kebutaan 1-2%, ginjal diabetes 20% dengan
keharusan cuci darah serta gangguan syaraf tepi, dan impoten
3
(Boedisantoso, 2007). Penderita diabetes yang telah positif mengalami
DM disarankan berkonsultasi dengan praktisi kesehatan mengenai diet
yang tepat dan mematuhi setiap anjuran yang diberikan dengan
kedisiplinan. Diet yang tepat merupakan salah satu cara yang efektif bagi
penderita DM mengontrol penyakitnya (Smeltzer dan Bare, 2001).
Diet yang dilakukan pada penderita DM bertujuan membantu
memperbaiki pola makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik. Untuk mendapatkan hasil diet yang baik dan
benar dibutuhkan manajemen diet yang tepat sehingga dapat memperbaiki
kondisi penderita DM serta dapat mengurangi dampak komplikasi yang
lebih parah dari DM. Manajemen diet juga dapat digunakan untuk
membantu penderita DM mendisiplinkan diri mereka mengelola penyakit
DM dengan baik dan benar sehingga dapat mencapai kehidupan yang
sehat tanpa komplikasi DM (Rusilanti, 2008).
Salah satu cara untuk melakukan diet yang tepat untuk mencegah
komplikasi tersebut adalah memberikan pengetahuan awal tentang upaya
pencegahan sekunder pada klien DM (PERKENI,2006). Pengetahuan
klien tentang DM dapat membantu mereka untuk menjalankan penanganan
diet diabetes seperti minum obat, olahraga teratur, diet makanan rendah
karbohidrat dan lemak serta harus rajin mengkonsumsi sayur dan buah
sehingga mereka mengerti tentang penyakitnya dan dapat mengubah
perilakunya (Waspandji, 2004).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk sikap seseorang. Pengetahuan yang tinggi tentang DM
4
menimbulkan sikap yang positif (mendukung upaya pencegahan sekunder
DM) dan sikap yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
sikap yang tidak didasari pengetahuan. Sedangkan jika pengetahuannya
rendah akan menimbulkan sikap yang negatif (menolak upaya pencegahan
sekunder DM). Keberhasilan pengelolaan DM tergantung dari
pengetahuan dan perubahan sikap yang diwujudkan dalam perilaku klien.
(Notoatmojo,2007 dan Bohner & Wanke, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Manoel di Brazil (2007)
mengungkapkan bahwa 78,05 % klien DM memiliki pengetahuan yang
baik tentang penyakit DM, namun sikap klien negatif terhadap
penyakitnya. Hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyatakan
bahwa pengetahuan yang dimiliki klien DM cukup baik dan mempunyai
sikap yang positif terhadap penyakitnya. Hasil dari penelitian ini
disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dan sikap yang dimiliki klien DM.
Data awal yang didapatkan dari Puskesmas Mampang, pada tahun
2009 penderita DM terdapat 52 orang, tahun 2010 penderita DM
meningkat menjadi 78 orang, tahun 2011 penderita DM menjadi 96 orang,
dan data terakhir yang didapatkan pada Desember tahun 2012 penderita
DM meningkat menjadi 117 orang. Dari data yang didapatkan
menunjukkan peningkatan penderita DM per-tahun. Survei awal yang
dilakukan di Puskesmas Mampang terhadap 10 klien DM yang
mendapatkan pertanyaan mengenai diet mereka dengan hasil 3 klien
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka mengenai diet dengan
5
sikap yang positif terhadap upaya pencegahan sekunder DM bahwa
mereka mengatakan tidak mengkonsumsi makanan manis dan mereka
lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur serta berolahraga minimal
seminggu sekali, 6 klien lainnya juga mempunyai pengetahuan mengenai
diet tetapi sikap yang ditimbulkan negatif dengan masih mengkonsumsi
makanan manis serta jarang sekali untuk melakukan olahraga. Dan 1 klien
mengatakan tidak ada diet khusus yang diterapkan selama ini dan hanya
datang ke Puskesmas jika ada keluhan yang berarti. Padahal klien
mengetahui bahwa setiap selasa pagi dibuka poli DM khusus penderita
DM (FK UI, 2009).
Dari beberapa data yang didapatkan mengindikasikan bahwa
prevalensi DM meningkat secara global. Pengetahuan mengenai
manajemen diet yang tepat belum cukup baik di kalangan masyarakat
khususnya di wilayah Puskesmas Mampang. Berdasarkan wawancara
dengan para pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Mereka belum paham
mengenai diet makanan yang benar untuk penderita DM. Manajemen diet
yang tidak tepat menyebabkan keparahan bagi penyakit DM. Dengan
kondisi demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait DM
di daerah perkotaan yaitu DKI Jakarta khususnya di wilayah Puskesmas
Mampang, Jakarta Selatan. Dengan perbedaan penduduk diwilayah
perkotaan dengan maka akan mempengaruhi kedisiplinan manajemen diet
bagi penderita DM salah satunya yang bertempat tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Mampang, Jakarta Selatan.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas,
dengan ditemukan peningkatan penderita DM setiap tahunnya khususnya
di puskesmas Mampang, Jakarta Selatan dan kurang terpaparnya pasien
DM terhadap manajemen diet yang tepat, meskipun Puskesmas sudah rutin
melakukan pemaparan melalui PENKES diet DM setiap bulan, namun
belum pernah ditemui gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang
manajemen diet DM, sehingga menjadikan peneliti tertarik untuk
mengetahui gambaran pengetahuan terhadap manajemen diet bagi pasien
diabetes melitus di puskesmas Mampang, Jakarta Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi bagaimana gambaran pengetahuan
tentang manajemen diet bagi penderita diabetes mellitus (DM).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik demografi penderita DM
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama
menderita DM.
b. Mengidentifikasi pengetahuan penderita DM mengenai
manajemen diet DM berdasarkan jenis makanan dan cara
pengolahan, porsi makanan, waktu konsumsi.
c. Mengidentifikasi pengetahuan penderita DM mengenai
manajemen diet DM berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita DM.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan kepada Puskesmas Mampang mengenai gambaran
pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes
melitus di wilayah kerja puskesmas Mampang, Jakarta Selatan.
Penelitian ini juga diharapkan agar dapat menjadi bahan dasar
untuk pemberian PENKES mengenai manajemen diet Diabetes
Melitus (DM) untuk penderita Diabetes Melitus (DM).
2. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam mengidentifikasi
gambaran pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita
diabetes melitus sehingga dapat memberikan promosi kesehatan
dan asuhan keperawatan yang tepat serta dapat menjadi acuan bagi
perawat untuk lebih memahami pentingnya melakukan manajemen
diet bagi penderita Diabetes Melitus (DM).
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada
masyarakat khususnya penderita Diabetes Melitus (DM)
bagaimana pentingnya memiliki pengetahuan mengenai
manajemen diet Diabetes Melitus (DM). Penelitian ini juga
diharapkan dapat memotivasi penderita Diabetes Melitus (DM)
8
untuk memulai perilaku hidup sehat dengan manajemen diet yang
tepat.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti sebagai peningkatan
ilmu pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan tentang
manajemen diet bagi penderita diabetes melitus serta dapat menjadi
dasar untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini dimaksutkan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes
melitus. Penelitian kuantitatif dengan metode yang digunakan
adalah deskriptif, menggunakan teknik pengambilan sampel
probability sampling dengan teknik simple random sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Mampang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
angket atau kuesioner.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yaitu diabere yang
berarti (siphon) atau tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Sedangkan arti mellitus dalam bahasa
Latin adalah madu. Diabetes mellitus adalah penyakit dimana
seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang
manis (Erik, 2005).
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO,
2007). Menurut Darwis Yullizar dalam bukunya yang berjudul
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes
Melitus (2005), dijelaskan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu
kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai
penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin,
kelainan kerja insulin atau keduanya. Diabetes adalah gangguan
medis yang berpengaruh terhadap cara tubuh menggunakan
makanan untuk pertumbuhan dan energi.
10
Ketika seseorang makan, karbohidrat (pati dan gula)
dipecah menjadi glukosa, gula sederhana yang merupakan salah
satu dari sumber utama bahan bakar untuk tubuh. Sebagai makanan
yang dicerna, glukosa akan diserap ke dalam aliran darah, yang
mengangkut ke seluruh tubuh. Otot dan sel-sel lemak merespon
sinyal dari hormon beredar dalam darah yang disebut insulin, yang
merupakan "kunci" yang membuka "pintu" dari sel-sel ini untuk
memungkinkan glukosa untuk masuk dan melakukan tugasnya.
Penumpukan glukosa dalam darah adalah ciri khas diabetes
(Metzger, 2006).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersikulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang
diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer, 2001).
Kadar gula darah puasa pada orang dewasa yang tidak
memiliki penyakit diabetes adalah < 100 mg/dl, sedangkan kadar
gula darah puasa bagi penderita diabetes adalah < 140 mg/dl. Pada
orang dewasa yang tidak memiliki penyakit diabetes kadar gula
darah akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal
hingga 2 jam setelah makan kurang dari 120-140 mg/dl. Makanan
11
yang dimakan mengandung karbohidrat maupun minuman yang
mengandung gula atau pemanis buatan (Smeltzer, 2001).
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia
yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti
diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit
ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit
makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit
vaskuler perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
Landasan diabetes berfokus pada aspek perawatan diri
meliputi keterlibatan mematuhi program diet yang telah
dianjurkan, olahraga secara teratur, kepatuhan minum obat,
pemantauan gula darah secara teratur serta mencegah komplikasi
yang dapat memperparah penderitanya. Pada kondisi tersebut
seseorang sangat membutuhkan pengetahuan yang mendalam
mengenai diabetes melalui pendidikan kesehatan yang
didapatkannya melalui tim medis dimana mereka melakukan
pemeriksaan kesehatan. Disamping itu penderita juga dapat
mencari informasi melalui media masa seperti internet, majalah,
koran, televisi, radio ataupun yang lainnya (Potter & Perry, 2006).
12
2. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes
Association (2009) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) adalah:
a. Diabetes Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)
Diabetes Melitus tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan
nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi
karena kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Bila
kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala
diabetes mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat
terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar
penderita diabetes tipe 1 mempunyai antibodi yang
menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil
tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai
type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum
usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk
klasifikasi.
b. Diabetes Tipe 2: Diabetes melitus tidak tergantung insulin
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM])
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan 90% dari kasus
diabetes. Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan
insulin bekerja di jaringan perifer atau penurunan sensitivitas
terhadap insulin (insulin resistance) dan disfungsi sel beta.
13
Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala
minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi
ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin
bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak
tergantung pada pemberian insulin.
c. Diabetes Melitus tipe lain
Diabetes Melitus dimana individu mengalami
hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi
sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali),
penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin),
penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-
adrenergik), dan infeksi atau sindroma genetik (Down’s,
Klinefelter’s).
d. Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus
[GDM])
Diabetes Mellitus dan kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM antara lain
riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini
meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia,
14
ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena
bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga
merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi
GDM kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat
risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
3. Etiologi Diabetes
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes Tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin
pula lingkungan (misalnya, infeksi virus).
1) Faktor genetik, penderita diabetes mewarisi sutau
prediposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadi
diabetes tipe 1. Kecenderungan ini di temukan padam
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen), yang merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
2) Faktor imunologi, adanya respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abdormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang menganggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
15
3) Faktor lingkungan, hasil riset menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan dekstrusi sel beta.
(Potter & Perry, 2006 dan Syahrir, 2006).
b. Diabetes Tipe 2
Mekanisme yang tepatnya belum diketahui, namun faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu ada pula faktor-faktor
resiko tertentu, di antaranya:
1) Usia (resistensi cenderung meningkat pada > 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik/ ras
Faktor resiko secara umum terhadap DM, yaitu:
1) Kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun)
2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27
(kg/m2)}
3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4) Riwayat keluarga DM
5) Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6) Riwayat DM pada kehamilan
7) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250
mg/dl)
16
8) Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu)
(Potter & Perry, 2006).
4. Patofisiologi Diabetes
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin, sel-sel ß pankreas dihancurkan oleh
proses autoimun sehingga tidak mampu mempertahankan gula
darah dalam level normal. Glukosa yang dihasilkan dari
makananpun tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada
dalam darah sehingga menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan) (Smeltzer, 2002 dan Syahrir,
2006).
Pada kondisi demikian maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar sehingga glukosa
keluar bersamaan urin disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit berlebihan (dieresis osmotik) yang menyebabkan
peningkatan berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Peningkatan selera makan (polifagia) juga terjadi akibat
menurunnya simpanan kalori (Smeltzer, 2002 dan Syahrir,
2006).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein
dan lemak yang dapat menimbulkan penurunan berat badan.
Lemak akan dipecah sehingga terjadi peningkatan produksi
17
badan keton. Dengan demikian keseimbangan asam-basa akan
terganggu jika produksi badan keton berlebihan. Peristiwa
tersebut dapat mengakibatkan ketoasidosis diabetik dengan
tanda dan gejala berupa nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau keton dan kondisi terparah akan
menyebabkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian
(Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetik tipe 2 terjadi masalah utama yang berkaitan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Resisten insulin disertai dengan penurunan reaksi
intrasel untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Usaha mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah adalah dengan peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer, 2002 dan Syahrir,
2006).
Pada kasus diabetes tipe 2 toleransi glukosa terganggu
yang disebabkan sekresi insulin yang berlebihan, dan akan
mempertahankan kadar glukosa pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkatkan dan terjadilah diabetes mellitus tipe 2 (Smeltzer,
2002 dan Syahrir, 2006).
18
Pembeda diabetes tipe 2 dengan diabetes tipe 1 adalah
masih terdapatnya insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi bedan keton yang
menyertainya. Dengan demikian, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe 2. Namun, jika keadaan tersebut tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik
(HHNK) (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006).
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes yang terjadi saat wanita mengalami kehamilan
yang diakibatkan oleh sekresi hormon-hormon plasenta.
Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia
kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi
kemungkinan diabetes (Smeltzer, 2002).
5. Manifestasi Diabetes
Manifestasi klinik yang ditimbulkan pada penderita diabetes
melitus antara lain:
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga
serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan
cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
19
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik
(poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam
vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga
efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,
penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
(Brunner & Suddarth, 2002 dan Syahrir, 2006)
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan uji diagnostik
20
Pemeriksaan uji diagnostik dilakukan pada pasien dengan
keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka
diagnosis hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥
200 mg/dl, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan
ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl, atau hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8% (Yullizar, 2005).
b. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah untuk kelompok yang tidak bergejala dengan faktor resiko
yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan
penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi
pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain,
pemeriksaan penyaring dilakukan tiga bulan (Yullizar, 2005).
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)
Kadar Gula Lokasi BukanDM
Belum pastiDM
DM
Kadar glukosadarahsewaktu (mg/dl)
Plasma venaDarah kapiler
< 100<90
100-19990-199
≥200≥200
Kadar glukosadarahPuasa (mg/dl)
Plasma venaDarah kapiler
< 100<90
100-12590-99
≥126≥100
Sumber : Konsesus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2006
21
7. Manajemen Diabetes
Untuk mengurangi dampak kerugian yang lebih besar dari
diabetes, maka diperlukan tindakan yang dapat membantu proses
menuju keadaan yang lebih stabil dari sebelumnya, yaitu dengan
penatalaksanaan yang tepat dan benar. Tujuan utama pencegahan
sekunder diabetes melitus atau penatalaksanaan diabetes melitus
adalah pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan
timbulnya komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji,
2003). Menurut Brunner & Suddarth (2002), ada lima komponen
yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diabetes meliputi
diet, latihan, pemantauan, terapi, dan pendidikan. Sedangkan
menurut Konsensus Nasional 1998 (PERKENI, 2006) terdapat
lima pilar utama dalam pengelolaan diabetes melitus, antara lain:
perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, pemantauan
glukosa darah dan obat berkhasiat hipoglikemik.
a. Perencanaan makan (Diet Diabetes)
Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan
pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus
dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya
hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan.
Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara
konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk
meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya
dapat menurunkan kadar glukosa darah (Soebardi & Yunir
22
dalam Sudoyo, 2006). Standar yang dianjurkan dengan
kecukupan gizi sebagai berikut :
1) Karbohidrat 60-70 %
Makanan yang mengandung karbohidrat antara lain nasi,
sereal, umbi, kacang-kacangan, jagung, kentang, berbagai
macam roti, dan sagu. Pengolahan yang dianjurkan dengan
cara direbus, dikukus, dipanggang atau disetup (Fox &
Kilvert, 2010).
2) Protein 10-15 %
Banyak jenis makanan yang kaya akan protein, seperti
telur, daging, unggas, ikan, produk susu, biji-bijian, dan
kacang-kacangan (Fox & Kilvert, 2010).
3) Lemak 20-25 %
Bagi penderita diabetes, jenis lemak yang sangat tepat
adalah monounsaturated fat yang banyak ditemukan di
minyak zaitun dan kanola. Lemak jenis itu diyakini dapat
mengurangi resistansi insulin dan memperlancar aliran
darah di arteri. Polyunsaturated fats dalam bentuk omega-
3 juga baik bagi penderita diabetes. Omega-3 didapatkan
pada berbagai jenis ikan, kerang, minyak kanola, atau
kacang kedelai (Fox & Kilvert, 2010).
4) Serat 20-30%
Serat didapatkan dari berbagai sumber makanan seperti
sayuran terutama sayuran berwarna hijau.
23
Jumlah kalori diet DM berkisar 110-2500 kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal. Dalam penatalaksanaan diet DM mengacu
pada 3J yaitu : jenis makanan, jumlah makanan, jadwal
makanan. Porsi makan terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3
kali makanan selingan dengan interval setiap 3 jam. Untuk
pemantauan status gizi, dipakai Body Mass Index (BMI) =
Indeks Massa Tubuh (IMT).
BMI = IMT = BB (kg)/ {TB (m)}2
Tabel 2.2
Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)
Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas
Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resikoterhadap masalah-masalah
klinis lain meningkat)Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rataOverweight: > 25Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 MeningkatObese I 30.0 - 34.9kg/m2 SedangObese II 35.0 - 39.9 kg/m2 BerbahayaObese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya
Sumber: WHO 1998
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur
(3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang
sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical, interval,
progressive, endurancetraining). Latihan jasmani yang teratur
menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin
24
berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, 2007). Pasien dengan
kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak dianjurkan untuk
latihan jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah
dan benda keton, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo,2006).
Olahraga ringan yang dapat dilakukan adalah berjalan kaki
selama 30 menit, sedangkan olahraga sedang yang dapat
dilakukan adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga
berat seperti jogging atau aerobic selama 15-20 menit.
c. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan, megubah sikap, mengubah prilaku serta
meningkatkan kepatuhan, dan meningkatkan kualitas hidup.
Dengan hasil akhir yang ingin diperoleh adalah penderita
diabetes dapat melakukan pola hidup yang sehat serta dapat
mengontrol kadar gula darahnya. Sehingga dampak yang lebih
parah dari komplikasi dapat dicegah (FK UI, 2009).
d. Pemantauan pengendalian DM
Pemantauan dilakukan dengan hasil akhir yang digunakan
untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan
penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk
mencapai kadar glukosa darah normal serta terhindar dari
keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Secara umum
tujuan pengelolaan DM adalah sebagai berikut :
25
1) Menghilangkan gejala
2) Menciptakan dan mempertahankan rasa sehat
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Mencegah komplikasi akut dan kronik
5) Mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada
6) Mengurangi kematian
7) Mengobati penyakit penyerta bila ada
Untuk mengetahui status penderita DM dapat dinilai
dengan parameter antara lain: perasaan sehat secara subjektif,
perubahan berat badan, kadar glukosa darah, kadar glukosa
urin, kadar keton darah, kadar keton urin, kadar hemoglobin
glikat dan kadar lipid darah (FK UI, 2009).
Tabel 2.3
Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
Pemeriksaan Baik Sedang BurukGlukosa darah puasa *(plasma vena , mg/dL)
80-109 110-125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam pp*(plasma vena , mg /dL)
80-144 145-179 ≥ 180
HbA1c < 6,5 6,5 – 8 > 8Kolesterol total (mg / dL)
< 200 200 – 239 ≥ 240
Kolesterol LDL (mg / dL)
< 100 100 – 129 ≥ 130
Kolesterol HDL (mg/ dL)
> 45
Trigliserida (mg/ dL ) > 150 150 – 199 ≥ 200IMT (kg / m2 ) 18,5 – 22,9 23 – 25 > 25Tekanan darah (mmHg) < 130/ 80 130/ 80 -
140/ 90> 140/ 90
Sumber: Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratoriumuntuk Penyakit Diabetes Melitus ; 2005 )
26
e. Obat-obatan
1) Pengobatan dengan insulin
Indikasi terapi dengan insulin :
a) Semua orang dengan DM tipe 1
b) Orang dengan DM tipe 2 tertentu, bila jenis terapi lain
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau
apabila mengalami stress fisiologis seperti pada
tindakan pembedahan
c) Orang dengan DM pada kehamilan membutuhkan
insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah
d) Insulin digunakan pada diabetes ketoasidosis
e) Orang dengan DM yang mendapat nutrisi parenteral
atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk
memenuhi kebutuhan energy yang meningkat, secara
bertahap akan memerlukan insulin untuk
memepertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin (FK UI, 2009).
2) Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dibagi menjadi 4 golongan :
27
a) Pemicu sekresi insulin :
sulfonilurea (15-30 menit sebelum makan) dan glinid
(sebelum/sesaat makan)
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin :
metformin (sebelum/sesaat/sesudah makan), tiazolidindion
(tidak bergantung pada jadwal makan)
c) Penghambat glukoneogenesis :
metformin (sebelum/sesaat/sesudah makan)
d) Penghambat absorpsi glukosa :
penghambat glukosidase alfa (bersamaan suapan pertama)
(FK UI, 2009).
8. Komplikasi Diabetes
Komplikasi dapat timbul jika kadar gula darah tidak
terkontrol dan tidakmenjalankan pola hidup yang sehat.
Komplikasi dapat terjadi pada penderita diabetes dengan
keluhan lebih dari 4 tahun (Syahrir, 2006).
a. Komplikasi akut Diabetes
1) Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar glukosa darah yang
abnormal rendah dimana kadar glukosa darah dibawah
50 hingga 60 mg/dL (2.7 – 3.3 mmol/L). Terjadi karena
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas yang berat.
28
Penyebab hipoglikemia :
a) Makan kurang dari aturan yang ditentukan
b) Berat badan turun
c) Sesudah olahraga
d) Sesudah melahirkan
e) Sembuh dari sakit
f) Makan obat yang mempunyai sifat serupa (FK UI,
2009).
Tanda-tanda hipoglikemia :
a) Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah
turun
b) Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicara, kesulitan menghitung sederhana
c) Stadium simpatik : keringat dingin pada muka
terutama di hidung, bibir atau tangan, berdebar-
debar
d) Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar)
dengan atau tanpa kejang (FK UI, 2009).
Pencegahan hipoglikemia untuk pasien yang
menggunakan insulin:
a) Sudahkah tepat dosis insulin
b) Jangan menyentuh terlalu dalam, ingat hanya
dibawah kulit, cubit kulit anda, suntik sejajar
bagian dasarnya
29
c) Kurangi dosis insulin bila ada perubahan seperti
makan agak kurang, olahraga, sesudah operasi,
melahirkan (FK UI, 2009).
Pengobatan hipoglikemia :
a) Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni kurang lebih 30 g (2 sendok
makan) atau sirup, permen dan makanan manis
lainnya.
Stop obat hipoglikemik sementara, periksa
glukosa darah sewaktu (FK UI, 2009).
b) Stadium lanjut (koma hipoglikemi)
Rujuk segera mungkin ke Rumah Sakit terdekat
untuk mendapatkan pertolongan dokter (FK UI,
2009).
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolism
karbohidrat, protein, dan lemak. Penyebab utamanya
antara lain:
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis
yang dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
30
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang
tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Gejala yang timbul antara lain: poliuri, polidipsi,
penglihatan kabur, kelemahan penapasan kussmaul dan
sakit kepala. Pada penurunan volume intravascular
terjadi hipotensi ortostatik, denyut nadi lemah dan cepat.
Selain itu pada GI adalah anoreksia, mual, muntah, nyeri
abdomen.
Penanganan, diarahkan pada tiga masalah utama, yaitu:
1) Dehidrasi. Rehidrasi merupakan tindakan yang
penting untuk mempertahankan perfusi jaringan.
2) Kehilangan elektrolit. Masalah elektrolit yang
biasanya terjadi adalah kalium. Berikan 40 mEq
kalium/ jam (yang ditambahkan ke dalam cairan
infus) mungkin diperlukan selama beberapa jam.
3) Asidosis. Penambahan insulin untuk untuk
menurunkan akumulasi badan keton yang
merupakan pemecahan lemak.
(FK UI, 2009).
c. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes
1) Penyakit Makrovaskular
a) Jantung koroner
b) Pembuluh darah kaki
c) Pembuluh darah otak
31
2) Penyakit Mikrovaskular
a) Ginjal
b) Retina mata
3) Neuropati
a) Polineuropati sensorik :
Gejala yang ditemui adalah parestesia (perasaan
tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada
malam hari), semakin parah maka kaki terasa baal
(mati rasa), penurunan fungsi proprioseptif dan
penurunan sensibilityas nyeri dan suhu.
b) Neuropati otonom :
Mengakibatkan disfungsi yang mengenai hampir
seluruh system organ tubuh. Kardiovaskular
(takikardia, hipotensi ortostatik, infark miokard),
GI (mual, muntah, kembung, pewrasaan cepat
kenyang, dan konstipasi atau diare), Urinarius
(retensi urin, penurunan kemampuan merasakan
kandung kemih yang penuh), Kelenjar Adrenal
(Hipoglycemic Unawareness), Neuropati
sudomotorik (tidak adanya atau berkurangnya
pengeluaran keringat), disfungsi seksual
(impotensi).
32
4) Rentan infeksi
(FK UI, 2009).
B. PERANAN PENGETAHUAN BAGI PENDERITA
DIABETES MELITUS
Diabetes merupakan penyakit kronik yang membutuhkan
pengobatan seumur hidup serta dibutuhkan kedisiplinan dari sikap
positif penderitanya untuk menjalankan pola hidup sehat. Sikap
pofitif penderita diabetes dapat dibentuk berdasarkan tingkat
pengetahuan yang baik dari penderita diabetes. Pengetahuan klien
tentang DM dapat membantu mereka untuk menjalankan
penanganan diabetes seperti minum obat, olahraga teratur, diet
makanan rendah karbohidrat dan lemak serta harus rajin
mengkonsumsi sayur dan buah sehingga mereka mengerti tentang
penyakitnya dan dapat mengubah perilakunya (Waspadji, 2004).
Penyakit diabetes yang tidak diatasi akan menimbulkan
kompliksi yang dapat mengancam jiwa. Penderita diabetes yang
telah positif mengalami Diabetes Melitus sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter dan mematuhi setiap anjuran dokter dengan penuh
disiplin. Selain itu penderita juga dapat melakukan perencanaan
diet sebagai salah satu cara yang efektif bagi penyakit Diabetes
Melitus. Penderita diabetes yang memiliki pengetahuan yang cukup
baik serta memiliki sikap positif akan mengurangi tingkat
komplikasi akut maupun kronik dari penyakit diabetes tersebut.
Oleh sebab itu, peranan pengetahuan terhadap tingkat keparahan
33
penyakit diabetes sangat penting untuk mendisiplinkan penderita
diabetes agar tetap menjalankan pola hidup sehat dan terbebas dari
komplikasi penyakit diabetes yang dialaminya (Smeltzer dan Bare,
2001)
C. PENGETAHUAN
1. Pengertian
Menurut Kuntjoroningrat, (1997). Dikutip oleh
Nursalam dan Pariana (2000:133) semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima
informasinya sehingga semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
indera mata dan indera telinga (Notoatmodjo, 2003: 121).
Pengetahuan sendiri merupakan domain yang sangat
penting dalam terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian
terbentuknya perilaku terhadap seseorang karena adanya
pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu
perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai
pada domain kognitif. Dalam arti klien diabetes terlebih dahulu
diberi stimulus yang berupa informasi tentang upaya
pencegahan sekunder sehingga menimbulkan pengetahuan
yang baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap klien diabetes terhadap informasi upaya
34
pencegahan sekunder terhadap diabetes yang diketahuinya.
Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan
sekunder yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya,
tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa
tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi
upaya pencegahan sekunder. Dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo : 2003 : 121).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif.
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Know / Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah.
b. Comprehension / Memahami
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang akan diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Application / Aplikasi
35
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
mneggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi ril.
d. Analisys / Analisa
Analisa suatu kemampuan dalam menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut.
e. Sintesa
Sintesa menunjukan kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruh yang baru. Dengan kata lain suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek atau materi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
pengetahuan menurut Notoatmodjo, 2003 adalah sebagai
berikut :
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
mudah menerima informasi sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimilik. Tingkatan pendidikan meliputi
SD, SMP, SMA, PerguruanTinggi.
36
b. Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup
umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Menurut Hurlock,
2003 pembagian usia berdasarkan tahapan dewasa terdiri
dari dewasa awal 20-40 tahun, dewasa madya 41-60 tahun
dan dewasa lanjut 61-75 tahun.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman
pribadi ataupun dapat digunakan sebagi upaya memperoleh
pengetahuan.
d. Sumber informasi
Merupakan informasi tentang cara mencapai hidup sehat,
cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit
dan sebagainya. Dengan pengetahuan itu akan
menyebabkan seseorang berprilaku sesuai dengan yang
dimilikinya.
e. Penghasilan
Penghasilan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan
kebutuhan lainnya.
37
4. Pengukuran Pengetahuan
Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu, mendasarkan diri kepada rasio
dan pengalaman. Cara pengukuran pengetahuan dalam
penelitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan
dalam prosentase. Tinggi = 76-100%; Sedang = 56-75%;
Rendah ≤55% (Nursalam, 2003 : 124). Hidayat (2007)
menjelaskan bahwa salah satu skala yang dapat digunakan
dalam mengukur pengetahuan adalah menggunakan skala
Guttman. Skala guttman terdiri dari benar-salah atau ya-tidak.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan skala Guttman
dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran
pengetahuan terhadap manajemen diet bagi penderita Diabetes
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Mampang.
D. PENELITIAN TERKAIT
Penelitian yang terkait dilakukan oleh Antonio Manoel dkk
(2007), penelitian ini menggunakan metode cross-sectional
deskriptif di Universitas Brazil. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus.
Sampel terdiri dari 70 orang dewasa dengan diabetes mellitus. Data
dikumpulkan melalui versi Portugis Pengetahuan Diabetes
Questionnaire (DKN-A) dan Sikap Diabetes Questionnaire (ATT-
19). Hasil mengungkapkan bahwa 78,05% para responden
memiliki pengetahuan dan memahami penyakit diabetes dengan
38
baik. Sedangkan sikap responden klien diabetes mellitus ini
menyatakan kesulitan dalam mengatasi penyakitnya terkait
manajemen DM. Peneliti menyimpulkan bahwa meskipun
responden memperoleh nilai yang baik terhadap pengetahuan, sikap
mereka tidak berubah dalam mengatasi penyakitnya (International
Journal of Diabetes in Developing Countries).
Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Yuni Thiodora
Gultom mengenai manajemen latihan pada penderita DM,
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional dilakukan di RSAD Gatot Subroto. Pengumpulan data
melalui kuisioner selama 2 minggu. Hasil analisa dengan unvariat
berdasarkan tingkat pengetahuan didapatkan hasil pengetahuan
tentang manajemen latihan pada penderita DM sedang.
39
Tabel 2.4
(Menu Pengganti Diet Dari American Diabetic Association, 2006)
Pengganti Konten Gizi Makanan SetaraKarbohidrat Pengganti
Satu Pati 15 gram karbohidrat3 gram protein
1gram (atau kurang) lemak
1 iris roti, bagel ¼, ¾ cangkir serealdingin, 1/3 cangkir nasi, pasta, atau
kacang kering dimasak, 3 ons kentangSatu Buah Pengganti 15 gram karbohidrat
60 kalori1 apel kecil, pisang, atau oranye, 1 media
peach, 1 cangkir berry segar, 4 ons justanpa gula
Satu susu bebas lemakatau rendah lemak
12 gram karbohidrat8 gram protein0-3 gram lemak
90 kalori
1 cangkir susu bebas lemak, ¼ cangkirplain bebas lemak atau rendah lemak-
yoghurt
Satu susu rendah lemak 12 gram karbohidrat8 gram protein5 gram lemak
120 kalori
1 cangkir 2% susu, secangkir susukedelai
Seluruh jenis susu 12 gram karbohidrat8 gram protein8 gram lemak
150 kalori
1 cangkir susu, ¾ cangkir yoghurt darisemua jenis susu
Jenis sayur 5 gram karbohidrat2 gram protein0 gram lemak
25 kalori
½ mangkok sayuran, 1 cangkir sayuranmentah atau salad hijau, ¼ cangkir jus
sayuran
karbohidrat lainnya 15 gram karbohidrat,dengan berbagai jumlah
protein, lemak, dan kalori
1 sendok makan jelly atau gula meja,dessert seperti ½ cangkir yogurt beku
Pengganti Daging Dan Daging BursaSangat rendah protein 7 gram protein
0-1 gram lemak0-2 15 kalori
1 ons daging unggas putih, tuna kalengandalam air, 2 putih telur, ¾ cangkir keju
cottage rendah lemak
Rendah protein(untuk dua kali
seminggu)
7 gram protein3 gram lemak
55 kalori
1 ons daging unggas gelap, daging sapitanpa lemak, babi, atau domba, keju
rendah lemak
protein rendah lemak(pilih sangat jarang)
7 gram protein5 gram lemak
75 kalori
1 ons daging sapi atau babi, 1 butir telur,1 ons keju mozzarella
protein tinggi lemak(meminta dokter Andaseberapa sering Anda-
bisa makan ini)
7 gram protein8 gram lemak
100 kalori
1 ons keju seluruh lemak, 1 ons iga, 1sendok makan selai kacang
Pengganti lemak
Lemak 5 grams lemak45 kalori
1 sendok teh minyak atau mentega, 1sendok makan salad atau krim keju, 1/8
alpukat
40
Tabel 2.5
(Kalori Pengganti American diabetic association, 2006)
Jika anda adalah Jumlah kalori anda Jumlah yang dikonsumsiSeorang wanita kecil yang latihan hingga
menengah, wanita yang ingin menurunkan beratbadan atau wanita menengah yang tidak latihan
banyak
1,200 hingga 1,600 6 pati, 3 sayuran, 2 buah, 2porsi susu atau yogurt, 2porsi daging atau ikanhingga 3 lemak sehat
Seorang wanita besar yang ingin menurunkan beratbadan atau seorang pria kecil dengan berat badannormal atau pria berukuran sedang yang memimpi
hidup menetap atau menengah, untuk pria besaryang ingin menurunkan berat badan
1,600 hingga 2,000 8 pati, 4 sayuran, 3 buah, 2susu atau yogurt, 2 dagingatau ikan hingga 4 lemaksehat
Seorang pria menengah untuk pria besar yanglatihan banyak atau memiliki pekerjaan yang aktif
secara fisik seperti pekerjaan konstruksi atauseorang pria besar berat badan normal atau orang
besar berat nominal atau wanita besar yang latihanbanyak atau memiliki pekerjaan yang menuntut
fisik
2,000 hingga 2,400 11 pati, 4 sayuran, 3 buah,2milk atau yogurt, 2daging atau ikan hingga 5lemak sehat
41
E. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1: Kerangka teori
Berdasarkan Teori Stimulus Organisme, Hosland, et al (1953) dalam
Notoatmodjo, 2007 dan NIC & NOC
Stimulus
Pengetahuan
Manajemen Diet yangtepat
Diabetes Mellitus terkontroldan tidak terjadi komplikasi
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
terhadap sikap:
- Pendidikan
- Usia
- Pengalaman
- Sumber informasi
- penghasilan
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan terhadap
perilaku:
- Pengalaman pribadi
- Pengaruh orang lain
yang dianggap penting
- Pengaruh kebudayaan
- Media massa
- Pengaruh faktor
emosional
Jenis makanan dan Cara pengolahan,
Porsi/sediaan, Waktu konsumsi
42
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Skema 3.1
(Kerangka Konsep Penelitian)
Kerangka konsep merupakan kerangka penelitian yang
menggunakan model konseptual spesifik yang berbasis teori dan dasar
dari konseptual bagi masalah peneliti dan kerangka kerja yang
digabungkan kedalam pengetahuan teoritis yang relevan dan terkait
hasil (Burn & Grove, 2002). Kerangka konsep adalah rangkuman dari
kerangka teori yang dibuat dalam bentuk diagram yang
menghubungkan antara variabel yang diteliti dan variabel lain yang
terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Dalam penelitian ini, yang ingin diketahui adalah pengetahuan
terhadap manajemen diet bagi penderita DM berdasarkan jenis
Karakteristik Individu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Lama menderita
Pengetahuan tentang
manajemen diet :
1. Jenis makanan dan cara
pengolahan
2. Porsi/sediaan
3. Waktu konsumsi
43
makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu konsumsi.
Pengetahuan akan diklasifikasikan menjadi tingkat pengetahuan yang
rendah, sedang, dan tinggi terhadap manajemen diet DM secara
keseluruhan berdasarkan karakteristik responden serta berdasarkan
jenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu
konsumsi. Berdasarkan pengetahuan tersebut, peneliti melihat
sejauhmana pengetahuan penderita DM mengetahui manajemen diet
yang tepat di wilayah kerja Puskesmas Mampang.
44
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Usia Umur responden dari sejak
lahir sampai dengan ulang
tahun terakhir
Menentukan karakter usia
responden sesuai pilihan
pada kuisioner
Kuisioner 1. 20-40 tahun
2. 41-60 tahun
3. 61-75 tahun
(Hurlock, 2003).
Ordinal
Jenis
kelamin
Merupakan pertanda
gender seseorang
Menentukan jenis kelamin
responden
Kuisioner 1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Pendidikan Jenjang pendidikan formal
yang telah diselesaikan
responden
Menentukan tingkat
pendidikan sesuai pilihan
yang tertera pada kuisioner
Kuisioner 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT
Ordinal
Pekerjaan Pencaharian yang
dilakukan rutin sebagai
upaya memenuhi
kebutuhan diri dan
Menentukan rutinitas
pekerjaan sesuai pilihan
yang tertera pada kuisioner
Kuisioner 1. Tidak bekerja
2. Bekerja
Nominal
44
keluarga
Lama
menderita
DM
Lama terdiagnosa DM tipe
2 yang dialami pasien
Mengidentifikasi lama
terjadinya DM yang dialami
responden dari awal keluhan
hingga saat menjadi
responden pada waktu
penelitian
Kuisioner 1. ≤ 4 tahun
2. > 4 tahun
(Syahrir, 2006).
Ordinal
Pengetahuan Pertanyaan penelitian yang
diajukan untuk melihat
kemampuan penderita DM
di wilayah kerja
Puskesmas Mampang
Untuk memahami
manajemen diet yang tepat
meliputi jenis makanan
dan cara pengolahan, porsi
Pengukuran tingkat/
Pengetahuan menggunakan
skala Gutman dan scoring.
Pertanyaan peneliti terdiri
dari pernyataan positif dan
negatif.
Responden menjawab
dengan jawaban benar
atau salah (Hidayat, 2007)
Kuisioner 1. Rendah
(<56%)
2. Sedang
(56%-75%)
3. Tinggi
(76%-100%)
(Gutman dalam
Hidayat, 2007).
Kategorik-
Numerik
44
makan, waktu konsumsi. Pernyataan positif, pada
responden menjawab
benar diberi nilai 1, dan
jika salah diberi nilai 0
Pernyataan negatif, pada
responden menjawab
benar diberi nilai 0, dan
jika salah diberi nilai 1
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian.
Penelitian deskriptif ini juga disebut penelitian pra-eksperimen karena
dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi, menggambarkan, dengan
tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu
gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh dilapangan
(Sukardi, 2009).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan uji validitas di Puskesmas Mampang Jakarta
Selatan, penelitian ini dilakukan pada pasien DM yang datang berobat
ke Puskesmas. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena banyaknya
kasus diabetes yang terjadi di wilayah tersebut dan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Puskesmas tersebut juga menyediakan
poli khusus DM yang dibuka setiap hari Selasa dan Kamis mulai
pukul 08.00-12.00 WIB. Namun pasien yang datang terkadang masih
sedikit karena mereka hanya datang jika terdapat keluhan yang berarti
bagi mereka atau sekedar ingin mencoba ke poli gizi. Penelitian telah
48
dilakukan mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan September
2013.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan di
teliti (Notoatmojo, 1993: 75). Populasi dalam penelitian ini
adalah penderita DM yang berada di sekitar wilayah kerja
Puskesmas Mampang Jakarta Selatan yang datang berobat ke
Puskesmas. Total penderita DM di Puskesmas Mampang
Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2012 mencapai
117 orang dengan rata-rata usia 35 hingga 75 tahun.
b. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek
yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmojo, 1993 :75). Teknik pengambilan sampel
menggunakan probality sampling dengan teknik simple random
sampling yaitu pasien DM yang datang berobat diundi
namanya satu persatu untuk dijadikan sample penelitian.
1) Kriteria inklusi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a) Memiliki riwayat penyakit DM hingga saat ini
b) Bersedia menjadi responden
c) Mampu berkomunikasi secara verbal
d) Kooperatif
49
e) Datang berobat ke Puskesmas
Besarnya sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi
sebagai berikut:
Keterangan :
n : besar sampel
: derajat kemaknaan (95%) = 1,96
: kekuatan uji 90% Z = 1,28
: rata-rata proporsi pada populasi
: = (81,1 + 36,36) / 2 = 58,73
: proporsi pengetahuan kurang, perilaku buruk 81,1
% = 0,81
(Irma, 2010)
: proporsi pengetahuan baik, perilaku buruk 36,36
%= 0,37
(Irma, 2010)
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah
n = 19 x 2 = 38 (berdasarkan uji beda dua proporsi maka hasil n
dikali 2 )
Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian
tersebut sebesar 38 responden dan untuk mengantisipasi adanya
49
e) Datang berobat ke Puskesmas
Besarnya sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi
sebagai berikut:
Keterangan :
n : besar sampel
: derajat kemaknaan (95%) = 1,96
: kekuatan uji 90% Z = 1,28
: rata-rata proporsi pada populasi
: = (81,1 + 36,36) / 2 = 58,73
: proporsi pengetahuan kurang, perilaku buruk 81,1
% = 0,81
(Irma, 2010)
: proporsi pengetahuan baik, perilaku buruk 36,36
%= 0,37
(Irma, 2010)
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah
n = 19 x 2 = 38 (berdasarkan uji beda dua proporsi maka hasil n
dikali 2 )
Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian
tersebut sebesar 38 responden dan untuk mengantisipasi adanya
49
e) Datang berobat ke Puskesmas
Besarnya sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi
sebagai berikut:
Keterangan :
n : besar sampel
: derajat kemaknaan (95%) = 1,96
: kekuatan uji 90% Z = 1,28
: rata-rata proporsi pada populasi
: = (81,1 + 36,36) / 2 = 58,73
: proporsi pengetahuan kurang, perilaku buruk 81,1
% = 0,81
(Irma, 2010)
: proporsi pengetahuan baik, perilaku buruk 36,36
%= 0,37
(Irma, 2010)
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah
n = 19 x 2 = 38 (berdasarkan uji beda dua proporsi maka hasil n
dikali 2 )
Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian
tersebut sebesar 38 responden dan untuk mengantisipasi adanya
50
sampel yang drop out maka jumlah sampel tersebut ditambah
10% menjadi 42 responden.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar
memperkuat hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner yang mengacu pada pedoman NOC
(Nursing Outcome Classification) yang terdiri atas beberapa
pertanyaan yang harus dijawab responden dan dilakukan uji validitas
menggunakan faktor analisis.
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan melalui
responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun
secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang
harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu
data demografi meliputi inisial nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, lamanya menderita. Bagian kedua kuesioner mengenai
pengetahuan klien berisi pertanyaan tentang manajemen diet diabetes
mellitus terkait jenis makanan dan cara pengolahan, porsi/sediaan,
waktu konsumsi. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan
skala Gutman dan scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari pernyataan
positif dan negatif. Responden menjawab dengan jawaban benar atau
salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif, pada responden menjawab
benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif,
pada responden menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi
51
nilai 1. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu
rendah (<56%), sedang (56%-75%), dan tinggi (76%-100%)
(Gutman dalam Hidayat, 2007).
E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas untuk
mendapatkan instrumen yang valid pada penelitian. Uji validitas
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mampang Jakarta
Selatan kepada penderita DM dengan kriteria inklusi yang telah
dipaparkan pada bagian sample diatas. Uji validitas dilakukan pada
Agustus 2013, dan sampel yang diambil sebanyak 30 orang.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini
digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat
mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan
dengan menghitung korelasi antara masing masing skor item
pertanyaan dari tiap variable dengan total skor variable tersebut. Uji
validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson.
Sesuatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap
butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t table (0,374,alpha:
95%,n:30) (Hidayat, 2008)
52
Reabilitas adalah indeks yang menunujukkan sejauhmana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer
dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variable dikatakan reliable
jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
ItemKuisioner r table r hitung Keterangan
Cronbach'sAlpha
P1 .817 Valid
P2 .770 Valid
P3 .270 Tidak valid
P4 .636 Valid
P5 .770 Valid
P6 0,374 .704 Valid 0,882
P7 .817 Valid
P8 .704 Valid
P9 .770 Valid
P10 -.111 Tidak valid
P11 .015 Tidak valid
P12 .738 Valid
P13 .704 Valid
P14 .197 Tidak valid
P15 .636 Valid
P16 .704 Valid
53
Dari total item kuisioner yang diajukan, terdapat 4 item
yang tidak valid. Sehingga hanya ada 12 item yang valid dengan
nilai cronbach’s Alpha 0,882 (> 0,6) sehingga dianggap reliable dan
4 item yang tidak valid dieliminasi.
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Pada awal penelitian peneliti membuat surat dibagian prodi yang
ditujukan kepada DINKES DKI Jakarta yang berada di daerah Tanah
Abang. Setelah surat izin pengambilan data ke DINKES selesai
dibuat peneliti mengantar surat tersebut ke DINKES beserta proposal
penelitian. Satu minggu kemudian pihak DINKES memberikan surat
tembusan ke walikota Jakarta Selatan. Setelah dua hari kemudian
pihak walikota mengeluarkan tugas izin penelitian yang dapat
langsung dibawa ke Puskesmas Mampang sebagai bukti izin
penelitian di Puskesmas Mampang. Peneliti membawakan surat
tersebut kemudian setelahnya peneliti turun lapangan selama dua
minggu untuk penelitian manajemen diet berdasarkan jenis makanan
dan cara pengolahan, porsi makanan dan cara konsumsi. Pada saat
turun lapangan peneliti mendata nama-nama pasien yang terdaftar
sebagai pasien tetap di Puskesmas. Kemudian membuat kocokan
nama berdasarkan nama-nama tersebut dan mengundinya hingga
keluar 42 nama pasien berdasarkan jumlah pasien yang dibutuhkan
dalam penelitian setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus
uji beda dua proporsi. Pada minggu pertama terkumpul sebanyak 20
54
pasien yang dilakukan penelitian, karna peneliti hanya sendiri
melakukan penelitian hingga pasien yang berhasil ditemui belum
sepenuhnya. Pada minggu kedua peneliti melanjutkan penelitian
dengan mendatangi sisa nama-nama pasien yang minggu pertama
belum didatangi sebanyak 22 pasien sehingga pada minggu kedua
penelitian selesai dilakukan. Penelitian dilakukan dengan cara
meminta izin kepada pasien untuk dilakukan wawancara tentang
manajemen diet, setelah pasien menandatangani lembar persetujuan
pasien dilakukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah
peneliti susun sebelumnya dan telah dilakukan uji validitas.
G. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-
langkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
55
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa
dengan membuat table kontingensi.
4. Cleaning data
Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di
entry, apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap
dianalisa.
H. Analisis Statistik
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi
frekuensi dari gambaran pengetahuan terhadap manajemen diet
bagi penderita DM. hasil yang akan diperoleh adalah
karakteristik responden dan tingkat pengetahuan penderita DM
rendah (<56%), sedang (56%-75%) ataupun tinggi (76%-100%)
terhadap manajemen diet.
56
I. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti
keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka
segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai
hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008).
Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian
yang meliputi :
1. Lembar persetujuan ( informed consent )
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada
responden yang akan diteliti yang memenuhi criteria sampel
dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan
tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Tanpa nama ( anonymity )
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut
hanya diberi kode tertentu
3. Kerahasiaan ( confidentially )
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Mampang
1. Sejarah Puskesmas Mampang
Puskesmas Mampang didirikan pada tahun 1977 dengan 3 kali
renovasi. Sebelumnya Puskesmas Mampang diberi nama Balai
Pengobatan yang didirikan pada tahun 1975. Tujuan didirikannya
Puskesmas Mampang adalah untuk meningkatkan perilaku masyarakat
yang mandiri untuk berprilaku hidup sehat. Puskesmas Mampang
berada di Jalan Kapten P. Tendean Nomor 5 Rt 03 Rw 03 Kelurahan
Mampang Prapatan Kecamatan Mampang Prapatan. Luas bangunan
600 M2 dan luas bangunan 1500 M2.
2. Visi Misi Puskesmas Mampang
Visi Misi Puskesmas Mampang antara lain sebagai berikut :
VISI
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan “Menuju masyarakat
berbudaya sehat sekecamatan Mampang Prapatan.
MISI
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
terpadu baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
58
b. Memperdayakan SDM yang profesional secara
berkesinambungan.
c. Mengembangkan kerjasama lintas program, lintas sektoral, dan
unit kesehatan lainnya.
3. Program Puskesmas Mampang
a. BP Umum
b. BP Gigi
c. BP Paru
d. KIA dan KB
e. Gizi
f. MTBS
g. HIV/AIDS
h. DM
i. Tumbuh Kembang
j. UGD/Layanan 24 Jam
k. Posyandu
B. Uji Instrumen
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Penelitian validitas data menggunakan teknik analisis faktor dan
reliabilitas data menggunakan nilai cronbach’s alpha. Hasil analisis
dan tabel keadekuatan sampel dapat dilihat pada tabel 5.1.
59
Tabel 5.1
Validitas dan reliabilitas data
Item Variabel KMO/MSA
Faktor Reliabilitas
Jenismakanandan cara
pengolahan
Porsimakanan
Waktukonsumsi
AlfaCronbach’s
Mengkonsumsi air mineralminimal 2liter/harimerupakan hal yangdianjurkan bagi penderitadiabetes
0,548
.991 .048 -.089
.969
Jenis makanan yang tepatbagi penderita DM adalahkarbohidrat sederhana danprotein tinggi lemak
.991 .048 -.089
Pengolahan makanan yangbenar bukan dimaksudkanuntuk menghasilkan diet yangtepat sehingga kadar guladarah terkontrol
.991 .048 -.089
Diet yang direkomendasikanbagi penderita diabetes adalahmakanan dan minumanrendah gula
.680 .080 .343
Pengolahan makanan yangdianjurjan bagi penderitadiabetes adalah dengan caradirebus, dikukus, disetup,dipanggang dan dihindarkanuntuk cara digoreng
.680 .080 .343
Sprite, fanta, cocacolaminuman yang bolehdikonsumsi bagi penderitaDiabetes dengan porsi sangatsedikit dan jarang
.069 .972 -.021
1.000Nasi putih, cemilan kuemerupakan salah satu porsimakanan yang harusdihindarkan oleh penderitadiabetes
.069 .972 -.021
60
Porsi makan penderita DMterdiri dari 3 kali makananutama dan 3 kali makananselingan dengan intervalmakan setiap 3 jam
.069 .972 -.021
Salah satu strategi yang dapatdilakukan untuk mengontrolgula darah adalah denganmengkonsumsi makanansehat dan bernutrisi denganporsi sesuai kebutuhan tubuh
.069 .972 -.021
Mengkonsumsi kentangrebus, dan umbi-umbianlainnya merupakan menupengganti yang dapatdisajikan pada waktumakanan utama
.176 -.135 .912
.754Pengaturan jadwal makanyang tepat merupakan solusiuntuk mengontrol kadar guladarah
.176 -.135 .912
Diet ketat dan berpuasamerupakan solusi yang tepatuntuk menjaga kestabilangula darah
-.532 .391 .655
Dari validitas data tersebut jumlah Item pertanyaan yang
diajukan pada penelitian ini adalah 16 item, namun setelah diuji
validitas ternyata hanya 12 item yang dikatakan valid dan terbentuk
menjadi 3 faktor, yaitu faktor jenis makanan dan cara pengolahan,
faktor porsi makanan, dan faktor waktu konsumsi. Terdapat 5 item
kuesioner yang masuk dalam faktor jenis makanan dan cara
pengolahan, 4 item yang masuk dalam faktor porsi makanan, dan 3
item yang masuk dalam faktor waktu konsumsi. Sedangkan 4 item
61
yang tidak valid memiliki nilai Measures of Sampling Adequacy
(MSA) < 0,5 sehingga dianggap kurang valid.
Reliabilitas untuk faktor jenis makanan dan cara pengolahan
memiliki nilai Cronbach's Alpha sebesar 0.969, untuk faktor porsi
makanan sebesar 1,000, dan untuk faktor waktu konsumsi sebesar
0.754. Ketiga faktor memiliki nilai Cronbach's Alpha lebih dari 0.5
sehingga dapat dikatakan reliabilitis ketiga faktor tersebut adalah
reliabel. Sehingga dapat disimpulkan, dari 16 item kuesioner yang
valid dan reliabel adalah sebanyak 12 item.
12 item kuisioner yang valid diatas memiliki nilai Kaiser-
Meyer-Olkin (KMO) atau MSA sebesar 0,548 (KMO > 0,5), sehingga
seluruh item yang valid dan reliabel tersebut dapat digunakan untuk
dilakukan pengolahan data lebih lanjut.
C. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Analisa univariat bertujuan untuk memberikan gambaran
karakteristik tiap-tiap variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM.
62
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Diabetes Mellitus di Puskesmas Mampang
Pada tabel 5.2, menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik responden, diperoleh gambaran yang berusia 20-40
tahun yaitu, 13 orang sebanyak (27%), yang berusia 41-60 tahun
yaitu, 20 orang sebanyak (49,5%), dan yang berusia 61-75 tahun
yaitu, 9 orang sebanyak (23,5%). Dari tabel tersebut sebagian besar
responden berusia rata-rata 41-60 tahun yaitu, 20 orang sebanyak
(49,5%).
Karakteristik FrekuensiN = 42
Presentasi(%)
USIA20-40 Tahun41-60 Tahun61-75 Tahun
13209
27%49,5%23,5%
JENIS KELAMINLaki-laki
Perempuan1329
27%73%
PENDIDIKANSD
SMPSMAPT
201192
49,5%25%
23,5%2%
PEKERJAANTidak bekerja
Bekerja1230
26%74%
LAMA MENDERITA≤4 Tahun>4 Tahun
1527
35%65%
63
Gambaran hasil penelitian tentang jenis kelamin didapatkan hasil
yaitu, 12 orang sebanyak (27%) dengan jenis kelamin laki-laki dan
30 orang sebanyak (73%) dengan jenis kelamin perempuan. Dari
tabel tersebut sebagian besar responden dengan jenis kelamin
perempuan yaitu 30 orang sebanyak (73%) .
Gambaran hasil penelitian tentang pendidikan didapatkan hasil yaitu,
20 orang sebanyak (49,5%) berpendidikan SD, 11 orang sebanyak
(25%) berpendidikan SMP, 9 orang sebanyak (23,5%) berpendidikan
SMA, 2 orang sebanyak (2%) berpendidikan PT. Dari tabel tersebut
sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 20 orang sebanyak
(49,5%).
Gambaran hasil penelitian tentang pekerjaan didapatkan hasil yaitu,
30 orang sebanyak (74%) dengan status tidak bekerja dan 12 orang
sebanyak (26%) dengan status bekerja. Dari tabel tersebut sebagian
besar responden tidak bekerja yaitu 30 orang sebanyak (74%).
Gambaran hasil penelitian tentang lama menderita didapatkan hasil
yaitu, 15 orang sebanyak (35%) menderita dibawah 5 tahun dan 27
orang sebanyak (65%) menderita diatas 5 tahun. Dari tabel tersebut
sebagian besar responden mengalami diabetes semenjak diatas 5
tahun yaitu 27 orang sebanyak (65%).
64
2. Pengetahuan Manajemen Diet
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Manajemen Diet
Diabetes Melitus di Puskesmas Mampang
SubVarian
TotalPertanyaan
Persentase(%)
TingkatPengetahuan
KategorikTingkat
Pengetahuan
Jenis dan carapengolahanmakanan
5 49,04 Rendah
PorsiMakanan
4 62,5Sedang
WaktuKonsumsi
3 66,67 Sedang
PengetahuanDiet secara
keseluruhan12 57,94 Sedang
Pada tabel 5.3, Hasil analisis didapatkan dari total 5 pertanyaan
tingkat pengetahuan dalam diet DM tipe 2 pada faktor jenis dan cara
pengolahan makanan adalah sebesar 49,04%, sehingga masuk dalam
kategori tingkat pengetahuan rendah. Pada faktor porsi makanan
adalah 62,5%, sehingga masuk dalam kategori sedang. Dan pada
faktor waktu konsumsi adalah sebesar 66,67%, sehingga masuk
dalam kategori sedang. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil
analisis dari total 12 pertanyaan tingkat pengetahuan responden
adalah sebesar 57,94% sehingga berada dalam kategori sedang.
65
Tabel 5.4
Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DMBerdasarkan Usia
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan usia memiliki tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun
sebanyak 13 orang sebesar 63,08% masuk dalam kategori sedang, usia
41-60 tahun sebanyak 20 orang sebesar 61% masuk dalam kategori
sedang dan usia 61-75 tahun sebanyak 9 orang sebesar 64,4% masuk
dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada porsi makanan berdasarkan usia memiliki
tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun sebanyak 13 orang sebesar
67,30% masuk dalam kategori sedang, usia 41-60 tahun sebanyak 20
Ntingkat
pengetahuan
KategoriTingkat
pengetahuanJenis
Makanan danCara
Pengolahan
20-40 13 63,08% Sedang41-60 20 61% Sedang61-75 9 64,4% Sedang
PorsiMakanan
20-40 13 67,30% Sedang41-60 20 66,25% Sedang61-75 9 47% Rendah
WaktuKonsumsi
20-40 13 66,67% Sedang41-60 20 70% Sedang61-75 9 59,27% Sedang
66
orang sebesar 66,25% masuk dalam kategori sedang dan usia 61-75
tahun sebanyak 9 orang sebesar 47% masuk dalam kategori rendah.
Tingkat pengetahuan pada waktu konsumsi berdasarkan usia memiliki
tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun sebanyak 13 orang sebesar
66,67% masuk dalam kategori sedang, usia 41-60 tahun sebanyak 20
orang sebesar 70% masuk dalam kategori sedang dan usia 61-75 tahun
sebanyak 9 orang sebesar 59,27% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.5
Gambaran Rata-rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM BerdasarkanJenis Kelamin
Kelamin NTingkat
pengetahuan
Kategoritingkat
pengetahuanJenis Makanan danCara Pengolahan
Laki-laki 13 53,84% RendahPerempuan 29 66,21% Sedang
Porsi MakananLaki-laki 13 59,62% Sedang
Perempuan 29 63,79% Sedang
Waktu KonsumsiLaki-laki 13 69,23% Sedang
Perempuan 29 65,52% Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan jenis kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis
kelamin laki-laki sebanyak 13 orang sebesar 53,84% masuk dalam
67
kategori rendah, jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar
66,21% masuk dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan jenis
kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis kelamin laki-laki
sebanyak 13 orang sebesar 59,62% masuk dalam kategori sedang,
jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar 63,79% masuk
dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor waktu konsumsi berdasarkan jenis
kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis kelamin laki-laki
sebanyak 13 orang sebesar 69,23% masuk dalam kategori sedang,
jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar 65,52% masuk
dalam kategori sedang.
Tabel 5.6
Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
NTingkat
pengetahuan
Kategoritingkat
pengetahuan
Jenis Makanan danCara Pengolahan
SD 20 57% SedangSMP 11 65,45% SedangSMA 9 71,11% SedangPT 2 60% Sedang
Porsi Makanan
SD 20 62,5% SedangSMP 11 63,64% SedangSMA 9 58,33% SedangPT 2 75% Sedang
68
Waktu Konsumsi
SD 20 63,33% SedangSMP 11 63,64% SedangSMA 9 77,78% TinggiPT 2 66,67% Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan tingkat pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu
SD sebanyak 20 orang sebesar 57% masuk dalam kategori sedang,
SMP sebanyak 11 orang sebesar 65,45% masuk dalam kategori
sedang, SMA sebanyak 9 orang sebesar 71,11% masuk dalam
kategori sedang, PT sebanyak 2 orang sebesar 60% masuk dalam
kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan tingkat
pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu SD sebanyak 20
orang sebesar 62,5% masuk dalam kategori sedang, SMP sebanyak
11 orang sebesar 63,64% masuk dalam kategori sedang, SMA
sebanyak 9 orang sebesar 58,33% masuk dalam kategori sedang, PT
sebanyak 2 orang sebesar 75% masuk dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada waktu konsumsi berdasarkan tingkat
pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu SD sebanyak 20
orang sebesar 63,33% masuk dalam kategori sedang, SMP sebanyak
11 orang sebesar 63,64% masuk dalam kategori sedang, SMA
69
sebanyak 9 orang sebesar 77,78% masuk dalam kategori sedang, PT
sebanyak 2 orang sebesar 66,67% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.7
Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM
Berdasarkan Status Pekerjaan
Pekerjaan NTingkat
pengetahuan
Kategoritingkat
pengetahuanJenis Makanan
dan CaraPengolahan
TidakBekerja
1268,33% Sedang
Bekerja 30 60% Sedang
Porsi MakananTidak
Bekerja12
68,75% Sedang
Bekerja 30 60% Sedang
WaktuKonsumsi
TidakBekerja
1266,67% Sedang
Bekerja 30 66,67% Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan status pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu
tidak bekerja sebanyak 12 orang sebesar 68,334% masuk dalam
kategori sedang, bekerja sebanyak 30 orang sebesar 60% masuk
dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan status
pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu tidak bekerja sebanyak
12 orang sebesar 68,75% masuk dalam kategori sedang, bekerja
sebanyak 30 orang sebesar 60% masuk dalam kategori sedang.
70
Tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan status pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu
tidak bekerja sebanyak 12 orang sebesar 66,67% masuk dalam
kategori sedang, bekerja sebanyak 30 orang sebesar 66,67% masuk
dalam kategori sedang.
Tabel 5.8
Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan
Lama Menderita
Menderita NTingkat
pengetahuan
Kategoritingkat
pengetahuanJenis Makanan
dan CaraPengolahan
≤4 tahun 15 53,34% Rendah
>4 tahun 2767,41% Sedang
Porsi Makanan≤4 tahun 15 63,33% Sedang>4 tahun 27 62,04% Sedang
WaktuKonsumsi
≤4 tahun 15 55,56% Rendah>4 tahun 27 72,84% Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan
berdasarkan lama menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4
tahun sebanyak 15 orang sebesar 53,34% masuk dalam kategori
rendah, >4 tahun sebanyak 27 orang sebesar 67,41% masuk dalam
kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan lama
menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4 tahun sebanyak 15
71
orang sebesar 63,33% masuk dalam kategori rendah, >4 tahun
sebanyak 27 orang sebesar 62,04% masuk dalam kategori sedang.
Tingkat pengetahuan pada faktor waktu konsumsi berdasarkan lama
menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4 tahun sebanyak 15
orang sebesar 55,56% masuk dalam kategori rendah, >4 tahun
sebanyak 27 orang sebesar 72,84% masuk dalam kategori sedang.
72
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan pembahasan meliputi intrepretasi dan diskusi hasil
penelitian yang dijabarkan pada bab V atau hasil penelitian dengan merujuk pada
teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya yang mendukung dalam
penelitian ini. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian
dan tindak lanjut hasil penelitian keperawatan dalam meningkatkan asuhan
keperawatan kesehatan terutama dalam manajemen diet diabetes mellitus.
A. Uji Instrumen
1. Uji validitas dan reliabilitas
Uji instrumen penelitian digunakan untuk mengelompokkan
variabel-variabel dari kuesioner yang dianggap tidak saling
berhubungan kemudian dicari hubungannya dan dikelompokkan
sesuai dengan variabel-variabel yang saling berhubungan dan
berkumpul untuk membentuk faktor, uji instrument juga digunakan
untuk menentukan item dari kuesioner (variabel-variabel kuesioner)
yang cukup adekuat untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut. Dari
16 item kuesioner yang diberikan kepada 42 responden, setelah diuji
menggunakan analisis faktor, terdapat 4 item yang memiliki MSA
(Measurament Sample Adequacy) kurang dari < 0,5, sehingga kurang
cukup adekuat untuk diikut sertakan dalam analisis statistik lebih
lanjut. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pengolahan data analisis
faktor, dimana MSA < 0,5 berarti variabel tidak bisa diprediksi dan
tidak bisa dianalisis lebih lanjut (Santoso, 2010). Dalam uji statistik
73
analisis faktor, jumlah sampel yang disarankan yaitu 5-10:1, dimana
setiap 1 variabel kuesioner diwakili oleh 5-10 orang responden, tetapi
pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan perbandingan 5:1. Hal
ini pula yang mempengaruhi 4 variabel memiliki MSA kurang dari
0,5.
Setelah terbentuk faktor-faktor, kemudian setiap faktor
dilakukan uji reliabilitas agar instrumen dapat dipercaya
kekonsistenannya bila dilakukan pengukuran berulang kali. Uji
tersebut yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada penelitian
ini adalah menggunakan uji Cronbach’s alpha. Suatu instrumen
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s alpha > 0,6
(Gumilar, 2007).
Pada penelitian kali ini, setiap faktor yang terbentuk memiliki
nilai Cronbach’s alpha > 0,6, yaitu untuk faktor jenis makanan dan
cara pengolahan sebesar 0,969, faktor porsi makanan sebesar 1,000,
dan untuk faktor waktu konsumsi sebesar 0,754. Sehingga ketiga
faktor tersebut adalah reliabel, berarti dapat dipercaya
kekonsistenannya bila dilakukan pengukuran berulang kali.
Uji validitas menggunakan buku pedoman NOC (Nursing
Outcome Classification), didapatkan hasil 16 item pertanyaan.
Namun, pada penelitian didapatkan 12 item pertanyaan yang valid dan
4 item pertanyaan yang tidak valid, sehingga 4 item tersebut
dihilangkan karena tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
pengukuran dalam penelitian.
74
Secara keseluruhan, nilai KMO/ MSA yang didapatkan sebesar
0,548, sehingga dapat digunakan untuk dilakukan uji statistik lebih
lanjut.
B. Analisis Univariat
1. Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik usia, prevalensi DM sering terjadi
pada usia lebih dari 40 tahun. Menurut Golberg dan Coon (2006)
kenaikan gula darah dipengaruhi oleh faktor usia, semakin tinggi
meningkat usia semakin tinggi gangguan kadar gula darah. Faktor
tersebut dikarenakan usia lanjut mengalami gangguan toleransi
glukosa mencapai 50-92% (Medicastore, 2007; Rochman dalam
Sudoyo, 2006). Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan
adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel
jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon
lain yang mempengaruhi kadar glukosa. Pada hasil penelitian
menunjukkan karakterisktik usia responden antara 20-75 tahun dan
lebih banyak usia responden 41-60 tahun. Dengan demikian hasil dari
penelitian telah sesuai dengan teori yang terkait.
75
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data bahwa
perempuan lebih besar jumlah prevalensi yang ada dibandingkan laki-
laki. Hasil ini didapatkan karena proporsi kunjungan pasien DM yang
berobat lebih banyak perempuan. Teori yang dikemukakan Brunner &
Suddart, 2002 mengatakan pasien wanita yang terkena DM lebih banyak
ditemukan dibanding pasien laki-laki. Hasil penelitian Creatore (2010)
juga mengatakan bahwa prevalensi DM lebih besar terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Namun, keduanya tidak menjelaskan
alasan mengapa prevalensi perempuan lebih besar dari laki-laki. Menurut
hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas responden perempuan
lebih banyak mengatakan bahwa mereka memiliki stress terhadap tugas
dan perannya sebagai ibu rumah tangga atau pekerjaan lain yang mereka
lakukan sehingga dapat peneliti simpulkan tingkat stress pada perempuan
yang lebih tinggi daripada laki-laki membuat perempuan lebih mudah
terkena penyakit.
Berdasarkan pendidikan, diperoleh gambaran bahwa lebih
banyak pasien DM dengan pendidikan akhir SD. Notoadmodjo (2003)
mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Hal tersebut dikarenakan pendidikan berkolerasi dengan
pengetahuan sehingga jika pendidikan yang ditempuh seseorang
mempengaruhi pengetahuannya mengenai sumber informasi yang
didapatkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian bahwa pendidikan
akhir SD lebih tinggi sehingga tingkat pengetahuan yang diperoleh
cenderung sedang karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang mereka
76
miliki dari bangku sekolah. Hasil wawancara pada dokter mengatakan
pada awal kunjungan mereka ke Puskesmas pengetahuan mereka
mengenai diet DM masih cukup rendah terlihat dari hasil wawancara
dokter kepada pasien dan hasil lab yang didapatkan, namun mereka
diberikan tambahan pengetahuan melalui poli gizi sehingga
meningkatkan pengetahuan mereka tentang manajemen diet. Poli gizi
dapat mereka kunjungi setelah pemeriksaan di poli DM.
Berdasarkan pekerjaan, diperoleh hasil penelitian bahwa
lebih besar responden yang bekerja. Earnest dan Hu (2008)
mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi
dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
meningkatnya penyakit diabetes tipe 2. Earnest dan Hu juga
mengatakan lingkungan kerja yang padat mengakibatkan
terganggunya jadwal makan dan tidur sehingga mengakibatkan
kenaikan berat badan dan beresiko besar terkena DM. Jam kerja yang
tidak teratur mengganggu irama srikandi tubuh yang berperan dalam
mempertahankan metabolisme gula darah dan keseimbangan energi.
Responden yang diwawancara lebih banyak sebagai ibu rumah tangga
dan pekerja jalan seperti tukang ojek, penjaga warung, dll. Keletihan
mereka terhadap pekerjaan mereka membuat jadwal makan mereka
tidak teratur.
Hasil penelitian berdasarkan lamanya menderita DM
menunjukkan hasil bahwa kebanyakan responden menderita DM tipe
2 lebih dari 4 tahun. Waspadji (2009) menyatakan tingginya
77
komplikasi kronik yang terjadi akibat lamanya pasien menderita DM
dengan kondisi hiperglikemia lebih dari 4 tahun. Teori tersebut seperti
membenarkan hasil penelitian bahwa lamanya responden menderita
DM mengakibatkan tingkat kejenuhan. Dari 10 responden mengatakan
mereka bosan untuk mengontrol diet makanan mereka karena lamanya
mereka menderita DM sehingga keadaan gula darah mereka
meningkat. Namun demikian kejenuhan responden dimanipulasi oleh
pihak Puskesmas dengan rutin memberikan edukasi manajemen diet
yang tepat dengan tujuan peningkatan pengetahuan dapat memberikan
sikap positif terhadap responden, sehingga dengan lama derita lebih
dari 4 tahun mereka tetap dapat menstabilkan kadar gula darah
mereka.
2. Gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet
DM
Menurut Hosland, et al dalam Notoatmodjo (2007) terkait teori
stimulus organisme (SOR), Stimulus (rangsang) yang diberikan berupa
pengetahuan kepada responden dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif dalam mempengaruhi perilaku responden diabetes mellitus tipe II.
Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian, pengertian, penerimaan
dan responden (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan
kepada proses berikutnya. Setelah itu responden mengolah stimulus
sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan klien
dengan mempunyai pengetahuan terkait diabetes mellitus tetapi perilaku
78
yang ditimbulkan tidak sesuai dengan pengetahuannya. Contohnya, dari
dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori stimulus organisme (SOR) yang dicetus oleh Hosland,
et al (1953) tersebut, mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari
stimulus semula. Stimulus yang melebihi stimulus semula ini berarti
stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam
meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peranan penting.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden
secara keseluruhan tentang diet DM sebesar 57,94% masuk dalam
kategori sedang. Pada ketiga faktor jenis dan cara pengolahan, faktor
porsi makanan, dan faktor waktu konsumsi tingkat pengetahuan lebih
tinggi didapatkan pada faktor waktu konsumsi. Saat peneliti
menanyakan pada 10 responden bagaimana mereka makan, mereka
mengatakan saat mereka lapar mereka hanya melihat jam kemudian
mereka makan tanpa melihat bagaimana jenis makanan serta
pengolahannya terlebih porsi makan yang mereka habiskan. Adapula
yang mengatakan saat jam makan mereka makan apa saja yang ada
dihadapan mereka saat itu. Mereka tidak lagi memikirkan nutrisi atau
kalori yang dibutuhkan bagi mereka, yang terpenting mereka makan
dan lapar mereka hilang.
Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan usia keseluruhan
masuk kedalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih
79
tinggi pada usia 20-40 tahun. Pada faktor jenis makanan dan cara
pengolahan didapatkan usia 61-75 lebih tinggi tingkat pengetahuannya.
Hasil wawancara didapatkan pengalaman akan penyakit lebih lama
mereka dapatkan sehingga pengetahuan yang didapatkan lebih banyak
dari pada usia dibawahnya. Pada faktor porsi makanan usia 20-40 lebih
tinggi tingkat pengetahuannya. Hasil wawancara 10 responden
mengatakan mereka cenderung memikirkan penampilan mereka sehingga
mereka memilih makan dengan porsi sesuai dengan kebutuhan kalori
yang diperlukan. Pada faktor waktu konsumsi didapatkan usia 41-60
tahun lebih baik tingkat pengetahuannya. Hasil wawancara 10 responden
yang diwawancara mengatakan karena waktu luang mereka lebih banyak
dirumah sehingga tingkat kesibukan lebih rendah. Hal ini menyebabkan
waktu makan mereka lebih terjadwal. Namun, secara keseluruhan data
statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini disebabkan poli DM di
Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga data yang didapatkan
belum dimasukkan dalam data statistik tahunan.
Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat
pengetahuan lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan. Pada dua faktor
jenis makanan dan cara pengolahan dan porsi makanan didapatkan jenis
kelamin perempuan lebih tinggi. Dari hasil wawancara pada 10
responden memperlihatkan bahwa perempuan lebih memiliki tingkat
kedisiplinan yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Pada perempuan
lebih memiliki selera masakan yang lebih baik untuk mengkreasikan
menu makanan setiap harinya. Pada faktor waktu konsumsi didapatkan
80
laki-laki lebih tinggi tingkat pengetahuannya. Perempuan cenderung
melupakan waktu makan saat mereka sibuk beraktivitas. Namun, secara
keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini
disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga
data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan.
Gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat
pengetahuan lebih tinggi pada tingkat pengetahuan SMA. Pada ketiga
faktor didapatkan pendidikan SMA lebih tinggi tingkat pengetahuannya.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas
pengetahuan yang didapatkan. Dengan pendidikan yang tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang
lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat dalam Nursalam, 2003).
Namun, secara keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas.
Hal ini disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk
sehingga data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik
tahunan.
Gambaran pengetahuan berdasarkan status pekerjaan secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat
pengetahuan lebih tinggi pada status pekerjaan tidak bekerja. Pada ketiga
faktor didapatkan tingkat pengetahuan lebih tinggi pada responden yang
tidak bekerja. Hal ini dikarenakan pada seseorang yang tidak bekerja
memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan seseorang yang bekerja
81
sehingga dapat mengelola penyakit lebih baik dibandingkan seseorang
yang bekerja. Seseorang yang bekerja cenderung kurang memiliki selera
nafsu makan yang baik karena merasa lelah dengan pekerjaan. Menurut
Earnest dan Hu (2008) mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki
jam kerja tinggi dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor
penting dalam meningkatnya penyakit diabetes tipe 2. Selain itu
lingkungan kerja yang padat sehingga terganggunya jadwal makan
dan tidur mengakibatkan kenaikan berat badan dan beresiko besar
terkena DM.secara keseluruhan tingkat pengetahuan lebih tinggi
didapatkan pada responden yang tidak bekerja.
Gambaran pengetahuan berdasarkan lama menderita secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat
pengetahuan lebih tinggi pada lama menderita >4 tahun. Pada dua faktor
didapatkan tingkat pengetahuan lebih baik responden yang menderita >4
tahun. Kebiasaan mengolah makanan membuat mereka disiplin untuk
memilih jenis makanan dan cara pengolahannya serta menghitung porsi
makan sesuai jumlah kalori yang mereka butuhkan. Pada faktor waktu
konsumsi didapatkan tingkat pengetahuan lebih baik pada responden
yang menderita ≤4 tahun. Pada 10 responden yang diwawancara
mengatakan mereka memiliki ketakutan yang sangat, sehingga mereka
lebih disiplin untuk menjadwalkan waktu makan mereka. Namun, secara
keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini
disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga
data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan.
82
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam
pelaksanaan penelitian ini, keterbatasa penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Houthrone effect; subjek penelitian megetahui bahwa
dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi
jawaban responden.
2. Peneliti hanya menggunakan instrumen kuisioner dengan
wawancara kepada responden. Namun tidak melihat
pelaksanaan edukasi di Puskesmas tersebut untuk melihat
sejauhmana pengetahuan responden dalam memahami
manajemen diet berdasarkan dokter yang memberi
pendidikan kesehatan.
3. Keseluruhan jumlah responden dalam penelitian ini
kurang besar, menurut teori untuk menggunakan uji
statistik analisis faktor, digunakan perbandingan variabel
dan sampel adalah 10:1, dimana 1 variabel diwakili oleh
10 responden. Namun pada penelitian ini hanya
menggunakan 3:1. Sehingga pada saat uji analisis faktor
terdapat 4 variabel yang tidak valid dan sebaraan data
setiap faktor menjadi kurang baik.
83
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik usia reponden rata-rata 41-60 tahun sebesar
(49,5%) dengan usia tertinggi 72 tahun dan yang terendah 35
tahun, jenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar (73%),
tingkat pendidikan lebih banyak SD sebesar (49,5%), responden
lebih banyak yang bekerja sebesar (74%), lama menderita lebih
dari 4 tahun sebesar (65%).
2. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden diabetes
mellitus tentang manajemen diet sebesar (57,94%) dan masuk
dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan responden diabetes
mellitus tentang manajemen diet berdasarkan faktor jenis
makanan dan cara pengolahan sebesar (49,04%) masuk dalam
kategori rendah, berdasarkan faktor porsi makanan sebesar
(62,5%) masuk dalam kategori sedang, berdasarkan faktor
waktu konsumsi sebesar (66,67%) masuk dalam kategori
sedang.
3. Gambaran tingkat pengetahuan responden tertinggi berdasarkan
karakteristik responden tentang manajemen diet yaitu : usia 30-
84
49 tahun, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan SMA,
status pekerjaan tidak bekerja, dan lama menderita >4 tahun.
B. SARAN
1. Bagi pendidikan keperawatan
Lebih meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan
khususnya pada manajemen diet diabetes melitus karena sangat
mempengaruhi derajat kesehatan klien yang menderita sakit,
khususnya diabetes mellitus.
2. Bagi Puskesmas Mampang
Tenaga kesehatan di Puskesmas Mampang harus memberikan
informasi pengetahuan tentang manajemen diet diabetes melitus
secara holistik dan diharapkan memberikan stimulus yang lebih terkait
pengetahuan, agar dampak komplikasi dapat dikurangi dengan
perilaku dan sikap yang lebih baik dari klien yang telah memiliki
pengetahuan baik serta meningkatnya derajat kesehatan klien tersebut.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang manajemen diabetes
mellitus secara keseluruhan. Saat ini penelitian pengetahuan hanya
berfokus pada manajemen diet yang dilakukan melalui kuesioner,
lebih baik lagi jika pengetahuan diukur melalui observasi sehingga
tidak menyebabkan bias hasil. Serta dilihat dari karakteristik induvidu
dengan model sistem penyuluhan yang dilakukan kepada klien
diabetes mellitus karena sangat mempengaruhi hasil penelitian.
85
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care,
35(1). care.diabetesjournals.org
Alimul Hidayat Azis. A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta :
Salemba Medika.
Anonim, Profil Kesehatan. (2007). Jakarta : Depkes RI.
_______, IDF (International Diabetes Federation). Diabetes and Cardiovaskuler Disease.
http://www.idf.com. 2003 diunduh pada tanggal 1 September 2012
_______, Menu Diet Sehat. http://www.tropicanaslim.com. 2012 diunduh pada tanggal 12
Januari 2013
Ayu Bulan Febry. (2008). Sajian Sehat dan Lezat Untuk Penderita Diabetes. Jakarta :
DeMedia Pustaka.
Boedisantono, AR & Subekti, I. (2007). Komplikasi Akut Diabetes Mellitus, dalam
Soegondo, S. Dick. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta : FK-UI.
Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Burns and Grove, S.K. (2001). The Practice of nursing research counduct, critique &
utilization 4th editon. USA :W.B. Saunders Company.
Corwin, J Elizabeth. (2001). Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC, hal: 538-546.
Darwis Yullizar,. Dr, Sp. Kj, MM dkk. (2005). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Day, R. A. and A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Ilmu Kedokteran FKUI. (2009). Diagnostik Holistik Pada Pelayanan
Kesehatan Primer – Pendekatan Multi Aspek. Jakarta : Departemen IKK FKUI.
Depkes, RI. (2010). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Menunjang Pengelolaan
Diabetes Melitus di Indonesia, Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Fox & Kilvert. (2010). Bersahabat dengan Diabetes tipe 2. Jakarta : Penebar plus.
Frank, HU. (2008). Nutrisi & epidemiologi, Harvard School of Public Health, Boston.
Ganong, William F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. alih bahasa
Widjajakusumah, H.M. Djauhari, Edisi 20. Jakarta: EGC.
Goldberg IJ. (2006). Dyslipidemia: Causes and Consequenses, Clinical Review 124. The
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
86
Greenspan, John. (1998). Endokrinologi Dasar & Klinik. Ed/4. Jakarta: EGC, hal:
754-812.
Ilyas, E.I. (2007). Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam Soegondo, S,et
al, Penetalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI.
Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap Untuk Diabetisi,
Keluarganya dan Profesional Medis. Bandung : Qanita.
Metzger, M.D. (2006). American Diabetes Association, Exercise, In : Phycian’s Guide to
insuli Dependen (Tipe-I) Diabetes : Diagnosis and Treatment, Amerika Diabetes.
United states of America, 2006. Print.
Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Notoatmojo, soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
________. (2003). Konsep & Penerapam Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika,
hal:16-21.
Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek.
Ed/4, Vol.1. Jakarta: EGC.
PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI.
Rusilanti. (2008). Menu Sehat untuk Pengidap Diabetes Melitus. Kawan Pustaka, Jakarta.
Sastroasmoro, S. (2008). Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael,
S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto, 313.
Sertiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S.Bare,B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Ed.8. Vol 2. Jakarta: EGC.
Soewondo, P. (2002). Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus; dalam Penatalaksaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara.
Sutedjo. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Yogyakarta :
kanisius.
87
Syahbudin, S. (2003). Pedoman Diet Diabetes Melitus. Dirjen Pelayanan Medik. Depkes RI
dan WHO. Kerjasama Pusat Diabetes Dan Lipid RSUPN Dr.Cipto?FKUI & Instalasi
Gizi RSUPN Dr.Cipto. Jakarta.
Suyono Slamet, SPPD-KEMD. Dr. Prof, dkk. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Subadri, S & Yunnir, E. (2006). Terapi Non Farmakologi pada Diabetes, dalam Sudoyo et al,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Topan Erik, dr. MHA. (2005). Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Tandra, Hans. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Prapti dkk. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Melitus. Jakarta:
Agro Media Pustaka.
Waspandji, Sarwono. (2002). Indeks Glikemik Bahan Makanan. Dalam Pedoman
Diet Diabetes Melitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Jakarta: FKUI.
Judul penelitian
Peneliti
NPM
Pembimbing
Alamat
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang
Manajemen Diet Di Wilayah Kerja Puskesmas Mampang
Qurratu A'yun
1 09104000020
1. Emawati, S.Kp, M.Kep, Sp.I(MB
2. Maftuhah, M.Kep, P.hd
Program Studi Ilmu Keperawatan Uin Syarithidayatullah Jakarta
Setelah metnbaca dan memahami lembar persefujuan ini, saya mengerti bahwa penelitian ini
tidak berpengaruh negatif terhadap diri saya dan berguna untuk pengembangan keperawtan.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya dan akan
segera dimusnahkan setelah penelitian ini selesai. Dengan demikian saya menyatakan bahwa
saya bersedia menjadi responeden pada penelitiian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya berharap
partisipasi saya dalam penelitian ini dapat bermanfaat.
Jakarta, September 2013
Responden
Kode Responden
INSTRUMEN PENELITI
Tanggal Pengambilan Data
Kuesioner A
Petunjuk Pengisian
: Data demografi responden
: Pilihlah jawaban sesuai yang anda rasakan
dengan memberi checklist (r/) pada kolomyang disediakan dan semua pertanyaan harus
dijawab dengan satu pilihan
tahun
( ) perempuan
o sMA ( ) Perguruan Tinggi
( ) Tidak bekerja
()>4tahun
1. Data demografi
l) Usia:2) Jenis kelamin :
( ) laki-laki3) Pendidikan:
osD osMP4) Pekerjaan :
( ) Bekerja
5) Telah menderita DM selama :
O <4 tahun
8 Porsi makan penderita DM terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval
makan setiap 3 jam
9 Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah
karbohidrat sederhana dan protein tinggi lemak
10 Jumlah kalori bagi penderita DM sesuai dengan BB ideal
masing-masing individu dikali 30 kalori. Misalnya BB
ideal 54 K9,54 x 30 kalori : t.640 kalori
11 Mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung
tinggi gula akan meningkatkan kadar gula darah sehingga
akan menimbulkan komplikasi diabetes
12 Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestabilan gula darah
t3 Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk
mengontrol gula darah adalah dengan mengkonsumsi
makanan sehat dan bernutrisi
l4 Pemanis' buatan merupakan salah satu indikator
terjadinya kadar gula darah tinggi
15 Pcngaturan jadwal makan yang tepat merupakan solusi
untuk mengontrol kadar gula darah
t6 Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh dikonsumsi
bagi penderita Diabetes
Kode Responden
Tanggal Pengambilan
Kuesioner B
Petunjuk Pengisian
Data
Manajemen Diet
Pilihlah jawaban sesuai yang anda rasakan
dengan memberi checklist (rl) pada kolomyang disediakan dan semua pertanyaan harus
dijawab dengan satu pilihan
No Pertanyaan Benar Salah
1 Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes
adalah makanan dan minuman rendah gula
2 Diet yang dilakukan bagi penderita diabetes bukan
dimaksutkan untuk mengontrol kadar gula darah
penderita
3 Symp, kopi, teh ntanis, salah satu mitruman yang tidak
harus dihindarkan bagi penderita diabetes
4 Kentang. rebus, dan umbi-umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi pederita diabetes
5 Mengkonsumsi air mineral minimal Zliter/hai merupakan
hal yang dianjurkan bagi penderita diabetes
6 Nasi putih, cemilan kue merupakan salah satu makanan
yarrg harus dihindarkan oleh penderita diabetes
7 1 Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita
diabetes adalah dengan cara direbus, dikukus, disefup,
dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng
Lampiran 2
Reliabiliiy Statistics
Cronbach's
Alpha N of ltems
.882 1t
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance il
Item Deleted
Corrected ltem-
Total Corelation
Ci'onbach's
Alpha if ltem
Deleted
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
11.57
1 1.60
11.33
11.57
1 1.60
11.37
11.57
11.37
11.60
11.50
11.40
11.83
11.37
11.40
11.57
11.37
12.530
12.593
14.851
13.082
12.593
13.757
12.530
13.757
12.593
15.638
15.283
14.282
13.757
14.800
13.082
13.757
.817
.770
.270
.636
.770
.704
.817
.704
.770
-.111
.01s
.238
.704
.197
.636
.704
.861
.864
.883
.870
.864
.870
.861
.870
.864
.90'l
.892
.89C
.870
.887
.870
.870
Rel i abi lity Statistics Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if ltem Deleted
Conected
Item-Total
Conelation
Cronbach's
Alpha if ltem
Deleted
Mengkonsumsi air
mineral minimal
2literlhari merupakan
hal yang dianjurkan
bagi penderita
diabetes
Jenis makanan yang
tepat bagi penderita
DM adalah
karbohidrat sederhana
dan protein tinggi
lemak
Diet yang dilakukan
bagi penderita
diabetes bukan
dimaksutkan untuk
mengontrol kadar gula
darah penderita
Diet yang
direkomendasikan
bagi penderita
diabetes adalah
makanan dan
minuman rendah gula
Pengolahan makanan
yang dianjurjan bagi
penderita diabetes
adalah dengan cara
Cirebus, dikukus,
disetup, dipanggang
dan dihinoarkan untuk
cara digoreng
2. 73
2.73
2.73
2.70
2.70
3.1 68
3.1 68
3. 168
3.321
3.321
.943
.94
.95i
.95';
.95;
.96(
,96S
Scale Statistics
ean Variance
std.
Deviation
Nof
Items
40 5.007 2.23E E3.
Reliability Statistics
Scal
Item-Total Statistics
Scale Mean
if ltem
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Conected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Sprite, fanta, cocacola
mlnuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderita
Diabetes Jerqr nqst\a-qa( teJi51, 'Jo- w.o5
Nasi putih, cernilan kue
merupakan salah satu
makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita
diabetes
Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan
selingan dengan interval
makan setiap 3 jam
Salah satu strategi yang
dapat dilakukan untuk
mengontrol gula darah
adalah dengan
mengkonsumsi makanan
sehat dan bemutrisi
2.70
2.701
I
I
2.70:|
I
2.7
.838
83E
838
.838
1. 000
1.000
1. 000
1.000
1 .00c
1.00c
1 .00c
1.000
e Statistics
Variance
std.
Deviation N of ltems
) 1.490 1.221 4
Cronbach's
Alpha N of ltems
.754
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if ltem
Deleted
Kentang rebus, dan umbi-
umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
Pengaturan jadwal makan
yang tepat merupakan solusi
untuk mengontrol kadar gula
darah
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestabilan
gula darah
1.1
1.1
1.4C
.602
.602
.869
782
.782
.279
.435
.435
1.000
Scale Statistics
t4ean Variance
std.
Deviation
Nof
Items
1.8 1.385 1.177
KMO and Barilett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Approx. Chi-Square
Bartlett's Test of Sphericity Df
.548
109.534
ob
.001
Communalities
Mengkonsumsi air mineral
min imal 2liter lhari merupakan
hal yang dianjurkan bagi
penderita diabetes
Jenis makanan yang tepat bagi
penderita DM adalah
karbohidrat sederhana dan
protein tinggi lemak
Diet yang dilakukan bagi
penderita diabetes bukan
dimaksutkan untuk mengontrol
kadar gula darah penderita
Diet yang direkomendasikan
bagi penderita diabetes adalah
makanan dan minuman rendah
gula
Pengolahan makanan yang
dianjurjan bagi penderita
diabetes adalah dengan cara
d!rebus, dikukus, disetup,
dipanggang dan dihindarkan
untuk cara digoreng
Sprite, fanta, cocacola
minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderiia
Diabetes
Nasi putih, cemilan kue
merupakan salah satu
makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita
diabetes
Porsi makan oenderita DM
terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan
selingan dengan inierval makan
setiap 3 jam
Salah satr strategi yang dapat
diiaku<an untu< mengontrol
gula darah aCaiah dengan
mengkonsur:rsi rnakalan sehat
dan bemutnsi
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
.457
1.000
Kentang rebus, dan umbi-
umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
mengontrol kadar gula darah
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestabilan gula
darah
1.000
1.000
.401
1.000 .310
Extraction Meihcd : Principal Compon ent Anal),sis.
a. When components are correlated, sums of squared loadings cannot be added to obtain a total variance.
Extraction Method: Principal Component Analysis.
'otal Variance
Compo
nent
lnitial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation
Sums of
Squared
Loadinos"
Total %ot
Variance
Cumulative % Totai %of
Variance
Cumulative Total
1
2
3
4
5
6
7
o
10
11
12
2.708
2.037
't.490
1.207
1.029
.775
.701
.584
.525
.393
.3'15
.729
22.569
16.979
12.467
10.061
8.575
6.462
5.841
4.865
4.372
3.274
2.628
1.905
22.569
39.548
52.C15
62.075
70.651
77.113
82.955
87.820
92.192
95.466
98.095
100.000
2.708
2.037
1.496
22.569
16.979
12.467
22.569
39.548
52.015
2.485
2.053
1.843
Pengolahan makanan yang
dianjurjan bagi penderita
diabetes adalah dengan cara
direbus, dikukus, disetup,
dipanggang dan dihindarkan
untuk cara digoreng
Diet yang direkomenCasikan
bagi penderita diabetes adalah
makanan dan minuman rendah
gula
Kentang rebus, dan umbi-
umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
Mengkonsumsi air mineral
min imal 2liter lhari merupaka n
hal yang dianjurkan bagi
penderiia diabetes
Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan
selingan dengan interval makan
setiap 3 jam
Sprite, fanta, cocacola
minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderita
Diabetes
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestab'ilan gula
darah
Jenis makanan yang tepat bagi
penderita DM adalah
karbohidrat sederhana dan
protein tinggi lemak
t Matrixa
.493
.363
-.061
.353
-.489
.302
.137
.376
.093 -.780 .219
Salah satu strategi yang dapat
dilakukan untuk mengontrol
gula darah adalah dengan
mengkonsumsi makanan sehat
dan bemutrisi
Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
mengontrol kadar gula darah
Diet yang dllakukan bagi
penderita diabetes bukan
dimaksutkan untuk mengontrol
kadar gula darah penderita
Nasi putih, cemilan kue
merupakan salah satu
makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita
diabetes
-.032
.585
.740 -.075
-.210
.216
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 3 components extracted.
Pattern Matrixa
Mengkonsumsi air mlneral
rninimal 2liter/hari merupakan
hal yang dianjurkan bagi
penderita diabetes
Pengolahan makanan yang
dianjurjan bagi penderita
diabetes adalah dengan cara
direbus, dikukus, disetup,
dipanggang dan dihin0arkan
untuk cara digoreng
Sprite, fanta, cocacola
minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderita
Diabetes
Kentang rebus, Can umbi-
umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
.240
-.415
.108
-.030
-.313
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestabilan gula
darah
Diet yang direkomendasikan
bagi penderita diabetes adalah
makanan dan minuman rendah
gula
Salah satu strategi yang dapat
dilakukan untuk mengontrol
gula darah adalah dengan
mengkonsumsi makanan sehat
dan bernutrisi
Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
rnengontrol kadar gula darah
Jenis makanan yang tepat bagi
penderita DM adalah
karbohicirat sederhana dan
protein tinggi lemak
Nasi putih, cemilan kue
merupakan salah satu
makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita
diabetes
Diet yang ciilakukan bagi
penderita diabetes bukan
dimaksutkan untuk mengontrol
kadar gula darah. penderita
Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan
seiingan dengan interval makan
.500
.484
.212
.008
.125
-.068
.193
.674
-.442
.155
.393
-.014
.303
Extraciion Method: Principal Component Anaiysis.
Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 7 iterations.
Pengolahan makanan yang
dianjurjan bagi penderita
diabetes adalah dengan cara
direbus, dikukus, disetup,
dipanggang dan dihindarkan
untuk cara digoreng
Mengkonsumsi air mineral
minimal 2liter lhari merupakan
hal yang dianjurkan bagi
penderita diabetes
Sprite, fanta, cocacola
minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderita
Diabetes
Kentang rebus, dan umbi-
umbian lainnya merupakan
menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
Diet yang direkomendasikan
bagi penderita diabetes adalah
makanan dan rninuman rendah
gula
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat
untuk menjaga kestabilan gula
darah
Jenis makanan yang tepat bagi
penderita DM adalah
karbohidrat sederhana dan
protein tinggi lemak
Salah satu strategi yang dapat
diiakukan untuk mengontrol
gula darah adalah dengan
mengkonsumsi makanan sehat
dan bemutrisi
Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
mengontrol kadar gula darah
Structure Matrix
.759
.661
.211
.080
.180 .142
-.112
Nasi putih, cemilan kue
rnerupakan salah satu
rnakanan yang harus
dihindarkan oleh penderita
C:abetes
Diet yang dilakukan bagi
cenderita diabetes bukan
Cimaksutkan untuk mengontrol
kadar gula darah penderita
Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan
selingan dengan interval makan
.328
-.371
.155
.321
-.817
setiao 3 iam
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization.
nt Correlation Matri
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Pronrax with Kaiser Normalization.
c x
Comoonent 1 2 2
I
2
1.000
-.1 65
.062
-.1 65
1.C00
.152
.062
.152
1.000
I TTL,\III I'....."..---.--'5
1i\m[EF[ l\ q _- -r-' I -L\l', Iil.*.iT r,: lSL l'-l \: ,,a"'* -_
--'n,
:\ i;.:5 H:I \': \ - - -- r..- '.-i.i l:-F$l-l_T {,1- iiII'_ }iTIFl_r\ I r_'n : ,*f- }:i::irT $
rii
Tenr'ousan :
Dekan FKIK
iem pat
Kepada Yth,1" Ita Yuanita, Mkep2, Maftuhah, Ph,D3, Ernar.lati, Sp,KMB
Pengu iSk;riosl
lss: :r-'a alkum lVr.Wb,:='.=^-= i-"ar ini kami mohon kesedian lbu untuk menjadi
:="=-. pen.rOanas pada skripsi terhadap mahasiswa:l,lama : QURRATUAYUN
N lN'l : 109104000020
Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes l.'e:-.Tentang Manajemen Diet Di Wilayah Kerja Puskesmas 1,,'lar. -- 5
--!-aaac
P,abu, i3 i'"lo,emoer 20i3Pukul 08.30 - 10.00 WIB
Ruang Sidang 4.01 Program Studi llmu Keperawatan
Fakultas Kedokeran dan llmu Kesehatan
ar:. f_t-
Kami lampirkan 1 (satu) berkas skripsi.
Atas Perhatian dan kesedian lbu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.A,n D
Ka.
lls
KE \ tE \ TE RT.{\ .{G \}I.\L\I\_ERSIT{S ISLA}I \EGERI ( T-I.\ 1
S\.{RIF HID-{\ -{TLL L {H J-\I\_{RT.{FAKULTAS KEDOKTER{\ D {\ IL}IL KESETL{T.{\
Jl. Kertamukti \o. 5 Pisangan. Ciputat 15-112. Jakana
SURAT PERNYATAAN UJlAN SKRIPSIU n.0 1/F 10 / KM.01,.3 I 8l o1 zorz
Dekan Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas lslam
Hidayatullah Jakarta dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa :
Negeri Sy,arif
Nama
=-S=-:-'::')-- ---*-: -
: Qurratu A'yun
: ir_ 91 i r lr_tr_){_}r,i:11
:: 19
' S:-: :-e ,=-=
=tt=-=
:eri 'a:r -.:-{ menempuh ujian SkripSi
^ lt--:3-ta: /JC<tober 2013: - l:.,a-
Tembusan :
Dekan FKIK
KEMENTERIAN AGAMAT.TNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN )SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATA}{
JL Kefiamukri I\o. 5 Pivngan Ciputar 15{19Telp. : (62-21) 74716718 Far: (62-21i -+'.rrhjll'ehi:e : *r--*-k.tj* f-=u- t-;,ir;nt-r::r:
\omor : [-uol FIf]XillLCII " ; i7f :On:I qrqFiran : -IIal :FrrfuIiLfffr
fryw-:[ks&3i-
K€pada Ymg Terhrrn*-Kepala Dinas Keseha DKI JakntaJI. Kesehatan RayaNo. l0 P€tojo Setendi
J*ara Pusat
Assalamu'elaik,sr Wr. Sib.
Dalam rangka pmlelesaian urgas attir - perr-uranaa m,ahasiswadigmlr'krn peryusme Skipsi lang berjryiul -Gambaran pengetahuanLfrs,-aer-aed Memgmi Diabe*s Me{ift.ls Scrta Cala peooegahmnl.:a-
S€fo&ungtu,tt:tgno im hrri mobm diberrtan izin melaksamtan sndipeodahmlnrt G map :N@aN:L\(
Seme*rProgram Studi
FaL-ultas
aurelalul09t0{ffi820\TIIImu Keperun-mm
KedoLterm.Irn llmu Keseharam LTi SrzrifHidalzmllah Jakarra
Demftian atas perhatian rln'n barrnra;n sarr{ara kami ucamkm ffiimaka-sih-
S-mter r'rbfikrr T|-r- T[b.
Tembusan:Dekan FKIK
.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF., pFK