Download - Hifema Traumatik
TRAUMA TUMPUL PADA MATA
Oleh:
Billy Chandra Bhakti
0601116213
SMF BAGIAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2011
Trauma Mata
Definisi
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola
mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang
kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing
dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun
demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera,
kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus
diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.
LUKA TUMPUL
Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga kemungkinan
merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea dan lensa)
dan struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan). Benturan tumpul juga bisa
menyebabkan patah tulang di sekeliling mata. Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya
cedera, darah yang merembes ke dalam kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan
memar (kontusio), biasanya disebut mata hitam. Jika suatu pembuluh darah di permukaan
mata pecah, maka permukaan mata akan menjadi merah. Perdarahan ini biasanya bersifat
ringan.1
Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan
kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik anterior (hifema traumatik)
merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter spesialis
mata. Perdarahan berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa menyebabkan
kornea menjadi merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan meningkatkan resiko
terjadinya glaukoma.1
Darah bisa merembes ke dalam mata, iris bisa mengalami robekan atau lensa bisa
mengalami pergeseran. Perdarahan bisa terjadi di dalam retina, sehingga retina terlepas
dari jaringan di bawahnya. Pada awalnya, lepasnya retina menyebabkan timbulnya
gambaran kilatan cahaya atau bentuk tidak beraturan yang melayang-layang serta
menyebabkan pandangan kabur, kemudian penglihatan bisa menurun secara tajam. Pada
cedera yang hebat, bola mata bisa mengalami robekan.1
Kompres dingin bisa membantu mengurangi pembengkakan dan menghilangkan
nyeri pada mata hitam. Pada hari kedua, kompres hangat bisa membantu tubuh dalam
menyerap darah yang telah terkumpul.
Jika kulit di sekitar mata atau kulit pada kelopak mata mengalami robekan, bisa
dilakukan penjahitan. Cedera yang mengenai saluran air mata harus diatasi dengan
pembedahan mata. Jika terjadi robekan pada mata, diberikan obat pereda nyeri, obat
untuk menjaga agar pupil tetap melebar dan obat untuk mencegah infeksi.
Biasanya digunakan perisai logam untuk melindungi mata dari cedera lebih lanjut.
Kerusakan yang serius bisa menyebabkan penurunan fungsi penglihatan meskipun telah
dilakukan pembedahan.
Penderita yang mengalami perdarahan di dalam mata akibat trauma harus
menjalani tirah baring. Diberikan obat untuk mengurangi peningkatan tekanan di dalam
mata (misalnya asetazolamid). Untuk mengurangi perdarahan kadang diberikan asam
aminokaproat. Obat-obat yang mengandung aspirin harus dihindari karena bisa
menyebabkan meingkatnya perdarahan di dalam mata.1, 3
TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA
Hematoma Kelopak
Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di
bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul
kelopak. Trauma dapat akibat pukulan tinju, atau beda-benda keras lainnya. Keadaan ini
memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien.
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk
kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca
mata. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan
tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya a. Oftalmika maka darah masuk kedalam kedua
rongga orbita melalui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena
dibatasi septum orbita kelopak maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak
seperti seseorang memakai kacamata.2,4
Edema Konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada
setiap keainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia
luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan
ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan papebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.
Pada edema konjungtica dapat diberikan dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkongtungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
Pecahnya pembukuh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis krani, atau
pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembukuh darah akan
rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva
meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.
Bila peradangan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa
tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang
hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi
bola mata. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan
menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bila mata
untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi
dalam 1-2 minggu tanpa diobati
TRAUMA TUMPUL KORNEA
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema
kornea bahkan ruptur membran descemet. Edema kornea akan memberikan keluhan
penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. Edema kornea yang
berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi ke dalam
jaringan stroma kornea.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan
garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin.
Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida.
Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan
lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan
edema kornea.
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M. Descemet
yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan
rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada
membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan
cepta dan menutupi defek epitel tersebut.
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sesibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi,
fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Anastesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal
untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel.
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk
mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas
neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang
mengakibatkan spasme siliar maka diberikan siklo plegik aksi-pendek seperti
tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi
yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.
TRAUMA TUMPUL UVEA
Iridoplegia
Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil
atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil
Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi
iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberu istirahat untuk mencegah
terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat megnakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah.
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.
Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi
bersama-sama dengan terbentuknya hifema.
Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan
dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.
Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang
bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan
30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat
diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan
demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada
pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder,
hifema penuh dan berwarna hitam.
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu
reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata.
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila
didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan leukemia dan retinoblastoma.
TRAUMA TUMPUL PADA LENSA
Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi
pada putusnya zonula zinii yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.
Subluksasi lensa
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinii sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada zonula zinii yagn rapuh (Sindrom Marphan)
Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan
menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat
cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik
mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.
Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat
masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini
maka akan terjadi gangguan pengaluran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul
glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang
sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan.
Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar, tekanan bola mata yang tinggi.
Luksasi lensa posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior
akibat putusnya zonula zinni di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke
dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya akibat lensa
mengganggu kampus.
Mata ini akan menunjukan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan
melihat normal dengan lesa + 12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris
termulans.
Katarak Trauma
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun.
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior.
Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk
katarak tercetak (imprintinh) yang disebut cicin Vossius.
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan
menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil.
Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat
disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan
bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberika bentuk endoftalmitis
fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks
lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila
epitel lensa berproloferasi aktif akan terlihat mutiara Elshing.
Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya
ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular
primer atau sekunder.
TRAUMA TUMPUL RETINA DAN KOROID
Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan
sangat menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat
sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi
arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada
keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat
trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red
spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau
edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga sleuruh polus
posterior fundus okuli berwarna abu-abu.
Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi
dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen
epitel.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada
penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi
retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi retina
lainnya.
Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir
mengganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam
penglihatan akan menurun.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan
pembuluh darah yang terlihat terangkat dan bekelok-kelok.
TRAUMA KOROID
Ruptur koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan
akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.
Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam
penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina
agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat
bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
TRAUMA TUMPUL SARAF OPTIK
Avulsi papil saraf optik
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam
bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini
perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.
Optik neuropati traumatik
Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula
perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
Penglihatan akan berkurang setelah cedera mata. Terdapat reaksi defek aferen
pupil tanpa adanya keainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah
gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal
beberapa minggu sebelum menjadi pucat.
Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cedera mata adalah trauma
retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan pada kiasam optik.
Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akit dengan memberi
steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk
pembedahan.
BENDA ASING
Cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan konjungtiva
disebabkan oleh benda asing. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa
cedera bisa berakibat serius (misalnya luka tembus pada kornea atau infeksi akibat
sayatan maupun cakaran pada kornea).
Penyebab tersering dari cedera pada permukaan mata adalah lensa kontak.
Lensa yang tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang terlalu lama, lensa yang
tidak dilepas ketika tidur, lensa yang tidak dibersihkan dan melepaskan lensa dengan
sekuat tenaga bisa menimbulkan goresan pada permukaan mata. Penyebab cedera
permukaan mata lainnya adalah pecahan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting
pohon. Pegawai yang di tempat kerjanya cenderung banyak memiliki pecahan-pecahan
kecil yang berterbangan di udara, sebaiknya menggunakan kacamata pelindung.
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menyebabkan nyeri dan
menimbulkan perasaan ada sesuatu di mata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap
cahaya, mata merah, perdarahan dari pembuluh darah pada permukaan mata atau
pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.
Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk
melihat adanya goresan pada permukaan mata, bisa diberikan obat tetes mata khusus
yang mengandung zat warna fluoresensi. Kemudian diberikan tetes mata yang
mengandung obat bius untuk mematikan rasa di permukaan mata. Dengan menggunakan
alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali
bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan
mengguyur mata dengan air yang steril.
Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan
salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan
tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu dimasukkan
antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada permukaan mata berregenerasi
dengan cepat. Meskipun goresannya besar, penyembuhan akan berlangsung selama 1-3
hari. 3,5
Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh
darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata
depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai
mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan
iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non
reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola
mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta
menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi
dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam
bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.4
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium (tes fungsi hati, prothombin, trombosit dan waktu perdarahan)
- Pemeriksaan visus
- Pemeriksaan lampu celah
- Pemeriksaaan goneoskopi (untuk mencari pembuluh darah yang rusak dan resesif sudut)
Manajemen Terapi
Sampai sekarang masih terdapat konsep yang berbeda tapi yang penting dalam
penaganan hifema memberi pertolongan dan pengobatan secara cepat dan tepat sehingga
dapat mencegah atau mengurangi komplikasi. Istirahat total selama 5 hari untuk melihat
terjadinya hifema ulangan.
Posisi berbaring 30-45° akan menyebabkan darah berkumpul di bawah dan akan
menurunkan tekanan darah sistemik sehingga mengurangi resiko hifema ulangan.5,7
Daftar Pustaka
1. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Mata. Dalam : Kedaruratan Medik edisi
revisi. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara; 2000: hal. 178-80.
2. Ilyas HS. Trauma tumpul. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. edisi ketiga. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 2004.
3. Ilyas HS. Trauma tumpul. Dalam : Ilmu Perawatan Mata. Sagung Seto. Jakarta, 2004.
4. Wijana N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta : 1989.
5. American Academy of Ophthalmology. Practical Ophthalmology 4th ed. San
Fransisco, USA, 1996 : 77 – 85
6. Wijana N. Dalam : Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-6. Jakarta, 1993.
7. Sidarta I, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum edisi 2. Jakarta, 2002.
8. Siti Fulina, Eye emergency.
http://medicalanswer.multiply.com/journal/item/9/Eye_Emergency, Jakarta, 2008.