i
HUBUNGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN TINGKAT DENSITAS
TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI PADA OVITRAP DI RW 01
KELURAHAN PAMULANG BARAT TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
Shela Ayu Puryandini
NIM : 1111101000060
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Juni 2016
Shela Ayu Puryandini, NIM: 1111101000060
Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes
Aegypti Pada Ovitrap Di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
(xv + 83 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 7 gambar, 7 lampiran)
ABSTRAK
Kelurahan Pamulang Barat merupakan kelurahan endemis DBD periode
Januari-Desember 2014 (IR:71,94 per 100.000 penduduk) yang mempunyai
jumlah penduduk cukup padat dibandingkan kelurahan lainnya (45.869
penduduk). Nilai ABJ terendah pada tahun 2014 ditemukan di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat. Oleh karena itu pengendalian vektor DBD diperlukan untuk
mengurangi kejadian DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah
Dengue (DBD) dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 235 rumah dan sampel
dipilih dengan metode simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan
dua cara yaitu univariat dan bivariat. Univariat dilakukan dengan menampilkan
tabel distribusi dan persentase dari setiap variabel, sedangkan bivariat dilakukan
dengan uji statistik Chi Square dengan nilai α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti yang termasuk kategori tinggi 46.8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa variabel perilaku menguras TPA dan perilaku menutup TPA berhubungan
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap. Variabel yang
tidak berhubungan adalah perilaku mengubur barang bekas, prilaku memperbaiki
saluran air yang tidak lancar dan perilaku memasang kawat kasa.
Berdasarkan hasil, tempat perindukan nyamuk harus dikurangi dengan
melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara tepat. Ovitrap dapat digunakan
menjadi salah satu program untuk memutus siklus hidup nyamuk.
Daftar Bacaan: 45 (1999-2014)
Kata Kunci: Tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti, PSN, ovitrap
iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, June 2016
Shela Ayu Puryandini, NIM: 1111101000060
Associated Between The Eradication Mosquito Nest (PSN) of Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) Mosquito’s Breeding with Density Level Of Aedes
Aegypti's Eggs in Ovitrap At RW 01, West Pamulang Village 2015
(xv + 83 pages, 13 tables, 2 charts, 7 pictures, 7 attachments)
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a communicable disease that still a
major health problem in Indonesia. West Pamulang is an endemic villages (IR:
71.94 per 100,000 population) that have a dense population than other villages
(45869 population). A lowest ABJ value in 2014 was found in RW 01. Dengue
vector control are needed to reduce the incidence of DHF. The purpose of this
reasearch was to determine the associated between the eradication mosquito nest
of dengue hemorrhagic fever (DHF) mosquito’s breeding with density level of
Aedes aegypti’s eggs in ovitrap at RW 01,West Pamulang village 2015.
This is a quantitative research with cross sectional design study. Samples
in this research are 235 houses and samples selected by systematic random
sampling method. Analysis of the data done in two ways, univariate and bivariate.
Univariate done by displaying the distribution table and the percentage of each
variable, while bivariate statistical tests performed with Chi Square with a value
of α = 0.005.
The result of this research showed that density level of Aedes aegypti eggs
were categorized as high 46.8%. Bivariate analysis showed that behavior of drain
water reservoirs and close the water reservoirs are related to the density level of
Aedes aegypti eggs on ovitrap. Whereas unrelated variables are behavior of bury
the thrift, repair damaged waterways, and put on the wire netting.
Based on the results, breeding places of mosquitos should be reduced by
eradication of mosquitoes nest appropriately. An ovitrap can used to be the one of
program to break the life cycle of mosquitos.
References: 45 (1999-2014)
Keywords: Density Level of Aedes aegypti mosquito’s eggs, PSN, ovitrap
PERNYATAAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN PERILAKU PEMBERANT ASAN SARANG NYAMUK (PSN)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN TINGKA T DENSITAS
TELUR NYAMUKAEDES AEGYPTIPADA OVITRAP DI RW 01
KELURAHAN PAMULANG BARAT TAHUN 2015
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Pembimbing I
Jakarta, Juni 2016
oleh:
Shela Ayu Puryandini NIM. 1111101000060
Mengetahui,
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes
NIP. 19650808 198803 1 002
Catur Rosidati, M.Kes
NIP. 19750210 200801 2 018
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUD I KESEHATAN MASYARAKA T
FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHAT AN MASYARAKA T
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SHELA AYU PURY ANDINI
NIM.1111101000060
Jakarta, Juni 2016
Penguji I,
Minsarnawati NIP. 19750215 200901 2 003
Dewi Utami iani M.Kes Ph.D NIP. 19750316 200710 2 001
Penguji III,
dr. Sholah Imari, M.Sc
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Shela Ayu Puryandini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cililitan Kecil 1 RT 016/007, Kel. Cililtan,
Kec. Kramatjati, Jakarta Timur
No. Handphone : 0812 83735907
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
2011-2016 : Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007-2010 : SMA Negeri 51 Batu Ampar, Jakarta Timur
2004-2007 : SMP Negeri 20 Bulak Rantai, Jakarta Timur
1998-2004 : SD Negeri Cawang 05 Pagi, Jakarta Timur
1997 : TK Mutiara
C. Pengalaman Organisasi
2014-2015 : Bendahara Environmental Health Student
Association (ENVIHSA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2013-2014 : Wakil Bendahara Environmental Health Student
Association (ENVIHSA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2013 : Sekertaris Divisi Pengembangan Sumber Daya
Manusia Badan Eksekutif Mahasiswa Program
Studi (BEM Prodi) Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes
aegypti pada Ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari banyak kesulitan yang
dihadapi, namun dengan bantuan, arahan, dukungan dan doa dari berbagai pihak,
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ayahanda Suherli dan Ibunda Wulan yang tak henti mendoakan,
memberikan dukungan baik moril dan materil serta menjadi sumber
semangat bagi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dorongan,
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dorongan,
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Adikku tersayang citra yang selalu mendoakan serta memberikan
semangat kepada peneliti.
6. Pihak Puskesmas Pamulang dan Ketua RW 01 Kelurahan Pamulang
Barat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta
bantuannya dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
viii
7. Muhammad Lutfi Daimun yang menjadi penyemangat serta berbagi
suka dan duka bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
8. Pewe, Ikoh, Ayu, Ika, Rois, Nurul, Siti, Upit, Zahra, Rara, dan Fitra
yang memberikan semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga Kesehatan Lingkungan 2011 yaitu Ayu, Ila, Ikoh, Ika, Cepol,
Pewe, Ibet, Tika, Onoy, Efri, Feela, Lifi, Niken, Rois, Ibnu, Chandra,
Almen, Hari, Eka, Awal, Sarjeng, Fiya, dan Rahmatika yang yang
sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi, adanya kalian semua
membuat suasana kampus terasa berbeda dan menyenangkan.
10. Seluruh teman-teman Kesehatan Masyarakat 2011 yang menjadi teman
seperjuangan dan tempat berbagi ilmu maupun pengalaman selama
masa perkuliahan.
11. Dan seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam proses
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan secara
keseluruhan.
Pada penulisan skripsi ini, peneliti merasa masih banyak kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi peneliti demi
kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.
Jakarta, Juni 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7
1.4 Tujuan .......................................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
1.5.1 Bagi Masyarakat ......................................................................................... 10
1.5.2 Bagi Peneliti ................................................................................................ 10
1.5.3 Bagi Puskesmas Pamulang ........................................................................ 10
1.5.4 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ..................................... 10
x
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) ................................................ 12
2.2 Penyebab Penyakit Demam Berdarah ........................................................ 12
2.3 Vektor Demam Berdarah Dengue .............................................................. 13
2.4 Metode Survei Vektor DBD ...................................................................... 21
2.5 Kepadatan Telur Nyamuk Aedes Aegypti .................................................. 25
2.6 Pengertian Perilaku .................................................................................... 26
2.7 Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD .............................. 26
2.8 Pengukuran Perilaku PSN-DBD ................................................................ 34
2.9 Kerangka Teori .......................................................................................... 36
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 37
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37
3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 40
3.3 Hipotesis .................................................................................................... 42
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 43
4.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 43
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 44
4.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data................................................ 45
4.4.1 Jenis Data ..................................................................................................... 45
4.4.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 46
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 48
4.6 Pengolahan Data ........................................................................................ 49
4.7 Analisis Data .............................................................................................. 50
BAB V HASIL ...................................................................................................... 52
xi
5.1 Gambaran Umum Wilayah ........................................................................ 52
5.2 Analisis Univariat ...................................................................................... 53
5.2.1 Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ......................................................................................................... 53
5.2.2 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air .................... 54
5.2.3 Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air ...................... 55
5.2.3 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas ....................................... 55
5.2.4 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak Lancar ..... 56
5.2.5 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa ........................................... 56
5.3 Analisis Bivariat ......................................................................................... 57
5.3.1 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap ............. 57
5.3.2 Gambaran Perilaku Menutup Rapat Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ......................................................................................................... 58
5.3.3 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap ............................ 59
5.3.4 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak Lancar
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ......................................................................................................... 60
5.3.5 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap ............................ 61
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 63
6.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 63
6.2 Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap di
RW 01 Kelurahan Pamulang Barat ............................................................ 63
6.3 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap .................. 67
xii
6.4 Gambaran Perilaku Menutup Rapat Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap
.................................................................................................................... 69
6.5 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap ................................ 71
6.6 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak Lancar
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap
.................................................................................................................... 73
6.7 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarakan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap ................................ 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 77
7.1 Simpulan .................................................................................................... 77
7.2 Saran ............................................................................................................. 78
7.2.1 Masyarakat .................................................................................................. 78
7.2.2 Puskesmas Pamulang ................................................................................. 79
7.2.3 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan .............................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 40
Tabel 4.1 Sampel Penelitian................................................................................... 45
Tabel 5.1Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015 .................. 54
Tabel 5.2 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015................................................ 54
Tabel 5.3 Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air di RW 01
Kelurahan Pamulang Tahun 2015 ........................................................ 55
Tabel 5.4 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2015 ................................................................. 56
Tabel 5.5 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak Lancar di
RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015 ................................... 56
Tabel 5.6 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2015 ................................................................. 57
Tabel 5.7 Gambaran Perilaku Menguras tempat penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ................................................................................................... 58
Tabel 5.8 Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ................................................................................................. 59
Tabel 5.9 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap ............................ 60
Tabel 5.10 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak Lancar
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap ................................................................................................. 61
Tabel 5.11 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap .......................... 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Dewasa .......................................... 16
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti .................................................... 17
Gambar 2.3 Telur Aedes sp ....................................................................................... 17
Gambar 2.4 Larva Aedes sp ...................................................................................... 18
Gambar 2.5 Pupa Aedes sp ........................................................................................ 19
Gambar 2.6 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa ............................................................ 19
Gambar 2.7 Ovitrap dan Padel dengan telur Aedes sp .............................................. 23
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................................ 36
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk hidup
produktif. Pencegahan dan pemeliharaan kesehatan seharusnya lebih
diperhatikan daripada pengobatan. Namun saat ini hal tersebut kurang
diperhatikan oleh masyarakat sehingga masalah kesehatan belum
terselesaikan dengan baik. Di negara maju terjadi pergeseran pola penyakit
dari penyakit menular menjadi penyakit non-infeksi. Hal tersebut perlu
diperhatikan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit
menular di Indonesia merupakan faktor utama penyebab kematian dan
morbiditas (Budiarto, 2001).
Salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi
masalah kesehatan yang utama di Indonesia adalah Demam Berdarah
Dengue (DBD). Menurut Ginanjar (2008), penyakit DBD disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita
DBD lainnya.
Kasus DBD di seluruh Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat
melebihi 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3 juta kasus pada tahun
2013. Tidak hanya terjadi peningkatan jumlah kasus tetapi juga terjadi
ledakan kasus DBD. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kasus
2
diantaranya sebanyak 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di
rumah sakit. Sebagian besar dari penderita tersebut adalah anak-anak dan
jumlah kematian mencapai 2,5% (WHO, 2014).
Jumlah penderita DBD di Indonesia pada tahun 2014 yang
dilaporkan sampai pertengahan bulan Desember adalah sebanyak 71.668
kasus dimana 641 kasus dilaporkan meninggal dunia (Kemenkes RI, 2014).
Di Provinsi Banten pada periode Januari – Desember 2014 yang sama
dilaporkan terdapat 3.134 kasus DBD (IR: 27,4 per 100.000 penduduk)
dimana 40 kasus dilaporkan meninggal dunia (CFR: 1,28%) (Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan, 2014).
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi
Banten yang mempunyai kasus DBD tertinggi. Berdasarkan data kegiatan
program pengendalian DBD Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, di
kota tersebut pada tahun 2012 terdapat 842 kasus dan 5 kematian (CFR:
0,59), tahun 2013 terdapat 782 kasus dan 6 kematian (CFR: 0,77), dan tahun
2014 terdapat 774 kasus dengan 6 kematian (CFR: 0,78) dengan angka
insiden periode Januari-Desember 2014 sebesar 54,8 per 100.000 penduduk
(Dinkes Tangerang Selatan, 2014).
Berdasarkan data kegiatan program pengendalian DBD yang
diperoleh dari bagian Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2014 dapat diketahui bahwa kasus DBD
pada tujuh kecamatan di Kota Tangerang Selatan periode Januari-Desember
2014 adalah Kecamatan Pamulang dengan kasus DBD sebanyak 169 kasus
(IR: 73,67 per 100.000 penduduk), Kecamatan Ciputat Sebanyak 76 kasus
3
(IR: 40,31 per 100.000 penduduk), Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 105
kasus (IR: 54,69per 100.000 penduduk), Kecamatan Setu sebanyak 131
kasus (IR: 187,19 per 100.000 penduduk), Kecamatan Serpong sebanyak
140 kasus (IR: 93,23 per 100.000 penduduk), Kecamatan Serpong Utara
sebanyak 55 kasus (IR: 54,73 per 100.000 penduduk), Kecamatan Pondok
Aren sebanyak 98 kasus (IR: 29,92 per 100.000 penduduk). Berdasarkan
data tersebut, kecamatan yang memiliki nilai IR tertinggi adalah Kecamatan
Setu, Serpong, dan Pamulang. Akan tetapi, apabila dilihat dari kepadatan
penduduk, Kecamatan Pamulang merupakan wilayah yang mempunyai
kepadatan penduduk tertinggi di Kota Tangerang Selatan yaitu sebanyak
235.328 penduduk (Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2014).
Kepadatan penduduk mempunyai potensi besar untuk terjadinya
penularan penyakit DBD. Kepadatan penduduk memudahkan untuk terjadi
penularan DBD karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter
(Sukamto, 2007). Selain itu menurut informasi umum DBD (2011)
kepadatan penduduk sangat berpengaruh pada kejadian kasus DBD, makin
padat penduduk makin tinggi kasus DBD di kota tersebut.
Kelurahan Pamulang Barat merupakan salah satu wilayah endemis
DBD yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat dibandingkan
dengan kelurahan lainnya yang terdapat di Kecamatan Pamulang. Hal
tersebut tercatat dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan yaitu Kelurahan Pamulang Barat memiliki jumlah
penduduk sebanyak 45.869 penduduk, sedangkan kelurahan lainnya seperti
Kelurahan Pondok Benda memiliki jumlah penduduk sebanyak 29.020
4
penduduk, Kelurahan Pamulang Timur sebanyak 27.354 penduduk,
Kelurahan Pondok Cabe Udik sebanyak 25.725 penduduk, Kelurahan
Pondok Cabe Ilir 19.713 penduduk, Kelurahan Benda Baru sebanyak 29.635
penduduk, Kelurahan Bambu Apus sebanyak 16.421, dan Kelurahan
Kedaung sebanyak 35.666 penduduk (Dinas Kesehatan Tangerang Selatan,
2014).
Selain memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, Kelurahan
Pamulang Barat merupakan kelurahan yang mempunyai kasus DBD cukup
tinggi pada periode Januari-Desember 2014 yaitu sebanyak 33 kasus (IR:
71,94 per 100.000 penduduk. Akan tetapi nilai ABJ pada kelurahan tersebut
telah mencapai ≥ 95% (Puskesmas Pamulang, 2014).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2013). Tindakan pencegahan
merupakan tindakan pilihan yang terbaik (Rusli, 2009). Oleh karena itu
salah satu tindakan pencegahan peningkatan kasus DBD adalah
diperlukannya pengendalian vektor dari penyakit DBD untuk menurunkan
atau menekan populasi vektor (Sumantri, 2010).
Pengendalian vektor DBD diperlukan karena nilai dari kepadatan
vektor tersebut dapat mempengaruhi kejadian DBD. Hal tersebut dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wuryaningsih (2013) yang
menyatakan bahwa kejadian DBD terjadi pada wilayah yang mempunyai
angka kepadatan vektor DBD tinggi. Sejalan dengan penelitian tersebut,
5
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukamto (2007) juga menyatakan
bahwa kepadatan telur nyamuk berhubungan dengan kejadian DBD.
Survei kepadatan vektor DBD dapat dilakukan dengan menggunakan
ovitrap atau yang lebih dikenal dengan perangkap telur. Ovitrap berfungsi
untuk mengurangi populasi nyamuk melalui pemutusan rantai kehidupan
nyamuk mulai dari fase telur. Padel diperiksa untuk menemukan dan
menghitung jumlah telur yang terperangkap. Presentasi ovitrap yang positif
menginformasikan tingkat paparan nyamuk Aedes spp. Jumlah telur
digunakan untuk estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato et al.
2005 dalam Fatmawati, 2014).
Pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan
dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor (Kemenkes RI,
2013). Salah satu cara untruk meminimalkan habitat perkembangbiakan
vektor dapat dilakukan dengan pelaksanaan PSN untuk mengendalikan
vektor DBD dengan cara memutus rantai penularan nyamuk. Pernyataan
tersebut didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, dkk
(2013) bahwa perilaku PSN-DBD berhubungan dengan keberadaan jentik
DBD. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
Riyadi,dkk (2012) menyatakan bahwa tindakan PSN-DBD berhubungan
dengan densitas larva Aedes aegypti.
Kemenkes RI (2014) keberhasilan PSN DBD dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD
dapat dicegah atau dikurangi. Namun, dari 33 kasus DBD yang terjadi di
Kelurahan Pamulang Barat pada tahun 2014, berdasarkan laporan jumantik
6
pada tahun yang sama di Puskesmas Pamulang tercatat dari 25 RW yang
terdapat di Kelurahan Pamulang Barat, RW 01 merupakan RW yang
memiliki ABJ terendah yaitu 90% (Puskesmas Pamulang, 2014).
Kegiatan PSN-DBD dapat mengendalikan populasi nyamuk Aedes
aegeypti dan keberhasilan pelaksanaan PSN-DBD tersebut ditandai dengan
ABJ yang menunjukkan ≥95%. Selain tindakan pengendalian, perlu juga
pengamatan status vektor salah satunya berupa indeks ovitrap. Maka
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan perilaku PSN-DBD
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Kelurahan Pamulang Barat merupakan kelurahan endemis DBD
dengan kasus sebanyak 33 kasus (IR: 71,94 per 100.000 penduduk) pada
periode Januari-Desember 2014, selain itu Kelurahan Pamulang Barat
merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terpadat di
Kecamatan Pamulang, yaitu sebanyak 45.869 penduduk, sehingga
memudahkan penularan DBD.
Berdasarkan data laporan jumantik pada tahun 2014 tercatat dari 25
RW yang terdapat di Kelurahan Pamulang Barat, RW 01 merupakan RW
yang memiliki ABJ terendah yaitu 90%. Nilai ABJ dapat digunakan sebagai
indikator keberhasilan pelaksanaan PSN-DBD karena kegiatan PSN-DBD
dapat mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti.
7
Disamping tindakan pengendalian, diperlukan juga pengamatan
mengenai status vektor dengan mengetahui kepadatan dari vektor tersebut.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD)
dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana gambaran tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada
ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
b. Bagaimana gambaran perilaku menguras tempat penampungan air di
RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
c. Bagaimana gambaran perilaku menutup tempat penampungan air di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
d. Bagaimana gambaran perilaku mengubur barang bekas di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
e. Bagaimana gambaran perilaku memperbaiki saluran air yang tidak
lancardi RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
f. Bagaimana gambaran perilaku memasang kawat kasa di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
g. Apakah ada hubungan antara perilaku menguras tempat penampungan
air dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di
RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
8
h. Apakah ada hubungan antara perilaku menutup tempat penampungan air
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
i. Apakah ada hubungan antara perilaku mengubur barang bekas dengan
tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
j. Apakah ada hubungan antara memperbaiki saluran air yang tidak lancar
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
k. Apakah ada hubungan antara perilaku memasang kawat kasa dengan
tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku PSN-DBD dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat tahun 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun
2015.
b. Mengetahui gambaran perilaku menguras tempat penampungan
air di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
9
c. Mengetahui gambaran perilaku menutup tempat penampungan air
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
d. Mengetahui gambaran perilaku mengubur barang bekas di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
e. Mengetahui gambaran memperbaiki saluran air yang tidak lancar
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
f. Mengetahui gambaran perilaku memasang kawat kasa di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
g. Mengetahui hubungan antara perilaku menguras tempat
penampungan air dengantingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun
2015.
h. Mengetahui hubungan antara perilaku menutup tempat
penampungan air dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun
2015.
i. Mengetahui hubungan antara perilaku mengubur barang bekas
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
j. Mengetahui hubungan antara memperbaiki saluran air yang tidak
lancar dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada
ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
10
k. Mengetahui hubungan antara perilaku memasang kawat kasa
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya PSN dalam upaya pengendalian vektor DBD.
1.5.2 Bagi Peneliti
Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai
hubungan perilaku PSN-DBD dengan tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti pada ovitrap.
1.5.3 Bagi Puskesmas Pamulang
Dapat memberikan informasi kepada Puskesmas Pamulang
untuk menentukan kebijakan atau program dalam rangka menurunkan
angka kejadian DBD di Kelurahan Pamulang Barat, Tangerang
Selatan.
1.5.4 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Menambahkan informasi kepada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan yaitu berupa data mengenai tingkat densitas telur
nyamuk Aedes aegypti khususnya di Kelurahan Pamulang Barat.
11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul hubungan perilaku PSN-DBD dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan tahun 2015. Penelitian ini telah
dilakukan di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat yaitu dengan sampel
sebanyak 235 rumah. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Data yang
digunakan untuk mengetahui jumlah kasus DBD dan ABJ pada penelitian ini
dengan menggunakan data sekunder mengenai jumlah kasus kejadian DBD
dan ABJ tahun 2014 yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan dan Puskesmas Pamulang. Data yang digunakan untuk mengetahui
perilaku PSN-DBD adalah data primer yang didapatkan dengan metode
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data kepadatan telur
nyamuk Aedes aegypti didapatkan dengan metode observasi telur nyamuk
Aedes aegypti pada ovitrap.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh virus
dengue dan disebarluaskan oleh nyamuk terutama spesies Aedes aegypti.
WHO menggolongkan penyakit ini ke dalam penyakit infeksi baru yang
sedang muncul dan meningkat karena semakin meluasnya sebaran geografis
serta semakin meningkatnya jumlah penduduk yang terkena. Lebih dari 2,5
miliar penduduk dunia berisiko terkena penyakit DBD dengan mayoritas
atau sekitar 70% populasi hidup di kawasan Asia Pasifik (Pratamawati,
2012).
Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit demam virus
akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan tulang penurunan
jumlah sel darah putih dan ruam-ruam (Sucipto, 2011). Penyakit DBD
menyerang semua orang tidak terbatas oleh kelompok umur tertentu.
Hingga saat ini proporsi kasus DBD yang terbanyak adalah pada golongan
anak-anak. Namun dalam dekade ini proporsi kasus DBD pada golongan
umur dewasa cenderung meningkat (Rusli, 2009).
2.2 Penyebab Penyakit Demam Berdarah
Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang terdiri dari
empat tipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui
13
gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang telah
terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya. Virus penyebab
DBD adalah virus dengue anggota dari genus flavivirus (Arbovirus group
B). Maksud dari Arbovirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh antrophoda (Ginanjar, 2008).
Menurut Depkes RI (2007), keempat virus tersebut terdapat
diberbagai daerah di Indonesia. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Badan Litbang Departemen Kesehatan RI menujukkan bahwa Dengue
DEN-3 merupakan serotype virus dominan yang menyebabkan kasus berat.
Selain itu, adanya kebiasaan masyarakat menampung air untuk
keperluan sehari-hari seperti menampung air hujan, menampung air sumur
atau membeli air di penjual air sehingga bak mandi atau drum/tempayan
jarang dikuras berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Ada
pula kebiasaan masyarakat menyimpan barang-barang bekas tetapi kurang
rajin memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung di dalam
tempat penampungan air (TPA) serta kurang melaksanakan kebersihan
lingkungan, akibatnya anjuran 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mengubur
Plus menaburkan larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, serta
pemakaian insektisida rumah tangga) untuk mencegah DBD belum
terlaksana secara efektif (Pratamawati, 2012).
2.3 Vektor Demam Berdarah Dengue
Hadinegoro (1999) menjelaskan bahwa penyakit DBD tidak
langsung ditularkan dari orang ke orang, melainkan ditularkan melalui
14
vektor yaitu nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Di
Indonesia nyamuk Aedes agypti tesebar luas di seluruh pelosok tanah air,
baik di kota ataupun di desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih
dari 100 meter diatas permukaan laut. Aedes aegypti adalah salah satu vektor
yang efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antropofilik dan
hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah.
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan
karena terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang
biak nyamuk betina Aedes aegypti. Selain nyamuk betina Aedes aegypti,
nyamuk Aedes albopictus juga salah satu vektor penyebar penyakit demam
berdarah. Akan tetapi peranan nyamuk Aedes albopictus kurang
dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti hal tersebut karena nyamuk
tersebut tinggal di kebun atau semak-semak sehingga kontak dengan
manusia hanya sedikit, sedangkan nyamuk Aedes aegypti berada di sekitar
rumah dimana manusia tinggal (Hadinegoro, 1999).
Menurut PPM-PL (2002) yang dikutip dalam Sukamto (2007),
nyamuk Aedes aegypti akan menjadi vektor apabila:
a. Ada virus dengue pada orang yang dihisap darahnya, yaitu orang sakit
DBD, 1-2 hari sebelum demam atau 4-7 hari selama demam.
b. Nyamuk hanya akan bisa menularkan penyakit apabila umurnya lebih
dari 10 hari, oleh karena masa inkubasi extrinsik virus di dalam tubuh
nyamuk 8-10 hari. Untuk nyamuk bisa mencapai umur lebih dari 10 hari
perlu tempat hinggap istirahat yang cocok dan kelembaban tinggi, karena
nyamuk bernapas dengan spirakel dengan demikian permukaan
15
tubuhnya luas dan menyebabkan penguapan tinggi, bila kelembaban
rendah nyamuk akan mati kering. Tempat hinggap tersedia oleh adanya
lingkungan fisik dan kelembaban dipengaruhi oleh lingkungan fisik
(curah hujan) atau lingkungan biologi (tanaman hias atau tanaman
pekarangan).
c. Untuk dapat menularkan penyakit dari orang ke orang nyamuk harus
menggigit manusia yang mengandung virus dengue.
d. Untuk bisa bertahan hidup maka jumlah nyamuk harus banyak karena
musuhnya banyak (manusia dan sebagai makanan hewan seperti ikan
kepala timah; katak; cicak).
e. Nyamuk juga harus tahan terhadap virus, karena virus akan
memperbanyak diri di dalam tubuh nyamuk dan bergerak dari lambung,
menembus dinding lambung, dan kelenjar ludah nyamuk. Pemberantasan
vektor tidak selalu berarti pemberantasan nyamuk bisa juga dengan cara
mengurangi salah satu dari 5 (lima) syarat tadi. Bila banyak nyamuk
Aedes aegypti belum tentu merupakan musim penularan, karena kalau
tidak ada sumber penularan atau umur nyamuk pendek tidak bisa
menjadi vektor.
A. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna
hitam kecoklatan dengan ukuran tubuh antara 3-4cm, dengan
mengabaikan panjang kakinya. Nyamuk jantan dan betina tidak
memiliki perbedaan dalam ukuran, namun nyamuk jantan memiliki
16
tubuh lebih kecil daripada betina dan terdapat rambut-rambut tebal
pada antena nyamuk jantan (Ginanjar, 2008).
Menurut Sungkar (2005) yang dikutip di dalam Sucipto (2011),
bagian tubuh nyamuk Aedes aegypti dewasa secara umum terdiri atas
kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Tanda khas Aedes aegypti
berupa gambaran lyre pada bagian dorsal thorax (mesonotum) yaitu
sepasang garis putih yang sejajar di tengah dan garis lengkung putih
yang lebih tebal pada setiap sisinya. Probosis berwarna hitam,
skutelum bersisik lebar berwarna putih dan abdomen berpita putih pada
bagian basal. Ruas tarsus kaki belakang berpita putih. Berikut
merupakan morfologi dari nyamuk Aedes aegypti dewasa:
B. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan hanya nyamuk betina saja
yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia
untuk mematangkan telurnya. Umur nyamuk tersebut sekitar 2 minggu
Gambar 2.1
Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Dewasa
17
sampai 3 bulan atau rata-rata 11/2 bulan, tergantung dari suhu
kelembaban udara disekelilingnya (Hadinegoro, 1999).
Adapun stadium telur, larva, pupa sampai menjadi nyamuk
dewasa adalah sebagai berikut:
1. Telur
Nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100
butir. Telur Aedes berikuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam,
tampak bulat panjang dan berbentuk oval. Di alam bebas telur
nyamuk diletakkan satu per satu menempel pada dinding
wadah/tempat perindukan terlihat sedikit di atas permukaan air.
Telur tersebut menetas dalam satu sampai dua hari menjadi larva
(Ginanjar, 2008).
Gambar 2.2
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber: Kemenkes RI, 2013
Gambar 2.3
Telur Aedes sp.
18
2. Larva (Jentik)
Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut
larva stadium I (instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan
3 kali pengelupasan kulit (ecdysis atau moulting), berturut-turut
menjadi larva stadium 2, 3, dan larva stadium 4. Larva stadium
akhir ini lalu melakukan pengelupasan kulit dan berubah bentuk
menjadi stadium pupa. Larva stadium 4 berukuran 7x4 mm,
mempunyai pelana yang terbuka, bulu sifon satu pasang, dan gigi
sisir yang berduri lateral. Dalam air di wadah, larva Aedes bergerak
sangat lincah dan aktif dengan memperlihatkan gerakan-gerakan
naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang-
ulang. Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam
waktu 6-8 hari dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong).
3. Pupa
Pupa nyamuk berbentuk seperti koma. Kepala dan dadanya
bersatu dilengkapi sepasang terompet pernapasan. Stadium pupa
ini adalah stadium tak makan. Jika terganggu dia akan bergerak
naik turun di dalam wadah air. Dalam waktu lebih kurang dua hari,
dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.
Sumber: Kemenkes RI, 2013
Gambar 2.4
Larva Aedes sp.
19
4. Nyamuk Dewasa
Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari
pasangan untuk mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk
siap mencari darah untuk perkembangan telur demi keturunannya.
Nyamuk jantan setelah kawin akan istirahat, dia tidak menghisap
darah tetapi cairan tumbuhan sedangkan nyamuk betina menggigit
dan menghisap darah orang.
C. Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti
Berikut ini merupakan penjelasan dari perilaku nyamuk Aedes
aegypti yang meliputi perilaku makan, istirahat, dan jarak terbang
(WHO, 2004);
Sumber: Kemenkes RI, 2013
Gambar 2.5
Pupa Aedes sp.
Sumber: http://www.nacionaltucuman.com
Gambar 2.6
Nyamuk Aedes sp. Dewasa
20
1. Perilaku Makan
Nyamuk Aedes aegypti betina bersifat antropofilik atau
yang dikenal dengan menyukai darah manusia walaupun nyamuk
tersebut juga dapat memakan hewan yang berdarah panas lainnya.
Sedangkan nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan
tumbuhan atau sari bunga. Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal,
yaitu mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit
biasanya mulai dari pagi sampai sore hari dengan dua puncak
aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Selain itu
nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah
berulang kali (multiple bites) atau lebih dari satu orang. Menurut
Kemenkes RI (2013), kebiasaan menghisap darah berulang kali
(multiple bites) atau lebih dari satu orang adalah untuk memenuhi
lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
efektif sebagai penular penyakit.
2. Perilaku Istirahat
Setelah menghisap darah nyamuk Aedes aegypti suka
bersitirahat didalam rumah atau kadang diluar rumah, berdekatan
dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang
disenangi adalah benda yang menggantung seperti pakaian,
kelambu, atau tumbuhan di dekat tempat perkembangbiakannya.
Biasanya ditempat yang gelap dan lembab nyamuk menunggu
proses pematangan telurnya (Sucipto, 2011).
21
3. Jarak Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dipengaruhi oleh
beberpa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah,
tetapi dengan batas jarak 100 meter dari tempat kemunculan.
Namun, penelitian terbaru di Peurto Rico menunjukkan bahwa
nyamuk ini dapat menyebar lebih dari 400 meter terutama untuk
tempat bertelur (WHO, 2004).
2.4 Metode Survei Vektor DBD
Menurut Kemenkes RI (2013), metode survei vektor DBD dapat
dilakukan dengan cara survei telur, survei jentik, dan survei nyamuk, seperti;
A. Survei Telur
Survei telur dilakukan dengan memasang Oviposition Trap atau
yang biasa dikenal dengan sebutan ovitrap merupakan perlengkapan
perangkap telur sangat berguna untuk deteksi dini terhadap gangguan
yang baru berlangsung di wilayah nyamuk yang sebelumnya telah
dibasmi. Perangkap telur nyamuk yang dilengkapi dengan
rendaman/infusi jerami telah terbukti sebagai metode surveilans Aedes
aegypti yang sangat reproduktif dan efisien di wilayah perkotaan dan
juga telah terbukti berguna untuk mengevaluasi program-program
pengendalian (WHO, 2004).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Polson, et al
(2002) yang menyatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina lebih
menyukai ovitrap yang berisikan rendaman rumput kering daripada yang
22
berisikan air keran. Jenis rumput yang digunakan dapat bermacam-
macam jenis seperti pada penelitian Singh et all (2005) menggunakan
rendaman rumput jenis Cynadon dactyloni, penelitian Santos et all
(2003) menggunakan rumput jenis Eleusine indica (Poaceae), penelitian
Tang et all (2007) menggunakan jenis rumput Axonopus commpressus
dan penelitian Santana et all (2006) menggunakan rumput jenis Panicum
maximum. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Hoel, et al
(2011) menyatakan bahwa ovitrap yang berwarna hitam lebih menarik
nyamuk dalam mencari tempat untuk bertelur.
Perangkap telur atau ovitrap adalah peralatan yang terdiri dari
tabung gelas kecil bermulut lebar yang di cat hitam bagian luarnya.
Tabung gelas tersebut dilengkapi dengan tongkat kayu (pedel) yang
dijepit vertikal di bagian dalam tabung dan bagian kasarnya menghadap
kearah dalam.Tabung separuhnya diisi dengan air dari rendaman jerami
yang telah direndam selama tujuh hari dan ditempatkan di lokasi yang
diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di dalam atau di lingkungan
sekitar rumah (WHO, 2004).
Padel diperiksa untuk menemukan dan menghitung jumlah telur
yang terperangkap. Presentasi ovitrap yang positif menginformasikan
tingkat paparan nyamuk Aedes aegypti. Jumlah telur digunakan untuk
estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato et al. 2005 dalam
Fatmawati, 2014). Selain itu, menurut Wahyuningsih (2007) yang
dikutip dari Fatmawati, dkk (2014) menyatakan bahwa ovitrap indeks
dinilai merupakan indikator yang lebih peka dan teliti untuk mengetahui
23
adanya kelimpahan larva Aedes aegypti sebagai vektor DBD
dibandingkan dengan indikator lama seperti House Index dan Breteu
Index. Pemeriksaan padel dilakukan setelah 1 minggu pemasangan
ovitrap. Berikut merupakan cara untuk mengetahui ovitrap indeks;
Berikut merupakan gambar Ovitrap;
Gambar 2.7
Ovitrap dan Padel dengan Telur Aedes aegypti
B. Survei Jentik
Metode survei ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap semua media perairan yang potensial sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar
rumah. Setiap media perairan potensial dilakukan pengamatan jentik
selama 3-5 menit menggunakan senter. Hasil survei jentik dicatat dan
dilakukan analisis perhitungan sebagai berikut:
Sumber http://www.contracostamosquito.com
24
1) Angka Bebas Jentik (ABJ)
ABJ adalah presentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di
semua desa/kelurahan setiap tiga bulan oleh petugas puskesmas pada
rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara acak.
2) House Indeks (HI)
HI adalah presentasi jumlah rumah yang ditemukan jentik
yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas
setiap tiga bulan pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.
3) Container Indeks (CI)
CI adalah presentase pemeriksaan jumlah container yang
diperiksa yang ditemukan jentik pada container di rumah penduduk
yang dipilih secara acak.
4) Breteau Indeks (BI)
BI adalah presentase pemeriksaan jumlah container yang
diperiksa yang ditemukan jentik di rumah penduduk yang dipilih
secara acak.
25
C. Survei Nyamuk
Survei nyamuk dilakukan dengan cara menangkap nyamuk yang
hinggap di badan (human landing collection/ HLC) dan hinggap di
dinding dalam rumah atau tempat lainnnya seperti baju yang
menggantung, kelambu, horden dan sebagainya. Hasil penangkapan
nyamuk dianalisis dengan angka kepadatan nyamuk perorang perjam
(man hour density/MHD), angka kepadatan nyamuk perorang perhari
(man bitting rate/ MBR), dan angka hinggap di dinding ( resting rate/
RR) seperti;
1) Man Hour Density/MHD
2) Man Bitting Rate/ MBR
3) Resting Rate/ RR
2.5 Kepadatan Telur Nyamuk Aedes Aegypti
Kerapatan populasi adalah besarnya populasi dalam hubungannya
dengan beberapa satuan ruangan. Umumnya dinyatakan sebagai jumlah
individu atau biomas populasi per satuan aeral atau volume. Kerapatan
populasi juga sering dipakai untuk mengetahui apakah populasi sedang
26
berubah (berkurang atau bertambah) (Sudarsono, 2008). Pengukuran
kelimpahan atau kepadatan jumlah telur pada ovitrap dapat dihitung dengan
mengetahui rata-rata jumlah telur nyamuk per satuan ovitrap (Fatmawati,
2014) yaitu;
2.6 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia merupakan aktivitas atau kegiatan dari manusia itu
sendiri. Kegiatan tersebut merupakan hasil hubungan antara stimulus dan
respon terhadap stimulus tersebut. Jadi, dapat diartikan bahwa perilaku
adalah kegiatan atau aktivitas manusia itu sendiri yang dapat diamati
(Notoatmodjo, 2007).
2.7 Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
Perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD biasa dikenal
dengan kegiatan 3M namun kegiatan tersebut telah diintensifkan sejak tahun
1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus. Menurut
Kemenkes RI (2013), pengendalian fisik (PSN 3M) merupakan alternatif
utama pengendalian vektor DBD melalui upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan cara menutup, menguras, dan mengubur/mendaur
ulang (3M). PSN sebaiknya dilakukan setiap minggu sehingga terjadi
pemutusan rantai pertumbuhan pra dewasa nyamuk tidak menjadi dewasa.
Sasaran dari PSN 3M adalah semua tempat potensial pekembangbiakan
nyamuk Aedes, antara lain tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan
27
sehari-hari, tempat penampungan air bukan keperluan sehari-hari (non-
TPA), dan tempat penampungan air alamiah.
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti bertujuan untuk menurunkan
angka kejadian DBD. Pemberantasan nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD). Menurut
penelitin yang dilakukan oleh Riyadi, dkk (2012) menyatakan bahwa
tindakan PSN-DBD berhubungan dengan densitas larva Aedes aegypti.
Habitat perkembangbiakan Aedes aegypti ialah tempat-tempat yang
dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-
tempat umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013);
A. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari
seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, dan ember.
B. Tempat Penampungan Air (TPA) bukan untuk keperluan sehari-
hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut,
bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air
kulkas/dispenser, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,
plastik, dan lainnya).
C. Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah seperti lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang
dan potongan bambu dan tempurung cokelat/karet, dan lainnya.
28
Menurut Kemenkes RI (2013) PSN 3M Plus dapat dilakukan dengan cara;
1. Menguras Tempat Penampungan Air (TPA)
Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air minimal seminggu sekali seperti kolam renang,
bak mandi, ember air, penampungan air dibelakang kulkas,
penampungan air dispenser (Pratamawati, 2012). Menurut Sungkar
(2005), menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi, dan semua
tempat penyimpanan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali dapat menyingkirkan telur nyamuk.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2013), perilaku
menguras tempat penampungan air berhubungan dengan keberadaan
larva Aedes aegypti. Sejalan dengan penelitian tersebut, dalam penelitian
Ramlawati, dkk (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan menguras
tempat penampungan air berhubungan dengan densitas larva Aedes
aegypti. Tempat penampungan air merupakan tempat yang disukai oleh
Aedes aegypti untuk berkembang biak, karena Aedes aegypti
memerlukan air untuk meletakkan telurnya agar cepat menetas
(Kemenkes RI, 2013).
2. Menutup Rapat Tempat Penampungan Air (TPA)
Menutup rapat tempat penampungan air adalah memberi tutup
yang rapat pada tempat air ditampung seperti bak mandi, kendi, gentong
air (Pratamawati, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jaya
(2013) perilaku menutup tempat penampungan air berhubungan dengan
keberadaan larva Aedes aegypti. Namun sebaliknya, penelitian yang
29
dilakukan Ramlawati (2014) menyatakan bahwa tindakan menutup
tempat penampungan air tidak berhubungan dengan densitas larva Aedes
aegypti.
Menurut Sungkar (2005), ternyata TPA tertutup lebih sering
mengandung larva dibandingkan dengan TPA yang terbuka. Hal tersebut
karena penutup TPA jarang tertutup dengan baik dan sering dibuka
untuk mengambil air didalamnya. TPA yang tutupnya longgar seperti
itu, lebih disukai nyamuk untuk tempat bertelur karena ruangannya lebih
gelap daripada tempat air yang tidak tertutup sama sekali.
3. Mengubur Barang-Barang Bekas yang Dapat Menampung Air
Hujan
Kegiatan mengubur barang bekas adalah memendam di dalam
tanah sampah plastik atau barang bekas yange memiliki potensi
menampung air hujan sehingga dapat menjadi tempat nyamuk Aedes
aegypti berkembang biak (Pratamawati, 2012). Pada penelitian Suyasa
(2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan
kontainer dengan keberadaan vektor DBD.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ramlawati, dkk (2014)
tindakan mengubur barang bekas tidak dapat dihubungkan dengan
densitas larva Aedes aegypti. Hal tersebut berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Desniawati (2014) yaitu pelaksanaan mengubur
barang bekas berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
30
4. Mengganti Air Vas Bunga dan Tempat Minum Hewan Minimal
Seminggu Sekali
Menurut Saniambara et. al (2003) yang dikutip oleh Suyasa
(2008) menyatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang
biak di tempat penampungan air bersih dan yang tidak beralaskan tanah,
seperti bak mandi, drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan
pot tanaman hias. Keberadaan pot tanaman hias di rumah khusunya yang
menggunakan media air sebagai pertumbuhan pada kenyataannya
terdapat genangan air. Genangan air tersebut dijadikan sebagai breeding
place atau tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti (Suyasa,
2008).
Penggantian air pada vas bunga dan tempat minuman hewan
dapat dilakukan dengan membuang air yang lama dengan menggantinya
dengan air yang baru secara rutin minimal seminggu sekali. Hal tersebut
dilakukan agar telur nyamuk yang terdapat dalam vas bunga atau tempat
minum hewan terbuang bersama air yang lama.
5. Memperbaiki Saluran dan Talang Air yang Tidak Lancar/Rusak
Saluran air dan talang air yang tidak lancar/rusak harus
diperbaiki karena dapat menyebabkan air menggenang sehingga dapat
menjadi tempat potensial nyamuk Aedes aegypti berkembang biak
(Kemenkes RI, 2013). Nyamuk Aedes aegypti tidak hanya berkembang
biak pada air bersih, namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hadi (2006) air yang terpolusi dapat menjadi tempat perindukan dan
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Desniawati (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan
31
antara pelaksanaan memperbaiki saluran air dan talang air yang tidak
lancar dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
6. Menutup Lubang-Lubang Pada Potongan Bambu/Pohon dengan
Tanah
Menurut Saniambara (2003) yang dikutip dalan Suyasa (2008)
selain bak mandi, drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan pot
tanaman hias yang dapat dijadikan tempat berkembang biak nyamuk
Aedes aegypti, kadang-kadang ditemukan juga di pelepah daun, lubang
pagar/bambu, dan lubang tiang bendera. Selain itu menurut Macdonald
(1967) yang dikutip dalam Hadi (2006) menyatakan bahwa tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-tempat yang dapat
menampung air yang mengandung bahan-bahan organik yang
membusukd an tempat-tempat yang digunakan oleh manusia sehari-hari,
seperti bak mandi, drum air, kaleng bekas, ketiak daun, dan lubang
lubang batu.
7. Kegiatan Plus PSN 3M
a. Menaburkan Bubuk Larvasida
Menaburkan bubuk larvasida dikenal dengan istilah abatisasi.
Abatisasi merupakan penggunaan larvasida temefos (abate) untuk
memberantas larva Aedes aegypti. Temefos yang digunakan berbetuk
butir pasir dengan dosis 1 ppm artinya 1 bagian abate dalam satu
juta bagian air atau I gram Temefos SG (sand granuler) 1% per 10
liter air. Abatisasi pada tempat penampungan air mempunyai efek
residu selama 2-3 bulan (Depkes RI, 1995 dalam Sungkar, 2005).
32
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desniawati (2014) menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara abatisasi dengan keberadaan
larva Aedes aegypti.
b. Memelihara Ikan Pemakan Jentik Di Kolam/Bak Penampung
Air
Memelihara ikan pemakan jentik merupakan salah satu cara
pengendalian vektor DBD dengan menggunakan metode biologi.
Pengendalian tersebut dapat menggunakan predator/pemangsa,
parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor
DBD. Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik
seperti cupang, tampalo, gabus, dan guppy (Kemenkes RI, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2013) memelihara
ikan pemakan jentik tidak berhubungan dengan keberadaan larva
Aedes aegypti.
c. Memasang Kawat Kasa
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suyasa (2008)
pemakaian kawat kasa tidak berhubungan dengan keberadaan vektor
DBD, tidak adanya hubungan tersebut karena kasa anti nyamuk
belum dianggap sebagai alternatif praktis diperkotaan selain itu ada
kecenderungan pemasangan kasa anti nyamuk tidak pada semua
pintu maupun jendela yang ada di rumah. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Desniawati (2014) yaitu tidak adanya hubungan
antara pemasangan kawat kasa dengan keberadaan larva Aedes
aegypti.
33
d. Menghindari Kebiasaan Menggantung Pakaian
Menurut Sucipto (2011) tempat hinggap yang disenangi
nyamuk Aedes aegypti adalah benda-benda yang menggantung
seperti pakaian, kelambu atau tumbuh-tumbuhan yang dekat dengan
tempat perkembangbiakannya biasanya tempat yang gelap dan
lembab. Sejalan dengan pernyataan tersebut, penelitian yang
dilakukan oleh Suyasa (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan menggantung pakaian dengan keberadaan vektor
DBD di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Selatan.
e. Mengupayakan Pencahayaan dan Ventilasi Ruang Optimal
Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat yang gelap dan
lembab karena pada tempat seperti itulah nyamuk Aedes aegypti
betina menunggu proses pematangan telurnya (Sucipto, 2011).
Menurut KepMenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan rumah tinggal diketahui bahwa syarat luas
lubang ventilasi minimal berukuran 10% dari luas lantai rumah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayuningsih, dkk
(2014) menyatakan bahwa pencahayaan di dalam rumah mempunyai
hubungan dengan kepadatan nyamuk Aedes aegypti. Sejalan dengan
penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Desniawati (2014)
menyatakan bahwa adanya hubungan antara mengupayakan
pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai dengan keberadaan
larva Aedes aegypti.
34
f. Menggunakan Kelambu
Penggunaan kelambu merupakan perlindungan dari gigitan
nyamuk (Sungkar, 2005). Kelambu dapat digunakan saat tidur
terutama pada pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 untuk
menghindari gigitan nyamuk pada saat tidur sebagai upaya
perseorangan (Kemenkes RI, 2013). Namun menurut Sucipto (2011)
kelambu merupakan salah satu benda yang menggantung yang
disenangi nyamuk Aedes aegypti.
g. Memakai Obat yang Dapat Mencegah Gigitan Nyamuk
Upaya perlindungan perorangan yang dapat dilakukan untuk
mencegah gigitan nyamuk adalah memakai obat yang dapat
mencegah gigitan nyamuk (Sungkar, 2005). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Sumantri dkk (2013) terdapat hubungan bermakna
antara kebiasaan memakai lotion nyamuk dengan kejadian DBD di
Kota Pontianak.
2.8 Pengukuran Perilaku PSN-DBD
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, bulan yang lalu (recall). Pengukuran perilaku juga dapat
dilakukan secara langsung yaitu dengan melakukan observasi terhadap
tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).
Pada penlitian ini pengukuran perilaku PSN-DBD dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung dilakukan
35
dengan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner
mengenai perilaku PSN-DBD terkait perilaku menguras tempat
penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang
bekas, perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar dan perilaku
menggunakan kawat kasa. Sedangkan pengukuran perilaku PSN-DBD
secara langsung dilakukan dengan cara observasi di rumah responden.
36
2.9 Kerangka Teori
Berdasarkan teori dan penelitian diatas, maka diperoleh kerangka teori sebagai berikut
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Teori dan penelitian dari Kemenkes RI (2013), Hadinegoro (1999),
Jaya (2013), Suyasa (2008), Hadi (2006), Sucipto (2011), Ayuningsih (2011), Desniawati
(2014) dan Ramlawati, dkk (2014).
Perilaku PSN:
1. Menguras Tempat Penampungan Air
(TPA).
2. Menutup Tempat Penampungan Air
(TPA).
3. Mengubur barang-barang bekas.
4. Mengganti air vas bunga dan tempat
minum hewan.
5. Memperbaiki saluran dan talang air
yang tidak lancar/rusak.
6. Menutup lubang-lubang pada
potongan bambu dan pohon dengan
tanah.
7. Menabur bubuk abate.
8. Memelihara ikan pemakan jentik.
9. Memasang kawat kasa
10. Menghindari kebiasaan menggantung
pakaian.
11. Mengupayakan pencahayaan dan
ventilasi yang memadai.
12. Menggunakan kelambu.
Densitas Telur
Nyamuk Aedes
aegypti
- Tempat
Perindukan
Nyamuk
- Ovitrap
Densitas
Nyamuk Aedes
aegypti
Demam
Berdarah
Dengue (DBD)
37
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini berdasarkan pada teori dan
penelitian dari Kemenkes RI (2013), Jaya (2013), Suyasa (2008), Hadi
(2006), Sucipto (2011), Ayuningsih (2011), Desniawati (2014), Ramlawati,
dkk (2014), dan Winarsih (2013). Berdasarkan teori dan penelitian tersebut,
terdapat beberapa perilaku PSN yang memengaruhi keberadaan vektor
DBD.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survei telur dengan
alat ovitrap. Variabel yang diukur pada penelitian ini meliputi perilaku
menguras TPA, perilaku menutup TPA, perilaku mengubur barang bekas,
perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar dan perilaku
menggunakan kawat kasa. Berikut alasan pemilihan variabel yang diteliti:
a. Habitat perkembangbiakan Aedes aegypti adalah tempat yang dapat
menampung air karena Aedes aegypti membutuhkan air untuk
meletakkan telurnya agar cepat menetas. Pada alam bebas telur nyamuk
tersebut diletakkan satu per satu menempel pada dinding TPA. Oleh
karena itu perlunya dilakukan perilaku menguras TPA untuk
menghilangkan telur nyamuk tersebut.
b. Nyamuk Aedes aegypti membutuhkan air untuk meletakkan telurnya
agar cepat menetas. Namun sebagian masyarakat mempunyai kebiasaan
38
menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan mandi.
Oleh karena itu perlu pemberian tutup pada TPA agar nyamuk Aedes
aegypti tidak dapat meletakkan telurnya.
c. Tempat-tempat yang dapat menampung air baik di dalam, di luar atau
tempat umum merupakan tempat habitat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti. Oleh karena itu barang-barang bekas yang berpotensi
menampung air hujan perlu ditiadakan untuk meminimalisasi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. salah satu cara untuk
meniadakan barang bekas tersebut adalah dengan mengubur barang-
barang bekas tersebut.
d. Saluran air yang tidak lancar dapat berpotensi menjadi habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti karena nyamuk Aedes aegypti
tidak hanya berkembangbiak pada air bersih saja namun dapat
berkembangbiak pada air yang terpolusi.
e. Ventilasi merupakan jalur pertukaran udara namun dapat menjadi
gerbang masuknya Aedes aegypti. Oleh karena itu diperlukan kawat kasa
untuk menghalangi masuknya nyamuk Aedes aegypti ke dalam rumah.
39
Berikut ini merupakan kerangka konsep dari penelitian ini;
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat
Densitas Telur
Nyamuk
Aedes aegypti
Pada Ovitrap
Perilaku Menutup Tempat
Penampungan Air
Perilaku Menguras Tempat
Penampungan Air
Perilaku Mengubur Barang Bekas
Perilaku Memperbaiki Saluran Air
yang Tidak Lancar
Perilaku Memasang Kawat Kasa
40
3.1 Definisi Operasional
Berikut merupakan definisi operasional dari variabel penelitian ini;
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Tingkat
Densitas Telur
Nyamuk Aedes
aegypti Pada
Ovitrap
Tingkat kepadatan telur nyamuk
yang menempel pada kertas saring
yang dipasang pada ovitrap
Ovitrap Menghitung kepadatan telur dengan
menggunakan rumus
0. Rendah : rata-rata
jumlah telur ≤ nilai
median.
1. Tinggi : rata-rata
jumlah telur ≥ nilai
median.
Ordinal
Perilaku
Menguras
Tempat
Penampungan
Air
Membuang seluruh air yang terdapat
di dalam tempat penampungan air
pada bak mandi, tempayan, ember,
drum, vas bunga, tempat minum
hewan, penampungan air kulkas, dan
dispenser lalu membersihkannya
dengan cara menggosok atau
menyikat permukaan/dinding tempat
penampungan air tersebut yang
dilakukan minimal seminggu sekali.
Kuesioner Wawancara 0. Ya: Jika
responden
menguras seluruh
TPA.
1. Tidak: Jika
responden tidak
menguras salah
satu dari TPA.
Ordinal
41
Perilaku
Menutup
Tempat
Penampungan
Air
Memberi tutup yang rapat pada
tempayan, ember, dan drum sehingga
tidak memungkinkan nyamuk masuk
1. Kuesioner
2. Lembar
Observasi
1. Wawancara
2. Observasi
0. Ya : Jika
responden
menutup seluruh
TPA.
1. Tidak: Jika
responden tidak
menutup salah
satu dari TPA.
Ordinal
Perilaku
Mengubur
Barang Bekas
Memasukkan botol, kaleng bekas,
atau ban bekas yang berpotensi
menampung air sehingga dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk
ke dalam lubang lalu menutupnya
kembali dengan tanah dengan rata.
Kuesioner
Wawancara 0. Ya: Jika
responden
mengubur seluruh
barang bekas.
1. Tidak : Jika
responden tidak
mengubur salah
satu dari barang
bekas.
Ordinal
Perilaku
Memperbaiki
Saluran air
yang Tidak
Lancar
Memperbaiki saluran air di sekitar
rumah yang terbuka (selokan) dan
tidak lancar sehingga menyebabkan
air tergenang.
Kuesioner Wawancara 0. Ya
1. Tidak
Ordinal
Perilaku
Memasang
Kawat Kasa
Memasang kawat kasa pada setiap
ventilasi rumah.
1. Kuesioner
2. Lembar
Observasi
1. Wawancara
2. Observasi
0. Ya
1. Tidak
Ordinal
42
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara perilaku menguras tempat penampungan air
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015.
2. Ada hubungan antara perilaku menutup tempat penampungan air dengan
tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015.
3. Ada hubungan antara perilaku mengubur barang bekas dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2015.
4. Ada hubungan antara perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015.
5. Ada hubungan antara perilaku memasang kawat kasa dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2015.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi cross
sectional. Pemilihan desain tersebut dilakukan karena dalam melihat
variabel independen yang meliputi perilaku menguras TPA, perilaku
menutup TPA, perilaku mengubur barang bekas, perilaku memperbaiki
saluran air yang tidak lancar dan perilaku memasang kawat kasa dengan
variabel dependen yaitu tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada
ovitrap yang diamati dalam waktu yang bersamaan.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di lakukan di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat,
Tangerang Selatan. Lokasi ini dipilih karena kelurahan tersebut merupakan
kelurahan yang mempunyai kasus DBD tertinggi di Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan yaitu sebanyak 33 kasus (IR 71,94 per 100.000
penduduk) pada periode Januari-Desember 2014 selain itu juga mempunyai
kepadatan penduduk yang cukup diantara kelurahan lainnya yaitu 45.869
penduduk. Dari 25 RW yang terdapat di Kelurahan Pamulang Barat, nilai
ABJ terendah ditemukan di RW 01.Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan November-Desember 2015.
44
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang terdapat di
RW 01 Kelurahan Pamulang Barat, Tangerang Selatan yang berjumlah 538
rumah yang terdiri dari 3 RT. Besaran sampel minimal yang akan diambil
pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus (Ariawan, 2010);
[
√ √
]
Keterangan:
N : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : Proporsi pada variabel Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Densitas Larva Aedes aegypti
sebesar 0,305 dari penelitian terdahulu (Ramlawati, 2014).
P2 : Proporsi pada variabel Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Densitas Larva Aedes aegypti
sebesar 0,179 dari penelitian terdahulu (Ramlawati, 2014).
Q1 : 1-P1
Q2 : 1-P2
P : Rata-rata proporsi [
]
Q : 1-P
: Derajat kemaknaan, α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5%= 1.96
: Kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 95% = 0,84
45
Perhitungan besar sampel minimalnya adalah:
[ √ √
]
[
]
[ ]
223.84 ~ 224
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode simple random sampling sebagai berikut;
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
RT Jumlah Rumah Sampel
RT 01 242
x 235 = 106
RT 02 121
x 235 = 53
RT 03 175
x 235 = 76
Jumlah 538 235
4.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Berikut merupakan penjelasan mengenai jenis data dan metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini;
4.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder sebagai berikut;
46
A. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data perilaku PSN-
DBD dan tingkat densitas telur Aedes egypti pada ovitrap di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat, Tangerang Selatan tahun 2015.
B. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data kejadian
DBD dan ABJ yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan dan Puskesmas Kelurahan Pamulang serta data penduduk
yang didapatkan dari Kelurahan Pamulang.
4.4.2 Metode Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini diambil melalui kuesioner dan
observasi. Variabel yang diambil dengan menggunakan kuesioner
meliputi perilaku menguras TPA, perilaku menutup TPA, perilaku
mengubur barang bekas, perilaku memperbaiki saluran air yang tidak
lancar dan perilaku memasang kawat kasa. Variabel yang diambil
dengan melakukan observasi meliputi perilaku menutup TPA, perilaku
memasang kawat kasa dan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti
sesuai dengan sampel dan teknik sampling yang telah ditentukan.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai metode
pemasangan ovitrap dan metode menghitung telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap:
47
A. Metode Pemasangan Ovitrap
Ovitrap merupakan pengecoh dari tempat
perkembangbiakan nyamuk. Oleh karena itu ovitrap diletakkan
dekat dengan habitat nyamuk Aedes aegypti yang berada di
dalam dan di luar rumah. Menurut Polson (2002) nyamuk Aedes
aegypti betina lebih menyukai ovitrap yang berisikan rendaman
rumput kering dibandingkan dengan air keran. Oleh karena itu
telur yang ditemukan selain di ovitrap dapat diabaikan.
Ovitrap diletakkan pada hari yang bersamaan pada saat
memberikan kuesioner kepada responden. Lama pemasangan
ovitrap yaitu selama 3 hari untuk memperkecil kemungkinan
telur menjadi larva, telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu ± 2 hari setelah telur terendam air, sehingga ovitrap di
observasi pada hari ketiga. Berikut ini merupakan prosedur
pembuatan ovitrap menurut Polson (2002);
a) Memberikan warna hitam pada bagian luar gelas plastik
sehingga bagian dalam gelas tersebut berwarna gelap.
b) Potong kertas saring disesuaikan dengan ukuran bagain
dalam ovitrap.
c) Menempelkan kertas saring pada dinding bagian dalam
ovitrap.
d) Mengisi gelas plastik dengan air rendaman rumput kering
yang telah direndam selama 7 hari. Jenis rumput yang
digunakan dapat bermacam-macam jenis seperti pada
48
penelitian Singh et all (2005) menggunakan rendaman
rumput jenis Cynadon dactyloni, penelitian Santos et all
(2003) menggunakan rumput jenis Eleusine indica (Poaceae),
penelitian Tang et all (2007) menggunakan jenis rumput
Axonopus commpressus dan penelitian Santana et all (2006)
menggunakan rumput jenis Panicum maximum. Pada
penelitian ini jenis rumput yang digunakan adalah Panicum
maximum dengan konsentrasi 10%.
B. Metode Menghitung Telur
a) Menghitung jumlah telur pada kertas saring.
b) Telur nyamuk Aedes berikuran kecil (± 50 mikron), berwarna
hitam, tampak bulat panjang dan berbentuk oval. Telur
tersebut menempel pada dinding wadah/tempat perindukan
(kertas saring) dan terletak satu per satu di permukaan air.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel tingkat densitas
telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap adalah lembar observasi. Lembar
observasi digunakan untuk observasi mengenai jumlah telur yang
terperangkap pada ovitrap. Alat pendukung yang digunakan dalam variabel
ini adalah ovitrap.
Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel perilaku
menguras tempat penampungan air (TPA), menutup tempat penampungan
49
air (TPA), mengubur barang bekas, memperbaiki saluran air yang tidak
lancar dan memasang kawat kasa adalah kuesioner.
a. Pertanyaan mengenai perilaku menguras TPA terdapat pada kode B1
b. Pertanyaan mengenai perilaku menutup TPA terdapat pada kode B2
c. Pertanyaan mengenai perilaku mengubur barang bekas terdapat pada
kode B3
d. Pertanyaan mengenai perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar
terdapat pada kode B4
e. Pertanyaan mengenai perilaku memasang kawat kasa terdapat pada kode
B5
Selain itu lembar observasi juga digunakan pada variabel menutup
TPA, mengubur barang bekas dan memasang kawat kasa. Lembar observasi
tersebut digunakan untuk menghindari ketidakjujuran responden dalam
menjawab pertanyaan pada kuesioner.
4.6 Pengolahan Data
Selanjutnya data-data yang didapatkan akan diolah dengan langkah
sebagai berikut :
A. Editing, yaitu melakukan pengecekan kelengkapan dan kejelasan isian
lembar kuesioner mengenai perilaku masyarakat terhadap PSN-DBD dan
lembar observasi serta hasil perhitungan jumlah telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap.
B. Coding, yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
bilangan.
50
1) Tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti: dimana data rumah
responden yang termasuk kategori tingkat densitas rendah diberi
kode 0 dan rumah responden yang termasuk kategori tingkat densitas
tinggi diberi kode 1.
2) Perilaku menguras tempat penampungan air (TPA): dimana data
responden melakukan (Ya) diberi kode 0 dan (Tidak) diberi kode 1.
3) Perilaku menutup tempat penampungan air (TPA): dimana data
responden melakukan (Ya) diberi kode 0 dan (Tidak) diberi kode 1.
4) Perilaku mengubur barang bekas; dimana data responden melakukan
(Ya) diberi kode 0 dan (Tidak) diberi kode 1.
5) Perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar; dimana data
responden melakukan (Ya) diberi kode 0 dan (Tidak) diberi kode 1.
6) Perilaku memasang kawat kasa; dimana data responden melakukan
(Ya) diberi kode 0 dan (Tidak) diberi kode 1.
C. Entry data, yaitu memasukkan data pada software program komputer.
D. Cleaning, yaitu mengecek kembali data yang masuk ke dalam program
analisis data. Jika terdapat kesalahan kode, ketidaklengkapan dan lain
sebagainya maka dilakukan perbaikan.
4.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku PSN-
DBD dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap
adalah dengan melakukan editing dan coding menggunakan epidata.
51
Sedangkan untuk proses entry data menggunakan menggunakan software
komputer. Jenis analisis data yang akan digunakan adalah:
A. Anailsis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian dan
hasil dari analisis ini adalah merupakan gambaran distribusi perilaku
PSN-DBD dan gambaran distribusi mengenai tingkat densitas telur
nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap dalam tabel distribusi frekuensi.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara
variabel independen yang meliputi perilaku menguras TPA, perilaku
menutup TPA, perilaku mengubur barang bekas, perilaku memperbaiki
saluran air dan perilaku memasang kawat kasa dengan variabel dependen
yaitu tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap.
Uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah uj istatistik chi-
square dengan tingkat kemaknaan 5%. Jika p value ≤ 0,05 maka nilai p
value dikatakan bermakna signifikan secara uji statistik, sehingga
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan
variabel dependen. Sedangkan jika p value ≥ 0,05 maka p value
dikatakan tidak bermakna signifikan secara uji statistik, sehingga tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan
variabel dependen.
52
BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum Wilayah
Kelurahan Pamulang Barat merupakan salah satu kelurahan yang
terdapat di Kecamatan Pamulang. Kelurahan Pamulang Barat memiliki luas
wilayah sebesar 444,23 Ha. Berdasarkan Laporan informasi Kependudukan
Kecamatan Pamulang tahun 2014, jumlah penduduk Kelurahan Pamulang
Barat adalah sebanyak 42.042 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 12.230 KK dengan pesebaran Rukun Tetangga (RT) sebanyak 125
RT dan Rukun Warga (RW) sebanyak 25 RW. Adapun batas wilayah
Kelurahan Pamulang Barat sebagai berikut (Perda Kab. Tangerang No. 3
Tahun 2015):
1. Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan bambu Apus.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kota Depok
3. Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Pondok Benda
4. Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Pamulang Timur
Kelurahan Pamulang Barat merupakan kelurahan endemis DBD
dengan kasus sebanyak 33 kasus (IR: 71,94 per 100.000 penduduk) pada
periode Januari-Desember 2014, selain itu Kelurahan Pamulang Barat
merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terpadat di
Kecamatan Pamulang, yaitu sebanyak 45.869 penduduk penduduk, sehingga
memudahkan penularan DBD. Dari 25 RW yang terdapat di Kelurahan
Pamulang Barat, penelitian dilaksanakan di RW 01. Luas wilayah RW 01
53
adalah 12,908 Ha dan jumlah penduduk RW 01 sebanyak 2.995 jiwa
dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 538 KK dengan pesebaran
3 RT.
Secara keseluruhan penduduk RW 01 cukup padat dengan letak
rumah yang berdekatan. Pada RW 01 terdapat kegiatan bank sampah, oleh
karena itu sebagian besar warga mengumpulkan barang bekas seperti botol
bekas dan beberapa kaleng bekas. Namun, apabila keberadaan barang bekas
tersebut kurang diperhatikan maka dapat menampung air hujan dan
berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu,
ada beberapa warga yang memelihara hewan peliharaan seperti ayam,
burung, bebek, dan kucing sehingga dikhawatirkan tempat minum hewan
tersebut dapat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti.
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap
Hasil penelitian mengenai tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap diperoleh dengan cara observasi keberadaan
telur nyamuk pada ovitrap yang diletakkan di dalam dan luar rumah
responden. Tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti yang
dimaksud dalam penelitian ini dikategorikan tinggi jika rata-rata
jumlah telur per ovitrap ≥ nilai median (0,003) dan dikatakan rendah
jika jumlah telur pada ovitrap ≤ nilai median (0,003). Hasil penelitian
tersebut digambarkan pada tabel 5.1 sebagai berikut:
54
Tabel 5.1
Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada
Ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap
Jumlah
n %
Tinggi 110 46.8
Rendah 125 53.2
TOTAL 235 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui sebanyak 46,8% rumah di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat memiliki tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti tinggi.
5.2.2 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air
Perilaku menguras tempat penampungan air yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah responden yang menguras tempat
penampungan air yang dilakukan dengan cara menggosok atau
menyikat dinding tempat penampungan air minimal 1 kali dalam
seminggu. Hasil penelitian tersebut digambarkan pada tabel 5.2
sebagai berikut:
Tabel 5.2
Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Perilaku Menguras
Tempat Penampungan Air
Jumlah
n %
Ya 151 64.3
Tidak 84 35.7
TOTAL 235 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui sebanyak 35.7% responden
tidak menguras tempat penampungan air.
55
5.2.3 Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air
Perilaku menutup tempat penampungan air yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah responden yang menutup rapat tempat
penampungan air sehingga tidak terdapat celah atau rongga yang
memungkinkan nyamuk Aedes aegypti masuk. Perilaku menutup TPA
hanya ditanyakan kepada responden yang memiliki dan menampung
airpada tempayan, ember, atau drum, sehingga terdapat 215 dari 235
responden. Hasil penelitian tersebut digambarkan pada tabel 5.3
sebagai berikut:
Tabel 5.3
Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air di RW
01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Perilaku MenutupTempat Penampungan
Air
Jumlah
n %
Ya 158 67.2
Tidak 57 24.3
TOTAL 215 91.5
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui sebanyak 24.3% responden
tidak menutup tempat penampungan air.
5.2.3 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas
Perilaku mengubur barang bekas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah responden yang mengubur barang bekas seperti
botol bekas, kaleng bekas dan ban bekas ke dalam tanah. Perilaku
mengubur barang bekas hanya ditanyakan kepada responden yang
memiliki botol bekas, kaleng bekas, atau ban bekas, sehingga
terdapat 86 dari 235 responden. Hasil penelitian tersebut
digambarkan pada tabel 5.4 sebagai berikut:
56
Tabel 5.4
Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Perilaku Mengubur Barang Bekas Jumlah
n %
Ya 8 3.4
Tidak 78 33.2
TOTAL 86 36.6
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui sebanyak 33.2% responden
tidak mengubur barang bekas.
5.2.4 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak
Lancar
Perilaku memperbaiki saluan air yang tidak lancar dalam
penelitian ini adalah responden yang memperbaiki saluran air
disekitar rumahnya. Hasil penelitian tersebut digambarkan pada tabel
5.5 sebagai berikut:
Tabel 5.5
Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak
Lancar di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Perilaku Memperbaiki Saluran Air
yang Tidak Lancar
Jumlah
n %
Ya 200 85.1
Tidak 35 14.9
TOTAL 235 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui sebanyak 14.9% responden tidak
memperbaiki saluran air yang tidak lancar.
5.2.5 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa
Perilaku memasang kawat kasa yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah responden yang memasang kawat kasa pada
57
setiap ventilasi yang terdapat didalam rumah. Hasil penelitian
tersebut digambarkan pada tabel 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5.6
Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015
Perilaku Memasang Kawat Kasa Jumlah
n %
Ya 156 66.4
Tidak 79 33.6
TOTAL 235 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui sebanyak 33.6% responden
tidak memasang kawat kasa pada setiap ventilasi.
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat
yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik chi-
square.
5.3.1 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap
Hasil penelitian mengenai hubungan antara perilaku
menguras tempat penampungan air dengan tingkat densitas telur
nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang
Barat sebagai berikut:
58
Tabel 5.7
Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap
Perilaku
Menguras
Tempat
Penampungan
Air
Tingkat Densitas
Telur Nyamuk Aedes
aegypti pada Ovitrap Total
p value
Rendah Tinggi
n % n % n %
Ya 103 68,2 48 31,8 151 100
0.000 Tidak 22 26,2 62 73,8 84 100
Total 125 53,2 110 46,8 235 100
Pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebesar 68,2%
responden yang tidak menguras tempat penampungan air seperti bak
mandi, tempayan, ember, drum, vas bunga, tempat minum hewan,
tempat penampungan belakang kulkas, dan dispenser memiliki
tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti tinggi. Berdasarkan
hasil uji statistik chi-square diperoleh p value sebesar 0.000 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku menguras tempat
penampungan air berhubungan dengan tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti pada ovitrap.
5.3.2 Gambaran Perilaku Menutup Rapat Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap
Hasil penelitian mengenai hubungan antara perilaku menutup
rapat tempat penampungan air dengan tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat
sebagai berikut:
59
Tabel 5.8
Gambaran Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap
Perilaku
Menutup
Tempat
Penampungan
Air
Tingkat Densitas Telur
Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap Total
pvalue
Rendah Tinggi
n % n % n %
Ya 89 56,3 69 43,7 158 100
0.045 Tidak 23 40,4 34 59,6 57 100
Total 112 52,1 103 47,9 215 100
Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebesar 59,6%
responden yang tidak menutup tempat penampungan air seperti
tempayan, ember, dan drum memiliki tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
diperoleh p value sebesar 0.045 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perilaku menutup tempat penampungan air berhubungan
dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap.
5.3.3 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap
Hasil penelitian mengenai hubungan antara perilaku
mengubur barang bekas dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat sebagai
berikut:
60
Tabel 5.9
Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap
Perilaku
Mengubur
Barang Bekas
Tingkat Densitas Telur
Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap Total
pvalue
Rendah Tinggi
n % n % n %
Ya 6 75 2 25 8 100
0.266 Tidak 48 48,7 40 51,3 78 100
Total 44 51,2 42 48,8 86 100
Pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebesar 51,3%
responden yang tidak mengubur barang bekas memiliki tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti tinggi. Berdasarkan hasil uji
statistik chi-square diperoleh p value sebesar 0.266 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perilaku mengubur barang bekas tidak
berhubungan dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti
pada ovitrap.
5.3.4 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak
Lancar Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes
aegypti pada Ovitrap
Hasil penelitian mengenai hubungan antara perilaku
memperbaiki saluran air yang tidak lancar dengan tingkat densitas
telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat sebagai berikut:
61
Tabel 5.10
Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak
Lancar Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes
aegypti pada Ovitrap
Perilaku
Memperbaiki
Saluran yang
Rusak
Tingkat Densitas Telur
Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap Total
pvalue
Rendah Tinggi
n % n % n %
Ya 111 55,5 89 44,5 200 100
0.101 Tidak 14 40 21 60 35 100
Total 125 53,2 110 46,8 235 100
Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebesar 60%
responden yang tidak memperbaiki saluran air yang tidak lancar
memiliki tingkat densitas telur Aedes ageypti tinggi. Berdasarkan
hasil uji statistik chi-square diperoleh p value sebesar 0.101 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku memperbaiki saluran air
yang tidak lancar tidak berhubungan dengan tingkat densitas telur
nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap.
5.3.5 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap
Hasil penelitian mengenai hubungan antara perilaku
memasang kawat kasa dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti pada ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat sebagai
berikut:
62
Tabel 5.11
Gambaran Perilaku Memasang Kawat KasaBerdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap
Perilaku
Memasang
Kawat Kasa
Tingkat Densitas Telur
Nyamuk Aedes aegypti
pada Ovitrap Total
pvalue
Rendah Tinggi
n % n % n %
Ya 89 57,1 67 42,9 156 100
0.099 Tidak 36 45,6 43 54,4 79 100
Total 125 53,2 110 46,8 235 100
Pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebesar 54,4%
responden yang tidak memasang kawat kasa memiliki tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti tinggi. Berdasarkan hasil uji
statistik chi-square diperoleh p value sebesar 0.099 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perilaku memasang kawat kasa tidak
berhubungan dengan tingkat densitas telurm nyamuk Aedes aegypti
pada ovitrap.
63
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengalami keterbatasan yaitu
pada variabel perilaku mengubur barang bekas dan perilaku memperbaiki
saluran air yang rusak. Pada perilaku mengubur barang bekas tidak
ditanyakan apakah sebelumnya responden sudah melakukan penguburan
terhadap barang bekas karena hal tersebut berpotensi masih adanya media
untuk nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak. Seperti halnya dengan
variabel perilaku mengubur barang bekas, pada variabel perilaku
memperbaiki saluran air tidak ditanyakan kapan terakhir responden
melakukan perbaikan terhadap saluran air yang rusak karena hal tersebut
berpotensi masih adanya media untuk nyamuk Aedes aegypti
berkembangbiak.
6.2 Gambaran Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti pada Ovitrap
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat
Kerapatan populasi adalah bersarnya populasi dalam hubungannya
dengan beberapa satuan ruang.Kerapatan populasi juga sering dipakai untuk
mengetahui apakah populasi tersebut sedang berubah (berkurang atau
bertambah) (Sudarsono, 2008). Populasi yang ingin diketahui dalam
penelitian ini adalah populasi dari nyamuk Aedes aegypti dengan melakukan
survei telur. Menurut Kemenkes RI (2013) survei telur dilakukan dengan
64
pemasangan perangkap telur atau oviposition trap (ovitrap).Pengukuran
kelimpahan atau kepadatan jumlah telur pada ovitrap dapat dihitung dengan
mengetahui rata-rata jumlah telur nyamuk per satuan ovitrap (Fatmawati,
2014).
Ovitrap yang digunakan dalam penelitian ini dilengkapi dengan air
rendaman jerami karena menurut WHO (2004), ovitrap yang dilengkapi
dengan rendaman jerami telah terbukti sebagai metode surveilans Aedes
aegypti yang sangat reproduktif dan efisien di wilayah perkotaan. Selain itu,
penggunaan perangkap telur juga telah terbukti untuk mengevaluasi program
pengendalian (WHO, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Polson (2002) nyamuk
Aedes aegypti betina lebih menyukai ovitrap yang berisikan berisikan
rendaman jerami/rumput kering dibandingkan dengan ovitrap yang berisi air
keran.Presentasi ovitrap yang positif menginformasikan tingkat paparan
nyamuk Aedes aegypti.Jumlah telur digunakan untuk estimasi populasi
nyamuk betina dewasa (Morato et al. 2005 dalam Fatmawati, 2014).Telur
yang telah terperangkap pada ovitrap akan dihitung jumlahnya. Telur Aedes
berikuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam, tampak bulat panjang dan
berbentuk oval.Telur tersebut menempel pada dinding wadah/tempat
perindukan (kertas saring) dan terletak satu per satu di permukaan air.
Telur nyamuk Aedes aegypti merupakan cikal bakal nyamuk dewasa.
Semakin banyak telur nyamuk akan semakin banyak pula nyamuk dewasa,
sehingga resiko penularan DBD akan semakin besar. Hasil penelitian yang
65
dilakukan oleh Sukamto (2007) menyatakan bahwa kepadatan telur nyamuk
berhubungan dengan kejadian DBD.
Menurut Hadinegoro (1999), genangan air bersih merupakan tempat
berkembangbiak bagi nyamuk Aedes aegypti betina. Selain itu, keberadaan
dari nyamuk Aedes aegypti tersebut adalah disekitar rumah dimana manusia
tinggal. Oleh karena itu peletakan ovitrap dilakukan di sekitar rumah yaitu
di dalam dan di luar rumah dekat dengan habitat nyamuk Aedes aegypti.
Lama pemasangan ovitrap disesuaikan dengan siklus hidup dari nyamuk
Aedes aegypti. Lama pemasangan ovitrap pada penelitian ini yaitu selama
tiga hari untuk memperkecil kemungkinan telur menjadi larva karena telur
akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air.
Menurut Kemenkes RI (2013), habitat perkembangbiakan Aedes
aegypti ialah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar
atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Tempat penampungan air
(TPA) tersebut antara lain, drum, tempayan, bak mandi, ember, tempat
minum hewan, vas bunga, tempat pembuangan kulkas/dispenser, dan
barang-barang bekas (ban, kaleng, dan botol bekas). Selain itu, nyamuk
Aedes aegypti dapat masuk ke dalam rumah melalui ventilasi rumah yang
tidak terpasang kawat kasa. Oleh karena itu, perlunya pelaksanaan PSN
untuk menghilangkan habitat nyamuk, sehingga dapat memutuskan siklus
perkembangbiakan nyamukAedes agypti. Sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan oleh Riyadi, dkk (2012) menyatakan bahwa tindakan PSN-DBD
berhubungan dengan densitas larva Aedes aegypti.
66
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 110 rumah
(46.8%) dari 235 rumah yang menjadi sampel di RW 01 Kelurahan
Pamulang Barat dikategorikan mempunyai tingkat densitas telur nyamuk
Aedes aegypti yang tinggi. Rumah yang termasuk kategori tingkat densitas
telur nyamuk Aedes aegypti yang tinggi memiliki kriteria seperti tidak
terpasangnya kawat kasa pada setiap ventilasi yang terdapat di dalam rumah,
tidak menguras TPA, keadaan TPA tidak tertutup dengan rapat, selain itu
pada sekitar rumah tersebut terdapat barang bekas yang dapat menampung
air hujan. Nyamuk Aedes aegypti membutuhkan genangan air untuk
menetaskan telurnya.
Dari hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa masih
kurangnya kesadaran masyarakat mengenai perilaku pemberantasan sarang
nyamuk, sehingga pemutusan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti belum
maksimal. Menurut Kemenkes RI (2000) PSN merupakan alternatif utama
pengendalian vektor DBD. Sasaran dari PSN adalah semua tempat potensial
pekembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pemberantasan
sarang nyamuk sebaiknya dilakukan setiap minggu sehingga terjadi
pemutusan rantai pertumbuhan pra dewasa nyamuk agar tidak menjadi
dewasa.
Pada daerah penelitian terdapat kegiatan bank sampah yang dikelola
oleh masyarakat setempat. Pengadaan bank sampah tersebut merupakan
salah satu carauntuk meniadakan barang-barang bekas yang berpotensi
menampung air selain dengan cara mengubur barang-barang bekas ke dalam
tanah. Menurut peneliti kegiatan bank sampah sebaiknya dibarengi dengan
67
pemberian informasi mengenai cara penyimpanan atau pengumpulan barang
bekas yang akan disetorkan ke bank sampah. Hal tersebut dilakukan agar
masyarakat lebih menyadari dan memperhatikan keberadaan barang bekas di
sekitar tempat tinggalnya, sehingga tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti dapat dimusnahkan tanpa mengurangi aktivitas serta
efektivitas dari adanya bank sampah tersebut.
6.3 Gambaran Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap
Menguras tempat penampungan air merupakan salah satu kegiatan
dari PSN.Menurut Pratamawati (2012) menguras adalah membersihkan
tempat yang dijadikan tempat penampungan air selama satu minggu
sekali.Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat RW
01 yaitu sebanyak 84 orang (35.7%) tidak menguras tempat penampungan
air.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, terdapat hubungan yang
bermakna antara perilaku menguras tempat penampungan air dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ramlawati, dkk (2014) yang menunjukkan bahwa
pelaksanaan menguras tempat penampungan air berhubungan dengan
densitas larva Aedes aegypti.Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian
yang dilakukan oleh Jaya (2013) menyatakan bahwa kegiatan menguras
TPA berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Tempat penampungan air (TPA) merupakan habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti aegypti karena nyamuk Aedes
68
aegypti memerlukan air untuk meletakkan telurnya agar cepat menetas
(Kemenkes RI, 2013). Tempat penampungan air tersebut antara lain, drum,
tempayan, bak mandi, ember, tempat minum hewan, vas bunga, tempat
pembuangan kulkas/dispenser, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, dan
botol bekas).Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Wahyuni (2007)
yang menyatakan bahwa ada hubungan keberadaan jentik dalam tempat
penampungan air.
Menurut Hadinegoro (1999) perkembangan nyamuk Aedes aegypti
dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Selain itu, di
alam bebas telur nyamuk diletakkan satu persatu menempel pada dinding
wadah/tempat perindukan (Ginanjar, 2008). Sungkar (2005) menambahkan
bahwa untuk menyingkirkan telur nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
cara menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi, dan semua tempat
penyimpanan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Peneliti berasumsi bahwa tingginya tingkat densitas nyamuk telur
nyamuk Aedes aegypti dapat disebabkan oleh masih adanya telur nyamuk
yang menempel pada dinding TPA karena menguras hanya dilakukan
dengan cara membuang air tanpa menggosok dinding bagian dalam TPA.
Oleh sebab itu, dalam menguras TPA sebaiknya dilakukan dengan
menggosok dinding bagian dalam dari TPA untuk menyingkirkan telur
nyamuk.
Telur nyamuk yang masih menempel pada dinding tempat
permukaan air tersebut menjadi cikal bakal dari nyamuk dewasa. Semakin
banyak telur nyamuk akan meningkatkan kepadatan dari nyamuk dewasa.
69
Selain itu menguras tempat penampungan air harus dilakukan minimal satu
minggu sekali untuk memutus siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti
karena nyamuk tersebut memerlukan waktu sekitar 10-12 hari untuk menjadi
nyamuk Aedes aegypti dewasa.
Selain itu dari penelitian yang dilakukan oleh Hoel (2011)
menyatakan bahwa telur nyamuk lebih banyak terperangkap pada ovitrap
berwarna hitam dan paling sedikit ditemukan pada ovitrap berwarna
putih.Dari hasil penelitian tersebut dapat disarankan kepada masyarakat
untuk menggunakan warna terang pada dinding TPA untuk meminimalisasai
habitat nyamuk Aedes aegypti.
6.4 Gambaran Perilaku Menutup Rapat Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada
Ovitrap
Perilaku menutup tempat penampungan air menurut Pratamawati
(2013) adalah memberi tutup yang rapat pada tempat penampungan air.
Pemberian tutup pada tempat penampungan air bertujuan untuk mencegah
nyamuk Aedes aegypti masuk ke dalam tempat penampungan air untuk
menetaskan telurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 57
orang (26.5%) tidak menutup rapat tempat penampungan air.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, terdapat hubungan yang
bermakna antara perilaku menutup tempat penampungan air dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Jaya (2013) yang menyatakan bahwa perilaku
70
menutup tempat penampungan air berhubungan dengan keberadaan larva
Aedes aegypti.
Sebagian besar masyarakat menampung air pada tempayan, ember,
dan drum. Masyarakat menggunakan TPA tersebut untuk keperluan sehari-
hari seperti mandi dan menampung air untuk dimasak. Meskipun banyak
masyarakat yang telah menutup tempat penampungan air yang mereka
gunakan, namun tingkat densitas dari telur nyamuk yang terperangkap pada
ovitrap cukup tinggi. Menurut Sungkar (2005) ternyata TPA tertutup lebih
sering mengandung larva dibandingkan dengan TPA yang terbuka. Hal
tersebut terjadi karena tutup TPA jarang tertutup dengan baik dan sering
dibuka untuk mengambil air didalamnya, sehingga menyebabkan
longgarnya tutup dari TPA tersebut. TPA yang tutupnya longgar seperti itu,
lebih disukai nyamuk untuk tempat bertelur karena ruangannya lebih gelap
daripada tempat air yang tidak tertutup sama sekali. Nyamuk Aedes aegypti
lebih menyukai warna gelap daripada warna terang, hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hoel (2011) yang menyatakan bahwa
telur nyamuk lebih banyak terperangkap pada ovitrap berwarna hitam
daripada ovitrap berwarna biru, oranye, dan putih.
Oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat untuk lebih
memperhatikan keadaan tutup dari TPA terutama setelah mengambil air. Hal
tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa keadaan tutup TPA tertutup
rapat, sehingga tidak terdapat celah yang memungkinkan nyamuk Aedes
aegypti masuk kedalam TPA tersebut.
71
6.5 Gambaran Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap
Kegiatan mengubur pada perilaku PSN adalah memendam kedalam
tanah seperti plastik atau barang bekas yang memiliki potensi menampung
air hujan, sehingga dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti (Pratamawati, 2012). Kegiatan ini adalah untuk mengurangi
keberadaan dari barang bekas yang berpotensi menampung air hujan yang
berada di sekitar tempat tinggal. Pada daerah penelitian, terdapat 78 orang
(90.7%) dari 86 orang yang memiliki atau terdapat barang bekas di sekitar
tempat tinggalnya yang tidak mengubur barang bekas.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara perilaku mengubur barang bekas dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Ramlawati, dkk (2014) dan Desniawati (2014) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan mengubur
barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Menurut Kemenkes RI (2013) tempat-tempat yang dapat
menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat
umum merupakan habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Tempat yang berpotensi menampung air di luar atau sekitar rumah adalah
barang-barang bekas seperti botol, ban, dan kaleng bekas.
Pada musim hujan, barang-barang tersebut dapat menampung air
hujan sehingga berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti karena nyamuk tersebut membutuhkan genangan air untuk
menetaskan telurnya. Barang-barang bekas tersebut harus disingkirkan
72
dengan cara mengubur ke dalam tanah agar tidak dapat menampung air
terutama pada musim hujan.
Pada daerah penelitian terdapat kegiatan bank sampah yang dikelola
oleh masyarakat sekitar. Kegiatan tersebut merupakan cara lain untuk
meniadakan barang-barang bekas yang berpotensi menampung air selain
dengan cara mengubur ke dalam tanah. Sebagian masyarakat
mengumpulkan barang-barang bekas yang kemudian diberikan kepada
petugas bank sampah. Sedikitnya masyarakat yang melakukan penguburan
terhadap barang bekas seperti botol bekas, kaleng, dan ban bekas karena
adanya kegiatan tersebut, sehingga masyarakat mengumpulkan barang bekas
lalu memberikannya kepada bank sampah.
Namun dari hasil observasi, masih terdapat barang bekas yang
tergeletak di sekitar rumah warga dan beberapa dari barang-barang bekas
tersebut telah menampung air. Selain itu diperlukan pemberian informasi
kepada masyarakat mengenai penyimpanan barang bekas yang akan
diberikan kepada bank sampah dan keberadaan barang-barang bekas
disekitar tempat tinggal agar tidak dapat menampung air terutama pada
musim hujan.
Oleh sebab itu, diharapkan kepada masyarakat untuk lebih
memperhatikan keberadaan barang-barang bekas disekitar tempat tinggal
untuk menghindari genangan air dalam barang-barang bekas tersebut. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan meniadakan barang-barang bekas, salah
satunya dengan cara menguburnya ke dalam tanah atau dengan memberikan
73
kepada bank sampah, sehingga dapat mengurangi tempat yang berpotensi
menjadi perkembangbiakan dari nyamuk Aedes aegypti.
6.6 Gambaran Perilaku Memperbaiki Saluran Air Yang Tidak Lancar
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada
Ovitrap
Perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar/rusak merupakan
salah satu perilaku PSN yang bertujuan untuk memutus siklus
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Saluran air yang tidak lancar
harus diperbaiki karena dapat menyebabkan air menggenang, sehingga
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
(Kemenkes RI, 2013). Pada daerah penelitian, terdapat 35 orang (14.9%)
tidak memperbaiki saluran air yang tidak lancar di sekitar tempat tinggal
mereka.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, tidak terdapat hubungan
antara perilaku memperbaiki saluran air yang tidak lancar dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara saluran air hujan dengan kejadian
DBD.
Saluran air yang tidak lancar/rusak harus diperbaiki karena dapat
menyebabkan air menggenang, sehingga berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes RI, 2013). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2006), nyamuk Aedes aegypti tidak
74
hanya berkembang biak pada air bersih, namun air yang terpolusi dapat
menjadi tempat perindukan dan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Perubahan musim kemarau ke penghujan merupakan titik rawan
ledakan kasus demam berdarah. Apabila saluran air di lingkungan sekitar
tempat tinggal dalam keadaan tidak lancar maka pada musim hujan akan
terjadi genangan pada saluran air tersebut. Keadaan tersebut berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan dari nyamuk Aedes aegypti. Salah satu
hal yang menjadi penyebab tidak lancarnya saluran air adalah adanya
sampah yang menghambat jalannya air sehingga air tersebut tergenang.
Oleh sebab itu, saluran air harus dibebaskan dari hal yang dapat
membuat tidak lancar. Untuk menghindarinya masyarakat dapat melakukan
kegiatan gotong royong untuk membersihkan saluran air, sehingga kondisi
saluran air tetap lancar dan terhindar dari air yang menggenang terutama
pada musim hujan. Hal tersebut dilakukan untuk membersihkan lingkungan
sekitar sebagai upaya untuk menekan populasi dari nyamuk Aedes aegypti,
sehingga kejadian DBD dapat dihindari.
6.7 Gambaran Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarakan Tingkat
Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti Pada Ovitrap
Penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah merupakan salah satu
perilaku PSN yang bertujuan untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam
rumah (Kemenkes RI, 2013). Pada daerah penelitian terdapat 79 orang
(33.6%) tidak memasang kawat kasa.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara perilaku memasang kawat kasa dengan tingkat
75
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap. Hasil penelitian ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningsih (2014) yaitu
tidak adanya hubungan antara pemasangan kawat kasa dengan kepadatan
nyamuk Aedes aegypti.
Menurut Adyatma (2010) adanya ventilasi dalam rumah dapat
mengatur suhu ruangan, mengurangi bau tidak sedap pada ruangan, serta
mengurangi kelembaban pada ruangan. Namun, ventilasi juga merupakan
gerbang masuknya nyamuk Aedes aegypti ke dalam rumah. Penggunaan
kawat kasa pada setiap ventilasi adalah untuk mencegah masuknya nyamuk
Aedes aegypti ke dalam rumah. Peneliti berasumsi bahwa apabila nyamuk
telah masuk dan bersarang di dalam rumah maka berpotensi terjadi
penularan penyakit demam berdarah dan nyamuk tersebut akan
berkembangbiak didalam rumah melalui keberadaann TPA yang tidak
dikuras dengan tepat dan tidak ditutup dengan rapat.
Dari hasil observasi di lapangan, pada beberapa rumah responden
kawat kasa tidak terpasang di setiap ventilasi yang berada di dalam rumah.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyasa (2008) yang
menyatakan bahwa pemakaian kawat kasa tidak berhubungan dengan
keberadaan vektor DBD karena kasa anti nyamuk belum dianggap sebagai
alternatif praktis diperkotaan dan ada kecenderungan pemasangan kasa anti
nyamuk tidak pada semua pintu maupun jendela yang ada di rumah.
Diperlukannya pemasangan kawat kasa pada setiap ventilasi rumah adalah
untuk mencegah masuknya nyamuk, sehingga penghuni rumah dapat
menghindari kontak dengan nyamuk dan dapat mengurangi potensi
76
penularan demam berdarah serta mengurangi populasi nyamuk Aedes
aegypti.
Oleh sebab itu, diharapkan kepada masyarakat untuk memasang
kawat kasa pada setiap ventilasi yang terdapat di dalam rumah untuk
meminimalisasi masuknya nyamuk Aedes aegypti dewasa ke dalam rumah.
Hal tersebut harus dilakukan untuk mengurangi kontak antara nyamuk
dengan penghuni rumah. Menurut Reyes-Villanueva (2004) yang dikutip
oleh Chanbang (2012) Aedes aegypti betina memiliki sayap berkisar 2,23-
2,76 mm dengan demikian dibutuhkan kawat kasa dibawah ukuran tersebut.
Ukuran kawat yang dgunakan pada peneltian Chanbang (2012) terdapat 3
tipe yaitu wire 1,2 mm (1,8 mm x 2,1 mm), wire 0,9 mm (1,6 mm x 1,8 mm)
dan wire 0,8 mm ( 1,5 mm x 1,6 mm).
77
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat, Tangerang Selatan dapat disimpukan;
1. Gambaran tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada
ovitrap di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat yang dikategorikan
tinggi adalah sebanyak 110 rumah (46.8%).
2. Gambaran perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD
di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat meliputi;
a. Responden yang tidak menguras tempat penampungan air
sebanyak 84 orang (35.7%).
b. Responden yang tidak menutup rapat penampungan air
sebanyak 57 orang (24.3%).
c. Responden yang tidak mengubur barang bekas sebanyak 78
orang (33.2%).
d. Responden yang tidak memperbaiki saluran air yang rusak
sebanyak 35 orang (14.9%).
e. Responden yang tidak memasang kawat kasa sebanyak 79
orang (33.6%).
3. Pelaksanaan PSN DBD yang berhubungan dengan tingkat
densitas nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap adalah perilaku
78
menguras tempat penampungan air (p value 0.000) dan perilaku
menutup tempat penampungan air (p value 0.045).
4. Pelaksanaan PSN DBD yang tidak berhubungan dengan tingkat
densitas telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap adalah perilaku
mengubur barang bekas (p value 0.266), perilaku memperbaiki
saluran air yang tidak lancar (p value 0.101) dan perilaku
memasang kawat kasa (p value 0.099).
7.2 Saran
Berkaitan dengan hasil dari penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut;
7.2.1 Masyarakat
1. Masyarakat perlu meningkatkan pelaksanaan PSN DBD dengan
tepat sebagai upaya memutus siklus nyamuk Aedes aegypti
sehingga dapat terhindar dari resiko DBD.
2. Masyarakat sebaiknya dalam menguras TPA tidak hanya
membuang air yang lama dengan air yang baru, namun harus
melakukan pengurasan TPA dengan menggosok dari dinding TPA
agar telur nyamuk Aedes aegypti juga ikut terbuang. Selain itu,
pengurasan dilakukan minimal satu minggu sekali untuk
memotong siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.
3. Masyarakat harus menutup tempat yang dijadikan sebagai tempat
penampungan air. Keadaan tutup tersebut harus rapat agar nyamuk
Aedes aegypti tidak dapat masuk ke dalam TPA karena nyamuk
79
Aedes aegypti mencari genangan air untuk berkembang biak.
Selain itu, setelah mengambil air dari TPA tersebut maka
masyarakat harus memastikan kembali bahwa keadaan tutup TPA
telah tertutup dengan rapat.
7.2.2 Puskesmas Pamulang
1. Memberikan himbauan atau penyuluhan mengenai pelaksanaan
PSN terutama pada cara menguras TPA dengan tepat, menutup
TPA dengan rapat dan selalu memastikan tutup TPA telah rapat
kembali setelah membuka/menggunakan TPA tersebut.
2. Dapat menggunakan metode survei telur dengan ovitrap sebagai
salah satu program sebagai upaya memantau kepadatan populasi
dari nyamuk betina Aedes aegypti agar dapat menentukan program
atau tindakan untuk menurunkan angka kejadian DBD.
7.2.3 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Dapat memasukan penggunaan ovitrap dalam program
pengendalian kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan untuk
pemantauan populasi nyamuk Aedes aegypti betina dan untuk memutus
siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti.
80
DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, dkk. 2011. Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah, Tempat
Penampungan Air Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD Di
Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Bagian Kesehatan
Lingkungan Universitas Hasanuddin.
Ariawan, Iwan. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Ayuningsih, Elni Putri, dkk. 2014. Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti (Indeks Ovitrap) di Kelurahan Antang
Makassar.Jurnal Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
Budiarto, Eko. Anggraeni.Dewi. 2001.Pengantar Epidemiologi, E/2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue (DBD).
Desniawati, Faradillah. 2014. Pelaksanaan 3M Plus Terhadap Keberadaan Larva
Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
Bulan Mei-Juni tahun 2014. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota tangerang Selatan. 2014. Data Pengendalian Demam
Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014.
Fatmawati, Titi, dkk. 2014. Distribusi dan Kelimpahan Populasi Aedes aegypti di
Kelurahan Sukorejo Gunungpati Semarang Berdasarkan Peletakan Ovitrap.
Unnes J Life Sci 3(2) (2014).ISSN 2252-6277.
Ginanjar, Genis. 2008. Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan TentangDemam
Berdarah. Bandung: PT. Mizan Publika.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah : A Survival Guide. B-First.PT. Bentang
Pustaka; anggota IKAPI.
Hadi, Upik Kesumawati, dkk. 2006. Studi Perilaku Berkembangbiak Nyamuk
Aedes aegypti (Diptera: Culicidae)pada Berbagai Tipe Habitat. Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor.
81
Hadinegoro, Sri Rezeki.H. Satari, Hindra Irawan. 1999. Demam Berdarah
Dengue.Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Cetak Ulang, 2000 (dengan perbaikan).
Hoel, DF et all. 2011. Efficacy of Ovitrap Colours and Patterns for Attracting
Aedes albopictus at Suburban Fields Sites in North-Central Florida. Journal
of American Mosquito Control Association, Vol. 27 (3): 245-251.
Jaya, Dewi Mustika, dkk. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
DBD Dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis DBD
Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS. Makassar.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah
Dengue Di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia.Jakarta: Kemenkes RI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Novitasari, dkk. 2013. Hubungan Suhu, Kelembaban Rumah, dan Perilaku
Masyarakat Tentang PSN dan Larvasidasi dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue Di RW 01 Kelurahan
Sendangguwo Semarang. Jurnal. Universitas Dian Nuswantoro.
Perich M J et all. 2000. Behavior of Resting Aedes aegypti (Culicida; Diptera) and
Its Relation to Ultra-low Volume Adulticide Efficacy in Panama City,
Panama. J. Med. Entomol. 37(4): 541-546 (2000).
Polson, KA. Curtis, C. Seng, CM, Olson, JG. Chantha, N dan Raelins, SC. 2002.
The Use of Ovitraps Baited with Hay Infusion as a Surveillance Tool for
Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia.Dengue BulletinVol. 26: 178-184.
Pratamawati, Diana Andriani. 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem
Kewaspadaan Dini.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6.
Puskesmas Pamulang. 2014. Data Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pamulang
Tahun 2014.
Ramlawati, dkk.2014. Hubungan Pelaksanaan 2M dengan Densitas Larva Aedes
aegypti di Wilayah Endemis DBD Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Riyadi, Akhmad. Ishak, Hasanuddin. Ibrahum, Erniwati. 2012. Pemetaan Densitas
Larva Aedes aegypti Berdasarkan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) DBD di Kelurahan Rappocini Makassar Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin.
82
Rusli, Fitrini G. 2009. Kinerja jumantik dalam pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue (P2DB) di kelurahan pasar minggu kecamatan pasar
minggu Jakarta selatan.Tesis.Universitas Indonesia.
Santana, et all. 2006. Characteristics of grass infusions as oviposition attractants
to Aedes (Stegomyia) (Diptera: Culicidae). Brazil: J Med Entomol. 2006
Mar;43(2):214-20.
Santos, et all. 2003. Field Evaluation of Ovitraps Consociated with Grass Infusion
and Bacillus thuringiensis var. israelensis to determine Oviposition Rates of
Aedes aegypti. Brazil: Dengue Bulletin Vol. 27 2003.
Sari, Andi Dewi dkk. 2014. Hubungan Faktor Lingkungan dan Anjuran
Pencegahan dengan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi. Bagian
Epidemiologi Universitas Hasanuddin.
Singh, et all. 2005. Use of Different Ovitraps for The Surveillance and Control of
Urban Mpsquito Vectors, with Special Reference to Aedes aegypti.
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB Ditjen PP dan PL Kementerian
Kesehatan RI. 2011. Informasi umum DBD.
Sucipto, Cecep Dani. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Sudarsono, H.M. Nasruddin Anshory C.H. 2008. Kearifan lingkungan dalam
Perspektif Budaya Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sukamto.2007. Studi Karakteristk Wilayah dengan Kejadian DBD di Kecamatan
Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Tesis. Universitas Diponegoro
Semarang.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan lingkungan & Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana.
Sumantri, Ririn, dkk. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kota Pontianak Tahun 2013.Jurnal Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Kalimantan Barat.
Sungkar, Saleha. 2005. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Dengue .Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 55 No. 5, 5 Mei 2005.
Suyasa, I N Gede, dkk. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku
Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Jurnal. ECOTROPHIC
Vol. 3 No. 1 ISSN: 19075626.
83
Tang, et all. 2007. Evaluation of a Grass Infusion-Baited Autocidal Ovitrap for
The Monitoring of Aedes aegypti. Singapore: Dengue Bulletin Vol. 31
2007.
Wahyuni, Silvia Sri. 2007. Hubungan Antara Keberadaan Jentik dan Praktik
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Di Kecamatan Tanjungpinang Timur Kota. Universitas Indonesia
WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue: Panduan Lengkap. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
WHO. 2014. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
pada Jumat, 30 Oktober 2015 Pukul 11.06 WIB.
Winarsih, Sri. 2012. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku PSN
dengan Kejadian DBD. UJPH 2 (1) (2013).
Wuryaningsih, Tyas. 2008. Hubungan antara Pengetahuan dan Persepsi dengan
Perilaku Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) Di Kota Kediri. Tesis. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Diakses dari http://www.contracostamosquito.com/new_mosquitoes_article.htm
pada 15.59
Diakses dari https://www.vectorbase.org/organisms/aedes-aegypti pada 14.01
85
DOKUMENTASI PENELITIAN
Keadaan di sekitar rumah responden
Keadaan saluran air Tempat penampungan air responden
86
Keadaan ventilasi tanpa kawat kasa Tempat penampungan air responden
Barang bekas di sekitar rumah responden Ban bekas responden
Peletakkan ovitrap di luar rumah Peletakkan ovitrap di dalam rumah
88
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN
SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN
TINGKAT DENSITAS TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI PADA OVITRAP DI
RW 01 KELURAHAN PAMULANG BARAT TAHUN 2015
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Saya Shela Ayu Puryandini selaku mahasiswa S-1 Jurusan Kesehatan
Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
melakukan penelitian mengenai Hubungan Perilaku Masyarakat Terhadap
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes Aegypti Pada Ovitrap Di RW 01
Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015. Atas hal tersebut, saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jelas. Jawaban
dan identitas anda akan dirahasiakan. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya
mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, November 2015
Peneliti Responden
Shela Ayu Puryandini (……………………………)
89
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN
SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN
TINGKAT DENSITAS TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI PADA OVITRAP DI
RW 01 KELURAHAN PAMULANG BARAT TAHUN 2015
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas anda dengan lengkap dan benar.
2. Bacalah pertanyaan dengan seksama.
3. Lingkarilah jawaban yang dianggap benar.
IdentitasResponden
Kode Pertanyaan Jawaban
Diisi
Oleh
Peneliti
IdentitasResponden
A1 Nama
A2 Usia
A3 RT/RW
A4 No. Telp/Hp
A5 Pendidikan 0. TidakSekolah
1. Tidak Tamat SD
2. Lulus SD/Sederajat
3. Lulus
SMP/Sederajat
4. Lulus
SMA/Sederajat
5. Lulus Perguruan
Tinggi
Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD)
B1 Apakah di rumah anda terdapat tempat
untuk menampung air seperti;
a. Bak Mandi 0. Ya 1. Tidak
b. Tempayan
c. Ember
d. Drum
0. Ya
0. Ya
0. Ya
1. Tidak
1. Tidak
1. Tidak
e. Vas Bunga 0. Ya 1. Tidak
f. Tempat Minum Hewan 0. Ya 1. Tidak
g. Tempat Penampungan Air
Belakang Kulkas
0. Ya 1. Tidak
h. Dispenser 0. Ya 1. Tidak
No. Kuesioner
Hari/Tanggal
90
Apakah anda menguras tempat
penampungan air dengan cara membuang
seluruh air dan menyikat atau menggosok
dinding dari tempat penampungan air
tersebut selama satu minggu sekali?
a. Bak Mandi 0. Ya 1. Tidak
b. Tempayan
c. Ember
d. Dr um
0. Ya
0. Ya
0. Ya
1. Tidak
1. Tidak
1. Tidak
e. Vas Bunga 0. Ya 1. Tidak
f. Tempat Minum Hewan 0. Ya 1. Tidak
g. Belakang Kulkas 0. Ya 1. Tidak
h. Dispenser 0. Ya 1. Tidak
B2 Apakah di rumah anda terdapat tempat
penampungan untuk menyimpan air
seperti;
a. Tempayan 0. Ya 1. Tidak
b. Ember 0. Ya 1. Tidak
c. Drum 0. Ya 1. Tidak
Apakah anda memberi tutup yang rapat
pada tempat penampungan air yang
berada di rumah anda sehingga tidak
terdapat celah/lubang?
a. Tempayan 0. Ya 1. Tidak
b. Ember 0. Ya 1. Tidak
c. Drum 0. Ya 1. Tidak
B3 Apakah pada rumah anda terdapat barang
bekas yang dapat menampung air, seperti;
a. Botol Bekas 0. Ya 1. Tidak
b. Kaleng Bekas 0. Ya 1. Tidak
c. Ban Bekas 0. Ya 1. Tidak
Apakah anda mengubur barang bekas ke
dalam tanah?
a. Botol Bekas 0. Ya 1. Tidak
b. Kaleng Bekas 0. Ya 1. Tidak
c. Ban Bekas 0. Ya 1. Tidak
B4 Apakah anda memperbaiki saluran air
yang tidak lancar?
0. Ya
1. Tidak
B5 Apakah anda memasang kawat kasa pada
setiap ventilasi di rumah anda?
0. Ya
1. Tidak
91
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN
SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN
TINGKAT DENSITAS TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI PADA OVITRAP DI
RW 01 KELURAHAN PAMULANG BARAT TAHUN 2015
PETUNJUK PENGISIAN
Isilah dengan menggunakan tanda ceklis pada kolom yang tersedia!
No. Objek Observasi Hasil
YA TIDAK
1. Tempat penampungan air tertutup rapat
a. Tempayan
b. Ember
c. Drum
2. Terdapat barang bekas di halaman yang dapat menampung air
a. Botol Bekas
b. Kaleng Bekas
c. Ban Bekas
3. Terpasang kawat kasa pada ventilasi
Hari
Keberadaan Telur Nyamuk di Ovitrap
TOTAL Jumlah Telur Nyamuk Aedes aegypti
OVITRAP 1 (LUAR) OVITRAP 2 (DALAM)
Pertama
Pemasangan
Ke-3
92
OUTPUT HASIL ANALISIS UNIVARIAT
1. Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
Descriptives
Statistic Std. Error
Densitas Mean .00422 .000334
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .00356
Upper Bound .00487
5% Trimmed Mean .00359
Median .00296
Variance .000
Std. Deviation .005119
Minimum .000
Maximum .046
Range .046
Interquartile Range .005
Skewness 3.584 .159
Kurtosis 21.619 .316
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Densitas .205 235 .000 .703 235 .000
a. Lilliefors Significance Correction
tkt_densitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Rendah 125 53.2 53.2 53.2
Tinggi 110 46.8 46.8 100.0
Total 235 100.0 100.0
2. Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air menguras_tpa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 151 64.3 64.3 64.3
Tidak 84 35.7 35.7 100.0
Total 235 100.0 100.0
93
3. Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air menutup_tpa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 158 67.2 73.5 73.5
Tidak 57 24.3 26.5 100.0
Total 215 91.5 100.0
Missing System 20 8.5
Total 235 100.0
4. Perilaku Mengubur Barang Bekas mengubur_bb
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 8 3.4 9.3 9.3
Tidak 78 33.2 90.7 100.0
Total 86 36.6 100.0
Missing System 149 63.4
Total 235 100.0
5. Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak Lancar memperbaiki_sal_air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 200 85.1 85.1 85.1
Tidak 35 14.9 14.9 100.0
Total 235 100.0 100.0
6. Perilaku Memasang Kawat Kasa memasang_kwt_kasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 156 66.4 66.4 66.4
Tidak 79 33.6 33.6 100.0
Total 235 100.0 100.0
94
OUTPUT HASIL ANALISIS BIVARIAT
1. Distribusi Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
menguras_tpa * tkt_densitas Crosstabulation
tkt_densitas
Total Rendah Tinggi
menguras_tpa Ya Count 103 48 151
% within menguras_tpa 68.2% 31.8% 100.0%
Tidak Count 22 62 84
% within menguras_tpa 26.2% 73.8% 100.0%
Total Count 125 110 235
% within menguras_tpa 53.2% 46.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 38.279a 1 .000
Continuity Correctionb 36.610 1 .000
Likelihood Ratio 39.385 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 38.116 1 .000
N of Valid Casesb 235
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
menguras_tpa (ya / tidak) 6.047 3.336 10.963
For cohort tkt_densitas =
rendah 2.604 1.790 3.790
For cohort tkt_densitas =
tinggi .431 .330 .562
N of Valid Cases 235
95
2. Distribusi Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
menutup_tpa * tkt_densitas Crosstabulation
tkt_densitas
Total Rendah Tinggi
menutup_tpa Ya Count 89 69 158
% within menutup_tpa 56.3% 43.7% 100.0%
Tidak Count 23 34 57
% within menutup_tpa 40.4% 59.6% 100.0%
Total Count 112 103 215
% within menutup_tpa 52.1% 47.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.285a 1 .038
Continuity Correctionb 3.669 1 .055
Likelihood Ratio 4.298 1 .038
Fisher's Exact Test .045 .028
Linear-by-Linear Association 4.265 1 .039
N of Valid Casesb 215
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.31.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for menutup_tpa
(ya / tidak) 1.907 1.030 3.529
For cohort tkt_densitas =
rendah 1.396 .989 1.970
For cohort tkt_densitas =
tinggi .732 .555 .966
N of Valid Cases 215
96
3. Distribusi Perilaku Mengubur Barang Bekas Berdasarkan Tingkat Densitas
Telur Nyamuk Aedes aegypti
mengubur_bb * tkt_densitas Crosstabulation
tkt_densitas
Total Rendah Tinggi
mengubur_bb Ya Count 6 2 8
% within mengubur_bb 75.0% 25.0% 100.0%
Tidak Count 38 40 78
% within mengubur_bb 48.7% 51.3% 100.0%
Total Count 44 42 86
% within mengubur_bb 51.2% 48.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.006a 1 .157
Continuity Correctionb 1.092 1 .296
Likelihood Ratio 2.098 1 .148
Fisher's Exact Test .266 .148
Linear-by-Linear Association 1.983 1 .159
N of Valid Casesb 86
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.91.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for mengubur_bb
(ya / tidak) 3.158 .600 16.621
For cohort tkt_densitas =
rendah 1.539 .972 2.439
For cohort tkt_densitas =
tinggi .488 .144 1.651
N of Valid Cases 86
97
4. Distribusi Perilaku Memperbaiki Saluran Air yang Tidak Lancar
Berdasarkan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes aegypti
memperbaiki_sal_air * tkt_densitas Crosstabulation
tkt_densitas
Total Rendah Tinggi
memperbaiki_sal_air Ya Count 111 89 200
% within memperbaiki_sal_air 55.5% 44.5% 100.0%
Tidak Count 14 21 35
% within memperbaiki_sal_air 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 125 110 235
% within memperbaiki_sal_air 53.2% 46.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.874a 1 .090
Continuity Correctionb 2.285 1 .131
Likelihood Ratio 2.876 1 .090
Fisher's Exact Test .101 .065
Linear-by-Linear Association 2.862 1 .091
N of Valid Casesb 235
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
memperbaiki_sal_air (ya /
tidak)
1.871 .900 3.888
For cohort tkt_densitas =
rendah 1.388 .908 2.121
For cohort tkt_densitas =
tinggi .742 .543 1.013
N of Valid Cases 235
98
5. Distribusi Perilaku Memasang Kawat Kasa Berdasarkan Tingkat Densitas
Telur Nyamuk Aedes aegypti
memasang_kwt_kasa * tkt_densitas Crosstabulation
tkt_densitas
Total Rendah Tinggi
memasang_kwt_kasa Ya Count 89 67 156
% within memasang_kwt_kasa 57.1% 42.9% 100.0%
Tidak Count 36 43 79
% within memasang_kwt_kasa 45.6% 54.4% 100.0%
Total Count 125 110 235
% within memasang_kwt_kasa 53.2% 46.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.777a 1 .096
Continuity Correctionb 2.335 1 .127
Likelihood Ratio 2.776 1 .096
Fisher's Exact Test .099 .063
Linear-by-Linear Association 2.765 1 .096
N of Valid Casesb 235
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
memasang_kwt_kasa (ya /
tidak)
1.587 .920 2.735
For cohort tkt_densitas =
rendah 1.252 .949 1.651
For cohort tkt_densitas =
tinggi .789 .602 1.035
N of Valid Cases 235
99
OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 26 83.9
Excludeda 5 16.1
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.913 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
menguras_tpa .46 .508 26
menutup_tpa .31 .471 26
mengubur_bb .46 .508 26
memperbaiki_sal_air .23 .430 26
memasang_kwt_kasa .50 .510 26
tdk_menggantung_bj .85 .368 26
tkt_densitas .50 .510 26
100
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
menguras_tpa 2.85 5.015 .873 .884
menutup_tpa 3.00 5.600 .646 .909
mengubur_bb 2.85 5.175 .790 .894
memperbaiki_sal_air 3.08 5.994 .515 .921
memasang_kwt_kasa 2.81 4.882 .941 .876
tdk_menggantung_bj 2.46 6.338 .425 .927
tkt_densitas 2.81 4.882 .941 .876
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
3.31 7.262 2.695 7