INVESTMENT CASE SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK PERCEPATANSATU UPAYA UNTUK PERCEPATAN
PENCAPAIAN MDG 4 DAN 5
Disampaikan dalam pertemuan di Gd Granadi, Jakarta pada tanggal 13 April 2011
Latar BelakangLatar Belakang
• Indonesia negara besar dan sangat bervariasi dengand d k 237 j 33 i i d 497 k b /kpenduduk 237 juta, 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota
• MMR 228/100,000 kelahiran hidup• U5MR turun dari 69/1000 ke 44/1000 kelahiran hidup, / / p,
tetapi NMR stagnan (hampir datar)• Indikator Nasional menyembunyikan inequity (kesenjangan)
antara provinsi, kabupaten/kota dan kelompok sosial‐p , p / pekonomi
• Perbedaan antara kelompok kepulauan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dan pulau‐pulau lainnya menjadi sangata u u da apua da pu au pu au a ya e jad sa gatlebar
• Penelitian Investment Case untuk KIA dilaksanakan di 4 tempat dengan tipologi yang berbedatempat dengan tipologi yang berbeda
2
Latar BelakangLatar Belakang• Proses perencanaan belum berdasar analisis data yang kuatyang kuat
• Masyarakat belum bisa mengakses berbagai data publikpublik
• Penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan belum transparansi, partisipatif d k b ldan akuntabel
• Belum ada alokasi anggaran pembangunan yang berpihak kepada Masyarakatberpihak kepada Masyarakat
• Sumber pembiayaan kesehatan yang terbatas
3
TujuanTujuan
• Mengidentifikasi bottleneck pada sisteme g de t as bott e ec pada s stekesehatan yang menghambat upaya scaling up
• Memperkirakan banyaknya biaya tambahan yang p y y y y gdiperlukan untuk mengatasi bottleneck secaraefektif dan untuk scaling up
• Membantu pembuat kebijakan dan perencanaanuntuk melakukan prioritas dan membantu dialog antara bagian kesehatan dan keuangan menujuantara bagian kesehatan dan keuangan, menujuinsitusionalisasi perencanaan dan pembiayaankesehatan yang berbasis buktiy g
4
I t O t t T Di t i t/Cit P iInput Output Type District/City ProvinceCase districts
High Low District Merauke District PapuaHigh Low City Pontianak City West KalimantanL L Di t i t Sikk Di t i t E t N TLow Low District Sikka District East Nusa TenggaraLow Low City Tasikmalaya City West Java
Best Case districtsHigh High District Badung District BaliHi h Hi h Cit P k l Pi Cit B k B lit
5
High High City Pangkal Pinang City Bangka BelitungLow High District Bantul District DI YogyakartaLow High City Yogyakarta City DI Yogyakarta
KEGIATAN INVESTMENT CASEKEGIATAN INVESTMENT CASE
• Model Perencanaan dan Penganggaran menggunakan Investment Case (IC)
• Dicoba di 4 Kota/Kabupaten• Investment Case adalah Perencanaan dan Penganggaran• Investment Case adalah Perencanaan dan Penganggaran
Strategis untuk KIA yang berdasarkan bukti• 2 Tujuan Kunci dari IC:
– Berkontribusi dengan menggunakan bukti‐bukti yang lebihkuat untuk scale‐up pelayanan KIA
– Menambah nilai agenda pemerintah dalam mendukunge a ba a age da pe e ta da a e du u gscaling up intervensi yang mengurangi penyebab kematianpada ibu dan anak, memperbaiki transfer dana untuk KIA dan mendukung perencanaan, penganggaran dandan mendukung perencanaan, penganggaran danimplementasi di daerah
6
PROSES IC SELAMA FASE 2LokakaryaBottleneck Pembentukan
Jejaring KIA diPengumpulanData danAnalisis
j gKab/Kota + Lokakarya
LokakaryaLokakaryaPenganggarandanPembiayaan
h
PelaksanaanStrategi dengan
Kesehatan
Sharing Good
g gIntervensi ygterbukti efektif
Sharing Good Practice untukpemilihanprioritas
i
MenggunakanMatrix Model untuk
hit
Diseminasi HasilPenelitian diTingkat Nasional
strategipenghitunganbiaya danmelihat dampakLokakarya Pra‐Musrenbang Jejaring KIA di Kab/Kota
+7
Proses IC selama Fase 2 (1)Proses IC selama Fase 2 (1)• Lokakarya Bottleneck untuk menganalisi grafik bottleneck
d lib tk b t k h t di d hdengan melibatkan pembuat program kesehatan di daerah(Kepala Dinkes, Kepala Kesga, Kepala P2M, Kasie KIA, SiePerencanaan, Dokter Spesialis Anak dan Kebidanan di RSUD, Perwakilan dari Dinkes Provinsi, NGO, UNICEF). Fasilitatordalam lokakarya ini adalah Dokter Spesialis Anak danKebidanan, Dokter Umum dan Ahli Kesehatan Masyarakat.Kebidanan, Dokter Umum dan Ahli Kesehatan Masyarakat. Dari lokakarya tersebut dihasilkan prioritas strategi yang dapatmengatasi bottleneck yang ada
/• Lokakarya Lanjutan di Kabupaten/Kota untuk menyusunprioritas strategi dan penghitungan biaya serta pengalokasiananggaran, dengan melibatkan jejaring KIA di Kabupaten/Kotagg , g j j g p /
8
Proses IC selama Fase 2 (2)Proses IC selama Fase 2 (2)• Lokakarya di tingkat nasional untuk penghitungan biaya dan
l k i d k t h 4pengalokasian anggaran dengan menggunakan contoh 4 kabupaten/kota
• Pertemuan untuk sharing Good Practices (intervensi KIA yang g ( y gterbukti berjalan dengan efektif di tempat lain).
• Menggunakan Matrix Model dengan melakukan “link” antara d t h il li i b ttl k i it t t idata, hasil analisis bottleneck, prioritas strategi yang dihasilkan, penghitungan biaya dan memetakan sumber pembiayaan kesehatan.
• Dari 4 model tersebut dapat diperkirakan biaya tambahan yang diperlukan (marginal cost) untuk mengatasi bottleneck di daerah daerah tersebutdaerah‐daerah tersebut
9
Proses IC selama Fase 2 (3)Proses IC selama Fase 2 (3)• Model tersebut juga memperlihatkan dampak yang diberikan
t h d k ti ib b i d b lit jik t t i t t iterhadap kematian ibu, bayi dan balita jika strategi‐strategi tersebut dilaksanakan (catatan: ini adalah model)
• Hasil proses dengan menggunakan proses tersebut akan p g gg pdibawa kembali ke daerah, dan akan didiskusikan kembali dengan tim perencana KIA dan jejaring KIA
P IC di ik d ikl t h di• Proses IC disesuaikan dengan siklus perencanaan tahunan di daerah (menyesuaikan dengan jadwal Musrenbang)
• Hasil IC diterjemahkan dalam bentuk yang lebih sederhana j y gdan dengan format yang sudah familiar digunakan oleh daerah
10
Proses IC selama Fase 2 (4)Proses IC selama Fase 2 (4)Catatan:
D h lid d k U k k li i• Data harus valid dan akurat. Untuk kesempatan pertama, analisis dilakukan menggunakan data terbaik yang ada, namun selanjutnya sistem pencatatan dan perekaman data harus diperbaiki
• Peranan Fasilitator sangat penting. Persyaratan yang harus dimiliki:
1. Memiliki ilmu dan keterampilan mengenai Kesehatan ibu dan AnakAnak
2. Memahami tentang penghitungan biaya dan penganggaran
3. Memahami permasalahan klinis (khususnya untuk grup klinis)
• Jejaring KIA harus diperkuat dan melakukan pertemuan lintas sektor secara berkala (rutin)
11
Pengalaman di 4 Kota/KabupatenPengalaman di 4 Kota/Kabupaten
• Model IC ini dapat dilakukan dengan baikModel IC ini dapat dilakukan dengan baik
• Proses yang cukup panjang, namun dengan pembelajaran yang ada proses berikutnyapembelajaran yang ada, proses berikutnya dapat lebih cepat
N b hk b k i d i• Namun membutuhkan bantuan teknis dari UGM dan Litbang Kemenkes
12
Persamaan antara Kabupaten dan Kota yang menjadi kunci bottleneck sistem kesehatanmenjadi kunci bottleneck sistem kesehatan
• Kualitas SDM Kesehatanua tas S ese ata• Sistem Pencatatan dan Pelaporan• Monitoring, Supervisi dan EvaluasiMonitoring, Supervisi dan Evaluasi• Pengetahuan dan Partisipasti Masyarakat• Koordinasi internal di sektor kesehatan dan antarKoordinasi internal di sektor kesehatan dan antarsektor
• Alokasi Penganggaran untuk Kesehatang gg(Khususnya Kesehatan Ibu dan Anak) Terbatasdan ada masalah dalam Transfer Dana
13
Perbedaan antara Kabupaten dan Kota yang j di k i b l k i k h (1)menjadi kunci bottleneck sistem kesehatan (1)
1. Ketersediaan Komoditas dan Suplaio Kota: relatif tidak ada masalah distribusio Kabupaten: masalah besar dalam distribusi (suplai
terbatas, distribusi tidak merata dan sering sekaliterbatas, distribusi tidak merata dan sering sekaliterputus)
2. Ketersediaan SDM Kesehatano Kota: (1) Jumlah tidak cukup karena kepadatano Kota: (1) Jumlah tidak cukup karena kepadatan
penduduk; (2) masalah dalam mengawasi penyedialayanan kesehatan swasta
o Kabupaten: (1) Jumlah tidak cukup untuk memenuhio Kabupaten: (1) Jumlah tidak cukup untuk memenuhikebutuhan; (2) SDM tidak tinggal di daerah kerja yang diperuntukkan; (3) terbatasnya dana operasionalpendukung untuk melayani area yang luas dan/atau sulitpendukung untuk melayani area yang luas dan/atau sulit
14
Perbedaan antara Kabupaten dan Kota yang j di k i b l k i k h (2)menjadi kunci bottleneck sistem kesehatan (2)
3. Akses ke Fasilitas/Pelayanan Kesehatano Kota: relatif tidak ada masalah kecuali untuk kelompok
masyarakat miskin perkotaan (urban poor) o Kabupaten: Sulitnya akses di daerah dengan kondisi geografisp y g g g
sulit, luas, terpencil atau kepulauan atau perbatasan4. Utilisasi (penggunaan) fasilitas kesehatan
o Kota:o Kota: (1) Peran sektor swasta sebagai pemberi layanan kesehatancukup signifikan tetapi sulit untuk dimonitor; (2) memerlukan peningkatan promosi untuk penggunaan(2) memerlukan peningkatan promosi untuk penggunaanpelayanan kesehatan publik
o Kabupaten: Akses sulit mempengaruhi penggunaan pelayanankesehatankesehatan
15
Perbedaan antara Kabupaten dan Kota yang j di k i b l k i k h (3)menjadi kunci bottleneck sistem kesehatan (3)
5. Keberlanjutan penggunaan Fasilitas/Pelayanan KesehatanKota Peranan pemberi layanan kesehatan swasta yango Kota: Peranan pemberi layanan kesehatan swasta yang signifikan mempengaruhi keberlanjutan pelayanan
o Kabupaten: Akses sulit mempengaruhi keberlanjutanpenggunaan fasilitas/pelayananpenggunaan fasilitas/pelayanan
6. Kualitas Pelayanan Kesehatano Kota:
1) K alitas SDM Kesehatan mempengar hi k alitas1) Kualitas SDM Kesehatan mempengaruhi kualitaspelayanan; 2) Peranan pelayanan kesehatan swasta signifikan tetapi sulituntuk dimonitoruntuk dimonitor
o Kabupaten: 1) Keterbatasan Peralatan, infrastruktur dan tranportasimempengaruhi kualitas pelayananmempengaruhi kualitas pelayanan2) Kualitas SDM Kesehatan mempengaruhi kualitas pelayanan
16
Strategi Kunci yang dipilih untuk scaling up i i KIA k i b l kintervensi KIA untuk mengatasi bottleneck
1 M i k k K li P l KIA1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan KIA
2. Memperbaiki supply dan demand PelayananEmergensi Obstetrik dan Neonatal
3. Menguatkan Partisipasi Masyarakatg p y
4. Mengatasi masalah Koordinasi
5 Mengatasi Masalah Anggaran dan5. Mengatasi Masalah Anggaran danPembiayaan Kesehatan
17
STRATEGI UNTUK MENGATASI BOTTLENECK DALAM SISTEM KESEHATANDALAM SISTEM KESEHATAN
• Dilakukan dalam kerangka sistem kesehatan yang adaDilakukan dalam kerangka sistem kesehatan yang ada
• Dilakukan berdasarkan tempat dilakukan pelayanan: Tingkat Desa/Kelurahan (termasuk kader), Posyandu, g / ( ), y ,Polindes/Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan DinasKesehatan (manajemen di tingkat kabupaten/kota)
• Memperhitungkan peranan pemberi pelayanankesehatan swasta
18
STRATEGI UNTUK MENGATASI BOTTLENECK S G S SBERUPA INTERVENSI YANG SPESIFIK
• Target spesifik• Contoh:
1. Buku KIA dan Stiker P4K (target: ibu hamil)2 Dipstick urinary test untuk ANC (target: ibu hamil)2. Dipstick urinary test untuk ANC (target: ibu hamil)3. Vitamin K untuk seluruh bayi baru lahir4. Voucher untuk pengganti biaya transport untuk ibup gg y phamil yang menggunakan fasilitas kesehatan5. Insentif untuk Dukun yang mau bekerja sama6 Insentif untuk Bidan yang melakukan rujukan dini6. Insentif untuk Bidan yang melakukan rujukan dini7. Insentif untuk Bidan yang mempromosikan/melayaniKB metode jangka panjang
19
Kota Tasikmalaya
Prioritas Strategi:
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI
EksklusifEksklusif
2. Manejemen Puskesmas
3. KB setelah Persalinan
4 Kerjasama antar Bidan dan Dukun4. Kerjasama antar Bidan dan Dukun
5. Memperbaiki Sistem Rujukan
20
Kota TasikmalayaKota Tasikmalaya
• Biaya tambahan yang diperlukan untuk melakukan strategiprioritas: Rp 6.5M
• proporsi terbesar adalah untuk pelatihan pre‐servis danrefresher (ANC dan konseling APN Manajemen BBLR MTBSrefresher (ANC dan konseling, APN, Manajemen BBLR, MTBS, Konselor ASI, Imunisasi dan Manajemen Cold Chain) danmonitoring‐supervisi untuk memperbaiki kualitas SDM K h tKesehatan.
• Tunjangan dan Insentif tambahan untuk Bidan yang melakukan Kunjungan Rumah untuk Ibu Bersalin dan Bayij g yBaru Lahir, melakukan Penyuluhan di Masyarakat, Audit Maternal dan Perinatal (AMP), dan tunjangan untuk medikalspesialis yang melakukan kunjungan rutin ke puskesmasspesialis yang melakukan kunjungan rutin ke puskesmas
21
Kota TasikmalayaBaseline maternal mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Hypertensive disorders (Ecclampsia)
Haemorrhage (postpartum)
Haemorrhage (antepartum)
Obstructed labor
Abortion
Sepsis/infections (puerperal infection)
Prevented by scenario
Ectopic pregnancy
HIV/AIDS
AnaemiaPrevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Other
EmbolismNote: the total length of each bar (yellow + grey combined) is equivalent to the total baseline% contribution to maternal mortality.
% contribution to maternal mortality
22
Kota TasikmalayaBaseline under 5 mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Kota Tasikmalaya
Birth asphyxia
Severe infection
Tetanus
tal
p g ( y )
Other
Preterm birth
Congenital anomolies
Diarrhoeal diseases
Neo
nat
P i
Malaria
Measles
Diarrhoea
HIV/AIDS
m m
ortality
Prevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 10% 20% 30% 40%
Other
Injuries
Pneumonia
1‐59m
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined) is equivalent to the total baseline % contribution to under 5
t lit% contribution to under 5 mortality
mortality.
23
Kota Pontianak
Prioritas Strategi:
1. Fokus pada ANC yang berkualitas (terutama meningkatkan
kompetensi bidan dan sistem reward)
2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan
Komprehensif (PONED dan PONEK)
3. Kualitas Imunisasi
4. Memperbaiki jejaring KIA4. Memperbaiki jejaring KIA
24
Kota PontianakKota Pontianak
• Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk melakukanstrategi prioritas di Pontianak adalah Rp 5.4M
• Biaya dibutuhkan antara lain untuk merekrut tambahanbidan yang bekerja di sektor publik (direkrut dari sektorbidan yang bekerja di sektor publik (direkrut dari sektorswasta)
• Pengeluaran lain adalah untuk komoditi, buffer stock instrastuktur dan pemeliharaan contohnyastock, instrastuktur dan pemeliharaan contohnyaperalatan untuk pelayanan emergensi obstetrik danneonatal di Puskesmas dan Rumah Sakit, termasukketersediaan Bank Darah yang bisa berfungsi 24 jamketersediaan Bank Darah yang bisa berfungsi 24 jam
• Kebutuhan lain adalah untuk pelatihan Bidan(APN, Immunisasi, PONED)
25
Kota PontianakKota PontianakBaseline maternal mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Hypertensive disorders (Ecclampsia)
Haemorrhage (postpartum)
Haemorrhage (antepartum)
programme (breakdown by cause of death)
Obstructed labor
Abortion
Sepsis/infections (puerperal infection)
Hypertensive disorders (Ecclampsia)
d b
E b li
Ectopic pregnancy
HIV/AIDS
AnaemiaPrevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Other
Embolism
% contribution to maternal mortality
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined)is equivalent to the total baseline % contribution to maternal mortality.
% contribution to maternal mortality
26
Kota PontianakKota PontianakBaseline under 5 mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Birth asphyxia
Severe infection
Tetanus
tal
programme (breakdown by cause of death)
Other
Preterm birth
Congenital anomolies
Diarrhoeal diseases
p y
Neo
nat
Malaria
Measles
Diarrhoea
HIV/AIDS
m m
ortality
Prevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20%
Other
Injuries
Pneumonia
1‐59m
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined) is equivalent to the total baseline % contribution to under 5
li% contribution to under 5 mortality
mortality.
27
Kabupaten SikkaKabupaten Sikka
1. Kualitas ANC
2. Akses Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi (PONED danPONEK)
3 IMD dan ASI Eksklusif3. IMD dan ASI Eksklusif
4. Peningkatan jumlah nakes dan kompetensi nakes
5. Perbaikan manajemen penyimpanan dan distribusi vaksin (cold chain)
6. KB Pasca Persalinan
7 Malaria dengan ibu hamil dan balita7. Malaria dengan ibu hamil dan balita
8. Terapi Pneumonia
9. Ketersediaan dan pemanfaatan ORT
28
Kabupaten SikkaKabupaten Sikka
• Biaya tambahan yang diperlukan untuk melaksanakanprioritas strategi di Kabupaten Sikka adalah Rp 8.9 M
• Biaya yang dibutuhkan adalah untuk komoditi dan buffer stock dengan proporsi dari total anggaran cukup besar.
• Peralatan (contohnya mengganti seluruh bidan kit untukseluruh bidan dalam 5 tahun dan peralatan di PONEK) daninfrastruktur (contoh: untuk ketersediaan Bank Darah, membangun gudang penyimpan vaksin di Sikka, danmembangun rumah tunggu untuk ibu hamil)
• Pelatihan Pre‐service dan refresher (untuk Konselor(ASI, APN, Imunisasi, PONED, dan magang bidan di rumahsakit) juga termasuk dalam strategi prioritas
29
Kabupaten SikkaKabupaten SikkaBaseline maternal mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
i di d ( l i )
Haemorrhage (postpartum)
Haemorrhage (antepartum)
programme (breakdown by cause of death)
Obstructed labor
Abortion
Sepsis/infections (puerperal infection)
Hypertensive disorders (Ecclampsia)
Ectopic pregnancy
HIV/AIDS
Anaemia
Obstructed laborPrevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Other
Embolism
Ectopic pregnancy
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined)is equivalent to the total baseline % contribution to
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
% contribution to maternal mortalitymaternal mortality.
30
Kabupaten SikkaKabupaten SikkaBaseline under 5 mortality and marginal effect of scenario programme
(breakdown by cause of death)
Birth asphyxia
Severe infection
Tetanus
tal
(breakdown by cause of death)
Other
Preterm birth
Congenital anomolies
Diarrhoeal diseases
Neo
nat
Pneumonia
Malaria
Measles
Diarrhoea
HIV/AIDS
m m
ortality
Prevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20%
Other
Injuries
Pneumonia
1‐59
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined) is equivalent to the total baseline % contribution to under 5mortality
% contribution to under 5 mortalitymortality.
31
Kabupaten MeraukeKabupaten Merauke
Prioritas Strategi:
1. Fokus pada ANC yang berkualitas (termasuk integrasi ANC dengan
skrining HIV dan program malaria)g p g )
2. Memenuhi kebutuhan jumlah dan kompetensi SDM kesehatan
3 M b iki P l Ob t t ik d N t l E i D3. Memperbaiki Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED)
4. Memperbaiki Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)
32
Kabupaten MeraukeKabupaten Merauke
• Biaya tambahan yang diperlukan untuk melakukan prioritasstrategi di Kab Merauke adalah sebanyak Rp 10.4M
• Biaya dibutuhkan untuk peralatan, infrastruktur, danpemeliharaan, contohnya untuk peralatan PONED danPONEK, ketersediaan Bank Darah yang berfungsi 24 jam setiap hari dan membangun rumah tunggu untuk ibu hamil
• Prioritas strategi yang lain adalah melakukan pelatihan(Pre‐service dan refresher) dan monitoring‐supervisi
• Kab Merauke juga mengalokasikan dana untuk biayapertemuan, advokasi, membentuk/memelihara Kampungp p gSiaga dan mengirimkan tenaga medis spesialis(mobile, menggunakan helikopter)
33
Kabupaten MeraukeKabupaten MeraukeBaseline maternal mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Hypertensive disorders (Ecclampsia)
Haemorrhage (postpartum)
Haemorrhage (antepartum)
Obstructed labor
Abortion
Sepsis/infections (puerperal infection)
yp ( p )
Ectopic pregnancy
HIV/AIDS
AnaemiaPrevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Other
EmbolismNote: the total length of each bar (yellow + grey combined)is equivalent to the total baseline % contribution to maternal mortality0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
% contribution to maternal mortality
maternal mortality.
34
Kabupaten MeraukeKabupaten MeraukeBaseline under 5 mortality and marginal effect of scenario
programme (breakdown by cause of death)
Birth asphyxia
Severe infection
Tetanus
tal
programme (breakdown by cause of death)
HIV/AIDS
Other
Preterm birth
Congenital anomolies
Diarrhoeal diseases
Neo
na
Pneumonia
Malaria
Measles
Diarrhoea
HIV/AIDS
9m m
ortality
Prevented by scenario
Not prevented by scenario
0% 5% 10% 15% 20%
Other
Injuries1‐5
% contribution to under 5 mortality
Note: the total length of each bar (yellow + grey combined)is equivalent to the totalbaseline % contribution to under 5 mortality.
% contribution to under 5 mortality
35
HASIL DISKUSI DI 4 KOTA/KABHASIL DISKUSI DI 4 KOTA/KAB
36
HASIL DISKUSI DI 4 KOTA/KAB/
1. Apakah proses pembelajaran yang panjang dapatmemperbaiki proses perencanaan penghitunganmemperbaiki proses perencanaan, penghitunganbiaya dan penganggaran kesehatan ibu dan anak yang lebih baik?
2. Bagaimana peranan IC terhadap upaya pencapaianMDG 4 dan 5 di daerah?
3 A k h IC d di k i d l3. Apakah IC dapat digunakan secara rutin dalam prosesperencanaan tahunan seperti Musrenbang, dengandisinergikan dengan proses yang sudah ada, misalnyag g p y g , yDTPS (District Team Problem Solving)?
4. Bagaimana kaitannya dengan jejaring KIA di daerah?5. Hal lainnya?
37
1 Apakah proses pembelajaran yang panjang dapat1. Apakah proses pembelajaran yang panjang dapatmemperbaiki proses perencanaan, penghitunganbiaya dan penganggaran kesehatan ibu dan anak yang lebih baik?
• Input Data: perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan dip p p p ptahun mendatang (perbaikan sistem informasi kesehatan)
• Sinergitas berbagai sumber data di daerah (harusterintegrasi)g )
• Sinkronitas data di kota/kabupaten, provinsi dan pusat• Sumber Data harus dapat diakses publik• Perencanaan har s berdasarkan b kti• Perencanaan harus berdasarkan bukti• Harus ada kesinambungan (link) antara analisis data
(permasalahan), perencanaan, penghitunganbi d i l t i t t ibiaya, penganggaran, dan implementasi strategi
38
2. Bagaimana peranan IC terhadap upayag p p p ypencapaian MDG 4 dan 5 di daerah?
• Perencanaa program KIA harus memperhitungandampaknya terhadap penyebab kematianmaternal, neonatal dan balita
• Harus memperhitungkan equity (denganmemprioritaskan penduduk miskin, daerahterpencil/sulit mendapatkan akses, dll
• Melaksanakan kegiatan KIA dengan intervensi yang terbukti efektif
39
3. Apakah IC dapat digunakan secara rutin dalamproses perencanaan tahunan sepertip p pMusrenbang, dengan disinergikan dengan proses yang sudah ada, misalnya DTPS (District Team Problem Solving)? • IC bukan untuk memperumit proses perencanaan yang sudah
ada tetapi memperkaya prosesada, tetapi memperkaya proses
• Harus sinkron dengan proses perencanaan tahunan sepertiMusrenbang
• Apakah IC dapat disinergikan dengan DTPS?
• Memerlukan bantuan teknis dari Fasilitator
• Memerlukan advokasi detil dan terus menerus
• Memerlukan Dukungan Dana >> dari mana sumberpendanaan?pendanaan?
40
4.Bagaimana kaitannya dengan jejaring KIA did h?daerah?
• Dinkes Kota/Kab dan Direktur RS dapat menjadi pemimpin/ p j p pteknis (technical leader)
• Koordinasi lintas sektor sebaiknya dilakukan oleh BappedaK t /K bKota/Kab
• Pembagian peran stakeholder di dalam jejaring harus jelas
• Dalam pembagian “kelompok” berdasarkan intervensi efektifDalam pembagian kelompok berdasarkan intervensi efektifdi keluarga, populasi dan klinis, sebaiknya ada pemimpinnya
• KIA bukan hanya milik pemerintah/orang kesehatan
• Pertemuan lintas sektor untuk koordinasi perlu dilakukansecara rutin
41
5. Hal Lainnya5. Hal Lainnya
• Perencanaan KIA yang sudah dilakukan dengan baikharus dapat dibiayai
• Harus ada pengawalan sehingga perencanaan yang dil k k b d k li i b k i ddilakukan berdasarkan analisis bukti dapatdiwujudkan sampai menjadi dokumen perencanaandi daerahdi daerah
• Sumber pembiayaan dapat berbagai macam (sesuaidengan petunjuk pelaksanaannya dan semuadengan petunjuk pelaksanaannya dan semuakomponen dalam jejaring KIA dapat berperan)
42
Catatan mengenai hal‐hal penting:g p g• Pelaksanaan Program Jampersal untuk seluruh ibu hamil
(dilaksanakan mulai tahun 2011). Program ini mencakup 4 ( ) g pkunjungan antenatal, biaya persalinan (termasuk biaya rawat diPuskesmas dan RS kelas III), 3 kunjungan pasca persalinan danpelayanan KBpelayanan KB.
• BOK (Biaya Operasional Kesehatan). Tahun 2010, 582 Puskesmasmenerima BOK 100 juta/Puskesmas, dan puskesmas lainnyab d d k kbervariasi antara 18‐22 juta. BOK ini dapat digunakan untukmendukung strategi yang dilakukan di tingkat puskesmas
• Isu mengenai inequity (kesenjangan) di Kota menjadi pentingg q y ( j g ) j p gsehubungan dengan adanya kelompok miskin perkotaan (urban poor). Ada kelompok miskin yang mungkin tidak dapatditanggung oleh Jamkesmas Jamkesda/Jamkesko dapatditanggung oleh Jamkesmas. Jamkesda/Jamkesko dapatmembantu menanggulangi isu ini.
43
Catatan mengenai hal‐hal penting:Catatan mengenai hal hal penting:• Isu mengenai kualitas akademi/sekolah kebidanan.
Kebutuhan akan tenaga bidan yang tinggi membuat jumlahKebutuhan akan tenaga bidan yang tinggi membuat jumlahsekolah kebidanan bertambah, tetapi tidak selalu diikuti olehkualitas yang baik. Harus menemukan sistem pengawasanuntuk memonitor kualitas.untuk memonitor kualitas.
• Keuntungan tambahan dengan perbaikan sistem kesehatan. Di 4 kabupaten/kota, mayoritas strategi untuk mengatasib l k d l i k h id k h b ikibottleneck dalam sistem kesehatan tidak hanya memperbaikisistem pelayanan KIA tetapi mempengaruhi juga program kesehatan lainnya. Contoh: pelatihan bidan untuk
i k k k i j k himeningkatkan kompetensi juga akan mempengaruhipelayanan kesehatan secara keseluruhan, dan memperbaikisistem pencatatan dan pelaporan juga memberikank k l h k hkeuntungna untuk seluruh program kesehatan.
44
Catatan mengenai hal‐hal penting:Catatan mengenai hal hal penting:
• Mengingat Indonesia mungkin sulit mencapai MDG 5, intervensi efektif untuk mengurangi kematian ibu menjadisangat penting dan hal ini juga akan mempengaruhi bayi barulahir .
• Lebih dari 50% kematian balita terjadi dalam bulanpertama, sehingga strategi untuk mengurangi kematian
t l k hi k ti b litneonatal akan mempengaruhi kematian balita secarasignifikan
• Walaupun demikian, tetaplah penting untuk mencari strategip , p p g glain untuk mencari intervensi efektif yang dapat mengurangikematian balita, misalnya dengan mengenalkan vaksin baru(Hib pneumococcus atau rotavirus)(Hib, pneumococcus atau rotavirus).
45
CARA TRANSFER MODEL ICCARA TRANSFER MODEL IC UNTUK KEGIATAN DI LAPANGAN
46
Menetapkan Model Konsepsual ICMenetapkan Model Konsepsual IC
Untuk meningkatkan kegiatan di kesehatan ibu U tu e g at a eg ata d ese ata budan anak >>> continuum of care
Ada 66 intervensi efektif mulai:• sebelum kehamilan (pre‐pregnancy), (p p g y),• kehamilan (pregancy phase), • fase kelahiran (birth‐phase), ( p ),• fase neonatal (neonatal phase) dan• fase anak (childhood phase)fase anak (childhood phase)
47
Tiga kelompok intervensi
1. Pelayanan berbasis masyarakat berorientasikankeluarga.keluarga. Contoh: Cuci tangan dengan sabun, penggunaankelambu berinsentisida, perawatan bayi baru lahir, ASI Ekslusif dan pemberian oralit untuk terapi diare2. Pelayanan berkala (terjadwal) berorientasikanpendudukpenduduk.Contoh: KB, ANC, PMTCT dan Imunisasi Campak3 Pelayanan Klinis berorientasikan individu3. Pelayanan Klinis berorientasikan individu. Contoh: Persalinan oleh Nakes, Pemberian antibiotikuntuk pneumonia pada balita, PONED dan PONEKp p ,
48
Permasalahan dalam 3 intervensi dibahas dengan model Tanahashi dan analisis bottleneckdengan model Tanahashi dan analisis bottleneck
Cakupan efektif : kualitas
Cakupan memadai: keberlanjutan
Penggunaan pelayanan awal: kontak pertama pada pelayanan
Akses: Akses fisik pada pelayanan
Ketersediaan: Sumber Daya Manusia
Ketersediaan: komoditas kesehatan esensial
Tanahashi T. Bulletin of the World Health Organization, 1978, 56 (2)
Target Populasi
49
CONTOH ANALISIS BOTTLENECK BASELINE DAN TARGET CAKUPANBASELINE DAN TARGET CAKUPAN
Tracer 6 ‐ Case Management During Pregnancy (antenatal care) (2.2
[% Supplies]: % of health centers without interruption in stock of IFA for the last 3 months
Preventive pregnancy care) Sikka District
[% Access]: % of households with access to health facilities providing ANC services within acceptable distance
[% Staff]: Availability of Skilled Birth Attendant in relation to need
[% Continuity]: % of pregnant women with ANC 1, then continue until received ANC 4+
[% Utilisation]: % of pregnant women with ANC 1
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
[% Quality]: % of pregnant women with who receive a complete ANC package
l lBaseline coverage Scenario marginal coverage
50
Bagian 2. Cara transfer dari model k l k l k d lkonsepsual ke aplikasi di lapangan
• Secara praktis model konsepsual untuk investment case dapatinvestment case dapat diterapkan di Kabupaten
Pertanyaan Kritis:Pertanyaan Kritis:• Apakah model konsepsual ini dapatkonsepsual ini dapat dibawa ke lapangan?
• Melalui kegiatan apa?g p
51
1.Melihat situasi KIA
7. Menetapkan Rencana Tindak Lanjut untuk mengurangi problem
1.Melihat situasi KIA yang problematik
6. Menetapkan perubahan yang
2. Merumuskan analisis situasi dalam pernyataan yang logis
mungkin dilakukan yang berasal dari model konsepsual
3. Merumuskan
Dunia nyata
Systems thinking tentang dunia nyata
5. Menganalisis aplikasi model konsepsual dengan tindakan di dunia nyata
sistem yang relevan untuk tindakan yang akan dilakukan
4. Menetapkan model konsepsual
t k I t iuntuk Investasi dalam KIA
Konsep BottleneckKonsep Investasi untuk KIAKonsep Desentralisasi
Konsep Berfikir Rencana Tindak L jKonsep Desentralisasi Lanjut
52
Langkah 5. Menganalisis aplikasi model k l d ti d k di d i tkonsepsual dengan tindakan di dunia nyata
Prospek:Prospek: Mengaplikasikan ke kegiatan Harapan adalah untukkegiatan perencanaan untuk KIA ke kegiatan
Harapan adalah untuk memperkuat kegiatan DTPSKIA ke kegiatan
yang sudah ada.(District Team Problem Solving)
53
1.Melihat situasi KIA
7. Menetapkan Rencana Tindak Lanjut untuk mengurangi problem
1.Melihat situasi KIA yang problematik
6. Menetapkan perubahan yang mungkin
2. Merumuskan analisis situasi dalam pernyataan yang logis
dilakukan yang berasal dari model konsepsual
3. Merumuskan
Dunia nyata
Systems thinking tentang dunia nyata
5. Menganalisis aplikasi model konsepsual dengan tindakan di dunia nyata. Prospek adalah memperkuat DTPS
sistem yang relevan untuk tindakan yang akan dilakukan
4. Menetapkan model konsepsual
t k I t iuntuk Investasi dalam KIA
Konsep BottleneckKonsep Investasi untuk KIAKonsep Desentralisasi
Konsep Berfikir Rencana Tindak L jKonsep Desentralisasi Lanjut
54
DTPS‐KIA IC‐Models1. Analisis Situasi
2. Analisis dan Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
1. Identifikasi masalah dengan bantuan 12 grafik bottleneck
2. Analisis problem analisis sampai a. Penyebab masalah Kematian Ibu
b. Penyebab masalah Kematin Bayi dan Balita
c Penyebab masalah Kematian Bayi Baru
akar masalah3. Pemecahan Masalah
a. Pemecahan masalah dan strategi c. Penyebab masalah Kematian Bayi Baru
Lahir
3. Solusi dan kegiatan Masalah
4. Prioritas dan Target Kegiatan
b. Menetapkan target peningkatan cakupan
4. Memprioritaskan strategig g
5. Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Kerja
6. Uraian Perhitungan Anggaran APBD, APBN dan Sumber Lain
5. Rincian Kegiatan6. Pembiayaan dan Prediksi Impact7. Penganggaran dari berbagai sumber
pendanaan8. Usaha Pendanaan
Perbandingan antara DTPS‐KIA dengan IC‐Models55
Apa yang dapat dilakukan dari model konsepsual IC untuk memperkuat DTPSkonsepsual IC untuk memperkuat DTPS
1.Validasi Data ‐ Data diambil dari sumber terbaik yang ada.‐ Membandingkan beberapa data dari berbagaig p gsumber,
‐ Mendiskusikan dengan para ahli (dilakukantriangulasi)
2.Identifikasi Masalah:Menelaah indikator‐indikator cakupan pelayanan kesehatan yang relevan dengan MDG 4 dan 5 dan mengindentifikasi masalah
56
3. Analisis Masalah:Mengelompokkan dan menganalisis masalah (“bottleneck”) untuk mencapai cakupan yang efektif
4. Pemecahan Masalah:Mengidentifikasi strategi‐strategi yang feasible (dapat dikerjakan) yang dapat mengatasi bottleneck untuk jangka pendek dan menengahp g
5. Perkiraan Peningkatan ImpactMemperkirakan peningkatan Impact denganmemperhitungkan strategi yang dilakukan dan jangka waktumemperhitungkan strategi yang dilakukan dan jangka waktupelaksanaan
6. Prioritas Strategi: M b ik i k t t k t t i t t i b d kMemberikan peringkat untuk strategi‐strategi berdasarkan kepentingan, biaya dan kerumitan.
7. Memperkirakan sumber pendanaan dan advokasinya
57
Contoh Pemetaan Sumber AnggaranKegiatan Program sesuai Kegiatan Pem. Pusat Pem. Ma
syaSwyang
dianggap efektif
dengan Permendagri Da syarakat
wastaDA
UDAK
Dekon
Prov
Kab
Peningkatan 1 Program peningkatan 1 Pendidikan dan √ √ √Peningkatanjangkauan ASIeksklusif(termasukIMD)
1. Program peningkatankapasitas sumberdaya aparatur
2. Program peningkatankeselamatan ibu
1. Pendidikan danpelatihan formal (Training motivator IMD & Asi Esklusif)
2 Pembentukan √
√ √
√
√
√IMD) keselamatan ibumelahirkan dan anak
2. PembentukanKelompok PendukungKelas Ibu
√ √ √
Perbaikan 1. Program Promosi 1. Pengembangan √ √ √ √kualitas ANC Kesehatan dan
Pemberdayaanmasyarakat
media promosi daninformasi sadar hidupsehat
Perbaikan 1 Program peningkatan 1 Pengembangan Desa √ √ √ √Perbaikansistem dan kualitaslayananapersalinan dan
1. Program peningkatankeselamatan ibumelahirkan dan anak
1. Pengembangan DesaSiaga
√ √ √ √
persalinan dan neonatal darurat
58
Gambaran ke depanGambaran ke depan
• Pengembangan DTPS dengan menggunakanPengembangan DTPS dengan menggunakan konsep IC
• Dilakukan dalam siklus penganggaran tahunan• Dilakukan dalam siklus penganggaran tahunan
• Dilakukan di Kabupaten
• Dengan fasilitasi Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementrian Kesehatan
59
Siklus Perencanaan dan Penganggarand d hdi daerah
23
2
1
60
REKOMENDASI ALUR PELAKSANAAN IC
PembentukanJejaring KIA diK b/K t
Pembentukan3 kelompok
PengumpulanData danAnalisis
Kab/Kota 3 kelompokintervensi
LokakaryaAnalisis LokakaryaBottleneck
Monitoring, Supervisi, E l i P l k
Menggunakanmatrix model untuk
hit
Evaluasi PelaksanaanStrategi
penghitunganbiaya dan melihatdampak
PelaksanaanStrategi denganIntervensi ygterbukti efektif +Lokakarya Pra‐
Musrenbang
terbukti efektif
Jejaring KIA di Kab/Kota
+61
Kalendar TahunanPerencanaan danPelaksanaan
Musrenbang di Daerah
Maret April
Perencanaan dan Penganggaran KIA di daerah Pengesahan anggaran
APBD, l.k Oktober
• Evaluasi Kegiatan Pertemuan
Koordinasi Perencanaan dan P KIA
Pengesahan Tahun Lalu
• Microplanning di Puskesmas
KoordinasiPerencanaan KIA antara Pusat dengan Propinsi
Penganggaran KIA di Pusat
anggaran APBN
Puskesmas• Persiapan
Musrenbang di Daerah
62
Langkah Awal
Pengesahan anggaran APBD, l.k Oktober
• Evaluasi Kegiatan Tahun Lalu Pengesahan
• Microplanning di Puskesmas
• Persiapan Musrenbang di Daerah
anggaran APBN
Berdasarkan pengalaman IC• Membentuk Jaringan KIA• Melakukan workshop monitoring hasil tahun laluMelakukan workshop monitoring hasil tahun lalu• Melakukan perencanaan dengan tiga kelompok• Melakukan workshop gabungan 3 kelompok• Melakukan penyusunan anggaran dan sumber pendanaan• Menentukan strategi untuk pembiayaannya
63
Catatan: ada tiga kelompok yang membahasCatatan: ada tiga kelompok yang membahas
1. Pelayanan berbasis masyarakat berorientasikan keluarga
Contoh: Cuci tangan dengan sabun, penggunaan kelambuberinsentisida, perawatan bayi baru lahir, ASI Ekslusif danpemberian oralit untuk terapi diarepemberian oralit untuk terapi diare
2. Pelayanan berkala (terjadwal) berorientasikan penduduk
Contoh: KB, ANC, PMTCT dan Imunisasi Campakp
3. Pelayanan Klinis berorientasikan individu
Contoh: Persalinan oleh Nakes, Pemberian antibiotik untukpneumonia pada balita, PONED dan PONEK. Kelompok ini dipimpin oleh dokter spesialis di RS
64
Siapa anggotanya?Siapa anggotanya?
Kelompok 1. Pelayanan berbasis masyarakatp y yberorientasikan keluarga: DinKes, Kepala Sekolah, PKK, Dinas PUKelompok 2 Pelayanan berkala (terjadwal)Kelompok 2. Pelayanan berkala (terjadwal) berorientasikan penduduk: Dinas KB, Dinas Kesehatan, lintas sektor.Kelompok 3. Pelayanan Klinis berorientasikanindividu: DinasKesehatan, RS Swasta, RS Pemerintah Puskesmas Kelompok ini dipimpinPemerintah, Puskesmas. Kelompok ini dipimpin dokter spesialis/RS
>> Tiga kelompok ini dikoordinir oleh Bappedag p ppKabupaten/Kota
65
Langkah penganggaran dengan KemKes
Pengesahan anggaran APBD, l.k Oktober
Pengesahan Pertemuan
Koordinasi Perencanaan dan P KIA anggaran APBN
KoordinasiPerencanaan KIA antara Pusat dengan Propinsi
Penganggaran KIA di Pusat
Kegiatan penting• Memadukan perencanaan daerah dengan adanya dana
pusat• Rencana Penggunaan dana dekonsentrasi• Rencana Penggunaan DAK/TP• Penggunaan SPM• .......
66
Langkah selanjutnyaPerencanaan danPerencanaan dan
Penganggaran KIA di daerah Pengesahan anggaran
APBD, l.k Oktober
Perencanaan dan P KIA
Pengesahan Penganggaran KIA di Pusat
anggaran APBN
67
Catatan untuk pelaksanaan model k l kkonsepsual IC ke DTPS
1. Kegiatan DTPS dengan konsep IC membutuhkang g pdukungan jaringan kesehatan ibu dan anak di kabupaten
2 Membutuhkan tenaga bantuan teknis di tingkat2. Membutuhkan tenaga bantuan teknis di tingkatpusat dan provinsi (membutuhkankonsultan/fasilitator)
3. Membutuhkan advokasi detil dan terus menerus4. Membutuhkan Ketersediaan Data untukK h Ib d A k T id lKesehatan Ibu dan Anak. Tempat yang ideal adalah di tingkat Provinsi (membutuhkan biayakhusus untuk pelaksanaan dan pemeliharaan)p p )
68
Bantuan Teknis berupa fasilitator/konsultanfasilitator/konsultan• Siapa mereka?
Tenaga fungsional, pengajar Universitas, InstitutTenaga fungsional, pengajar Universitas, Institut Penelitian, LSM, organisasi Swasta.
• Di tingkat apa?P li id l t f ilit t b d di P i i k biPaling ideal tenaga fasilitator berada di Provinsi karena bisa memberikan bantuan untuk tingkat kabupaten/kota dan menjadi penghubung untuk tingkat nasional (pusat)
• Siapa Yang Membiayai? Pemerintah pusat: Dana DekonsentrasiPemerintah daerah: APBDPemerintah daerah: APBDPerusahaan Swasta sebagai CSRDonor asing.
69
Pusat DataPusat Data
• Saat ini sebenarnya sudah ada sistem pengumpulan data kesehatan di tingkat provinsi, tetapi belum berjalandengan baik (sering harus menjemput bola)
• Seharusnya mencakup data dari pelayanan kesehatany p p yswasta/non‐pemerintah
• Belum Terintegrasi• Kekurangan SDM untuk pengelola dan pelaksana analisis• Kekurangan SDM untuk pengelola dan pelaksana, analisis
dan tindak lanjut• Memerlukan dukungan dari Badan Litbangkes dan
U i itUniversitas• Harus mudah diakses oleh publik khususnya untuk
keperluan penelitian
70
Hal‐hal penting dalam kegiatan dmendatang
1.Perencanaan dan Penganggaran KIA di1.Perencanaan dan Penganggaran KIA di Kabupaten, Propinsi yang tersinkronisasi dengan perencanaan pusat merupakan hal rumit dan terjadi setiap tahun.
2.Kegiatan ini membutuhkan tenaga bantuanteknis di tingkat pusat dan provinsi(membutuhkan konsultan/fasilitator)
3.Kegiatan ini juga membutuhkan Ketersediaan Data untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
71
RENCANA TINDAK LANJUT ICRENCANA TINDAK LANJUT IC
72
Rekomendasi dan Pesan Kebijakand d l h k b /k b/1. Mengenai proses, IC dapat diterima oleh kabupaten/kota. Kab/Kota
melihat bahwa IC menghubungkan antara data (berbasisbukti), perencanaan (memprioritaskan strategi berdasarkan dampakd bi ) hit bi d i l t i (didan biaya), penghitungan biaya, penganggaran dan implementasi (dimasa lalu: historical budget)
2. Instrumen IC juga dapat digunakan untuk kebutuhan monitoring walaupun dalam prosesnya membutuhkan bantuan teknis dari timkonsultan
3. Peranan medikal spesialis harus lebih ditekankan (sebagai pemimpinteknis, memberikan pendapat berdasarkan keahlian dan menjadifasilitator pada workshop analisis bottleneck)
4. Daerah membutuhkan dukungan dari tim konsultan (bisa darig (unversitas, organisasi profesi, staf provinsi, pensiunan tenagakesehatan, dll) dan didukung alokasi dana yang sesuai
5. Dinas Kesehatan Provinsi dapat menjadi Pusat Koordinasi untuk5. Dinas Kesehatan Provinsi dapat menjadi Pusat Koordinasi untukpengumpulan dan analisis data
73
Rekomendasi dan Pesan Kebijakan
6. Hasil studi juga memperlihatkan bahwa jejaring KIA sangat penting
o Pemimpin jejaring KIA di kabupaten/kota sebaiknya ada Bappedao Pemimpin jejaring KIA di kabupaten/kota sebaiknya ada BappedaKabupaten/Kota, dan Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur RS dapat bertindak sebagai Pemimpin Teknis
Pertem an r tin internal sektor kesehatan dan lintas sektor telaho Pertemuan rutin internal sektor kesehatan dan lintas sektor telahdirekomendasikan (dan telah dilakukan secara rutin di salah satukabupaten)
• Isu pembiayaan dan proses transfer tidak dapat diatasi di tingkatkabupaten/kota, tetapi harus di tingkat pusat (melibatkanBappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan danKementerian Dalam Negeri)
74
Diseminasi dan Langkah Berikutnya
• Walaupun secara teknis sulit dan kompleks, kemungkinan untukmelakukan replikasi IC di kabupaten/kota lain sangat besarmelakukan replikasi IC di kabupaten/kota lain sangat besar
• Institusionalisasi IC membutuhkan strategi yang detil dan hati‐hati, ada pembiayaan jangka panjang dan advokasi yang terusmenerus
• Rekomendasi untuk langkah selanjutnya di tahun mendatang:
1)mengintegrasikan instrumen IC ke instrumen perencanaan yang1)mengintegrasikan instrumen IC ke instrumen perencanaan yang sudah ada (DTPS);
2)membawa proses ini ke tingkat provinsi, termasuk pemusatansumber data dari daerah di tingkat provinsi;sumber data dari daerah di tingkat provinsi;
3)Membuat tim yang dapat memberi bantuan teknis di tingkatpusat dan provinsi (ada dukungan untuk tim konsultan KIA);
4)mereplikasi proses IC untuk Kluster kabupaten/kota di provinsiberdasarkan persamaan tipologi
75