Download - Isi Tinea Pedis Print
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
1/22
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIENNama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 th
Pekerjaan : Pensiunan Guru SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Pasir Lor RT 02 RW 01
Tanggal Periksa : 23 September 2013
No. rekam medis : 586349
B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : Gatal di kedua kaki2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 5 minggu yang lalu
Lokasi : telapak kaki dan sela jari kaki
Kronologi : Pasien datang ke poli kulit RSMS dengan
keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki
disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan
dirasakan sejak 5 minggu yang lalu, muncul
tiba-tiba pada kaki kanan terlebih dahulu
terutama pada bagian sela-sela jari kaki.Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1
minggu kemudian. Pasien mengaku telah
berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas
terdekat, mendapat obat salep dan minum,
pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah
ada perbaikan seperti keluhan pada bagian
diantara ruas-ruas jari kaki. Pasien memiliki
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
2/22
2
kebiasaan sering membiarkan kaki dalam
keadaan lembab dan sering memakai sepatu
dalam jangka waktu lama.
Kualitas :Pasien merasa gatal sekali sehingga
mengganggu aktifitas
Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap hari
Faktor Memperberat : -
Faktor Memperingan : obat dari dokter
Gejala penyerta : -
3. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat hipertensi : -
Riwayat diabetes : -
Riwayat penyakit jantung : -
Riwayat alergi : -
4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat hipertensi : -
Riwayat diabetes : -
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi : tidak diketahui
5.
Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama istrinya. Pasien merupakan seorang pensiunan
Guru SD. Pendidikan akhir pasien adalah D3. Pendapatan pasien dari
uang pensiunan, istrinya seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal di
lingkungan pedesaan yang kebersihannya kurang dijaga, jendela jarang
dibuka dan lingkungan yang lembab karena disekeliling rumahnya
adalah pekarangan.
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
3/22
3
C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : Baik
Kesadaram : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 61 kg
IMT : 21, 2 kg/m2= normal weight
Status Generalis
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)
Status Lokalis
Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologikus
Lokasi : Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dexEfloresensi :
Inspeksi : Pada plantar pedis tampak bercak eritema, bentuk tidak
teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan
skuama halus di bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura
sisik halus dan tipis berwarna putih
Palpasi : Teraba kasar dan berbatas tegas.
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
4/22
4
Gambar 1. Gambaran pada Interdigitalis
Gambar 2. Gambaran pada Plantar Pedis
D. RESUMEPasien laki-laki, 65 tahun, datang ke poli kulit RSMS dengan
keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki disertai rasa nyeri bila
tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 minggu yang lalu, muncul tiba-tiba
pada kaki kanan terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela jari kaki.
Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1 minggu kemudian. Pasien
mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas terdekat,
mendapat obat salep dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi
sudah ada perbaikan seperti keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari
kaki. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan
lembab dan sering memakai sepatu dalam jangka waktu lama. Pada
pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan status
dermatologis di plantar pedis ditemukan bercak eritema, bentuk tidak
teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan skuama halus
di bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura sisik halus dan tipis
berwarna putih.
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
5/22
5
E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan lampu wood2. Kerokan kulit dengan KOH 10%3. Biakan agar Saboroud
F. DIAGNOSIS1. Diagnosis Kerja : Tinea Pedis2. Diagnosis Banding
a. Dermatitis Kontak AlergikaTinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang
biasanya batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada
bagian tengah. Predileksinya pada bagian yang kontak dengan
dengan sepatu, kaos kaki, bedak kaki dan sebagainya. Adanya
riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak ditemukan jamur pada
kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan. Dermatitis kontak
akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada tinea pedis
hasilnya negatif.
Gambar 3. Dermatitis kontak
b. Kandidiasis (Erosio Interdigitalis Blastomisetika)Tinea Pedis murni agak sulit dibedakan dengan kandidiasis
ini. Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan
pembiakan dapat membantu. Infeksi sekunder dengan spesies
Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis.
http://2.bp.blogspot.com/-vRro_HNcQRg/T7wWolDD90I/AAAAAAAAAFA/DXR-AdCRlzg/s1600/rgvesrverve.png -
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
6/22
6
c. PomfolixPomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada
anak-anak, agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal
dan ada riwayat keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak
ditemukan jamur.
Gambar 4. Pomfolik
d. PsoriasisMengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal,
lesi yang batas jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh
yang lain dan pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner. Tidak didapatkan jamur pada pemeriksaan
kulit.
Gambar 5. Psoriasis
G. PENATALAKSANAAN1. Non farmakologis
a. Jaga kebersihan kaki.b. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
http://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.png -
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
7/22
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
8/22
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
9/22
9
Kemungkinan infeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita sehingga
orang yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam
renang, kamar mandi lebih cenderung terinfeksi (Perea, 2000).
C. ETIOLOGIJamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum
(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan
Epidermophyton floccosum.(22) T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang
hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada
kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara dua
pola lesi diatas (Hapcioglu, 2006).
D. PATOGENESISJamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi
jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu
dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan
sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora
harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat
daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui
sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan
nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme
pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah
dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi
dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini,derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh
(Hapcioglu, 2006).
Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam
pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela
jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar
60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena)
kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
10/22
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
11/22
11
2) Moccasin foot (plantar)Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type
umumnya bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris
yang disebut foci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama
terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul
dan kadang-kadang vesikel. Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang
biasanya resisten terhadap pengobatan (Unandar, 2007).
Gambar 7. Tine Pedis pada Telapak Kaki
3) Lesi VesikobulosaBentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan
kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai
pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak
kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang
sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis,
limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati
pada atap vesikel (Unandar, 2007).
Gambar 8. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
12/22
12
4) Tipe UlseratifTipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke
dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi
pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan
pasien diabetes (Unandar, 2007).
Gambar 9. Tinea pedis tipe ulseratif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan
terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis
dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel
sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian
tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit
dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca,
kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20
menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea
pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi
hifa (Perea, 2000).
Gambar 10. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
13/22
13
2) Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan danmenentukan spesis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam
bahan klinis pada media buatan, yang dianggap paling baik adalah
medium agar dekstrosa Sabouraud. Media agar ini ditambahkan dengan
antibiotik (kloramfenikol atau sikloheksimid) (Perea, 2000).
Gambar 11. Tr ichophyton rubrum; koloni Downy
3) Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manumadalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler
superfisialis kronik pada dermis) (Perea, 2000).
Gambar 12. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa
pada lapisan superfisial dari epidermis
4) Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalubermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi
kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum sp.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk
mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi (Perea, 2000).
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
14/22
14
G. DIAGNOSISDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.
Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-
20% ditemukan hifa yaitu double conture (dua garis lurus sejajar dan
transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan
artrokonidia yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak
menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. b) Kultur ditemukan
dermatofit (Unandar, 2007).
H. DIAGNOSIS BANDING1. Dermatitis Kontak Alergika
Tinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya
batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah.
Predileksinya pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki,
bedak kaki dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak
ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan.
Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada
tinea pedis hasilnya negative (Szepietowski, 2006). .
2. Kandidiasis (Erosio Interdigitalis Blastomisetika)Tinea Pedis murni agak sulit dibedakan dengan kandidiasis ini.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan pembiakan dapat
membantu. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain
sering menyertai tinea pedis (Szepietowski, 2006).
3. PomfolixPomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada anak-
anak, agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal dan ada riwayat
keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak ditemukan jamur
(Szepietowski, 2006).
4. PsoriasisMengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal, lesi yang
batas jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh yang lain dan
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
15/22
15
pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Tidak
didapatkan jamur pada pemeriksaan kulit (Szepietowski, 2006). .
5. HiperhidrosisLesi dapat memburuk dan berwarna putih, erosi disertai maserasi
pada telapak kaki dan bau yang sangat busuk (Szepietowski, 2006).
I. PENATALAKSANAAN1. Antifungal Topikal
Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.
Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadidermatitis kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau
komponen yang lain (Cheung, 2012).
a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebihcocok pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada
dermatofit dan kandida.
1) Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas denganmenghambat pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua
kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping
obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.
2) Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luasgolongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan
komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel
jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.
3) Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur denganmenghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel
meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga
berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada
daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka
waktu 2-6 minggu (Cheung, 2012).
b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuksebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.
Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
16/22
16
24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh
antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya
diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.
c. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luasdengan antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat
digunakan dalam berbagai jenis jamur.
Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,
kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam
bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif
dapat terjadi walaupun jarang terjadi.
d. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini jugaberguna pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik
kronik).
Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang
mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1
sampai 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa
terbinafine 1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine
10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil
dan lebih aman.
e. Antijamur Topikal Lainnya.1) Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan
asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini
dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek
fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik.
Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan barutercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas
seluruhnya. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian,
juga ada keluhan yang kurang menyenangkan dari para
pemakainya karena salep ini berlemak.
2) Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efekfungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama
dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
17/22
17
salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng
undesilenat.
3) Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik,berbentuk kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan
dengan kadar 1 % (Cheung, 2012).
2. Antifungal SistemikPemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal
gagal dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat
diatasi dengan pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain
(Cheung, 2012).:
a. Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvindalam bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g
untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25
mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,
penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis
dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan
dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara pemberian dengan
dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada sebagian
besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah
penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,
yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %
penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus
digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat
bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.b. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis
yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasusyang resisten
terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg
per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan
hepar.
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
18/22
18
c. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapatdigunakan sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik
terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi
dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat
sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang
merupakan komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian
obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit
jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul
selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat
memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat
menimbulkan terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan
resiko hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe
moccasion.
d. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapatdiberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya
62,5 mg 250 mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai
antifungal yaitu menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol
menurun. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 %
penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya
nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan konstipasi yang umumnya
ringan. Efek samping lainnyadapat berupa gangguan pengecapan
dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian
atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat
sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar
dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus. Terbinafin baik digunakan padapasien tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik. Pada suatu
penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan
terbinafine lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin
(Cheung, 2012).
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
19/22
19
J. PENCEGAHANSalah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki
tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab,
menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki
telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari
hindari kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya
asimptomatik, sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan
suatu hal yang sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi
sebaiknya kaki dicuci dengan benzoil peroksidase (Wahab, 2010).
K. PROGNOSISTinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa
minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut
maupun kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral.
Walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan
pencegahan maka pasien dapat terkena reinfeksi (Wahab, 2010).
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
20/22
20
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki
disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 minggu yang lalu,
muncul tiba-tiba pada kaki kanan terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela
jari kaki. Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1 minggu kemudian. Pasien
mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas terdekat, mendapat obat
salep dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah ada perbaikan
seperti keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari kaki. Pasien memilikikebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan lembab dan sering memakai
sepatu dalam jangka waktu lama.
Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status dermatologis di plantar pedis ditemukan bercak eritema, bentuk tidak
teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan skuama halus di
bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura sisik halus dan tipis berwarna putih.
Hal ini sesuai teori untuk klinis dari tinea pedis. Bentuk interdigitalis
adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V
terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke
bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini
lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih
dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit
baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi
berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka inflamasi
akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara topikal dan sistemik. Tetapi yang paling utama adalah memberikan
edukasi kepada pasien. Untuk pengobatan topikal dan sitemik dapat diberikan
Antihistamin : loratadin 10 mg 2x1 tab untuk mengurangi rasa gatal, Ketoconazol
200mg 1x1 tab sebagai fungistatik, dan Miconazol cream 2% 3 x oles.
Prognosis dari tinea pedis yang diderita pasien pada umumnya baik bila
diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi,
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
21/22
21
demikian juga sebaliknya. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan, karena
walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan
maka pasien dapat terkena reinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print
22/22
22
Cheung, H.C. 2012. Management of tinea pedis in a private clinic Hong Kong J.
Dermatol. Venereol;20, 21-22
Hapcioglu, B., Yegenoglu Y., Disci R. 2006. Epidemiology of superficial
mycosis (tinea pedis, onychomycosis) in elementary school children in
Istanbul, Turkey. Coll Antropol; 30: 119-24.
Perea, S., Ramos MJ., Garau M., Gonzalez A., Noriega AR., Palacio AD . 2000.
Prevalence and risk factors of tinea ungium and tinea pedis in the general
population in Spain.J Clin Microbiolog ; 38:3226-30.
Szepietowski, JC., Reich A, Garlowska E etal. Factors influencing coexistence of
toenail onychomycosis with tinea pedis and other dermatomycoses. Arch
Dermatol 2006; 142:1279-84.
Unandar, B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. 2007. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI.
Wahab, M. A., Rokeya Begum., Biswas Shaheen Hassan. 2010. Tinea pedis: a
clinical dilemma in Bangladeshi population. Journal of Pakistan
Association of Dermatologists; 20: 23-7.