LAPORAN TUGAS AKHIR
TENTANG
PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN SEKTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P-2)
PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
OLEH :
NAMA : ANGGRAINI MIFTA ILMA
NIM : 132600049
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
seluruh rahmat dan hidayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir yang berjudul “Proses Penghitungan dan Pengaruh Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota
Medan”. Tak lupa shalawat beriring salam Penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
terang benderang yang sarat akan ilmu pengetahuan ini.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. Dengan merujuk pada buku literature serta kondisi
objektif yang terjadi dilapangan, undang-undang yang terkait dan bahan referensi
lainnya, Penulis menyajikan Tugas Akhir ini.
Keberhasilan dalam terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
dukungan, bantuan, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karenanya, dengan
kerendahan hati dan tulus ikhlas dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Muryanto Amin, S.Sos, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan studi.
3. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH., M.Kn selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada Penulis.
4. Ayahanda Irwansa, Ibunda tercinta Nur Cahaya Harahap, dan yang telah
membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, dan dukungan serta nasihat
dalam berbagai hal kepada penulis.
5. Abang dan adik Penulis Ginanjar Riki Azhari dan Gilang Trisna Gumiwa
yang tidak pernah bosan memberikan nasihat, dukungan, dan motivasi kepada
penulis.
6. Seluruh staf pengajar Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Mhd. Akhyar Hasibuan, S.Sos, M.SP, Ibu Sri Ani dan seluruh staf
Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan data dan
informasi serta bimbingan kepada penulis selama penelitian.
8. Buat teman-teman Tax 2013 khususnya kelas A terima kasih sudah membantu
Penulis selama ini.
Tentunya dalam melakukan penulisan ini terdapat banyak kekurangan dari
Penulis, sehingga Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca. Dan semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya bagi
Penulis dan Pembaca. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.
Medan,16 Juni 2016
Penulis
Anggraini Mifta Ilma
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 5
D. Uraian Teoritis ........................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup ......................................................................................... 11
F. Metode Penulisan ..................................................................................... 12
G. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 14
BAB II GAMBARAN UMUM DISPENDA MEDAN .......................................... 17
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ..................................... 17
B. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan ........................................ 19
C. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ............................... 20
D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan ........... 22
E. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan .................. 33
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P-2) ................... 37
A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
(PBB P-2) ........................................................................................... 37
B. Objek dan Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan
dan Perkotaan (PBB P-2) ................................................................... 38
C. Subjek dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB P-2) ............................................................................. 39
D. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB P-2) ............................................................................. 39
E. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
(PBB P-2) .............................................................................................. 42
F. Formula Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan
dan Perkotaan (PBB P-2) ...................................................................... 44
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ................................................................... 45
A. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan
dan Perkotaan (PBB P-2) ........................................................................ 45
B. Pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB P-2) .............................................................................. 49
C. Kendalan yang Dihadapi Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) ....................................................... 51
D. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) ....................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 55
A. Kesimpulan.............................................................................................. 55
B. Saran ........................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menjadikan pajak sebagai salah satu
sumber pendapatan terbesar yang mencakup dari pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak Pusat adalah kontribusi wajib yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
melalui undang-undang yang wewenang pemungutnya ada pada pemerintah pusat
dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan
pembangunan. Sedangkan Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib kepada
daerah yamg terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu Pemerintah selalu berusaha mengoptimalkan pajak untuk
membiayai pembangunan dan berusaha mengoptimalkan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia
Sejalan dengan era reformasi, dalam rangka penguatan keuangan daerah
untuk melaksanakan pembangunan dan meningkatkan kemakmuran masyarakat
maka pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
mengeluarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Dalam undang-undang tersebut mengatur ketentuan dari 16
Pajak yang akan dikelolah oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kota/Kabupaten). Pajak Daerah dibagi atas Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota, sebagai berikut :
1. Pajak Provinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan
Salah satu dari jenis Pajak Kabupaten/Kota, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2). Pada awalnya, Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) merupakan salah satu jenis
pajak pusat. Dasar hukum pemungutannya yaitu UU No. 12 Tahun 1994. Karena
potensi yang besar tiap daerah untuk memaksimalkan pendapatan sektor pajak ini
maka Pemerintah Pusat melaluli Direktorat Jendral Pajak (DJP) mengalihkan
kewenagan pemungutan dan pengelolah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
bersama dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB) ke
Pemerintah Daerah dalam hal ini di urus oleh Dinas Pendapatan Daerah
(DISPENDA). Khusus untuk PBB yang di alihkan ke Pemerintah Daerah saat ini
hanya sektor perkotaan dan perdesaan, sedangkan sektor perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan masih dalam kewenangan Direktorat Jendral
Pajak.
Dalam hal ini pengenaan pajak terhadap Objek PBB P-2 salah satu caranya
adalah memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarakan
sendiri Objek Pajak yang dikuasai/dimilikinya ke Dinas Pendapatan Kota Medan
atau tempat-tempat lain yang telah ditunjuk.
Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak yang beragam serta tingkat
kesadaran dan kurangnya informasi serta kurangnya pemahaman tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) ini dari Wajib
Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk
mendaftarkan Objek Pajak yang dimilikinya serta melaksanakan prosedur-
prosedur yang terdapat dalam hal perpajakan ini. Pajak Bumi dan Bangunan
sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) merupakan jenis pajak yang
memperhatikan objeknya, maka penghitungan nilai objek pajaknya dilakukan
oleh fiskus bukan wajib pajak sendiri yang menghitungnya. Dalam penghitungan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) tentu ada
prosedur-prosedur berlaku yang harus dilaksanakan oleh fiskus agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menghitung jumlah Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) yang terutang dari wajib pajak.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan memnulis laporan tugas akhir dengan judul “ Proses Penghitungan Dan
Pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui proses penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor
pedesaan dan perkotaan di kota Medan
1.2 Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor
pedesaan dan perkotaan
1.3 Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota
Medan dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan
dan perkotaan di kota Medan.
1.4 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota
Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor
pedesaan dan perkotaan di kota Medan.
2. Manfaat
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan khususnya
tentang pajak daerah
b. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan pada
umumnya, khusunya dibidang pajak bumi dan bangunan sektor
perdesaan dan perkotaan (PBB P-2).
c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam
permasalahan perpajakan.
2.2 Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Untuk membina hubungan baik antara Dinas Pendapatan Kota Medan
dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
b. Membantu Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mensosialisasikan
perpajakan, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan
dan Perkotaan kepada masyarakat wajib pajak melalui mahasiswa.
c. Mahasiswa dapat memberikan sumbangsihnya terhadap instansi
berupa masukan-masukan yang bersifat membangun.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Memperoleh masukan dan saran untuk perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
b. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
dengan instansi pemerintah.
c. Memberi uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah disampaikan
melalui bangku perkuliahan.
C. Uraian Teoritis
1. Defenisi dan Fungsi Pajak
1.1 Defenisi Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang KUP Pasal 1 Ayat 1, Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H yaitu :
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. (Mardiasmo, 2011 : 1)
Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, Pajak adalah
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk , dan gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. (Waluyo, 2013: 2).
2. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan
Ketika masih menjadi pajak pusat, dasar hukum Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) adalah Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang No. 12 Tahun 1994. Mulai tahun 2012 kewenangan kepengurusan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2)
diserahkan ke Pemerintah Daerah. Dengan pemindahan tersebut dasar hukum
PBB P-2 ialah Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan
dan Perkotaan (PBB P-2) untuk daerah kota Medan adalah Peraturan Daerah
No. 3 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2012.
4. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
(PBB P-2)
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
5. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB-P2)
5.1 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2) adalah Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
5.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-
2) adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2)
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).
Setelah perubahan atas Peraturan Daerah No 3 Tahun 2011 tarif Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai berikut:
a. Untuk NJOP sampai dengan Rp 499.999.999,00 ditetapkan sebesar
0,115% per tahun.
b. Untuk NJOP Rp 500.000.000,00 sampai dengan Rp 999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,125% per tahun.
c. Untuk NJOP Rp 1.000.000.000,00 sampai dengan Rp 1.999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,215% per tahun.
d. Untuk NJOP Rp 2.000.000.000,00 sampai dengan Rp 3.999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,225% per tahun.
e. Untuk NJOP diatas Rp 4.000.000.000,00 ditetapkan sebesar 0,275% per
tahun.
7. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Apabila tidak terdapat transaksi
jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain
yang sejenis, nilai perolehan baru, atau NJOP Pengganti.
8. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP merupakan suatu batas NJOP dimana wajib pajak tidak
terutang pajak. NJOPTKP paling sedikit ialah Rp. 10.000.000. Penetapan
NJOPTKP sesuai dengan Perda daerah masing-masing. Sesuai dengan
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 Untuk kota Medan penetapan NJOPTKP
sebesar Rp 15.000.000,00
D. Ruang Lingkup
Karena terbatasnya kemampuan penulis, dan agar tidak menyimpang dari
tujuan semula, maka penulis membatasi ruang lingkup yang akan dibahas dalam
penulisan laporan tugas akhir ini adalah :
1. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan (PBB P-2) di Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Pengaruh Atas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan bagi pembangunan di Kota Medan.
3. Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) di Kota Medan
pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
E. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai
maka metode yang dipakai penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pengajuan judul, penentuan tempat pengambilan data, mencari dan
mengumpulkan bahan untuk melengkapi pembuatan proposal hingga
berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Studi Literatur
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah
yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan,
artikel ilmiah, dan literatur lain yang berhubungan dengan Laporan Tugas
Akhir.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas Pendapatan
Kota Medan mengenai proses penghitungan dan pengaruh penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan yang diperoleh
kemudian penulis memberikan informasi atas hasil observasi tersebut.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) melalui data primer yaitu data
yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian
(pihak pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan) dan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari referensi ilimiah dan dokumentasi di Dinas Pendapatan
Kota Medan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan, penulis
akan menganalisa dan mengevaluasi data-data tersebut secara objektif
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai
berikut:
1. Daftar Wawancara
Kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pihak Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir.
2. Data Observasi
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi tempat
pengambilan data untuk melihat dan mengetahui berbagai masalah yang
menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan
dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik yang dianggap sah dalam
melengkapi laporan tugas akhir.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun
rincian dari tiap-tiap bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang laporan
tugas akhir, rumusan masalah laporan tugas akhir, tujuan dan manfaat
laporan tugas akhir, uraian teoritis, ruang lingkup laporan tugas akhir,
metode penulisan laporan tugas akhir, metode pengumpulan data, dan
sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Dinas Pendapatan
Kota Medan, visi dan misi Dinas Pendapatan Kota Medan, struktur
organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan, Uraian Tugas dan Fungsi
Dinas Pendapatan Kota Medan, serta gambaran jumlah pegawai
Dinas Pendapatan Kota Medan.
BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PROSES PENGHITUNGAN
DAN PENGARUH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKRTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang dasar hukum Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan, pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan,oObjek
dan bukan objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan, subjek dan wajib Pajak Bumi Sektor Pedesaan dan
Perkotaan, dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan, tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan, formula penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data
yang diperoleh mengenai Proses Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, Pengaruh Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, Kendala yang
dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan, Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota
Medan dalam meningkatakan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Pedesaan dan Perkotaan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan dari uraian dalam
bab-bab sebelumnya, serta saran dari penulis yang merupakan
pemikiran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM
KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada
Bagian Keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan Daerah.
Pada sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib
Pajak Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk di kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut
di ubah menjadi bagian IX/ Pendapatan. Pada Bagian IX /Pendapatan
dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah yang merupakan para Wajib Pajak / Wajib Pajak Retribusi Daerah Kota
Medan.
Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD/7/12/41-
10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh
Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA Nomor 12
tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan
Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan
Daerah.
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan
penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah,
Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Parkir yang
merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.
Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan
cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau
menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas
Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan
tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual
Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak
pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama
ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan
dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka
penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil
disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26
Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan
Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh
Indonesia.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang
pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan
organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan
Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan
bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sumetera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11
Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan
Nomor 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16 tahun
1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota
Medan.
B. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan
Visi Dinas Pendapatan Kota Medan yaitu “Terwujudnya Pendapatan Daerah
Sebagai Andalan Pembiayaan Pembangunan Daerah”.
Misi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap sumber dan pengelola pendapatan
daerah.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana dinas.
3. Intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pajak.
4. Meningkatkan penegakan hukum.
C. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan
aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur
organisasi. Stuktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai
tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya
hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.
Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota
Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi
masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya
pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan
penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.
Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan
adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem
koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak
bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaaan yang diberikan
kepadanya. Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri
dari :
1. Dinas
2. Sekretariat, membawahkan :
1.1. Sub Bagian Umum
1.2. Sub Bagian Keuangan
1.3. Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendapatan dan Penetapan,
3.1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
3.2. Seksi Pemeriksaan
3.3. Seksi Penetapan
3.4. Seksi Pengolahan dan Informasi
4. Bidang Penagihan, Membawahkan:
4.1. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi
4.2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
4.3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, Terdiri Atas:
5.1. Seksi Bagi Hasil Pajak
5.2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
5.3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
5.4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, Terdiri Atas:
6.1. Seksi Pengembangan Pajak
6.2. Seksi Pengembangan Retribusi
6.3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan
Keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan. Dalam Peraturan Walikota,
yang dimaksud yaitu :
1. Daerah adalah Kota Medan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan
3. Walikota adalah Walikota Medan
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan
5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas Dinas dan masing-masing seksi pada
Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.Dalam melaksanakan
tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :
1.1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
1.2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan.
1.3. Pembinaan dan pelaksanaan tgas di bidang pendapatan.
1.4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Sekretariatan
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi
pengelolaan administasi umum, keuangan dan penyusunan program. Adapun
fungsi sekretariatan adalah sebagai berikut:
2.1. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.
2.2. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
2.3. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas.
2.4. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan.
2.5. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.
2.6. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
2.7. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
2.8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok,
yaitu:
a. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup administrasi Umum.
b. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
c. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.
3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang,yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang
Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
3.1. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data informasi
3.2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan.
b. penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,
pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.
c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
retribusi dan pendapatan daerah lainnya.
d. pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah
(SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.
e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak dan Wajib Retribusi.
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pendataan dan penetapan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang pendataan dan pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan
tugas-tugas pokok, yaitu:
a. Seksi pendataan dan pendaftaran
Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
b. Seksi pemeriksaan
Seksi ini mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan
penetapan lingkup pemeriksaan.
c. Seksi penetapan
Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.
d. Seksi pengolahan data
Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian Penagihan mempunyai
tugas dan fungsi, yaitu :
4.1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan, dan restitusi.
4.2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas
dan fungsi yaitu :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,
penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi.
c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan daerah lainnya.
d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya.
e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak.
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
penagihan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas
pokok, yaitu :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi
Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
5.1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pandapatan.
5.2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan
pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan
pengkajian pendapatan.
c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan
pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU,
DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan
dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan yang sah.
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
bagi hasil pendapatan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya .
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas
pokok, yaitu:
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi
hasil.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan
fungsi, yaitu:
6.1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak,
retribusi dan pendapatan lain-lain.
6.2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,
retribusi dan pendapatan lain-lain.
c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya.
d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.
e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-
tugas pokok, yaitu :
a. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan retribusi.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.
7. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana
Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Adapun peraturan yang
berlaku, yaitu :
8.1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
8.2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
8.3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
8.4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
E. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
No. Jenis Bidang Jumlah
1.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Sekretariat 68
Bidang Pengenbangan Pendapatan Daerah 28
Bidang Penagihan 47
Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 81
Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 82
Unit Pelaksanaa Teknis (UPT) 77
2.
Pegawai Honor
Diperbantukan dari Kantor Walikota 46
Dinas Pendapatan Kota Medan 28
Penempatan Bidang BHP 35
TNI yang Dikaryakan 1
3.
Pegawai UPT
UPT I 47
UPT II 46
UPT III 58
UPT IV 49
UPT V 51
UPT VI 47
UPT VII 43
Total Keseluruhan 834
Ss
Keterangan :
PNS di UPT
- UPT I = 14 orang
- UPT II = 11 orang
- UPT III = 20 orang
- UPT IV = 9 orang
- UPT V = 8 orang
- UPT VI = 9 orang
- UPT VII = 6 orang
Cleaning Service = 27 orang
Security = 30 orang
Tabel 2.2
Jumlah PNS / Non PNS berdasarkan Golongan
No Jumlah PNS Berdasarkan Golongan dan Jumlah Non PNS
1 Golongan IV 10
2 Golongan III 307
3 Golongan II 44
4 Golongan I 1
Jumlah PNS 362
5 Non PNS 442
Jumlah 804
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Tabel 2.3
Jumlah PNS / Non PNS berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah PNS Jumlah Non PNS Jumlah
1 SD 0 0 0
2 SMP / SLTP 1 0 1
3 SMA / SLTA 130 113 243
4 D-3 13 41 54
5 S-1 198 273 471
6 S-2 20 15 35
Jumlah 362 442 804
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Kewenangan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Menghitung Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
Sejak tahun 2012 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
(PBB P-2) dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dengan pengalihan
ini, maka pemerintah pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait dengan
pengelolahan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan kepada
kabupaten/ kota, dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan. Kewenangan tersebut
antara lain proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian,
pemungutan/penagihan dan pelayanan.
Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
setelah dialihkan menjadi pajak daerah adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sedangkan dasar hukum Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan untuk Kota Medan adalah Peraturan
Daerah Nomor 3 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan dan juga Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 sebagai pengganti dari
Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2011. Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2011 dijelaskan bahwa proses penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan adalah dengan mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan
Pajak yaitu Nilai Jual Objek Pajak setelah dikurangi dengan Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak. Dimana besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah
sebesar Rp 15.000.000.
BAB III
GAMBARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PEDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB P-2)
A. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
(PBB P-2)
Ketika masih menjadi pajak pusat, dasar hukum PBB P-2 adalah Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 12 Tahun 1994. Mulai tahun 2012 kewenangan
kepengurusan PBB P-2 diserahkan ke Pemerintah Daerah. Dengan pemindahan
tersebut dasar hukum PBB P-2 ialah Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Dasar hukum PBB P-2 untuk daerah kota
Medan adalah Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah Nomor
6 Tahun 2012.
B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
(PBB P-2)
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat
6, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Pedesaan (PBB P-2) adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Yang
dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah kota. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan
adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
C. Objek dan Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB-P2)
Menurut Peraturan Daerah No 3 Tahun 2011 Pasal 2 Ayat 2, Objek Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau
Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan, kecuali yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
Dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan,
termasuk dalam pengertian bangunan yang menjadi objek pajak adalah :
a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik, dan emplasemennya yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olah raga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
i. menara;
Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan tidak semua
bumi dan atau bangunan dikenakan pajak. Objek Pajak yang tidak dikenakan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menurut Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2011 Pasal 2 Ayat 4 adalah objek pajak yang
memenuhi ketentuan di bawah ini :
a. Digunakan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahaan.
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksud
untuk memperoleh keuntungan.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
itu.
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah pengembala yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak. Termasuk pengertian hutan wisata adalah hutan wisata
milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asa
perlakuan timbal balik.
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
D. Subjek dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB P-2)
Pengertian Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Sementara itu wajib Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki,
menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Hal ini berarti pada
pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan, subjek
pajak dan wajib pajak berada pada diri orang yang sama.
E. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB P-2)
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek pajak lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pengganti.
Penetapaan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dapat dilakukan dengan tiga alternatif
cara, sebagaimana dibawah ini :
a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, yaitu suatu
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis letaknya
berdekataan dan fungsi yang sama dan telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai perolehan baru, yaitu suatu pendekataan/metode penentuan nilai jual
objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi
dengan penyusutan berdasarkan kondsi pisik objek tersebut.
c. Nilai jual pengganti, yaitu suatu pendekataan/metode penentuan nilai jual
suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
Besaran Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun sekali,
kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan
perkembangan wilayahnya. Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) adalah tiga tahun sekali. Hanya saja, untuk daerah tertentu yang
perkembangan pembangunannya mengakibatkan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) yang cukup besar, penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dapat
ditetapkan setahun sekali. Penetapan besarnya Nilai Jual Objek Pajak dilakuka
oleh Kepala Daerah.
F. Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
Dalam Menentukan NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Berbicara masalah Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan tidak akan terlepas dari nilai properti (dalam hal ini tanah dan
bangunan) itu sendiri. Karena besarnya Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Pedesaan dan Perkotaan yang akan dibayarkan oleh Wajib Pajak akan tergantung
pada nilainya. Penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan meliputi penilaian objek tanah dan bangunan yang dilakukan oleh
pendata dan penilai untuk menentukan NJOP yang akan dijadikan sebagai dasar
pengenaan pajak.
Pada Dinas Pendapatan Kota Medan menilai objek properti (dalam hal ini
tanah dan bangunan) tersebut menggunakan metode pendekataan data pasar
(Market Data Approach) yaitu NJOP dihitung dengan cara membandingkan
Objek pajak yang sejenis dengan Objek lainnya yang telah diketahui harga
pasarnya. Pendekataan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP
tanah, namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.
Misalkan di jalan Letda Sujono ada sebidang tanah yang belum diketahui
harga pasarnya, sedangkan di jalan Mandala juga ada sebidang tanah yang
memiliki struktur, luas yang sama dengan tanah yang ada di jalan Letda Sujono.
Harga jual tanah yang di jalan Mandala sebesar Rp 500.000/m2, karena struktur
dan luas tanah yang di jalan Letda Sujono dan dijalan Mandala sama maka tanah
yang berada di jalan Letda Sujono dapat mengikuti harga jual tanah yang berada
dijalan Mandala yaitu sebesar Rp 500.000/m2
G. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKTP) merupakan suatu
batas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di mana wajib pajak tidak terutang pajak.
Maksudnya adalah apabila seorang wajib pajak memiliki objek pajak yang
nilainya di bawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), maka
wajib pajak tersebut dibebaskan dari pembayaran pajak, tapi untuk kota Medan
tetap dikenakan pajak paling rendah Rp 20.000. Selain itu apabila wajib pajak
memiliki objek pajak yang nilainya melebihi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NJOPTKP), maka penghitungan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai
dasar perhitungan pajak terutang dilakukan dengan terlebih dahulu
mengurangkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat 4,
besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling
rendah Rp 10.000.000 untuk setiap wajib pajak. Hal ini berarti setiap daerah
diberikan keleluasaan untuk menetapkan besaran Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak (NJOPTKP) yang dipandang sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing, dengan ketentuan minimal Rp 10.000.000. Besaran Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota.Untuk kota Medan besaran Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NJOPTKP) diatur sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011
Pasal 2 Ayat 5 adalah sebesar Rp 15.000.000,00 untuk setiap wajib pajak.
H. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan
paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).
Berdasarkan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai berikut:
f. Untuk NJOP sampai dengan Rp 499.999.999,00 ditetapkan sebesar 0,115%
per tahun.
g. Untuk NJOP Rp 500.000.000,00 sampai dengan Rp 999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,125% per tahun.
h. Untuk NJOP Rp 1.000.000.000,00 sampai dengan Rp1.999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,215% per tahun.
i. Untuk NJOP Rp 2.000.000.000,00 sampai dengan Rp3.999.999.999,00
ditetapkan sebesar 0,225% per tahun.
j. Untuk NJOP diatas Rp 4.000.000.000,00 ditetapkan sebesar 0,275% per
tahun.
I. Formula Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB P-2)
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
yang terhutang dihitungan dengan cara sebagai berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NJOP - NJOPTKP)
= Tarif Pajak x (NJOP Bumi + NJOP Bangunan -
NJOPTKP)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB P-2) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar
pengenaan pajak. Apabila seorang wajib pajak memiliki objek pajak yang
nilainya di bawah NJOPTKP, maka wajib pajak tersebut dibebaskan dari
pembayaran pajak, tetapi untuk Kota Medan tetap dikenakan pajak paling rendah
Rp 20.000. Selain itu, bagi setiap wajib pajak yang memiliki objek pajak yang
nilainya melebihi NJOPTKP, maka penghitungan NJOP sebagai dasar
perhitungan pajak terutang dilakukan dengan terlebih dahulu mengurangkan
NJOP dengan NJOPTKP. Untuk kota Medan besarnya NJOPTKP sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 adalah Rp 15.000.000,00 . Secara umum
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan adalah
sesuai dengan rumus berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NJOP – NJOPTKP)
= Tarif Pajak x (NJOP Bumi + NJOP Bangunan – NJOPTKP)
Penghitungan jumlah pokok Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan yang terutang dapat dilihat pada contoh berikut ini:
1. Tuan Ponco memiliki sebuah objek pajak berupa bumi di kawasan Tembung,
Medan dan diketahui Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi tersebut adalah Rp
10.000.000. Berapakah besar Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang milik
Pak Ponco
Penyelesaian :
Untuk kota Medan besarnya NJOPTKP adalah Rp 15.000.000. Dari contoh
diatas besarnya NJOP kurang dari Rp 15.000.000 maka objek pajak tersebut
tetap dikenakan pajak paling rendah sebesar Rp 20.000
2. Tuan Amin memiliki 2 buah rumah yang terletak di Medan. Objek pertama
terletak dijalan Menteng dan objek kedua terletak dijalan Mangonsidi.
Diketahui objek pertama NJOP bumi sebesar Rp 1.000.000.000 dan NJOP
bangunan sebesar Rp 3.500.000.000 sedangkan untuk objek pajak kedua
diketahui NJOP bumi sebesar Rp 1.000.000.000 dan NJOP bangunan sebesar
Rp 4.500.000.000. Hitunglah Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang Tuan
Amin atas kedua objek pajak tersebut.
Penyelesaian :
Objek pajak dijalan Mangonsidi :
NJOP Bumi = Rp 1.000.000.000
NJOP Bangunan = Rp 4.500.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 5.500.000.000
NJOPTKP = Rp 15.000.000-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 5.485.000.000
Objek Pajak dijalan Menteng :
NJOP Bumi = Rp 1.000.000.000
NJOP Bangunan = Rp 3.500.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 4.500.000.000
NJOPTKP = 0-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 4.500.000.000
Total NJOP untuk penghitungan PBB
Rp 5.485.000.000 + Rp 4.500.000.000 = Rp 9.985.000.000
PBB Terhutang = 0,275% x Rp 9.985.000.000
= Rp 27.458.750
Untuk perhitungan PBB dengan lebih dari satu objek pajak yang dimiliki oleh
satu orang wajib pajak, maka NJOPTKP hanya digunakan untuk salah satu
objek pajak saja, yaitu objek pajak yang memiliki NJOP terbesar atau objek
pajak yang pertama kali didaftarkan. Dari contoh diatas NJOP terbesar ada
pada objek pajak dijalan Mangonsidi sehingga NJOPTKP hanya digunakan
untuk objek pajak dijalan Mongonsidi.
3. Tuan Umar mempunyai objek pajak berupa tanah seluas 131 m2 dengan harga
jual Rp 537.000/m2
bangunan (rumah) seluas 52 m2
dengan nilai jual Rp
823.000,/m2.
Berdasarkan data tersebut diatas, dapat dilakukan penghitungan
jumlah pokok pajak yang terutang , sebagaimana di bawah ini :
NJOP Bumi = 131 x Rp 537.000 = Rp 70.347.000
NJOP Bangunan = 52 x Rp 823.000 = Rp 42.796.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 113.143.000
NJOPTKP = Rp 15.000.000-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 98.143.000
Pajak Terutang = 0,115% x Rp 98.143.000 = Rp 112.864
B. Pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2) Bagi Kota Medan
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah (pendaerahan) jelas menimbulkan
pengaruh atau dampak yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif bagi
Pemerintah Kota Medan.
Pengaruh pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersifat positif,
yaitu:
1. Akurasi data objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan dapat lebih ditingkatkan karena Dinas Pendapatan Kota Medan
lebih menguasai wilayahnya.
2. Administrasi juga menjadi lebih tertib karena adanya bank data.
3. Daerah memiliki kemampuan meningktakan potensi Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan.
4. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan penuh dalam proses pendataan,
penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan, dan
pelayan. Dinas Pendapatan Kota Medan juga memliki kewenangan dalam
penentuan tarif Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan.
Dengan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah maka Pendapatan Asli
Daerah meningkat, Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB P-2) menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam Pendapatan
Asli Daerah. Pada tahun 2015 ini target Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar
Rp 1.400.000.000.000,- dimana Rp 302.176.917.525,00 berasal dari penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2),
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-
2) juga digunakan dalam membangun infrastruktur Kota Medan, pemberian gaji
kepada Kepling di Kota Medan juga berasal dari penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2)
Pengaruh pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah juga memiliki dampak
yang negatif, yaitu :
1. Pada saat pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan banyak data objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Pedesaan dan Perkotaan yang tidak benar, sehingga banyak wajib pajak yang
mengajukan keberatan.
2. Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah memerlukan biaya yang cukup mahal,
guna untuk melengkapi peralatan administrasi, komputerisasi dan pelatihan
SDM.
Untuk lebih memberikan gambaran perbedaan antara PBB P-2 yang
tercantum dalam Undang-Undang PBB dan Undang-Undang PPDRD maka
penulis membuat tabel berikut ini
Tabel 4.1
Perbandingan Antara UU PBB dan UU PDRD
UU PBB UU PDRD
Objek Bumi dan/atau bangunan Bumi dan/atau
bangunan, kecuali
kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha
perkebunan,perhutanan,
dan pertambangan
Tarif Sebesar 0,5% Paling tinggi 0,3%
NJKP 20% s.d. 100% (PP 25 Tahun 2002
ditetapkan sebesar 20% atau 40%)
Tidak dipergunakan
NJOPTKP Setinggi-tingginya Rp 12.000.000 Paling Rendah Rp 10.000.000
PBB
terutang
Tarif x NJKP x (NJOP – NJOPTKP)
0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)
atau
0,5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)
Tarif x (NJOP –NJOPTKP)
Maksimal 0,3% x (NJOP –
NJOPTKP)
C. Kendala yang Dihadapi Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan
dan Perkotaan (PBB P-2)
1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan
dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Dalam penerapan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB P-2), Pemerintah Kota Medan menetapkan target yang
hendak dicapai. Agar lebih jelas penulis akan menggambarkan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) pada
Dinas Pendapatan Kota Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Target dan Realisasi PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Tahun 2011 sampai 2015
No
Tahun
Anggaran
Jumlah
WP
Target
Realisasi
%
1 2011* 426.248 174.254.249.048 241.362.753.679 136,51%
2 2012 436.178 353.346.171.770 275.138.356.001 77,87%
3 2013 451.003 383.000.000.000 234.325.866.564 61,18%
4 2014 465.967 365.000.000.000 289.000.081.973 79,18%
5 2015 473.473 376.000.000.000 302.176.917.525 80,37%
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Keterangan (*) : ketika dikelola Pemerintah Pusat (DJP)
Dilihat dari tabel di atas pada tahun 2011, DJP menargetkan penerimaan
PBB P-2 sebesar Rp 174.254.249.048 dan realisasi penerimaan yang
diperoleh yaitu sebesar Rp 241.362.753.679 sehingga persentase
penerimaannya mencapai 136,51%. Dengan hasil penerimaan yang diperoleh
DJP tersebut, DJP mengalami over target (realisasi penerimaan yang di dapat
melebihi target yang ditetapkan). Pada tahun 2012, dimana PBB P-2 sudah
dikelolah oleh Dinas Pendapatan Kota Medan jumlah penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) yang telah
ditetapkan oleh fiskus selama 4 tahun, yaitu mulai dari tahun 2012 sampai
2015 tidak pernah mencapai 100% hal ini disebabkan masih rendahnya
kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB P-2. Pada tahun 2011 target
penerimaan PBB adalah sebesar Rp 174.254.249.048 dan mulai tahun 2012
target penerimaan PBB mengalami perubahan yang sangat signifikan yaitu
sebesar Rp 353.346.171.770 hal ini jugala yang menjadi salah satu penyebab
penerimaan PBB tidak mencapai 100% . Dari realisasi penerimaan PBB 4
(empat) tahun terakhir di tahun 2013 penerimaan PBB yang paling menurun
hal ini disebabkan pada tahun 2013 terjadi kampanye hitam boikot bayar
pajak yang dilakukan oleh Godfried Lubis, sehingga banyak wajib pajak yang
tidak membayar pajak pada tahun 2013.
2. Kendala yang Dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Mulai dari tahun 2012 sampai tahun 2015 realisasi penerimaan PBB P-2
setiap tahunnya tidak pernah mencapai 100% , hal ini disebabkan oleh
kendala yang mungkin dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
meningkatkan penerimaan PBB P-2. Adapun kendala yang terjadi adalah :
a. Wajib Pajak tidak memiliki niat untuk membayar Pajak Bumi dan
Bangunan
b. Wajib Pajak tidak tinggal didaerah tempat objek pajak berada
c. Banyak Wajib Pajak yang belum mendaftarkan Objek Pajaknya
d. Banyaknya sengketa lahan
e. Masih lemahnya peraturan daerah sehingga penagihan masih bersifat
himbauan belum bersifat tegas.
D. Upaya yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan
dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Untuk meningkatkan peneriman PBB P-2 maka Dinas Pendapatan Kota
Medan melakukan beberapa upaya, diantaranya :
1. Dinas Pendapatan Kota Medan melakukan sosialisasi terkait tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2). Sosialisasi ini
dapat dilakukan dengan membuat spanduk, baliho, ataupun himbauan melalui
media masa dan media elektronik.
2. Dinas Pendapatan Kota Medan juga melakukan penagihan aktif (door to door)
dan penagihan pasif.
3. Dinas Pendapatan Kota Medan memberikan surat tunggakan kepada wajib
pajak yang belum membayar PBB P-2, memberikan keringanan/pengurangan
pajak antara 0 sampai 50% kepada wajib pajak, dan penghapusan denda.
Melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan,
diharapkan untuk tahun- tahun berikutnya realisasi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan dapat mencapai ataupun melebihi
target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
yang telah ditetapkan, sehingga dengan adanya peningkatan tersebut, maka akan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak, sehingga
dapat mendukung pelaksanaan pembangunan kota Medan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama antara petugas dan masyarakat
yang menjadi wajib pajak yaitu dengan meningkatkan setoran pajak dari setoran
yang lama, melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.
Apabila seorang wajib pajak memiliki objek pajak yang nilainya di bawah
NJOPTKP, maka wajib pajak tersebut dibebaskan dari pembayaran
pajak.,tetapi untuk Kota Medan tetap dikenakan pajak paling rendah Rp
20.000. Selain itu, bagi setiap wajib pajak yang memiliki objek pajak yang
nilainya melebihi NJOPTKP, maka penghitungan NJOP sebagai dasar
perhitungan pajak terutang dilakukan dengan terlebih dahulu mengurangkan
NJOP dengan NJOPTKP.
2. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan sangat
berpengaruh untuk Kota Medan karena PBB P-2 menjadi salah satu
penyumbang terbesar didalam Pendapatan Asli Daerah, selain itu penerimaan
PBB P-2 juga digunakan untuk membangun infrastruktur kota Medan,
sehingga PBB P-2 merupakan fondasi pembangunan kota.
3. Realisasi penerimaan PBB P-2 setiap tahunnya tidak pernah mencapai 100% ,
hal ini disebabkan oleh kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota
Medan dalam meningkatkan penerimaan PBB P-2 yaitu wajib pajak tidak
memiliki niat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan,wajib pajak tidak
tinggal didaerah tempat objek pajak berada,banyak wajib pajak yang belum
mendaftarkan objek pajaknya,banyaknya sengketa lahan dan masih lemahnya
peraturan daerah sehingga penagihan masih bersifat himbauan belum bersifat
tegas.
4. Untuk meningkatkan peneriman PBB P-2 maka Dinas Pendapatan Kota
Medan melakukan beberapa upaya, diantaranya Dinas Pendapatan Kota
Medan melakukan sosialisasi terkait tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2). Sosialisasi ini dapat dilakukan
dengan himbauan melalui media masa dan media elektronik, Dinas
Pendapatan Kota Medan juga melakukan penagihan aktif (door to door) dan
penagihan pasif, Dinas Pendapatan Kota Medan memberikan surat tunggakan
kepada wajib pajak yang belum membayar PBB P-2, memberikan
keringanan/pengurangan pajak antara 0 sampai 50% kepada wajib pajak, dan
penghapusan denda.
B. Saran
Dalam melaksanakan pengamatan dan pengambilan data tentang Proses
Penghitungan dan pengaruh penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) pada Dinas Pendapatan Kota Medan yang
terlaksana dengan baik, maka yang perlu diperhatikan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan adalah melakukan upaya-upaya untuk memaksimalkan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) seperti
berikut :
1. Pelaksanaan pendataan ke lapangan terhadap objek pajak maupun subjek
pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, agar dilakukan
secara teratur dan terencana dengan baik.
2. Membuat stand atau pojok pajak pada acara-acara atau momen tertentu yang
dianggap dapat memotivasi masyarakat membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Pedesaan dan Perkotaan.
3. Meningkatkan pembinaan Sumber Daya Manusia atau SDM di lingkungan
perpajakan, khususnya di Dinas Pendapatan Kota Medan. Pembinaan sumber
daya manusia tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
memberikan suatu pendidikan khusus,dan pelatihan.
4. Para pegawai/staff yang sudah ahli dibidang Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Pedesaan dan Perkotaan dapat meningkatkan kinerjanya yang
produktif sehingga penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan
dan Perkotaan akan sesuai dengan harapan Dinas Pendapatan Kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
------------------------------------------------ , Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun
2011, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
------------------------------------------------ , Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun
2011, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 6
Tahun 2012.
Eddywahyudi, 2016. Prespektif Pajak Sebagai Saran Pendukung Pembangunan
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB). http://eddywahyudi.com/prespektif-pajak-
sebagai-sarana-pendukung-pembangunan/Pajak-bumi-dan-bangunan-pbb/.
(Diakses pada 15 Juni 2016).
Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta.
Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. RAJAGRAFINDO, Depok.
Pajak.go.id, 2016.Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan.
http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-pbb-perdesaan-dan-
perkotaan?lang=en. (Diakses pada 29 Juni 2016)
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia 1, Salemba Empat, Jakarta.