Download - Lp Bagus Gbs
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
1/33
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GUILLAIN BARRE SYNDROME
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah
oleh
Bagus Setyo Prabowo S!Ke"!
NIM #$%&'''#'#'#
PROGRAM PENDIDIKAN PRO(ESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNI)ERSITAS *EMBER
%#'+
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
2/33
LAPORAN PENDAHULUAN
GUILLAIN BARRE SYNDROME
O,e-. Bagus Setyo Prabowo S!Ke"!
NIM! #$%&'''#'#'#
'! Kasus (diagnosa medis)
Guillain Barre Syndrome
%! Proses ter/a012ya 3asa,a- (pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda &
gejala, penanganan)
a! Pe2gert1a2Guillain Barre Syndromemerupakan sindrom klinis yang ditunjukkan
oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan
kranial. roses penyakit men!angkup demielinisasi dan degenerasi selaput
mielin dari saraf tepi dan kranial (Syl"ia #.ri!e dan $orraine %. ilson,
').
Guillain Barre Syndromeadalah suatu kelainan sistem saraf akut dan
difus yang biasanya timbul setelah suatu infeksi atau diakibatkan oleh
autoimun, di mana proses imunologis tersebut langsung mengenai radiks
spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis. Saraf yang
diserang bukan hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba
sehingga penderita mengalami baal atau mati rasa.
K,as1415as1
'. *adang polineuropati demyelinasi akut (#+), yang merupakan jenis
GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering disinonimkan dengan
GBS. isebabkan oleh respon autoimun yang menyerang membrane
sel S!hwann.
. Sindroma %iller isher (%S), merupakan "arian GBS yang jarang
terjadi dan bermanifestasi sebagai paralisis desendens, berlawanan
dengan jenis GBS yang biasa terjadi. /mumnya mengenai otot-otot
okuler pertama kali dan terdapat trias gejala, yakni oftalmoplegia,
ataksia, dan arefleksia.
0. 1europati aksonal motorik akut (#%#1) atau sindroma paralitik
2ina3 menyerang nodus motorik *an"ier dan sering terjadi di 2ina
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
3/33
dan %eksiko. 4al ini disebabkan oleh respon autoimun yang
menyerang aksoplasma saraf perifer. enyakit ini musiman dan
penyembuhan dapat berlangsung dengan !epat.
5. 1europati aksonal sensorimotor akut (#%S#1), mirip dengan
#%#1, juga menyerang aksoplasma saraf perifer, namun juga
menyerang saraf sensorik dengan kerusakan akson yang berat.
enyembuhan lambat dan sering tidak sempurna.
. 1europati panautonomik akut, merupakan "arian GBS yang paling
jarang3 dihubungkan dengan angka kematian yang tinggi, akibat
keterlibatan kardio"askular dan disritmia.6. 7nsefalitis batang otak Bi!kerstaff8s (BB7), ditandai oleh onset akut
oftalmoplegia, ataksia, gangguan kesadaran, hiperefleksia atau refleks
Babinski. erjalanan penyakit dapat monofasik ataupun diikuti fase
remisi dan relaps. $esi luas dan ireguler terutama pada batang otak,
seperti pons, midbrain, dan medulla. %eskipun gejalanya berat,
namun prognosis BB7 !ukup baik.
b! Et1o,og1
7tiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan
pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan
penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya
GBS, antara lain9
'. +nfeksi "irus atau bakteri
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.
+nsidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara
6: - ;
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
4/33
0. embedahan
5. enyakit sistematik, seperti keganasan, Systemic ,upus (rythematosus,
tiroiditis, dan penyakit #ddison
6! Pato41s1o,og1
#kson bermielin mengkonduksi impuls saraf lebih !epat dibanding akson
tak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam
selaput (nodus ranier) tempat kontak langsung antara membran sel akson
dengan !airan ekstraseluler. %embran sangat permeabel pada nodus tersebut,
sehingga konduksi menjadi baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson
dapat terjadi dengan !epat hanya pada nodus ranier, sehingga impuls-impuls
saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus
lain (konduksi salsatori) dengan !ukup kuat.
ada GBS, selaput mielin yang mengelilingi akson hilang. Selaput mielin
!ukup rentan terhadap !edera karena banyak agen dan kondisi, termasuk
trauma fisik, hipoksemia, toksik kimia, insufisiensi "askular, dan reaksi
imunologi. emielinasi adalah respons umum dari jaringan saraf terhadap
banyak kondisi yang merugikan ini. >ehilangan serabut mielin pada Guillain
Barre Syndrome membuat konduksi salsatori tidak mungkin terjadi, dan
transmisi impuls saraf dibatalkan.
%ekanisme bagaimana infeksi, "aksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada GBS masih belum
diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan
saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi
(proses respon antibodi terhadap "irus atau bakteri) yang menimbulkan
kerusakan pada syaraf tepi hingga terjadi kelumpuhan
Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah9
'. idapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi
mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
. #danya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
5/33
0. idapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi
saraf tepi.
roses demyelinisasi saraf tepi pada GBS dipengaruhi oleh respon
imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipi!u oleh berbagai peristiwa
sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi "irus. #kibat suatu infeksi atau
keadaan tertentu yang mendahului GBS akan timbul autoantibodi atau
imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-saraf perifer. +nfeksi-infeksi
meningokokus, infeksi "irus, sifilis ataupun trauma pada medula spinalis,
dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan selaput araknoid. >elumpuhan
$%1 paling sering dijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-
otot di sekitar persendian bahu dan pinggul. >elumpuhan tersebut
bergandengan dengan adanya defisit sensorik pada kedua tungkai atau otot-
otot anggota gerak. Se!ara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan
edema yang dapat atau tanpa disertai infiltrasi sel. +nfiltrasi terdiri atas sel
mononuklear. Sel-sel infiltrat terutama terdiri dari sel limfosit berukuran
ke!il, sedang dan tampak pula, makrofag, serta sel polimorfonuklear pada
permulaan penyakit. Setelah itu mun!ul sel plasma dan sel mast. Serabut saraf
mengalami degenerasi segmental dan aksonal. $esi ini bisa terbatas pada
segmen proksimal dan radiks spinalis atau tersebar sepanjang saraf perifer.
redileksi pada radiks spinalis diduga karena kurang efektifnya permeabilitas
antara darah dan saraf pada daerah tersebut.
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
6/33
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
7/33
Gambar 0 9 Stadium pada kerusakan saraf perifer pada GBS
Teor17teor1 I3u2aktor humoral (antibodi terhadap gangliosid) - respon seluler (akti"asi
makrofag). Berbagai laporan melaporkan adanya antibodi terhadap glikolipid,
termasuk G%', G?'b, berbagai gangliosid lain, seluruh komponen membran
akson 4istologi saraf tepi menunjukkan infiltrasi monosit peri"askuler
endoneurial dan demielinasi multifo!al. Saraf-saraf tepi dapat terkena dari
radiks sampai akhiran saraf distal (poliradikuloneuropati).
Gullain Barre Syndrome diduga juga disebabkan oleh kelainan system
imun lewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensi"ity atau lewat
antibody mediated demyelinisation. %asih diduga, mekanismenya adalah
limfosit yang berubah responya terhadap antigen.$imfosit yang berubah
responnya menarik makrofag ke saraf perifer, maka semua saraf perifer dan
myelin diserang sehingga selubung myelin terlepas dan menyebabkan system
penghantaran implus terganggu. >arena proses ditujukan langsung pada
myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, maka
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
8/33
semua saraf dan !abangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi
difus. >elemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok
konduksi atau karena a@or telah mengalami degenerasi oleh karena dener"asi.
roses remyelinisasi biasannya dimulai beberapa minggu setyelah proses
keradangan terjadi. GBS menyebabkan inflamasi dan destruksi dari myelin
dan menyerang beberapa saraf. Aleh karena itu GBS disebut juga #!ute
+nflammatory emyelinating olyradi!uloneuropathy (#+).
0! Ta20a8Ge/a,a
'. %asa latenaktu antara terjadi infeksi atau keadaan prodromal yang mendahuluinya
dan saat timbulnya gejala neurologis. $amanya masa laten ini berkisar
antara satu sampai ; hari, rata-rata hari. ada masa laten ini belum ada
gejala klinis yang timbul.
. Gejala >linis
a. >elumpuhan
%anifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe
lower motor neurone dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-
kadang juga muka. ada sebagian besar penderita, kelumpuhan
dimulai dari kedua ekstremitas bawah kemudian menyebar se!ara
asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis. >adang-
kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai se!ara serentak,
kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis. >elumpuhan otot-
otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.
Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat
dari bagian distal, tetapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal
lebih berat dari bagian proksimal.
b. Gangguan sensibilitas
arestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka
juga bisa dikenai dengan distribusi sirkumoral. efisit sensoris
objektif biasanya minimal dan sering dengan distribusi seperti pola
kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
9/33
dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. *asa nyeri otot sering
ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik.
!. Saraf >ranialis
Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah 1.=++. >elumpuhan
otot-otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera
menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan berat antara kedua sisi.
Semua saraf kranialis bisa dikenai ke!uali 1.+ dan 1.=+++. iplopia
bisa terjadi akibat terkenanya 1.+= atau 1.+++. Bila 1.+ dan 1.
terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar menelan, disfonia
dan pada kasus yang berat menyebabkan kegagalan pernafasan karenaparalisis n. laringeus.
d. Gangguan fungsi otonom
Gangguan fungsi otonom dijumpai pada : penderita GBS.
Gangguan tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus
bradikardi, muka jadi merah (facial flushing), hipertensi atau hipotensi
yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodi! profuse
diaphoresis. *etensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai.
Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua
minggu.
e. >egagalan pernafasan
>egagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. >egagalan pernafasan
ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan otot-otot
pernafasan, yang dijumpai pada 'adang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui
dengan pasti. iduga karena peninggian kadar protein dalam !airan
otot yang menyebabkan penyumbatan illi arachoidales sehingga
absorbsi !airan otak berkurang.
>riteria diagnosa yang umum dipakai adalah !riteria dari 1ational +nstitute
of 1eurologi!al and 2ommuni!ati"e isorder and Stroke (1+12S), yaitu9
') 2iri-!iri yang perlu untuk diagnosis 9
a. Cerjadinya kelemahan yang progresif
b. 4iporefleksi
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
10/33
) 2iri-!iri yang se!ara kuat menyokong diagnosis GBS 9
a. 2iri-!iri klinis9
'. rogresifitas9 gejala kelemahan motorik berlangsung !epat,
maksimal dalam 5 minggu,
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
11/33
terus berlanjut hingga berhenti sebelum kondisi pasien terlihat
membaik. ada fase tersebut yang diperlukan adalah mempertahankan
kondisi pasien, meskipun kondisi pasien akan terus menurun.
Sedangkan yang kedua adalah pada fase penyembuhan, ketika
kondisi pasien membaik. ada fase ini pengobatan fisioterapi
ditujukan pada penguatan dan pengoptimalan kondisi pasien. ada
fase pertama penekanan pada semua problem menjadi sangat penting.
Sedangkan pada fase kedua hanya problem muskuloskeletal dan
kardiopulmari yang menjadi penekanan. Se!ara keseluruhan
penatalaksanaan fisioterapi ditujukan pada pengoptimalan
kemampuan fungsional.
%eskipun ada 5 komponen problem dari sudut fisioterapi,
penatalaksanaannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Aleh karenanya sulit memisahkan satu masalah dengan masalah yang
lain.
') enatalaksanaan isioterapi pada roblem %uskuloskeletal
Seperti telah disebutkan di atas, masalah muskuloskeletal adalah
penting baik pada fase pertama maupun kedua oleh karena bukan
hanya motorik adalah masalah utama penderita GBS, tetapi juga
skeletal sebagai akibat dari gangguan motorik. ada fase pertama
yang perlu diberikan adalah mempertahankan kekuatan otot,
panjang otot, luas gerak sendi ($GS), tanpa melupakan bahwa
kondisi pasien masih akan terus memburuk dalam waktu
maksimal minggu. Bila panjang otot dan $GS terus terjaga pada
fase pertama, fisioterapi pada fase kedua ditekankan peningkatankekuatan otot, dengan tetap memperhitungkan jumlah motor unit
yang kembali bekerja.
) enatalaksanaan pada masalah kekuatan otot
ada fase pertama, program awal yang bisa diberikan adalah
latihan aktif, bila memungkinkan. Bila penderita tidak mampu
menggerakkan sendiri anggota badannya, sebaiknya bantuan
diberikan (Jaktif asistif). Bila kemudian kondisi kelemahan otot
sangat menonjol, latihan pasif harus diberikan3 artinya fisioterapis
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
12/33
yang menggerakkan angota badan penderita. Aleh karena dalam
fase ini, kondisi penderita akan menurun, maka biasanya bantuan
yang diberikan fisioterapis kepada pasien semakin banyak dari
waktu ke waktu. Sebaiknya seorang fisioterapis mempunyai
sistematis dalam menggerakkan anggota tubuh pasien, sehingga
tidak ada bagian yang terlewati. Selain itu fisioterapis juga akan
bisa sekaligus mengamati perkembangan motorik pasien bila
dilakukan se!ara sistematis. ianjurkan menggerakkan anggota
tubuh dari bawah, sehingga akan diakhiri dengan bagian tubuh
yang terkuat. Se!ara psikis hal ini juga akan sangat membantu
moti"asi pasien. Selain menggerakkan bagian tubuh se!ara
sistematis, juga sebaiknya arah gerakan tiap sendi dibuat se!ara
sistematis, sehingga tidak ada gerakan otot yang tertinggal. alam
menggerakkan anggota badan, sebaiknya fisioterapis mengamati
tingkat toleransi pasien terhadap latihan. angan sampai pasien
dibiarkan terlalu lelah atau memaksa menggerakkan anggota
tubuh, karena akan merusak motor unit. Berikan kesadaran
kepada pasien bahwa pada waktunya ototnya akan kembali
bergerak, asalkan dilakukan gerakan se!ara rutin. Bagi pasien
GBS, frekuensi latihan seharusnya tidak terlalu tinggi dalam satu
sesi, untuk men!egah kelelahan, mengingat jumlah motor unit
yang bekerja hanya terbatas. +ntensitas latihan dalam sehari bisa
ditingkatkan dengan melakukan lebih banyak sesi dalam sehari.
enatalaksanaan pada fase kedua tidak jauh berbeda dengan fase
sebelumnya. Sasaran utama pada fase ini adalah peningkatan
kekuatan otot. %eskipun demikian latihan yang diberikan masih
harus tidak boleh terlalu berat, karena jumlah motor unit yang
aktif terbatas. rogram latihan aktif seharusnya ditingkatkan bila
penderita sudah mampu melakukan latihan aktif dan memenuhi
$GS normal tanpa kesulitan. $atihan kemudian meningkat
menjadi aktif resistif, artinya menggunakan beban unntuk
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
13/33
meningkatkan kekuatan otot. enis latihan bisa ber"ariasi, bisa
menggunakan beban manual, artinya fisioterapis memberikan
beban se!ara manual, hingga latihan dengan alat, seperti misalnya
Kuadri!ep ben!h. alam memberikan program latihan, hendaknya
selalu diingat bahwa tujuan akhir program fisioterapi adalah
memaksimalkan kemampuan fungsional. adi dalam
meningkatkan kekuatan otot, perlu diingat otot-otot mana saja
yang diperlukan dalam berakti"itas, atau mensiasati bila ada
keterbatasan. /ntuk mengukur perubahan kondisi pasien, bisa
digunakan pengukuran kekuatan otot (%%C- manual mus!les
testing). Centu saja pada fase pertama kekuatan pasien tidak akan
mengalami kenaikan, sesuai dengan perjalanan penyakit. Cetapi
pengukuran kekuatan terakhir pasien, saat kekuatan biasanya
berhenti sebelum kemudian membaik, bisa dijadikan titik balik
pengukuran pada tahap berikutnya. Sebaiknya pengukuran
dilakukan se!ara berkala, misalnya tiap minggu, atau tiap 0 hari.
engan demikian fisioterapis maupun penderita bisa melihat
perkembangan yang terjadi, yang mungkin juga akan menjadi
moti"asi keduanya.
0) enatalaksanaan pada $uas Gerak Sendi ($GS)
Bersamaan dengan digerakkannya otot anggota tubuh penderita,
bisa dikatakan semua sendi sudah digerakkan. 4anya perlu
diingat bahwa pada fase pertama, otot penderita GBS biasanya
tidak mampu menggerakkan $GS se!ara penuh. Aleh karenanya
fisioterapis perlu membantu penderita untuk menggerakkan sendi
sesuai dengan luas gerak sendi yang normal, minimal yang
fungsional. Sama seperti memberikan latihan untuk otot,
menggerakkan sendi sebaiknya juga dilakukan se!ara sistematis
supaya tidak ada yang tertinggal. Sesudah gerakan aktif setiap
sendi oleh penderita, sebaiknya ditambahkan sampai 0 kali
gerakan sendi oleh fisioterapis dalam $GS maksimal untuk
mempertahankan $GS. Berbeda dengan program untuk kekuatan
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
14/33
otot, untuk mempertahankan sendi sama pada fase pertama dan
kedua. /kuran yang dipergunakan untuk mengukur luas gerak
sendi adalah pengukuran sudut setiap sendi. #lat yang digunakan
adalah goniometer. engukurannya dilakukan dengan satuan
derajat. alam satu institusi biasanya disepakati sistem apa yang
digunakan, posisi penderita dan posisi goniometer pada setiap
sudut pengukuran. Seharusnya tidak akan ada perubahan $GS
dari waktu ke waktu, agar pada akhirnya penderita masih
mempunyai kemampuan fungsional yang maksimal.
5) enatalaksanaan pada anjang Atotada saat melakukan latihan untuk mempertahankan $GS,
sebagian besar otot juga terpelihara panjangnya. >e!uali beberapa
otot yang panjangnya melewati dua sendi. /ntuk otot-otot
tersebut, perlu gerakan khusus untuk mempertahankan
panjangnya. Atot-otot seperti Kuadri!ep, iliotibial band, sartorius
adalah !ontoh otot yang melewati dua sendi. Atot-otot tersebut
penting dalam kegiatan sehari-hari, misalnya duduk, bersila atau
bersimpuh. Sehingga bila panjang ototnya tidak terpelihara, maka
akan berpengaruh pada akti"itas penderita bila sembuh nanti.
#gak sulit membuat pengukuran panjang otot, oleh karena
panjang otot tiap indi"idu akan berbeda tergantung pada akti"itas
dan keturunan. >arenanya untuk mengetahui panjang otot yang
normal, se!ara nalar, berarti fisioterapis harus tahu penderita
sebelum menderita GBS. >enyataannya hal itu tidak mungkin
terjadi. Sehingga salah satu !ara untuk mengetahui panjang otot
adalah menanyakan akti"itas penderita, apakah penderita biasa
bersila, duduk sambil menumpangkan kaki atau bersimpuh.
engan demikian bisa diukur apakah panjang otot yang
bersangkutan !ukup untuk kembali melakukan kembali
akti"itasnya. 2ara lain yang bisa digunakan adalah
membandingkan otot sebelah kiri dan kanan, karena biasanya
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
15/33
keduanya mempunyai panjang otot yang sama. en!atatannya
baru dilakukan bila ada keterbatasan panjang otot.
) enatalaksanaan pada roblem >ardiopulmonari
%asalah kardiopulmonari lebih menonjol pada fase pertama. ada
kasus GBS yang berat, terjadi kelemahan otot-otot inter!ostal
disebabkan karena berkurangnya jumlah motor unit yang
terkonduksi. #kibatnya tidak dapat melakukan inspirasi se!ara
penuh, sehingga kapasitas "ital menjadi berkurang. Seperti yang
telah disebutkan di atas, menurunnya kemampuan batuk, akan
menurunkan kemampuan untuk membersihkan saluranpernafasan. Sehingga saluran pernafasan semakin menyempit, dan
ekspansi paru menjadi berkurang juga. Sehingga pada akhirnya
kembali terjadi penurunan kapasitas "ital.
6) enatalaksanaan pada >emampuan 7kspansi ada
Berbeda dengan masalah muskuloskeletal yang lain, latihan pasif
tidak bisa dilakukan dengan mudah. $atihan pasif hanya bisa
dilakukan dengan bantuan "entilator atau manual hyperinflation.
engan terpenuhinya "olume sesuai dengan kapasitas "ital, maka
pertukaran gas dalam al"eoli menjadi meningkat dan mampu
memenuhi kebutuhan "entilasi. Selain itu juga memelihara
kelenturan jaringan-jaringan lunak disekitarnya, sehingga $GS
persendian disekitar tulang rusuk terpelihara. engan demikian
bila kekuatan otot interkostal sudah kembali membaik, rongga
dada sudah siap kembali mengembang.Bila otot inter!ostal dan
diafragma sudah menigkat, maka latihan penguatan harus segeradiberikan. Aleh karena tekanan positif yang diberikan lewat
"entilator dan manual hyperinflation bisa memberikan efek
samping, seperti barotrauma. %aka latihan aktif harus segera
diberikan. emberian latihan masih harus memperhatikan aturan
rendah frekuensi dalam satu sesi dan banyak sesi dalam sehari. +ni
berarti harus diberikan kesempatan istirahat !ukup bagi penderita
diantara sesi latihan, untuk menghindari kelelahan.
F) enatalaksaaan pada embersihan Saluran ernafasan
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
16/33
alam keadaan normal, setiap hari dihasilkan sekitar '
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
17/33
ketika otot-otot pernafasan mulai menguat. #tau pada fase
pertama bila kelemahan otot-otot pernafasan masih mampu
menghasilkan batuk, sehingga latihan batuk berguna untuk
mempertahankan kekuatan otot.
;) enatalaksanaan pada Gangguan %enelan
ika terjadi juga gangguan menelan, maka resiko infeksi dada
semakin tinggi. Aleh karena kemungkinan masuknya benda asing
ke saluran pernafasan menjadi lebih besar. Benda tersebut
kemudian akan menjadi sumber infeksi dada. alam hal ini ada
dua masalah dalam sistem respiratori, yakni benda itu sediri, dansekresi yang berlebihan akibat adanya benda asing yang masuk ke
saluran pernafasan. Bila kemampuan pasien untuk batuk kuat,
maka pasien mampu mengeluarkan benda asing dari saluran
pernafasan dan membersihkan sekresi. Sayangnya, biasanya
gangguan menelan disertai kelemahan otot pernafasan, sehingga
penderita tidak mampu batuk. 1amun penderita dengan gangguan
menelan biasanya menerima makanan melalui slang yang
langsung masuk ke lambung, sehingga tidak perlu dikawatirkan
akan masuk ke saluran pernafasan. ada fase pertama tidak
banyak fisioterapi yang bisa dilakukan. Cetapi pada fase ke dua
program fisioterapi yang bisa diberikan adalah segera
memberikan latihan batuk, bila otot-otot pernafasan sudah
bertambah kuat. Sehingga pada saatnya penderita belajar
menelan, resiko masuknya benda asing ke saluran pernafasan
sudah teratasi.
) enatalaksanaan pada roblem Saraf Atonomik
Seperti disebutkan diatas, gangguan saraf otonomik akan timbul,
bila kehan!uran selaput myelin men!apai tingkat thora!al atau
lebih tinggi, yakni !ranial ner"es. ada umumnya gangguann
saraf otonnomik tersebut adalah hal yang perlu di!ermati dalam
melakukan tindakann fisioterapi. Gangguan-gangguan tersebut
antara lain labilnya tekanan darah, keluarnya keringat tidak sesuai
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
18/33
keadaan, atau postural hipotensi. Gangguan-gangguan tersebut
akan mejadi masalah, biasanya pada waktu mobilisasi. ada
waktu mobilisasi, misalnya dari berbaring ke duduk, tubuh
memerlukan berbagai adaptasi, oleh karena terjadi perbedaan
pengaruh terhadap tubuh. Canpa gangguan saraf otonomik pun,
seseorang yanng berbaring lama memerlukan waktu untuk
beradaptasi terhadap tekanan darah. #daptasi tersebut teratasi
oleh karena pusat pengaturan tekanan darah mendapatkan input,
kemudian tekanann darah meningkat atas pengaruh saraf
otonnom. Bila terjadi gangguan saraf otonnomik, maka adaptasi
tersebut akan terganggu. %aka, dalam memberikan tindakan
fisioterapi harus selalu di!ermati tekanan darah dari waktu ke
waktu. Aleh karena yang diukur adalah tekanan darah, maka yang
dijadikan aturan adalah tekanan darah. Bila memungkinkan
digunakan spirometer elektronik yang terus bisa dimonitor setiap
saat. isamping tekanan darah, bisa di!ermati kemampuan
komunikasi penderita, atau warna muka sebagai indikator tekanan
darah.
'
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
19/33
rasa nyeri yang timbul karena kombinasi keduanya. adi bila
sesudah peregangan rasa nyeri berkurang, tetapi tidak hilang sama
sekali. Bila rasa nyeri disebabkan oleh kuranngnya gerakan sendi,
tindakan yang bisa dilakukan adalah peregangan lebih lanjut, atau
lebih spesifik bisa dilakukan manipulasi atau mobilisasi pada
tulang belakang tertentu. Selain ketidaknyamanan, rasa tebal juga
bisa menimbulkan komplikasi, yaitu dekubitus. *asa tebal
menyebabkan penderita tidak dapat merasakan tekanan kasur
pada penonjolan-penonjolan tulang, sehingga memungkinkan
terjadi le!et dan akhirnya dekubitus. Aleh karenanya perubahan
posisi harus selalu dilakukan sebagai usaha pen!egahan. +dealnya
perubahan posisi dilakukan setiap jam, dan setiap penonjolan
tulang harus selalu mendapat perhatian.
. %edikamentosa
asien pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terus
dilakukan obser"asi tanda tanda "ital. =entilator harus disiapkan
disamping pasien sebab paralisa yang terjadi dapat mengenai otot otot
pernapasan dalam waktu 5 jam. >etidakstabilan tekanan darah juga
mungkin terjadi. Abat obat anti hipertensi dan "asoakti"e juga harus
disiapkan. asien dengan progresi"itas yang lambat dapat hanya
diobser"asi tanpa diberikan medikamentosa.
Plasma e#change therapy (7) telah dibuktikan dapat
memperpendek lamanya paralisa dan meper!epat terjadinya
penyembuhan. aktu yang paling efektif untuk melakukan 7 adalah
dalam minggu setelah mun!ulnya gejala. *egimen standard terdiri
dari sesi ( 5< L < ml H kg BB) dengan saline dan albumine sebagai
penggantinya. erdarahan aktif, ketidakstabilan hemodinamik berat
dan septikemia adalah kontraindikasi dari 7.
$ntraenous inffusion of human $mmunoglo&ulin ( +=+g ) dapat
menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi
auto antibodi tersebut. +=+g juga dapat memper!epat katabolisme
+gG, yang kemudian menetralisir antigen dari "irus atau bakteri
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
20/33
sehingga C !ells patologis tidak terbentuk. emberian +=+g ini
dilakukan dalam minggu setelah gejala mun!ul dengan dosis
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
21/33
emberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah9
6 merkaptopurin (6-%)
aMathioprine !y!lophosphamid
7fek samping dari obat-obat ini adalah9 alope!ia, muntah, mual dan
sakit kepala.
6! Cerapi fisik9 - alih baring$atihan *A% dini untuk !egah kontraktur
4idroterapi
0! Supportif9 profilaksis =C (heparin s.!).
e! #nalgesik
#nalgesi! ringan atau A#+1S mungkin dapat digunakan untuk
meringankan nyeri ringan, namun tidak untuk nyeri yang
sangat,penelitian random !ontrol trial mendukung penggunaan
gabapentin atau !arbamaMepine pada ruang +2/ pada perawatan
GBS fase akut. #nalgesi! narkotik dapat digunakan untuk nyeri
dalam, namun harus melakukan monitor se!ara hati-hati kepada
efeksamping dener"asi otonomik.terapi aju"an dengan tri!y!li!
antidepressant, tramadol, gabapentin, !arbamaMepine, atau
me@ilitene dapat ditambahkan untuk penatalaksanaan nyeri
neuropatik jangka panjang. engobatan fase akut termasuk program
penguatan isometri!, isotoni!, isokineti!, dan manual serta latihan
se!ara progresif. *ehabilitasi harus difokuskan untuk posisi limbus,
posture, orthoti!s,dan nutrisi yang sesuai.
4! Pe3er15saa2 "e2u2/a2g
'. $2S
isosiasi sitoalbumin
ada fase akut terjadi peningkatan protein $2S N
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
22/33
a. Gambaran poliradikuloneuropati
b. Cest 7lektrodiagnostik dilakukan untuk mendukung klinis bahwa
paralisis motorik akut disebabkan oleh neuropati perifer
!. ada 7%G ke!epatan hantar saraf melambat dan respon dan 4
abnormal
0. *o9 2C atau %*+
/ntuk mengeksklusi diagnosis lain seperti mielopati
5. 2airan serebrospinal (2SS)
Iang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik, yakni
meningkatnya jumlah protein ('4S) dan elektromiografi (7%G)
%anifestasi elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat
demyelinasi saraf, antara lain prolongasi masa laten motorik distal
(menandai blok konduksi distal) dan prolongasi atau absennya respon
gelombang (tanda keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar
saraf motorik, serta berkurangnya >4S.ada 4S kurang dari 6
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
23/33
sempurna, dengan periode penyembuhan yang lebih panjang (lebih dari
0 minggu) serta berkurangnya >4S dan dener"asi 7%G.
6. emeriksaan arah
ada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan
pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit !enderung rendah selama
fase awal dan fase aktif penyakit. ada fase lanjut, dapat terjadi
limfositosis3 eosinofilia jarang ditemui. $aju endap darah dapat
meningkat sedikit atau normal, sementara anemia bukanlah salah satu
gejala.apat dijumpai respon hipersensiti"itas antibodi tipe lambat,
dengan peningkatan immunoglobulin +gG, +g#, dan +g%, akibat
demyelinasi saraf pada kultur jaringan.
#bnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 'G)
%enunjukkan adanya perubahan gelombang Cserta sinus
takikardia.Gelombang C akan mendatar atau inertedpada lead lateral.
eningkatan "oltase ?*S kadang dijumpai, namun tidak sering.
;. Ces ungsi *espirasi
pengukuran kapasitas "ital paru akan menunjukkan adanya insufisiensi
respiratorik yang sedang berjalan (impending).
. emeriksaan atologi #natomi
/mumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten3 yakni
adanya infiltrat limfositik mononuklear peri"askuler serta demyelinasi
multifokal. ada fase lanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demyelinasi ini
akan mun!ul bersama dengan demyelinasi segmental dan degenerasi
wallerian dalam berbagai derajat Saraf perifer dapat terkena pada semua
tingkat, mulai dari akar hingga ujung saraf motorik intramuskuler,
meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada entral root, saraf spinal
proksimal, dan saraf kranial.
+nfiltrat sel-sel radang (limfosit dan sel
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
24/33
mononu!lear lainnya) juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa,
jantung, dan organ lainnya.
g! Ko3",15as1
'. aralisis menetap
. Gagal nafas
0. 4ipotensi
5. Cromboembolisme
. neumania
6. #ritmia jantung
F. +leus
;. #spirasi
. *etensi urin'
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
25/33
-! Pat-way
Gagal nafas
- +nfeksi "irusH bakteri
- =aksinasi- enyakit sistemik
- embedahanHanestesi
%erangsang reaksi kekebalan sekunder pada saraf tepi
- +nfiltrasi sel limfosit dari pembuluh darah ke!il pada endo & epineural
- %akrofag mensekresi protease
- enimbunan komplek antigen, antibody pada pembuluh darah saraf tepi
emyelinisasi akut saraf perifer
Cransimisi impuls saraf terganggu
1. kranial
Gangguan
penglihatan
*isti jatuhH!idera
1 +++, +=& 1 =+
iplopia
+ntake nutrisi
kurang
1 =++, +, & 1 ++
gangguan
reflek menelan
erubahan
nutrisi
(kurang dari
kebutuhan tubuh
)
ungsi motorik
#!idosis
respiratorik
analisis
diafragma &
otot nafas
>ematian
4ipoksemia
ola nafas tidak
efektif
enurunan
pengembanga
n paru
CakipneaH
dispnea
aralisis otot
enurunan
kekuatan
otot
ungsi
sensorik
enekanan
saraf pada
gesekan
4ipotensiH
hipertensi
CakikardiH
bradikardi
diaphoresis
ungsi
otonom
Gangguan
eliminasi
fekal
(>ontipasi
H diare)
>erusakan
rangsang
berkemih
*etensi
urin
kerusakan saraf
simpatis ¶simpatis
+ntoleransi
akti"itas
>erusakan
integritas
kulit
>erusakan
rangsang
defeksi
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
26/33
PROSES KEPERAWATAN
'! Pe2g5a/1a2
a. #kti"itas H istirahat
') Gejala 9 adanya kelemahan dan paralysis se!ara simetris yang
biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan selanjutnya berkembang
dengan !epat ke arah atas, hilangnya kontrol motorik halus tangan.
) Canda 9 kelemahan otot, paralysis plaksid (simetris), !ara berjalan
tidak mantap.
b. Sirkulasi
Canda 9 perubahan tekanan darah (hipertensiHhipotensi), disritmia,
takikardiaHbrakikardia, wajah kemerahan, diaforesis.!. +ntegritas 7go
') Gejala 9 perasaan !emas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang
dihadapi.
) Canda 9 tampak takut dan bingung
d. 7liminasi
') Gejala 9 adanya perubahan pola eliminasi
) Canda 9 kelemahan pada otot-otot abdomen, hilangnya sensasi anal
(anus) atau berkemih dan refleks sfingter
e. %akanan H !airan
') Gejala 9 kesulitan dalam mengunyah dan menelan) Canda 9 gangguan pada refleks menelan
f. 1eurosensori
') Gejala9 kebas, kesemutan dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan terus
naik, perubahan rasa terhadap posisi tubuh, "ibrasi, sensasi nyeri,
sensasi suhu, perubahan dalam ketajaman penglihatan
) Canda 9 hilangnyaHmenurunnya refleks tendon dalam, hilangnya tonus
otot, adanya masalah dengan keseimbangan, adanya kelemahan pada
otot-otot wajah, terjadi ptoris kelopak mata, kehilangan kemampuan
untuk berbi!ara
g. 1yeri H kenyamanan
Gejala 9 nyeri tekan otot, seperti terbakar, mengganggu, sakit, nyeri
(terutama pada bahu, pel"is, pinggang, punggung dan bokong).
4iposensitif terhadap sentuhan
h. ernafasan
') Gejala 9 kesulitan dalam bernafas
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
27/33
) Canda 9 pernafasan perut, menggunakan otot bantu nafas, apnea,
penurunan bunyi nafas, menurunnya kapasitas "ital paru,
pu!atHsianosis, gangaun refleks gagHmenelanHbatuk
i. >eamanan
') Gejala 9 infeksi "irus nonspesifik (seperti infeksi saluran pernafasan
atas) kira-kira dua minggu sebelum mun!ulnya tanda serangan,
adanya riwayat terkena herpes Moster, sitomegalo"irus
) Canda 9 suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu
lingkungan), penurunan kekuatanHtonus otot, paralysisHparestesia
j. +nteraksi sosial
Canda9 kehilangan kemampuan untuk berbi!araHberkomunikasik. enyuluhan H pembelajaran
Gejala9 enyakit sebelumnya (infeksi saluran pernafasan atas,
gastroenteritis, penyakit houlkin)3 pembedahanHanestesia umum trauma.
ertimbangan9 G menunjukkan rerata lama perawatan9 6 hari. *en!ana
pemulangan9 mungkin pasien memerlukan bantuan mengenai
transportasi, penyiapan makan, perawatan diri, dan kewajiban pekerjaan
rumah. %ungkin perlu melakukan perubahan pada tata ruang dan bentuk
rumah, pemindahan pusat rehabilitasil. emeriksaan diagnosis
') ungsi lumbal berurutan9 memperhatikan fenomena klasik dari
tekanan normal dan jumlah sel darah putih yang normal, dengan
peningkatan protein nyata dalam 5-6 minggu. Biasanya peningkatan
protein tersebut tidak akan tampak pada 5- hari pertama, mungkin
diperlukan pemeriksaan seri fungsi lumbal (perlu diulang beberapa
kali)
) 7lektromiografi9 hasilnya tergantung pada tahap dan perkembangansindrom yang timbul, ke!epatan konduksi saraf diperlambat pelan.
ibrilasi (getaran yang berulang dari unit motorik yang sama)
umumnya terjadi pada fase akhir
0) arah lengkap9 terlihat adanya leukositosis pada fase awal
5) oto rontgen9 dapat memperlihatkan berkembangnya tanda-tanda dari
gangguan pernafasan seperti atelektasis, pneumonia
) emeriksaan fungsi paru9 dapat menunjukkan adanya penurunan
kapasitas "ital, "olume tidal, dan kemampuan inspirasi
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
28/33
%! D1ag2osa 5e"erawata2
a. >etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan H
paralisis otot pernafasan
b. +ntoleransi akti"itas berhubungan dengan kelemahan umum
!. *esiko !idera dengan faktor resiko gangguan disfungsi sensorik
d. >erusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
29/33
'! Re26a2a T120a5a2 Ke"erawata2
N
o
D1ag2osa
Ke"erawata2
Tu/ua29Kr1ter1a Has1, Re26a2a T120a5a2 Ras1o2a,
' Ket10a5e4e5t14a2
bers1-a2 /a,a2 2a4as
ber-ubu2ga2 0e2ga2
5e,e3a-a2 9 "ara,1s1s
otot "er2a4asa2
NO:
- *espiratory status 9 =entilation
- *espiratory statuss 9 #irwaypaten!y
Kr1ter1a Has1,.
- %endemonstrasikan batuk efektifdan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
- %enunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
ter!ekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormal)
- %ampu mengidentifikasi dan
men!egah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
NI:
'. %onitor status oksigen pasien
. #uskultasi suara nafas, !atat adanyasuara tambahan
0. >eluarkan sekret dengan batuk atau
su!tion
5. osisikan pasien untuk
memaksimalkan "entilasi
'. eningkatan distress
pernafasan menandakanadanya kelelahan pada
otot pernafasan
. eningkatan resistensijalan nafas dan atau
akumulasi sekret akan
mengganggu proses difusi
gas dan mengarah pada
komplikasi pernafasan
(pneumonia)
0. >ehilangan kekuatan dan
fungsi otot mungkin
mengakibatkanketidakmampuan pasien
untuk mempertahankan
dan atau membersihkan
jalan nafas
5. %eningkatkan ekspansi
paru dan usaha batuk,menurunkan kerja
pernafasan dan membatasi
terjadinya risiko aspirasi
sekret
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
30/33
. %onitor respirasi dan status A6.
. %enentukan keefektifan
dari "entilasi sekarang dan
kebutuhan untuk
keefektifan dari inter"ensi
% I2to,era2s1 a5t1;1tas
ber-ubu2ga2 0e2ga2
5e,e3a-a2 u3u3
NO:
- 7nergy !onser"ation
- #!ti"ity toleran!e- Self 2are 9 #$s
Kr1ter1a Has1,.- Berpartisipasi dalam akti"itas
fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan **
- %ampu melakukan akti"itas
sehari-hari (#$s) se!ara
mandiri
- Canda tanda "ital normal
- 7nergy psikomotor
- $e"el kelemahan
- %ampu berpindah 9 dengan atautanpa bantuan alat
- Status kardiopulmonari adekuat
- Sirkulasi status baik
- Status respirasi 9 pertukaran gas
dan "entilasi adekuat
NI:
'. %onitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
. >olaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
meren!anakan program terapi yang
tepat
0. Bantu klien untuk mengidentifikasi
akti"itas yang mampu dilakukan
5. Bantu klien untuk memilih akti"itas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
. Bantu pasien untuk mengembangkan
'. %enentukan
perkembanganHmun!ulnyakembali tanda yang
menghambat ter!apainyatujuan
. Bermanfaat dalam
men!iptakan kekuatan otot
se!ara indi"idualH latihan
terkondisi dan program
latihan berjalan dan
mengidentifikasi alat
bantu
0. %eren!anakan latihan
kegiatan #$s bersamaklien
5. enggunakan akti"itas
yang tepat sesuai dengan
kondisi klien dapat
menstimulasi sirkulasi,
meningkatkan tonus otot
dan meningkatkan
mobilisasi sendi
. %emberikan dorongan
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
31/33
moti"asi diri dan penguatan kepada pasien se!ara
psikologi
& Res15o 610era 0e2ga2
4a5tor res15o
ga2ggua2 01s4u2gs1
se2sor15
NO:
- *isk kontrol
Kr1ter1a Has1,.
- >lien terbebas dari !edera
- >lien mampu menjelaskan !araatau metode untuk men!egah
injury atau !edera- >lien mampu menjelaskan faktor
resiko dari lingkungan H perilaku
personal
- %ampu memodifikasi gaya hidup
untuk men!egah injury
- %enggunakan fasilitas
keselamatan yang ada
- %empu mengenali perubahan
status kesehatan
NI:
'. Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
. %emasang side rail tempat tidur
0. %emindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
5. +dentifikasi kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
. %enganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
'. %emastikan pasien tidak
akan !idera
. %engantisipasi agar tidak
terjadi jatuh pada pasien0. %engurangi resiko !idera
pasien denganmenjauhkan barang-
barang yang dapat
membahayakan pasien
5. %enetapkan kebutuhan
keamanan yang tepat
sesuai dengan kondisi
pasien saat ini
. %en!egah jika pasien
dalam keadaan tidak
terkontrol agar tidakmelakukan hal-hal yang
membahayakan
+ Kerusa5a2 12tegr1tas
5u,1t ber-ubu2ga2
0e2ga2 13ob1,1tas
41s15
NO:
- Cissue integrity 9 skin and mu!ous
membranes
- 4emodyalis akses
Kr1ter1a Has1,.
- +ntegritas kulit yang baik bisadpertahankan (sensasi, elastisitas,
NI:
'. /bah posisi pasien setiap jam sekali
. %onitor kulit akan adanya kemerahan
0. Aleskan lotion atau minyak baby oil
'. %engurangi penekanan di
area-area yang tertekan
. %engetahui kondisi dan
keadaan kulit khususnya
di area yang tertekan.0. %engurangi gesekan
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
32/33
temperatur, dehidrasi, pigmentasi)
- Cidak ada lukaHlesi pada kulit
- erfusi jaringan baik
- %enunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan
men!egah terjadinya !idera
berulang
- %ampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembabankulit dan perawatan alami
pada daerah yang tertekan
5. %onitor akti"itas dan mobilisasi pasien
. #njurkan pasien untuk menggunakan
pakaian longgar
akibat penekanan tirah
baring
5. %emantau akti"itas
keseharian pasien dan
mengajarkan jika terjadi
kesalahan dalam
mobilisasi pasien
. %engurangi penekanan di
area kulit
-
8/10/2019 Lp Bagus Gbs
33/33
DA(TAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.