Download - Makalah Akhir BK
1
BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG
BOLOS DI SEKOLAH
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hampir di setiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan
Konseling. Hal ini bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan dari atas,
namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik
agar mampu mengembangkan potensi dirinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat
dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik seperti
yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang “tidak sehat”
membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak ada.
Kenakalan siswa merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan
menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut.
Seandainya ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja? Tentu jawabannya akan
dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka
bisa berbuat demikian. Nah, di sinilah peran BK untuk mencari tahu.
Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang
menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah
satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Disebut kenakalan remaja
karena membolos merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah.
1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas ialah:
a) Apa pengertian bimbingan konseling dan membolos ?
b) Apa faktor-faktor yang menyebabkan siswa membolos ?
c) Apa akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos ?
2
d) Bagaimana peran bimbingan konseling dalam mengatasi siswa yang suka
membolos ?
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang hingga rumusan masalah, tujuan dari
pembuatan makalah yaitu :
a) Mengetahui pengertian bimbingan konseling dan membolos.
b) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa membolos.
c) Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos.
d) Mengetahui peran bimbingan konseling dalam mengatasi siswa yang suka
membolos.
3
2 PEMBAHASAN
Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah-sekolah
saat ini. Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang
disebabkan karena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya.
Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian
masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika
alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu
penanganan serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk
baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling
Sebagai suatu konsep yang tersendiri, istilah “bimbingan” sering
dipadankan dengan “konseling” yang diadopsi dari bahasa Inggris, yaitu
counseling sehingga “Bimbingan dan Konseling” sering disingkat menjadi BK.
Konseling harus dipahami sebagai salah satu jenis layanan dan teknik tersendiri
dari program bimbingan di sekolah.
Lain halnya dengan bentuk kegiatan bimbingan yang lain, seperti
memberikan informasi tentang cara belajar yang baik kepada siswa,
mengumpulkan data tentang latar belakang keluarga. Bimbingan dan konseling
diberbagai sekolah adalah upaya pemberian bantuan kepada individu (peserta
didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat
memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan SD,
keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian
mereka dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu
mereka mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai mahluk
Tuhan, sosial, dan pribadi.
4
2.1.1 Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam Bahasa Inggris,
yaitu guidance yang akar katanya adalah guid. Shertzer dan Stone yang dikutip
prayitno (dalam Mugiarso, 2011:4) mengemukakan beberapa pandangan dari kata
masing-masing dari kata guide, yaitu to direc, pilot, manage, or steer. Dalam
bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memadu, mengarahkan,
mengatur atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam pendidikan, arti
yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau assistance).
Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan dalam
konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan, dan prosedur yang
tersendiri.
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka
secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, yang telah terlatih
dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada
seseorang , dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, membuat
keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow & Crow dalam
Erman Amti, dalam Mugiarso, 2011:2). Moh. Surya ( dalam Sukardi, 2008:37)
memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami
dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk engarahkan
irinya, dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau
5
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik
keluarga, sekolah dan masyarakat
Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan
pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami
oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis ,
mencakup segala usia, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri secara mandiri, dengan memanfaatkan kemampun
individu dan didasarkan norma-norma yang berlaku.
2.1.2 Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu
“Consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan kata
“menerima” atau “memahami”. Burk dan Stefflre (1979:11) memberikan
pengertian konseling sebagai berikut: counseling is a relationship in which one
person
Menurut Division of Conseling Psychology dalam Prayitno yang dikutip
Mugiarso (2011:4), konseling merupakan proses untuk membantu individu
mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai
perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut
dapat terjadi setiap waktu.
Shertzer & Stone dalam Smit yang dikutip Prayitno (dalam Mugiarso,
2011:4), konseling merupakan proses mengenai seseorang individu yang sedang
mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam
suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan sesesorang yang tidak
bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang
klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinnya berperan secara
lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.”
6
Prayitno (dalam Sukardi, 2008:38), konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut
klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan secara
intensif dan sistematis dari seorang konselor kepada kliennya dalam rangka
pemecahan suatu masalah agar klien mendapat pilihan yang baik. Disamping itu
juga diharapakan agar klien dapat memahami dirinya (self understanding) dan
mampu menerima kemampuan dirinya sendiri.
2.2 Pengertian Membolos
Menurut Wikipedia, Truancy is unapproved absence from school, usually
without a parent's knowledge. Perilaku membolos (truant behavior) adalah
pembolosan yang tidak disetujui dari sekolah, biasanya tanpa diketahui oleh orang
tua. Jadi siswa berangkat ke sekolah tapi tidak sampai ke sekolah dengan atau
tanpa alasan yang jelas.
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara,
siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka
tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai
tingkat pendidikan SMP. Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang
tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan
ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos
adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran
tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
7
2.3 Faktor-faktor Penyebab Siswa Membolos
Salah satu faktor penyebab perilaku membolos adalah terkait dengan
masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku
yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor penyebab munculnya
perilaku membolos tersebut.
Faktor penyebab anak absent dan tidak ke sekolah dibagi dalam 2
kelompok (pemberianbimbingan.blogspot.com), yaitu:
a) Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri
1) Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit
2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah
3) Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya
4) Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu
kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak
b) Sebab dari Luar Anak
1) Keluarga
a) Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam
menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak
keluarga yang masih memerlukan bantuan anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula terlihat
ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari nafkah.
b) Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya
kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua
dengan mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal
anak membolos untuk menghindari ulangan.
2) Sekolah
a) Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang
menyebabkan ia tidak senang di sekolah, lalu membolos.
b) Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.
8
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos
pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten,
interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru
yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi
siswa
b) Faktor Personal
Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik
siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti
konsumsi alkohol dan minuman keras.
c) Faktor Keluarga
Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak.
2.4 Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu
anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar
dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti
apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar-dasar dari mata
pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang
terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga
anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah
hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila
9
diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih
parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.
Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran
yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar
ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami materi
bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.
2.5 Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa
yang Suka Membolos
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak-
anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak
menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer
pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan
mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa,
pendidik / pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan
keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai
sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan
personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga
pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang
sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang
tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya.
Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu
ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan
Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri
bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah
satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya.
Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah
ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil,
mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika
10
dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu penanganannya harus
hati-hati.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu
bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui
pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari
pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan
permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain
yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan
telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan
pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus
melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena
dari pada membentak dan memarahinya.
Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada
siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang
dikuasai anak Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa.
Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena
itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan
sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain
itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
11
3 KESIMPULAN
Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam
penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan
membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Melalui
program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka
membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam
penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga
mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini
BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat
diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
12
Daftar Pustaka
Burk, Herbert M. and Buford Steefflre. 1979. Theories of Counseling. USA:
McGraw-Hill,Inc.
Mugiarso, Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
http://en.wikipedia.org/wiki/Truancy/5/6/2013/16.45
http://pemberianbimbingan.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-
x-none-x.html/5/6/2013/16.50