Download - [Makalah] the Power of Zakat
MAKALAH
THE POWER OF ZAKATDISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UJI KOMPENTENSI MATA KULIAH AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
NO. NAMA NIM1. RACHMAT KURNIAWAN (KETUA) 131115832. SETIA HANDAYA 131116503. DIDIK PUTRA SETIAWAN 131113794. FIRMAN ACTAWA DWI GUNA 131113455. MUHASAN SANJAYA 131115696. SAILENDRA 131113537. EGA ERAWAN 131116288. NURWAKHID 131115809. AHMAD BOB HILMI 13111831
10. HERU WAHYUDIN 1311133111. ADITYA SURYAMAN 1311190512. HABIEBIE ZOHRA 1311185913. MUHAMAD FURQON 1311174714. MOH. SULISTIAWAN 1311135215. PRATIKNO SUSILO 13111373
TEKNIK KOMPUTERBINA SARANA INFORMATIKA
2011
i
THE POWER OF ZAKAT
Ketua
TIM PENYUSUN
: Rachmat Kurniawan (13111583)
Wakil : Setia Handaya (13111650)
Pencari Bahan : 1. Didik Putra Setiawan (13111379)2. Firman Actawa D.G. (13111345)3. Muhasan Sanjaya (13111569)4. Sailendra (13111353)
Editor : 1. Ega Erawan (13111628)2. Nurwakhid (13111580)
Tata letak : 1. Ahmad Bob Hilmi (13111831)2. Heru Wahudin (13111331)
Penyelesaian Akhir : 1. Aditya Suryaman (13111905)2. Habiebie Zohra (13111859)3. Muhamad Furqon (13111747)4. Moh. Sulistiawan (13111352)5. Pratikno Susilo (13111373)
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan tema “Ekonomi Islam”. Dan makalah ini kami beri judul “The
Power Of Zakat”.
Makalah ini berisi tentang pengertian, obyek, tujuan, serta manfaat zakat sebagai
salah satu rukun islam dalam perekomian khususnya ekonomi Islam. Makalah ini
kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar
belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan pengertian
zakat serta segala sesuatu yang terkait dengannya. Penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari makalah kami. Makalah ini juga
kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan
dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang
hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
baik yang menyusun maupun yang membaca.
Depok, Oktober 2011
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul -------------------------------------------------------------------------
Tim Penyusun --------------------------------------------------------------------------
i
ii
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------
iii
iv
BAB I
Pendahuluan --------------------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang --------------------------------------------------------------- 2
1. Latar Belakang Pemilihan Judul ---------------------------------------- 2
2. Latar Belakang Pembuatan Makalah ---------------------------------- 2
B. Tujuan ------------------------------------------------------------------------- 3
1. Tujuan Umum ------------------------------------------------------------- 3
2. Tujuan Khusus ------------------------------------------------------------ 3
BAB II
Pembahasan ---------------------------------------------------------------------------- 4
A. Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqah ------------------------------------ 4
B. Jenis Zakat -------------------------------------------------------------------- 5
1. Zakat Fitrah --------------------------------------------------------------- 5
a. Pengertian ------------------------------------------------------------ 5
b. Waktu Pembayaran ------------------------------------------------- 6
2. Zakat Maal ---------------------------------------------------------------- 6
a. Pengertian ------------------------------------------------------------ 6
b. Syarat ----------------------------------------------------------------- 7
c. Jenis-jenis Zakat Maal ---------------------------------------------- 10
1) Zakat Emas dan Perak ----------------------------------------- 10
2) Zakat Pertanian ------------------------------------------------- 11
3) Zakat Perniagaan ----------------------------------------------- 11
4) Zakat Profesi ---------------------------------------------------- 12
5) Zakat Uang Simpanan dan Deposito ------------------------ 14
5
6) Zakat Perusahaan ---------------------------------------------- 15
7) Zakat Investasi ------------------------------------------------- 15
8) Zakat Hadiah dan Sejenisnya -------------------------------- 15
9) Zakat Peternakan ----------------------------------------------- 16
C. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat ---------------------------- 18
D. Orang-Orang Yang Tidak Berhak Menerima Zakat --------------------- 21
E. Beberapa tujuan dan dampak Zakat ---------------------------------------
BAB III
21
Penutup --------------------------------------------------------------------------------- 25
Potensi Zakat --------------------------------------------------------------------------- 25
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 28
The Power Of BAB I -
BAB I
PENDAHULUAN
Ummat Islam adalah ummat yang mulia, ummat yang dipilih Allah untuk
mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala ummat. Tugas ummat
Islam adalah mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram dan sejahtera
dimanapun mereka berada. Karena itu ummat Islam seharusnya menjadi rahmat bagi
sekalian alam.
Namun pada kenyataannya ummat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah akibat
belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, sebagaimana firman
Allah :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS. Ar Ra’du : 11)
Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada ummat Islam belum
dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan
ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika
The Power Of BAB I -
seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi
aqidah
The Power Of BAB I -
Islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika
kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga
makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan
makin dapat dipersempit.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulanagn kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam.
Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat
besar.
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Pemilihan Judul
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan ADB (Asian Development Bank)
dan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) menyatakan, potensi pengumpulan
dana zakat Indonesia dapat mencapai Rp 217 Triliun. Nilai sejumlah itu
terwujud, salah satunya karena Indonesia sebagai negeri dengan penduduk
muslim terbesar. Namun kenyataannya yang tercatat dan terhimpun pada
Asosiasi Lembaga Zakat di Indonesia yaitu Forum Zakat Nasional baru
sekitar 1,5 triliun rupiah.
Untuk itu kami memilih ekonomi islam sebagai tema utama makalah ini
serta memilih judul “The Power of Zakat” guna menggambarkan begitu
besarnya pengaruh zakat dalam perekonomian umat Islam khususnya di
Indonesia.
2. Latar Belakang Pembuatan Makalah
Makalah ini kami buat untuk melengkapi uji kompetensi dalam mata kuliah
Agama Islam, jurusan Teknik Komputer pada Akademi Bina Sarana
Informatika Kampus Depok tahun 2011.
The Power Of BAB I -
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat memberikan referensi
tambahan mengenai sumber dan manfaat zakat yang sangat besar sehingga
dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berzakat.
2. Tujuan Khusus
Melengkapi uji kompentensi mata kuliah Agama Islam.
The Power Of BAB II - 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat, Infaq Dan Shadaqah
Dalam Islam dikenal 3 istilah yang memiliki makna yang hampir serupa
tetapi memiliki perbedaan, bahkan sebagiannya merupakan bagian dari kata
lainya. Jika dibuatkan diagram maka bentuknya adalah sebagai berikut :
SHADAQAH
INFAQ
ZAKAT
Materi
Non Materi
Sunnah
Wajib
Fitrah
Maal
Dari gambar tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa shadaqah memiliki
makna yang lebih luas dari pada infaq ataupun zakat. Dalam Al Quran kata
shadaqah terkadang bermakna zakat, seperti dalam surat At Taubah ayat 60 :
”Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanyalah untuk faqir, miskin, amil,
mualaf, riqab, gharimin, fisabilillah dan ibnu sabil”. Begitu pula dalam ayat
103 : “Ambillah zakat dari sebagian harta orang kaya sebagai shadaqah
(zakat), yang dapat membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa
mereka doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu dapat memberi
ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.
Begitu pula dengan infaq terkadang bermakna zakat seperti yang terdapat
dalam al quran surat Al Baqarah ayat 267: “Hai orang beriman, nafkahkanlah
(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu…”
The Power Of BAB II - 5
Zakat, infaq dan shadaqah memiliki kemiripan makna, shadaqah adalah
sesuatu yang diberikan oleh seorang dapat berbentuk materi misalnya uang
atau barang, atau pun non materi misalnya senyum, seperti yang ditegaskan
oleh Rasulullah saw.
Infaq adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang baik yang sunnah
maupun yang wajib. Yang sunnah adalah yang tidak ditentukan nilainya,
sasarannya dan waktu. Seseorang dapat berinfaq kapan saja, dimana saja dan
besarannyapun berapa saja, begitu juga sasarannya tidak ditentukan secara
spesifik tetapi lebih fleksibel. Misalnya kotak amal yang terdapat di masjid-
masjid dan lain-lain. Sementara yang wajib adalah yang ditentukan nilainya
(2,5%, 5%, 10% atau 20%, dan lain-lain) diantara infaq yang wajib adalah
zakat.
Zakat secara bahasa berasal dari kata yang artinya tumbuh dan berkembang,
sedangkan secara istilah adalah mengeluarkan sebagian harta dalam
waktu tertentu (haul atau ketika panen), nilai tertentu (2,5%, 5%, 10% atau
20%,) dan sasaran tertentu (faqir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fi
sabilillah dan ibnu sabil).
B. JENIS ZAKAT
Zakat terbagi menjadi dua :
1. Zakat Fitrah (Nafs)
2. Zakat Harta (Maal)
1. ZAKAT FITRAH
a. Pengertian
Zakat fitrah adalah zakat (shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil
dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian. Dari Ibnu Umar
ra. Beliau berkata : ”Rasulullah saw. Telah memfardhukan zakat
fitrah 1 sha’ (kurang lebih 2,176 kg) dari kurma atau gandum atas
budak, orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak kecil dan
The Power Of BAB II - 6
orang tua dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan
supaya dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk shalat „Ied.”
(HR. Bukhori).
Menurut kesepakatan para ulama, kurma atau gandum dapat
digantikan dengan makanan pokok suatu tempat tertentu, contohnya
di Indonesia, dapat digantikan dengan beras.
b. Waktu pembayaran
1) Wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan
tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan
2) Boleh mendahulukan atau mempercepat pembayaran zakat
fitrah dari waktu wajib tersebut.
2. ZAKAT MAAL
a. Pengertian
Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang
diinginkan sekali sekali oleh manusia untuk memiliki,
memanfaatkan dan menyimpannya.
Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki
(dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya
(lazim). sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila
memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
a) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
b) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya.
Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas,
perak, dll.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat maal adalah
zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh seseorang
atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan.
The Power Of BAB II - 7
b. Syarat
Terdapat 6 syarat untuk suatu kekayaan terkena wajib zakat maal:
1) Milik penuh
Kekayaan pada dasarnya adalah milik Allah. Yang dimaksud
pemilikan disini hanyalah penyimpanan, pemakaian, dan
pemberian wewenang yang diberikan Allah kepada manusia,
sehingga sesorang lebih berhak menggunakan dan mengambil
manfaatnya daripada orang lain.
Istilah "milik penuh" maksudnya adalah bahwa kekayaan itu
harus berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaannya.
Dengan kata lain, kekayaan itu harus berada di tangannya, tidak
tersangkut di dalamnya hak orang lain, dapat ia pergunakan dan
faedahnya dapat dinikmatinya.
2) Berkembang
Pengertian berkembang yaitu harta tsb senantiasa bertambah
baik secara kongkrit (ternak dll) dan tidak secara konkrit (yang
berpotensi berkembang, seperti uang apabila diinvestasikan).
Nabi tidak mewajibkan zakat atas kekayaan yang dimiliki untuk
kepentingan pribadi seperti rumah kediaman, perkakas kerja,
perabot rumah tangga, binatang penarik, dll. Karena semuanya
tidak termasuk kekayaan yang berkembang atau mempunyai
potensi untuk berkembang. Dengan alasan ini pula disepakati
bahwa hasil pertanian dan buah-buahan tidak dikeluarkan
zakatnya berkali-kali walaupun telah disimpan bertahun-tahun.
Dengan syarat ini pula, maka jenis harta yang wajib zakat tidak
terbatas pada apa yang sering diungkapkansebahagian ulama
yaitu hanya 8 jenis harta (unta, lembu, kambing, gandum, biji
gandum, kurma, emas, dan perak). Semua kekayaan yang
berkembang merupakan subjek zakat.
3) Cukup senisab
Disyaratkannya nisab memungkinkan orang yang mengeluarkan
zakat sudah terlebih dahulu berada dalam kondisi berkecukupan.
The Power Of BAB II - 8
Tidaklah mungkin syariat membebani zakat pada orang yang
mempunyai sedikit harta dimana dia sendiri masih sangat
membutuhkan harta tsb. Dengan demikian pendapat yang
mengatakan hasil pertanian tidak ada nisabnya menjadi tertolak.
(Besarnya nisab untuk masing-masing jenis kekayaan dijelaskan
pada bab lain).
4) Lebih dari kebutuhan biasa
Kebutuhan adalah merupakan persoalan pribadi yang tidak bisa
dijadikan patokan besar-kecilnya. Adapun sesuatu kelebihan
dari kebutuhan itu adalah bagian harta yang bisa ditawarkan
atau diinvestasikan yang dengan itulah pertumbuhan/
perkembangan harta dapat terjadi.
Kebutuhan harus dibedakan dengan keinginan. Kebutuhan yang
dimaksud adalah kebutuhan rutin, yaitu sesuatu yang betul-betul
diperlukan untuk kelestarian hidup; seperti halnya belanja
sehari-hari, rumah kediaman, pakaian, dan senjata untuk
mempertahankan diri, peralatan kerja, perabotan rumah tangga,
hewan tunggangan, dan buku-buku ilmu pengetahuan untuk
kepentingan keluarga (karena kebodohan dapat berarti
kehancuran).
Kebutuhan ini berbeda-beda dengan berubahnya zaman, situasi
dan kondisi, juga besarnya tanggungan dalam keluarga yang
berbeda-beda. Persoalan ini sebaiknya diserahkan kepada
penilaian para ahli dan ketetapan yang berwewenang.
Zakat dikenakan bila harta telah lebih dari kebutuhan rutin.
Sesuai dengan ayat 2:219 ("sesuatu yang lebih dari
kebutuhan...") dan juga hadits "zakat hanya dibebankan ke atas
pundak orang kaya", dan hadits-hadits lainnya.
5) Bebas dari hutang
Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat
haruslah lebih dari kebutuhan primer, dan cukup pula senisab
yang sudah bebas dari hutang. Bila jumlah hutang akan
The Power Of BAB II - 9
mengurangi harta menjadi kurang senisab, maka zakat tidaklah
wajib.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hutang merupakan
penghalang wajib zakat. Namun apabila hutang itu
ditangguhkan pembayarannya (tidak harus sekarang juga
dibayarkan), maka tidaklah lepas wajib zakat (seperti halnya
hutang karena meng-kredit sesuatu).
6) Berlalu setahun
Maksudnya bahwa pemilikan yang berada di tangan si pemilik
sudah berlalu masanya dua belas bulan Qomariyah. Menurut
Yusuf Al-Qaradhawy, persyaratan setahun ini hanyalah buat
barang yang dapat dimasukkan ke dalam istilah "zakat modal"
seperti: ternak, uang, harta benda dagang, dll. Adapun hasil
pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia (barang tambang),
harta karun, dll yang sejenis semuanya termasuk ke dalam
istilah "zakat pendapatan" dan tidak dipersyaratkan satu tahun
(maksudnya harus dikeluarkan ketika diperoleh).
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para shahabat dan
tabi'in mengenai persyaratan "berlalu setahun" ini. Dimana apa
pendapat yang mengatakan bahwa zakat wajib dikeluarkan
begitu diperoleh bila sampai senisab, baik karena sendiri
maupun karena tambahan dari yang sudah ada, tanpa
mempersyaratkan satu tahun. Perbedaan ini dikarenakan "tidak
adanya satu hadits yang tegas" mengenai persyaratan ini.
(Pembahasan lebih jauh mengenai hal ini Insya Allah akain kita
jumpai pada pembahasan zakat profesi/ pendapatan).
Namun demikian sesuatu yang tidak diperselisihkan sejak dulu
adalah bahwa zakat kekayaan yang termasuk zakat modal di atas
hanya diwajibkan satu kali dalam setahun.
The Power Of BAB II - 1
c. Jenis-jenis Zakat Maal
1) Zakat Emas dan Perak
Syariat Islam memandang emas dan perak merupakan harta
yang potensial disamping dapat berfungsi sebagai perhiasan
yang indah, emas juga dapat berfungsi sebagai alat tukar dari
masa ke masa. Oleh sebab itu syariat Islam memandang
perlunya dikeluarkan zakat emas dan perak ini. Bahkan
dalam Alquran disebut secara khusus dalam surat At-Taubah:
34-35, “…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah swt. maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih. Pada hari itu dipanaskan emas
dan perak tersebut di neraka jahanam, lalu disetrika
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka,
(lalu dikatakan) kepada mereka :”Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari)
harta yang kamu simpan.”.
Ketentuan Zakat Emas dan Perak
Zakat Emas
a) Nishab zakat emas 85 gram
b) Haul selama 1 tahun
c) Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%
d) Perhiasan yang wajib dikeluarkan zakat adalah perhiasan
yang disimpan dan tidak dipakai, selain itu maka tidak
wajib dikeluarkan zakat.
Zakat Perak
a) Nishab zakat perak adalah 595 gram
b) Haul selama 1 tahun
c) Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%
The Power Of BAB II - 1
d) Cara penghitungan sama dengan penghitungan zakat
emas.
2) Zakat Pertanian
Firman Allah swt. :
“Hai orang- orang yang beriman nafkahkanlah (zakat) dari
sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian hasil
bumi yang kami (Allah) keluarkan untuk kalian”. (QS.Al-
Baqarah:267).
Ketentuan zakat pertanian
a) Nishab zakat pertanian adalah 653 kg beras.
Dari Jabir Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak wajib
dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5 Ausuq.”
(HR. Muslim) Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60
sha‟, sedangkan 1 sha‟= 2,176 kg, maka 5 wasaq adalah
5x 60 x 2,176 = 652,8 kg.
b) Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi atau
10% dengan pengairan alami (tadah hujan). Hadits Nabi
saw. :”yang diairi dengan air hujan, mata air dan tanah
zakatnya sepersepuluh (10%), sedangkan yang disirami
zakatnya seperduapuluh (5%).
c) Dikeluarkan ketika panen
Firman Allah swt. :”…Dan bayarkanlah zakatnya di hari
panen ….” (QS. 6 : 34)
3) Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta
niaga.
Ketentuan zakat perniagaan
a) Nishab zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas
b) Usaha tersebut telah berjalan selama 1 tahun
The Power Of BAB II - 1
c) Kadar yang dikelaurkan adalah 2,5%
d) Dapat dinayarkan dengan uang atau barang
e) Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan
4) ZAKAT PROFESI
Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang
dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya
bila telah mencapai nishab. Seperti karyawan, dokter, notaris
dan lain-lain.
Landasan syar’i zakat profesi
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah
(zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik,
…” Q.S. Al Baqarah : 267
Ayat diatas menunjukan lafadz atau kata yang masih umum ;
dari hasil usaha apa saja,
“…infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik, …” dan dalam ilmu fiqh terdapat kaidah “Al
“ibrotu bi Umumi lafdzi laa bi khususi sabab”, “bahwa ibroh
(pengambilan makna) itu dari keumuman katanya bukan
dengan kekhususan sebab.” Dan tidak ada satupun ayat atau
keterangan lain yang memalingkan makna keumuman hasil
usaha tadi, oleh sebab itu profesi atau penghasilan termasuk
dalam kategori ayat diatas.
Pendapat Sahabat dan Tabi’in tentang harta penghasilan
Para ulama salaf memberikan istilah bagi harta pendapatan
rutin /gaji seseorang dengan nama “A’thoyat”, sedangkan
untuk profesi adalah “Maal Mustafad”, sebagaimana
disebutkan dalam beberapa riwayat, diantaranya Ibnu
Mas‟ud, Mu‟awiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Abu
The Power Of BAB II - 1
„Ubaid meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang seorang laki-
laki yang
The Power Of BAB II - 1
memperoleh penghasilan “Ia mengeluarkan zakatnya pada
hari ia memperolehnya.” Abu Ubaid juga meriwayatkan
bahwa Umar bin Abdul Aziz memberi upah kepada
pekerjanya dan mengambil zakatnya, …”
Cara Mengeluarkan Zakat Profesi
Beberapa pendapat yang muncul mengenai nishab dan kadar
zakat profesi, yaitu :
a) Menganalogikan secara mutlak zakat profesi kepada
hasil pertanian, baik nishab maupun kadar zakatnya.
Dengan demikian nishab zakat profesi adalah 653 kg
beras dan kadarnya 5% dan dikeluarkan setiap
menerima.
b) Menganalogikan secara mutlak dengan zakat
perdagangan atau emas. Nishabnya 85 gram emas, dan
kadarnya 2,5% dan dikeluarkankan setiap menerima,
kemudian penghitungannya diakumulasikan atau dibayar
di akhir tahun.
c) Menganalogikan nishab zakat penghasilan dengan hasil
pertanian. Nishabnya senilai 653 kg beras, sedangkan
kadarnya dianalogikan dengan emas yaitu 2,5 %. Hal
tersebut berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabah)
terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yakni :
Model memperoleh harta penghasilan (profesi)
mirip dengan panen (hasil pertanian).
Model bentuk harta yang diterima sebagai
penghasilan berupa uang. Oleh sebab itu bentuk
harta ini dapat diqiyaskan dalam zakat harta
(simpanan/kekayaan) berdasarkan harta zakat yang
harus dibayarkan (2,5 %).
The Power Of BAB II - 1
Pendapat ketiga inilah yang diambil sebagai pegangan
perhitungan. Ini berdasarkan pertimbangan lebih maslahah
bagi muzaki dan mustahik. Mashlahah bagi muzaki adalah
apabila dianalogikan dengan pertanian, baik nishab dan
kadarnya. Namun, hal ini akan memberatkan muzaki karena
tarifnya adalah 5 %.
Sementara itu, jika dianalogikan dengan emas, hal ini akan
kurang berpihak kepada mustahik karena tingginya nishab
akan semakin mengurangi jumlah orang yang sampai nishab.
Oleh sebab itu, pendapat ketiga adalah pendapat pertengahan
yang mempehatikan mashlahah kedua belah pihak (muzaki
dan mustahik).
Adapun pola penghitungannya bisa dihitung setiap bulan dari
penghasilan kotor menurut pendapat DR. Yusuf Qardhawi,
Muhammad Ghazali dan lain-lain7. Dalam realitanya di
Indonesia setiap penghasilan tetap sudah dikenakan pajak
penghasilan (PPH) maka yang lebih realistis perhitungan
zakatnya dari take home pay.
5) Zakat Uang Simpanan Atau Deposito
a) Uang Simpanan
Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir
bila telah mencapai nishab dan berjalan selama 1 tahun.
Besarnya nishab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5%.
b) Deposito
Zakat simpanan deposito dihitung dari nilai pokoknya.
Besarnya nishab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5%.
The Power Of BAB II - 1
6) Zakat Perusahaan
Dalam menghitung zakat perusahaan, ketentuan dan cara
menghitung zakatnya disetarakan dengan zakat perdagangan.
Catatan: Apabila perusahaan menyertakan modal dari
pegawai non muslim, maka penghitungannya setelah
dikurangi kepemilikian modal atau keuntungan pegawai non
muslim tersebut.
7) Zakat Investasi
Zakat invesatasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
investasi, seperti mobil, rumah, dan tanah yang disewakan.
Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan dari hasilnya
bukan dari modalnya.
8) Zakat Hadiah Dan Sejenisnya
a) Zakat Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang didapatkan oleh seseorang
setelah ia sukses dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
(1) Apabila dalam mendapatkan hadiah tersebut nyaris
tidak ada usaha jerih payah sama sekali baik tenaga
maupun pikiran, maka hadiah tersebut mirip rikaz,
zakatnya 20%.
(2) Apabila dalam mendapatkan hadiah tersebut tanpa
usaha yang signifikan, zakatnya 10%.
(3) Apabila dalam mendapatkan hadiah tersebut ada
usaha yang signifikan tetapi tidak dominan, zakatnya
5%.
(4) Apabila dalam mendapatkan hadiah tersebut ada
usaha jerih payah baik tenaga maupun pikiran, seperti
want‟s to be a milioner, maka zakatnya 2,5%.
The Power Of BAB II - 1
b) Zakat Hibah
Hibah adalah suatu pemberian yang didapatkan oleh
seseorang.
(1) Jika hibah tersebut tidak di duga-duga maka zakatnya
20%
(2) Jika hibah tersebut diduga tetapi tanpa ada kontribusi
dari jasa yang langsung atau tidak dari penerima,
maka zakatnya 10%
(3) Jika hibah tersebut diduga dan ada kontribusi jasa dari
penerima, maka zakatnya 5%
9) Zakat Peternakan
Syarat-syarat zakat ternak
a) Mencapai nishab
b) telah dimiliki selama satu tahun
c) Digembalakan
d) Tidak dipekerjakan
Zakat Unta
Jumlah (ekor) Zakat
5-9 1 ekor kambing/domba (a)
10-14 2 ekor kambing/domba
15-19 3 ekor kambing/domba
20-24 4 ekor kambing/domba
25-35 1 ekor unta bintu Makhad (b)
36-45 1 ekor unta bintu Labun (c)
45-60 1 ekor unta Hiqah (d)
61-75 1 ekor unta Jadz'ah (e)
76-90 2 ekor unta bintu Labun (c)
91-120 2 ekor unta Hiqah (d)
The Power Of BAB II - 1
Keterangan:
(a) Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba
berumur satu tahun atau lebih.
(b) Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2
(c) Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3
(d) Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4
(e) Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5
Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor maka
zakatnya bertambah 1 ekor bintu Labun, dan setiap jumlah itu
bertambah 50 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor Hiqah.
Zakat Kambing / Domba
Jumlah Ternak (ekor) Zakat
40-120 1 ekor kambing (2th) atau
domba (1th)
121-200 2 ekor kambing/domba
201-300 3 ekor kambing/domba
Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka
zakatnya bertambah 1 ekor.
Zakat Sapi, Kerbau dan Kuda
Jumlah Ternak
(ekor)
Zakat
30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi' (a)
40-59 1 ekor sapi betina musinnah (b)
60-69 2 ekor sapi tabi'
70-79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi'
80-89 2 ekor sapi musinnah
The Power Of BAB II - 1
Keterangan :
a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2
a. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3
Zakat Ternak Unggas (ayam, bebek, burung, dll) dan
Perikanan
Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan
berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan
kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab
ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar
(1 Dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram
emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau perikanan,
dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang
berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara
dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban
zakat sebesar 2,5 %.
C. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. ” (QS. At-Taubah : 60)
The Power Of BAB II - 2
Sesuai tersebut di atas, orang yang berhak menerima zakat adalah :
1. Fakir
Orang fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta untuk memenuhi
kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang ia tanggung. Kebutuhan
itu berupa makanan, atau minuman, atau pakaian, atau tempat tinggal.
2. Miskin
yaitu orang yang mempunyai sedikit harta untuk dapat menutupi
kebutuhannya, akan tetapi tidak mencukupi.
Bisa jadi orang miskin itu kefakirannya lebih ringan, atau lebih berat
daripada orang fakir. Hanya saja hukum keduanya adalah satu dalam
segala hal. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam pernah mendefinisikan
orang miskin dalam hadits-haditsnya, Beliau bersabda yang artinya :
“Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling kepada manusia dan bisa
disuruh pulang oleh sesuap makanan, atau dua suap makanan, atau satu
kurma, atau dua kurma. Namun orang miskin ialah orang yang tidak
mempunyai kekayaan yang membuatnya kaya, tidak diketahui kemudian
perlu diberi sedekah, dan tidak meminta-minta manusia” [Diriwayatkan
Bukhari]
3. „Amilin
Yaitu pemungut zakat, atau orang-orang yang mengumpulkannya, atau
orang yang menakarnya, atau penulisnya di dokumen. Petugas Zakat diberi
upah dari zakat kendati orang kaya, karena Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda yang artinya :
“Sedekah (zakat) tidak halal bagi orang kaya kecuali bagi lima orang
petugasnya, orang yang membeli zakat dengan hartanya, orang yang
berhutang, pejuang di jalan Allah atau orang miskin yang bersedekah
dengannya kemudian menghadiahkannya kepada orang kaya”
[Diriwayatkan Ahmad]
4. Muallaf
Yaitu orang-orang yang lemah ke-Islamannya dan orang yang berpengaruh
di kaummnya. Ia diberi zakat untuk membujuk hatinya dan
mengarahkannya kepada Islam dengan harapan ia bermanfaat bagi orang
The Power Of BAB II - 2
banyak atau kejahatannya terhenti. Zakat juga boleh diberikan kepada
orang kafir yang diharapkan bisa beriman atau kaumnya bisa beriman. Ia
diberi zakat untuk mengajak mereka kepada Islam dan membuat mereka
cinta Islam.
5. Memerdekaan budak (Rikob),
Yang dimaksud dengan point ini ialah bahwa seorang Muslim mempunyai
budak, kemudian dibeli dari uang zakat dan dimerdekakan di jalan Allah.
Atau ia mempunyai budak mukatib (budak yang membebaskan dirinya
dengan membayar sejumlah uang kepada pemiliknya), kemudian ia diberi
uang zakat yang bisa menutup kebutuhan pembayaran dirinya, hingga ia
bisa menjadi orang merdeka.
6. Orang yang berutang / ghorim
Yaitu orang-orang yang berhutang tidak di jalan kemaksiatan kepada
Allah, Rasul-Nya, dan mendapatkan kesulitan untuk membayarnya. Ia
diberi zakat untuk melunasi hutangnya, karena Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Meminta-minta tidak diperbolehkan kecuali bagi tiga orang : Orang
yang sangat Miskin, atau orang yang berhutang banyak, atau orang yang
menanggung diyat (ganti rugi karena luka, atau pembunuhan)”
[Diriwayatkan At-Timridzi]
7. Fisabilillah
Yaitu amal perbuatan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah Ta‟ala
dan Surga-Nya, terutama jihad untuk meninggikan kalimat-Nya. Jadi
pejuang di jalan Allah Ta‟ala diberi zakat kendati dia orang kaya. Jatah ini
berlaku umum bagi seluruh kemaslahatan-kemaslahatan umum agama,
misalnya pembangunan rumah-rumah sakit, pembangunan sekolah-
sekolah, dan pembangunan panti asuhan anak-anak yatim. Tapi yang harus
didahulukan ialah yang terkait dengan jihad, misalya penyiapan senjata,
perbekalan, pasukan, dan seluruh kebutuhan jihad di jalan Allah Ta‟ala.
8. Ibnu Sabil,
The Power Of BAB II - 2
Yaitu musafir yang terputus dari negerinya yang jauh. Ia diberi zakat
yang bisa menutupi kebutuhannya di tengah-tengah keterasingannya
kendati ia
The Power Of BAB II - 2
kaya di negerinya. Ia diberi zakat karena ia terancam miskin di
perjalanannya dan ini dengan syarat tidak ada orang yang meminjaminya
uang yang bisa memenuhi kebutuhannya. Jika ia memungkinkan bisa
pinjam uang kepada seseorang, ia wajib meminjamnya dan tidak berhak
diberi zakat selagi ia kaya di negerinya.
D. Orang-Orang Yang Tidak Berhak Menerima Zakat
1. Orang kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau mempunyai harta yang
sampai senisab. Yang dikecualikan dari kriteria ini adalah pasukan
perang fisabilillah, amil zakat, penghutang untuk kemaslahatan orang
lain, seperti yang dikatakan oleh jumhurul ulama. Seorang anak dianggap
cukup jika ayahnya kaya, demikian juga seorang isteri dianggap kaya
jika suaminya kaya, sehingga keduanya tidak boleh diberi zakat.
2. Orang yang kuat yang mampu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya
dan jika penghasilannya tidak mencukupi, maka boleh mengambil zakat.
3. Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir yang memerangi, orang
murtad, dan orang ateis.
4. Bapak ibu atau kakek nenek hingga ke atas atau anak-anak hingga ke
bawah atau isteri dari orang yang mengeluarkan zakat, karena nafkah
mereka di bawah tanggung jawabnya.
5. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal
bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
E. Beberapa tujuan dan dampak Zakat
1. Bagi Pemberi (Muzakki)
a. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
Zakat yang dikeluarkan karena ketaatan pada Allah akan
mensucikannya jiwa (9:103) dari segala kotoran dan dosa, dan
terutama kotornya sifat kikir. Penyakit kikir ini telah menjadi tabiat
manusia (17:100; 70:19), yang juga diperingatkan Rasulullah SAW
sebagai penyakit yang dapat merusak manusia (HR Thabrani), dan
The Power Of BAB II - 2
penyakit yang dapat memutuskan tali persaudaraan (HR Abu Daud
dan Nasai). Sehingga alangkah berbahagianya orang yang bisa
menghilangkan kekikiran. "Barangsiapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yangberuntung"
(59:9; 64:16).
Zakat yang mensucikan dari sifat kikir ditentukan oleh
kemurahannya dan kegembiraan ketika mengeluarkan harta semata
karena Allah. Zakat yang mensucikan jiwa juga berfungsi
membebaskan jiwa manusia dari ketergantungan dan ketundukan
terhadap harta benda dan dari kecelakaan menyembah harta.
b. Zakat mendidik berinfak dan memberi.
Berinfak dan memberi adalah suatu akhlaq yang sangat dipuji dalam
Al Qur'an, yang selalu dikaitkan dengan keimanan dan ketaqwaan
(2:1-3; 42:36-38; 3:134; 3:17; 51:15-19; 92:1-21) Orang yang
terdidik untuk siap menginfakan harta sebagai bukti kasih sayang
kepada saudaranya dalam rangka kemaslahatan ummat, tentunya
akan sangat jauh sekali dari keinginan mengambil harta orang lain
dengan merampas dan mencuri (juga korupsi).
c. Berakhlaq dengan Akhlaq Allah
Apabila manusia telah suci dari kikir dan bakhil, dan sudah siap
memberi dan berinfak, maka ia telah mendekatkan akhlaqnya
dengan Akhlaq Allah yang Maha Pengash, Maha Penyayang dan
Maha Pemberi.
d. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
e. Zakat mengobati hati dari cinta dunia.
Tenggelam kepada kecintaan dunia dapat memalingkan jiwa dari
kecintaan kepada Allah dan ketakutan kepada akhirat. Adalah suatu
lingkaran yang tak berujung; Usaha mendapatkan harta ---->
mendapatkan kekuasaan ----> mendapatkan kelezatan ----> lebih
berusaha mendapatkan harta, dst. Syariat Islam memutuskan
lingkaran tsb dengan mewajibkan zakat, sehingga terhalanglah nafsu
dari lingkaran syetan itu. Bila Allah mengaruniai harta dengan
The Power Of BAB II - 2
disertai ujian/fitnah (21:35; 64:15; 89:15) maka zakat melatih si
Muslim untuk menandingi fitnah harta dan fitnah dunia tsb.
f. Zakat mengembangkan kekayaan bathin
Pengamalan zakat mendorong manusia untuk menghilangkan
egoisme, menghilangkan kelemahan jiwanya, sebaliknya
menimbulkan jiwa besar dan menyuburkan perasaan optimisme.
g. Zakat menarik rasa simpati/cinta
Zakat akan menimbulkan rasa cinta kasih orang-orang yang lemah
dan miskin kepada orang yang kaya. Zakat melunturkan rasa iri
dengki pada si miskin yang dapat mengancam si kaya dengan
munculnya rasa simpati dan doa ikhlas si miskin atas si kaya.
h. Zakat mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain
(Tapi zakat tidak bisa mensucikan harta yang diperoleh dengan jalan
haram).
i. Zakat mengembangkan dan memberkahkan harta.
Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda (34:39; 2:268; dll).
Sehingga tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan berkurang
dengan zakat.
2. Bagi penerima (Mustahik) :
a. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga
dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat
kepada Tuhannya.
Sesungguhnya Islam membenci kefakiran dan menghendaki manusia
meningkat dari memikirkan kebutuhan materi saja kepada sesuatu
yang lebih besar dan lebih pantas akan nilai-nilai kemanusiaan yang
mulia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
b. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci.
Sifat hasad dan dengki akan menghancurkan keseimbangan pribadi,
jasamani dan ruhaniah seseorang. Sifat ini akan melemahkan bahkan
memandulkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini
dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba
The Power Of BAB II - 2
mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan
menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan
satu sama lain.
The Power Of BAB III -
BAB III
PENUTUP
POTENSI ZAKAT
Pada masa dulu zakat yang dikumpulkan di Baitulmaal (Lembaga Amil Zakat pada
saat itu) sangat berpotensi untuk mengentaskan kemiskinan, pada masa Umar bin
Khattab, Muaz bin Jabal yang menjabat sebagai Gubernur di Yaman, ditunjuk untuk
menjadi Ketua Amil Zakat disana.
Pada tahun pertama Muaz bin Jabal mengirimkan 1/3 dari surplus dana zakat ke
pemerintahan pusat, lalu dikembalikan ke Yaman oleh beliau. Pada tahun ke 2, Muaz
mengirimkan ½ dari surplus dana zakat yang terkumpul di baitulmaal. Dan pada
tahun ketiga semua dana zakat dikirimkan kepemerintahan pusat, karena sudah tidak
ada lagi orang yang mau menerima dana zakat dan merasa sebagai mustahik,
akhirnya dana tersebut dialihkan pemanfaatannya ke daerah lain yang masih minim.
Hal tersebut terjadi juga pada masa Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana diriwayatkan
oleh Abu Ubaid, bahwa Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurrahman mengirim surat
kepada Amirul Mukminin tentang melimpahnya dana zakat di baitulmaal karena
sudah tidak ada lagi yang mau menerima zakat.
Lalu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memberikan upah kepada mereka
yang biasa menerima upah, dijawab oleh Yazid, “kami sudah memberikannya tetapi
dana zakat begitu banyak di baitulmaal, lalu Umar bin Abdul Aziz menginstruksikan
untuk memberikan dana zakat tersebut kepada mereka yang berhutang dan tidak
boros.
Yazid pun berkata, “kami sudah bayarkan hutang-hutang mereka, tetapi dana zakat
begitu banyak di baitulmaal”, kemudian Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar ia
mencari orang lajang yang ingin menikah agar dinikahkan dan dibayarkan maharnya,
dijawab lagi “kami sudah nikahkan mereka dan bayarkan maharnya tetapi dana zakat
The Power Of BAB III -
begitu banyak di Baitul Maal”. Akhirnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar
Yazid bin Abdurrahman mencari seorang yang mempunyai usaha dan kekurangan
modal, lalu memberikan mereka modal tambahan tanpa harus mengembalikannya.
Masa Sekarang
Menggali potensi zakat perlu dilakukan melalui identifikasi objek zakat. Sosialisasi
dalam mekanisme penerimaan/pemungutan melalui petugas pengumpul zakat
(ummal) sangat penting, Namun yang terpenting setelah zakat terkumpul
adalam dalam penyaluran kepada mustahik (penerima zakat). Efektifitas ini
berkaitan pula dnegan efisiensi dalam internal manajemen termasuk kualitas dan
profesionalitas amil zakat, dan transparansi dalam tata-kelola zakat.
Zakat sesungguhnya berfungsi pula sebagai sumber dana bagi pengembangan
ekonomi syariah dengan manajemen amanah. Zakat disalurkan bukan sekedar kepada
fakir miskin yang lebih ditujukan ke kepentingan konsumsi (keluarga), tetapi
idealnya dana yang disalurkan dapat dijadikan modal usaha bagi perbaikan ekonomi
keluarga warga Muslim. Jadi sisi investasi atas zakat jauh lebih bermanfaat
dibandingkan sisi konsumsi dari zakat. Ia bagaikan memberi kail dan umpan untuk
pengembangan ekonomi ummat, dibandingkan memberi ikan yang siap dimakan
untuk kepentingan sesaat.
Seiring meningkatnya ekonomi Indonesia, potensi dana zakat diperkirakan terus
meningkat. zakat perlu dimaknai memiliki peran sosial yang sama seperti pajak.
Zakat menurut pakar merupakan satu-satunya rukun Islam yang tidak saja merupakan
ibadah ritual semata, tetapi juga mempunyai dampak ekonomi dan sosial yang sangat
luas. Zakat adalah kewajiban ekonomi yang wajib dipenuhi oleh umat muslim yang
dibayarkan setiap tahun.
Pemanfaatan zakat dinilai masih untuk keperluan konsumtif bagi warga miskin, dan
belum diarahkan ke yang lebih produktif yang mampu mengentaskan kemiskinan.
The Power Of BAB III -
Jika dikelola dengan baik dan melalui kerja sama sinergi antara pemerintah dan
lembaga pengelola zakat maka kemiskinan di tanah air mampu ditekan. Hingga saat
ini pengelolaan zakat di Indonesia belum ideal. Meski lembaga pengelola zakat
semakin berkembang namun akan lebih baik jika zakat dikelola melalui kerjasama
dengan pemerintah karena pemerintah memiliki data wilayah-wilayah di tanah air
dengan pendukuk kurang mampu.
Hasil kajian yang dilakukan ADB (Asian Development Bank) dan Baznas (Badan
Amil Zakat Nasional) menyatakan potensi perkiraan pemberian zakat, infak dan
sedekah (ZIS) di tanah air, jika di akumulasi pertahunnya dapat mencapai 217 triliun
rupiah. Nilai sejumlah itu terwujud, salah satunya karena Indonesia sebagai negeri
dengan penduduk muslim terbesar. Sementara yang tercatat, terhimpun di Asosiasi
Lembaga Zakat di Indonesia yaitu Forum Zakat Nasional baru sekitar 1,5 triliun
rupiah.
The Power Of Daftar
DAFTAR PUSTAKA
Arafat, HS (05 Jun 2011). “The Power Of Zakat”Dalam Membangun EkonomiUmat.From http://www.zisindosat.com/%E2%80%9Cthe-power-of-zakat%E2%80%9D-dalam-membangun-ekonomi-umat/, 29 September 2011
Gera , Iris (26 Agustus 2011). Jika Dikelola Baik, Zakat Mampu Tekan Angka Kemiskinan. From http://www.voanews.com/indonesian/news/Jika-Dikelola- Baik-Zakat-Mampu-Tekan-Angka-Kemiskinan-128465558.html,29 September 2011
Ghanim, Adil Rasyad. Panduan Praktis menghitung zakat.From http// www.alsofwah.or.id , 29 September 2011
LAZ Yaumil (2008). Panduan Zakat .From http://www.lazyaumil.org/files/Panduan %20Zakat.pdf, 29 September2011
Nahaba, Budi (18 Agustus 2011). Potensi Zakat Indonesia Bisa Capai 217 Triliun Rupiah. From http://www.voanews.com/indonesian/news/Zakat-Indonesia- berpotensi - Capai-Rp-217-Triliun-128033973.html, 29 September 2011
Pos Keadilan Peduli Ummat – PKPU (2008). Panduan Zakat Praktis.From http://www.pkpu.or.id/files/panduan.zakat.praktis.pkpu.pdf,29 September 2011
Qardhawi , Yusuf (2003). Fiqh Zakat . From http://pustaka-ebook.com/fiqh-zakat,29 September 2011