Download - Makro Echino
Makropaleontologi
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pratikum makropaleontologi, acara Echinodermata ini
telah disahkan pada:
hari : Rabu
tanggal : 10 Nvember 2009
pukul : WIB
Sebagai salah satu tugas laporan pratikum mata kuliah makropaleontologi.
Semarang, 10 November 2009
Asisten Acara, Praktikan,
Wisnu Widiatmoko. Dhimas Aditya Nugraha
NIM. L2L 007 048 NIM. L2L 008 017
Echinodermata 1
Makropaleontologi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Maksud
Mengetahui Pengertian phylum echinodermata beserta contoh spesiesnya
Mengetahui contoh wujud echinodermata dan sifat – sifat fisik yang
dimiliki setiap spesiesnya.
Mengetahui bagian – bagian tubuh, zaman terbentuknya, serta lingkungan
saat spesies tersebut hidup.
Mengetahui manfaat yang dimiliki echinodermata baik saat masih hidup
ataupun saat sudah menjadi fosil.
I.2. Tujuan
Dapat menjelaskan pengertian Phylum echinodermata beserta contoh
spesiesnya
Dapat menyebutkani contoh wujud echinodermata dan sifat – sifat fisik
yang dimiliki setiap spesies
Dapat menjelaskan bagian – bagian tubuh, zaman terbentuknya, serta
lingkungan saat spesies tersebut hidup.
Dapat menyebutkan manfaat yang dimiliki echinodermata baik saat masih
hidup ataupun saat sudah menjadi fosil.
Echinodermata 2
Makropaleontologi
BAB II
DASAR TEORI
Echinodermata berasal dari kata latin, Echinos (duri) dan derma
(kulit). Jadi Echinodermata berarti binatang berkulit duri. Echinodermata
memiliki cangkang yang mempunyai simetri kelipatan 5. Cangkang
tersebut berbintil-bintil atau ditumbuhi sejenis duri di permukaannya.
Mempunyai tabung kaki, yang berfungsi untuk bergerak dan menangkap
makanan. Echinodermata hidup di dasar laut (benthonic), baik sesil
maupun vagil, mulai dari zona litoral hingga abysal.
Echinodermata terdiri dari 7 kelas,yaitu :
1. Kelas Asteroidea
2. Kelas Echinoidea
3. Kelas Ophiuroidea
4. Kelas Holothuroidea
5. Kelas Chrinoidea
6. Kelas Blastoidea
7. Kelas Cystoidea
1. Kelas Asteroidea
Sering disebut bintang laut, karena mempunyai lima buah
lengan yang memancar dari lempengan pusat . Pada setiap lengan terdapat
2-4 lajur kaki. Pada lengan juga terdapat saluran ambulakral, yang
berfungsi mengangkut makanan. Makanan berupa cacing, udang atau
moluska.
Fosil Asteroidea yang utuh sangat jarang dijumpai, karena
setelah mati kulit akan membusuk dan hancur. Hidup di laut yang sangat
dangkal (bahkan zona litoral), tetapi ada juga yang bisa hidup di laut
dalam. Hidup sejak Ordovician hingga kini.
Echinodermata 3
Makropaleontologi
Gambar 1.Bagian Tubuh Asteroidea.
2. Kelas Echinoidea
Sering disebut bulu babi atau landak laut. Bentuknya bervariasi,
mulai dari membulat seperti bola sampai pipih seperti cakram. Pada
cangkang dijumpai lima alur yang mengandung tabung kaki, disebut
daerah ambulakral.Alur ini memancar secara radial dari mulut. Pada
bentuk yang membulat, mulut terdapat pada bagian bawah dan dilengkapi
dengan 5 buah gigi yang tajam.
Pada bentuk yang pipih mulut terdapat pada pinggir depan,
anus pada bagian pinggir belakang. Hidup pada semua kedalaman laut,
kebanyakan laut dangkal yang hangat. Makanan berupa rumput laut dan
binatang lain yang mati. Muncul sejak Ordovician, hingga kini. Melimpah
sepanjang Jura-Kapur.
Gambar 2. Bagian tubuh Echinoidea
Echinodermata 4
Makropaleontologi
3. Kelas Holothuroidea
Merupakan Echinodermata yang berdinding lunak, dan dikenal
sebagai golongan teripang atau mentimun laut. Bentuk tubuhnya seperti
sosis, tanpa lengan dan tanpa duri. Kerangkanya tersusun oleh sejumlah
besar lempengan kecil dengan bentuk beraneka ragam, disebut sklerit.
Karakter Echinodermata terlihat dari adanya 5 jalur tabung kaki.
Fosil golongan Holothuroidea diketahui muncul pada Karbon
Awal, hasil pengendapan laut dangkal.
Gambar 3. Bagian Tubuh holothuroidea
4. Kelas Crinoidea
Kelas ini mewakili golongan Echinodermata yang bentuknya
menyerupai tanaman, sering disebut lilia laut. Kerangka Crinoid pada
umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Calyx, Lengan dan batang
(stem)
Calyx(Kepala) merupakan tempat menyimpan organ2 penting,
berbentuk seperti mangkuk, tersusun oleh lempeng2 yang tersusun
simetris.Setiap jenis yang berbeda mempunyai bentuk calyx yang berbeda
pula.
Lengan terdapat di atas Calyx, berjumlah lima buah yang
merentang ke atas.Pada lengan terdapat saluran makanan (pinnules) dan
cilia yang berfungsi sebagai pembantu dalam pengumpulan makanan.
Batang umumnya menambat pada dasar laut atau pada objek
lain, oleh sistem akar. Struktur ini bercabang2 ke segala arah, sehingga
sehingga crinoid dapat tertambat secara kuat di dasar laut.
Echinodermata 5
Makropaleontologi
Crinoid mulai dijumpai pada Jaman Ordovician dan melimpah
pada Awal Karbon, sehingga disebut The Age of Crinoid.
Crinoid masa kini hidup pada laut dangkal, jernih, kadar
oksigen tinggi dan banyak tersedia mikroplangton sebagai makanannya.
Dalam bentuk fosil, crinoid jarang dijumpai dalam bentuk utuh,
karena setelah mati akan terurai. Bagian yang sering dijumpai berupa
fragmen dari batang dan calyx. Fragmen2 ini sering menjadi komposisi
utama batugamping, sehingga disebut batu gamping crinoid.
Gambar 4. Contoh spesies Crinoidea
5. Kelas Ophiuroidea
Sering disebut golongan ular laut, disebut juga brittle star.
Mirip dengan golongan bintang laut, bedanya mempunyai ukuran yang
lebih kecil, lempengan pusat yang lebih jelas, lengan lebih panjang dan
menyerupai tubuh ular.Tidak mempunyai saluran ambulakral, makanan
langsung diambil oleh mulut. Dijumpai sejak Ordovician, jarang dijumpai
fosilnya. Hidup di laut yang sangat dangkal.
Gambar 5. Bagian – bagian tubuh Ophiuroidea
Echinodermata 6
Makropaleontologi
6. Kelas Blastoidea
Blastos berarti tunas, sedangkan oid berarti seperti. Jadi
blastoidea berarti binatang yang kenampakannya seperti tunas. Golongan
ini mempunyai batang, seperti halnya Crinoid, tetapi mempunyai simetri
kelipatan lima yang lebih jelas. Calyx nampak sebagai tunas berbentuk
segilima, dan mempunyai saluran ambulakral yang keluar dari arah mulut
secara radial. Setiap ambulakral memiliki saluran makanan yang terletak
di tengah, yang mempunyai percabangan ke samping (menjadi saluran
makanan samping).
Gambar 5. Berbagai bentuk blastoiea )
Dalam mengumpulkan makanan, dibantu oleh adanya brachiole
berupa bentukan seperti benang yang menjulur dari arah pinggiran lateral
dari ambulakral. Mulut blastoid terletak pada bagian tengah calyx,
dikelilingi oleh lima lubang yang disebut spiracle. Kisaran hidupnya
Ordovician – Perm (seperti Crinoid, golongan ini sangat melimpah pada
Karbon Awal, tetapi punah pada jaman Perm). Fosilnya banyak dijumpai
pada batugamping dan napal, menunjukkan lingkungan hidupnya laut
jernih yang dangkal.
7. Kelas Cystoidea
Kelas ini mempunyai ciri kurang jelas atau tiadanya sistem
simetri lipat lima, seperti yang nampak pada kelas2 lain. Calyx berbentuk
agak bulat atau mirip kantong. Mulut terletak pada dorsal, sedangkan anus
terletak pada bagian pinggir dimana mulut berada. Terdapat pori2 pada
Echinodermata 7
Makropaleontologi
lempeng2 penyusun calyx, yang berfungsi untuk pernafasan atau
pengeluaran kotoran.Kisaran hidup antara Cambrian – akhir Devon
(namun melimpah pada ordovician – Silur)
Gambar 6. Contoh bentuk kelas Crystoidea.
Echinodermata 8
Makropaleontologi
BAB III
HASIL DESKRIPSI
Echinodermata 9
Makropaleontologi
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM MAKROPALEONTOLOGI
ACARA : ECHINODERMATA
NO. PERAGA: P 18
NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA
DHIMAS ADITYA N. L2L 008 017 2 PHIMOSOMA sp.
HARI, TGL JAM ASISTE ACARA
Echinodermata 10
Makropaleontologi
RABU, 4 -11-09 14.00 WISNU W. PHYLUM ECHINODERMATA
JENIS PERAGA YANG DIAMATI KELAS ECHINOIDEA
BODI
UTUHFRAGMEN MOLD CAST LAIN2 ORDO PHYXMOSOMATIDAE
V - - - - FAMILI TOXASTERIDAE
DORSAL PERIFERAL VENTRAL
DESKRIPSI
Fosil echinoidea ini berwarna coklat muda dengan ukuran 2,5cm x 3cm. Fosil ini
berbentuk utuh, bulat, dengan rongga di dalamnya. Fosil ini bercangkang tipis dan
diperkirakan hidup di perairan laut dangkal dengan kandungan asam tak jenuh. Fosil
ini memiliki salur dan terdapat tonjolan ( tuberkel ) tempat tumbuhnya duri saat
masih hidup. Fosil hidup mengambang atau tertambat pada terumbu karang.
UMUR GEOLOGI CRETACEOUS
LINGKUNGAN HIDUPMENGAMBANG ATAU TERTAMBAT PADA TERUMBU KARANG
PERIRAN DANGKAL DENGAN SUHU YANG HANGAT.
CATATAN ASISTEN TANGGALPARAF
ASISTEN ASISTEN ACARA
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM MAKROPALEONTOLOGI
ACARA : ECHINODERMATA
NO. PERAGA: TANPA NOMOR
NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA
DHIMAS ADITYA N. L2L 008 017 2 ENALASTER sp.
HARI, TGL JAM ASISTE ACARA
Echinodermata 11
Makropaleontologi
RABU, 4 -11-09 14.00 WISNU W. PHYLUM ECHINODERMATA
JENIS PERAGA YANG DIAMATI KELAS ECHINOIDAE
BODI
UTUHFRAGMEN MOLD CAST LAIN2 ORDO SPATANGOIDA
- - - -REPLACE-
MENTFAMILI TOXASTERIDAE
DORSAL PERIFERAL VENTRAL
DESKRIPSI
Spesies ini terfosilkan melalui proses replacement atau mineralisasi. Bagian
keras asli fosil ini terbawa air tanah dan meninggalkan rongga yang
merupakan cetakan. Kemudian terjadi proses pengendapan pada cetakan
sehingga terbentuk wujud yang serupa. Fosil berbentuk cakram dengan
ukuran 6cm x 5,5 cm. Terdapat 5 alur yang mengandung tabung kaki. Warna
coklat muda dengan habitat laut dangkal secara bentos sesile
UMUR GEOLOGI CRETACEOUS
LINGKUNGAN HIDUP LAUT DANGKAL
CATATAN ASISTEN TANGGALPARAF
ASISTEN ASISTEN ACARA
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Fosil Peraga 1
Echinodermata 12
Makropaleontologi
Fosil peraga yang pertama adalah fosil peraga nomor P 18.
Fosil ini termasuk dalam phylum echinodermata atau hewan berkulit duri.
Termasuk kelas echinoidea atau lebih dikenal sebagai bulu babi atau
landak laut. Ordo fosil ini phyxmosomatida dan family phymosomatidae.
Fosil ini masih dalam keadaan utuh. Fosil ini bernama phymosoma sp.
Fosil echinoidea ini berwarna coklat muda dengan ukuran
2,5cm x 3cm. Fosil ini berbentuk bulat, dengan rongga di dalamnya. Fosil
ini bercangkang tipis dan diperkirakan hidup di perairan laut dangkal
dengan kandungan asam tak jenuh
Dalam fosil ini terdapat 5 alur yang memancar dari pusat yang
disebut ambulakrum. Ambulakrum ini membagi tubuh menjadi 5 bagian
atau 5 ruas. Ruas ini disebut sebagai interambulakrum. Di permukaan
cangkang fosil terdapat tonjolan ( tuberkel ) yang merupakan tempat
tumbuhnya duri saat masih hidup. Pada salah satu sisi fosil terdapat satu
lubang kecil yang berfungsi sebagai anus saat masih hidup. Sedangkan di
sisi sebaliknya terdapat juga sebuah lubang yang berukuran lebih besar
yang berfungsi sebagai mulut. Alur ambulakrum menghubungkan kedua
lubang ini sehingga tampak memancar dari pusat lubang.
Saat hidup, phimosoma memiliki duri, baik yang berukuran
panjang atau berukuran pendek. Duri ini yang menjadi ciri khas hewan ini
saat hidup. Hewan ini memiliki otot untuk memutar durinya yang panjang
sehingga dapat bergerak walau secara kasar. Duri – duri ini terbentuk dari
zat kapur.
Pada bagian lubang mulut fosil ini,terdapat bekas tumbuhnya
gigi yang tajam berjumlah 5. Gigi ini berfungsi sebagai pengambil
makanan. Gigi pengambil makanan ini digerakkan oleh otot yang disebut
lentera arisoteteles.
Dipekirakan fosil ini hidup pada zaman certaceous dan hidup
mengambang atau tertambat pada koral atau terumbu karang di perairan
dangkal dengan suhu hangat. Phymosoma juga dapat hidup di pantai,
sekitar batu karang atau di daerah hilir sungai dengan membenamkan
Echinodermata 13
Makropaleontologi
tubuhnya di bawah tanah. Fosil ini sangat melimpah pada zaman jura
kapur. Makanan fosil ini berupa rumput laut dan binatang lain yang sudah
mati.
Gambar 7. Phymosoma yang tertambat pada terumbu karang
Saat masih hidup, phimosoma sangat berbahasa karena durinya
sangat tajam. Phimosoma sering merugikan para penyelam atau wisatawan
yang berkunjung di pantai. Jika tertusuk duri ini dapat menyebabkan
demam. Namun, saat ini phymosoma sering dimanfaatkan dengan
mengambil gonad yang terkandung didalamnya untuk dikonsumsi.
4.2. Fosil Peraga 2
Fosil peraga yang kedua adalah enalllaster sp. Fosil ini
termasuk dalam phylum echinodermata atau hewan berkulit duri.
Termasuk dalam kelas echinoidea atau juga dikenal sebagai bulu babi atau
landak laut. Ordo fosil ini spatangoida dan termasuk family toxasteridae.
Fosil ini ditemukan dalam keadaan replacement.
Fosil echinoidea ini berwarna coklat muda dengan ukuran 6cm
x 5,5cm. Fosil ini berbentuk bulat pipih. enallaster ini terfosilkan melalui
proses replacement dan mineralisasi. Bagian keras asli fosil ini terbawa
oleh air tanah dan meninggalkan rongga yang merupakan cetakan.
Kemudian terjadi proses pengendapan pada cetakan sehingga terbentuk
wujud yang serupa dengan tubuh aslinya.
Bagian – bagian tubuh fosil ini hamper sama dengan
fosilphimosoma. Dalam fosil ini juga terdapat bekas 5 alur yang memancar
Echinodermata 14
Makropaleontologi
dari pusat atau disebut sebagai ambulakrum. Ambulakrum ini membagi
tubuh menjadi 5 ruas. Ruas ini disebut sebagai interambulakrum. Di
permukaan fosil terdapat tonjolan ( tuberkel ) yang merupakan tempat
tumbuhnya duri saat masih hidup. Pada pusat ambulakrum terdapat sebuah
lekukan bekas lubang yang merupakan organ mulut saat hewan ini masih
hidup. Sedangkan di sisi bawahnya terdapat sebuah lubang yang tampak
samar yang berukuran lebih kecil yang berfungsi sebagai anus. Pada
bagian sisi sebaliknya hanya terdapat tonjolan dan lekukan bekas tuberkel.
Saat hidup, fosil ini memiliki banyak duri seperti phimosoma,
baik yang berukuran panjang atau berukuran pendek. Duri ini yang
menjadi ciri khas hewan ini saat hidup. Hewan ini memiliki otot untuk
memutar durinya yang panjang sehingga dapat bergerak walau secara
kasar. Duri – duri ini terbentuk dari zat kapur.
Dipekirakan fosil ini hidup pada zaman certaceous dan hidup
mengambang dan tidak tertambat atau secara bentos sesile di perairan
dangkal dengan suhu hangat. Enallsater ini juga kadang ditemukan di
daerah pantai, sekitar batu karang atau di daerah hilir sungai. Makanan
fosil ini berupa rumput laut dan binatang lain yang sudah mati.
Dari segi manfaat dan kerugian, enallaster sp sama dengan
phimosoma sp. Bermanfaat sebagai bahan makanan ( gonad ) dan sangat
merugikan jika tertusuk durinya karena dapat menyebabkan demam pada
korbannya.
BAB V
KESIMPULAN
Echinodermata 15
Makropaleontologi
Berdasarkan hasil deskripsi terhadap peraga fosil, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Echinodermata merupakan hewan yang berkulit duri. Echinodermata
terbagi menjadi beberapa kelas yaitu Kelas Asteroidea, Echinoidea,
Ophiuroidea, Holothuroidea, Chrinoidea, Blastoidea, dan Cystoidea.
Fosil echinoidea dicirikan dengan tubuh bulat dan terbagi menjadi 5
ruas dengan bagian tubuh seperti anus, mulut, tuberkel ( tonjolan
bekas tumbuhnya duri ), ruas ambulakrum, dan interambulakrum.
Fosil peraga P 18 = Phimosoma sp. Kelas echinoidea, ordo
phyxmosomatida family phymosomatidae.
Fosil peraga kedua = enallaster sp. Kelas echinoidea, ordo
spatangoida family toxasteridae
Kedua fosil ini termasuk dalam umur geologi zaman cretaceous
dengan lingkungan hidup di perairan laut dangkal dengan suhu hangat.
Saat hidup, kedua hewan ini sangat berbahaya karena jika tertusuk
durinya dapat menyebabkan demam. Namun kedua hewan ini juga
dapat diambil manfaatnya sebagai bahan makanan ( gonadnya ).
DAFTAR PUSTAKA
http://cellsalive.com/phage.htm
http://e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=78&fnam
Echinodermata 16
Makropaleontologi
http://wikipedia.com
Echinodermata 17
Makropaleontologi
LAMPIRAN
Echinodermata 18