Download - Manajeman Luka Bakar
8/6/2019 Manajeman Luka Bakar
http://slidepdf.com/reader/full/manajeman-luka-bakar 1/5
Manajeman Luka Bakar
Posted by administrator on 21:55 in artikel baru, artikel medis | 0 komentar
0Share
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan
perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta
penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar
dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada
tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian
37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa kematian
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yangdisertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan.
Baca juga yang ini:
• Osteoporosis Tak Hanya Milik Kaum Wanita, Pria Juga!
• Onani Dan Mastrubasi
• Mengukur Ereksi berkualitas
• Manajeman Luka Bakar
• Mengatasi Tersedak
• Penanganan Pertama: Trauma Kepala• CERVICAL INJURY
• Atasi Lelah Dengan 22 Cara
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20%
karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar,
ledakan bom, dan gunung meletus.
Fase Luka Bakar
Perjalanan penyakit luka bakar terutama yang mengancam nyawa dibedakan dalam 3 fase,yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut. Namun demikian tidak berarti terdapat garis
8/6/2019 Manajeman Luka Bakar
http://slidepdf.com/reader/full/manajeman-luka-bakar 2/5
pembatas yang tegas di antara ketiga fase ini. Kerangka berpikir dalam penanganan penderita
tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya.2 Fase-fase tersebut dijelaskan sebagai berikut.
(a) Fase akut/fase syok/fase awal
Fase ini mulai dari saat kejadia sampai penderita mendapat perawatan di instalasi gawat
darurat atau di unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma
lainnya, akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme
bernapas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
napas akibat cedera inhalasi dalam 48 – 72 jam pascatrauma.
Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada
kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka bakar mengenai daerah muka atau wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Edema laring dapat terjadi dan menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas.
Pada fase ini dapat terjadi pula gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Pada luka bakar berat atau mayor terjadi
perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstravasasi cairan (plasma protein
dan elektrolit) dari intravaskular ke jaringan interstisial dan mengakibatkan terjadinya
hipovolemik intravaskular dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan
onkotik terganggu sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat yang akhirnya menyebabkan
gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ (syok). Syok yang timbul harus segera diatasi
dengan melakukan resusitasi cairan. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut
dengan keadaan hiperdinamik yang masih berkaitan dengan instabilitas sirkulasi.
(b) Fase subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yakni:
• proses inflamasi atau infeksi,
• masalah penutupan luka,
• keadaan hipermetabolisme.
(c) Fase lanjut
Pada fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan.
Masalah yang muncul pada fase ini adalah komplikasi berupa parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
Penyebab Luka Bakar
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab,
antara lain:• Luka bakar karena api
8/6/2019 Manajeman Luka Bakar
http://slidepdf.com/reader/full/manajeman-luka-bakar 3/5
• Luka bakar karena air panas
• Luka bakar karena bahan kimia
• Luka bakar karena listrik, petir, dan radiasi
• Luka bakar karena sengatan sinar matahari
• Luka bakar karena benda panas/tungku panas/udara panas
• Luka bakar karena ledakan bom
Derajat Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber,
penyebab, dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Pembagiannya terdiri atas 3 tingkat
atau derajat, yakni:
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak
dijumpai bula, dan terasa nyeri dengan intensitas ringan – sedang karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu singkat (beberapa hari)
tanpa pengobatan khusus
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi dan terdapat bula. Luka ini menimbulkan nyeri sedang – berat karena
terangsangnya nosiseptor dan tereksposnya ujung saraf bebas akibat kerusakan jaringan
dermis yang berguna sebagai pelindung. Luka ini dibedakan atas dua bagian, yaitu:
• Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea masih banyak. Penyembuhan terjadi
secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
• Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal
sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea
tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot, dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan dan tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bula. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu sampai berwarna
hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar. Sensasi hilang dan tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik rusak. Namun umumnya luka bakar derajat III merupakan bagian sentral dengan area luka bakar
8/6/2019 Manajeman Luka Bakar
http://slidepdf.com/reader/full/manajeman-luka-bakar 4/5
derajat II di sekitarnya yang sangat nyeri. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi
epitelisasi spontan. Penanganan luka secara umum meliputi upaya preparasi bed luka
(debridement, penanganan infeksi, manajemen eksudat) serta penutupan luka (skin grafting).
Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 yang dikenal dengan
rule of nine atau rule of Wallace. Dalam perhitungan agar lebih mudah dapat dipakai luas
telapak tangan penderita sebagai 1% dari luas permukaan tubuhnya.1,2 Pembagian luas luka
bakar dijelaskan dalam skema berikut.
Kriteria Luka Bakar
Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association ialah:
1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasa b. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka bakar sedang a. Luka bakar derajat II 15% – 25% pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10% – 20% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka bakar berat a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia/perineum
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar
Luka bakar mempunyai dampak langsung terhadap perubahan lokal maupun sistemik yang
tak terjadi pada kebanyakan luka lain. Luka bakar ringan dan sedang umumnya dapat
sembuh spontan dalam beberapa hari hingga minggu. Luka bakar berat memerlukan
perawatan sekitar 1-6 bulan. Khusus untuk luka bakar yang dirawat, angka kematianmenurut data RSCM ialah sekitar 37%. Hal ini disebabkan karena mudahnya terjadi
komplikasi berupa infeksi, gagal ginjal, acute respiratory distress syndrome, dan multiple
organ failure, terutama pada luka bakar berat.
Luka bakar juga dapat menimbulkan kecacatan yang berdampak kesulitan bekerja seperti
kontraktur atau mempengaruhi penampilan misalnya parut di wajah.
Pencegahan dan Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar
Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama dengan memberi pengertian serta
memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang berkecimpung dengan berbagai penyebab
luka bakar. Penggunaan bahan-bahan isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko
kejadian luka bakar.
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik. Prioritas pertama pada penderita
8/6/2019 Manajeman Luka Bakar
http://slidepdf.com/reader/full/manajeman-luka-bakar 5/5
luka bakar yang harus diperhatikan ialah jalan napas, proses bernapas, dan perfusi sistemik.
Bila diperlukan, harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau pemasangan infus untuk
mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis untuk mengetahui penyebab dan
memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan fisik untuk memperoleh kelainan
pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila penderita terjebak pada ruang tertutup,
maka perlu dicurigai kemungkinan trauma inhalasi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaanderajat dan luas luka bakar.
Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila akan melakukan pemeriksaan. Penderita
harus dijauhkan dari sumber panas, termasuk melepas pakaiannya bila terbakar. Untuk
membebaskan jalan napas dapat dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan resusitasi,
dapat diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam. Dilakukan pemasangan
kateter Foley untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta pemasangan pipa
nasogastrik untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan
morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka bakar ialah golongan
opioid, NSAID, dan obat anestesi.
Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan. Pencucian luka di kamar operasi dalamkeadaan pembiusan umum. Setelah bersih dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai
tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan
penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30.
Referensi:
1. Lubis HS. Luka Bakar dan Trauma Akustik. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara: 2002. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/k3-halinda3.pdf
[cited 2008 Jun 29].
2. Noer MS. Penanganan luka bakar akut (Bab 2). In: Noer MS, editor. Penanganan Luka
Bakar. Surabaya: Airlangga University Press; 2006. p. 3-11.
3. Kamal K. Penerapan Kesehatan Kerja Praktis bagi Dokter dan Manajemen Perusahaan.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 62-3.
4. Allan Taufik Rivai, MD. exomedindonesia. available at :
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/bedah-
plastik-surgery/2010/11/14/luka-bakar/