MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN2018
KATA PENGANTAR
Berbekal pengalaman dan hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan STBM di kondisi normal, semua pemangku kepentingan STBM bersepakat untuk mengembangkan atau memodifikasi STBM untuk keadaan daraurat bencana. Untuk itu, Direktorat Kesehatan Lingkungan bersama mitranya, melalui pertemuan berseri bersepakat bahwa untuk kondisi darurat bencana diperlukan penyederhanaan, sehingga tahapan pelaksanaan pemicuan STBM menjadi:• Bina Suasana;• Pemetaan masalah;• Pemahaman sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat;• Identifikasi Penyakit, Rantai Penularan dan Pencegahannya;• Pengorganisasian dan Perencanaan;dengan memilih beberapa tools – baik dari PRA yang biasa dipakai oleh pemicuan STBM maupun yang berasal dari PHAST.
Berdasarkan dokumentasi hasil pertemuan berseri itulah, kemudian telah tersusun Modul Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana, sebagaimana buku yang tersusun ini. Sebagaimana sifatnya proses sebuah pemberdayaan yang sifatnya dinamis, maka buku modul ini juga sifatnya dinamis – masih dapat terus dikembangkan secara bersama sehingga akan menjadi panduan yang tepat guna dalam memicu perubahan perilaku penyintas di pengungsian menuju perilaku hidup bersih dan sehat.
Karena tiada gading yang tak retak, kepada siapa pun yang berminat, kami menunggu umpan balik dan saran guna penyempurnaan modul ini.
Selamat memicu !
Jakarta, Desember 2018Direktorat Kesehatan LingkunganDirektorat Jenderal Kesehatan MasyarakatKementerian Kesehatan
1 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
daftar isTilah
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan
1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang1.2 Apakah isi buku ini?1.3 Untuk siapakah buku ini?1.4 Metodologi
2. Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana2.1 Apa itu STBM2.2 Pra Pemicuan2.3 Pemicuan2.4 Pasca Pemicuan
3. Panduan Fasilitasi Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana3.1 Bina Suasana3.2 Pemetaan Masalah3.3 Pemahaman Sarana dan Perilaku Sehat dan Tidak sehat3.4 Identifikasi penyakit, rantai penularan dan pencegahannya3.5 Pengorganisasian dan perencanaan
4. Penutup
BAB Buang Air Besar
IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
KK Kepala Keluarga
MDGs Milenium Development Goals
MENKES Menteri Kesehatan
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
POD Pendidikan Orang Dewasa
Pokmas Kelompok Masyarakat
PHAST Participatory Hygiene And Sanitation Transformation
PRA Participatory Rapid Appraisal
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah
TBC Tuberculosis
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPS Tempat Pembuangan Sementara
daftar isi
Kata PengantarDaftar IsiDaftar Singkatan
1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang1.2 Apakah isi buku ini?1.3 Untuk siapakah buku ini?1.4 Metodologi
2. Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana2.1 Apa itu STBM2.2 Pra Pemicuan2.3 Pemicuan2.4 Pasca Pemicuan
3. Panduan Fasilitasi Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana3.1 Bina Suasana3.2 Pemetaan Masalah3.3 Pemahaman Sarana dan Perilaku Sehat dan Tidak sehat3.4 Identifikasi penyakit, rantai penularan dan pencegahannya3.5 Pengorganisasian dan perencanaan
4. Penutup
123
4
667
8
101112
14
18202124
26
2022
3 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara rawan bencana. Bencana dapat terjadi setiap saat dan tanpa peringatan, meskipun ada beberapa jenis bencana yang dapat diperkirakan terjadinya. Ketika terjadi bencana, banyak hal yang sebetulnya dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan tetapi ada kalanya sering terlupakan.
Masalah kesehatan yang timbul secara mendadak ditandai dengan jatuhnya korban manusia, rusaknya infrasruktur dan pelayanan publik lainnya, seperti rusaknya layanan air minum dan sanitasi lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya bersama untuk menanggulanginya, agar masyarakat penyintas dapat segera kembali ke kehidupan normal.
Salah satu upaya di bidang kesehatan lingkungan yang penting dalam kondisi kedaruratan adalah kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku penyintas tentang hidup bersih dan sehat - khususnya kesehatan lingkungan di lokasi kedaruratan sesuai dengan 5 Pilar STBM.
Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, pemerintah dengan dukungan seluruh mitra kerjanya telah menerapkan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM, untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku masyarakat. Pendekatan STBM merupakan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat
dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/ SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keputusan Menteri tersebut kemudian disempurnakan menjadi Peraturan Menteri Kesehatan No.3 tentang STBM yang dikeluarkan pada Tahun 2014. Melalui upaya ini dan berbagai upaya lainnya, diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.
Sesuai dengan prinsip STBM, dalam pelaksanaannya, masyarakat harus menjadi pemimpin dan seluruh komponen masyarakat harus terlibat dalam analisis permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, serta pemantuan dan evaluasi. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM. Untuk mengubah pola fikir serta perilaku masyarakat dan para pemangku kepentingan, diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan kompeten di bidangnya dalam jumlah yang memadai.
Perubahan pola fikir dan “perilaku” para pemangku kepentingan di semua level sangat diperlukan untuk menjamin bahwa STBM direncanakan, dilaksanakan dan dipantau secara partisipatif dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat tanpa terkecuali, dan semua orang, termasuk penyintasagar mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak.
Agar penyintas sendiri mampu melakukan perubahan perilaku, maka penyintas perlu dintervensi agar mampu menganalisis permasalahan yang dihadapinya terkait penyehatan lingkungan. Proses intervensi harus berjalan secara terstruktur dan terorganisir dengan baik, sehingga diperlukan panduan fasilitasi pemicuan yang akan digunakan oleh para fasilitator untuk mempersiapkan dan melakukan pemicuan tersebut.
5 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA4
1.2. Apakah isi dari Buku ini? Buku Modul Pemicuan ini berisi panduan untuk mempersiapkan dan memfasilitasi proses “Pemicuan 5 Pilar STBM untuk Kondisi Kedaruratan”. Berikut adalah isi dari buku panduan ini.
1. Bagian I, Pendahuluan: menjelaskan mengapa panduan ini dibutuhkan, isi panduan, cara menggunakan panduan, untuk siapa panduan ini disusun; serta metodologi yang akan dipergunakan.
2. Bagian II, menjelaskan tentang: • Apa itu STBM • Pra Pemicuan • Pemicuan • Pasca Pemicuan
3. Bagian III, Panduan Fasilitasi Pemicuan 5 Pilar STBM untuk Kondisi Kedaruratan, yang terdiri dari: • Bina Suasana;
• Pemetaan masalah; • Pemahaman sarana dan perilaku sehat
dan tidak sehat; • Identifikasi Penyakit, Rantai Penularan dan Pencegahannya; • Pengorganisasian Masyarakat dan Rencana Tindak Lanjut.
4. Bagian VI, Penutup: berisi catatan umum tentang panduan pemicuan ini, alamat kontak untuk diskusi dan konsultasi panduan ini.
1.4. Metodologi Fasilitasi pemicuan ini menggunakan pendekatan Pendidikan Orang Dewasa (POD) yang lebih menekankan pada upaya penggalian pengalaman serta pemahaman terkait dengan 5 Pilar STBM. Fasilitator berperan dalam membantu proses peserta dalam memenuhi aspirasinya terkait dengan analisis kondisi penyehatan lingkungan yang akan dilakukan. Fasilitator juga dapat menerapkan berbagai metoda untuk membahas satu per satu tahapan pemicuan.
Panduan ini memberikan rekomendasi metoda tertentu tidak lain atas pertimbangan kesesuaian dengan karakteristik tahapan pemicuan dan peserta yang akan dihadapi. Meski demikian, tidak ditutup kemungkinan digunakannya metoda lain yang dianggap lebih sesuai. Hal ini untuk mendorong reaksi dan optimalisasi proses belajar agar lebih bermakna - sepanjang tujuan dari tahapan pemicuan itu dapat dicapai dengan baik. Yang perlu diingat, variasi metoda yang dipilih harus tetap selaras dengan tujuan yang hendak dicapai, bukan semata-mata untuk tujuan keragaman atau lebih menyenangkan suasana saja.
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih metoda: • Apakah pemilihan metoda akan mendorong
pembelajaran lebih mudah mencapai tujuan tahapan pemicuan?
• Apakah metoda tersebut memudahkan dalam manajemen waktu?
• Apakah metoda yang dipilih sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar penyintas serta kultur setempat? 1.3. Untuk Siapakah Buku Ini?
Buku Modul Pemicuan 5 Pilar STBM untuk Keadaan Darurat Bencana ini diharapkan akan menjadi pegangan bagi para penggiat STBM di dalam melakukan pemicuan di daerah daerah yang sedang dalam kondisi kedaruratan, sehingga diharapkan kondisi tenda pengungsian ataupun hunian sementara kondisi lingkungannya sehat dan bersih.
Jenis metoda Penggunaan Langkah langkah Kelebihan Kelemahan
Tanya jawab
Apabila ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap suatu pengertian, konsep dan sejenisnya
• Mempersiapkan pertanyaan• Mengajukan pertanyaan kepada
peserta untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka
• Mengulas dan memperjelas terhadap jawaban-jawaban peserta
• Mudah dilaksanakan
• Menghemat waktu
Memberikan rasa khawatir/ tidak aman bagi peserta orang dewasa
Diskusi kelompok/ pleno
• Apabila materi mengandung permasalahan yang memerlukan beberapa alternatif jawaban
• Apabila ingin mengetahui persepsi, pandangan atau pendapat peserta terhadap sesuatu permasalahan, teori, kasus atau gejala tertentu
• Rumuskan masalah, teori, kasus yang akan didiskusikan
• Tentukan ketua, sekretaris/notulen, kelompok diskusi
• Siapkan alat-alat yang diperlukan (papan tulis, flipchart, kain rekat, metaplan, spidol, selotif, ruangan, tempat duduk dan meja dan lain-lain)
• Melaksanakan diskusi dengan mendorong setiap peserta untuk menyumbangkan pikirannya
• Lebih luas pemikiran dan alternatif pemecahan masalah
• Keputusan yang dicapai lebih obyektif
• Hubungan kerjasama akan lebih terbina
• Sering didominasi oleh seseorang atau kelompok orang
• Pembicaraan sering tidak terarah
Permainan Apabila ingin memberikan suasana rileks sebelum memulai sesi untuk mengantarkan ke topik yang akan dibahas
• Merumuskan masalah yang akan dibahas dalam permain yang akan dilakukan
• Menunjuk beberapa peserta untuk melakukan permainan di depan peserta, atau permainan dilakukan oleh semua peserta
• Melaksanakan permainan • Meminta komentar terhadap
pelaksanaan permainan • Merumuskan beberapa
kesimpulan dari hasil permainan
• Pelibatan secara aktif dalam penghayatan terhadap permasalahan
• Memberi pengalaman baru terhadap peserta dari permainan yang dilakukan
Terlena atau terjebak untuk terus melakukan permainan, lupa dengan waktu, dan kurang pembahasan
Penugasan • Apabila ingin memberikan sesuatu kemampuan tertentu
• Apabila ingin mengetahui tingkat kemampuan peserta terhadap sesuatu pengetahuan dan keterampilan tertentu
• Siapkan deskripsi tugas dan alat (kalau ada)
• Membuat petunjuk dengan jelas mengenai tugas yang akandilakukan oleh peserta
• Melakukan tugas tersebut baik secara perorangan maupun kelompok
• Hasil pekerjaan/tugas secara perorangan/ kelompok dapat didiskusikan oleh peserta seluruhnya
• Peserta dapat mengekspre-sikan/ mem-perlihatkan semua kemampuan-nya
• Adanya persaingan sehat antara peserta
• Apabila petunjuk pelaksanaan tugas kurang jelas, hasil kerja peserta akan menyim-pang dari tujuan instruksional yang diharapkan
• Membutuh-kan waktu yang lama
Berikut ini adalah beberapa metoda yang dapat dipakai dalam proses pemicuan:I. PENDAHULUAN
7 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA6
II. PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA2.1 Apa itu STBM?
Indonesia termasuk salah satu negara rawan bencana. Bencana dapat terjadi setiap saat dan tanpa peringatan, meskipun ada beberapa jenis bencana yang dapat diperkirakan terjadinya. Ketika terjadi bencana, banyak hal yang sebetulnya dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan tetapi ada kalanya sering terlupakan. Masalah kesehatan yang
PILAR 3: Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga• Gunakan air dari sumber yang terlindungi
dan aman• Simpan air dan makanan di tempat yang
bersih dan tertutup • Minum air yang direbus sampai mendidih• Gunakan peralatan memasak dan makan
yang bersih• Konsumsi makanan yang sudah dimasak
sampai matang
PILAR 4: Pengelolaan Sampah Rumah Tangga• Pastikan tempat tinggal bersih, dan tidak ada
sampah berserakan • Letakkan sampah pada tempat sampah
yang tertutup untuk menghindari lalat, kecoa dan tikus
• Bungkus pembalut bekas sebelum diletakkan di tempat sampah
• Dilarang membakar sampah di lokasi pengungsian
• Pisahkan sampah basah dan kering
PILAR 5: Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga• Buatlah saluran pembuangan untuk
air limbah di lokasi pengungsian • Buatlah lubang resapan air untuk mencegah
terjadinya genangan air• Pisahkan sampah sisa makanan dari
air limbah bekas cuci dan masak• Salurkan air limbah bekas cuci dan masak
ke lubang resapan• Bersihkan saluran pembuangan air limbah
agar tidak terjadi penyumbatan
Salah satu upaya di bidang kesehatan Lingkungan yang penting dalam kondisi kedaruratan adalah kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku penyintas tentang hidup bersih dan sehat - khususnya kesehatan lingkungan di lokasi kedaruratan sesuai dengan 5 Pilar STBM.
STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh STBM adalah mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
Pemicuan STBM adalah kegiatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan analisis terkait perilaku higienitas dan sanitasi, dengan tujuan adalah agar masyarakat mau mengubah perilaku higienitas dan sanitasinya menjadi lebih baik.
Untuk keadaan darurat bencana, maka pesan kunci 5 pilar STBM yang minimal harus dapat dicapai adalah:
PILAR 1: Stop Buang Air Besar Sembarangan• Gunakan jamban untuk BAB, termasuk
mengajak anak-anak BAB di jamban • Siramlah jamban setelah digunakan• Bersihkan popok dari tinja di toilet
sebelum diletakkan di tempat sampah
PILAR 2: Cuci Tangan Pakai SabunSelalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir 1) Setelah BAB 2) Sebelum makan 3) Sebelum menyiapkan dan
mengolah makanan 4) Setelah menceboki anak/bayi5) Sebelum menyuapi dan menyusui bayi 6) Setelah memegang binatang
timbul secara mendadak ditandai dengan jatuhnya korban manusia, rusaknya infrasruktur dan pelayanan publik lainnya, seperti rusaknya layanan air minum dan sanitasi lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya bersama untuk menanggulanginya, agar masyarakat penyintas dapat segera kembali ke kehidupan normal.
9 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA8
2.2 Pra Pemicuan Kegiatan Pra Pemicuan adalah kegiatan persiapan Tim Pemicuan dengan tujuan proses pemicuan bagi masyarakat penyintas di lokasi pengungsian dapat berjalan dengan lancar, dengan tujuan agar terjadi proses perubahan perilaku sesuai dengan pesan kunci 5 pilar STBM yang minimal harus dapat terlaksana di tempat tinggal penyintas.
2.2.1. Pengumpulan informasi penting penyintas
Sebelum pemicuan, penting untuk dilakukan pengumpulan informasi dan observasi kebiasaan PHBS penyintas di lokasi lokasi yang akan dipicu, antara lain:• Kependudukan, termasuk keberadaan
penyandang disabilitas dan kelompok marjinal lainnya
• Pendidikan dan pekerjaan masyarakat setempat.
• Kondisi geografis. • Identifikasi atau klasifikasi penyintas :
- Apakah mereka tinggal di tenda atau huntara
- Klasifikasi jumlah hunian di setiap jenis tempat tinggal : kecil, sedang, besar
- Luasan daerah yang akan dipicu sesuai dengan klasifikasi diatas
• Kepemilikan dan ketersediaan sarana sanitasi di lokasi pengungsian : jamban, IPAL, saluran pembuangan limbah cair rumah tangga, TPS, dll
• Ada tidaknya aliran sungai, kolam, rawa. • Tradisi/ budaya : karakter,
tokoh masyarakat. • Sarana dan prasarana yang ada di
tempat umum seperti sekolah, madrasah, masjid, gereja, pasar dll.
• Ada tidaknya penyediaan sarana sanitasi di lokasi pemicuan : siapa menyediakan apa.
2.3 Pemicuan Pemicuan STBM adalah kegiatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan analisis terkait perilaku higienitas dan sanitasi, dengan tujuan adalah agar masyarakat mau mengubah perilaku higienitas dan sanitasinya menjadi lebih baik. Untuk itu, dibawah ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemicuan:
2.3.1. Elemen Pemicu dan Faktor Penghambat Pemicuan
a. Beberapa faktor (elemen) yang bisa menjadi pemicu perubahan perilaku:• Rasa jijik,• Rasa Malu• Takut sakit• Larangan atau anjuran dalam agama• Harga diri/privacy.• Dll.
b. Beberapa faktor yang menghambat pemicuan:• Terbiasa dengan bantuan/subsisi;• Gengsi, malu untuk membangun sarana
higienitas dan sanitasi yang sederhana • Tidak ada tokoh panutan.• Dll.
2.2.2. Persiapan pemicuan
Langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan:• Koordinasi dengan pemerintah setempatdan
pengelola lokasi pengungsian untuk menjelaskan tentang:- Tanggal kunjungan lapangan dan
jumlah peserta.- Kegiatan yang akan dilakukan, keluaran
yang diharapkan setelah pemicuan, bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk ditindak lanjuti.
- Peran dan tanggung jawab penyintas dan pemerintah setempat pada waktu kegiatan dan tindak lanjutnya.
- Logistik yang disediakan.• Memilih lokasi yang menjadi prioritas untuk
dilakukan pemicuan.• Menyusun jadwal pemicuan.• Menghubungi tokoh setempat.
2.2.3. Persiapan teknis dan logistik
Langkah terakhir adalah persiapan teknis dan logistik, yang menyangkut:• Teknis Pengorganisasian Tim Pemicu,• Persiapan alat dan bahan untuk pemicuan.
2.3.2. Analisis partisipatif terhadap kondisi kesehatan lingkungan penyintas
Untuk melakukan analisis secara partisipatif terhadap kondisi kesehatan lingkungan penyintas, untuk keadaan darurat bencana, beberapa alat terpilih yang akan dipakai pemicuan diambil dari Participatory Rapid Appraisal (PRA), atau Participatory Hygiene And Sanitation Transformation, yaitu:a. Pemetaan (Mapping), Yang dimaksud adalah pemetaan
masalah kesehatan lingkungan penyintas, untuk melihat permasalahan sanitasi di lingkungan penyintas
b. Pemahaman sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat,
Yang dimaksud adalah pemahaman penyintas tentang sarana kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dan tidak sehat, sebagai upaya untuk mengenali dan membantu penyintas dalam menentukan dan mengelola sarana sanitasi dengan harapan lingkungannya dapat lebih bersih dan sehat
c. Identifikasi Penyakit, Rantai Penularan dan Pencegahannya,
Yang dimaksud adalah identifikasi berbagai penyakit yang timbul di lingkungan penyintas terkait lingkungan, bagaimana rantai penularan serta upaya pencegahannya yang paling mungkin dilakukan oleh penyintas
II. PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
11 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA10
2.4 Pasca Pemicuan Setelah pemicuan, berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan, agar momentum keinginan dan kebutuhan penyintas untuk berubah, dapat terus dipelihara, dan ditingkatkan menjadi pengambilan keputusan untuk melakukan kegiatan nyata dilapangan, sesuai dengan rencana aksi yang disepakati.
2.4.3. Membangun jejaring penyediaan layanan sanitasi
a. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation) harus diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (supply). Untuk itu, Kelompok Masyarakat (Pokmas)yang terbentuk harus segera membangun jejaring dengan jasa dan layanan air dan sanitasi.
b. Dari pengamatan lapangan, yang segera harus ditindak lanjuti adalah :• Penyedotan tinja dari tangka septik
Jamban (termasuk jamban Portable) untuk dibuang ke IPLT
• Pengangkutan sampah dari tempat pengumpulan sampah ke TPA
• Distribusi air bersih untuk lokasi pengungsian yang tidak memiliki sumber air
c. Oleh karena itu, Pokmas harus membangun jejaring dengan Dinas/lembaga/perusahaan yang memberikan layanan tersebut, sehingga jamban selalu dapat dimanfaatkan penyintas, sampah terangkut secara terjadual, serta penyintas tidak kekurangan air.
2.4.4. Pendampingan & Monitoring
Dari pengamatan lapangan, lokasi pengungsian yang bersih dan sehat, ditengarai adalah lokasi yang mendapatkan pendampingan secara teratur. Berikut ini adalah salah satu proses pendampingan penyintas, yang dapat kita lakukana. Membangkitkan rasa butuh penyintas
terhadap sarana sanitasi melalui perubahan perilaku secara kolektif
b. Membangun komitmen dengan penyintas terhadap rencana tindak lanjut yang telah disepakati
c. Monitoring terhadap progress yang telah dicapai oleh penyintas
d. Evaluasi terhadap rencana tindak lanjut dan dilakukan pemicuan ulang bila diperlukan
2.4.5. Pengembangan media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan
a. Tujuan promosi perubahan perilaku yang berkelanjutan adalah agar praktik perilaku hidup bersih dan sehat terus membudaya di penyintas dan mencegah agar penyintas tidak kembali ke praktik semula.
b. Promosi perubahan perilaku dapat dilakukan melalui:• Pemanfaatan media komunikasi: Leaflet
atau flipchart pesan kunci 5 pilar STBM untuk keadaan darurat bencana
• Kegiatan-kegiatan formal dan informal.
II. PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
2.4.1. Membangun ulang komitmen
a. Tujuan: meningkatkan motivasi penyintas untuk melaksanakan rencana kegiatan yang telah mereka susun sesuai dengan komitmen yang mereka berikan pada saat kegiatan pemicuan sebelumnya.
b. Biasa dilakukan dalam bentuk pertemuan pleno masyarakat (pertemuan rencana tindak lanjut pemicuan) yang dihadiri terutama oleh orang-orang yang menandatangani kontrak sosial dan penyintas lain yang berminat hadir.
2.4.2. Opsi teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM
a. Pencapaian lingkungan sehat di penyintas sesuai dengan pesan kunci 5 pilar STBM akan diikuti dengan kebutuhan sarana dan prasarana sanitasi penyintas, baik di tenda pengungsian, huntara yang dibangun secara mandiri dilokasinya masing masing, maupun huntara yang dibangun pemerintah dilokasi yang telah disepakati.
b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM dalam keadaan darurat bencana ini berprinsip harus sesuai dengan standar kesehatan, mudah dan terjangkau oleh masyarakat.
c. Pemilihan opsi teknologi sanitasi yang ada di penyintas harus memahami tangga sanitasi untuk 5 pilar STBM.
d. Tangga sanitasi (sanitation ladder) merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang digunakan penyintas, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
13 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA12
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANASTBM sebagai sebuah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan, telah terbukti hasil untuk situasi normal di beberapa daerah di Indonesia. Menjadi tantangan, bagaimana STBM ini dilaksanakan untuk keadaan darurat bencana.
Tahapan tahapan ini dipilih mengingat masih dalam keadaan darurat bencana, tetapi perilaku hidup bersih dan sehat tetap merupakan sebuah kebutuhan, agar lingkungan pengungsian tetap bersih dan sehat. Berdasarkan tahapan tersebut, dengan durasi maksimal 3 jam, prinsip dasar serta pesan kunci 5 pilar STBM untuk keadaan darurat bencana, minimal dapat dipahami oleh para penyintas, dan segera akan bergerak melakukan sebuah perubahan menjadi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Panduan ini, seyogyanya merupakan dokumen yang dinamis, yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan lapangan. Secara lengkap, paling tidak sebagai sebuah pegangan, berikut ini adalah panduan proses pemicuannya yang dapat dipakai untuk membantu dalam memfasilitasi pertemuan pemicuan. Selamat memicu !
Untuk itu, atas inisiasi Direktorat Kesehatan Lingkungan bersama mitra kerja yang selama ini melaksanakan STBM, bersepakat untuk menyusun Panduan Fasilitasi Pemicuan 5 Pilar STBM untuk keadaan darurat bencana ini disusun dalam rangka mempermudah proses pemberdayaan masyarakat di lingkungan pengungsian, baik di tenda maupun di hunian sementara, karena berdasarkan observasi lapangan, lokasi pengungsian yang relative lebih bersih dan sehat adalah lokasi yang sudah mendapatkan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan hasil dari beberapa kali diskusi, maka didokumentasikan kedalam panduan fasilitasi pemicuan ini, dengan tahapanyang terdiri dari:
1. Bina Suasana2. Pemetaan3. Pemahaman sarana dan perilaku sehat
dan tidak sehat4. Identifikasi penyakit, rantai penularan
dan pencegahannya5. Pengorganisasian dan perencanaan
15 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA14
Topik Bina Suasana
Proses
b. Pencairan suasana dilakukan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang dan ada hubungannya dengan topik yang akan dianalisis. Sebagai upaya untuk menarik perhatian anggota masyarakat yang masih di tenda atau huntara untuk segera hadir dalam pertemuan. Sebagai contoh:• Bagi peserta kedalam beberapa kelompok• Berdiskusi, membuat gambar dan Yel-Yel tentang:
o Permasalahan kebersihan lingkungan yang dihadapi di lokasi penyintas
o Solusi yang terpikirkan agar di lokasi penyintas lingkungannya menjadi lebih bersih dan sehat
o Yel yel yang menggambarkan semangat untuk mencapai lingkungan yang lebih bersih dan sehat
o Sepakati siapa juru bicara kelompoknya masing masing• Minta kepada setiap kelompok secara bergiliran untuk: memperkenalkan
kelompoknya, menjelaskan gambarnya dan memperlihatkan yel yelnyac. Fasilitator dapai memulai dengan pertanyaan:
“Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia atau sampah atau air limbah pada hari ini?” “Di mana saja biasanya masyarakat BAB, membuang sampah dan membuang limbah cair?”.
d. Sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan bahasa setempat yang “kasar” (misal “Berak” untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia). Sepakati juga istilah untuk limbah cair dan sampah. Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.
4. Ingat bahwa tugas fasilitator adalah membantu penyintas untuk: a. menganalisis kondisi sanitasi; b. menyadari perilaku sanitasi mereka dan dampaknya terhadap seluruh
anggota masyarakat;c. membuat keputusan apakah mereka membutuhkan perubahan atau tidak.d. Tugas fasilitator bukanuntuk mengajari atau memberikan informasi atau
menawarkan berbagai bentuk subsidi atau mempromosikan sarana sanitasi, apalagi memaksa membuat sarana sanitasi.
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
3.1. Bina Suana Bina suasana adalah topik pembuka fasilitasi pemicuan untuk keadaan darurat bencana ini, dimana fasilitator dengan penyintas berupaya untuk membangun hubungan dalam pertemuan ini, sehingga ketika terbangun suasana yang informal, santai, diharapkan upaya untuk membangun kesadaran bahwa kebersihan lingkungan itu penting, akan lebih mudah untuk dicapai.
Untuk itu, dapat diikuti panduan proses fasilitasi untuk topik bina suasana, sebagaimana panduan proses berikut ini:
Topik Bina Suasana
Tujuan1. Terciptanya suasana akrab antara fasilitator dan penyintas sehingga saling
mengenal satu sama lainnya2. Penyintas mau menyampaikan pendapatnya dan mau menjawab pertanyaan
yang diajukan.
Metoda1. Diskusi dan tanya jawab2. Penugasan3. Diskusi kelompok
Waktu 30 menit
Alat yang dibutuhkan
1. Kertas flipchart2. Spidol3. Alat–alat permainan sesuai tujuan
Proses
1. Perkenalkan diri anda beserta tim dan bangun hubungan dengan penyintas yang hadir dalam pertemuan ini.
2. Pengantar pertemuan:a. Jelaskan tujuan keberadaan fasilitator.
Catatan: tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan penyintas yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
b. Jelaskan bahwa fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan penyintas yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
c. Minta kesediaan penyintas yang hadir untuk mengikuti pertemuan sampai selesai.
3. Pencairan suasana:a. Lakukan pencairan suasana untuk menciptakan suasana akrab antara
fasilitator dan penyintas sehingga penyintas akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di lokasi pengungsiannya tersebut.
17 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA16
3.2. Pemetaan Pemetaan masalah adalah langkah kedua proses pemicuan, dengan harapan para penyintas dapat memetakan masalah terkait sarana dan perilaku 5 pilar STBM di lokasi pengungsian, sebagai bagian awal dari sebuah proses membangun kesadaran pentingnya hidup bersih dan sehat.
Untuk itu, dapat diikuti panduan proses fasilitasi untuk topik pemetaan, sebagaimana panduan proses berikut ini:
Topik Pemetaan
TujuanMemetakan keadaan umum penyintas di pengungsian/hunian sementara (huntara) terkait dengan 5 pilar STBM (air minum, sarana sanitasi, dapur dan dapur umum, sampah, limbah cair).
Metoda 1. Diskusi dan tanya jawab2. Penugasan
Waktu 45 menit
Alat yang dibutuhkan
1. Kertas flipchart2. Metaplan3. Spidol 12 warna4. Spidol warna kuning-hijau-merah minimal masing-masing 10 buah
Proses
1. Minta beberapa orang dari peserta pertemuan (masyarakat) untuk menggambar peta blok pengungsian mereka di atas kertas flipchart. Baik tenda maupun huntara.
2. Mulai pembuatan peta yang menggambarkan:a. Tenda pengungsian/huntara, tenda pertemuan, tenda dapur, b. Sumber air bersih/air minum, sarana air minum,
kamar mandi/ tempat buang hajat;c. Tempat penampungan/pengolahan sampah;d. Sungai/parit (bila ada);e. Perilaku penyintas dalam penyehatan lingkunganf. Tempat dan fasilitas umum, dan lain sebagainya.
3. Bagikan spidolkepada semua warga masyarakat yang hadir dan minta mereka menuliskan nama KK dan jumlah anggota keluarga yang ada dalam KK tersebut, di dalam peta sesuai dengan letak tenda/huntara masing-masing.
Topik Pemetaan
Proses
4. Setelah semua KK sesuai tenda/huntara masuk dalam peta, minta kepada semua peserta untuk mengambil spidol warna kuning, hijau dan merah, kemudian minta mereka untuk menggambar sesuai dengan lokasi dimana mereka biasa BAB (kuning), buang sampah (hijau) dan membuang limbah cair rumah tangga (merah). Sehingga menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan penyintas.
5. Jika peta telah dianggap selesai dan lengkap, beri apresiasi masyarakat dengan bertepuk tangan bersama.
6. Minta masyarakat untuk mengamati apa yang terjadi dengan tenda/huntara mereka yang terlihat di peta tersebut? Warna apa yang paling dominan? Julukan apa yang paling tepat bagi lokasi pengungsian tersebut?
7. Ajukan pertanyaan kunci berikut: a. Bagaimana perasaan kalau melihat tenda/huntara kita seperti dalam peta
(yang dikelilingi oleh kotoran, sampah dan genangan air limbah)? b. Apa dampaknya bagi penyintas?
8. Bila pembuatan peta sudah selesai, simpanlah peta tersebut untuk dipergunakan pada kegiatan berikutnya. Informasi minimal yang diharapkan dari peta:a. Sumber air baku (jenis sarana dan jumlah), dapur umum, kamar
mandi/jamban, tempat sampah, kontainer sampah, alat angkut internal sampah, saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang ada di tiap lokasi pengungsian/huntara;
b. Akses semua penyintas terhadapsarana penyehatan lingkungan (air bersih, dapur umum, kamar mandi/jamban, tempat sampah, kontainer sampah, alat angkut internal sampah, saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan pengungsian yang tidak mendapatkan akses.
c. Perilaku penyintas dalam penyehatan lingkungan (5 pilar STBM)
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
19 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA18
3.3. Pemahanan sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat Setelah penyintas memahami masalah kesehatan lingkungan di pengungsian, untuk lebih meningkatkan pemahaman penyintas, akan diajak untuk memahami sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat terkait layanan air dan sanitasi. Untuk itu, dapat diikuti panduan proses fasilitasi untuk topik pemahaman sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat, sebagaimana panduan proses berikut ini:
3.4. Identifikasi penyakit, Rantai Penularan dan Pencegahannya Dalam uaya untuk meningkatkan penyehatan lingkungan pengungsian, salah satu hal yang perlu difahami oleh para penyintas adalah apa penyakit yang paling banyak terjadi, bagaimana rantai penularannya, upaya pencegahannya, serta mana prioritas pencegahan yang dapat menjadi menu rencana aksi bersama, agar tujuan hidup lebih bersih dan sehat dapat tercapai. Untuk itu, dapat diikuti panduan proses fasilitasi untuk topik identifikasi penyakit, rantai penularan, pencegahannya, serta pemilihan prioritas kegiatan pencegahan, sebagaimana panduan proses berikut ini:
Topik Pemahanan sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat
TujuanMemetakan keadaan umum penyintas di pengungsian/hunian sementara (huntara) terkait dengan 5 pilar STBM (air minum, sarana sanitasi, dapur dan dapur umum, sampah, limbah cair).
Metoda1. Penyintas memahami sarana air minum dan sarana sanitasi yang memenuhi
syarat dan tidak memenuhi syarat.2. Penyintas memahami perilaku sehat dan tidak sehat yang berhubungan dengan
penggunaan air minum dan sanitasi
Waktu 30 menit
Alat yang dibutuhkan
1. Gambar sarana air bersih/air minum dan sarana sanitasi, dapur umum,2. Gambar perilaku sehat dan tidak sehat, 3. Gambar memasak dalam huntara, sesuai dengan 5 pilar STBM4. Kertas flipchart dan spidol
Proses
1. Proses pemahaman sarana dan perilaku sehat dan tidak sehata. Bagikan kepada penyintas satu set gambar sarana air bersih/air minum dan
sanitasi; dan set gambar perilaku penggunaan sarana air bersih/air minum dan sanitasi
b. Mintalah penyintas mempelajari dan mendiskusikan gambar-gambar yang sudah diterima;
c. Penyintas diminta untuk mengelompokkan gambar-gambar tersebut kedalam:• “SEHAT” yaitu sarana dan perilaku yang memenuhi syarat kesehatan • “TIDAK SEHAT” yaitu sarana dan perilaku yang tidak memenuhi syarat
kesehatan • “ANTARA SEHAT DAN TIDAK SEHAT” yaitu sarana dan perilaku yang
meragukan tingkat kesehatannya.d. Setelah diskusi penyintas diminta untuk menyajikan hasil diskusinya
mengenai sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat;e. Fasilitator menanyakan pada penyintas bagaimana kondisi sarana dan
perilaku terkait air minum dan sanitasi di lokasi pengungsian; f. Bila ada permasalahan apa yang harus dilakukan agar semua penyintas
memanfaatkan sarana dan berperilaku yang sehat.2. Ingatkan, dengan memahami sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat,
kita akan terbantu dengan diskusi: Pemilihan Prioritas Kegiatan Pencegahan Penyakit, dan kita akan segera menyusun Rencana Aksi Bersama
Topik Identifikasi Penyakit, Rantai Penularan dan Pencegahannya
Tujuan
1. Penyintas mengetahui beberapa penyakit yang sering terjadi di pengungsian/huntara.2. Penyintas mengetahui dan mampu menjelaskan beberapa cara penularan
penyakit yang terjadi di pengungsian/huntara3. Penyintas tahu/mampu melakukan identifikasi, cara mencegah penularan penyakit4. Penyintas tahu dan mampu menentukan kegiatan mencegah penularan penyakit
yang bisa dilaksanakan
Metoda 1. Diskusi dan tanya jawab2. Permainan kartu/gambar
Waktu 45 menit
Alat yang dibutuhkan
1. Media Identifikasi Penyakit• Gambar orang sakit demam berdarah• Gambar orang sakit malaria• Gambar orang sakit diare/muntaber• Gambar orang sakit kecacingan• Gambar orang sakit kulit• Gambar orang sakit ISPA dan penyakit pernafasan lainnya ( sepertiTBC)• Gambar orang dewasa (lai-laki dan perempuan)• Gambar orang remaja• Gambar orang dengan usia anak-anak• Gambar orang dengan usia dibawah dua tahun• Gambar-gambar tersebut sudah menggambarkan keterwakilan kelompok
disabilitas, lansia dan perempuan serta kelompok minoritas lainnya• 100 butir biji-bijian (benih/kerikil/kacang kulit)
2. Media Rantai Penularan• Gambar seri penyakit demam berdarah • Gambar seri penyakit malaria• Gambar seri penyakit diare/muntaber• Gambar seri penyakit kecacingan• Gambar seri penyakit kulit• Gambar seri penyakit ISPA dan penyakit pernafasan lainnya ( seperti TBC)• Guntingan anak panah
ke halaman berikutnya...
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
21 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA20
...dari halaman sebelumnya
Alat yang dibutuhkan
3. Media Pencegahan• Gambar seri blocking/pencegahan penyakit terkait penyakit demam berdarah,
malaria, diare/muntaber, kecacingan, kulit dan penyakit ISPA dan penyakit pernafasan lainnya dapat berupa sarana dan perilaku memenuhi syarat kesehatan.
• Guntingan anak panah4. Matriks pemilihan prioritas5. Lembar Balik STBM untuk keadaan darurat bencana6. Kertas Flipchart dan sppidol
Proses
1. Identifikasi Penyakita. Minta kepada peserta untuk melakukan identifikasi munculnya beberapa
penyakit di pengungsian/huntara.Sebagai alat bantu, tunjukkan beberapa gambar orang sakit: demam berdarah dengue, batuk, sakit kulit, dlsb. Buat kesepakatan istilah nama penyakit berdasarkan pemahaman mereka. Kemudian dengan gambar lainnya, ditanyakan pada penyintas apakah terdapat penyakit lain tuliskan nama jenis penyakit tersebut dan letakkan gambar tersebut dilantai. Sehingga semua peserta yang hadir menyepakati jenis penyakit yang muncul di pengungsian.
b. Mintalah kepada penyintas untuk meletakkan biji-bijian yang jumlahnya 100 secara proporsional ke jenis penyakit yang sudah disepakati, sehingga akan diketahui jenis penyakit yang paling banyak terjadi, dihitung dan akan menunjukkan prosentase dari penyakit tersebut, dan catatlah hasil perhitungan tersebut;
2. Rantai Penularan Penyakita. Ingatkan hasil diskusi sebelumnya: penyakit yang muncul dipengungsian dan
prosentasi kejadiannya.b. Bagikan satu set gambar seri penyakit tertentu (misalnya gambar seri
penyakit diare) pada semua kelompok kecil dan guntingan anak panah;c. Selanjutnya ajak untuk mendiskusikan alur penularan penyakit diare
tersebut: • bagaimana proses terjadinya penularan dari orang yang sakit kepada
orang yang sehat, • bagaimana pola terjadinya penularan penyakit diare, apakah sama
ataukan ada yang berbeda• faktor risiko yang menjadi penyebab orang tertulari penyakit diare;
d. Dengan gambar, diskusikan bagaimana terjadinya penularan penyakit dari orang sakit kepada orang sehat;
e. Catat dan simpanlah hasil diskusi proses penularan penyakit yang telah didiskusikan sebagai bahan untuk kegiatan selanjutnya.
3. Pencegahan Penyakita. Fasilitator minta penyintas untuk kembali pada kelompok kecil pada kegiatan
sebelumnya, selanjutnya bagikan gambar seri penularan penyakit pada kelompok tersebut seperti pada sesi sebelumnya;
b. Bagikan gambar-gambar pencegahan / pemutus mata rantai penularan penyakit sesuai dengan gambar penyakit pada kelompoknya, minta pada masing-masing kelompok untuk meletakkan gambar tersebut sesuai dengan cara penularannya;
Proses
c. Diskusikan hasil diskusi pencegahan penularan penyakit masing-masing kelompok kecil dengan kelompok lainnya (catatlah hasil diskusi kelompok kecil tersebut (bagaimana cara pencegahan dengan gambar pencegahan penularan penyakit);
d. Jelaskan, bahwa terkait dengan upaya pencegahan tersebut, sebenarnya dengan melaksanakan 5 pilar STBM, atau dikenal dengan Diagram F. Jelaskan secara singkat dengan menggunakan Lembar Balik STBM untuk keadaan darurat bencana
4. Pemilihan Prioritas Kegiatan Pencegahan Penyakita. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview proses pencegahan penularan
penyakit dan mengajak peserta untuk mendiskusikan penyakit mana yang perlu diprioritaskan menjadi kegiatan pencegahan penyakit, dengan menggunakan tabel berikut ini:
b. Penjelasan penggunaan matriks sebagai berikut :• Pada baris terdapat pilihan yaitu sangat efektif, efektif dan kurang
efektif artinya apabila kegiatan pencegahan tersebut dilakukan, akan merupakan tingkatan efektifitas pencegahan penyakit dan bermanfaat bagi lingkungan.
• Pada kolom mempunyai pilihan yaitu “sangat mudah dikerjakan, mudah dikerjakan dan sulit dikerjakan”, artinya apabila kegiatan pencegahan tersebut dilakukan, akan merupakan tingkatan kemudahan bagi pelaksanaannya oleh penyintas
• Ambil gambar gambar pencegahan penyakit yang sudah disepakati, lalu tanyakan : kira kira gambar ini dapat diletakkan di kolom dan baris yang mana ?
• Dari pilihan yang ada, terdapat beberapa kemungkinan :o Sangat efektif, sangat mudah dikerjakano Sangat efektif, mudah dikerjakano Sangat efektif, sulit untuk dikerjakano dst
• Sepakati mana kegiatan pencegahan yang akan dilakukanc. Ingatkan bahwa ini akan menjadi materi Rencana Aksi
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
SANGAT MUDAH DIKERJAKAN
MUDAH DIKERJAKAN
SULIT DIKERJAKAN
SANGAT EFEKTIF
EFEKTIF
KURANG EFEKTIF
23 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA22
3.5. Pengorgansasian dan PerencanaanBerdasarkan masukan prioritas pencegahan penyakit yang mungkin untuk dikerjakan, serta penyintas memahami sarana dan perilaku sehat dan tidak sehat, penyintas diajak untuk melakukan pengorganisasian masyarakat, baru setelah itu penyintas diajak untuk menyusun rencana aksi Bersama.
Untuk itu, dapat diikuti panduan proses fasilitasi untuk topik pengorganisasian dan perencanaan, sebagaimana panduan proses berikut ini:
Topik Pengorgansasian dan Perencanaan
Tujuan
1. Penyintas memahami prinsip pembentukan Kelompok Masyarakat2. Penyintas menyepakati pembentukan Kelompok Masyarakat untuk pemanfaatan,
pemeliharaan dan pemantauan sarana penyehatan lingkungan3. Penyintas menyepakati Rencana Kerja pemanfaatan, pemeliharaan dan pemantauan
sarana penyehatan lingkungan
Metoda1. Diskusi dan tanya jawab2. Penugasan3. Penugasan
Waktu 30 menit
Alat yang dibutuhkan
1. Kertas flipchart2. Spidol3. Format Rencana Kerja
Proses
1. Pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas)a. Lakukan permainan menggambar Bersama diatas kertas flipchart
dengan ketentuan:• Bagi peserta kedalam 4-5 kelompok, siapkan selembar kertas flipchart
dan spidol untuk setiap kelompok• Minta setiap kelompok untuk membuat gambar dengan cara:
o Setiap orang akan menggambar, meneruskan gambar awal yang sudah dibuat orang pertama, tetapi tidak boleh berkomunikasi sama sekali dengan anggota kelompok lainnya
o Tugas anggota kelompok lainnya adalah meneruskan gambar sesuai dengan pemikirannya masing masing
o Hentikan, jika semua anggota kelompok telah mendapatkan kesempatan untuk menggambar
o Ajak peserta untuk membahas makna permainan ini :o Apa yang dapat dipelajari? Orang pertama mau menggambar apa?
Kenapa gambarnya tidak seperti keinginan orang pertama dan menjadiberantakan? Kenapa setiap orang punya pikirannya masing dalam menggambar?
Proses
o Bahas bahwa dengan tidak adanya tujuan bersama – karena tidak boleh berkomunikasi; maka hasil akhirnya gambar tidak sesuai dengan yang diharapkan
o Ingatkan bahwa kita sedang berada dalam pengungsian, maka agar tujuan Bersama dapat hidup bersih dan sehat di pengungsian, maka kita harus berkelompok : oleh karena itu kita akan membentuk Kelompok Masyarakat, Pokmas
b. Sampaikan pada penyintas tentang pentingnya pemanfaatan dan pemeliharaan sarana penyehatan lingkungan dan perubahan perilaku, sesuai dengan 5 pilar STBM. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dibentuk kelompok masyarakat (Pokmas) yang akan melakukan pemanfaatan, pemeliharaan dan pemantauan kesinambungan perubahan perilaku.
c. Karena harus ada koordinator, serta ada 5 pilar STBM, supaya ganjil, disarankan Kelompok Masyarakat (Pokmas) terdiri dari minimal 7 (tujuh) orang
d. Diskusikan, siapa yang menjadi Koordinator POKMAS dan koordinator setiap pilar STBM
e. Koordinator berasal dari penyintas yang memiliki kepedulian dan tidak menutup kemungkinan bagi kelompok penyandang disabilitas, lansia, perempuan dan kelompok minoritas lainnya
2. Penyusunan Rencana Kerja• Ingatkan tentang telah terbentuknya Kelompok Masyarakat (Pokmas) tadi,
salah satu tugas selanjutnya adalah menyusun Rencana Kerja, terkait pemanfaatan, pemeliharaan dan pemantauan sarana penyehatan lingkungan sesuai dengan 5 pilar STBM
• Diskusikan, apa saja yang akan menjadi prioritas sesuai dengan hasil diskusi pencegahan penyakit terkait penyehatan lingkungan dan 5 pilar STBM, baik tentang pemanfaatan dan pemeliharaan sarana maupun tentang perilaku sehat. Tugas kita selanjutnya adalah menyusun rencana kerja sebagai aksi bersama setelah pemicuan ini.
• Berdasarkan prioritas dan kemudahan untuk dikerjakan penyintas diminta menyusun Rencana Kerja :siapa akan melakukan apa sesuai dengan pengorganisasian yang sudah disepakati,dengan menggunakan tabel berkut ini:
Rencana Kerja STBM
III. PANDUAN FASILITASI PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA
Kegiatan Hasil yang ingin dicapai Penanggung jawabWaktu
Mulai Selesai
Pilar 1a.Dst
Pilar 2a.Dst
Pilar 3a.Dst
Pilar 4a.Dst
Pilar 5a.Dst
25 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA24
IV. PENutupDemikianlah isi dari Panduan Pemicuan STBM untuk Keadaan Darurat Bencana ini yang disusun berdasarkan hasil pertemuan berseri di Direktorat Kesehatan Lingkungan Bersama mitra kerja dan pelaku STBM, serta menggunakan berbagai pedoman lainnya terkait STBM yang sudah tersedia.
Jika ada kebutuhan yang perlu didiskusikan lebih lanjut, dipersilahkan untuk melakukan kontak dan konsultasi, ke alamat : Direktorat Kesehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Jalan HR Rasuna Said, Blok X-5, Kavling 4-9, Jakarta 12950Gedung Kementrian Kesehatan, Lantai 7 Tel. 021 –5201.590 pswt 7905, Fax. 021 –5208.117Email : [email protected]
27 MODUL PEMICUAN STBM UNTUK KEADAAN DARURAT BENCANA26
28
Yayasan Plan International Indonesia
Affiliated with:
Disusun dan didistribusikan oleh:
Bekerjasama dengan:
Modul ini disusun secara sederhana untuk melengkapi dan membekali siapapun yang peduli dengan kebersihan dan kesehatan penyintas, agar mendorong penyintas untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
walaupun dalam keadaan darurat bencana. Modul ini diharapkan dapat menjadi rujukan praktis bagi semua pihak untuk menjelaskan pentingnya
hidup bersih dan sehat kepada penyintas baik di tenda pengungsian maupun di hunian sementara.