Download - Modul Pengintegrasian PRB_Bantul
By.Sunarja
Modul Pelatihan PENGINTEGRASIAN RENCANA AKSI
MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN
Materi 1: Pengantar
Sub Materi
1. Perkenalan 2. Pemetaan harapan dan kekhawatiran peserta 3. Jadwal pelatihan 4. Aturan main atau kesepakatan dalam pelatihan 5. Tujuan Pelatihan
Tujuan
1. Menciptakan hubungan yang lebih akrab antar partisipan 2. Memetakan harapan dan kekhawatiran peserta pelatihan 3. Menyepakati tawaran jadwal yang disesuaikan dengan waktu
pelatihan yang tersedia 4. Menyepakati aturan proses pelatihan untuk membangun dinamika
kelompok yang produktif dengan prinsip saling menghargai. 5. Peserta mamahami akan tujuan pelatihan.
Alat Belajar
1. Alur pelatihan dan Jadwal Pelatihan 2. Kertas Metaplan 3. Flipchart/kertas plano 4. Selotip klobot 5. Lem semprot 6. Spidol 7. Kotak Kertas
Metode
1. Permainan 2. Metaplan harapan peserta 3. Diskusi
Fasilitator membuka sesion pelatihan dengan memberikan gambaran akan proses, materi dan tujuan dari palatihan.
A. Perkenalan
1. Bukalah pelatihan dengan mengajak peserta memasuki game perkenalan
Proses
2. Fasilitator membagikan metaplan dan spidol kepada setiap peserta. Setiap peserta diminta untuk menuliskan nama, asal lembaga/alamat dan hoby.
3. Fasilitator menyediakan kotak untuk mengumpulkan metaplan tersebut bagi peserta yang telah selesai.
4. Secara acak setiap peserta diminta untuk mengambil satu lembar metaplan dan peserta diminta berdiri melingkar.
5. Satu per satu peserta diminta membacakan apa yang tertulis dalam metaplan dan bagi peserta yang namanya disebut diminta untuk berdiri ke tengah lingkaran sambil memerankan apa yang menjadi hobynya.
6. Kemudian, mintalah tiap-tiap peserta untuk menuliskan nama panggilan dan sebuah kata yang terkait dengan kebencanaan di metaplan. Tempelkan metaplan tersebut pada baju tiap peserta agar sesama peserta dan fasilitator mudah mengenalnya.
7. Tanyakan kepada partisipan kesan dan tanggapan dari metode perkenalan tadi.
B. Peta Harapan dan Kekhawatiran
1. Selanjutnya ajaklah partisipan menuliskan dalam metaplan harapan dan kekhawatirannya terhadap pelatihan ini. Mintalah peserta menempelkan pada kertas plano yang telah disediakan sesuai alat bantu belajar 1.1 tentang pemetaan harapan dan kekhawatiran. membacakan serta mengelompokkan berdasarkan kesamaan harapan dan kekhawatirannya.
2. Buatlah kesimpulan bersama tentang harapan dan kekhawatiran peserta. Ini akan menjadi bahan dasar untuk melakukan evaluasi di akhir pelatihan, apakah harapan peserta bisa terpenuhi dan apakah kekhawatiran peserta bisa diminimalisir.
C. Menyusun Kesepakatan Bersama
1. Kemudian sajikanlah Alat Bantu Belajar 1.2. Jadwal Pelatihan, diskusikan dan buatlah kesepakatan kapan pelatihan dimulai dan kapan waktu istirahat serta berapa lama waktunya.
2. Selanjutnya ajaklah partisipan membuat aturan main pelatihan (mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak boleh) dan menyepakati prinsip-prinsip pelatihan. Hal ini dilakukan agar proses pelatihan berjalan lancar, tidak ada yang merasa terganggu.
3. Dengan mengedepankan proses pelatihan yang partisipatif, maka ajaklah partisipan untuk membentuk kelompok-kelompok yang akan bertugas sebagai ice breaker, time keeper, review dan lain-lain.
4. Agar selalu ingat akan kesepakatan dan jadwal tugas bagi partisipan, maka kesepakatan tersebut ditulis dalam kertas plano dan ditempel pada ruang pelatihan.
D. Tujuan Pelatihan
1. Fasilitator menjelaskan akan tujuan dari pelatihan ini.
2. Proses pelatihan adalah merupakan pembelajaran bagi orang dewasa,
sehingga semua peserta diharapkan selalu terlibat aktif selama proses pelatihan, dimana yang tidak tahu akan menjadi tahu.
3. Fasilitator memakai alat bantu belajar 1.3 tentang alur pelatihan. Tanyakan pada partisipan apakah alur proses pelatihan sudah memenuhi harapan? Apabila masih ada hal-hal yang belum sesuai dengan harapan peserta, buatlah kesepakatan bersama untuk penyesuaiannya.
Waktu
1. Perkenalan 30 menit. 2. Peta Harapan dan Kekhawatiran 30 menit 3. Menyusun Kesepakatan Bersama 30 menit 4. Tujuan Pelatihan 30 menit
Bahan Bacaan dan
Bahan Ajar
1. Alur Pelatihan 2. Jadwal Pelatihan
Alat Bantu Belajar 1.1 Alur Proses Pelatihan
HARAPAN KEKHAWATIRAN
Materi Pelatihan
Fasilitator
Panitia
Peserta
Waktu
Fasilitas
Lain-lain
Alat Bantu Belajar 1.2 Jadwal Pelatihan
Hari/Tanggal Waktu Session Penanggungjawab
Hari Pertama
08.00 – 08.15 Pengantar, Perkenalan dan kontrak belajar Panitia
08.15 – 10.00 Pengantar, Perkenalan dan kontrak belajar Fasilitator
10.00 – 10.30 Coffee Break Panitia
10.30 – 12.00 Konsep dasar penanggulangan bencana Fasilitator
12.00 – 13.00 Istirahat (Ishoma) Panitia
13.00 – 15.00 Analisis Risiko Fasilitator
15.00 – 15. 15 Istirahat (Ishoma) Panitia
15.15 – 16.00 Analisis Risiko Fasilitator
Hari Kedua
08.00 – 10.00 Menyusun Rencana Aksi Masyarakat Fasilitator
10.00 – 10.30 Coffee Break Panitia
10.30 – 12.00 Analisis Komponen Penyelenggaraan PB Fasilitator
12.00 – 13.00 Istirahat Panitia
13.00 – 15.00 Prioritas Advokasi Komponen Penyelenggaraan PB
Fasilitator
15.00 – 15. 15 Istirahat Panitia
15.15 – 16.00 Prioritas Advokasi Komponen Penyelenggaraan PB
Fasilitator
Hari Ketiga
08.00 – 10.00 Hak Warga dan Kewajiban Negara Fasilitator
10.00 – 10.30 Coffee Break Panitia
10.30 – 12.00 Proses Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran
Fasilitator
12.00 – 13.00 Istirahat Panitia
13.00 – 15.00 Pengintegrasian RAM dalam Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran
Fasilitator
15.00 – 15.30 Evaluasi dan Penutupan Panitia
Alat Bantu Belajar 1.3 Aturan Main Pelatihan
YANG HARUS DILAKUKAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN
Alat Bantu Belajar 1.4 Pembagian Tugas Peserta
TIME KIPEER ICE BREAKER REVIEW DLL
Hari I
Hari II
Hari III
Alat Bantu Belajar 1.4 Alur Proses Pelatihan
Analisis Risiko
Hak Warga dan Kewajiban Negara
Pengantar:
Peta Harapan
Alur Proses
Kontrak Belajar
Tujuan pelatihan
Proses Perencanaan dan
Penganggaran
Konsep Dasar Penanggulangan
Bencana
Komponen Penyelenggaran
PB
Mengintegrasikan
RAM dalam Perencanaan
Pembangunan dan
Penganggaran
Menyusun Rencana Aksi
Komunitas
Materi 2: Konsep Dasar Penanggulangan Bencana
Sub Materi
1. Pengertian penanggulangan bencana, pencegahan ancaman, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, ancaman, kerentanan dan kemampuan serta risiko
2. Paradigma penanggulangan bencana dan siklus PB
3. Regulasi terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia
Tujuan
1. Peserta memahami pengertian penanggulangan bencana, pencegahan ancaman, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, ancaman, kerentanan, kemampuan dan risiko
2. Peserta memahami paradigma penanggulangan bencana dan siklus PB
3. Peserta memahami regulasi terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia
Alat Belajar
1. Materi “Konsep Dasar PB-PRB” 2. Dokumen regulasi terkait penanggulangan bencana di Indonesia 3. Spidol 4. Kertas Plano 5. Metaplan
Metode
1. Curah pendapat 2. Diskusi kelompok 3. Pleno/Presentasi
Proses
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan prosedur sesi ini
2. Fasilitator membagikan kertas metaplan dan spidol kepada setiap peserta. Kemudian setiap peserta diminta untuk menuliskan apa yang mereka ketahui tentang; Pengertian penanggulangan bencana, pencegahan ancaman, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, ancaman, kerentanan, kemampuan dan risiko. Fasiliator menggunakan Lembar kerja 2.1
3. Setelah selesai, dipersilahkan setiap peserta untuk menempelkan pada kertas plano yang telah disediakan. Kemudian fasilitator mengajak partisipan untuk membahas dan mendiskusikan bersama.
4. Selanjutnya Fasilitator menjelaskan perubahan paradigma dalam penanggulangan bencana dan siklus PB
5. Fasilitator menjelaskan secara umum regulasi terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia
6. Fasilitator kembali membagi metaplan kepada peserta.
7. Fasilitator meminta partisipan untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini:
a. Apa beda ancaman dengan bencana?
b. Apa setiap ancaman pasti menjadi bencana?
c. Apa setiap ancaman yang sama memiliki risiko yang sama?
d. Apa yang menyebabkan tinggi dan rendahnya risiko?
8. Setelah selesai partisipan diminta untuk menempelkan jawabannya pada kertas plano yang telah disediakan.
9. Fasilitator mengajak mendiskusikan hasilnya bersama seluruh partisipan dan menegaskan perbedaan ancaman dan bencana, menegaskan keterkaitan risiko, ancaman, kerentanan dan kapasitas
Waktu
90 menit
Bahan Bacaan /Media Belajar
1. UU nomo 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 2. PP No. 21 Tahun 2008 – Penyelenggaraan PB 3. PP No. 22 Tahun 2008 – Pendanaan PB 4. Permendagri No. 46 Tahun 2008 – Pedoman Organisasi & Tatakerja
BPBD
Kertas Kerja 2.1 Pengertian tentang kebencanaan
PERTANYAAN JAWABAN
Penanggulangan bencana
Pencegahan ancaman
Mitigasi
Kesiapsiagaan
Peringatan dini
Tanggap darurat
Rehabilitasi
Rekonstruksi
Ancaman
Kerentanan
Kemampuan
Risiko
Alat Bantu Belajar 2.1 (Diberikan kepada peserta setelah sesie selesai) Konsep Dasar Penanggulangan Bencana
Aster
Begonia
Crysan
A x R
m
1. Apa ancamannya?
2. Apa kerentanannya?
3. Elemen yang terpapar risiko?
4. Apa saja kemampuannya?
5. Kampung yang paling berisiko?
R=
MODELSIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA
BENCANA4 PENANGANAN DARURAT
5 REHABILITASI
7 PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
1 PENCEGAHAN
2 MITIGASI
3 KESIAPSIAGAAN
6 REKONTRUKSI
MA
NA
JE
ME
N R
ISIK
O
MA
NA
JE
ME
N K
RIS
IS
►II
PENCEGAHAN
• UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA BENCANA (JIKA MUNGKIN DENGAN MENIADAKAN BAHAYA).
• MISALNYA :
– MELARANG PEMBAKARAN HUTAN DALAM PERLADANGAN
– MELARANG PENAMBANGAN BATU DI DAERAH YANG CURAM.
MITIGASI
• UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH BENCANA
• ADA 2 BENTUK MITIGASI :
– MITIGASI STRUKTURAL (MEMBUAT CHEKDAM, BENDUNGAN, TANGGUL SUNGAI DLL.)
– MITIGASI NON STRUKTURAL (PERATURAN, TATARUANG, PELATIHAN)
Contoh Kegiatan Mitigasi
• Penyusunan peraturan peta rawan bencana
• Pemetaan masalah
• Pembuatan pedoman standar prosedur
• Pembuatan media sosialisasi
• Pengakajian karakteristik ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko
• Internalisasi PB dalam muatan pendidikan di sekolah
• Pembentukan satgas penanggulangan bencana
• Perkuat unit-unit sosial dalam masyarakat
• Mainstreming pengurangan risiko bencana dalam pembangunan
• Pembuatan dan penempatan tanda peringatan bahaya dan daerah rawan bencana
• Pengawasan tentang pelaksanaan peraturan tata ruang, IMB dan lainnya terkait dengan pengurangan risiko bencana
• Pelatihan dasar kebencanaan
• Relokasi penduduk ke daerah yang lebih aman
• Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
• Perencanaan daerah pengungsian dan jaluar evakuasi
• Pembangunan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,mengamankan dan mengurangi dampak (tanggul, bangunan pehan erosi,bangunan tahan gempa
KESIAPSIAGAAN
• UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA, MELALUI PENGORGANISASIAN LANGKAH-LANGKAH YANG TEPAT, EFEKTIF DAN SIAP SIAGA.
• MISALNYA : PENYIAPAN SARANA KOMUNIKASI, POS KOMANDO DAN PENYIAPAN LOKASI EVAKUASI
TAHAPAN KESIAPSIAGAAN
• Pengaktifan pos-pos siaga bencana dan unsur pendukungnya
• Pelatihan siaga/simulasi penanggulangan bencana.
• Penyiapan stok/dukungan logistik
• Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
• Penyiapan early warning (peringatan dini)
• Penyusunan rencana kontijensi
• Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
• Pembuatan standar bantuan dan pelayanan.
PERINGATAN DINI
• UPAYA UNTUK MEMBERIKAN TANDA PERINGATAN BAHWA BENCANA KEMUNGKINAN AKAN SEGERA TERJADI.
• PEMBERIAN PERINGATAN DINI HARUS :
• MENJANGKAU MASYARAKAT (ACCESIBLE)
• SEGERA (IMMEDIATE)
• TEGAS TIDAK MEMBINGUNGKAN (COHERENT)
• BERSIFAT RESMI (OFFICIAL)
TANGGAP DARURAT
UPAYA YANG DILAKUKAN SEGERA PADA SAAT KEJADIAN BENCANA, UNTUK MENANGGULANGI DAMPAK YANG DITIMBULKAN, TERUTAMA BERUPA PENYELAMATAN KORBAN DAN HARTA BENDA, EVAKUASI DAN PENGUNGSIAN SERTA MEMBERIKAN BANTUAN DARURAT (PANGAN, SANDANG, PAPAN, KESEHATAN, AIR & SANITASI)
Pengerahan unsur (TNI, PLORI, Linmas dan masyarakat) untuk pencarian/penyelamatan korban, pelaksanaan evakuasi, penyelamatan dokumen penting, penyiapan akses bantuan dan penyelamatan.
Inventarisasi korban dan dampak.
Pengkajian kebutuhan (awal).
Penampungan sementara (pelayanan kesehatan, penyediaan pangan dan gizi, air bersih dan sanitasi)
Penyediaan dan penyebaran informasi korban, fasilitas rusak dll.
Pemberantasan vektor untuk pencegahan penyakit menular.
Koordiansi dan pengelolaan bantuan.
PEMULIHAN
• PROSES PEMULIHAN KONDISI MASYARAKAT YANG TERKENA BENCANA, DENGAN MEMFUNGSIKAN KEMBALI PRASARANA DAN SARANA PADA KEADAAN SEMULA.
• PEMULIHAN DILAKUKAN DENGAN CARA MEREHABILITASI DAN MEREKONTRUKSI
• UPAYA YANG DILAKUKAN ADALAH MEMPERBAIKI PRASARANA DAN PELAYANAN DASAR (JALAN, LISTRIK, AIR BERSIH, PASAR PUSKESMAS, DLL).
Perbaikan sarana /prasarana sosial dan ekonomi.
Penanggulangan kejiwaan paska bencana (penyuluhan, konseling, terapi dan perawatan.
Pemulihan gizi/kesehatan.
Pemulihan sosial ekonomi (untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja, pemberian modal usaha dsb).
Pengkajian untuk rekontruksi sarana/prasarana yang rusak.
Penyusunan rencana pembangunan kembali
Menentukan prioritas pembangunan.
Melakukan monitoring dan evaluasi.
REHAB – REKON
• REHABILITASI: UPAYA LANGKAH YANG DIAMBIL SETELAH KEJADIAN BENCANA UNTUK MEMBANTU MASYARAKAT MEMPERBAIKI RUMAHNYA, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL PENTING, DAN MENGHIDUPKAN KEMBALI RODA PEREKONOMIAN.
• REKONTRUKSI: PROGRAM JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG GUNA PERBAIKAN KEMBALI ASET FISIK, SOSIAL DAN EKONOMI UNTUK MENGEMBALIKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA KONDISI YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA
Risiko
suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan
Kerentanan
kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomik dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak ancaman bencana
Kemampuan
suatu gabungan antara semua kekuatan dan sumberdaya yang tersedia dalam suatu masyarakat atau organisasi yang dapat mengurangi tingkat resiko atau akibat dari bencana
Definisi Penanggulangan Bencana
Serangkaian kegiatan baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi bencana yang dirancang untuk memberikan kerangka kerja bagi orang-perorangan atau komunitas yang berisiko terkena bencana untuk menghindari, mengendalikan risiko, mengurangi, menanggulangi maupun memulihkan diri dari dampak bencana
Manajemen Risiko Bencana
Penggunaan secara sistematis keputusan-keputusan administratif, ketrampilan dan kemampuan organisasional dan operasional untuk melaksanakan kebijakan, strategi-strategi dan kemampuan mengatasi masalah dari suatu masyarakat untuk membatasi dampak buruk dari ancaman bencana
Kedaruratan
suatu keadaan krisis yang terjadi dengan cepat dimana kehidupan dan atau kesejahteraan suatu masyarakat akan terancam kalau tidak diambil upaya-upaya yang segera, luar biasa dan besar-besaran
Penanganan Kedaruratan
tindakan segera dan tepat yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa, emmastikan perlindungan, dan memulihkan kesejahteraan masyarakat
Materi 3: Analisis Risiko
Sub Materi
1. Pengertian analisis risiko dan pentingnya analisis risiko 2. Model analisis Risiko (analisis ancaman, kerentanan dan kapasitas)
Tujuan
1. Peserta mampu memahami pengertian analisis risiko dan pentingnya melakukan analisis risiko
2. Peserta mampu melakukan analisis risiko
Alat Belajar
1. Lembar Kerja analisis risiko (analisis ancaman, kerentanan, kapasitas) 2. Spidol 3. Kertas Plano 4. Metaplan
Metode
1. Curah pendapat 2. Diskusi kelompok 3. Pleno/Presentasi
Proses
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan prosedur sesi ini
2. Fasilitator menjelaskan maksud analisis risiko dan pentingnya melakukan analisis risiko
3. Fasilitator mengajak bermain dengan permainan bola tangkap
4. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok tim bola
5. Fasilitator meminta setiap kelompok menentukan komposisi tim yang terdiri dari:
a. 1 orang pelatih dan manajer yang mengatur strategi pemenangan pertandingan
b. 1 orang wasit yang mengatur pertandingan
c. 1 orang penilai yang mencatat kekalahan dan kemenangan
d. 1 orang penjaga gawang berusaha agar bola dapat ditangkap
e. 3 orang yang mengarahkan bola ke penjaga gawang
6. Pelaksanaan pertandingan dilakukan dalam 2 babak, setiap babak berlangsung 5 menit dengan jedah 2 menit untuk mengatur strategi pemenangan
7. Setelah permainan selesai, Fasilitator mengajak berdiskusi dengan
beberapa pertanyaan dasar:
a. Mengapa ada tim yang menang dan kalah?
b. Apa unsur yang menyebabkan kekalahan?
c. Mengapa ada tim yang menang?
d. Apa unsur yang menyebabkan kemenangan?
e. Apa yang dapat dilakukan untuk memenangi pertandingan dan mengurangi kekalahan?
f. Kapan melakukan usaha-usaha untuk memenangi pertandingan?
8. Fasilitator menfasilitasi dengan mengaitkan pertandingan sebagai usaha pengurangan risiko bencana.
a. Tim lawan sebagai ancaman, kekalahan adalah bencana, tingkat kekalahan tergantung pada kekuatan lawan (ancaman) dan tergantung pada ketidakmampuan (kerentanan) kita.
b. Bagi tim yang menang, kemenangan kita adalah wujud kapasitas kita dalam menghadapi ancaman
c. Mengetahui tim lawan (ancaman) menjadi sangat penting untuk mengatur strategi pemenangan
9. Fasilitator menjelaskan tentang cara pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas dengan tabel pengajian ancaman, kerentanan dan kapasitas.
10. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok sesuai dengan asal wilayah peserta. Setiap kelompok akan melakukan pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas seperti dalam tabel pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Fasilitator akan menggunakan Lembar kerja 3.1 – 3.4.
11. Setelah selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan akan ditanggapi oleh kelompok lain
12. Fasilitator menekankan pentingnya upaya mengelola ancaman dengan meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan
Waktu
1. Ceramah 10 menit 2. permainan 20 menit 3. Diskusi Kelompok 60 menit 4. Presentasi 60 menit
Bahan Bacaan /Media Belajar
Lembar Kerja 3.1 Tabel Kajian Ancaman dan Kerentanan
SIFAT KARAKTER ASET BERISIKO KERENTANAN
Pemerintah Masyarakat Individu Pemerintah Masyarakat Individu
1 2 3 4 5 6 7 10
Penyebab /Pemicu
Tenaga Perusak
Tanda-tanda
Sela Waktu
Kecepatan datangnya
Frequensi kejadian/1th
Lama Waktu Terjadinya
Kekuatan daya rusak
Sebaran daya rusak
Kemungkinan terjadi lagi
Keterangan: (Untuk diisi pada kolom KARAKTER)
1. Penyebab/Pemicu: Adalah sesuatu yang menjadi penyebab atau pemicu terjadinya bencana. 2. Tenaga Perusak: Adalah apa jenis benda atau apapun yang menyebabkan kerusakan. 3. Tanda-tanda: Apa yang menjadi tanda-tanda apabila akan terjadi bencana. 4. Sela waktu: Barapa lama mulai munculnya tanda-tanda sampai terjadi bencana 5. Kecapatan datangnya bencana: Adalah waktu terjadinya ancaman sampai terjadinya bencana. 6. Frequensi kejadian: Adalah berapa kali terjadi dalam setiap periode, misalnya dalam 1 tahun. 7. Lama waktu: Adalah berapa lama bencana tersebut menimpa. 8. Kekuatan daya rusak: Adalah seberapa besar bencana tersebut menimbulkan kerusakan. 9. Sebaran daya rusak: Seberapa jauh/luas kerusakan yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut. 10. Kemungkinan terjadi lagi: Prediksinya apakah bencana tersebut akan terjadi lagi, kapan kemungkinan akan terjadi lagi.
Lembar Kerja 3.2 KAJIAN KAPASITAS TERHADAP ANCAMAN
Penanganan Ancaman
KAPASITAS YANG DIBUTUHKAN KAPASITAS YANG DIMILIKI KEKURANGAN
Pemerintah Masyarakat Individu Pemerintah Masyarakat Individu Pemerintah Masyarakat Individu
1 2 3 4 5 6 7 10 11 12 Mencegah Memitigasi
Lembar Kerja 3.3 KAJIAN KAPASITAS TERHADAP KERENTANAN
Elemen Berisiko
Jenis Aset yang
Berisiko
Bentuk
Risiko
DIBUTUHKAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
Pemerintah Masyarakat Individu Pemerintah Masyarakat Individu Pemerintah Masyarakat Individu
1 2 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14
Alam Hutan, sumber air, dll Sosial BUdaya
Hubungan sosial, kelembagaan dll
Ekonomi Pertaanian, ternak, dll Infras-truktur
Rumah, jembatan dll
Politik Kebijakan Manusia Sikap, perilaku dll
Lembar Kerja 3.4 Tabel Kajian Kebutuhan
WILAYAH MENCEGAH ANCAMAN MENGURANGI ANCAMAN MENGURANGI KERENTANAN PENINGKATAN KAPASITAS
PEMERINTAH
MASYARAKAT
INDIVIDU
22
Materi 4: Menyusun Rencana Aksi Masyarakat
Sub Materi
1. Pengertian rencana aksi masyarakat 2. Prinsip membuat rencana aksi masyarakat
Tujuan
1. Peserta memahami pengertian rencana aksi masyarakat.
2. Peserta memahami prinsip menyusun rencana aksi masyarakat dan mampu membuat rencana aksi masyarakat.
Alat Belajar
1. Spidol 2. Kertas Plano 3. Metaplan
Metode
1. Curah pendapat 2. Diskusi kelompok 3. Pleno/Presentasi
Proses
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan prosedur sesi ini
2. Fasilitator mengajak mencermati hasil pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas.
3. Fasilitator mengajak peserta mencermati kekurangan dalam menangani ancaman dan kerentanan
4. Fasilitator menjelaskan dalam hasil analisa ancaman, kerentanan dan kapasitas. Ada ancaman yang dapat kita cegah atau diredam dan kita juga mengetahui kelemahan dan kemampuan kita dalam menghadapi ancaman.
5. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan dalam setiap kelompok dan menuliskan pada lembar kerja 4.1. Rencana aksi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerentanan, meningkatkatkan kapasitas dalam menghadapi ancaman. Rencana aksi yang dapat meredam atau mencegah ancaman
6. Fasilitator mengingatkan kembali kekurangan – kekurangan pada tabel pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk dirumuskan dalam bentuk program dan kegiatan dan dimasukkan dalam lembar kerja rencana aksi masyarakat
7. Fasilitator menegaskan rencana aksi hendaknya rasional, sederhana dan dapat dilaksanakan dilapangan.
8. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menjelaskan rencana aksi
23
yang disepakati dan didiskusikan bersama
Waktu
1. Diskusi Kelompok dan presentasi 60 menit 2. Presentasi 30 menit
Bahan Bacaan /Media Belajar
1. Analisis Risiko
2. Daftar kebutuhan untuk mencegah ancaman, mengurangi ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas.
Lembar Kerja 4.1 Menyusun Rencana Aksi Masyarakat
No Tujuan Kegiatan Kebutuhan Sumber
daya
Waktu
Pelaksanan
Hasil / Perubahan
Yang diinginkan
1 2 3 4 5 6 7
1 Menangani
kekurangan dalam
mencegah
a.
b.
c.
2 Menangani
kekurangan dalam
memitigasi
a.
b.
c.
3 Menanganni
kekurangtangguhan
dalam individu
a.
b.
c.
24
Materi 5: Analisis Komponen Penyelenggaraan PB
Sub Materi
1. Memetakan Komponen Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di desa dan daerah
2. Analisis Penyelenggaraan penanggulangan Bencana.
Tujuan
Peserta mampu mengetahui seberapa banyak dan seberapa lengkap komponen penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang sudah ada di desa dan daerahnya.
Alat Belajar
1. Kertas Plano 2. Spidol 3. Solatip
Metode
1. Diskusi Kelompok 2. Presentasi dan Pleno
Proses
1. Fasilitator mananyakan kepada partisipan tentang apa saja yang disebut dengan komponen penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Jawaban dari partisipan kemudian ditulis oleh fasilitator sambil menggali lebih dalam lagi tentang komponen penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
2. Kemudian partisipan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah wilayah dan setiap kelompok diminta untuk membahas tentang komponen penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang terdiri dari 8 komponen dibawah ini.
- Analisis Risiko
- Kebijakan/peraturan-peraturan terkait dengan penyelenggaraan PB.
- Kelembagaan PB (BPBD/Kesbanglinmas)
- Program Kegiatan (RPB, RAD PRB dan Rencana Kontijensi)
- Pengintegrasian PB dalam Perencanaan & Penganggaran
- Anggaran PB
- Kapasitas SDM Pemerintah
- Kapasitas & Partisipasi Masyarakat
3. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan komponen penyelenggaraan PB seperti diatas dengan menggunakan panduan Lembar Kerja 4.1. Analisis Penyelenggaraan PB.
4. Setelah selesai setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya. Selanjutnya presentasi hasil diskusi kelompok dilanjutkan
25
dengan tanggapan dan pengkritisan dari kelompok lain untuk menarik pemahaman bersama.
5. Setaip selesai presentasi dan pembahasan tiap-tiap kelompok, fasilitator mengajak peserta untuk mengambil kesimpulan.
Waktu
1. Diskusi kelompok 60” 2. Presentasi dan pembahasan 60”
Bahan Bacaan
Lembar Kerja: 5.1 Analisis Komponen Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Jenis Ancaman
Komponen
Keberadaan Komponen
Hasil Analisis Rekomendasi
Ada Tidak Ada Pelaksanaan Dampak
1 2 3 4 5 6 7
Analisis Risiko
Regulasi /Kebijakan:
Kelembagaan PB:
Program.
Pengintegrasian PB dalam Perencanaan & Penganggaran
Anggaran
Kapasitas SDM Pemerintah
Kapasitas & Partisipasi Masyarakat
26
Materi 6: Prioritas Advokasi Komponen PB
Materi
Menentukan prioritas advokasi komponen Penanggulangan Bencana
Tujuan
1. Partisipan memahami kapasitas dan beban kerja pemerintah dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
2. Partisipan mampu memahami prioritas advokasi komponen Penanggulangan Bencana.
Alat Belajar
1. Kertas Plano 2. Metaplan 3. Spidol 4. Solatip 5. Analisis Risiko
Metode
Brainstorming Diskusi Presentasi/Pleno
Proses
Menentukan Alat Ukur Prioritas Advokasi Komponen Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
1. Fasilitator mempertanyakan kembali kepada peserta tentang hasil rangkuman diskusi kelompok sebelumnya, bahwa ketika kebutuhan tersebut akan terpenuhi perlu melakukan advokasi, tentusaja terlebih dahulu menentukan prioritas permasalahan dan kebutuhan. Dari prioritas permasalahan tersebut kemudian akan dapat mementukan kebutuhan komponen penyelenggaraan penanggulangan bencana mana yang akan menjadi prioritas advokasi.
2. Ajak partisipan menentukan prioritas permasalahan mulai dari potensi ancaman, risiko yang paling besar dan kerentanan yang paling tinggi.
3. Selanjutnya fasilitator mengajak partisipan untuk menginventarisir alat ukur dalam menentukan skala prioritas. Partisipan diminta menuliskannya dalam metaplan dan ditempelkan di kertas plano yang telah disediakan sebelumnya. Kata kunci yang digunakan fasilitator sebagai alat ukur menentukan skala prioritas, diantaranya sebagai berikut:
a. Persoalan tersebut secara nyata dirasakan dan dipahami sebagai persoalan oleh banyak pihak/masyarakat
b. Memberikan dampak yang berarti dan menimbulkan persoalan-persoalan/ancaman baru bagi masyarakat ketika tidak diselesaikan
c. Menjadi kebutuhan bersama untuk diselesaikan
27
d. Ada peluang dan bisa dilakukan/diusahakan penyelesaiannya
e. Persoalan yang akan diselesaikan mengurangi dampak bagi masalah lain
f. Mampu dilaksanakan dengan proses pencapaian dan waktu yang terukur
g. Bisa diupayakan penyelesaiannya secara efektif dan efisien.
4. Fasilitator mengajak partisipan untuk membahas apa yang sudah dituliskan oleh partisipan dan merumuskan alat ukur menentukan prioritas advokasi secara bersama-sama.
5. Selanjutnya partisipan diminta untuk melakukan diskusi kelompok sesuai dengan wilayah mereka.
6. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan dan merumuskan apa saja kebutuhan komponen penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayah mereka masing-masing sesuai dengan masalah dan potensi ancamannya. Fasilitator menggunakan Lembar Kerja 6.1. Prioritas Kebutuhan Komponen Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
7. Setelah selesai, tiap-tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya dan fasilitator mengajak semua partisipan untuk melakukan pembahasan.
8. Selanjutnya fasilitator menjelaskan kaitan antara rencana aksi masyarakat dengan komponen penyelenggaraan penanggulangan bencana. Rencana aksi masyarakat, didalamnya adalah bagian dari komponen penyelenggaran penanggulangan bencana.
Waktu
1. Brainstorming 30 menit 2. Diskusi 60 menit 3. Presentai 60 menit
Bahan Bacaan
Kesimpulan Pemainan
28
Lembar Kerja 6.1. Prioritas Kebutuhan Komponen Penyelenggaraan PB
No Masalah Prioritas
Kebutuhan Argumen
Syarat yang harus dipenuhi
Pihak yang Terlibat
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
Keterangan Pengisian kolom: Kolom 1 : Diisi tentang masalah-masalah yang terkait dengan komponen
penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai dengan prioritas Kolom 3 : Kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahan, untuk satu masalah bisa
memerlukan lebih dari satu kebutuhan penyelesaian, sehingga disusun sesuai dengan prioritasnya.
Kolom 4 : Adalah alasan kenapa memilih kebutuhan tersebut dipilih sebagai prioritas. Kolom 5 : Apa saja syaratnya agar kebutuhan tersebut bisa terpenuhi dan masalah
tersebut bisa terselesaikan. Kolom 6 : Adalah pihak-pihak mana saja (organisasi/ lembaga/individu) yang
memungkinkan dilibatkan dalam penyelesaian masalah. Kolom 7 : Menjelaskan apa saja yang belum terakomodir dalam kolom sebelumnya.
29
Materi 7: Hak Warga dan Kewajiban Negara
Materi
Hak Warga dan Kewajiban Negara
Tujuan
1. Peserta mengetahui apa saja yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara pada waktu tidak terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana.
2. Peserta mengetahui apa saja hak warga yang belum mereka peroleh dan apa penyebabnya.
Alat Belajar
1. Kertas Plano 2. Metaplan 3. Spidol 4. Solatip 5. Lem semprot
Metode
1. Permainan 2. Curah pendapat 3. Diskusi
Proses
Terlebih dahulu fasilitator menyampaikan penjelasan akan tujuan dari sesion ini, sebelum masuk pada materi.
A. Permainan 1. Peserta diajak keluar dari ruang belajar, hal ini juga untuk membuat
agar peserta tidak jenuh di ruangan untuk bermain ular tangga.
2. Peserta diminta berjajar secara lurus dalam satu baris. Mintalah 2 peserta untuk nantinya melakukan pengamatan selama proses permainan.
3. Stelah semuanya siap, fasilitator meminta agar peserta mengikuti aba-aba dari fasiitator. Fasilitator kemudian akan menyampaikan sebuah kalimat dan menyampaikan petujuk kepada peserta harus melakukan apa. Tekankan juga kalimat-kalimat yang disampaikan oleh fasilitator terkait dengan hak-hak perempuan (kelompok rentan) dibanding dengan pemenuhan hak laki-laki.
Contoh: - Bagi peserta yang mempunyai rumahya roboh waktu gempabumi,
silahkan untuk mundur 2 langkah. - Bagi peserta yang belum mendapatkan bantuan pada hari ke 2
setelah gempabumi, silahkan mundur 1 langkah. - Bagi peserta yang mendapatkan bantuan secara cukup (makanan,
pakaian dll) pada waktu keadaan darurat, silahkan maju 2 langkah. - Bagi peserta yang bantuan rebah-rekon dipotong, silahkan mundur 1
langkah.
30
- Dst
Catatan: 1. Fasilitator harus bisa memilih kalimat-kalimat sesuai dengan kondisi
peserta. Misalnya pesertanya mayoritas adalah petani, mungkin akan lebih tepat beberapa kalimat yang berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian.
2. Setelah 6 sampai 10 instruksi, semua peserta diminta tetap pada posisi terakhir dan 2 peserta yang diminta untuk mengamati diminta memberikan kesimpulan atas permainan tersebut. Tekankan untuk pengamatan perbedaan pemenuhan hak antara perempuan dan laki-laki.
3. Setalah pengamat memberikan kesimpulan, peserta yang lain juga diminta untuk memberikan komentar atau kesimpilan atas permainan tadi.
4. Fasilitator memandu untuk mengambil kesimpulan atas permainan tadi.
5. Setelah selesai peserta diminta masuk ke ruang belajar kembali.
B. Diskusi kelompok 1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil sesuai
dengan wilayahnya.
2. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan hak warga dan kewajiban negara sesuai dengan Lembar Kerja 7.1.
3. Setelah selesai mintalah tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya dan kelompok lain diminta untuk memberikan komentar dan masukan.
4. Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan kesimpulan atas hasil diskusi kelompok tersebut.
Waktu
1. Permainan 30 menit. 2. Diskusi Kelompok dan presentasi 60 menit
Bahan Bacaan dan
Bahan Ajar
Kesimpulan Pemainan
Pada awal permainan, semua peserta sejajar dalam satu baris, namun setelah mengikuti instruksi dari fasilitator, peserta tidak dalam satu baris lagi, namun ada yang lebih kedepan dan ada yang semakin kebelakang.
Ini adalah untuk memperlihatkan bahwa tidak semua warga mendapatkan kesempatan dan pemenuhan haknya secara sama atau merata. Semakin banyak hak warga yang bisa terpenuhi, semakin kedepan posisi warga tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, warga yang semakin banyak mendapatkan hak-haknya, berarti secara sosial maupun ekonomi statusnya lebih tinggi daripada warga yang hak-haknya belum terpenuhi.
31
Lembar Kerja 7.1.
SAAT TIDAK TERJADI BENCANA SAAT TERJADI
BENCANA
SETELAH TERJADI
BENCANA TIDAK ADA
POTENSI BENCANA ADA POTENSI
BENCANA
1 2 3 4 5
HAK WARGA
KEWAJIBAN NEGARA
32
Materi 8: Proses Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran
Sub Materi
1. Memahami kebijakan-kebijakan pusat maupun daerah yang mengatur tentang perencaaan pembangunan.
2. Mekanisme penyusunan perencanaan pembangunan yang partisipatif.
Tujuan
Peserta mengetahui bagaimana proses, alur dan mekanisme perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan perencanaan tahunan.
Alat Belajar
1. Kertas Plano 2. Spidol
Metode
1. Permainan/role play 2. Ceramah dan diskusi
Proses
1. Terlebih dahulu fasilitator memberikan penjelasan tentang tujuan dari sesion ini.
2. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah ada yang telah mengetahui dengan apa yang disebut dengan perencanaan pembangunan dan bagaimana prosesnya serta kebijakan apa saja yang terkait dengan perencanaan pembangunan.
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapat dan bercerita dengan apa yang mereka ketahui serta pengalaman mereka tentang perencanaan pembangunan, seperti pengalaman dalam mengikuti Musrenbang. Fasilitator membantu mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh partisipan.
4. Kemudian fasilitator menyampaikan dan menjelaskan beberapa isi pokok dalam regulasi/kebijakan yang mengatur tentang perencanaan pembangunan dan bagaimana proses perencanaan pembangunan .
Waktu
1. Share Pengalaman, Ceramah dan Diskusi : 60 menit
Bahan Bacaan
1. Alat bantu belajar 8.1 – 8.6
33
Alat Bantu Belajar 8.1. Hubungan perencanaan pembangunan pemerintah pusat dan daerah
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PUSAT (UU 32/2004 DAN UU 25/2005)
RPJP DAERAH
RPJM DAERAH
RKP DAERAH
RAPBD
APBD
RPJP NASIONAL
RPJM NASIONAL
RKP NASIONAL
RAPBN
APBN
Pedoman
Dijabarkan
Pedoman
Disahkan
Diacu
Diperhatikan
Diserasikan dlm
Musrenbang
Dana
Perimbangan
Periode: 20 tahunDiatur oleh Perda
Periode: 1 tahunDiatur oleh Perda
Periode: 5 tahunDiatur oleh Perda
Pedoman
Dijabarkan
Pedoman
Disahkan
Periode: 1 tahun
Diatur oleh Perda
atau Peraturan Kepala Daerah
34
Alat Bantu Belajar 8.2. Tahapan perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah
PROSES PERENCANAAN TAHUNAN
TAHAP PERSIAPAN
MUSRENBANGDES
MUSRENBANGKEC
MUSRENBANGKAB
FORUM SKPD
1. Dokumen R K P yang berisi:
a. Prioritas Kegiatan pembangunan yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan
atau swadaya.
b. Prioritas Kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui S K P D yang
akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan.
2. Daftar nama delegasi untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan.
3. Berita acara Musrenbang Desa/Kelurahan.
1. Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan menurut fungsi/SKPD
atau gabungan SKPD yang akan didanai melalui APBD Kabupaten/Kota dan
sumber pendanaanl ainnya.
2. Terpilihnya delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum S K P D dan Musrenbang
Kabupaten/Kota.
3. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.
1. Rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD yang memuat kerangka
regulasi dan kerangka anggaran SKPD.
2. Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan dari APBD
setempat, APBD Provinsi maupun APBN yang termuat dalam Rancangan Renja-
SKPD disusun menurut kecamatan dan desa/kelurahan.
3. Terpilihnya delegasi dari Forum SKPD yang yang berasal dari organisasi kelompok-
kelompok masyarakat untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.
4. Berita Acara Forum SKPD Kabupaten/Kota.
1. Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan plafon/pagu dana baik
berdasarkan fungsi/SKPD.
2. Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari
APBD Kabupaten/Kota; APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya.
3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi
dan/atau Pusat.
4. Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa.
35
Alat bantu belajar 8.3 Siklus Penganggaran
PERENCANAAN Januari – Mei 2010
PENYUSUNAN Juni – Oktober
2010
PELAKSANAAN Januari - Desember
2011
PERTANGGUNJAWABAN
Januari – Juni 2012
PENETAPAN November – Desember
2010
36
Alat bantu belajar: 8.4 Penjelasan Tahapan Penganggaran
TAHAP PERENCANAAN
MU
SREN
BA
NG
DES
A/K
ALU
RA
HA
N
(BU
LAN
JA
NU
AR
I )
TUJUAN
1. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat. 2. Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa yang
berasal dari APBD Kabupaten/Kota maupun sumber pendanaan lainnya. 3. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang
Kecamatan
Tahap Pelaksanaan
1. Pendaftaran peserta.
2. Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan
3. Pemaparan Camat atas hasil evaluasi pembangunan
4. Pemaparan Kepala Desa/Lurah atas prioritas program/kegiatan yang bersumber dari RPJM
Desa/Kelurahan.
5. Penjelasan Kepala Desa tentang informasi tentang perkiraan jumlah ADD.
6. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat
7. Pemisahan kegiatan
8. Perumusan prioras untuk menyeleksi usulan kegiatan
9. Penetapan prioritas kegiatan pembangunan
10. Penetapan daftar nama 3-5 orang (masyarakat) delegasi peserta Musrenbang
Desa/Kelurahan
Peserta
Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan adalah komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang berada di desa/kelurahan, seperti: (ketua RT/RW; kepala dusun, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), ketua adat, kelompok perempuan, kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah dan lain-lain).
Narasumber
1. Kepala Desa/Lurah,
2. Ketua dan para Anggota BPD,
3. Camat dan aparat kecamatan,
4. Kepala Sekolah,
5. Kepala Puskesmas,
6. Pejabat instansi yang ada di desa, dan
7. LSM yang bekerja di desa yang bersangkutan
37
MU
SREN
BA
NG
KEC
AM
KA
TAN
(BU
LAN
FEB
RU
AR
I)
TUJUAN
1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan
2. Membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.
3. Melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Peserta
Wakil dari desa/kelurahan, dan
Wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala kecamatan,misalnya:
1. organisasi petani,
2. organisasi pengrajin,
3. dan lain sebagainya
Narasumber
A. Dari Kabupaten/Kota:
1. Bappeda,
2. Perwakilan SKPD dari kabupaten/kota,
3. Kepala-kepala cabang SKPD di kecamatan yang bersangkutan,
4. kepala-kepala unit pelayanan di kecamatan,
5. Anggota DPRD dari wilayah pemilihan kecamatan yang bersangkutan.
B. Dari Kecamatan:
1. Camat,
2. Aparat kecamatan,
3. LSM yang bekerja di kecamatan yang bersangkutan, dan
4. Para ahli/profesional yang dibutuhkan
38
FOR
UM
SK
PD
(SA
TUA
N K
ERJA
PER
AN
GK
AT
DA
ERA
H)
(BU
LAN
MA
RET
) TUJUAN
1. Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD).
2. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja-SKPD. 3. Menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang
termuat dalam prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah).
4. Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, terutama untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD
Peserta
Peserta Forum SKPD Kabupaten/Kota terdiri dari para delegasi kecamatan dan delegasi dari kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kabupaten/kota yang berkaitan langsung dengan fungsi/ SKPD atau gabungan SKPD yang bersangkutan. Ini mencakup antara lain Dewan Pendidikan untuk Forum Pendidikan; RSUD, Ikatan Dokter Indonesia di daerah dan Ikatan Bidan Indonesia di daerah untuk Forum Kesehatan dan lain sebagainya
Narasumber
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala dan para pejabat Bappeda, anggota DPRD dari Komisi Pasangan Kerja masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahili/profesional balik yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi
39
FOR
UM
SK
PD
MU
SREN
BA
NG
KA
BU
PA
TEN
/KO
TA
(BU
LAN
AP
RIL
) TUJUAN
1. Mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang
memuat prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan berdasarkan
fungsi SKPD, rancangan alokasi dana desa termasuk dalam pemutakhiran ini
adalah informasi mengenai kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD
Provinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya
2. Mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khususnya yang berhubungan dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD).
3. Mendapatkan rincian rancangan awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan
4. SKPD)
Peserta
Peserta Musrenbang Kabupaten/Kota adalah delegasi dari Musrenbang Kecamatan dan delegasi dari Forum SKPD
Narasumber
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, DPRD, LSM yang bekerja dalam skala kabupaten/kota, Perguruan Tinggi, Perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja-SKPD Panitia/Tim Anggaran Eksekutif maupun DPRD
Penyampaian Hasil Musrenbang Kabupaten/Kota
Setelah hasil Musrenbang Kabupaten/Kota disepakati oleh peserta, maka Pemerintah Kabupaten/Kota menyampaikan hasilnya kepada:
1. DPRD setempat. 2. Masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota. 3. Tim Penyusun Program Tahunan Daerah dan RAPBD. 4. Kecamatan. 5. Delegasi dari Musrenbang Kecamatan dan Forum SKPD
40
TAHAP PENYUSUNAN APBD
PENYUSUNAN RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
(Bulan Mei)
1. Disusun oleh pemerintah daerah
2. Diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei
3. ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Menyusun rancangan KUA
(Kebijakan Umum Anggaran)
berdasarkan RKPD
1. Disusun oleh kepala Daerah dibantu oleh TAPD yang
dipimpin oleh sekretaris daerah
2. Disampaikan oleh sekretaris daerah kepada kepala daerah
(awal bulan Juni)
3. Disampaikan kepala daerah kepada DPRD (pertengahan
bulan Juni)
Menyusun rancangan PPAS
1. Disusun oleh pemerintah daerah
2. Disampaikan kepala daerah kepada DPRD (minggu kedua
bulan Juli)
3. ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Menyusun RKA-SKPD
1. Disusun oleh kepala SKPD
2. Disampaikan kepala daerah kepada DPRD (minggu kedua
bulan Juli)
3. ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Menyusun Rancangan APBD
dan Rancangan penjabaran
ABPD
1. Disusun oleh kepala SKPD
2. Disampaikan kepala daerah kepada DPRD (minggu
pertama bulan Oktober)
3. Dibahaas oleh Tim Anggaran eksekutif dan legislatif
4. kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD
41
TAHAP PENETAPAN APBD
TAHAP PELAKSANAAN APBD
Raperda APBD
Dievaluasi oleh Gubermnur
(30 hari)
Pemerintah kabupaten/kota menetapkan Perda APBD dan
Peraturan Bupati/Walikota tentang Rancangan penjabaran ABPD
(31 Desember)
AS
AS
UM
UM
1. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan dikelola dalam APBD.
2. Setiap SKPD melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.
5. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja.
6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
7. Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD
10. Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Do
ku
me
n
Pe
lak
sa
na
an
An
gg
ara
n S
KP
D 1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.
2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama
6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan
Waktu 12 bulan ( 1 tahun)
42
TAHAP PERTANGGUNGJAWABAN APBD
Lap
ora
n
Rea
lisa
si
Se
mes
ter
Pe
rtam
a
1. Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama
anggaran pendapatan dan belanja SKPD
2. Laporan disertai dengan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
3. PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan
cara menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama
anggaran pendapatan dan belanja SKPD
La
po
ran
Ta
hu
na
n
1. PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran
berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan
sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD
2. Laporan keuangan SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui
PPKD paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir
3. Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
dari: laporan realisasi anggaran; neraca dan catatan atas laporan
keuangan
4. PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara
menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD paling lambat 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan.
5. Laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada kepala
daerah melalui sekretaris daerah selaku coordinator pengelolaan
keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
6. Laporan keuangan disampaikan oleh kepala daerah kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
7. Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian
terhadap laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK
8. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat
6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir
9. Laporan keuangan pemerintah daerah wajib dipublikasikan
10. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan
rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Menteri Dalam
Negeri
43
Alat Bantu Belajar 8.5. Tahapan perencanaan pembangunan desa
TAHAPAN KETERANGAN
Tahap Persiapan
9. Pemetaan Permasalahan dan Potensi (Analisis Risiko)
10. Perumusan Kebutuhan (Rencana Aksi Masyarakat)
11. Penyusunan Program dan Kegiatan
12. Menyusun Indikator Pencapaian
a. Specific (spesifik) – punya ciri tersendiri dan tidak sekedar berbeda dengan desa lain;
b. Measurable (terukur) – dapat “diukur” setidaknya bukan sekedar mimpi atau imajinasi;
c. Accurate (tepat) – tepat kegiatan, tepat waktu dan tepat sasaran;
d. Reasonable (masuk akal) – tidak muluk-muluk, diidentifikasi dari potensi dan masalah menurut pandangan masyarakat sendiri.
e. Timebond – adanya batas waktu pencapainnya.
Agenda Acara
1. Paparan Rancangan RPJM-Desa termasuk di dalamnya rancangan RKP-Desa tahun pertama, sesuai hasil kegiatan prosesing data,
2. Paparan RPJM-Daerah khususnya AKU
3. Tanya Jawab tentang Rancangan RPJM-Desa.
4. Diskusi Kelompok untuk mengkritisi rancangan RPJM-Desa.
5. Presentasi hasil diskusi kelompok.
6. Penyepakatan RPJM-Desa dan RKP-Desa tahun pertama
7. Penentuan/pemilihan delegasi musrenbang kecamatan
8. penandatangan berita acara
Peserta
1. Keterwakilan wilayah dusun/kampung, RT dan RW
2. Keterwakilan kelompok atau individu beberapa sektor (ekonomi, pertanian, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dll)
3. Keterwakilan kelompok usia (anak, remaja/muda dan generasi tua)
4. Keterwakilan kelompok sosial, jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, bapak-bapak, ibu-ibu dan kelompok marjinal)
5. Keterwakilan 3 (tiga) pilar utama unsur tata pemerintahan (Pemerintah, NGO dan Masyarakat Umum)
44
6. Perwakilan Lembaga dan atau Organisasi Masyarakat yang termasuk pemengku kepentingan dalam pembangunan desa.
Output / Keluaran / hasil
1. Dokumen Peraturan Desa (Perdes) Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), beserta lampiran-lampirannya :
• Profil Desa • Proses pengumpulan data (identifikasi potensi dan masalah) • Proses pengolahan data (pemrosesan data) beserta hasilnya
rumusannya. • Visi dan Misi Desa • Daftar Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa • Berita Acara Musrenbangdes RPJM-Desa
2. Surat Keputusan Kepala Desa tentang RKP-Desa dan lampiran-lampirannya
• Daftar Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKP-Desa) • Berita Acara Musrenbangdes RKP-Desa.
3. Daftar Delegasi (utusan) untuk mengikuti Musrenbang kecamatan tahun pertama
Tujuan dan Manfaat RKP-Desa
Tujuan Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Menjamin konsistensi perencanaan dan penganggaran Desa b. Sebagai dasar/pedoman kegiatan Pembangunan desa tahunan. c. Sebagai masukan penyusunan APB-Desa tahun berikutnya
Manfaat RKP-Desa. a. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan. b. Pembangunan desa lebih terfokus c. Menumbuhkembangkan swadaya dan pastisipasi masyarakat
Masukan
Dari Desa
Dokumen RPJM-Desa
Hasil Evaluasi Pembangunan (belum ada dasar hukumnya, kasus di kebumen, bentuknya hasil lokakarya desa sebagai pra musrenbang)
Dari Kabupaten
Draf Rancangan RKPD
Draf Rancangan Renja SKPD
45
Alat Bantu Belajar 8.6 Alur Kegiatan Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa
46
Materi 9: Advokasi Integrasi RAM PB dalam Perencanaan Pembangunan
Materi
1. Memahami berbagai ragam strategi advokasi 2. Upaya mengintegrasikan RAM dalam Rencana Pembangunan dan
Penganggaran.
Tujuan
1. Peserta mampu mengetahui dan memahami berbagai ragam strategi advokasi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan warga.
2. Peserta memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melakukan advokasi pengintegrasian rencana aksi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa maupun tingkat daerah
Alat Belajar
1. Spidol mata besar & kecil 2. Kertas Plano 3. Solatip
Metode
1. Brainstorming 2. Diskusi kelompok dan Pleno
Proses
1. Terlebih dahulu fasilitator menjelaskan akan pentingnya integrasi pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran. Dimulai dari pergeseran paradigma dari respon darurat menjadi pengurangan risiko bencana sampai dengan kenapa perlunya integrasi pengurnagan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran yang menghemat anggaran untuk penanggulangan bencana.
2. Peserta diminta untuk menyampaikan pengalamannya dalam melakukan advokasi, bagaimana caranya, siapa saja yang dilibatkan dan sebagainya. Selanjutnya fasilitator bisa menjelaskan kepada peserta dengan menggunakan alat bantu belajar 4.1. Ragam strategi advokasi.
3. Fasilitator membuka materi dengan memberikan perbedaan antara paradigma respon darurat dengan pengurangan risiko bencana serta program PB dengan pengintegrasian PRB dalam perencanaan pembangunan.
4. Fasilitator mengajak peserta untuk melihat kembali hasil diskusi sebelumnya, mulai dari analisis risiko sampai dengan pemetaan kebutuhan.
5. Fasilitataor membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan wilayah asal peserta untuk mendiskusikan pilihan strategi advokasi integrasi RAM ke dalam kebijakan perencanaan pembangunan dan penganggaran. Fasilitator menggunakan lembar kerja 4.1.strategi advokasi pengintegrasian RAM dalam perencanaan dan penganggaran.
47
6. Setelah selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya, sedangkan peserta yang lain diminta untuk mengkritisi dan memberikan masukan.
7. Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan kesimpulan masing-masing hasil diskusi kelompok.
Waktu
Diskusi kelompok 60 menit Presentasi dan diskusi 60 menit
Bahan Bacaan
Analisis Risiko Rencana Aksi Komunitas
Alat Bantu Belajar 9.1 Paradigma Penanggulangan Bencana
1. Dari Reaktif ke Preventif 2. Dari Sentralistis ke Desentralistis 3. Dari urusan Pemerintah semata menjadi urusan bersama Pemerintah dan
Masyarakat. 4. Dari Sektoral menjadi multi-sektoral 5. Dari menangani dampak menjadi mengelola risiko 6. Dari penanggulangan secara kovensional menjadi holistik
PEMBANGUNAN DAN BENCANA
BIDANG PEMBANGUNAN
BIDANG BENCANA
BID
AN
G N
EG
AT
IF BID
AN
G P
OS
ITIF
PEMBANGUNAN
BISA
MENINGKATKAN
KERENTANAN
BENCANA DAPAT
MEMUNDURKAN
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
BISA
MENGURANGI
KERENTANAN
BENCANA DAPAT
MEMBERIKAN
PELUANG
PEMBANGUNAN
48
Alat Bantu Belajar 9.2
Persoalan Implementasi PRB
100
REGULASI
KEBIJAKAN PERENCANAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN
PELAKSANAANKEGIATAN
OU
TP
UT D
AN
O
UTC
OM
E
0
KELEMBAGAAN
SUMBER DAYA MANUSIA
KAPASITAS ANGGARAN
Alat Bantu Belajar 9.3
Mengapa Pengintegrasian atau Pengarusutamaan
AN
GG
AR
AN
da
n R
ISIK
O
TAHUN ke
AN
GG
AR
AN
da
n R
ISIK
O
TAHUN ke
Pengintegrasian PRB Dalam
Perencanaan PembangunanAnggaran Responsif Bencana
49
Alat Bantu Belajar 9.4
Peta Pendekatan dalam Perencanaan dan
Penganggaran
PENDEKATAN
BIROKRATIK
(TOP-DOWN)
PENDEKATAN
PSRTISIPATIF (Warga,
CSO, NGO, dll)
PENDEKATAN
TEKNOKRATIK
(Bappeda, SKPD, dll)
PENDEKATAN
POLITIK (KDH,
DPRD, Parpol, dll)
DOKUMEN
PERENCANAAN
STRATEGIS DAN
PENGANGGARAN
Alat Bantu Belajar 9.5 Ragam Strategi Advokasi
HIG
H P
RO
FIL
Legal Drafting
1. Sebagai proses belajar dan peningkatan kapasitas masyarakat.
2. Perlu melibatkan pihak-pihak yang memiliki kapasitas dalam penyusunan nakah akademik dan peraturan perundangan.
3. Mendorong munculnya kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
4. Mempunyai kemampuan analisis dan membangun jaringan antar pihak.
5. Memanfaatkan momentum yang tepat.
Dialog publik dan lobby
1. Menciptakan ruang untuk menciptakan kesepahaman antar pihak (masyarakat, eksekutif dan legislatif).
2. Membangun komunikasi yang lebih baik antara masyarakat dengan pengambil kebijakan.
3. Mendorong munculnya kebijakan yang berpihak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
4. Memetakan kekuatan politik lokal.
Publikasi
1. Menimbulkan respon yang tinggi dari publik atas suatu persoalan yang diangkat.
2. Membangun media sendiri atau harus selektif dalam memilih media.
3. Membangun hubungan yang lebih dekat dengan media
50
massa. 4. Mempunyai kemampuan untuk menyampaikan atau
menuliskan persoalan yang akan diangkat.
Demonstrasi Mendapatkan dukungan massa yang lebih banyak, sehingga mempunyai kekuatan atau nilai tawar yang cukup tinggi, tetapi harus hjati-hati terhadap “penyusup/penghianat”.
Membangun jaringan/koalisi
1. Sebagai upaya awal untuk menyusun strategi advokasi. 2. Peluang keberhasilan advokasi lebih besar karena
mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. 3. Harus selektif dalam memilih pihak-pihak yang akan
dilibatkan dalam jaringan.
Kaukus
1. Membangun hubungan yang baik antar masyarakat dengan legislatif.
2. Persoalan-persoalan di kumunitas lebih mudah sampai ke pihak penentu kebijakan.
3. Informasi dari pemerintah lebih mudah dan lebih cepat sampai ke masyarakat.
LOW
PR
OFI
L Pengorganisasian
1. Membangun kesadaran kritis dan kekuatan masyarakat dalam mengupayakan pemenuhan kebutuhannya.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, monitoring sampai dengan evaluasi.
Membangun Jaringan
1. Menumbuhkan kesepahaman atas persoalan dan kebutuhan antar kelompok masyarakat.
2. Terbangunnya kekuatan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhannya.
KER
JA-K
ERJA
PEN
DU
KU
NG
Riset 1. Merupakan bagian awal dari kegiatan advokasi. 2. Riset yang dilakukan secara partisipatif akan menghasilkan
informasi yang akurat sebagai pendukung langkah advokasi.
Pangkalan data
1. Sebagai pendukung kerja-kerja advokasi dalam penyediaan data dan informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Data mudah diakses dan dipahami oleh berbagai pihak.
Investigasi kasus
1. Merupakan bagian awal dari kegiatan advokasi. 2. Investigasi akan menghasilkan informasi yang akurat
sebagai data untuk merumuskan dan menentukan strategi advokasi.
3. Memperbanyak dukungan dan memperluas jaringan.
51
Alat Bantu Belajar 9.5 A. Potensi Pemerintahan Desa untuk PRB
1. Pemerintahan yang paling dekat dengan warga 2. Memiliki fungsi otonom sehingga dapat menyusun program PRB yang spesifik yang
dibutuhkan warga 3. Juga memiliki fungsi tugas pembantuan dari kabupaten, provinsi dan pusat
sehingga kapasitasnya untuk PRB bisa besar. 4. Jika dikelola dengan baik, anggaran di desa dapat menguatkan PRB warga
B. Bagaimana Meyakinkan Pemerintah untuk Pemenuhan Kebutuhan PRB Kita
1. Merumuskan argumen warga. 2. Membangun jejaring atau sekutu. 3. Memetakan kesempatan. 4. Melakukan dengar pendapat dengan pembuat kebijakan. 5. Mengikuti proses perencanaan dan penganggaran yang formal. 6. Memantau usulan kita.
1. Merumuskan Argumen Warga
a. Membuat peta resiko yang terdiri dari peta ancaman, profil kerentanan dan kapasitas.
b. Merumuskan kebutuhan warga untuk melemahkan atau mencegah ancaman. c. Merumuskan kebutuhan warga untuk mengurangi kerentanan. d. Membuat dokumen usulan (proposal) bila diperlukan. e. Seluruh proses dilakukan dengan partisipatif dan sensitif gender.
2. Membangun Jejaring
a. Jejaring diperlukan agar posisi tawar kita meningkat sehingga usulan kita didengar.
b. Mencari dan membuat kesepakatan dengan wilayah lain yang memiliki masalah yang sama.
c. Mencari dan membuat kesepakatan dengan pihak/instansi lain yang memiliki kepentingan beririsan.
d. Menyepakati rencana meyakinkan pembuat kebijakan dan melakukan langkah
bersama.
3. Memetakan Kesempatan
a. Mempelajari siklus perencanaan dan anggaran pemerintah. b. Mengidentifikasi kesempatan dalam tiap tahapan proses perencanaan dan
penganggaran. c. Mengidentifikasi pihak yang harus diyakinkan pada tiap-tiap kesempatan yang
ada. d. Merumuskan cara meyakinkan pembuat kebijakan misalnya dengan dengar
pendapat, membuat proposal, melakukan aksi dll.
52
Lembar kerja 9.1
Pilihan Integrasi RAM ke dalam perencanaan dan penganggaran.
No Program
Kegiatan (RAM) Tujuan
Pihak yang
terlibat Hambatan Tantangan Peluang
Ranah Integrasi RAM dan Prosesnya
RPJMDes RAD RPB RPJMD APBDes/
APBD
27
Materi 10: Evaluasi
Materi
Melakukan evaliasi secara partisipatif
Tujuan
1. Mengetahui kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan ToT.
2. Mendapatkan rekomendasi untuk perbaikan kedepan
Alat Belajar
1. Spidol 2. Kertas Plano 3. Metaplan 4. Lem semprot
Metode
Penulisan tugas di kertas metaplan
Proses
1. Fasilitator menjelaskan bahwa perlu evaluasi atas proses pelatihan, sehingga hasilnya bisa digunakan untuk memperbaiki proses-proses pelatihan selanjutnya.
2. Masing-masing peserta diminta untuk menuliskan evaluasinya pada metaplan.
3. Setelah selesai, masing-masing peserta diminta untuk menempelkan hasil evaluasinya sesuai dengan Lembar Kerja 11.1. Lembar Evaluasi. Apabila kesimpulannya sudah baik, silahkan ditempel pada kolom warga BIRU, apabila sedang ditempel pada kolom warna KUNING dan apabila penilaiannya jelek atau kurang ditempel pada kolom warna MERAH.
4. Setelah selesai fasilitator membacakan secara singkat hasil evaluasi, khususnya pada bagian-bagian kelemahan/kekurangannya.
Waktu
Evaluasi: 30 menit
Bahan Bacaan/ Media Belajar
28
Lembar Kerja 10.1
Evaluasi
KOMPONEN EVALUASI BAIK (Alasannya)
SEDANG (Alasannya)
KURANG (Alasannya)
Materi Pelatihan
Metode Pelatihan
Fasilitatator
Peserta
Sarana Prasarana
Panitia
Dll