KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil’alami. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian, sekaligusmenyusun luaran penelitian dalam bentuk draft bahan ajar yang berjudul “ konselingLintas Budaya Pada suku Lampung”. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian danpenyusunan bahan ajar.1. Kemenristekdikti dalam hal ini adalah Direktorat Jendral Penguatan Riset danPengembangan atas kesempatan dan dukungan yang diberikan2. Ketua LPPM UM Metro atas fasilitas dan perijinan yang diberikan sehinggapeneliti mampu melaksanakan penelitian dan menyusun bahan ajar sebagaisalah satu luaran penelitian3.Rektor UM Metro yang telah memberikan dukungan atas keterlaksanaan prosespenelitian dan juga penyusunan luaran penelitian.Bahan ajar yang disusun merupakan proses pengayaan untuk mata kuliah konselinglintas budaya. Melalui bahan ajar yang mengangkat nilai lokal suku lampung, makadiharapkan calon konselor mampu mengatasi permasalahan yang dialami oleh konseliyang berasal dari suku lampung denganefektif.Akhirnya, semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat dalam pengembangan kualitaspembelajaran dan pendidikan di Indonesia.Metro, Oktober 2018
Penulis
Konsep dan Definisi
Multi budaya dapat diartikan sebagaisuatu kondisi masyarakat yangmajemuk, menghargai pluralisme danmemungkinkan keberagaman tetaplestari, dengan arti lain masyarakatyang menerima integrasi sebagai cara-cara yang umum untuk menghadapikeberagaman budaya, tetapi tetapmemperlihatkan jati diri mereka.
Multi budaya dapat diartikan sebagaisuatu kondisi masyarakat yangmajemuk, menghargai pluralisme danmemungkinkan keberagaman tetaplestari, dengan arti lain masyarakatyang menerima integrasi sebagai cara-cara yang umum untuk menghadapikeberagaman budaya, tetapi tetapmemperlihatkan jati diri mereka.
Konseling multi budaya menurut VonTress menyatakan dimana penasehat dankliennya adalah berbeda secara kulturaloleh karena sosialisasi berbeda dalammemperoleh budayannya, sub kultur,racial ethnic, atau lingkungan sosialekonomi. Sementara APA (Sue, Dkk1982) menggambarkan konseling atauterapi antara budaya sebagai hubungankonseling dimana dua atau lebih pesertaberbeda berkenaan dengan latar belakangbudaya, nilai-nilai, dan gaya hidup.
Konseling multi budaya menurut VonTress menyatakan dimana penasehat dankliennya adalah berbeda secara kulturaloleh karena sosialisasi berbeda dalammemperoleh budayannya, sub kultur,racial ethnic, atau lingkungan sosialekonomi. Sementara APA (Sue, Dkk1982) menggambarkan konseling atauterapi antara budaya sebagai hubungankonseling dimana dua atau lebih pesertaberbeda berkenaan dengan latar belakangbudaya, nilai-nilai, dan gaya hidup.
Konseling multi budaya meliputi situasi dimana: antara konselor dan klien adalah individu
minoritas tetapi dari kelompok minoritasberbeda,
konselor adalah seorang minoritas tapi klienbukanlah atau sebaliknya
konselor dan klien sesuai rasnya, secara etnisserupa, namun memiliki keanggotaankelompok budaya berbeda berdasarkanmisalnya variabel jemis kelamin, orientasiseksual, faktor sosial ekonomi, orientasireligius, atau usia.
Konseling multi budaya meliputi situasi dimana: antara konselor dan klien adalah individu
minoritas tetapi dari kelompok minoritasberbeda,
konselor adalah seorang minoritas tapi klienbukanlah atau sebaliknya
konselor dan klien sesuai rasnya, secara etnisserupa, namun memiliki keanggotaankelompok budaya berbeda berdasarkanmisalnya variabel jemis kelamin, orientasiseksual, faktor sosial ekonomi, orientasireligius, atau usia.
Draguns (1989) menawarkan poin kunci yang dianjurkanbagi konseling multi budaya:
Teknik konselor harus dimodifikasi ketika konselingsecara budaya berbeda
Konselor yang secara budaya sensitif disiapkan untukmenyesuaikan dengan perbedaan dan berbagaikesulitan yang di antisipasi sepanjang proseskonseling karena jarak antara latar belakang budayakonselor dan lkien meningkat.
Konsepsi tentang proses membantu adalah budaya,seperti model atau gaya, self –reparation danmengkomonikasikan distress/ kesusahan.
keluhan dan gejala berbeda dalam frekuensi dankejadiannya pada berbagai kelompok budaya.
harapan dan norma-norma budaya konselor danklien munglin beragam.
Teknik konselor harus dimodifikasi ketika konselingsecara budaya berbeda
Konselor yang secara budaya sensitif disiapkan untukmenyesuaikan dengan perbedaan dan berbagaikesulitan yang di antisipasi sepanjang proseskonseling karena jarak antara latar belakang budayakonselor dan lkien meningkat.
Konsepsi tentang proses membantu adalah budaya,seperti model atau gaya, self –reparation danmengkomonikasikan distress/ kesusahan.
keluhan dan gejala berbeda dalam frekuensi dankejadiannya pada berbagai kelompok budaya.
harapan dan norma-norma budaya konselor danklien munglin beragam.
Memahami Keanekaragaman Klien DalamSuatu Masyarakat Plural
Kita banyak menghadapi suatukenyataan, bahwa didalam kebudayaanNasional ternyata terdapat keragamanbudaya, atau dalam suatu bangsasering terdiri dari sub budaya-subbudaya. Kasus seperti ini akan kitajumpai di indonesia yang terdiri daribanyak etnis atau suku, sehinggakemungkinan akan mincul pluraliralitasbudaya.
Kita banyak menghadapi suatukenyataan, bahwa didalam kebudayaanNasional ternyata terdapat keragamanbudaya, atau dalam suatu bangsasering terdiri dari sub budaya-subbudaya. Kasus seperti ini akan kitajumpai di indonesia yang terdiri daribanyak etnis atau suku, sehinggakemungkinan akan mincul pluraliralitasbudaya.
BUDAYA ( cipta-rasa-karsa-karya)
Konselor seharusnyaingat bahwakebudayaan klienadalah multiculturaldalam perasaan ataupikiran (sense)mereka yang telahdipengaruhi olehsedikitnya limakultur yang salingterjalin satu samalain.
Universal
Ekologis
Konselor seharusnyaingat bahwakebudayaan klienadalah multiculturaldalam perasaan ataupikiran (sense)mereka yang telahdipengaruhi olehsedikitnya limakultur yang salingterjalin satu samalain.
Nasional
Regional
Rascial-Ethnic
INKULTURAL
Memperoleh suatu gambaran seseorangyang secara kultural berbeda memerlukansuatu usaha untuk memahami kultur yangdimiliki orang itu dan bagaimana orang ituberhubungan dengan kultur tersebut.
Misalnya: Tidaklah layak untukmenggolongkan semua orang Jawa kedalam satu kelompok budaya di bandingketika mengasumsi semua wanita Jawaadalah mirip. Seseorang boleh berasumsibahwa seorang klien Jawa berbagikharakteristik budaya dengan orang Jawalainnya, tetapi inkultural atau perbedaanindividu harus pula dikenali dalamintervensi konseling.
Memperoleh suatu gambaran seseorangyang secara kultural berbeda memerlukansuatu usaha untuk memahami kultur yangdimiliki orang itu dan bagaimana orang ituberhubungan dengan kultur tersebut.
Misalnya: Tidaklah layak untukmenggolongkan semua orang Jawa kedalam satu kelompok budaya di bandingketika mengasumsi semua wanita Jawaadalah mirip. Seseorang boleh berasumsibahwa seorang klien Jawa berbagikharakteristik budaya dengan orang Jawalainnya, tetapi inkultural atau perbedaanindividu harus pula dikenali dalamintervensi konseling.
RAS
Hernandez (1989) menulis bahwa rasmengacu pada cara suatu kelomokmasyarakat menggambarkan dirinya sendiriatau digambarkan oleh orang lain sebagaihal yang berbeda dari manusia lainnyakarena karakteristik fisik bawaan yangdiasumsikan (Ogbu, 1978) pendapat inididasarkan pada suatu konsep antropologiyang digunakan untuk menggolongkanorang-orang menurut karakteristik fisik,seperti kulit dan warna mata dan bentukmkepala, mata, telinga, bibr dan hidung(Bennetx, 1986)
Hernandez (1989) menulis bahwa rasmengacu pada cara suatu kelomokmasyarakat menggambarkan dirinya sendiriatau digambarkan oleh orang lain sebagaihal yang berbeda dari manusia lainnyakarena karakteristik fisik bawaan yangdiasumsikan (Ogbu, 1978) pendapat inididasarkan pada suatu konsep antropologiyang digunakan untuk menggolongkanorang-orang menurut karakteristik fisik,seperti kulit dan warna mata dan bentukmkepala, mata, telinga, bibr dan hidung(Bennetx, 1986)
ETNIS
Etnis di gambarkan atau didefinisikan atasdasar asal nasional, agama, dan atau ras(Gordon:1964). Tiap-tiap individu secaraserentak memiliki identitas etnis, identitaskelas sosio-ekonomi, dan suatu identitasgender. Masing-masing ini juga membentukrealitas pribadi yang dipengaruhi dandibatasi oleh etnis, kelas dan gender.Realitas pribadi mencerminkan suatucampuran yang kompleks, dinamis, dan uniksebagai hasil interaksi dari beberapakharakteristik (Hernandez, 1989).
Etnis di gambarkan atau didefinisikan atasdasar asal nasional, agama, dan atau ras(Gordon:1964). Tiap-tiap individu secaraserentak memiliki identitas etnis, identitaskelas sosio-ekonomi, dan suatu identitasgender. Masing-masing ini juga membentukrealitas pribadi yang dipengaruhi dandibatasi oleh etnis, kelas dan gender.Realitas pribadi mencerminkan suatucampuran yang kompleks, dinamis, dan uniksebagai hasil interaksi dari beberapakharakteristik (Hernandez, 1989).
KELAS SOSIAL
Kelas sosial yang berbeda jugamemainkan peran penting dalammenentukan bagaimana seseorangbertindak, hidup, berfikir, danberhubungan dengan orang lain.Perbedaan dalam nilai-nilai, sikap,prilaku dan keyakinan diantarakelompok-kelompok orang yangberagam kelas sosio-ekonominyadipertimbangkan ketikamerencanakan intervensi.
Kelas sosial yang berbeda jugamemainkan peran penting dalammenentukan bagaimana seseorangbertindak, hidup, berfikir, danberhubungan dengan orang lain.Perbedaan dalam nilai-nilai, sikap,prilaku dan keyakinan diantarakelompok-kelompok orang yangberagam kelas sosio-ekonominyadipertimbangkan ketikamerencanakan intervensi.
JENIS KELAMIN
Konselor perlu juga mengenali danmemahami perbedaan sebagai hasil jeniskelamin, atau ciri dan kharakteristik yangmemisahkan hidup wanita dan pria yangmenghasilkan orientasi yang unik bagimereka ke arah permasalahan dan solusi.Berbagai kemungkinan untuk menyelidikiperbedaan jenis kelamin adalah tak adaakhirnya. Adalah jelas bahwa jenis kelaminitu memainkan suatu peran penting selamakonseling, tetapi riset memusatkan secarakhusus pada keberagaman wanita secarakultural yang tidak konsisten untukdigeneralisasikan secara lintas budaya.
Konselor perlu juga mengenali danmemahami perbedaan sebagai hasil jeniskelamin, atau ciri dan kharakteristik yangmemisahkan hidup wanita dan pria yangmenghasilkan orientasi yang unik bagimereka ke arah permasalahan dan solusi.Berbagai kemungkinan untuk menyelidikiperbedaan jenis kelamin adalah tak adaakhirnya. Adalah jelas bahwa jenis kelaminitu memainkan suatu peran penting selamakonseling, tetapi riset memusatkan secarakhusus pada keberagaman wanita secarakultural yang tidak konsisten untukdigeneralisasikan secara lintas budaya.
KONSELING DAN BUDAYA
Dalam rangka memahami hubungan yang erat antarakonseling dan kultur, konseling harusmempertimbangkan dalam konteks budayanya. Perankonselor tradisional diharapkan untuk simpatik,bukannya penolong usil. Misalnya Konselor Amerikaselalu mempertimbangkan ciri khas atau individualitasklien, sehingga konselor sering menemukan klienyang secara kultural berbeda akanmenentang/bertahan dan tidak termotivasi. Tidakdapat disangkal, klien yang secara kultural berbedamempersepsi sesi konseling sebagai gagal, tidakrelevan, dan benar-benar tidak menolong. Penekananyang sekarang pada konseling multibudaya lebihlanjut menggambarkan bahwa konselor tidakmengenali kenyataan klien menjadi produk dari latarbelakang budaya yang berbeda.
Dalam rangka memahami hubungan yang erat antarakonseling dan kultur, konseling harusmempertimbangkan dalam konteks budayanya. Perankonselor tradisional diharapkan untuk simpatik,bukannya penolong usil. Misalnya Konselor Amerikaselalu mempertimbangkan ciri khas atau individualitasklien, sehingga konselor sering menemukan klienyang secara kultural berbeda akanmenentang/bertahan dan tidak termotivasi. Tidakdapat disangkal, klien yang secara kultural berbedamempersepsi sesi konseling sebagai gagal, tidakrelevan, dan benar-benar tidak menolong. Penekananyang sekarang pada konseling multibudaya lebihlanjut menggambarkan bahwa konselor tidakmengenali kenyataan klien menjadi produk dari latarbelakang budaya yang berbeda.
PetunjukUntuk konselor:
Kesadaran diri danpengertian/pemahaman tentang sejarahkelompok budayanya sendiri danmengalami.
Kesadaran diri danpengertian/pemahaman tentangpengalaman diri sendiri di lingkungan arusbesar kulturnya.
Kepekaan perceptual ke arahkepercaayaan diri sendiri pribadi dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Kesadaran diri danpengertian/pemahaman tentang sejarahkelompok budayanya sendiri danmengalami.
Kesadaran diri danpengertian/pemahaman tentangpengalaman diri sendiri di lingkungan arusbesar kulturnya.
Kepekaan perceptual ke arahkepercaayaan diri sendiri pribadi dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Untuk Pemahaman klien
Kesadaran dan pengertian/pemahamantentang sejarah dan pengalaman kelompokbudaya dimana klien mungkinmengidentifikasi atau sedang berhadapan.kesadaran perseptual dan pemahaman akanpengalaman dalam lingkungan budaya,dimana klien mungkkin mengidentifikasi atausedang berhadapan.Kepekaan perseptual kearah kepercayaanpribadi klien dan nilai-nilainya.
Kesadaran dan pengertian/pemahamantentang sejarah dan pengalaman kelompokbudaya dimana klien mungkinmengidentifikasi atau sedang berhadapan.kesadaran perseptual dan pemahaman akanpengalaman dalam lingkungan budaya,dimana klien mungkkin mengidentifikasi atausedang berhadapan.Kepekaan perseptual kearah kepercayaanpribadi klien dan nilai-nilainya.
Untuk konselor dalam proseskonseling
Hati-hati dan mendengarkan secara aktif,perhatian bukan peristiwa kebetulan,demonstrasikan secara luas tanggapannonverbal dan lisan asli menunjukkanpada klien bahwa kamu memahami apayang dibicarakan atau sedangdikomunikasikan.Memperhatikan klien dan situasinyasecara seksama.Meminta klarifikasi ketika konselor tidakmemahami.
Hati-hati dan mendengarkan secara aktif,perhatian bukan peristiwa kebetulan,demonstrasikan secara luas tanggapannonverbal dan lisan asli menunjukkanpada klien bahwa kamu memahami apayang dibicarakan atau sedangdikomunikasikan.Memperhatikan klien dan situasinyasecara seksama.Meminta klarifikasi ketika konselor tidakmemahami.
Kharakteristik Konselor Multibudayayang Efektif
Konselor yang secara kultural efektif mengenalinilai-nilai dan asumsi mana yang merekapegang mengenai perilaku manusia yangdiinginkan atau tidak diinginkan
Konselor yang secara kultural efektif adalahmereka yang menyadari kharakteristik umumkonseling yang melintasi pikiran/anggapanyang diperoleh dari sekolah.
Konselor yang secara kultural efektif bisaberbagai pandangan dunia dengan klien merekatanpa meniadakan hak kekuasaan mereka.
Konselor yang secara kultural efektif sungguh-sungguh eklektik dalam konseling mereka.
Konselor yang secara kultural efektif mengenalinilai-nilai dan asumsi mana yang merekapegang mengenai perilaku manusia yangdiinginkan atau tidak diinginkan
Konselor yang secara kultural efektif adalahmereka yang menyadari kharakteristik umumkonseling yang melintasi pikiran/anggapanyang diperoleh dari sekolah.
Konselor yang secara kultural efektif bisaberbagai pandangan dunia dengan klien merekatanpa meniadakan hak kekuasaan mereka.
Konselor yang secara kultural efektif sungguh-sungguh eklektik dalam konseling mereka.
Orang yang telah berpindah dari yang tidak menyadarisecara budaya kepada adanya kesadaran dan kepekaanterhadap budaya yang dimilikinya.
Menyadari nilai-nilai dan bias (penyimpangan) yangdimilikinya dan bagaimana hal ini mungkin mempengaruhiklien yang berbeda budaya dengan dirinya.
Merasa nyaman dengan perbedaan yang ada diantarakonselor dan klien dalam kaitannya dengan ras dankepercayaan.
Harus menguasai informasi dan pengetahuan spesifiktentang kelompok/suku atau ras tertentu.
Harus mempunyai suatu pemahaman dan pengetahuanyang eksplisit dan jelas tentang kharakteristik umum darikonseling dan psikoterapi.
Harus mampu menghasilkan suatu tanggapan nonverbaldan verbal/lisan yang luas.
Harus mampu mengirim dan menerima pesan, baik secaraverbal maupun secara nonverbal dengan teliti dansewajarnya.
Orang yang telah berpindah dari yang tidak menyadarisecara budaya kepada adanya kesadaran dan kepekaanterhadap budaya yang dimilikinya.
Menyadari nilai-nilai dan bias (penyimpangan) yangdimilikinya dan bagaimana hal ini mungkin mempengaruhiklien yang berbeda budaya dengan dirinya.
Merasa nyaman dengan perbedaan yang ada diantarakonselor dan klien dalam kaitannya dengan ras dankepercayaan.
Harus menguasai informasi dan pengetahuan spesifiktentang kelompok/suku atau ras tertentu.
Harus mempunyai suatu pemahaman dan pengetahuanyang eksplisit dan jelas tentang kharakteristik umum darikonseling dan psikoterapi.
Harus mampu menghasilkan suatu tanggapan nonverbaldan verbal/lisan yang luas.
Harus mampu mengirim dan menerima pesan, baik secaraverbal maupun secara nonverbal dengan teliti dansewajarnya.
Mardihartono (Basri, 2016) menjelaskanbahwa dalam masyarakat Lampungsekarang ini pemahaman dan aplikasinilai-nilai kearifan lokal piil pesenggirikurang menyentuh hal yang substansialdan pada posisi yang benar Boleh jadi,telah terjadi pendangkalan maknaterhadap kekayaan nilai pada kearifanlokal tersebut.
Mardihartono (Basri, 2016) menjelaskanbahwa dalam masyarakat Lampungsekarang ini pemahaman dan aplikasinilai-nilai kearifan lokal piil pesenggirikurang menyentuh hal yang substansialdan pada posisi yang benar Boleh jadi,telah terjadi pendangkalan maknaterhadap kekayaan nilai pada kearifanlokal tersebut.
Juluk-adek adalah panggilan atau gelaradat. Nilai juluk-adek menunjukan peransosial individu sesuai dengan gelarnya,baik dalam hubungannya dengan acaraadat ataupun sosial kemayarakatan
Juluk-adek adalah panggilan atau gelaradat. Nilai juluk-adek menunjukan peransosial individu sesuai dengan gelarnya,baik dalam hubungannya dengan acaraadat ataupun sosial kemayarakatan
Nemui-nyimah diartikan sebagai sikapsantun, pemurah, terbuka tangan, sukamemberi dan menerima dalam arti materialsesuai dengan kemampuan
Nengah-nyappur merupakan nilai yangmenunjukkan bahwa orang lampungsuka bergaul, bersahabat dengan siapasaja, tenggang rasa (toleransi) yangtinggi antar sesamanya.
Nengah-nyappur merupakan nilai yangmenunjukkan bahwa orang lampungsuka bergaul, bersahabat dengan siapasaja, tenggang rasa (toleransi) yangtinggi antar sesamanya.
Syani (2016) menjelaskan bahwa PiilPesenggiri merupakan harga diri yangberkaitan dengan perasaan kompetensidan nilai pribadi, atau merupakanperpaduan antara kepercayaan danpenghormatan diri. Seseorang yangmemiliki Piil Pesenggiri yang kuat, berartimempunyai perasaan penuh keyakinan,penuh tanggungjawab, kompeten dansanggup mengatasi masalah-masalahkehidupan.
Syani (2016) menjelaskan bahwa PiilPesenggiri merupakan harga diri yangberkaitan dengan perasaan kompetensidan nilai pribadi, atau merupakanperpaduan antara kepercayaan danpenghormatan diri. Seseorang yangmemiliki Piil Pesenggiri yang kuat, berartimempunyai perasaan penuh keyakinan,penuh tanggungjawab, kompeten dansanggup mengatasi masalah-masalahkehidupan.
Sakai sambayan dimaknai denganperilaku yang suka tolong menolongdan gotong royong. Sakai sambayanadalah sifat suku Lampung yang sukaberpartisipasi dan saling membantubaik sesama suku maupun dengansuku lain.
Sakai sambayan dimaknai denganperilaku yang suka tolong menolongdan gotong royong. Sakai sambayanadalah sifat suku Lampung yang sukaberpartisipasi dan saling membantubaik sesama suku maupun dengansuku lain.
2. Meningkatan Kapasitas Konselor Lintas Budaya melaluipemahaman nilai kearifan lokal suku lampung
Meningkatkan pemahaman secara filosofi tentang nilaikearifan lokal suku lampung.
Menginternalisasikan nilai kearfian lokal Lampung dalamsikap, perilaku saat konseling dengan remaja lampung.
Keterbukaan konselor, serta penggunaan teknik“pemberian contoh” secara tepat (implikasi darikarakter suku lampung)
Meningkatkan pemahaman secara filosofi tentang nilaikearifan lokal suku lampung.
Menginternalisasikan nilai kearfian lokal Lampung dalamsikap, perilaku saat konseling dengan remaja lampung.
Keterbukaan konselor, serta penggunaan teknik“pemberian contoh” secara tepat (implikasi darikarakter suku lampung)
Peningkatan kapasitas konselor dalam melaksanakan konselinglintas budaya suku lampung bermanfaat untuk :
1. Menjadikan konseli memahami disorientasi karakter dirinyaselama ini
2. Mampu mengintervensi konseli dalam membangun kembalikarakter sesuai dengan nilai lokal suku lampung denganpemaknaan yang benar
Peningkatan kapasitas konselor dalam melaksanakan konselinglintas budaya suku lampung bermanfaat untuk :
1. Menjadikan konseli memahami disorientasi karakter dirinyaselama ini
2. Mampu mengintervensi konseli dalam membangun kembalikarakter sesuai dengan nilai lokal suku lampung denganpemaknaan yang benar