PENGARUH EARNING PER SHARE, CURRENT RATIO, TOTAL ASSET
TURNOVER, DAN DEBT RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Bagus Pandu Wahana
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Kebijakan dividen mempunyai arti penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pengalokasian laba yang tepat sehingga pertumbuhan perusahaan dan kesejahteraan para pemegang saham dapat terjamin. Penetapan kebijakan dividen dipengaruhi oleh dua kelompok faktor yaitu faktor financial dan faktor non-financial. Penelitian ini memfokuskan pada pembahasan faktor financial yang diukur dengan rasio keuangan karena dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor financial yang diukur dengan rasio keuangan baik secara simultan maupun secara parsial dan rasio keuangan yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Terdapat empat rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel independen penelitian ini yaitu Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Total Assets Turn Over (TATO), dan Debt Ratio (DR). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression).
Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa empat rasio keuangan tersebut secara serentak memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap DPR sedangkan secara parsial, variabel yang berpengaruh secara tidak signifikan terhadap DPR adalah EPS, CR, TATO, dan DR.
Penelitian ini menghasilkan R Square sebesar 25.8 persen yang berarti bahwa variasi nilai DPR yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi hanya sebesar 25.8 persen sedangkan sisanya, yaitu 74,2 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan model. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bukan merupakan satu-satunya informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penetapan kebijakan dividen perusahaan.
Kata Kunci : Dividen Payout Ratio, Earning Per Share, Current Ratio, Total Assets Turn
Over, Debt Ratio.
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi persaingan
dalam dunia bisnis akan semakin ketat.
Bagi perusahaan Go Public, persaingan
tidak hanya terjadi dalam satu sektor
industri saja tetapi juga terjadi antar sektor
industri. Hal ini terlihat dalam indeks
LQ45 bahwa saat ini volume perdagangan
saham yang besar tidak hanya didominasi
oleh perusahaan manufaktur saja.
Walaupun begitu, sektor industri
manufaktur tetap diminati oleh para
investor karena eksistensi dalam dunia
bisnis di Indonesia. Dalam kondisi
demikian, setiap perusahaan dituntut untuk
dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi
yang cukup tinggi supaya tetap mempunyai
keunggulan dan daya saing dalam upaya
menghasilkan laba bersih seoptimal
mungkin.
Perusahaan menetapkan kebijakan
laba untuk menindaklanjuti perolehan laba
yang dapat dialokasikan pada dua
komponen yaitu dividen dan laba ditahan.
Dividen merupakan bagian dari laba yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa
dalam bentuk tunai. Laba ditahan (retained
earning) adalah bagian dari laba yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa
yang ditahan oleh perusahaan untuk
diinvestasikan kembali (reinvestment)
dengan tujuan untuk mengejar
pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan hal
yang penting, karena dapat berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dimasa yang
akan datang. Peningkatan nilai perusahaan
merupakan tujuan utama perusahaan.
Pembayaran dividen yang lebih besar
cenderung akan meningkatkan harga saham
yang berarti meningkatnya nilai
perusahaan, tetapi pembayaran dividen
yang semakin besar akan mengakibatkan
semakin berkurangnya sisa dana yang
tersedia untuk investasi dan hal ini akan
menurunkan tingkat pertumbuhan
perusahaan yang pada akhirnya akan
menurunkan harga saham. Berdasarkan hal
tersebut nampak bahwa kebijakan dividen
menimbulkan dua efek yang saling
bertentangan.
Menurut Warsono (2003: 273),
Kebijakan dividen melibatkan dua pihak
yang berkepentingan dan saling
bertentangan, yaitu kepentingan para
pemegang saham dengan dividennya dan
kepentingan perusahaan dengan saldo
labanya. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan
sehingga laba ditahan menjadi sangat
berarti bagi pemenuhan kebutuhan dana
intern dan di pihak lain perusahaan juga
ingin tetap dapat membayarkan dividen
kepada pemegang saham demi tercapainya
peningkatan nilai perusahaan melalui
peningkatan harga saham perusahaan.
Apabila semakin besar tingkat dividen
yang dibayarkan, berarti semakin kecil
saldo laba yang ditahan dan sebagai
akibatnya dapat menghambat tingkat
pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan
ingin menahan sebagian besar dari
pendapatan agar tetap didalam perusahaan,
berarti jumlah yang tersedia untuk
membayar dividen semakin kecil. Selain
itu, kepentingan kreditur juga dapat
mempengaruhi besarnya dividen kas yang
dibayarkan. Hutang yang meningkat akan
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih
yang tersedia bagi para pemegang saham
termasuk dividen yang diterima karena
kewajiban tersebut lebih diprioritaskan
daripada pembagian dividen. Oleh karena
itu, manajemen harus memperhatikan
kesejahteraan para pemegang saham, selain
harus menjaga pertumbuhan perusahaan
dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam menentukan kebijakan
dividen.
Indikator kebijakan dividen yaitu
Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield.
Penggunaan Dividend Payout Ratio
sebagai indikator kebijakan dividen dalam
penelitian ini dikarenakan DPR merupakan
rasio keuangan yang lebih sering
digunakan para investor untuk mengetahui
hasil dari investasinya dan penggunaannya
yang lebih sederhana dibandingkan
Dividend Yield. Secara umum, penetapan
kebijakan dividen dipengaruhi faktor-
faktor yang dibedakan dalam dua
kelompok yaitu faktor financial yang
meliputi prospek pertumbuhan, biaya
modal, profitabilitas, kebutuhan pendanaan
perusahaan, likuiditas, kemampuan
meminjam, kebutuhan pelunasan hutang,
stabilitas dividen, serta tingkat ekspansi
aktiva dan faktor non financial yang
meliputi peraturan perpajakan, pembatasan
perjanjian hutang, peluang ke Pasar Modal,
kendali perusahaan, posisi pemegang
saham sebagai pembayar pajak.
Penelitian ini akan membahas
faktor financial yang diukur dengan
menggunakan unsur-unsur kinerja
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan mampu memberikan gambaran
baik kepada manajemen maupun para
investor mengenai pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan serta kondisi
keuangan perusahaan pada periode
tertentu. Rasio keuangan digunakan
sebagai variabel penelitian karena rasio
keuangan merupakan salah satu alat
analisis yang diperlukan untuk mengukur
kondisi dan efisiensi operasi perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
laba bersih. Laba perusahaan merupakan
unsur dasar kebijakan dividen perusahaan.
Rasio keuangan merupakan hasil
perbandingan pos-pos dalam Laporan
Keuangan (financial statement) pada suatu periode tertentu.
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian untuk mengetahui
pengaruh rasio keuangan terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta telah dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya. Baker, Veit, dan Powell
dalam Kania dan Bacon (2005) mencoba
melakukan survey baik pada financial
management maupun non financial
management perusahaan NASDAQ untuk
mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen. Hasilnya
terdapat beberapa variabel yang merupakan
faktor keuangan maupun non keuangan
yang memiliki relevansi tinggi dengan
kebijakan dividen antara pola dividen
sebelumnya, stabilitas laba, laba saat ini
dan yang diprediksikan pada masa
mendatang.
Aivazian, Booth, dan Clearly dalam
Kania dan Bacon (2005) telah
menyimpulkan bahwa Return On Equity
dan profitabilitas berkorelasi secara positif
dengan Dividend Payout Ratio. Selain itu,
penelitian itu juga memberikan kesimpulan
bahwa perusahaan dengan Debt Ratio yang
tinggi cenderung membayarkan dividen
yang lebih rendah dan ukuran perusahaan
juga berkorelasi secara positif dengan
Dividend Payout Ratio.
Hasil yang berbeda ditunjukkan
oleh Kania dan Bacon (2005) yang
melakukan penelitian terhadap faktor-
faktor yang memotivasi perusahaan dalam
kebijakan dividen, hanya faktor pengaruh
institusional yang diukur dengan variabel
kepemilikan institusional dan faktor
pertumbuhan profitabilitas yang diukur
dengan pertumbuhan EPS memiliki
pengaruh yang positif tehadap DPR.
Sedangkan faktor lainnya yaitu
profitabilitas yang diukur dengan ROE,
pertumbuhan perusahaan dengan
pertumbuhan penjualan, risiko dengan beta,
likuiditas dengan Current Ratio, faktor
financial leverage dengan Debt to Total
Asset, faktor kontrol dengan insider
ownership, dan tingkat ekspansi dengan
capital spending secara parsial memiliki
pengaruh secara negatif terhadap DPR.
Menurut Rahmawati (1999) dalam
penelitian yang berjudul “Analisa Variabel
yang Mempengaruhi Pembagian Dividen
per Lembar Saham (DPS) Pada Perusahaan
Go Public di Indonesia” hanya dengan
EPS, growth of sale, dan dividen tahun
sebelumnya secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
pembayaran dividen per lembar saham, dan
EPS memiliki pengaruh dominan.
Poerwadi (2002) dalam penelitian
yang berjudul “Analisis Variabel-variabel
yang Mempengaruhi Kebijakan
Pembayaran Dividen pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Go Public di
BEJ” memilih enam variabel independen
yang berpengaruh terhadap Dividend Per
Share (DPS). Dari enam variabel tersebut,
hanya dua yang berpengaruh secara
signifikan terhadap DPS yaitu variabel
Earning Per Share (EPS) dan Equity to
Total Asset Ratio (ETAR). Empat variabel
lain, yaitu Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Return On Equity, dan Dividend
Growth, tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividen per Share.
Rasio keuangan yang berpengaruh
dominan terhadap DPS adalah EPS.
Hasil berbeda ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno
(2001) dalam Rahmawati (1999). Dalam
penelitiannya ditemukan bahwa faktor
posisi kas (cash position), Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR),
dimana variabel kas mempunyai pengaruh
dominan terhadap DPR, diantara variabel
lainnya (DER, firm size, growth potential,
holding, dan profitability). Secara parsial,
posisi kas berhubungan secara positif
signifikan terhadap DPR, yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi
kas suatu perusahaan akan semakin tinggi
pula kemampuannya untuk membayarkan
dividen. Variabel Debt to Equity Ratio
(DER) secara parsial juga berhubungan
secara negatif signifikan terhadap DPR.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat DER, berarti komposisi hutang juga
semakin tinggi, sehingga akan berakibat
semakin rendahnya kemampuan untuk
membayarkan dividen.
Anshori (2004) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Variabel
Keuangan terhadap Dividend Payout Ratio
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing
di BEJ) memilih lima variabel independen
yang berpengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian yang
dilakukan adalah variabel keuangan EPS,
Net Profit Margin, Current Ratio, Return
On Equity dan Debt to Equity Ratio secara
simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
dan variabel yang berpengaruh dominan
adalah Debt to Equity Ratio. Kemudian,
secara parsial yang berpengaruh secara
signifikan adalah Current Ratio dan Debt
to Equity ratio, sedangkan ketiga variabel
keuangan lainnya tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
EPS dan ROE berpengaruh positif terhadap
DPR, sedangkan NPM, CR, dan DER
berpengaruh negatif terhadap DPR.
Wilujeng (2005) melakukan
penelitian dengan lima variabel independen
yaitu Earning Per Share, Current Ratio,
Net Profit Margin, Return On Equity, dan
Debt to Equity Ratio dan membagi periode
dalam tiga kategori yaitu periode sebelum
krisis, periode krisis, dan periode sesudah
krisis. Penelitian tersebut menghasilkan
bahwa pada keseluruhan periode
penelitian, variabel EPS, NPM, ROE, dan
DER secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio dan variabel yang berpengaruh
dominan adalah Current Ratio.
Dari beberapa penelitian terdahulu
diatas dapat disimpulkan bahwa rasio
keuangan yang memiliki pengaruh secara
parsial terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) adalah EPS, DER, ROE, Equity to
Total Asset Ratio, CR, ROA dan NPM.
Kemudian dari variabel-variabel tersebut
yang memiliki pengaruh dominan terhadap
DPR adalah EPS, DER, NPM, dan CR.
Apabila dibandingkan dengan
penelitian-penelitian terdahulu, penelitian
ini memiliki perbedaan dalam hal variabel
dan periode penelitian. Variabel yang
diteliti merupakan gabungan dari variabel
yang digunakan dalam penelitian terdahulu
sehingga penelitian ini diharapkan dapat
lebih menjelaskan pengaruh nyata dari
beberapa variabel terhadap kebijakan
dividen. Penelitian ini dilakukan dalam
periode tahun 2005 sampai dengan 2007
yang memungkinkan diperolehnya data
terbaru sehingga diharapkan penelitian ini
sesuai dengan kondisi saat ini serta
didasarkan pada kebutuhan data yang akan
digunakan dalam analisis data.
Disamping perbedaan tersebut,
penelitian ini mempunyai tujuan yang sama
dengan penelitian-penelitian terdahulu
yaitu untuk mengetahui pengaruh kinerja
keuangan yang diukur dengan rasio
keuangan terhadap kebijakan dividen.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
Explanatory Research yaitu menjelaskan
bahwa rasio keuangan yang berupa
Earning Per Share, Current Ratio, Total
Asset Turn Over, dan Debt Ratio
mempunyai pengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio. Dalam penelitian ini
digunakan instrument statistika dengan
analisis regresi linier berganda dalam
menentukan tingkat hubungan yang terjadi
dan pengetahuan manajemen keuangan
sebagai alat analisis utama.
Sifat penelitian ini adalah replikasi
artinya penelitian ini bersifat
mengembangkan penelitian terdahulu
dengan topik yang sama. Pengembangan
yang dilakukan adalah penambahan
variabel yang tidak digunakan dalam
penelitian sebelumnya dan penelitian
dilakukan dalam periode yang berbeda.
Penelitian dilakukan dalam periode 3 tahun
yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun
2007.
Populasi pada penelitian ini adalah
perusahaan Go Public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berdasarkan
pengklasifikasian Indonesian Capital
Market Directory (ICMD). Pertimbangan
pemilihan populasi penelitian berupa
perusahaan-perusahaan dalam kelompok
industri manufaktur yang terdaftar di Brusa
Efek Indonesia (BEI) adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI sampai
dengan 2007 sebesar 156
perusahaan.
2. Sektor industri manufaktur masih
banyak diminati investor karena
prospek industri manufaktur pada
masa yang akan datang masih
cukup baik.
Dari jumlah populasi sebesar 156
perusahaan, dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling maka diperoleh 15
perusahaan manufaktur yang memenuhi
kriteria sebagai sampel penelitian. Jenis
data yang dipergunakan adalah data
kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-
angka yang kemudian diolah dan
diintepretasikan untuk memperoleh makna
dari data tersebut. Data kuantitatif dalam
penelitian ini diperoleh dari Laporan
Keuangan Tahunan (Annual Report)
masing-masing perusahaan dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) selama
periode penelitian.
Sumber data yang digunakan adalah
data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh
pihak lain. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data rasio
keuangan dan data-data terkait lainnya
yang merupakan hasil pengolahan dari
Laporan Keuangan Tahunan (Annual
Report) masing-masing perusahaan dan
Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) selama periode penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan
terdiri dari variabel dependen dan variabel
independen sebagai berikut:
Y : Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen pada penelitian
ini diukur dengan Dividend Payout
Ratio yang menunjukkan besarnya
laba yang dibayarkan sebagai
dividen yang menjadi hak
pemegang saham biasa. Besarnya
hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan besarnya proporsi
alokasi dari laba bersih perusahaan
pada dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham.
DPR = (Sumber: Warsono, Manajemen Keuangan
Perusahaan, 2003: 40)
X1 : Earning Per Share
Besarnya hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan laba yang dapat
dibukukan oleh perusahaan untuk
setiap unit saham biasa yang
digunakannya.
EPS =
(Sumber: Gill dan Chatton, Memahami Laporan
Keuangan, 2005: 66)
X2 : Current Ratio
Besarnya hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan besarnya kewajiban
lancar yang dijamin dengan aktiva
lancar.
Rasio Lancar = (Sumber: Warsono, Manajemen Keuangan
Perusahaan, 2003: 34)
X3 : Total Asset Turn Over
Besarnya hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam menggunakan
seluruh aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan penjualan.
TATO = (Sumber: Warsono, Manajemen Keuangan
Perusahaan,2003: 36)
X4 : Debt Ratio
Besarnya hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan besanya total aktiva
yang dibiayai oleh kreditur
perusahaan.
Debt Ratio = (Sumber: Warsono, Manajemen Keuangan
Perusahaan, 2003: 37)
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dilakukan dengan tiga cara,
yaitu :
1. Koefisien Determinasi
Tingkat ketepatan suatu garis regresi
dapat diketahui dari besar kecilnya
koefisien determinasi atau koefisien R2 (
R Square ). Nilai koefisien R2 dalam
analisis regresi dapat digunakan sebagai
ukuran untuk menyatakan kesesuaian
garis regresi yang diperoleh.
Kemampuan garis regresi untuk
menjelaskan variasi yang terjadi pada Y
ditunjukkan pada besarnya koefisien
determinasi atau koefisien R2 (
Sudarmanto, 2005: 206 ). Besarnya nilai
koefisien determinasi berkisar 0 < R2 <
1, apabila nilai koefisien determinasi
mendekati 1 merupakan indikator yang
menunjukan semakin kuatnya pengaruh
perubahan variabel – variabel X
terhadap perubahan variabel independen
Y. Oleh karena itu, semakin besar nilai
R2 ( R Square ) maka semakin kuat
kemampuan model regresi yang
diperoleh untuk menerangkan kondisi
yang sebenarnya.
2. Uji F- Statistik
Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Nilai
Fhitung
dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
Fhitung
= [ R2 : (k-1)] : [ (1-R
2) – (n-
k-1)] (Sumber: Gujarati, Ekonometrika Dasar, 1997:
120)
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel bebas
n = banyaknya anggota sampel
Kriteria pengambilan keputusan dengan
taraf signifikan α = 5 % adalah sebagai
berikut :
Jika Fhitung
> Ftabel
berarti H0 ditolak
dan Ha diterima
(Sumber: Gujarati, Ekonometrika Dasar, 1997:
119)
3. Uji-t statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui
kebermaknaan koefisien persamaan
regresi. Nilai statistik hitung dapat
dicari dengan menggunakan rumus :
Thitung
= koefisien regresi (b) : standar
deviasi (SD) (Sumber: Gujarati, Ekonometrika Dasar, 1997:
116)
Dengan taraf signifikan α = 5 % pada
nilai ttabel
, maka kriteria pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
Jika thitung
> ttabel
berarti H0 ditolak
dan Ha diterima.
Jika –thitung
< -ttabel
berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
(Sumber: Gujarati, Ekonometrika Dasar,
1997: 116)
Atau berdasarkan signifikansi t:
Jika signifikansi t hitung > 0.05,
berarti H0 diterima
Jika signifikansi t hitung < 0.05,
berarti H0 ditolak.
(Sumber: Sudarmanto, Analisis Regresi
Linear Ganda dengan SPSS, 2005: 212)
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sampel
15 perusahaan sektor manufaktur dengan
kriteria perusahaan yang tingkat perolehan
laba yang diperolehnya paling tinggi pada
tahun 2005 sampai 2007 yang bergerak di
bidang food and baverages, tobacco,
textile, chemical and allied product,
plastics and glass product, metal and allied
product, electronic and office equipment,
dan automotive and allied product yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk
periode tahun 2005 sampai dengan 2007.
Perusahaan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut : PT. Fastfood Indonesia,
Tbk, PT. Mayora Indah, Tbk, PT. Multi
Bintang Indonesia, Tbk, PT. Gudang
Garam, Tbk, PT. Sepatu Bata, Tbk, PT.
Colorpak Indonesia, Tbk, PT. Lautan Luas,
Tbk, PT. Citra Tubindo, Tbk, PT. Unilever
Indonesia, Tbk, PT. Lion Metal Works,
Tbk, PT. Astra Graphia, Tbk, PT.
Metrodata Electronics, Tbk, PT. Lionmesh
Prima, Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk,
PT. Tunas Ridean, Tbk.
Data sekunder dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui sumber perusahaan
Go Public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia berdasarkan pengklasifikasian
Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), dianalisis melalui bantuan
program komputer. Selanjutnya setelah
seluruh data dari perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini
diperoleh, maka dilakukan perhitungan
untuk semua variabel yang diperlukan
dalam penelitian ini. Untuk mengetahui
apakah terjadi pengaruh atau tidak antara
variabel bebas dengan variabel terikat
dengan melihat persamaan regresi linier
yang didapat maka telebih dahulu harus
mengetahui gejala normalitas,
multikolinieritas, autokolerasi, dan
heteroskesdastisitas melalui uji asumsi
klasik dengan bantuan program komputer
SPSS.
Pengujian normalitas distribusi data
populasi dilakukan dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov. Dengan
menggunakan nilai Asymp. Sig.(2-tailed),
kriteria yang digunakan yaitu Ho diterima
apabila nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > tingkat
alpha yang ditetapkan (5%), dan dapat
dinyatakan bahwa data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
No. Variabel Asymp. Sig. Alpha Kondisi Keterangan
1 EPS (X1) 0,159 0,05 Asy > Alp Normal
2 CR (X2) 0,255 0,05 Asy > Alp Normal
3 TATO (X3) 0,282 0,05 Asy > Alp Normal
4 DR (X4) 0,876 0,05 Asy > Alp Normal
5 DPR (Y) 0,718 0,05 ASy > Alp Normal
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel 1 di atas, semua variabel yang diuji
memiliki nilai asymptotic significance
lebih besar dari 0,05. Sesuai dengan kaidah
pengujian maka dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal.
Uji multikolinieritas digunakan
untuk menguji adanya korelas antar
variabel bebas. Multikolinearitas dapat
dideteksi dengan besaran Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika
VIF mempunyai nilai di bawah angka 10
dan tolerance mempunyai nilai diatas 0.10,
maka variabel tersebut tidak mempunyai
masalah multikolinearitas dengan variabel
bebas lainnya. Hasil uji multikolinieritas
disajikan pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2
Hasil Uji Multikolonieritas
No. Variabel Tolerance VIF
1 EPS (X1) 0,808 1.238
2 CR (X2) 0,226 4.425
3 TATO (X3) 0,536 1.866
4 DR (X4) 0,278 3.603
Setelah dilakukan pengujian asumsi
klasik, dapat dilihat bahwa tolerance dari
kedua variabel tidak ada bernilai kurang
dari 0,10 dan tidak ada nilai variance
inflation factor (VIF) yang lebih dari 10,
sehingga tidak terjadi multikolineritas antar
variabel bebas dalam model regresi.
Berdasarkan hasil pengujian
terhadap gejala autokorelasi (dapat dilihat
pada lampiran), diperoleh nilai DWhitung
sebesar 2,607. Nilai tersebut mendekati
angka 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi linier berganda terbebas dari
asumsi klasik statistik autokorelasi.
Heteroskedastisitas merupakan
suatu kondisi di mana masing-masing
kesalahan penganggu mempunyai varians
yang tidak sama. Heteroskedastisitas akan
mengakibatkan penaksiran koefisien-
koefisien regresi menjadi tidak efisien dan
hasil penaksiran akan menjadi kurang dari
semestinya. Pendekatan yang digunakan
untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskesdastisitas, yaitu rank korelasi
dari spearman. Hasil uji
heteroskesdastisitas disajikan table 3 berikut ini :
Tabel 3
Hasil Uji Heteroskesdastisitas
Keterangan Signifikansi
EPS (X1) 0,950
CR (X2) 0,975
TATO (X3) 0,474
DR (X4) 0,629
Setelah dilakukan pengujian
heteroskesdastisitas dapat dilihat bahwa
tidak ada variabel bebas yang menunjukan
indikasi heteroskesdastisitas, karena semua
variabel bebas memiliki signifikansi di atas
5%. Maka dapat dikatakan bahwa tidak
terjadi heteroskesdastisitas pada model
regresi penelitian, sehingga uji asumsi
klasik terpenuhi karena model regresi
adalah homosdastisitas.
Setelah melakukan uji asumsi
klasik maka dapat dilakukan analisis
regresi linier berganda. Hasil analisis
regresi disajikan dalam tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Regresi Linier
Koefisien Standard Error
1 (Constant) 147,071 92,829
EPS (X1) 0,007 0,015
CR (X2) -18,380 12,219
TATO (X3) -16,950 18,720
DR (X4) -98,585 94,638
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier berganda pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y = 147,071 + 0,007X1 - 18,380X2 - 16,950X3 – 98,585X4 + e
Selanjutnya setelah menghitung
analisis regresi berganda dan mengetahui
persamaan regresi linier berganda, maka
dilakukan perhitungan koefisien
determinasi. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabel bebas (X) mempengaruhi
variabel terikat (Y). Dari hasil penelitian
(dapat dilihat pada lampiran) diketahui
nilai koefisien determinasi (r2) sebesar
0,258 artinya 25,8% variabel terikat
(Dividend Payout Ratio) dapat dijelaskan
oleh variabel bebas (Earning Per Share,
Current Ratio, Total Asset Turn Over, , dan
Debt Ratio), sedangkan sisanya (100% -
25,8% = 74,2%) dijelaskan oleh variabel
lain.
Tahapan selanjutnya setelah
mengetahui koefisien determinasi adalah
melakukan uji F. Uji F digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas yang
dimasukan dalam model memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Uji F merupakan pengujian
terhadap koefisien regresi secara bersama-
sama, yakni untuk melihat pengaruh dari
seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil uji F disajikan pada tabel 5
berikut ini.
Tabel 5
Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F
1 Regression 2754,676 4 688,669 0,867
Residual 7939,281 10 793,928
Total 10693,956 14
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui
bahwa nilai Fhitung sebesar 0,867.
Menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan
derajat kebebasan (df) = (4;10) sehingga
diketahui Ftabel adalah 3,478. Hasil Uji
ANOVA antara Earning Per Share (X1),
Current Ratio (X2), Total Asset Turn Over
(X3), Debt Ratio (X4) dan terhadap
Dividend Payout Ratio (Y) diperoleh Ftabel
(3,478) > FHitung (0,867). Hal ini
mengindikasikan bahwa Earning Per
Share, Current Ratio, Total Asset Turn
Over, dan Debt Ratio secara bersama-sama
tidak memiliki pengaruh nyata (signifikan)
terhadap Dividend Payout Ratio, sehingga
Ho diterima.
Tahapan yang selanjutnya adalah
dengan melakukan uji t. Uji t digunakan
untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. Nilai ttabel dengan
jumlah sampel (n) = 45; jumlah variabel
(k) = 5; taraf signifikan α = 5%; df = n-k =
45-5 = 40 sehingga diperoleh nilai ttabel
sebesar ± 2,22814. Hasil uji t disajikan
pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Hasil Uji t
Model t Sig.
1 (Constant) 1,584 0,144
EPS 0,476 0,644
CR -1,504 0,163
TATO -0,905 0,387
DR -1,042 0,322
Variabel EPS memiliki nilai thitung
sebesar 0,476. Nilai ini lebih kecil dari ttabel
( 0,476 < 2,22814). Dengan demikian
pengujian menunjukan Ho diterima. Hasil
ini memperlihatkan bahwa variabel EPS
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap DPR. Variabel Current Ratio
memiliki nilai thitung sebesar -1,504. Nilai
ini lebih kecil dari ttabel (-1,504 > -
2,22814). Dengan demikian pengujian
menunjukan Ho diterima. Hasil ini
memperlihatkan bahwa variabel CR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
DPR. Variabel TATO memiliki nilai thitung
sebesar -0,905. Nilai ini lebih kecil dari
ttabel (-0,905 > -2,22814). Dengan demikian
pengujian menunjukan Ho diterima. Hasil
ini memperlihatkan bahwa variabel TATO
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap DPR. Variabel DR memiliki nilai
thitung sebesar -1,042. Nilai ini lebih besar
dari ttabel (-1,042 > -2,22814). Dengan
demikian pengujian menunjukan Ho
diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa
variabel DR tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap DPR.
Pengaruh Earning Per Share Terhadap
Dividend Payout Ratio
Laba bersih per saham (EPS =
Earning Per Share) mengukur kemampuan
perusahaan dalam mencetak laba
berdasarkan saham yang dimiliki. Angka
EPS sering digunakan dalam publikasi
mengenai kinerja perusahaan yang menjual
sahamnya kepada masyarakat umum.
Perhitungan EPS mempunyai beberapa
tujuan yaitu untuk melihat kemajuan dan
operasi perusahaan, menentukan harga
pasar saham, dan menentukan besarnya
dividen yang akan dibagi. Pada variabel
EPS (X1) diperoleh hasil bahwa variabel ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio, ditunjukan dengan
nilai thitung (0,476) < ttabel (2,22814).
Hal ini dapat dimungkinkan karena
tidak selamanya perusahaan yang
memperoleh laba akan memutuskan untuk
melakukan pembagian dividen kepada
pemegang saham. Salah satu alasannya
adalah konsep laba itu sendiri. Laba tidak
menggambarkan arus kas yang diterima
oleh perusahaan. Sedangkan dividen pada
umumnya dibayar dengan menggunakan
uang kas (cash dividen). Penelitian ini bisa
disimpulkan bahwa variabel EPS memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap
variabel DPR. Hal ini dikarenakan adanya
kondisi krisis ekonomi global dan krisis
kredit perumahan rakyat (KPR) yang
dialami oleh Negara adidaya.
Pengaruh Current Ratio Terhadap
Dividend Payout Ratio
Current Ratio merupakan salah satu
rasio likuiditas yang menunjukkan sejauh
mana aktiva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar (Harahap, 1998: 301).
Pada variabel CR (X2) diperoleh hasil
bahwa variabel ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio,
ditunjukan dengan nilai thitung (-1,504) >
ttabel (-2,22814). Semakin tinggi nilai CR,
maka belum tentu perusahaan tersebut
mampu memenuhi permintaan kas karena
piutang usaha kualitasnya rendah atau
persediaan hanya dapat dijual apabila
dengan harga diskonto. Sehingga
kebutuhan akan permintaan kas perusahaan
belum tentu terpenuhi. Sedangkan dividen
pada umumnya dibayar dengan
menggunakan uang kas (cash dividen).
Hasil ini juga diperkuat oleh teori yang
dikemukakan oleh Brigham dan Houston
(2001: 90) menyatakan dividen tunai dapat
dibagikan hanya dengan uang kas sehingga
kekurangan kas dapat membatasi
pembagian dividen.
Penelitian ini bisa disimpulkan
bahwa variabel CR memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap variabel
DPR. Hal ini dikarenakan adanya kondisi
krisis ekonomi global dan krisis kredit
perumahan rakyat (KPR) yang dialami oleh
Negara adidaya.
Pengaruh Total Asset Turn Over
Terhadap Dividend Payout Ratio
Rasio ini menunjukan tingkat
kecepatan seluruh aktiva perusahaan
menjadi kas atau piutang.. Pada variabel
TATO (X3) diperoleh hasil bahwa variabel
ini tidak berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio, ditunjukan dengan
nilai thitung (-0,905) > ttabel (-2,22814).
Semakin tinggi nilai TATO, maka
semakin efektif perusahaan dalam
memperdayakan seluruh aktiva yang
dimilikinya. Meningkatnya nilai TATO
dipengaruhi oleh meningkatnya aktiva
yang digunakan dalam memproduksi
barang. Perusahaan membutuhkan dana
untuk melakukan pembelian aktiva. Untuk
memenuhi kebutuhan ekspansi aktiva
perusahaan cenderung menggunakan
internal financing yang diperoleh dari
retained earning.
Hasil ini juga mendukung teori
yang dikemukakan oleh Weston dan
Copeland (1997: 128) bahwa pemanfaatan
akiva yang optimal akan memberikan
dorongan bagi perusahaan untuk
meningkatkan tingkat ekspansi aktiva di
masa yang akan datang sehingga
perusahaan akan cenderung menahan laba
daripada membayarkan dividen.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
variabel TATO memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap variabel DPR.
Hal ini dikarenakan adanya kondisi krisis
ekonomi global dan krisis kredit
perumahan rakyat (KPR) yang dialami oleh
Negara adidaya.
Pengaruh Debt Ratio Terhadap Dividend
Payout Ratio
Debt Ratio menunjukan besarnya
total hutang yang dapat dijamin dengan
total aktiva. Dengan kata lain, Debt Ratio
dapat menunjukan besarnya pembiayaan
melalui utang yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai total aktiva.
Pada variabel DR (X4) diperoleh hasil
bahwa variabel ini berpengaruh tidak
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio,
ditunjukan dengan nilai thitung (-1,042) >
ttabel (-2,22814).
Apabila ditinjau lebih lanjut, Debt Ratio
hanya menunjukan besarnya pembiayaan
melalui utang yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai total aktiva.
Rasio ini tidak menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan pembayaran dividen termasuk
ke dalam utang lancar sehingga Debt Ratio
tidak menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen
kepada pemegang saham. Dalam penelitian
ini dapat disimpulkan variabel DR
memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap variabel DPR. Hal ini dikarenakan
adanya kondisi krisis ekonomi global dan
krisis kredit perumahan rakyat (KPR) yang
dialami oleh Negara adidaya.
PENUTUP
Setelah menguji data dari laporan
keuangan perusahaan yang bergerak di
bidang food and baverages, tobacco,
textile, chemical and allied product,
plastics and glass product, metal and allied
product, electronic and office equipment,
dan automotive and allied product di Bursa
Efek Indonesia dan menganalisa hasil
perhitungan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa Variabel
Earning Per Share (EPS), Current Ratio
(CR), Total Asset Turn Over (TATO), dan
Debt Ratio (DR) secara simultan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t dapat
disimpulkan bahwa secara parsial tidak ada
variabel baik EPS, CR, TATO, dan DR
yang berpengaruh secara signifikan
terhadap DPR dan tidak ada variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap
DPR. Hal ini dikarenakan adanya kondisi
krisis ekonomi global dan krisis kredit
perumahan rakyat (KPR) yang dialami oleh
Negara adidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Alni Rahmawati, 1999, Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen per Lembar Saham pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Program Studi Manajemen, Tesis, Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Ani Wilujeng, 2005, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Kas, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.
Anton Harry Poerwadi, 2002, Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen, Program Studi Manajemen, Tesis, Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Baker, H. Kent, 1987, Financial Management, Harcourt Brace Jovanovich Publishers, New York.
Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Acoounting, Edisi Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 1998, Financial Management, Jilid Dua, Edisi Kedelapan, Terjemahan oleh Herman Wibowo, 2001, Erlangga, Jakarta.
Dajan, Anton. 1986. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1 & 2. LP3ES. Jakarta.
Dyckman, Thomas R, Roland E. Dukes, dan Charles J. Davis, 1996, Akuntansi Intermediate, Jilid Dua, Edisi Ketiga, Terjemahan oleh Herman Wibowo, 2001, Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gill, James O. dan Moira Chatton, 1999, Memahami Laporan Keuangan,
Terjemahan oleh Dwi Prabaningtyas, 2005, PPM, Jakarta.
Gitman, Lawrence J. 2003, Principles of Managerial Finance, Edisi Kesepuluh, Addison Wesley Publishing Company, Massachusetts.
Gujarati, Damodar,1978, Ekonometrika Dasar, Terjemahan oleh Zian Sumarmo, 1997, Erlangga, Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri, 1998, Teori Akuntasi: Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Henderson, Glenn V, Gary L. Trennepohl, dan James E. Wert, 1984, An Introduction to Financial Management, Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts.
Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2000, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
Kania, Sharon dan Frank W. Bacon, 2005, What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?, Journal of Finance, Volume 1, 97, Business Index ASAP, Farmville, VA: Longwood University, (http://web2.infotrac.galegroup.com).
Lukas Setia Atmaja, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.
Nasharuddin Mas, 2002, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan
Dividen (Studi pada Perusahaan Manufacturing Listed di BEJ), Program Studi Manajemen, Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Njoo Sylvia Puji Lestari, 2007, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.
R. Agus Sartono, 1998, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
R. Gunawan Sudarmanto, 2005, Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Robbi Anshori, 2004, Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap DPR (Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing di BEJ), Skripsi, Jurusan Akuntasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.
S. Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta.
Sekaran, Uma, 2003, Research Methods for Business: A skill Building Approach, Edisi Keempat, John Willey and Sons, Inc., New York.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta.
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Bayumedia, Malang.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1996, Manajemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Kesembilan, Terjemahan oleh Jaka Wasana dan Kibrandoko, 1997, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Ormiston, Aileen. dan Lyn M. Fraser, 2008, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Indeks, Jakarta.