PENGARUH STRATEGI BISNIS, PERCEIVED ENVIRONMENTAL
UNCERTAINTY (PEU), DAN DESENTRALISASI
TERHADAP HUBUNGAN ANTARA INFORMASI SISTEM AKUNTANSI
MANAJEMEN DAN KINERJA MANAJERIAL
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Oleh:
MILA PURANI SISTIYAN
NIM.F0306052
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan pada:
o Ayah dan Ibu tercinta, selalu menjadi isnpirasi terbesarku, bangga menjadi
putri kalian
o Mba Rury ma Dek Enggar, aku sayang kalian
o Mbah Uti, Mbah Kakung, Mbah Buk
v
MOTTO
v "Sebuah tujuan tanpa perencanaan hanya akan menjadi harapan." Antoine de
Saint-Exupery (1900–1944), Penulis Prancis.
v "Kamu tidak mencintai seorang perempuan karena dia cantik, tapi dia cantik
karena kamu mencintainya.” Ivan Panin (1855–1942), ahli matematika Rusia.
v "Konflik antara benar dan salah bukanlah tragedi yang sesungguhnya di dunia
ini. Tragedi sejati terjadi ketika dua kebenaran saling bertentangan.” Hebbel
(1813–1863), dramawan dan pujangga asal Jerman.
v "Menyendiri itu baik, tetapi Anda membutuhkan seseorang untuk mengatakan
bahwa menyendiri itu memang benar-benar baik." Honore de Balzac (1799–
1850), novelis Prancis.
v "Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, karena itu kita bisa mendengarkan
dua kali lebih banyak daripada berbicara." Epictetus, filsuf Yunani Kuno.
v "Lebih baik dibenci karena apa yang Anda miliki daripada dicintai untuk
sesuatu yang tidak Anda punyai." Andre Gide (1869-1951), penulis Prancis,
peraih Nobel Sastra 1947.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat pemilik kekuatan yang
sempurna, Dia yang maha berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu. Semoga
Dia senantiasa menuntun kita pada kebaikan, baik dalam mendengar, melihat,
bertutur, berperilaku, belajar, dan juga berkarya.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat, karunia, kasih sayang, dan kekuatan,
sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir
guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan
akuntansi fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hambatan, rintangan, dan tantangan senantiasa mengiringi setiap aktivitas.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sedemikian besar kekuatan dan
semangat yang harus dimiliki untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. DR. Bambang Sutopo M.Com.,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Jaka Winarna, Drs., M.Si., Ak., dan Dra. Evi Gantyowati, M.Si. Ak selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Sri Suranta, SE, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, memberikan petunjuk-
petunjuk, serta saran-saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
4. Bu Christ, selaku pembimbing akademik. Terimakasih untuk saran dan
bimbingannya dalam 4 tahun ini.
5. Seluruh staf pengajar Universitas Sebelas Maret yang telah membimbing dan
memberikan materi perkuliahan kepada penulis.
6. Ayah dan ibu tercinta atas curahan kasih sayang, doa, dan dorongan baik
moril maupun materiil serta untuk setiap motivasi, semangat dan kemurahan
hati, memaklumi, dan memaafkan setiap kesalahan yang penulis lakukan.
7. Mbak Rury dan Dek Enggar tersayang, di antara kesibukannya, meluangkan
waktu untuk doa dan memotivasi, dan mendukung setiap keputusan yang
penulis ambil.
8. Bramasta Aji (My Ment) yang selalu mendampingiku dalam memberi
dukungan, perhatian, semangat, dan doa bagi penulis selama penyusunan
skripsi dan selama perkuliahan atas bantuan pengerjaan tugas-tugas kuliah.
9. Mbah Uti yang selalu mendoakan dan berharap yang terbaik, Mbah Kakung,
dan Mbah Buk yang selalu mendukung.
10. Om-om dan Bulik-bulik, adek-adek sepupu, tetap semangat ya.
11. Sahabat-sahabat baikku: Mira, Putri, Hily, Sessa SE, Ghea SE, Ira SE, dan
Mawar SE, yang selalu sabar saat mulai kumat bawel, marah-marah, jutek,
pelupa. Terima kasih untuk tiap waktu, untuk berbagi bersama. Friendship is
a promise made in the heart, silent, unwritten, unbreakable by distance,
unchangeable by time.
12. Teman-temanku: Nda, Momon, Lita, Warih, Reisya, Asri, Rofi, Puput, Vita,
Rini, Nindy, Tyas.
viii
13. Teman-teman akuntansi 06: Ayu Tutia, Kris, Hani, Nita, Adit, Bagas, Cahyo,
Dyah, Eko (selalu takrepotin masalah komputer), Tata, Fitri, Hakim, Harmini,
Meina, Raras, Agung, Rizki, Alfin, Kiky, Satria, Darmo, Tryas, Choir, Yusuf,
Manda, Gani, Udjo’, Loggar, Nova, Ian, Unggul, Barjos, Ika, Latifah, Mora,
Rozaq, Fira, Destia, Dewi, Dhina, Ery, Melati, Famera, Fela, Finik, Irwan,
Alfi, Kurnia Rina, Yeny, Yah, Natalia, Nicky, Ragil, Rahayu, Ratuh, Ratri,
Ririn, Sekar, Tantri, Dora, Tony, Vidya, Sawit, Windi, Wida, Denny, Tita,
Hanung, Ichwanul Kamila, Rena, Rika, Rina, dan Supri (maaf kalo ada yang
kelupaan).
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan dari skripsi ini. Terakhir, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Surakarta, Juni 2010
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................... v
KATA PENGANTAR..................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
HALAMAN ABSTRAKSI.............................................................................. xv
HALAMAN ABSTRACT............................................................................... xvi
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian.............................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian............................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan....................................................................... 10
II. TELAAH PUSTAKA
A. Strategi Bisnis................................................................................... 12
x
B. Perceived Environmental Uncertainty (PEU).................................. 16
C. Desentralisasi.................................................................................... 20
D. Informasi Sistem Akuntansi Manajemen.......................................... 22
E. Kinerja Manajerial............................................................................. 25
F. Pendekatan Kontijensi....................................................................... 29
G. Strategi Bisnis dan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen.......... 30
H. Perceived Environmental Uncertainty (PEU) dan Informasi
Sistem Akuntansi Manajemen........................................................... 30
I. Desentralisasi dan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen........... 31
J. Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Manajerial... 31
K. Hipotesis............................................................................................ 32
L. Kerangka Teoritis.............................................................................. 36
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.............................................................................. 38
B. Populasi, sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel........................ 40
C. Pengukuran Variabel......................................................................... 41
D. Instrumen Penelitian......................................................................... 44
E. Sumber data....................................................................................... 52
F. Metode Pengumpulan Data............................................................... 52
G. Metode Analisis Data........................................................................ 53
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Responden......................................................................... 60
B. Uji Validitas...................................................................................... 64
C. Uji Reliabilitas.................................................................................. 68
xi
D. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 69
E. Uji Hipotesis...................................................................................... 74
F. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................ 80
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 82
B. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 83
C. Saran................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 86
LAMPIRAN..................................................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner.................................................................. 61
Tabel 4.2 Distribusi Usia Respinden........................................................... 62
Tabel 4.3 Distribusi Jenis Kelamin Responden........................................... 63
Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden................................................ 63
Tabel 4.5 Distribusi Masa Kerja Responden............................................... 64
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif...................................................................... 64
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel PEU................................................ 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel DES................................................ 66
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel SAM............................................... 67
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel KM................................................. 67
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas................................................................... 68
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas................................................................... 69
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi Regresi Sederhana (Hipotesis 1)............ 72
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi Regresi Berganda (Hipotesis 2,3, dan 4) 72
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas......................................................... 73
Tabel 4.16 Hasil Regresi Sederhana (Hipotesis 1)........................................ 75
Tabel 4.17 Hasil Regresi Berganda (Hipotesis 2,3, dan 4)............................ 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis....................................................................... 36
Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Regresi Sederhana......................... 71
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Regresi Berganda......................... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Data Kuesioner: Strategi Bisnis (SB)
3. Data Kuesioner: Perceived Environmental Uncertainty (PEU)
4. Data Kuesioner: Desentralisasi (DES)
5. Data Kuesioner: Sistem Akuntansi Manajemen (SAM)
6. Data Kuesioner: Kinerja Manajerial (KM)
7. Reliabilitas
8. Validitas PEU
9. Validitas DES
10. Validitas SAM
11. Validitas KM
12. Normalitas
13. Autokorelasi
14. Heterokedastisitas
15. Multikolinearitas
16. Hipotesis 1 (Regresi Sederhana)
17. Hipotesis 2,3, dan 4 (Regresi Berganda)
xv
PENGARUH STRATEGI BISNIS, PERCEIVED ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY (PEU), DAN
DESENTRALISASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA INFORMASI SISTEM AKUNTANSI
MANAJEMEN DAN KINERJA MANAJERIAL
MILA PURANI SISTIYAN
F.0306052
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi informasi sistem akuntansi manajemen, strategi bisnis, perceived environmental uncertainty, dan desentralisasi terhadap kinerja manajerial. Strategi bisnis, perceived environmental uncertainty, dan desentralisasi, dalam penelitian ini, digunakan sebagai variabel moderator. Hipotesis satu tidak menggunakan variabel moderator, hipotesis dua menggunakan strategi bisnis, hipotesis tiga menggunakan perceived environmental uncertainty, dan hipotesis empat menggunakan desentralisasi.
Kuesioner dibagikan kepada 32 perusahaan manufaktur di Klaten dengan metode convenience sampling. Respon dari 60 manajer level menengah dan general manager, dianalisis dengan menggunakan Multiple Regression Analysis (MRA).
Hasil penelitian menudukung hipotesis bahwa informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Selain itu, pengaruh interaksi informasi sistem akuntansi manajemen dengan perceived environmental uncertainty, dan desentralisasi adalah positif dan signifikan. Di lain pihak, informasi sistem akuntansi manajemen lebih berguna untuk perusahaan dengan strategi prospector dibandingkan defender. Pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial akan lebih positif ketika level perceived environmental uncertainty dan desentralisasi tinggi daripada ketika level perceived environmental uncertainty dan desentralisasi rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Chong dan Chong (1997), Agbejule (2005), Gul (1991), Faisal(2006) , dan Gul dan Chia (1994).
Kata kunci : informasi sistem akuntansi manajemen, kinerja manajerial, strategi bisnis, perceived environmental uncertainty, desentralisasi
xvi
PENGARUH STRATEGI BISNIS, PERCEIVED ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY (PEU), DAN
DESENTRALISASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA INFORMASI SISTEM AKUNTANSI
MANAJEMEN DAN KINERJA MANAJERIAL
MILA PURANI SISTIYAN
F.0306052
ABSTRACT
This study intends to give the empirical evidence on interaction effect of information management accounting system with business strategy, perceived environmental uncertainty, and decentralization on managerial performance. Business
strategy, perceived environmental uncertainty, and decentralization were used in this study as moderating variable. First hypothesis didn’t use moderating variable, second hypothesis used business strategy, third hypothesis used perceived environmental uncertainty, and fourth hypothesis used decentralization.
Questionnaires were distributed to 32 manufacturing companies in Klaten with convinience sampling method. The responses from 60 middle managers and general manager, were analysed using Multiple Regression Analysis (MRA).
The result support the hypothesis that management accounting system information influence on managerial performance. Furthermore, the interaction effect of management accounting system information with perceived environmental uncertainty and decentralization on managerial performance are positive and significant. On the other hand, management accounting system more useful for the company employing a business strategy of defender than the company employing business strategy of prospector. The effect of management accounting system information will be more positive under high level of perceived environmental uncertainty and decentralization than lower level perceived environmental uncertainty and decentralization. The findings is consistent with Chong dan Chong (1997), Agbejule (2005), Gul (1991), Faisal (2006), dan Gul and Chia (1994).
xvii
Keywords: information, management accounting system, business strategy, perceived environmental uncertainty, decentralization
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Meningkatnya kondisi ketidakpastian lingkungan bisnis dapat menjadi
suatu permasalahan tersendiri bagi suatu perusahaan baik dalam aktivitas
manajemen seperti perencanaan, pengawasan, pengambilan keputusan ataupun
dalam penggunaan informasi akuntansi manajemen. Peningkatkan kinerja
manajerial dilakukan perusahaan dengan cara menuntut manajemen agar memiliki
dan memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin supaya unggul
dalam persaingan. Oleh karena itu, manajemen harus memiliki kemampuan untuk
melihat dan memanfaatkan peluang, mengidentifikasi permasalahan, dan
menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan tepat. Manajemen
juga berkewajiban mempertahankan kelangsungan hidup dan mengendalikan
perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Informasi akuntansi manajemen sebagai salah satu produk sistem
akuntansi manajemen memiliki peranan untuk memprediksi konsekuensi yang
mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dilakukan pada berbagai
aktivitas. Salah satu peran penting sistem informasi akuntansi manajemen adalah
menyediakan informasi bagi orang yang tepat dengan cara yang tepat dan pada
saat yang tepat. Informasi berperan meningkatkan kemampuan manajemen untuk
xix
memahami keadaan lingkungan sekitarnya dan mengidentifikasikan aktivitas yang
relevan (Nazarrudin dalam Juniarti & Evelyne, 2003). Perencanaan sistem
informasi manajemen yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi
perlu mendapat perhatian karena sistem informasi berguna bagi organisasi-
organisasi untuk mengendalikan dan memonitor proses yang memiliki nilai
tambah (Stair dalam Juniarti & Evelyne, 2003). Selain itu, informasi sistem
akuntansi manajemen juga dapat memudahkan pengguna yaitu para manajer atau
eksekutif dalam mengontrol biaya, mengukur, meningkatkan produktivitas, dan
memberikan dukungan terhadap proses produksi. Karakteristik informasi sistem
akuntansi manajemen dibagi menjadi empat bagian, yaitu broad scope, timeliness,
aggregate, dan integrated. Broad scope merupakan informasi dengan cakupan
luas dan lengkap. Agregasi adalah informasi yang ringkas yang mencakup hal-hal
penting. Timeliness menyatakan ketepatwaktuan memperoleh informasi, dan
integrasi mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antar bagian (Gul,
1991).
Kebutuhan informasi dalam suatu perusahaan tergantung pada berbagai
faktor situasional yang ada. Hal ini sejalan dengan pendekatan kontijensi bahwa
tingkat ketersediaan masing-masing informasi sistem akuntansi manajemen tidak
selalu sama untuk setiap organisasi, tetapi ada faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi tingkat kebutuhan informasi akuntansi manajemen. Faktor-faktor
tersebut antara lain, persepsi ketidakpastian lingkungan (Agbejule, 2005; Gul,
1991), teknologi (Laksmana dan Muslichah, 2002), desentralisasi (Mardiyah dan
Gudono, 2000), dan strategi (Ernawati, dkk, 2005, Desmiyawati, 2004).
xx
Penelitian ini menggunakan dua tipe strategi yang berbeda, yaitu
prospector dan defender dari tipologi strategi Miles dan Snow (Laksmana dan
Muslichah, 2002). Peneliti hanya menggunakan dua tipologi prospector dan
defender karena dua tipe strategi tersebut berada pada dua titik ekstrim. Adanya
perbedaan tipologi strategi bisnis diharapkan akan mengakibatkan perbedaan
kebutuhan informasi, sehingga adanya kesesuaian antara strategi bisnis dan
informasi yang dibutuhkan perusahaan diharapkan akan meningkatkan kinerja
manajerial.
Menurut Chenhall & Morris (1986), ketidakpastian lingkungan dapat
mempengaruhi kinerja manajerial melalui informasi sistem akuntansi manajemen.
Ketidakpastian lingkungan merupakan faktor kontijensi yang penting sebab
ketidakpastian lingkungan dapat menyebabkan proses perencanaan dan
pengendalian menjadi lebih sulit. Agbejule (2005) meneliti pengaruh moderasi
perceived environmental uncertainty (PEU) pada hubungan antara sistem
akuntansi manajemen dan kinerja manajerial berdasarkan teori kontijensi.
Agbejule (2005) berpendapat bahwa hubungan sistem akuntansi manajemen dan
kinerja dipengaruhi oleh PEU. Hasil penelitian tersebut mendukung hipotesisnya
yaitu pada level PEU yang tinggi, penggunaan sistem akuntansi manajemen
berpengaruh positif pada kinerja manajerial, tetapi pada level PEU yang rendah
mempunyai pengaruh yang negatif. Lesmana (2003) meneliti tentang pengaruh
PEU dan strategi kompetitif terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi dengan
kinerja perusahaan. Lesmana (2003) berpendapat bahwa kinerja perusahaan akan
berhubungan negatif dengan residual sistem kontrol akuntansi dan PEU serta
strategi kompetitif yang diterapkan perusahaan.
xxi
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel kontekstual organisasi (desentralisasi) dan karakteristik informasi sistem
akuntansi manajemen. Hasil penelitian Gul dan Chia (1994), Chia (1995) (dalam
Mardiyah dan Gudono, 2000) dan Nazaruddin (1998) menunjukkan bahwa
karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen tergantung pada variabel
kontekstual organisasi yaitu desentralisasi. Adanya perbedaan tingkat
desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan terhadap informasi yang
diperlukan. Dengan demikian diperlukan adanya kesesuaian antara desentralisasi
dan informasi sistem akuntansi manajemen agar dapat meningkatkan kinerja
manajerial. Dampak interaksi karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen
dengan desentralisasi berhubungan positif dengan kinerja manajerial, yang berarti
bahwa semakin tinggi tingkat desentralisasi, semakin besar pengaruh positif
informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial.
Juniarti dan Evelyne (2003) menguji hubungan antara karakteristik
informasi dan kinerja manajerial. Indikator untuk mengukur karakteristik
informasi adalah broadscope, agregasi, integrasi, dan timeliness, sedangkan
kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam membuat
perencanaan, mencapai target, dan melakukan kiprahnya di luar perusahaan.
Juniarti dan Evelyne (2003) berpendapat bahwa terdapat korelasi antara
karakteristik informasi dengan kinerja manajerial meskipun tingkat hubungan
tersebut bervariasi tergantung pada kebutuhan manajer dalam mencapai kinerja
mereka.
Hasil penelitian Najoan dan Sholihin (2002) menyatakan bahwa perceived
environmental uncertainty akan mempengaruhi job satisfaction melalui informasi
xxii
broad scope sistem akuntansi manajemen. Najoan dan Sholihin (2002)
menggunakan variabel broad scope sistem akuntansi manajemen sebagai variabel
intervening antara PEU dengan kinerja manajerial dan job satisfaction. Penelitian
Sharma, dkk (2006) menggunakan managerial control sebagai variabel moderasi
antara broad scope sistem akuntansi manajemen dengan kinerja dan job relevant
information.
Penelitian yang dilakukan oleh Desmiyawati (2004) dan Ernawati, dkk
(2005) memberikan bukti bahwa informasi broad scope dalam sistem akuntansi
manajemen memiliki pengaruh yang lebih positif atas kinerja dalam perusahaan
yang memiliki strategi prospector dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki strategi defender dan pada kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi
dibandingkan pada kondisi ketidakpastian lingkungan rendah. Adapun dari hasil
penelitian Chong dan Chong (1997) memberikan bukti bahwa terdapat hubungan
tidak langsung antara strategi, PEU (perceived enviroment uncertainty) dan
kinerja melalui penggunaan informasi broad scope sistem akuntansi manajemen
oleh manajer dalam pengambilan keputusan.
Penelitian Gul (1991) dan Gul dan Chia (1994) telah menguji hubungan
antara variabel kontekstual (ketidakpastian lingkungan) dan karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen serta pengaruhnya terhadap kinerja. Gul
(1991) dan Gul dan Chia (1994) berpendapat bahwa informasi sistem akuntansi
manajemen akan lebih berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial ketika
kondisi PEU tinggi. Penelitian mengenai hubungan antara strategi dan
karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen serta pengaruhnya terhadap
kinerja masih sangat terbatas. Strategi mulai digunakan secara eksplisit sebagai
xxiii
variabel dalam penelitian-penelitian di bidang sistem pengendalian manajemen
sejak tahun 1980-an. Penelitian-penelitian empiris di bidang ini menggunakan
pendekatan kontijensi dan berusaha mencari hubungan sistematis antara elemen-
elemen spesifik sistem pengendalian manajemen dan strategi khusus suatu
organisasi. Sistem pengendalian akuntansi harus didesain sesuai dengan strategi
bisnis perusahaan.
Motivasi penelitian ini yaitu untuk membuktikan apakah terdapat
perbedaan hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial
baik tanpa melibatkan faktor-faktor situasional maupun dengan adanya faktor
situasional yang diwujudkan dalam variabel kontijensi sebagai variabel moderator
yaitu variabel strategi bisnis, ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan
(PEU), dan desentralisasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa tidak ada
sistem akuntansi manajemen secara universal yang selalu bisa diterapkan dengan
tepat pada semua organisasi dalam setiap keadaan. PEU dapat menyulitkan
manajer dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian terhadap
operasi perusahaan dan juga dapat mempengaruhi operasionalisasi perusahaan.
Seseorang akan mengalami suatu ketidakpastian karena ia merasa tidak memiliki
informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara akurat. Variabel
strategi bisnis digunakan sebagai variabel moderasi karena dengan adanya
perbedaan tipologi strategi bisnis akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan
informasi, sehingga dengan adanya kesesuaian antara strategi bisnis dan informasi
yang dibutuhkan perusahaan diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja
manajerialnya. Variabel desentralisasi digunakan sebagai variable moderasi
karena dengan adanya kesesuaian antara desentralisasi dan informasi sistem
xxiv
akuntansi manajemen akan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Kedua,
penelitian ini berusaha untuk menggeneralisasi hasil-hasil penelitian yang
menggunakan persepsi ketidakpastian lingkungan yang dihadapi perusahaan,
strategi bisnis yang dipilih, dan desentralisasi yang diterapkan. Ketiga, untuk
mengetahui apakah dengan menggunakan teori yang sama tetapi dengan lokasi
dan sampel yang berbeda akan memberikan hasil yang sama dengan penelitian-
penelitian sebelumnya.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam
beberapa hal. Pertama, dalam hal penggunaan variabel moderasi dalam penelitian,
pada penelitian Agbejule (2005) dan Gul (1991) hanya menggunakan satu
variabel moderasi yang digunakan dalam pendekatan kontijensi. Peneliti
menambahkan variabel moderasi strategi bisnis dan desentralisasi. Penggunaan
variabel strategi bisnis karena perusahaan yang mengikuti strategi yang berbeda
akan membentuk karakteristik informasi yang berbeda pula, sehingga dengan
adanya kesesuaian antara strategi bisnis dan informasi yang dibutuhkan
perusahaan diharapkan akan meningkatkan kinerja manajerial (Laksmana dan
Muslichah, 2002). Penggunaan variabel moderasi desentralisasi karena adanya
perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan
terhadap informasi yang diperlukan. Dengan demikian diperlukan adanya
kesesuaian antara desentralisasi dan informasi sistem akuntansi manajemen agar
dapat meningkatkan kinerja manajerial (Gul dan Chia (1994), Chia (1995) dalam
Mardiyah dan Gudono (2000) dan Nazaruddin, (1998)). Penelitian lainnya
menggunakan strategi kompetitif (Lesmana, 2003), dan managerial control
(Sharma, dkk, 2006) sebagai variabel moderasi. Beberapa penelitian lainnya
xxv
menggunakan variabel sistem akuntansi manajemen (Syam, dkk, 2006), teknologi
informasi dan saling ketergantungan (Laksmana dan Muslichah, 2002),
desentralisasi (Chenhall dan Morris, 1984, Mardiyah dan Gudono, 2000), dan job
relevant (Sharma, dkk, 2006) sebagai variabel intervening.
Perbedaan kedua, terletak pada variabel karakteristik informasi sistem
akuntansi manajemen yang diuji. Pada penelitian Desmiyawati (2004), Chong dan
Chong (1997), Najoan dan Sholihin (2002), Syam, dkk (2006), Imron (2004), dan
Ernawati, dkk (2005) hanya menguji dimensi informasi broad scope, sedangkan
pada penelitian ini menggunakan keempet dari karakteristik informasi sistem
akuntansi manajemen yaitu broad scope, aggregated, timeliness, dan integrated.
Ketiga, dalam hal sampel yang digunakan, penelitian ini menggunakan
general manager dan manajer tingkat menengah pada perusahaan manufaktur
sebagai sampel. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya,
Agbejule (2005) menggunakan sampel manajer tingkat menengah pada
perusahaan industri telekomunikasi, industri konstruksi, industri metal, industri
elektrikal, dan industri kimia, Desmiyawati (2004) hanya menggunakan general
manager pada perusahaan yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory
yang diterbitkan PT Kompas sebagai responden, Najoan dan Sholihin (2002)
menggunakan sampel dari manajer-manajer yang sedang melanjutkan studinya di
program Magister Management Universitas Gadjah Mada, Juniarti dan Evelyne
(2003) menggunakan manajer pemasaran dan penjualan pada perusahaan
manufaktur, sebagai sampelnya.
B. PERUMUSAN MASALAH
xxvi
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif terhadap
kinerja manajerial?
2. Apakah informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial untuk perusahaan dengan strategi bisnis
prospector dibandingkan perusahaan dengan strategi bisnis defender?
3. Apakah informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial ketika kondisi PEU (perceived environmental
uncertainty) tinggi dibandingkan dengan ketika kondisi PEU rendah?
4. Apakah informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial ketika desentralisasi tinggi dibandingkan dengan
ketika kondisi desentralisasi rendah?
D. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh positif informasi sistem
akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial,
2. untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi informasi
sistem akuntansi manajemen dan strategi bisnis terhadap kinerja manajerial,
3. untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi informasi
sistem akuntansi manajemen dan perceived environmental certainty terhadap
kinerja manajerial,
xxvii
4. untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi informasi
sistem akuntansi manajemen dan desentralisasi terhadap kinerja manajerial.
E. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Memberikan masukan bagi para perusahaan sebagai bahan pertimbangan
untuk mendesain sistem akuntansi manajemen perusahaan yang disesuaikan
dengan strategi bisnis, tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan yang
dihadapi perusahaan, dan desentralisasi yang dapat memberikan dampak pada
peningkatan kinerja manajerial.
2. Menyediakan informasi yang mungkin diperlukan untuk penelitian di bidang
akuntansi manajemen pada masa yang akan datang.
3. Memperkuat penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan adanya pengaruh
antara strategi bisnis, ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan
desentralisasi terhadap hubungan antara sistem informasi akuntansi
manajenmen dan kinerja manajerial.
4. Dapat memberikan kontribusi terhadap teori sistem akuntansi manajemen,
terutama dalam mengidentifikasi faktor kontijensi dalam perancangan sistem
akuntansi manajemen.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar penelitian ini dijabarkan dalam lima bab dengan
sistematika untuk bab-bab selanjutnya sebagai berikut:
xxviii
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka dan
hipotesis penelitian yang disertai review penelitian terdahulu
yang relevan dan mendukung penelitian, dilanjutkan dengan
kerangka pemikiran.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian,
populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, pengukuran
variabel, instrumen penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teknik dan prosedur
analisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
xxix
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. STRATEGI BISNIS
1. Pengertian Strategi dan Bisnis
Supriyono (1999) menyatakan pengertian strategi ditinjau dari suatu
perusahaan, strategi adalah satu kesatuan rencana perusahaan yang
komprehensif dan terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Menurut Suwarni (1998) strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan
dengan tantangan lingkungan. Strategi dirancang untuk mencapai tujuan
utama perusahaan secara tepat. Strategi harus dipadukan dengan struktur
organisasi, alokasi sumber daya perusahaan, kebijakan bidang fungsional
serta aspek kepemimpinan untuk mencapai tujuan. Bisnis adalah uraian
pernyataan produk, kegiatan, fungsi dan pasar yang saat ini dijalankan
perusahaan (Suwarni, 1998).
xxx
2. Pengertian Strategi Bisnis
Suwarni (1998) menjelaskan bahwa strategi bisnis merupakan suatu
rencana terpadu tentang uraian produk, kegiatan, fungsi, dan pasar yang saat
ini dijalankan perusahaan untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Strategi
bisnis disusun berdasarkan keunggulan perusahaan dalam menghadapi
tantangan lingkungan. Terdapat tiga level strategi dalam organisasi, yaitu:
a. Strategi korporat. Strategi ini berhubungan dengan struktur, finansial,
serta cara mengalokasikan sumber daya untuk misi organisasi. Strategi
ini berfokus pada bisnis apa dan bagaimana mengelola unit bisnis.
b. Strategi bisnis (bersaing). Strategi yang berhubungan dengan cara
mencapai tujuan organisasi melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan
pelanggan. Strategi ini memfokuskan pada penciptaan keunggulan
kompetitif pada masing-masing unit bisnis.
c. Strategi operasional. Strategi ini merupakan cara sumber daya berfungsi
serta cara mengkontribusikan pada strategi korporat dan strategi bisnis di
perusahaan.
Hasil penelitian Miles dan Snow dalam Laksmana dan Muslichah
(2002) mengidentifikasikan empat tipe strategi bisnis yang sering digunakan
oleh perusahaan, yaitu:
a. Prospector. Perusahaan yang tergolong dalam tipe strategi prospector
adalah perusahaan yang secara terus-menerus mencari peluang-peluang
pasar baru dengan berkompetisi melalui produk baru dan market
development serta bereksperimen dengan melakukan respon-respon
potensial terhadap kecenderungan lingkungan yang timbul, sehingga
xxxi
kompetitornya harus senantiasa merespon. Perusahaan yang bertipe
prospector lebih menekankan pada fleksibilitas teknologi, derajat
rutinitas, dan derajat mekanisasi dalam berbagai aktivitas operasionalnya,
sehingga memiliki kecenderungan untuk menerapkan desain strategi
kompetitif yang agresif dengan tujuan agar tetap menjadi pioner dalam
produk dan segmen pasar tertentu. Efektivitas lebih penting daripada
efisiensi, sehingga sulit mencari laba maksimum, namun selalu
menghindari profitabilitas rendah. Biasanya membandingkan kinerja
organisasi dengan kinerja kompetitornya.
b. Defender. Karakteristik perusahaan yang masuk dalam kategori ini
cenderung memiliki sifat kurang dinamis. Strategi defender yaitu apabila
perusahaan tersebut beroperasi pada area produksi yang relatif stabil,
produk yang ditawarkan bersifat terbatas dibandingkan kompetitornya
dan perusahaan jarang melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
teknologi dan struktur atau metode operasi perusahaan serta dapat
diprediksi arah perubahannya di masa depan. Dengan demikian
perusahaan lebih menaruh perhatian pada upaya mempertahankan porsi
pangsa pasar tertentu dari keseluruhan pasar dengan menciptakan produk
dan jasa tertentu maupun jumlah customer yang stabil. Perusahaan
dengan tipe defender memelihara keterikatan dan stabilitas dengan
lingkungan lebih baik daripada kompetitornya. Pembiayaan teknologi
dilakukan seefisien mungkin dan efisiensi merupakan pusat kinerja
organisasi.
xxxii
c. Analyzer. Strategi analyzer merupakan kombinasi dari prospector dan
defender. Perusahaan beroperasi dalam dua tipe domain produk pasar
yang relatif stabil dan tetap melakukan perubahan-perubahan. Jika berada
dalam area stabil, maka perusahaan akan beroperasi secara rutin dan
efisien dengan menggunakan struktur-struktur dan proses-proses yang
telah diformulasikan sebelumnya. Perubahan dilakukan dengan cara
manajer senantiasa memperhatikan kompetitornya secara seksama
berkaitan dengan ide-ide yang akan diambil, kemudian secara cepat
mengadopsi sesuatu yang paling menjanjikan. Pengukuran kinerja
dilakukan berdasarkan pengukuran keseimbangan efisiensi dan
efektivitas. Perusahaan cenderung menerapkan strategi keseimbangan
antara aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan peluang perluasan
pangsa pasar baru produk dan jasa dengan tetap menjaga hubungan
dengan customer dan supplier yang lama. Fokus utama perusahaan dalam
kategori ini adalah di satu sisi meminimalisasi risiko karena pemanfaatan
teknologi yang telah usang, sementara di sisi lain perusahaan berusahan
meraih peluang untuk mendapatkan laba dengan jalam meniru inovasi
produk dan jasa yang telah sukses (benchmarking).
d. Reactor. Strategi reactor merupakan strategi perusahaan yang manajer
puncaknya seringkali menerima perubahan dan ketidakpastian yang
terjadi dalam lingkungan organisasinya, tetapi tidak meresponnya secara
efektif sehingga tipe perusahaan seperti ini tidak memiliki strategi untuk
senantiasa menyesuaikan teknologi informasinya dengan perubahan
xxxiii
lingkungan yang terjadi. Oleh karena itu, perusahaan tidak melakukan
penyesuaian, kecuali jika tekanan lingkungan benar-benar kuat.
Tiga tipe strategi yang pertama, yaitu prospector, defender, dan
analyzer merupakan bentuk strategi yang stabil. Jika manajemen memilih
salah satu di antara tiga tipe strategi tersebut, dan mendesain organisasinya
berdasarkan tipologi strategi tersebut, maka ada kemungkinan perusahaan
akan menjadi pesaing dalam industrinya pada periode tertentu. Sebaliknya,
bila manajemen tidak memilih salah satu diantara tiga tipe strategi tersebut,
maka organisasi akan lambat dalam merespon kesempatan yang ada dan
kemungkinan akan menjadi pesaing yang tidak efektif dalam industrinya.
Organisasi ini disebut reactor dan esensi organisasi ini tidak stabil.
B. PERCEIVED ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY (PEU)
Menurut Gordon dan Narayanan dalam Najoan dan Sholihin (2002),
perceived environmental uncertainty (PEU) merupakan persepsi manajer terhadap
faktor-faktor di luar perusahaan, seperti lingkungan industri, teknologi,
persaingan, dan lingkungan pelanggan. PEU telah diidentifikasikan sebagai
variabel kontekstual yang penting dalam sistem informasi akuntansi dan desain
sistem informasi akuntansi manajemen. Fitri dan Syam (2002) mendefinisikan
PEU sebagai gambaran situasi di luar perusahaan yang mempengaruhi perilaku
organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, diantaranya adalah tindakan
kompetitor, teknologi, dan permintaan pasar. PEU akan menyulitkan manajer
untuk membuat perencanaan dan melakukan pengendalian terhadap operasi
perusahaan. PEU dapat mempengaruhi operasionalisasi perusahaan. Seseorang
xxxiv
mengalami ketidakpastian karena ia merasa tidak memiliki informasi yang cukup
untuk memprediksi masa depan secara akurat. Menurut Desmiyawati (2004) dan
Jusoh (2008) bagi perusahaan, sumber utama ketidakpastian lingkungan berasal
dari pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan.
Informasi merupakan komoditi yang sangat berguna dalam proses perencanaan
dan pengendalian organisasi ketika terjadi kondisi ketidakpastian lingkungan yang
tinggi. Ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. kelemahan informasi terhadap faktor lingkungan dihubungkan dengan situasi
pengambilan keputusan,
2. tidak diketahuinya akibat dari keputusan tertentu, dalam bentuk seberapa
besar organisasi akan mengalami kerugian jika keputusan yang diambil tidak
benar,
3. ketidakmampuan menentukan probabilitas dalam berbagai tingkat
kepercayaan yang menunjukkan bagaimana faktor-faktor lingkungan akan
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan unit pengambil keputusan dalam
pelaksanaan fungsinya.
Bess dan Beard dalam Ernawati, dkk (2005) menyebutkan faktor-faktor
lingkungan yang secara langsung dapat mempengaruhi perilaku organisasi dalam
pengambilan keputusan, yaitu:
1. lingkungan internal,
a. komponen personal organisasi,
1) latar belakang pendidikan,
2) teknologi terbaru dan keahlian manajerial,
xxxv
3) keterlibatan dan komitmen individu untuk mencapai tujuan
organisasi,
4) gaya perilaku antarpersonal,
5) persediaan sumber daya manusia untuk mengoperasikan sistem,
b. komponen fungsional dan staf organisasi,
1) karakteristik teknologi organisasi,
2) saling ketergantungan unit organisasi untuk mencapai tujuan,
3) konflik antarfungsional dan unit organisasi,
c. level organisasi,
1) tujuan dan sasaran organisasi,
2) proses perkembangan individu dan kelompok dalam memberikan
kontribusi yang maksimal dalam pencapaian tujuan organisasi,
2. lingkungan eksternal,
a. komponen konsumen,
1) distribusi produksi,
2) pemakai produk dan jasa,
b. komponen pemasok,
1) pemasok material baru,
2) pemasok spare part baru,
3) pemasok tenaga kerja,
c. komponen persaingan,
1) persaingan pemasok,
2) persaingan konsumen,
d. sosial politik,
xxxvi
1) kebijaksanaan pemerintah pada industri,
2) sikap masyarakat terhadap industri dan produksi tertentu,
3) hubungan dengan organisasi perdagangan,
e. teknologi,
1) kebutuhan akan teknologi baru yang dihubungkan dengan produksi
barang dan jasa,
2) peningkatan dan perkembangan produk baru dengan memakai
teknologi baru.
Tipe dari ketidakpastian terhadap lingkungan menurut Miliken dalam
Lesmana (2003), yaitu:
1. Keadaan ketidakpastian (stated of uncertainty)
Stated of uncertainty merupakan ketidakpastian yang dipersepsikan.
Saat manajer merasa lingkungan organisasi tidak dapat diprediksi, berarti
manajer tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan
berubah. Manajer merasa tidak pasti pada kondisi bagaimana tindakan
organisasi yang relevan atau tindakan apa yang akan dilakukan oleh unsur-
unsur kunci organisasi (pemasok, pelanggan, pesaing, konsumen, dll.).
Manajer juga bisa merasa tidak pasti pada kemungkinan perubahan
lingkungan yang relevan (perkembangan teknologi baru, kecenderungan sosio
kultural, atau perubahan demografis).
2. Pengaruh ketidakpastian (uncertainty effect)
Uncertainty effect berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk
memprediksi pengaruh perubahan lingkungan terhadap organisasi. Pengaruh
ketidakpastian ini meliputi sifat, pemahaman, dan waktu. Ketidakpastian
xxxvii
tentang pengaruh peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang
menjadi lebih menonjol ketika ada ketidakpastian yang tinggi tentang potensi
keadan lingkungan di masa yang akan datang yang mungkin terjadi.
3. Respon terhadap ketidakpastian (uncertainty response)
Uncertainty response berkaitan dengan usaha untuk memahami
pilihan respon yang tersedia bagi organisasi dan nilai atau manfaat dari
masing-masing respon yang akan dilakukan. Manajer tidak mempunyai
pengetahuan tentang pilihan respon dan tidak mampu memprediksi
konsekuensi yang mungkin terjadi sebagai akibat pilihan respon.
Miliken (1987) dalam Lesmana (2003) menyatakan bahwa top manajemen
organisasi dapat mengalami tiga tipe ketidakpastian lingkungan tersebut, mereka
dapat mencoba memahami, merasakan, dan merespon kondisi lingkungan
eksternal. Oleh karena itu, pengukuran ketidakpastian lingkungan yang paling
tepat adalah dengan menggunakan persepsi top manajemen tentang ketidakpastian
lingkungan yang dihadapi perusahaan. Gul dan Chia (1994) menegaskan bahwa
persepsi tentang ketidakpastian lingkungan lebih baik dari pada ketidakpastian
lingkungan aktual, karena persepsi tersebut berpengaruh terhadap keputusan-
keputusan yang dibuat manajer dalam merespon lingkungan operasional
perusahaan.
C. DESENTRALISASI
Menurut H. A. Simon dalam Ikhsan & Ishak (2005) definisi desentralisasi
yaitu:
xxxviii
Suatu organisasi administratif adalah tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; terdesentralisasi sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang eksekutif yang lebih rendah.
Menurut Dwirandra (2007) desentralisasi merupakan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab kepada para manajer. Tingkat pendelegasian itu
sendiri menunjukkan sampai seberapa jauh manajemen yang lebih tinggi mengijinkan
manajemen yang lebih rendah untuk membuat keputusan secara independen.
Pendelegasian kepada manajemen yang lebih rendah dalam otoritas pembuatan
keputusan akan diikuti pula dengan tanggung jawab terhadap aktivitas yang
dilakukan. Otoritas adalah memberikan hak untuk menentukan penugasan, sedangkan
tanggung jawab adalah kewajiban untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan.
Menurut Noor (2007) desentralisasi adalah seberapa jauh manajer yang lebih
tinggi mengijinkan manajer dibawahnya untuk mengambil keputusan secara
independen. Namun pendelegasian dan tanggung jawab dari top manajemen ke level
manajemen yang lebih rendah akan membawa konsekuensi semakin besar tanggung
jawab manajer yang lebih rendah terhadap implementasi keputusan yang dibuat.
Alasan-alasan dibutuhkannya desentralisasi menurut Ikhsan & Ishak
(2005), yaitu:
1. Desentralisasi membebaskan manajemen puncak untuk focus pada keputusan-
keputusan strategis jangka panjang dan bukannya terlibat dalam keputusan-
keputusan operasi.
2. Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk memberikan respon secara
cepat dan efektif terhadap masalah, karena mereka yang berada paling dekat
dengan suatu masalah memiliki informasi yang paling baik dan oleh sebab itu
dapat memberikan respon lebih baik terhadap kebutuhan lokal.
xxxix
3. Sistem yang tersentralisasi tidak mampu menangani semua informasi rumit
yang diperlukan untuk membuat keputusan yang optimal.
4. Desentralisasi menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi manajemen
puncak masa depan.
5. Desentralisasi memenuhi kebutuhan akan otonomi dan dengan demikian
merupakan suatu alat motivasional yang kuat bagi para manajer.
Tingkat pendelegasian wewenang menunjukkan seberapa jauh manajemen
yang lebih tinggi mengijinkan manajemen yang lebih rendah untuk membuat
kebijakan secara independen, artinya pendelegasian yang diberikan kepada
manajemen yang lebih rendah (subordinate) dalam kaitannya dengan otoritas
pembuatan keputusan dan desentralisasi memerlukan tanggung jawab terhadap
subordinate tersebut. Otoritas tersebut merupakan hak untuk menentukan
penugasan, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk mencapai tugas
yang telah ditetapkan (Hellriegel dan Slocum dalam Mardiyah dan Gudono,
2000).
D. INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
1. Pengertian Sistem
Sebuah sistem merupakan sekelompok elemen yang diintegrasikan dengan
tujuan umum untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(McLeod, Jr dan Schell, 2007).
2. Pengertian Akuntansi Manajemen
xl
Menurut Garrison dan Noreen (2000) akuntansi manajemen adalah
akuntansi yang berkaitan dengan penyediaan informasi kepada para manajer untuk
membuat perencanaan dan pengendalian operasi serta dalam pengambilan
keputusan.
Supriyono (1999) menyatakan bahwa tujuan akuntansi manajemen dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. tujuan primer akuntansi manajemen; yaitu membantu manajemen dalam
pembuatan keputusan manajemen,
b. tujuan sekunder akuntansi manajemen; yaitu:
1) membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan,
2) membantu manajemen dalam menjawab masalah organisasi,
3) membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian
manajemen,
4) membantu memusatkan perhatian manajemen dalam melaksanakan
sistem kegiatan manajemen.
3. Pengertian Sistem Akuntansi Manajemen
Sistem akuntansi manajemen adalah sistem yang mengumpulkan data
operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkannya
kepada pengguna, yaitu para pekerja, manajer, dan eksekutif (Atkinson dkk. dalam
Desmiyawati, 2004). Sistem akuntansi manajemen dapat menjadi mekanisme
kontrol organisasi dan merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi
yang bermanfaat guna memprediksi konsekuensi yang mungkin dapat terjadi dari
berbagai aktivitas yang bisa dilakukan (Nizarudin, 2006). Salah satu produk dalam
sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen. Informasi
xli
akuntansi manajemen mempunyai karakteristik yang bersifat broad scope,
timeliness, aggregated, dan integrated (Chenhall dan Morris, 1986).
a. Broad scope. Dalam menjalankan tugasnya, manajer membutuhkan informasi
yang berasal dari berbagai sumber yang sifatnya luas. Karena itu manajer
membutuhkan informasi yang memiliki karakteristik broadscope yaitu
informasi yang memilik cakupan yang luas dan lengkap. Informasi sistem
akuntansi manajemen yang bersifat broad scope adalah informasi yang
memperhatikan focus, kuantifikasi, dan time horizon. Focus merupakan
informasi yang berhubungan dengan informasi yang berasal dari dalam dan
luar organisasi (faktor ekonomi, teknologi, dan pasar). Kuantifikasi
berhubungan dengan informasi finansial dan non-finansial, sedangkan time
horizon berkaitan dengan informasi pada masa lalu dan masa yang akan
datang (Chenhall dan Moris, 1986).
b. Timeliness. Timeliness menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh
informasi mengenai suatu kejadian. Suatu informasi dapat disebut tepat waktu
apabila informasi tersebut dapat mencerminkan kondisi terkini serta sesuai
dengan kebutuhan manajer Apabila suatu informasi dapat tepat waktu maka
akan membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Dimensi timeliness
mempunyai dua subdimensi yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan
membuat laporan. Frekuensi diartikan dengan seberapa sering informasi
disediakan untuk manajer, sedangkan kecepatan diartikan sebagai tenggang
waktu antara kebutuhan akan informasi dengan tersedianya informasi
(Chusing dan Romney, 1994).
c. Aggregated. Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas tetapi
tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu
xlii
sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan informasi menurut fungsi,
periode waktu, dan model keputusan. Informasi menurut fungsi dimaksudkan
untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan hasil suatu keputusan
yang dibuat oleh unit-unit lain. Informasi menurut periode waktu adalah
informasi yang memungkinkan manajer menilai keputusan mereka dari waktu
ke waktu. Informasi menurut keputusan adalah informasi yang disediakan
untuk membuat keputusan dengan menggunakan model-model analisis.
Informasi teragregasi berfungsi sebagai masukan dalam proses pengambilan
keputusan karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi lebih sedikit
sehingga efisiensi manajemen meningkat (Bordnar, 1995).
d. Integrated. Informasi yang mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan
antara bagian satu dan bagian lain. Informasi terintegrasi mencerminkan
adanya koordinasi antara segmen subunit satu dan lainnya dalam organisasi.
Informasi yang terintegrasi mencakup aspek ketentuan target atau aktivitas
yang dihitung dari proses interaksi antara subunit satu dengan organisasinya.
Informasi ini berperan sebagai koordinator dalam mengendalikan pengambilan
keputusan yang beraneka ragam. Manfaatnya akan terasa pada situasi di mana
harus mengambil keputusan yang akan berdampak pada sub unit lain (Juniarti
& Evelyne, 2003).
E. KINERJA MANAJERIAL
Fitri dan Syam (2002) mendefinisikan kinerja sebagai suatu tindakan
seseorang untuk memenuhi harapan yang berhubungan dengan fungsinya atau
gambaran reaksi dari pekerjaannya. Rustiana (2002) memberikan definisi kinerja
xliii
manajerial sebagai persepsi kinerja individual para manajer yang terdiri dari
delapan dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi,
pengaturan staff, negoisasi, dan perwakilan. Stoner dalam Juniarti dan Evelyne
(2003) menyebutkan bahwa kinerja manajerial adalah ukuran seberapa efektif dan
efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengukuran kinerja yang obyektif diperoleh secara langsung dari tindakan
individu, yang diukur melalui pertimbangan subyektif tentang pekerjaan.
Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengevaluasi dan menentukan keefektifan
tindakan yang dilakukan manajer. Ukuran kinerja merupakan jenis informasi yang
sesuai untuk pengendalian. Ukuran kinerja dapat dijadikan dasar untuk melakukan
perbaikan sehingga tercipta kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Data hasil
kinerja dikumpulkan selama kegiatan operasi berjalan secara periodik. Data
tersebut dilaporkan kepada manajer yang membawahi kegiatan operasional
tertentu untuk keperluan pengevaluasian perkembangan kinerjanya. Kinerja
dievaluasi dengan cara membandingkan hasil yang dicapai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
Kinerja manajerial diukur melalui evaluasi diri dari dimensi kinerja.
Keseluruhan pengukuran dikalkulasikan dengan membagi delapan sub dimensi
dengan pengukuran untuk kinerja manajerial berdasar Mahoney, Jerdee dan
Carroll (Chenhall dan Morris, 1986) yaitu:
1. Pemilihan staf (staffing)
Kegiatan ini meliputi usaha-usaha untuk mempertahankan angkatan
kerja (merekrut, mewawancarai, memilih pegawai baru, menempatkan,
mempromosikan, dan memotivasi pegawai) serta pemeliharaan kondisi kerja.
xliv
2. Perencanaan (planning)
Kegiatan perencanaan mengacu pada arah dan tindakan yang akan
diambil seperti penentuan tujuan, penentuan kebijakan, pembuatan program,
penjadwalan kerja, penganggaran, dan perancangan prosedur.
3. Pengawasan (supervising)
Kegiatan ini meliputi pengarahan dan pengembangan bawahan
(membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja, memberikan tugas
dan menangani keluhan dari bawahan).
4. Perwakilan (representing)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepentingan umum atas
organisasi, yang dilakukan melalui pidato, konsultasi, kontak dengan individu
atau kelompok di luar organisasi, kampanye masyarakat, dan menghadiri
konferensi serta pertemuan dengan kelompok bisnis.
5. Investigasi (investigating)
Kegiatan ini meliputi pengumpulan dan penyajian informasi. Biasanya
dalam bentuk catatan-catatan, laporan, dan rekening kegiatan lainnya seperti
melakukan inventarisasi, analisis pekerjaan, dan penyiapan laporan keuangan.
6. Koordinasi (coordinating)
Kegiatan ini meliputi pertukaran informasi dengan karyawan di bagian
lain untuk menghubungkan dan menyesuaikan program yang telah dibuat,
pemberian saran ke bagian lain untuk memperlancar hubungan dengan
manajer lain, pengaturan pertemuan-pertemuan, pemberian informasi kepada
atasan, dan kerjasama dengan bagian lain.
xlv
7. Negoisasi (negotiating)
Kegiatan ini meliputi pembelian, penjualan dan kontrak untuk barang
dan jasa, komunikasi dengan para pemasok, perundingan dengan wakil-wakil
penjual, pengiklanan produk, serta pengumpulan penawaran.
8. Evaluasi (evaluating)
Kegiatan evaluasi meliputi penilaian anggaran, kinerja yang diamati
dan dilaporkan (penilaian pegawai, penilaian laporan keuangan, dan
pemeriksaan produk).
Menururt Schermerhorn dalam Juniarti dan Evelyne (2003), melakukan
pengukuran untuk mengevaluasi kinerja manajerial berdasar perspektif non
keuangan yaitu:
1. Kemampuan manajer membuat perencanaan
Perencanaan yang baik dapat meningkatkan fokus dan fleksibilitas
manajer mengani pekerjaannya. Permasalahan fokus dan fleksibilitas
merupakan hal yang penting dalam lingkungan persaingan yang tinggi dan
dinamis. Kemampuan manajer dalam membuat perencanaan dapat menjadi
salah satu indikator untuk mengukur kinerja.
2. Kemampuan manajer mencapai target
Kinerja manajer diukur dari kemampuan mereka mencapai apa yang
telah direncanakan. Target harus cukup spesifik, melibatkan partisipan,
realistik, menantang, dan memiliki rentang waktu yang jelas.
3. Kiprah manajer di luar perusahaan
xlvi
Intensitas manajer dalam mewakili perusahaan untuk berhubungan
dengan pihak luar menunjukkan kepercayaan perusahaan pada manajer
tersebut.Kepercayaan dapat timbul karena beberapa hal, salah satunya adalah
kinerja yang baik dari manajer.
F. PENDEKATAN KONTIJENSI
Pendekatan kontijensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan
sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan
perusahaan untuk berbagai tujuan. Pendekatan kontijensi pada sistem akuntansi
manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen
secara universal yang selalu bisa diterapkan dengan tepat pada semua organisasi
dalam setiap keadaan. Sistem akuntansi manajemen juga tergantung pada faktor-
faktor situasional yang ada di dalam maupun luar perusahaan. Pendekatan
kontijensi banyak menarik perhatian para peneliti karena mereka ingin
mengetahui apakah tingkat keandalan suatu sistem akuntansi manajemen akan
selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan teori
kontijensi, ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan
saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu.
Faktor kontijensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
bisnis ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan desentralisasi.
Pemakaian faktor kontijensi ini didasarkan pada kemungkinan adanya perbedaan
strategi bisnis, tingkat ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan yang
dihadapi perusahaan, dan desentralisasi yang diterapkan akan mengakibatkan
xlvii
perbedaan kebutuhan informasi sistem akuntansi manajemen yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kinerja manajerial (Otley dalam Faisal, 2006).
G. STRATEGI BISNIS DAN INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
Perusahaan yang melakukan strategi prospector biasanya menghadapi
unpredictibility dan ketidakpastian lingkungan yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang melakukan strategi defender (Miles dan Snow dalam
Desmiyawati, 2004). Selain itu, perusahaan dengan strategi prospector akan
mengekspos dirinya untuk suatu domain lingkungan yang luas sehingga mereka
akan membutuhkan informasi dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, perusahaan
dengan tipe defender, lingkungan operasinya akan lebih stabil. Perusahaan
prospector dan defender juga memerlukan proses administratif dan struktur
internal yang sangat berbeda, yang pada akhirnya akan memerlukan informasi
sistem akuntansi manajemen yang berbeda pula.
H. PERCEIVED ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY (PEU) DAN INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
Tingginya PEU dapat menyulitkan manajer dalam menyusun perencanaan
dan pengendalian yang efektif. Ketika PEU meningkat, manajer akan
membutuhkan informasi sistem akuntansi manajemen yang tepat agar keputusan
yang diambil efektif. Agbejule (2005) menemukan bahwa terdapat korelasi positif
antara PEU dengan hubungan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen
dan kinerja manajerial. Hal ini mengimplikasikan bahwa kesulitan penyusunan
xlviii
perencanaan, dan pengendalian yang disebabkan PEU dapat dikurangi dengan
ketersediaan informasi sistem akuntansi manajemen.
I. DESENTRALISASI DAN INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
Penelitian Gul dan Chia (1994), Chia (1995) (dalam Mardiyah dan
Gudono, 2000), dan Nazaruddin (1998) menunjukkan bahwa karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen tergantung pada variable kontekstual
organisasi yaitu desentralisasi. Adanya perbedaan tingkat desentralisasi akan
menimbulkan perbedaan kebutuhan terhadap informasi yang diperlukan sehingga
diperlukan adanya kesesuaian antara desentralisasi dan informasi sistem akuntansi
manajemen agar dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Dwirandra (2007) menjelaskan bahwa kesesuaian antara desentralisasi
dengan informasi sistem akuntansi manajemen akan mampu memperbaiki kinerja
manajerial. Kesesuaian dua aspek tersebut berasosiasi dengan kinerja yang lebih
tinggi. Hal ini terjadi karena para manajer divisi/unit lebih senang dievaluasi
dengan ukuran kinerja agregat, broad scope, timeliness, dan integrasi yang
merefleksikan area pertanggungjawaban mereka.
J. INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN DAN KINERJA MANAJERIAL
Agbejule (2005) menyebutkan bahwa karakteristik informasi yang berupa
broad scope, timeliness, aggretation, dan integration mampu meningkatkan
kinerja manajer. Manajer yang memiliki karakteristik tersebut umumnya mampu
membuat perencanaan yang lebih baik dan mencapai target yang telah ditetapkan
xlix
serta mampu dalam hal pengorganisasian, pengarahan, dan pengambilan
keputusan.
K. HIPOTESIS
1. Pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial
Salah satu produk dalam sistem akuntansi manajemen adalah informasi
akuntansi manajemen berperan dalam membantu memprediksi konsekuensi yang
mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada
berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Karakteristik informasi yang tersedia dalam organisasi akan menjadi efektif bila
dapat mendukung pengguna informasi atau pengambil keputusan. Kesesuaian
antara informasi dengan kebutuhan pembuat keputusan akan meningkatkan
kualitas keputusan yang akan diambil yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerja manajerial
Menurut Juniarti dan Evelyne (2003) menyebutkan bahwa terdapat
karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang terdiri dari broad scope,
timeliness, agregasi, dan integrasi dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Pernyataan ini menguatkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Chia
(1994) dalam Ernawati, dkk (2005). Manajer yang memiliki informasi dengan
karakteristik tersebut umumnya mampu membuat perencanaan yang lebih baik
dan mencapai target yang telah ditetapkan. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
l
H1 : informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial.
2. Strategi bisnis terhadap hubungan informasi sistem akuntansi manajemen dan
kinerja manajerial.
Kinerja manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara informasi sistem
akuntansi manajemen dan strategi bisnis. Strategi bisnis merupakan variabel
moderator dalam penelitian ini, variabel moderator merupakan variabel yang
mempunyai oengaruh ketergantungan yang kuat dengan hubungan variabel terikat
dan variabel bebas yang dapat mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan
terikat (Sekaran, 2006). Adanya kesesuaian antara strategi bisnis dan informasi
sistem akuntansi manajemen akan mengakibatkan kinerja manajerial semakin
tinggi. Miles & Snow (Faisal, 2006) mengklasifikasikan strategi menjadi empat tipe,
yaitu prospector, analyzer, defender, dan reactor. Perusahaan dengan tipe strategi
bisnis prospector mempunyai kemungkinan bahwa penggunaan informasi sistem
akuntansi manajemen akan menghasilkan kinerja yang lebih positif dibandingkan
dengan perusahaan yang menggunakan tipe strategi bisnis defender (Miles dan
Snow dalam Desmiyawati, 2004). Perusahaan prospector secara kontinyu
mengawasi peluang pasar dan melakukan kreasi terhadap perubahan dan
ketidakpastian untuk merespon pesaing. Kinerja tidak hanya berdasarkan laba dan
efisiensi tetapi yang lebih penting adalah menjadi leader dalam inovasi produk
(Faisal, 2006). Perusahaan ini membutuhkan struktur yang fleksibel dan inovatif
sehingga manajer membutuhkan informasi eksternal, non-finansial, dan informasi
berorientasi ke depan untuk pembuatan keputusan. Dengan demikian, informasi
li
broadscope akan sangat bermanfaat dalam pembuatan keputusan (Abernethy &
Guthrie dalam Faisal, 2006). Perusahaan defender lebih menekankan pentingnya
biaya standar dan realisasi tujuan anggaran. Kedua informasi tersebut dapat
diperoleh dari informasi yang dihasilkan sistem akuntansi manajemen. Untuk
memonitor informasi dan mempertahankan stabilitas pangsa pasarnya dibutuhkan
informasi yang timeliness (Palmer dalam Faisal, 2006).
Ernawati, dkk (2005) telah meneliti pengaruh strategi bisnis terhadap
hubungan informasi broad scope sistem akuntansi manajemen dan kinerja
manajerial. Ernawati, dkk (2005) menemukan bahwa bagi perusahaan yang
menggunakan strategi bisnis prospector, pengaruh informasi broad scope sistem
akuntansi manajemen akan lebih positif daripada perusahaan yang menggunakan
strategi bisnis defender. Dari uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial untuk perusahaan dengan strategi
bisnis prospector dibandingkan perusahaan dengan strategi bisnis
defender.
3. Perceived environmental uncertainty terhadap hubungan informasi sistem
akuntansi manajemen dan kinerja manajerial.
Kinerja manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara informasi sistem
akuntansi manajemen dan perceived environmental uncertainty. Variabel PEU
sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara variabel informasi
sistem akuntansi manajemen dengan variabel kinerja manajerial. Agbejule (2005)
telah meneliti pengaruh PEU terhadap hubungan informasi sistem akuntansi
manajemen dan kinerja manajerial. Ketika perusahaan menghadapi tingkat
lii
perceived environmental uncertainty yang tinggi, manajer membutuhkan informasi
sistem akuntansi manajemen untuk menghasilkan keputusan yang lebih akurat.
Jadi, semakin tinggi tingkat perceived environmental uncertainty yang dihadapi
suatu perusahaan, diharapkan semakin tinggi pula kegunaan informasi sistem
akuntansi manajemen untuk meningkatkan kinerja manajerial (Agbejule, 2005).
Menurut Chenhall & Morris (1986), ketidakpastian lingkungan dapat
mempengaruhi kinerja manajerial melalui informasi sistem akuntansi manajemen
yang broad scope, timeliness, agregasi, dan integrasi. Chenhall & Morris (1986)
menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan merupakan faktor kontijensi yang
penting sebab ketidakpastian lingkungan dapat menyebabkan proses perencanaan
dan pengendalian menjadi lebih sulit. Dari uraian di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H3 : informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial ketika kondisi perceived environmental
uncertainty (PEU) tinggi dibandingkan dengan ketika kondisi perceived
environmental uncertainty (PEU) rendah.
4. Desentralisasi terhadap hubungan informasi sistem akuntansi manajemen dan
kinerja manajerial.
Kinerja manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara informasi sistem
akuntansi manajemen dan desentralisasi. Variabel desentralisasi sebagai variabel
moderasi yang mempengaruhi hubungan antara variabel informasi sistem
akuntansi manajemen dengan variabel kinerja manajerial. Penelitian Gul dan Chia
(1994), Chia (1995) (dalam Mardiyah dan Gudono, 2000) dan Nazaruddin (1998)
menunjukkan bahwa karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen
liii
tergantung pada variabel kontekstual organisasi yaitu desentralisasi. Adanya
perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan
terhadap informasi yang diperlukan sehingga diperlukan adanya kesesuaian antara
desentralisasi dan informasi sistem akuntansi manajemen agar dapat meningkatkan
kinerja manajerial. Dari uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H4 : informasi sistem akuntansi manajemen akan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial pada tingkat desentralisasi tinggi
dibandingkan dengan tingkat desentralisasi yang rendah rendah.
L. KERANGKA TEORITIS
Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas, dapat
dikembangkan suatu kerangka teoritis yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
H1
H2 H3 H4
a. variabel independen : informasi sistem akuntansi
manajemen,
Perceived Environmental Uncertainty (PEU)
Desentralisasi
Informasi Sistem
Akuntansi Manajemen
Kinerja manajerial
Strategi bisnis: prospector dan defender
liv
b. variabel dependen : kinerja manajerial,
a. variabel moderator : strategi bisnis, PEU, dan
desentralisasi
BAB III
lv
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji empat buah hipotesis yaitu hipotesis
yang menguji hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial
dan hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial yang
dimoderasi oleh strategi bisnis, ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan
desentralisasi sehingga penelitian ini merupakan hypotheses testing study.
Hypotheses testing study biasanya menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu
atau menetapkan perbedaan-perbedaan antara dua faktor (kelompok) independen
atau lebih dalam sebuah situasi (Sekaran, 2006).
2. Jenis Penelitian
Untuk menguji keempat hipotesis dalam penelitian ini, digunakan
correlational study. Penelitian ini menguji ada tidaknya pengaruh sistem akuntansi
manajemen terhadap kinerja manajerial, dengan mempertimbangkan strategi
bisnis, ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan dan desentralisasi sebagai
faktor moderasi. Correlational study lebih tepat dilakukan daripada causal study,
karena dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menemukan variabel penting
yang berkaitan dengan masalah bukan menemukan penyebab dari suatu masalah
(Sekaran, 2006).
5. Tingkat Intervensi Peneliti terhadap Studi
lvi
Penelitian ini merupakan correlational study yang dilakukan pada
lingkungan alami suatu organisasi sehingga tingkat campur tangan peneliti minimal
dalam aliran kerja yang normal. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian
kuesioner oleh responden di tempat kerja masing-masing. Meskipun ada sejumlah
gangguan pada arus kerja normal dalam sistem saat peneliti menyebarkan
kuesioner di tempat kerja, intervensi peneliti adalah minimal jika dibandingkan
dengan yang disebabkan selama studi kausal (Sekaran, 2006).
6. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lingkungan alami yang sama dengan
lingkungan asli tempat responden bekerja secara normal. Penelitian ini merupakan
correlational study yang dilaksanakan pada field study (Sekaran, 2006).
7. Unit Analisis
Unit analisis berarti level agregasi data yang dikumpulkan selama tahap
analisis data dan seterusnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu,
karena data dikumpulkan dari masing-masing individu dan masing-masing jawaban
responden tersebut diperlakukan sebagai sebuah sumber data individual (Sekaran,
2006). General manager dan manajer tingkat menengah merupakan unit analisis
dalam penelitian ini.
8. Rentang Waktu
Cross-sectional study merupakan jenis penelitian yang datanya
dikumpulkan atau diperoleh hanya satu kali, bisa selama satu periode hari, minggu,
atau bulan, untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini termasuk dalam
cross-sectional study atau one-shot study karena peneliti hanya memberikan
kuesioner satu kali untuk setiap responden (Sekaran, 2006).
lvii
B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi adalah keseluruhan kelompok, peristiwa atau suatu ketertarikan yang
ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh top manager,
middle manager, dan low-level manager pada perusahaan manufaktur di kabupaten
Klaten. Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan mempelajari
sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan
terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah
general manager dan manajer tingkat menengah pada perusahaan manufaktur di
kabupaten Klaten.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling,
yang berarti informasi dikumpulkan dari anggota populasi yang dapat dengan mudah
ditemui untuk memberikan informasi tersebut. Alasan penggunaan metode ini adalah
waktu pengumpulan data yang lebih efisien, cepat, dan mudah karena peneliti tidak
harus memilih sampel dari populasi tertentu (Sekaran, 2006).
Alasan pemilihan perusahaan manufaktur dalam penelitian ini adalah karena
perusahaan manufaktur merupakan industri yang cukup unik dan memiliki kapasitas
pekerjaan yang rumit mulai dari proses produksi sampai barang jadi yang siap dijual. Hal
ini menyebabkan kecenderungan perusahaan membutuhkan informasi sistem akuntansi
manajemen yang cukup tinggi. Adapun pemilihan kabupaten Klaten dalam lokasi
penelitian adalah karena kabupaten Klaten paling banyak mempunyai perusahaan
industri baik sedang maupun besar di provinsi Jawa Tengah.
lviii
C. PENGUKURAN VARIABEL
1. Strategi Bisnis
Jauch dan Glueck dalam Ernawati, dkk (2005) memberikan pengertian
strategi bisnis yaitu suatu rencana terpadu tentang uraian produk, kegiatan, fungsi,
dan pasar yang saat ini dijalankan perusahaan untuk mencapai tujuan utama
perusahaan. Perusahaan yang tergolong dalam tipe strategi prospector adalah
perusahaan yang secara terus-menerus mencari peluang-peluang pasar baru
dengan berkompetisi melalui produk baru dan market development serta
bereksperimen dengan melakukan respon-respon potensial terhadap
kecenderungan lingkungan yang timbul. Strategi defender digunakan apabila
perusahaan beroperasi pada area produksi yang relatif stabil, produk yang
ditawarkan bersifat terbatas dibandingkan kompetitornya dan perusahaan jarang
melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam teknologi dan struktur atau metode
operasi perusahaan.
Variabel strategi bisnis merupakan dummy variable, yaitu variabel yang
mengambil nilai seperti 0 atau 1 untuk menggantikan nilai yang bersifat kualitatif
(Djarwanto, 2001). Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor nol (0) untuk
tipe strategi defender dan satu (1) untuk tipe strategi prospector.
2. Ketidakpastian Lingkungan yang Dipersepsikan
lix
Fitri dan Syam (2002) mendefinisikan ketidakpastian lingkungan sebagai
gambaran situasi di luar perusahaan yang mempengaruhi perilaku organisasi dalam
menjalankan aktivitasnya. Ketidakpastian lingkungan meliputi tindakan kompetitor,
teknologi, dan permintaan pasar. Variabel ketidakpastian lingkungan yang
dipersepsikan diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu skala Likert tujuh
(7) point untuk mewakili jawaban responden. Skala rendah menunjukkan persepsi
responden terhadap ketidakpastian lingkungan yang rendah (dapat diprediksi),
sebaliknya skala tinggi menunjukkan persepsi responden terhadap ketidakpastian
lingkungan yang tinggi (tidak dapat diprediksi).
3. Desentralisasi
Desentralisasi merupakan tingkat pendelegasian wewenang manajer dalam
pembuatan keputusan: pengembangan produk atau jasa baru, pengangkatan atau
pemberhentian karyawan, pemilihan investasi, alokasi anggaran, dan penentuan
harga jual. Instrumen yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Gordon dan
Narayanan dalam Noviyanti (2007), diukur dengan skala Likert 1 s.d. 7. Skala rendah
menunjukkan tingkat desentralisasi rendah, sebaliknya skala tinggi menunjukkan
tingkat desentralisasi yang tinggi.
4. Informasi Sistem Akuntansi Manajemen
Informasi sistem akuntansi manajemen terdiri dari empat karakteristik yaitu
broad scope, timeliness, agregasi, dan integrasi. Informasi sistem akuntansi
manajemen yang bersifat broad scope adalah informasi yang memperhatikan focus,
kuantifikasi, dan time horizon (Chenhall dan Morris, 1986). Focus merupakan
informasi yang berhubungan dengan informasi yang berasal dari dalam dan luar
organisasi (faktor ekonomi, teknologi, dan pasar). Kuantifikasi berhubungan dengan
lx
informasi finansial dan non-finansial, sedangkan time horizon berkaitan dengan
informasi pada masa lalu dan masa yang akan datang.
Informasi sistem akuntansi manajemen yang bersifat agregasi diukur
berdasarkan tersedia atau tidaknya informasi yang memiliki karakteristik agregasi
yaitu informasi yang lengkap dan ringkas. Timeliness diukur dari ketersediaan
informasi yang mempunyai karakteristik timeliness yaitu informasi terkini dan
interval waktu antara kebutuhan informasi dan ketersediaan informasi. Sedangkan
integrasi diukur berdasarkan tingkat ketersediaan informasi yang kompleks, detail,
dan informasi antar unit/bagian (Gul & Chia, 1994). Keempat sistem informasi
manajemen diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu skala Likert tujuh (7)
point. Interval yang digunakan mewakili jawaban responden mulai dari “tidak
penting” (1) sampai dengan “sangat penting” (7).
5. Kinerja Manajerial
Mahoney, dkk dalam Agbejule (2006) memberikan definisi kinerja
manajerial sebagai persepsi kinerja individual para manajer yang terdiri dari
delapan dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi,
pengaturan staff, negoisasi evaluasi, dan perwakilan. Variabel kinerja manajerial
diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu skala Likert tujuh (7) point.
Interval yang digunakan mewakili jawaban responden mulai dari “kinerja di bawah
rata-rata” (1) sampai dengan “kinerja di atas rata-rata” (7).
D. INSTRUMEN PENELITIAN
lxi
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang variabel-variabel yang diteliti untuk dijawab oleh responden.
1. Strategi Bisnis
Pendekatan self-typing digunakan untuk menilai strategi bisnis. Instrumen
yang digunakan adalah instrumen yang dikembangkan Chong dan Chong (1997).
Responden diminta untuk melakukan penilaian sendiri atas strategi bisnis
perusahaan tempat ia bekerja. Peneliti mengganti istilah defender menjadi tipe A
dan prospector manjadi tipe B dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden.
Pernyataan tipe strategi bisnis seperti di bawah ini.
Tipe A
Perusahaan tipe ini berusaha untuk beroperasi dan memelihara bidang
usaha yang aman dalam produk atau jasa yang relatif stabil. Perusahaan cenderung
untuk menawarkan jenis produk atau jasa yang lebih terbatas dibandingkan
dengan kompetitornya, dan berusaha untuk memproteksi domainnya dengan
menawarkan kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik, harga yang lebih
rendah dan lain-lain. Perusahaan bukan pelopor dalam pengembangan suatu
industri tetapi cenderung untuk mengabaikan perusahaan industri yang tidak
mempunyai pengaruh langsung dalam lingkup operasi dan konsentrasi perusahaan
saat ini. Perusahaan lebih senang melakukan yang terbaik dalam lingkup area yang
terbatas.
Tipe B
Perusahaan tipe ini beroperasi dalam domain pasar-produk yang luas dan
selalu ditinjau secara periodik. Perusahaan selalu ingin menjadi yang pertama
dalam produk dan area pasar baru, bahkan jika usaha ini tidak dapat memberikan
lxii
profitabilitas yang tinggi. Perusahaan merespon secara cepat sinyal awal dari suatu
peluang dan respon-respon tersebut sering mendorong dilakukannya tindakan-
tindakan kompetitif baru. Meskipun demikian perusahaan dalam tipe strategi ini
tidak menjaga kekuatan pasar dalam seluruh area yang dimasukinya.
2. Perceived Environmental Uncertainty
Variabel ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Chong dan Chong (1997). Instrumen ini terdiri
dari tujuh butir pertanyaan yang didesain untuk mengukur persepsi responden
mengenai predictability dan stability dalam berbagai aspek industri perusahaan
responden, diantaranya dalam bidang ekonomi, hukum, politik, teknologi, pesaing
pelanggan, dan lingkungan industri.
Daftar pertanyaan yang digunakan sebagai berikut:
a. Seberapa banyak produksi dan jasa baru yang telah dipasarkan dalam
perusahaan Anda selama lima tahun terakhir.
b. Seberapa stabil atau dinamis lingkungan eksternal (ekonomi dan
teknologi) yang dihadapi perusahaan Anda.
c. Bagaimana Anda mengklasifikasi aktivitas-aktivitas pasar para pesaing
Anda selama lima tahun terakhir.
d. Apakah selera dan preferensi para pelanggan Anda selama lima tahun
terakhir mejadi lebih mudah diprediksi.
e. Seberapa pesatkah perkembangan kendala hukum, politik, dan ekonomi
yang dihadapi perusahaan Anda selama lima tahun terakhir.
f. Seberapa seringkah penemuan-penemuan ilmiah muncul di perusahaan
Anda.
lxiii
3. Desentralisasi
Variabel desentralisasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh
Gordon dan Narayanan dalam Noviyanti (2007). Daftar pertanyaan terbagi menjadi
lima bagian yaitu:
a. Pertanyaan-pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa luas wewenang
didelegasikan kepada manajer senior untuk masing-masing kelompok
keputusan. Pertanyaan yang digunakan sebanyak lima butir dengan
respon berkisar antara satu sampai dengan tujuh yang menyatakan “tidak
ada pendelegasian” (1) dan “didelegasikan sepenuhnya” (7):
1) pengembangan produk atau jasa baru,
2) pengangkatan dan pemutusan hubungan kerja karyawan tingkat
pimpinan,
3) pemilihan investasi dalam jumlah besar,
4) pengalokasian anggaran,
5) penentuan harga jual.
b. Manakah yang paling menandai spesifikasi pelaksanaan tugas di
perusahaan. Pertanyaan yang digunakan diberi respon berkisar antara
satu sampai dengan tujuh yang menyatakan “tugas-tugas dispesifikasi
dengan kriteria kinerja yang jelas” (1) dan “tidak ada diskriminasi formal
mengenai tugas-tugas yang ada” (7).
c. Apakah perusahaan menerbitkan buku pedoman kerja, jika ya seberapa
kelengkapannya. Respon berkisar antara satu sampai dengan tujuh yang
menyatakan “penjelasan-penjelasan mengenai tugas dan hak yang
lxiv
diberikan kepada karyawan secara rinci” (1) dan “hanya prinsip-prinsip
secara garis besar, banyak pertanyaan yang tidak terjawab” (7).
d. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa besar keputusan operasional
dibuat yaitu pada “tingkat eksekutif senior” (1) sampai dengan “tingkat
manajerial yang lebih rendah” (7).
e. Gaya manajerial (cara pembuatan keputusan) para manajer senior di
perusahaan. Respon yang diberikan berkisar antara satu sampai dengan
tujuh yang menyatakan “diharapkan mengikuti suatu gaya yang seragam”
(1) sampai dengan “dimungkinkan bervariasi dari informal sampai sangat
formal” (7).
4. Informasi Sistem Akuntansi Manajemen
Informasi sistem akuntansi manajemen terdiri dari empat karakteristik yaitu
broad scope, timeliness, agregasi, dan integrasi. Masing-masing dari karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen dijelaskan di bawah ini.
a. Informasi broad Scope sistem akuntansi manajemen. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur informasi broad scope sistem akuntansi
manajemen adalah instrumen yang dikembangkan oleh Chenhall dan
Morris (1986), yang digunakan untuk mengukur persepsi informasi yang
bermanfaat bagi para manajer. Ukuran kemanfaatan karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen tidak memberikan hubungan
antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja. Alasan yang mendasari
hal ini adalah bahwa persepsi terhadap informasi yang bermanfaat dari
akuntansi manajemen, belum tentu menjamin bahwa informasi tersebut
ada atau tersedia dalam perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini
lxv
memakai ukuran persepsi responden dalam mengakui ketersediaan
informasi dari sistem akuntansi manajemen. Instrumen informasi broad
scope sistem akuntansi manajemen berupa lima butir pertanyaan dengan
respon berkisar satu sampai tujuh yang menyatakan “tidak penting” dan
“sangat penting”. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) informasi yang berhubungan dengan kejadian di masa yang akan datang
(jika informasi masa lalu lebih berguna untuk keperluan Anda, pilihlah
skala yang paling rendah),
2) informasi non ekonomis, misalnya selera pelanggan, sikap karyawan,
relasi kerja, sikap pemerintah, dan lembaga konsumen serta ancaman
pesaing,
3) informasi faktor-faktor eksternal perusahaan, seperti kondisi ekonomi,
perumbuhan penduduk, perkembangan teknologi,
4) informasi non finansial yang berkaitan dengan bidang produksi dan pasar.
b. Informasi timeliness sistem akuntansi manajemen. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur informasi timeliness diadaptasi dari Chenhall
& Morris (1986). Instrumen terdiri dari empat pertanyaan yang
menyatakan “tidak penting” dan “sangat penting” dengan respon antara
satu sampai dengan tujuh. Daftar pertanyaan yang digunakan yaitu:
1) informasi yang diminta dapat disediakan secara cepat setelah diminta,
2) informasi disediakan kepada Anda secara otomatis setelah diterima
sistem informasi atau setelah proses selesai,
lxvi
3) tidak ada penundaan antara terjadinya peristiwa dan informasi relevan
yang sedang dilaporkan pada Anda,
4) laporan disediakan secara sistematik dan berulang-ulang.
c. Informasi agregasi sistem akuntansi manajemen. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur informasi agregasi diadaptasi dari penelitian
yang dilakukan oleh Chenhall & Morris (1986). Instrumen terdiri dari
tiga pertanyaan yang menyatakan “tidak penting” dan “sangat penting”
dengan skala Likert satu sampai tujuh. Daftar pertanyaan yang digunakan
yaitu:
1) informasi dalam suatu bentuk yang memungkinkan untuk dilakukan
analisis,
2) informasi menyebabkan suatu peristiwa dari periode yang khusus,
3) informasi dalam format yang sesuai sebagai input dari model
keputusan (misalnya analisis diskonto arus kas, atau analisis
marjinal).
d. Informasi integrasi sistem akuntansi manajemen. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur informasi integrasi diadaptasi dari Chenhall
& Morris (1986). Instrumen terdiri dari empat pertanyaan yang
menyatakan “tidak penting” dan “sangat penting”. Daftar pertanyaan
yang digunakan yaitu:
1) informasi biaya dan harga dari departemen unit bisnis Anda,
2) keberadaan target yang tepat untuk setiap aktivitas dilaporkan di
dalam semua bagian dalam departemen Anda,
lxvii
3) informasi yang berhubungan dengan akibat keputusan departemen
Anda yang berpengaruh terhadap kinerja departemen lain,
4) informasi akibat dari keputusan seluruh unit bisnis Anda dan
pengaruh dari keputusan individu lainnya di area tanggung jawab
Anda.
5. Kinerja Manajerial
Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Mahoney, Jerdee dan Carroll (Ernawati, dkk, 2005). Instrumen
ini merupakan instrumen self-rating yang terdiri dari delapan dimensi kinerja
personil dan satu dimensi kinerja secara menyeluruh. Kritik terhadap penggunaan
instrumen self-rating yaitu responden cenderung memberi nilai yang melebihi skor
yang sebenarnya (leniency bias) dibandingkan dengan pengukuran kinerja bawahan
yang dilakukan oleh atasan atau model superior-rating. Instrumen self-rating tetap
dipakai dalam penelitian ini karena beberapa alasan sebagai berikut:
a. self-rating digunakan untuk menghindari kemungkinan pengukuran
kinerja yang tidak representatif (Heneman dalam Ernawati, dkk, 2005),
karena jika digunakan superior-rating ada kemungkinan para supervisor
kurang memahami kondisi yang sebenarnya,
b. self-rating digunakan untuk mencegah kecenderungan mengevaluasi
kinerja manajerial secara global atau berdasarkan dimensi tunggal
(Brownee dalam Muslichah, 2002),
c. self-rating menyediakan delapan subdimensi kinerja manajerial dan
dimensi ke sembilan adalah rating keseluruhan kinerja. Ini adalah jumlah
yang masuk akal untuk penilaian kinerja (Chia dalam Muslichah, 2002).
lxviii
Landy dan Farr (Muslichah, 2002) menyatakan bahwa terlalu banyak
dimensi akan menyebabkan efisiensi penilaian kinerja menurun.
d. self-rating telah banyak digunakan dalam studi akuntansi manajemen
(Gul, 1991; Gul dan Chia, 1994; Rustiana, 2002; Fitri dan Syam, 2002;
Muslichah, 2002).
Pertanyaan yang digunakan sebanyak sembilan butir dengan respon
berkisar antara satu sampai dengan tujuh yang menyatakan “kinerja di bawah rata-
rata” (1) dan “kinerja di atas rata-rata” (7). Daftar pertanyaan seperti di bawah ini:
a. mempertahankan angkatan kerja pada divisi Anda,
b. menentukan tujuan, kebijakan dan perencanaan kegiatan seperti
penjadwalan kerja, penyusunan anggaran dan penyusunan program,
c. mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan Anda,
d. mempromosikan tujuan umum perusahaan Anda,
e. mengumpulkan dan menyiapkan informasi, yang biasanya berbentuk
catatan, laporan, dan rekening,
f. tukar-menukar informasi dengan pihak lain (di luar bawahan Anda)
dalam organisasi untuk mengkoordinasi dan menyesuaikan program-
program,
g. melakukan pembelian, penjualan, atau melakukan kontrak untuk barang
dan jasa,
h. mengevaluasi dan menilai kerja, laporan kinerja, maupun kinerja yang
diamati,
i. bagaimana Anda mengevaluasi kinerja Anda secara keseluruhan.
lxix
E. SUMBER DATA
Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
responden (Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan data primer yang respondennya
adalah para general manager dan manajer tingkat menengah pada perusahaan
manufaktur yang terdapat di kabupaten Klaten. Sampel penelitian diambil dengan
metode convenience sampling. Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari penelusuran melalui internet.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Data bisa dikumpulkan dalam berbagai cara, dengan setting yang berbeda dan
dari sumber yang berbeda pula. Metode pengumpulan data meliputi wawancara
(interviews), kuesioner (questionnaire), observasi dan berbagai motivational techniques
lainnya (Sekaran, 2006). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan tertulis yang telah
dirumuskan sebelumnya untuk mencatat jawaban responden. Kuesioner merupakan
mekanisme pengumpulan data yang efisien, ketika peneliti mengetahui secara pasti apa
yang diinginkan dan bagaimana mengukur variabel penelitian. Kuesioner bisa dibagikan
secara pribadi kepada responden (personally administered questionnaires) atau
dikirimkan lewat surat (mail questionnaires) atau dibagikan secara elektronik (Sekaran,
2006).
lxx
Penelitian ini menggunakan personally administered questionnaires dengan tipe
pertanyaan berupa close question yang meminta responden untuk memilih salah satu
jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda silang atau melingkari pada
option jawaban yang dipilih. Close question membantu responden membuat keputusan
secara cepat untuk memilih diantara beberapa alternatif jawaban yang telah ada. Selain
closed question, kuesioner juga memuat data klasifikasi atau yang dikenal dengan
informasi personal atau pertanyaan demografis, yang berisi informasi seperti usia, jenis
kelamin, level pendidikan, dan lama bekerja.
G. METODE ANALISIS DATA
Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan berbagai
pengujian statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk menguji hipotesis tetapi
juga untuk pengujian statistik lainnya.
1. Uji Validitas
Pengujian terhadap validitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa
pengukuran yang digunakan benar-benar mengukur konsep yang akan diukur
(Sekaran, 2006). Validitas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah construct
validity. Construct validity ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang diperoleh pada
masing-masing item pertanyaan (skor butir) dengan skor totalnya. Koefisien
korelasi antar item (skor butir) dan skor totalnya merupakan indeks validitas item
(skor butir), dengan koefisien yang relatif tinggi menunjukkan bahwa alat ukur yang
digunakan dapat dikatakan valid. Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson’s
Product Moment.
lxxi
2. Uji Reliabilitas
Reliabiltas pengukuran menunjukkan tingkat kebebasan pengukuran dari
bias atau kesalahan (Sekaran, 2006). Reliabilitas pengukuran menunjukkan
stabilitas dan konsistensi instrumen pengukuran dalam mengukur konsep.
Pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah interitem
consistency reliability (reliabilitas konsistensi antar item). Tes ini dilakukan untuk
menguji konsistensi jawaban responden terhadap semua item pertanyaan dalam
suatu pengukuran (Sekaran, 2006). Cara yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah
dengan menghitung Cronbach’s coefficient alpha.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan statistik induktif
yang seharusnya digunakan, yaitu statistik parametrik atau non-
parametrik. Uji parametrik hanya bisa dilakukan jika populasi data
berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah nilai dua sampel yang diamati terdistribusi secara normal.
Kriteria pengujian dengan pengujian dua arah (two-tailed test) yaitu
dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf
signifikansi (α) 0,05. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai
signifikansi (Sig hitung) > 0,05 (Ghozali, 2006).
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
lxxii
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan satu
ke pengamatan lainnya tetap, maka tidak terjadi heterokedastisitas, atau
terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2006).
Metode yang digunakan untuk menguji heterokedastisitas adalah
dengan membuat grafik plot. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi di antara anggota-
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu (Sumodiningrat dalam Ernawati, dkk, 2005). Menurut Ghozali
(2006), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mengetahui hal tersebut, dapat digunakan uji Run Test.
Run test merupakan bagian dari statistik nonparametrik yang dapat
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan
lxxiii
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau sistematis
(Ghozali, 2006).
d. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2006) mendefinisikan multikolinearitas sebagai suatu
situasi adanya korelasi variabel-variabel independen diantara satu dan
yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkolerasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel independen yang
bersifat ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi di
antara semuanya sama dengan nol. Jika terdapat korelasi yang sempurna
di antara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi
diantara sesama variabel independen sama dengan satu, maka
konsekuensinya adalah sebagai berikut :
1) koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan,
2) nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel independen dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel
independen lainnya.Nilai cutoff untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai
VIF > 10 (Ghozali, 2006).
4. Uji Hipotesis
lxxiv
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan multiple regression
analysis, karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen yaitu
informasi sistem akuntansi manajemen (SAM), strategi bisnis (SB) dan
ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan (PEU). Variabel strategi bisnis
dan ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan dalam penelitian ini
difungsikan sebagai variabel moderator, yaitu variabel independen yang
menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
Persamaan regresi yang digunakan diambil dari model regresi
berganda yang digunakan oleh Pedhazur dalam Agbejule (2005). Hipotesis
satu diuji dengan menggunakan persamaan (1), yaitu :
Y = a + b1.X1 + e.....................................................................................(1)
Y = kinerja manajerial (KM),
a = konstanta,
b1 = koefisien regresi,
X1 = gabungan pengukuran informasi sistem akuntansi manajemen
(SAM),
e = residual error.
Adapun hipotesis dua, tiga, dan empat dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan persamaan regresi, yaitu :
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4. X4 + b5.X1.X2 + b6.X1.X3 + b7.X1.X4 +
e........................................................................................................(2)
Y = kinerja manajerial (KM),
a = konstanta,
lxxv
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 = koefisien regresi,
X1 = gabungan pengukuran informasi sistem akuntansi manajemen
(SAM),
X2 = strategi bisnis (SB),
X3 = ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan (PEU),
X4 = desentralisasi,
X1.X2 = interaksi antara SAM dan SB (SAM_SB),
X1.X3 = interaksi antara SAM dan PEU (SAM_PEU),
X1.X4 = interaksi antara SAM dan desentralisasi (SAM_DES),
e = residual error.
Pendekatan kontijensi digunakan untuk menerangkan bahwa kinerja
manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara variabel independen (informasi
sistem akuntansi manajemen) dengan tiga variabel moderator (strategi bisnis,
ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan desentralisasi). Variabel
moderator ditunjukkan dengan adanya variabel perkalian antara X1.X2,X1.X3,
dan X1.X4. Fokus utama dari persamaan regresi (2) terletak pada signifikansi
dari indeks koefisien interaksi. Jika b5, b6, dan b7 signifikan, maka interaksi
antara informasi sistem akuntansi manajemen dengan strategi bisnis,
ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan desentralisasi dapat
mempengaruhi kinerja manajerial. Sebaliknya, jika b5, b6, dan b7 tidak
signifikan, maka interaksi antara informasi sistem akuntansi manajemen
dengan strategi bisnis, ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan, dan
desentralisasi tidak mempengaruhi kinerja manajerial. Semua teknik analisis
lxxvi
data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 15.00 for Windows.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI RESPONDEN
Responden dalam penelitian ini adalah general manager dan manajer tingkat
menengah yang bekerja pada perusahaan manufaktur di kabupaten Klaten. Dalam
penelitian ini, peneliti tidak menggunakan dasar kriteria tertentu terhadap pemilihan
lxxvii
perusahaan manufaktur sebagai sampel seperti ukuran perusahaan baik dilihat dari
jumlah karyawan atau total assets perusahaan dan bentuk badan usaha atau apakah
perusahaan tersebut telah menggunakan sistem akuntansi manajemen atau belum.
Peneliti mendatangi perusahaan-perusahaan manufaktur untuk membagikan kuesioner.
Pendistribusian kuesioner memakan waktu kurang lebih selama empat minggu, mulai
dari minggu pertama sampai dengan minggu terakhir bulan April 2010. Pada akhirnya
ada 60 kuesioner yang bisa dianalisis dalam penelitian ini. Distribusi kuesioner dijelaskan
dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 60 kuesioner yang dibagikan, dari ke-60
kuesioner tersebut dapat kembali dan bisa dianalisis. Sampel dalam penelitian ini juga
relatif representatif. Roscoe (Sekaran, 2006) menyatakan bahwa untuk kebanyakan
penelitian, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500,
dan jika menyangkut multivariate research (termasuk analisis regresi berganda), jumlah
sampel harus beberapa kali (10 kali atau lebih) dari jumlah variabel. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel,
sehingga sampel penelitian ini sudah cukup baik karena lebih dari 30 dan 12 kali lebih
banyak dari jumlah variabel penelitian.
Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner
No Nama Perusahaan Kuesioner yang Dibagi
Kuesioner yang Kembali
Persentase
1 PT Percetakan Lamtari 1 1 100
2 CV Manunggal Baja Sejahtera 1 1 100
lxxviii
3 PT Mitra Rekatama Mandiri 2 2 100
4 CV Ragil Putra 1 1 100
5 CV Widodo 1 1 100
6 CV Tri Dodo Jaya 1 1 100
7 CV Fatma Karya Indah 1 1 100
8 CV Jayawarsa Putra 1 1 100
9 CV Ocabawes 1 1 100
10 CV Tunas Aneka Logam 1 1 100
11 CV Empu Supo 1 1 100
12 PT Kusuma Nanda Putra 3 3 100
13 PT Singer 1 1 100
14 CV Roda Mas 1 1 100
15 PT Reka Cipta Teknikdo Perkasa 1 1 100
16 CV Teknik Utama 1 1 100
17 CV Sumber Baja Perkasa 6 6 100
18 CV Kembar Jaya 6 6 100
19 CV Putra Kembar Jaya 6 6 100
20 PT Baja Mulya 1 1 100
21 PT Baja Makmur 1 1 100
22 CV Percetakan Santosa 1 1 100
23 CV Ridho Teknik 1 1 100
24 CV Sumber Logam 1 1 100
25 CV Bares 1 1 100
26 PT Aneka Teknik Utama 1 1 100
27 CV Bima Sakti 1 1 100
28 PT Percetakan Agung Nugraha 6 6 100
lxxix
29 CV Indra Daya Sakti 1 1 100
30 PT Aneka Tunggal Utama 6 6 100
31 CV HN Putra 1 1 100
32 PT Rapi Roof 1 1 100
Total 60 60 100
Sumber : data primer yang diolah
Selain data-data untuk analisis hipotesis, peneliti juga mengumpulkan data
pribadi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja. Deskripsi
responden berdasarkan kriteria usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama bekerja akan
dijelaskan di bawah ini.
1. Usia
Sebagian besar responden berusia di bawah 31 tahun. Hal ini bisa dilihat
pada tabel 4.2 tentang distribusi usia responden. Dua puluh tiga orang responden
(38,3 %) berusia di bawah 31 tahun, 19 orang (31,7%) berusia antara 31 – 40 tahun,
13 orang (21,7%) berusia 41 - 50 tahun, dan sisanya (8,33%) berusia lebih dari 50
tahun.
Tabel 4.2
Distribusi Usia Responden
Usia Jumlah Persentase
Di bawah 31 tahun 23 38,3 %
31 – 40 tahun 19 31,7 %
41 -50 tahun 13 21,7 %
Diatas 50 tahun 5 8,33 %
lxxx
Total 60 100 %
Sumber : data primer yang diolah
Usia responden yang sebagian besar di bawah tahun mungkin
disebabkan jabatan sebagai general manager dan manajer tingkat menengah
membutuhkan produktivitas dan profesionalitas kerja yang tinggi, yang pada
umumnya dimiliki oleh orang-orang berusia produktif.
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.3 menunjukkan distribusi jenis kelamin responden. Sebagian besar
responden adalah pria (76,67 %). Hal ini bisa diartikan bahwa pekerjaan (posisi)
sebagai general manager dan manajer tingkat menengah didominasi oleh pria
(male-typed occupation).
Tabel 4.3
Distribusi Jenis Kelamin Responden
Sumber : data primer yang diolah
3. Pendidikan
Gender Jumlah Persentase
Pria 46 76,67 %
Wanita 14 23,33 %
Total 60 100 %
lxxxi
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa posisi sebagai general manager dan manajer
tingkat menengah sebagian besar dipegang oleh orang-orang yang mempunyai
latar belakang pendidikan S-1 (sarjana). Hal ini menunjukkan bahwa posisi manajer
membutuhkan intelektualitas yang cukup tinggi. Manajer dengan latar belakang
pendidikan SLTA, hanya didapati pada responden yang mempunyai masa kerja
relatif tinggi, yaitu sekitar 8 – 10 tahun. Hal ini bisa diartikan bahwa meskipun latar
belakang pendidikannya tidak begitu tinggi, responden bisa menjabat posisi sebagai
manajer karena pengalaman kerja yang lama.
Tabel 4.4
Distribusi Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
SLTA 24 40 %
Diploma 10 16,67 %
S-1 25 41,67 %
S-2 1 1,667 %
Total 60 100 %
Sumber : data primer yang diolah
4. Masa Kerja
Data mengenai masa kerja responden bisa dilihat pada tabel 4.5. Dua puluh
tiga orang responden (38,33 %) telah menjabat posisi manajer selama 1 -3 tahun,
20 orang lebih dari 9 tahun (33,33 %), 14 orang (23,33 %) selama 4 – 6 tahun, dan
tiga orang sisanya bekerja selama 7 - 9 tahun (5 %).
Tabel 4.5
lxxxii
Distribusi Masa Kerja Responden
Masa Kerja Jumlah Persentase
1 – 3 tahun 23 38,33 %
4 – 6 tahun 14 23,33 %
7 – 9 tahun 3 5 %
Lebih dari 9 tahun 20 33,33 %
Total 60 100 %
Sumber : data primer yang diolah
Selain data pribadi responden, peneliti juga melakukan tabulasi data
yang berkaitan dengan variabel penelitian. Statistik deskriptif untuk masing-masing
variabel penelitian ditunjukkan oleh tabel 4.6.
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Variabel Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Rata-rata Deviasi Standar
SB 0-1 0-1 0,50 0,504
PEU 6-42 19-42 32,7833 3,74207
DES 9-63 39-58 46,5667 3,70234
SAM 16-112 58-98 80,7000 8,30826
KM 9-63 30-63 43,2667 5,02154
Sumber : data primer yang diolah
B. UJI VALIDITAS
lxxxiii
Penelitian ini menggunakan lima variabel, yaitu informasi sistem akuntansi
manajemen (SAM) yang terdiri dari empat karakteristik yang bersifat broad scope,
timeliness, aggregated, dan integrated. Broad scope, timeliness, dan integrated masing-
masing terdiri dari empat item pertanyaan, integrated terdiri dari tiga item pertanyaan,
kinerja manajerial (KM) terdiri dari sembilan item pertanyaan, strategi bisnis (SB) hanya
satu item pertanyaan, perceived environmental uncertainty (PEU) yang terdiri dari enam
item pertanyaan, dan desentralisasi (DES) terdiri dari sembilan item pertanyaan. Peneliti
tidak melakukan uji coba sebelumnya untuk menguji validitas dan reliabilitas
pengukuran. Oleh karena itu, pengujian dilakukan setelah kuesioner diisi oleh
responden. Apabila terdapat item yang tidak valid, maka item tersebut tidak digunakan
untuk analisis selanjutnya.
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
benar-benar mengukur konsep yang seharusnya diukur (Sekaran, 2006). Metode yang
digunakan adalah item to total correlation dengan Pearson’s Product Moment
Correlation. Suatu item pertanyaan dinyatakan valid jika nilai probabilitas kurang dari
0,05.
Tabel 4.7 memperlihatkan hasil uji validitas variabel perceived environmental
uncertainty (PEU) yang menunjukkan bahwa semua item pertanyaan valid. Tabel 4.8
menunjukkan bahwa uji validitas terhadap semua item pertanyaan variabel
desentralisasi adalah valid. Tabel 4.9 menjelaskan hasil uji validitas variabel informasi
sistem akuntansi manajemen bahwa semua item pertanyaan keempat elemen informasi
sistem akuntansi manajemen valid, sehingga semua item pertanyaan bisa digunakan
untuk analisis selanjutnya. Uji validitas variabel kinerja manajerial (KM) juga
menunjukkan bahwa semua item pertanyaan valid yang ditunjukkan pada tabel 4.10.
lxxxiv
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel PEU
Item No Probabilitas r Keterangan
1 0,000 0,763** Valid
2 0,000 0,705** Valid
3 0,000 0,596** Valid
4 0,000 0,586** Valid
5 0,000 0,666** Valid
6 0,000 0,602** Valid
** : signifikan pada level 0,01 (2-tailed)
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel DES
Item No Probabilitas r Keterangan
1 0,000 0,485** Valid
2 0,000 0,491** Valid
3 0,000 0,597** Valid
lxxxv
4 0,000 0,558** Valid
5 0,000 0,622** Valid
6 0,000 0,618** Valid
7 0,000 0,522** Valid
8 0,000 0,757** Valid
9 0,001 0,404** Valid
** : signifikan pada level 0,01 (2-tailed)
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel SAM
Item No Probabilitas r Keterangan
lxxxvi
Broad scope 1 0,001 0,428** Valid
2 0,000 0,289** Valid
3 0,000 0,569** Valid
4a 0,000 0,484** Valid
4b 0,000 0,612** Valid
Timeliness 5 0,000 0,463** Valid
6 0,000 0,625** Valid
7 0,000 0,610** Valid
8 0,000 0,623** Valid
Agregasi 9 0,000 0,589** Valid
10 0,000 0,659** Valid
11 0,000 0,594** Valid
Integrasi 12 0,000 0,615** Valid
13 0,000 0,539** Valid
14 0,000 0,465** Valid
15 0,026 0,287** Valid
** : signifikan pada level 0,01 (2-tailed)
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel KM
Item No Probabilitas r Keterangan
1 0,000 0,669** Valid
2 0,000 0,517** Valid
3 0,000 0,477** Valid
lxxxvii
4 0,000 0,459** Valid
5 0,000 0,651** Valid
6 0,000 0,725** Valid
7 0,000 0,773** Valid
8 0,000 0,658** Valid
9 0,000 0,732** Valid
** : signifikan pada level 0,01 (2-tailed)
Sumber : data primer yang diolah
Uji validitas tidak dilakukan pada variabel strategi bisnis (SB) karena variabel ini
hanya terdiri dari satu item pertanyaan, sehingga tidak bisa dicari koefisien korelasinya
antara skor item pertanyaan dengan skor total pertanyaan.
C. UJI RELIABILITAS
Uji reliabilitas dilakukan setelah semua variabel diuji validitasnya. Uji reliabilitas
hanya dilakukan pada item pertanyaan yang valid. Semua item pertanyaan untuk tiap
variabel, kecuali strategi bisnis, dalam penelitian ini adalah valid, maka uji reliabilitas
dilakukan untuk semua item pertanyaan. Uji reliabilitas tidak dilakukan pada variabel
strategi bisnis karena variabel ini tidak memerlukan uji validitas.
Reliabilitas pengukuran menunjukkan tingkat kebebasan pengukuran dari bias
atau kesalahan (Sekaran, 2006) yang pada akhirnya akan menunjukkan stabilitas dan
konsistensi instrumen pengukuran dalam mengukur konsep. Pengujian reliabilitas yang
dilakukan adalah inter-item consistency reliability (reliabilitas konsistensi antar-item)
lxxxviii
dengan cara menghitung Cronbach’s coefficient alpha. Jika Cronbach’s alpha semakin
dekat dengan angka satu, maka reliabilitas variabel akan semakin tinggi pula (Sekaran,
2000). Variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6 (Nunnally
dalam Ghozali, 2006). Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Item Cronbach’s alpha Keterangan
PEU 6 0,726 Reliabel
DES 9 0,710 Reliabel
SAM 16 0,821 Reliabel
KM 9 0,785 Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
D. UJI ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik adalah uji yang harus dipenuhi untuk melakukan prosedur
pengujian data yang memakai regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Hasil uji asumsi klasik dan
prosedur yang dilakukan dijelaskan seperti di bawah ini.
1. Uji Normalitas
lxxxix
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai sampel yang
diamati terdistribusi secara normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk uji
normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov. Menurut Ghozali (2006), dalam menguji
normalitas dicari nilai unstandardized residual untuk masing-masing regresi,
kemudian baru diuji menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai sig.
hitung lebih dari 0,05 maka variabel yang bersangkutan berdistribusi normal. Hasil
uji normalitas dijelaskan pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
Sig. (2-tailed) Keterangan
Regresi sederhana 0,646 Normal
Regresi berganda 0,598 Normal
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua regresi berdistribusi normal karena
nilai signifikansi lebih dari 0,05.
2. Uji Heterokedastisitas
Penelitian yang menggunakan analisis regresi, mengharapkan hasil
pengamatan yang homokedastisitas, yang berarti terjadinya faktor gangguan masih
dalam batas normal. Penyimpangan dari asumsi ini adalah heterokedastisitas. Oleh
karena itu dalam analisis regresi harus dilakukan pengujian untuk mengetahui ada
tidaknya gejala heterokedastisitas.
Metode yang dipakai untuk melakukan uji heterokedastisitas adalah
metode scatterplot. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
xc
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola
tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah
terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2006).
Uji heterokedastisitas dilakukan terhadap semua regresi yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan dua buah regresi, yaitu satu regresi sederhana dan satu
regresi berganda, dengan demikian uji heterokedastisitas juga ada dua uji. Gambar
di bawah ini menunjukkan hasil uji heterokedastisitas untuk semua regresi yang
dilakukan. Dari kedua gambar scatterplot di bawah ini, mengindikasikan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokedastisitas Regresi Sederhana
xci
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2-3
Regr
essi
on
Stud
entiz
ed
Resi
dual
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: TOTALKM
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Regresi Berganda
Regression Standardized Predicted Value420-2
Re
gre
ss
ion
Stu
de
ntiz
ed
R
es
idu
al
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: TOTALKM
xcii
3. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi di antara
variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan run test
dengan cara membentuk suatu variabel residual terlebih dahulu. Varibel tersebut
diuji dengan run test apabila hasilnya tidak signifikan tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 4.13
Hasil Uji Autokorelasi Regresi Sederhana (Hipotesis 1)
Unstandardized residual
Test avalue
Cases < Test value
Cases >= Test value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,53858
30
30
60
35
1,042
0,298
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.14
Hasil Uji Autokorelasi Regresi Berganda (Hipotesis 2,3, dan 4)
xciii
Unstandardized residual
Test avalue
Cases < Test value
Cases >= Test value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,25016
30
30
60
26
-1,302
.193
Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai run test regresi sederhana sebesar
0,53858 dan untuk regresi berganda sebesar 0,25016 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,298 dan 0,193 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua model regresi tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak ada masalah multikolinearitas,
yaitu adanya korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2006). Uji
multikolinearitas hanya dilakukan pada regresi berganda, karena mempunyai
jumlah variabel independen yang lebih dari satu. Uji multikolinearitas tidak
dilakukan pada regresi sederhana karena dalam model regresi ini, hanya ada satu
variabel independen dan satu variabel dependen. Hasil uji multikolinearitas
ditunjukkan pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolinearitas
xciv
Variabel Tolerance VIF Keterangan
SAM 0,007 134,326 Multikolinear
SB 0,007 147,215 Multikolinear
PEU 0,008 128,134 Multikolinear
DES 0,013 75,797 Multikolinear
SAM_SB 0,007 151,462 Multikolinear
SAM_PEU 0,003 312,650 Multikolinear
SAM_DES 0,003 326,237 Multikolinear
Sumber : data primer yang diolah
Hasil perhitungan nilai tolerance dalam regresi berganda menunjukkan
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yang
berarti ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan hasil yang sama, tidak ada satu variabel independen
yang memiliki nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi
multikolinearitas antar variabel independen.
Karena penelitian ini menggunakan variabel moderasi yaitu terdapat
interaksi antara variabel independen (SAM) dan variabel moderasi (SB, PEU, dan
DES) maka terjadi multikolinearitas. Menurut Hartman dan Moers dalam Jogiyanto
(2004), multikolinearitas tidak menjadi suatu masalah karena koefisien dari
interaksi variabel independen dan variabel moderasi tidak sensitif terhadap
perubahan dari titik awal skala (misalnya ditransformasikan untuk ditengahkan
berdasarkan nilai mean) dari variabel independen dan variabel moderasi sehingga
multikolinearitas tidak menjadi masalah ketika menerapkan analisis regresi
moderasian. Bila dilakukan transformasi nilai variabel independen dan moderasi
untuk menghilangkan korelasinya untuk menghindari multikolinearitas, tidak
xcv
mempengaruhi nilai koefisien dan statistik t dari bentuk interaksinya, sehingga
transformasi linier tidak dibutuhkan dan multikolinearitas sebenarnya tidak terjadi
baik dilakukan transformasi linier atau tidak.
E. UJI HIPOTESIS
Penelitian ini menggunakan pendekatan kontijensi, sehingga fokus perhatian
adalah variabel interaksi antara keempat informasi sistem akuntansi manajemen (SAM)
dengan strategi bisnis (SB), keempat informasi sistem akuntansi manajemen (SAM)
dengan perceived environmental uncertainty (PEU), dan keempat informasi sistem
akuntansi manajemen (SAM) dengan desentralisasi (DES).
1. Pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial
Peneliti melakukan regresi sederhana, yaitu regresi antara (SAM) sebagai
variabel independen dengan (KM) sebagai variabel dependen untuk mengetahui
pengaruh (SAM) terhadap (KM) tanpa adanya variabel moderator. Hasil regresi
sederhana ditunjukkan oleh tabel 4.15.
Tabel 4.16
Hasil Regresi Sederhana (Hipotesis 1)
Variabel B Kesalahan
Standar
t hit. Prob.
(sig. t)
Konstanta 4,254 3,864 1,101 0,275
SAM 0,483 0,048 10,149 0,000
N = 60 F hit = 102,997
xcvi
Adj. R2 = 0,634 Sig. F = 0,033
Sumber : data primer yang diolah
Hasil analisis regresi sederhana antara SAM dengan KM menunjukkan
bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial (F =
102,997 dengan Sig. 0,033). Nilai adjusted R2 menunjukkan bahwa 63,4% variansi
kinerja manajerial disebabkan oleh informasi sistem akuntansi manajemen.
2. Pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial
dengan strategi bisnis, Perceived Environmental Uncertainty (PEU), dan
desentralisasi sebagai variabel moderator
Peneliti melakukan Multiple Regression Analysis (MRA), yaitu regresi antara
(SAM) sebagai variabel independen dengan (KM) sebagai variabel dependen untuk
mengetahui pengaruh (SAM) terhadap (KM) dengan variabel moderator strategi
bisnis (SB), Perceived Environmental Uncertainty (PEU), dan desentralisasi (DES).
Hasil regresi ditunjukkan oleh tabel 4.16. Model regresi berganda bisa digunakan
untuk memprediksi kinerja manajerial karena mempunyai nilai Sig. F kurang dari
0,05 (0,000). Adjusted R2 sebesar 0,784 berarti 78,4% variansi kinerja manajerial
disebabkan oleh tujuh variabel dependen, yaitu SAM, SB, PEU, DES, SAM_SB,
SAM_PEU dan SAM_DES.
Tabel 4.17
Hasil Uji Hipotesis 2, 3, dan 4
Variabel B Kesalahan Standar
t hit. Prob.
(sig. t)
xcvii
Konstanta 125,569 35,045 3,583 0,001
SAM -1,299 0,423 -3,068 0,003
SB 16,262 7,305 2,226 0,030
PEU -1,526 0,918 -1,662 0,102
DES -1,434 0,714 -2,009 0,050
SAM_SB -0,198 0,090 -2,208 0,032
SAM_PEU 0,024 0,012 2,065 0,044
SAM_DES 0,020 0,009 2,239 0,029
N = 60
Adj. R2 = 0,784
F. hit = 31,662
Sig. F = 0,000
Sumber : data primer yang diolah
a. Hipotesis 2 (pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap
kinerja manajerial dengan strategi bisnis sebagai variabel moderator)
Data yang digunakan dalam hipotesis dua tidak semuanya
berbentuk skala interval, tetapi ada variabel SB yang berbentuk skala
nominal (dummy variable). Menurut Ghozali (2006) dummy variable terdiri
dari dua kelompok yaitu excluded group (yang diberi nilai dummy 0) dan
included group (yang diberi nilai dummy 1). Sesuai dengan hal ini, maka tipe
defender merupakan excluded group dan tipe prospector merupakan
included group.
Hasil dari regresi ini ditunjukkan pada tabel 4.16. Nilai signifikansi t
(0,032) untuk variabel SAM_SB dalam regresi berganda di atas terbukti
signifikan karena nilainya kurang dari 0,05. Regresi berganda yang
dilakukan menghasilkan koefisien interaksi (SAM_SB) sebesar -0,198. Nilai
interaksi negatif tersebut bisa menunjukkan bahwa sistem akuntansi
xcviii
manajemen (SAM) lebih berguna (lebih menunjukkan hasil) pada
perusahaan defender daripada perusahaan prospector. Hal ini tidak
memberikan dukungan kepada penelitian Ernawati, dkk (2005), dan
Desmiyawati (2004), namun konsisten dengan penelitian Faisal (2006) dan
Muslichah (2003).
Gagalnya penelitian ini mendukung hipotesis dua kemungkinan
disebabkan beberapa hal. Pertama, manajer dalam melakukan analisis
tidak mempertimbangkan strategi yang diterapkan perusahaan, karena
manajer tidak terlibat langsung dalam memformulasikan strategi
perusahaan. Kedua, kemungkinan disebabkan oleh strategi yang
diformulasikan tidak sama dengan strategi yang dilakukan. Ketiga, tidak
digunakannya variabel kontrol seperti size perusahaan atau organisasi
dilihat dari jumlah karyawan atau total assets perusahaan dan bentuk
badan usaha.
b. Hipotesis 3 (pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap
kinerja manajerial dengan perceived environmental uncertainty sebagai
variabel moderator)
Hasil dari regresi ini ditunjukkan pada tabel 4.16. Nilai
signifikansi t (0,044) untuk variabel SAM_PEU dalam regresi berganda di
atas terbukti signifikan karena nilainya kurang dari 0,05. Berbeda dengan
hipotesis dua, data dalam uji hipotesis tiga semuanya berbentuk skala
interval sehingga yang perlu diperhatikan adalah koefisien interaksi tanpa
melihat main effect dari masing-masing variabel (Jogiyanto, 2004). Regresi
berganda yang dilakukan menghasilkan koefisien interaksi (SAM_PEU)
xcix
sebesar 0,024 yang berarti interaksi antara SAM dan PEU mempunyai
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap KM. Hal ini sekaligus
memberikan dukungan kepada hipotesis tiga bahwa informasi sistem
akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
ketika kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi.
Hasil pengujian hipotesis tiga memberikan kesimpulan bahwa
informasi sistem akuntansi manajemen sangat mendukung kinerja
manajerial dalam situasi ketidakpastian lingkungan yang tinggi tetapi
menghalangi kinerja manajerial dalam situasi ketidakpastian lingkungan
yang rendah. Ketika terjadi ketidakpastian lingkungan yang tinggi (highly
unpredictable), manajer akan membutuhkan informasi sistem akuntansi
manajemen yang canggih untuk mengatasi masalah yang muncul secara
efektif. Hal ini hanya akan terjadi jika ada kesesuaian antara ketidakpastian
lingkungan yang tinggi dengan sistem akuntansi manajemen yang canggih,
untuk mencapai kinerja manajerial yang lebih baik. Sebaliknya, jika
lingkungan bisa dengan mudah diprediksi, manajer tidak akan
membutuhkan informasi sistem akuntansi manajemen dan tidak akan ada
hubungan antara sistem akuntansi manajemen yang canggih dengan kinerja
manajerial. Dukungan terhadap hipotesis tiga ini konsisten dengan hasil
penelitian Gul (1991) dan Agbejule (2005).
c. Hipotesis 4 (pengaruh informasi sistem akuntansi manajemen terhadap
kinerja manajerial dengan desentralisasi sebagai variabel moderator)
Nilai signifikansi t dalam regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel SAM_DES terbukti signifikan karena nilainya kurang dari 0,05, yaitu
c
0,029. Dari nilai signifikansi tersebut berarti bahwa variabel SAM_DES
merupakan variabel moderasi.
Hasil pengujian pada hipotesis keempat ini membuktikan bahwa
kinerja manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara informasi sistem
akuntansi manajemen dan desentralisasi. Variabel desentralisasi sebagai
variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara variabel informasi
sistem akuntansi manajemen dengan variabel kinerja manajerial. Adanya
perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan
terhadap informasi yang diperlukan sehingga diperlukan adanya kesesuaian
antara desentralisasi dan informasi sistem akuntansi manajemen agar dapat
meningkatkan kinerja manajerial. Dukungan terhadap hipotesis keempat ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul dan Chia (1994), dan
Dwirandra (2007).
G. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang terdiri dari broad
scope, timeliness, agregasi, dan integrasi dapat meningkatkan kinerja manajerial (Juniarti
dan Evelyne, 2003). Pernyataan ini menguatkan hasil dari penelitian yang telah
ci
dilakukan oleh Ernawati, dkk (2005). Penelitian Juniarti dan Evelyne (2003) dan
Ernawati, dkk (2005) berhasil dikonfirmasi dalam hipotesis satu yang menggunakan
regresi sederhana.
Penyusunan sistem akuntansi manajemen harus disesuaikan strategi bisnis
yang telah diterapkan perusahaan. Kesesuaian inilah yang nantinya akan
membantu manajer meningkatkan kinerjanya untuk menghadapi persaingan yang
cukup ketat. Chong dan Chong (1997) dan Desmiyawati (2004) menyatakan
bahwa strategi bisnis mempengaruhi hubungan sistem akuntansi manajemen dan
kinerja manajerial. Ernawati, dkk (2005) dan Desmiyawati (2004) menemukan
bahwa pengaruh informasi broad scope sistem akuntansi manajemen akan lebih
positif saat perusahaan menggunakan strategi bisnis prospector daripada
perusahaan yang menggunakan strategi bisnis defender. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sistem akuntansi manajemen (SAM) lebih berguna (lebih
menunjukkan hasil) pada perusahaan defender daripada perusahaan prospector
dalam meningkatkan kinerja manajerial. Hipotesis dua tidak dapat
mengkonfirmasi penelitian Chong dan Chong (1997), Desmiyawati (2004), dan
Ernawati, dkk (2005), namun konsisten dengan penelitian Faisal (2006) dan
Muslichah (2003).
Agbejule (2005) telah meneliti pengaruh PEU terhadap hubungan informasi
sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Ketika perusahaan menghadapi
tingkat perceived environmental uncertainty yang tinggi, manajer membutuhkan
informasi sistem akuntansi manajemen untuk menghasilkan keputusan yang lebih
akurat. Jadi, semakin tinggi tingkat perceived environmental uncertainty yang dihadapi
suatu perusahaan, diharapkan semakin tinggi pula kegunaan informasi sistem akuntansi
cii
manajemen untuk meningkatkan kinerja manajerial. Menurut Chenhall & Morris (1986),
ketidakpastian lingkungan dapat mempengaruhi kinerja manajerial melalui informasi
sistem akuntansi manajemen yang broad scope, timeliness, agregasi, dan integrasi.
Chenhall & Morris (1986) menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan merupakan
faktor kontijensi yang penting sebab ketidakpastian lingkungan dapat menyebabkan
proses perencanaan dan pengendalian menjadi lebih sulit. Hasil penelitian Gul (1991)
mendukung hubungan kontijensi bahwa sistem akuntansi manajemen yang canggih
sangat mendukung kinerja manajerial dalam situasi ketidakpastian lingkungan tinggi
tetapi menghalangi kinerja manajerial dalam situasi ketidakpastian lingkungan yang
rendah. Penelitian Agbejule (2005) dan Gul (1991) berhasil dikonfirmasi dalam uji
hipotesis tiga.
Penelitian Gul dan Chia (1994), Chia (1995) (dalam Mardiyah dan Gudono, 2000)
dan Nazaruddin (1998) menunjukkan bahwa karakteristik informasi sistem akuntansi
manajemen tergantung pada variable kontekstual organisasi yaitu desentralisasi.
Adanya perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan
terhadap informasi yang diperlukan sehingga diperlukan adanya kesesuaian antara
desentralisasi dan informasi sistem akuntansi manajemen agar dapat meningkatkan
kinerja manajerial. Penelitian Nazaruddin (1998) dan Gul dan Chia (1994) dapat
dikonfirmasi dengan hasil hipotesis empat.
BAB V
KESIMPULAN
ciii
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, penelitian ini berhasil mencapai
hasil-hasil sebagai berikut:
1. Hasil regresi sederhana hipotesis satu membuktikan bahwa informasi sistem
akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini
pada hipotesis satu konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk
(2005).
2. Hasil regresi berganda membuktikan bahwa strategi bisnis berfungsi sebagai
variabel moderator dan mendukung hipotesis dua bahwa informasi sistem
akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial untuk
perusahaan dengan tipe strategi bisnis prospector dibandingkan dengan
perusahaan yang mempunyai tipe strategi bisnis defender. Dukungan terhadap
hipotesis dua ini konsisten dengan hasil penelitian Chong dan Chong (1997),
Desmiyawati (2004), dan Ernawati, dkk (2005).
3. Hasil regresi berganda membuktikan bahwa ketidakpastian lingkungan berfungsi
sebagai variabel moderator dan mendukung hipotesis tiga bahwa informasi sistem
akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial ketika
kondisi perceived environmental uncertainty tinggi.
Dukungan terhadap hipotesis dua ini konsisten dengan hasil penelitian Agbejule
(2005) dan Gul (1991).
a. Hasil regresi berganda membuktikan bahwa desentralisasi berfungsi sebagai
variabel moderator dan mendukung hipotesis empat bahwa informasi sistem
akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial untuk
perusahaan pada tingkat desentralisasi tinggi dibandingkan dengan tingkat
civ
desentralisasi yang rendah rendah. Dukungan terhadap hipotesis empat ini
konsisten dengan hasil penelitian Nazaruddin (1998) dan Gul dan Chia (1994).
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Terlepas dari keberhasilan penelitian ini dalam mendukung empat hipotesis
yang telah ditetapkan sebelumnya, penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan
yang mungkin memberikan gangguan pada hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan
tersebut antara lain:
1. Penelitian ini tidak menggunakan dasar kriteria tertentu terhadap pemilihan
perusahaan manufaktur sebagai sampel seperti ukuran perusahaan atau apakah
perusahaan tersebut telah menggunakan sistem akuntansi manajemen atau belum.
2. Perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
mempunyai bentuk dan ukuran perusahaan yang tidak seragam.
3. Ukuran sampel juga menyebabkan perbedaan hasil. Penelitian ini hanya terbatas
pada wilayah kabupaten Klaten sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasikan untuk
lingkup wilayah yang berbeda.
4. Instrumen self-rating yang digunakan dalam penelitian ini telah diakui oleh banyak
peneliti bisa menimbulkan leniency bias, yaitu kecenderungan memberikan skor
yang lebih tinggi daripada keadaan yang sebenarnya.
5. Penelitian ini hanya menggunakan tipe strategi yang ekstrim (prospector dan
defender) dari tipologi strategi Miles dan Snow (Laksmana dan Muslichah, 2002)
yang mengidentifikasi tipe strategi yang ketiga yang menguntungkan (analyzer).
Tipe strategi ini berbeda di antara tipe strategi prospector dan defender. Ada
cv
kemungkinan perusahaan dalam sampel penelitian ini menggunakan tipe strategi
analyzer tersebut.
C. SARAN
Saran yang bisa diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Sampel perusahaan bisa ditambah jumlahnya dan diperluas lingkup wilayahnya
sehingga hasil penelitian bisa lebih digeneralisasikan.
2. Leniency bias bisa dihindari dengan menggunakan ukuran yang lebih obyektif,
misalnya dengan menggunakan ROA (return on assets) atau ROI (return on
investment).
3. Penelitian selanjutnya juga penting untuk mempertimbangkan variabel kontijensi
lainnya, misalnya pengaruh task uncertainty, struktur organisasi (sentralisasi), gaya
kepemimpinan, locus of control, bisa dipertimbangkan untuk dipakai sebagai
variabel moderator dalam penelitian yang berhubungan dengan sistem akuntansi
manajemen dan kinerja manajerial.
4. Memasukkan tipe strategi analyzer dari tipologi strategi Miles dan Snow (Laksmana
dan Muslichah, 2002).
Implikasi dari penelitian ini adalah dalam mendesain sistem akuntansi
manajemen diperlukan kesadaran dan perhatian terhadap faktor-faktor kontijensi.
Kondisi persaingan usaha yang menghasilkan ketidakpastian lingkungan perlu
diperhatikan agar manajer tidak salah langkah dalam menyusun perencanaan-
perencanaan yang dibutuhkan oleh perusahaan, yang disebabkan oleh
ketidakmampuan manajer dalam memprediksi kondisi yang akan datang.
cvi
Demikian juga dengan faktor-faktor kontijensi yang berasal dari dalam
perusahaan perlu diperhatikan dalam penyusunan desain sistem akuntansi
manajemen untuk mendukung kinerja manajerial. Dengan adanya kesesuaian
strategi bisnis dan tingkat desentralisasi yang dipilih dengan sistem akuntansi
manajemen maka akan meningkatkan kinerja manajerial perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agbejule, Adebayo. (2005). The relationship between management accounting systems and perceived environmental uncertainty on managerial performance : a researh note. Accouting and Business Research, 35 (4), 295-350.
Bordnar, G. H. (1995). Accounting Information System. Prentice Hall Inc.
cvii
Chenhall, Robert H., and Morris, Deigen. (1986). The Impact of Structure, Enviroment, and Interdependence on the Perceived Usefulness of Management Accounting System. The Accounting Review, LXI, (1), 16-33.
Chong, Vincent K., & Chong, Kar Ming. (1997). Strategic Choices, Enviromental Uncertainty and SBU Performance: A Note on the Intervening Role of Management Accounting Systems. Accounting and Business Research, 27, (4), 268-276.
Chusing, B. E., & Romney, M. B. (1994). Accounting Information Systems. Addison-Wesley Publishing Company Inc.
Desmiyawati. (2004). Pengaruh Strategi dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Broadscope dan Kinerja Organisasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4 (2), 94-108.
Djarwanto. (2001). Statistik Non Parametrik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Dwirandra, Anak Agung Ngurah Bagus. (2007). Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Luas Lingkup Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial. Buletin Studi Ekonomi, 12 (2), 232-244.
________. (2007). Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Agregat Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial [On-line] Available http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dwirandra.pdf.
Ernawati, Suranta, S., & Syafiqurrahman, M. (2005). Pengaruh strategi bisnis dan ketidakpastian lingkungan terhadap hubungan antara informasi broad scope sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Perspektif, 10 (2), 195-207.
Faisal. (2006). Analisis pengaruh intensitas persaingan dan variable kontekstual terhadap penggunaan informasi system akuntansi manajemen dan kinerja unit bisnis dengan pendekatan partial least square [On-line] Available http://info.stieperbanas.ac.id/makalah/K-AMEN11.pdf?PHPSESSID=e5be9a8dd7a468f304bcc28815922d23
cviii
Fitri, Fauziah, & Syam BZ, Fazli. (2002). Pengaruh sistem akuntansi manajemen dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajer. Jurnal Manajemen dan Bisnis. 4 (1), 57-66.
Garrison, Ray & Noreen. (2000). Management accounting. New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gul, F. A. (1991). The Effects of Management Accounting System and Enviromental Uncertainty on Small Business Managers’ Performance. Accounting and Business Review. 22 (85), 57-61.
_____, dan Chia, Yew Ming. (1994). The Effects of Management Accounting System, Perceived Enviromental Uncertainty and Decentralization on Managerial Performance: A Text of Three Way Interaction. Accounting Organization and Society, 19 (4/5), 413-426.
Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta : BFFE.
Imron, Moch. (2004). Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Strategi Bisnis terhadap Hubungan antara Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Broadsope dengan Kinerja Unit Bisnis Strategis. Paper presented at the accounting national symposium 7, Denpasar.
Juniarti, & Evelyne. (2003). Hubungan karakteristik informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi manajemen terhadap kinerja manajerial pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Jawa Timur. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 5 (2), 110-122.
Jusoh, Ruzita. (2008). Environmental uncertainty, performance, and the mediating role of balanced scorecard measures use : evidence from Malaysia. International Review of Business Research Papers, 4 (2), 116-135.
cix
Laksmana, A., & Muslichah. (2002). Pengaruh teknologi informasi, saling ketergantungan, karakteristik sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 4 (2), 106-125.
__________. (2002). Pengaruh ketidakapstian lingkungan, strategi, dan desentralisasi terhadap sistem skuntansi manajemen: pendekatan kontijensi. Majalah Ekonomi, 12 (3).
Lesmana. (2003). Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan yang Dipersepsikan dan Strategi Kompetitif terhadap Hubungan Sistem Kontrol Akuntansi dengan Kinerja Perusahaan. Paper presented at the accounting national symposium 6, Surabaya.
Mardiyah, A.A., & Gudono. (2000). Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi terhadap Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen. Paper presented at the accounting national symposium 3.
Muslichah. (2003). The Effect of Contextual Variables on Management Accounting System Characteristics and Managerial Performance. Paper presented at the accounting national symposium 6.
Najoan, M., & Sholihin, M. (2002). Peran broad scope system akuntansi manajemen dalam hubungan antara perceived environmental uncertainty (PEU) dan job satisfaction. [On-line] Available www.puslit.petra.ac.id/journals/accounting.
Nizarudin, Abu. (2006). Pengaruh Strategi Customization terhadap Kinerja Perusahaan melalui Penggunaan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen yang Bersifat Broad Scope dan Aggregation. Paper presented at the accounting national symposium 9, Padang.
Nazaruddin, Ietje. (1998). Pengaruh Desentralisasi dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 1 (2), 141-160.
cx
Noviyanti, Rica. (2007). Pengaruh Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial: Desentralisasi dan Budaya Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi. Unpublished thesis, Universitas Sebelas Maret.
Rustiana. (2002). Pendekatan kontijensi dalam desain sistem akuntansi manajemen untuk meningkatkan kinerja manajerial. Modus, 14 (1), 29-38.
Sekaran, Uma. (2006). Research Methods for Business. New York : John Wiley & Sons Inc.
Sharma, R., Jones, S., & Ratnatunga, J. (2006). The relationships among broad scope MAS, managerial control, performance, and job relevant information. Review of Accounting and Finance, 5 (3), 228-250.
Supriyono. (1999). Akuntansi Manajemen I. Yogyakarta: BPFE
Suwarni, M. G. (1998). Strategi Bisnis, Kompensasi Manajer Puncak dan Kinerja Perusahaan: Studi pada Industri Perhotelan. Unpublished thesis, Universitas Gadjah Mada.
Syam, F., & Maryasih, L. (2006). Sistem Akuntansi Manajemen, Persepsi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Organisasi : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Provinsi NAD). Paper presented at the accounting national symposium 9, Padang.
cxi
cxii