”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekonomi merupakasan salah satu hal
yang palinng penting dalam
berkembangnya suatu daerah.
Perekonomian daerah bisa ditentukan dari
sumber daya alam maupun sumber daya
manusianya. SDA dan SDM tersebut
menjadi faktor yang sangat menentukan
dalam pengembangan ekonomi daerah.
apabila daerah tersebut memiliki SDA dan
SDM yang baik maka kegiatan ekonomi
daerah juga dapat dilakukan dengan baik.
Saat ini ekonomi yang sedang digerakan
adalah ekonomi lokal, dimana jenis
ekonomi ini lebih mengeksplore
kemampuan lokal daerahnya sebagai
sumber perekonomian masyarakat.
Kabupaten Temanggung merupakan
kabupaten yang berada di jawa tengah,
kabupaten ini berada di dataran tinggi
sehingga mayoritas penggunaan lahannya
adalah untuk perkebunan. mayoritas
perkebunan yang ada di kabupaten
temanggung adalah perkebunan teh dan
kopi, selain itu tembakau juga menjadi
salah satu komoditi unggulan. Di kabupaten
ini terdapat jenis kopi yang unik dan di
kembangkan disatu perkampungan
dikabupaten ini. Bagaimana perkebunan ini
dapat menjadi contoh ekonomi lokal akan
dibahas dalam laporan ini.
2. Tujuan
• Mengedintifikasi masalah dan
potensi yanh ada di perkebunan kopi
kabupaten temanggung
• Strategi pengembangan ekonomi
1
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
Sumber: MP3ET Kabupaten Temanggung.
Gambar 1 Peta Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung
B. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN ‘PEL’ KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN
TEMBAKAU KAB.TEMANGGUNG
1. Kondisi Eksisting Komoditas Perkebunan
Lokasi Kabupaten Temanggung berada di daerah pegunungan tinggi. Biasanya pada daerah
bertipe seperti itu mempunyai komoditas perkebunan yang bisa diandalkan untuk pengembangan
ekonomi local. Di Kabupaten Temanggung
bisa ditemukan potensi perkebunan seperti
perkebunan kopi, tembakau, teh, kakao,
lada, vanili, dan tebu. Selain itu, komoditas
perkebunan seperti sayur-sayuran juga
berpotensi untuk dikembangkan di
Kabupaten Temanggung.
Perkebunan tembakau menurut
masyarakat Kabupaten Temanggung sudah
dianggap sebagai lahan emas hijau, dimana
setiap hektarnya para petani menghasilkan
tujuh kali lipat penghasilannya jika
dibandingkan dengan menanam sayuran.
Menurut Bappeda Kabupaten Temanggung,
luas lahan tembakau di sana mencapai
14.000 Ha. Hasil perkebunan ini biasanya
digunakan untuk mencukupi kebutuhan
bahan baku bagi pabrik-pabrik rokok di
Jawa Tengah. Di bawah ini merupakan peta lahan tembakau di Kabupaten Temanggung menurut
keluasannya.
Berdasarkan MP3ET Kabupaten Temanggung, lahan pengembangan tembakau terluas pada
peta di atas ternyata bukan merupakan potensi yang baik. Jika dibandingkan dengan luas lahan,
maka produktivitas rata-rata per hektarnya hanya mencapai 0,5 ton. Hal ini dikarenakan jenis tanah
yang kurang sesuai untuk tembakau, adanya sistem monokultur mengakibatkan degradasi lahan.
Sehingga petani harus menggunakan pupuk secara ekstra untuk mempertahakan produktivitas
tembakau.
Selain tembakau, komoditas kopi juga merupakan produk unggulan di Kabupaten Temanggung.
Dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung, sudah ada lima kecamatan yang telah
membudidayakan komoditas kopi >1.000 Ha yaitu di Kecamatan Gemawang, Candiroto,
Kandangan, Bejen, dan Pringsurat. Menurut salah satu petani kopi di Temanggung, produksi kopi di
sana sudah mencapai angka 43% untuk lingkung se-Jawa Tengah. Oleh karena itu, kopi merupakan
potensi yang harus diunggulkan di Kabupaten Temanggung. Jenis kopi yang dikembangkan adalah
kopi Robusta dan Arabica.
Pada jajaran wilayah yang memproduksi kopi di Jawa Tengah, Kabupaten Temanggung
menduduki peringkat pertama yang disusul dengan Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Semarang,
dan Kabupaten Kendal. Meskipun begitu, kenyataannya pengembangan industri, khususnya
berkaitan dengan kopi masih terbatas pada industry pengupasan kopi dan industri kopi bubuk.
2
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
Sementara jenis industry lain nampaknya belum ada di Kabupaten Temanggung (MP3ET). Di
bawah ini merupakan pohon industri kopi di Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan pada gambar di atas, garis tebal/tegas menggambarkan bahwa industry yang ada
di Temanggung masih terbatas pada industri pengupasan buah kopi dan industri kopi bubuk.
Sedangkan garis titik-titik dan diarsir, menggambarkan bahwa jenis industri yang belum ada di
KabupatenTemanggung. Oleh karena itu, sebenarnya berpangku pada kopi, Kabupaten
Temanggung bisa mengembangkan banyak industri yang berkaitan dengan kopi.
Pola pada perkebunan yang ada di Kabupaten Temanggung ini yaitu dalam satu lahan
perkebunan dapat ditanami oleh beberapa jenis tanaman perkebunan seperti tanaman tembakau,
tanaman kopi, tanaman sayuran, dan lain-lain. Pola penanaman seperti ini dinamakan Pola Tlahab,
dimana pola ini dilakukan di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. Pola
Tlahab merupakan proyek percontohan pembudidayaan kopi tumpangsari dengan tembakau. Pola
Tlahab ini mempunyai sistem panen yang berbeda-beda untuk setiap tahunnya. Menurut salah satu
petani di Desa Tlahab, berikut merupakan tabel produksi tiap komoditas perkebunan di Kabupaten
Temanggung.
Sumber: MP3ET Kabupaten
Temanggung.
Gambar 2
Pohon Industri Kopi di
Kabupaten Temanggung
3
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
Tabel I Tabel Produksi Tiap Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Temanggung
No. Jenis Masa Panen
1. Sayuran Februari 2. Kopi April – Juni 3. Cabe dan Kacang Juli 4. Tembakau Agustus - September
Sumber: Dokumentasi Kelompok 4 , 2014.
2. Keterlibatan Multistakeholder
Dalam menjalankan program pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten
Temanggung, terdapat beberapa pihak terkait yang saling bekerja sama untuk mencapai
percepatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Temanggung. Beberapa pihak tersebut
diantaranya adalah pemerintah, masyarakat, dunia usaha, swasta, dan perbankan. Masing-masing
dari pihak tersebut mempunyai tugas yang berbeda yang disesuaikan dengan porsinya. Di bawah
ini merupakan penjabaran kinerja masing-masing pihak tersebut. Tabel II
Tabel Peran Stakeholder dalam Kegiatan Produksi Perkebunan Kabupaten Temanggung
No. Stakeholder Peran
1. Pemerintah • Membentuk kelompok-kelompok tani kopi yang diperkuat dengan membentuk Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Cabang Temanggung.
• Mengadakan proyek percontohan pembudidayaan kopi tumpangsari dengan tembakau (pola Tlahab).
• Membuka trading-house untuk menangkap peluang ekspor hasil perkebunan.
2. Masyarakat • Sebagai pelaku kegiatan perkebunan 3. Dunia Usaha • Sebagai konsumen hasil perkebunan 4. Swasta • Investor sarana dan prasarana untuk pengelolaan perkebunan 5. Perbankan • Penyedia modal untuk pengembangan sentra produksi menuju klaster
industry
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4 , 2014.
Jika digambarkan dengan bagan, maka sistem kerja dari masing-masing stakeholder tersebut
adalah sebagai berikut:
Pemerintah
Masyarakat/Petani
Dunia Usaha
Swasta Perbankan
Pengelolaan Lahan dari
Pemerintah ke Masyarakat
Pemasaran Hasil Perkebunan ke
Konsumen
Sumber: hasil Analisis Kelompok 4 , 2014.
Gambar 3
System Kerja Stakeholder
4
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat jika dalam semua proses pemanfaatan lahan
perkebunan dari kegiatan produksi hingga distribusi, selalu dalam pengawasan pemerintah. Hal ini
dilakukan agar proses dapat berjalan secara efektif dan efisien. Peran dunia usaha sudah cukup
telihat yaitu dengan adanya distribusi penjualan kopi dan tembakau ke beberapa perusahaan yang
ada di Jawa Tengah. Peran perbankan dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten
Temanggung tepatnya pada komoditas kopi dan tembakau belum dapat dirasakan oleh para
petani, hal ini dikarenakan petani kerap kekurangan modal dan untuk mengatasinya para petani ma
sih menggunakan cara konvensional yaitu dengan cara kolektif mengumpulkan uang kemudian
dijadikan modal bersama.
3. Efisiensi Kolektif Klaster Kopi dan Tembakau Kabupaten Temanggung
Salah satu tujuan dari adanya klaster adalah untuk menciptakan efisiensi kolektif yang biasanya
dapat berupa terbentuknya jaringan bahan baku, jaringan proses produksi, jaringan pemasaran,
dan transfer pengetahuan antar pelaku yang tergabung dalam klaster. Berdasarkan hasil survey
lapangan, diketahui bahwa klaster kopi dan tembakau Kabupaten Temanggung sudah mulai
menciptakan efisiensi kolektif. Berikut ini adalah diagram alur proses yang terjadi di dalam klaster
tembakau Kabupaten Temanggung.
Diagram diatas menunjukkan proses kegiatan yang terjadi dalam klaster tembakau. Jaringan
pemasaran tembakau yang terbentuk sudah sangat luas yaitu hingga mencapai pasar luar negeri
sehingga efisiensi kolektif dalam aspek jaringan pemasaran sudah dapat terbentuk, dan petani
tidak perlu khawatir dalam penjualan hasil panen tembakau karena sudah memiliki pasar yang
pasti. Namun dalam proses penentuan harga tembakau yang akan dipasarkan ini, posisi petani
sangat lemah, hal ini dikarenakan jaringan yang terbentuk mengharuskan jasa grader tembakau
yang memberikan harga pada tembakau yang akan dipasarkan dan tidak ada proses tawar
menawar antara pengepul dengan jasa grader tembakau, sehingga petani tidak bisa menentukan
Petani
Tembakau
Pengepul
Tembakau
Industri Jasa
Grader Tembakau
Industri Rokok
Kretek
Eksportir Luar Negeri
Kelompok
Petani
Tembakau
Jaringan
Distribusi
Jaringan
Sharing
Informasi
Konsumen
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4, 2014
Gambar 4 Bagan Aktivitas Klaster Tembakau Kabupaten Temanggung
5
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
harga jual tembakau hasil panennya sendiri. Peran kelompok petani tembakau hanya sebatas
penyebaran informasi mengenai pola tanam dan belum sampai pada tahap membantu petani
tembakau dalam penentuan harga. Sehingga efisiensi yang terbentuk hanya sebatas penyebaran
informasi. Pada tahap produksi, petani tembakau sangat bergantung pada industri rokok yang
berada di luar Kabupaten Temanggung, hal ini dikarenakan belum adanya industri rokok di
Kabupaten Temanggung dan terbatasnya sumber daya apabila petani harus mengolah tembakau
menjadi produk jadi rokok.
Pada komoditas kopi alur aktivitas yang terjadi adalah sebagai berikut.
Diagram diatas menunjukkan proses kegiatan yang terjadi dalam klaster kopi. Sama halnya
yang terjadi pada jaringan pemasaran tembakau, jaringan pemasaran yang terbentuk pada
komoditas kopi sudah sangat luas yaitu hingga mencapai pasar luar negeri sehingga efisiensi
kolektif dalam aspek jaringan pemasaran sudah dapat terbentuk. Jaringan pemasaran kopi juga
lebih variatif, petani dapat memilih untuk menjual ke pengepul atau ke kelompok tani karena
kelompok tani kopi sudah dapat mengolah biji kopi menjadi produk kopi bubuk dengan
menggunakan merek bersama kelompok tani, hal ini juga menambah efisiensi karena dengan
adanya merek bersama, masing-masing petani tidak pelu mendaftarkan merek usahanya kepada
dinas perdagangan. Petani juga dapat menjual biji kopinya setelah dikupas ke pengepul yang
selanjutnya akan didistribusikan ke industry kopi bubuk atau ke eksportir. Dengan adanya
kelompok tani, petani kopi di Kabupaten Temanggung sudah dapat mengolah biji kopi yang
mereka tanam menjadi kopi bubuk yang siap dipasarkan disamping itu kelompok tani juga
berfungsi sebagai media penyebaran informasi mengenai pola tanam kopi sehingga akan
menciptakan efisiensi kolektif yang lebih baik.
4. Kelayakan Skala Ekonomi
Dalam pengembangan ekonomi lokal melalui klaster kopi dan tembakau di Kabupaten
Temanggung kegiatan ekonomi yang dilakukan sudah mampu menciptakan adanyan kegiatan lain,
diantaranya adalah industri pariwisata. Kondisi geografis Kabupaten Temanggung yang berada di
dataran tinggi dan komoditas kopi serta tembakau yang hanya dapat tumbuh di dataran tinggi
dimanfaatkan oleh pemeritah daerah Kabupaten untuk dapat memanfaatkannya sebagai daerah
Jaringan
Distribusi
Jaringan
Sharing
Informasi
Petani Kopi Pengepul Kopi Industri
Pengupas Kopi
Industri Kopi
Bubuk
Eksportir Kopi Ekspor
Industri
Pengolahan Kopi
Bubuk Kelompok
tani
Konsumen Kelompok Tani
Kopi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4, 2014.
Gambar 5 Bagan Aktivitas Klaster Kopi
Kabupaten Temanggung Temanggung
6
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
tujuan wisata di Kabupaten
Temanggung. Kelayakan skala eknomi
yang coba diciptakan oleh petani kopi
di Kabupaten Temanggung adalah
dengan meningkatkan kualitas biji kopi
melalui pemilihan pada saat pemetikan
yaitu hanya memetik biji kopi merah
sehingga kualitas biji kopi sudah bagus
dan layak bersaing dengan produk kopi
lain.
C. ANALISIS PENGEMBAGAN
EKONOMI LOKAL ‘KLASTER
PERKEBUNAN KOPI DAN
TEMBAKAU KAB. TEMANGGUNG’
1. Analisis Tahap Klaster
Pengembangan klaster
perkebunan yang ada di Kabupaten
Temanggung masih dalam tahap
klaster pemula. Hal tersebut dapat
ditunjukkan oleh belum adanya
variasi dari kegiatan usaha yang ada
seperti variasi pada pengolahan
hasil perkebunan. Perkebunan kopi
di Kabupaten Temanggung hanya
sebatas pada industry pengupasan
buah kopi dan industry kopi bubuk
saja, belum ada inovasi lain dalam
mengolah hasil perkebunan kopi.
Sama halnya dengan kopi,
perkebunan tembakau pun hanya
sebatas pengolahan tembakau
sebagai bahan baku rokok saja,
belum terdapat kegiatan lain yang
dapat melanjutkan hasil pengolahan
bahan baku tembakau menjadi
produk lain. Pada klaster pemula ini,
klaster-klaster yang ada di
Kabupaten Temanggung sudah
mulai memasarkan hasil
pengolahan perkebunannya melalui
7
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
perantara. Pada klaster perkebunan kopi, hasil perkebunan kopi dapat dipasarkan melaui
pengepul kopi atau memlaui kelompok tani. Hasil pengolahan kopi ini dipasarkan hingga ke luar
negeri. Pada klaster perkebunan tembakau, hasil perkebunan tembakau ini dipasarkan memalui
industry jasa grader tembakau. Sama halnya dengan kopi, pemasaran hasil tembakau ini sudah
mencapai luar negeri,dari grader jasa tembakau dipasarkan ke pabrik rokok kretek dan diekpor
ke luar negeri.
Kerjasama antar kegiatan yang ada di klaster pada perkebunan Kabupaten Temanggung
yaitu terjadi pada kluster perkebunan kopi yang terdapat kerjasama antar kegiatan untuk
mengahasilkan olahan kopi bubuk yaitu antara kegiatan pengupasan biji kopi, pengeringan biji
kopi, pemilihan biji kopi, dan pengolaan biji kopi menjadi bubuk kopi. Selain itu klaster
perkebunan kopi dank klaster perkebunan tembakau ini bekerja sama dengan kegiatan lain
berupa pariwisata. Dimana klaster-klaster ini dijadikan sebagai salah satu obyek wisata di
Kabupaten Temanggung ini.
2. Analisis Proses Produksi Hasil Perkebunan
Komoditas kopi di Kabupaten Temanggung telah diusahakan secara turun - menurun sejak
zaman penjajahan Belanda. Komoditas ini mempunyai potensi untuk dikembangkan karena
merupakan komoditas yang memiliki harga yang stabil, sehingga dianggap dapat menjadi
komoditas yang mampu meningkatkan perekonomian di Kabupaten Temanggung.
Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Temanggung terdapat budidaya tanaman kopi
rakyat. Secara teknis, hampir semua memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kopi.
Sampai saat ini tercatat luas areal dan produksi kopi Robusta Kabupaten Temanggung
menduduki peringkat pertama diantara daerah produsen kopi Jawa Tengah (diikuti daerah
Wonosobo, Kab. Semarang dan Kendal). Luas areal tanaman kopi akhir tahun 2009 mencapai
luas 10.244,44 ha dengan produksi mencapai 5.873,14 ton dengan jumlah keterlibatan petani
15.074 orang. Dari 20 (dua puluh) kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung terdapat
potensi tanaman kopi, namun daerah-daerah sentra kopi terbesar hanya terdapat di 10
Andalkan inovasi dan
manajemen mutu
Andalkan SDA, SDM
tradisional
Tergantung pada Pemda Andalkan Kemitraan
SENTRA
KLUSTER
PEMULA
KLASTER
DINAMIS
KLASTER MAJU
Mulai kerja sama
antar kegiatan
Sinergi intern klaster,
dominasi yang besar
Sinergisitas antar
industri, antar daerah Pemasaran
via
perantara
Variasi kegiatan usaha
besar sbg lokomotif
Targeting, positioning
pasar, standar
manajemen mutu
Sumber : Munir et al. (2007)
Gambar 6 Tahapan Kluster
8
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
kecamatan yaitu Kecamatan Gemawang, Candiroto, Kandangan, Bejen, Pringsurat, Bansari,
Kledung, Kaloran, Wonoboyo.
Produksi kopi di Kabupaten Temanggung cukup besar, total produksi kopi di rata- rata 5.873
ton per tahun, dengan produksi jenis kopi robusta. Kopi jenis Arabica. mulai dibudidayakan
secara terprogram, saat ini sudah terdapat lebih dari 1.400 ha dari target 5.000 ha yang akan
dikembangkan. Kopi arabica mulai dibudidayakan karena memiliki harga jual relatif lebih baik
dari kopi robusta.
Kualitas kopi pada umumnya ditentukan semenjak tanam, proses pemanenan hingga proses
pasca panen. Kualitas kopi juga tergantung pada adanya naungan. Naungan yang diperlukan
adalah tanaman pelindung. Tanaman pelindung berfungsi mengikat Nitrogen (N) pada akar,
dimana daun-daun tanaman pelindung yang gugur berfungsi meningkatkan kandungan
nitrogen tanah. Selain itu tanaman pelindung ini diperlukan untuk mengatur intensitas cahaya
matahari. Karena bila tanaman kopi kurang mendapat cahaya, maka tanaman kopi tidak akan
berbunga dan tidak membentuk cabang yang banyak. Biasanya tanaman pelindung untuk
budidaya tanaman kopi adalah albasia. Peluang pengusahaan kopi sangat terbuka, karena tata
niaga kopi saat ini bebas dari kuota sementara permintaan kopi dunia meningkat.
Permasalahan dan Tantangan Pengusahaan Kopi di Kabupaten Temanggung.
• Keterbatasan modal
Menyebabkan sebagian petani terpaksa memetik kopi belum sepenuhnya matang (petik
hijau). Dalam kondisi yang demikian biji kopi yang dihasilkan akan memiliki mutu kurang .
Keterbatasan modal ini menyebabkan para petani tidak dapat menyimpan kopi dalam jangka
waktu yang lama.
• Faktor keamanan
Keamanan menjadi isu yang meresahkan semenjak naiknya harga kopi, maka praktek-
praktek pencurian kopi menjadi semakin marak, hal ini mendorong terjadinya petik hijau.
• Pengelolaan hasil pasca panen
Saat ini pengolahan kopi masih dilakukan secara tradisional. Proses penjemuran dan
pengupasan masih belum menggunakan alat-alat yang standar. Akibatnya biji kopi yang
dihasilkan akan memiliki nilai cacat yang tinggi.
9 9
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
Di tingkat petani , kopi yang dipetik dan diolah sebagian telah mulai dikembangkan menjadi
kopi bubuk, melalui kelompok usaha bersama (KUB). Proses penyimpanan kopi menjadi proses
yang krusial karena akan menentukan tingkat fermentasi kopi, semakin lama disimpan akan
dihasilkan kopi yang memiliki nilai yang tinggi.
Proses penetapan kompetensi inti dilakukan dengan memeriksa rantai nilai di dalam
rangkaian pengusahaan komoditas unggulan prioritas. Dalam rangkaian pengusahaan ini
diharapkan muncul adanya aktivitas yang dianggap mampu menghasilkan nilai tambah tinggi
yang diharapkan akan menjadi kompetensi inti daerah.
Industri pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung masih terbatas pada pengolahan kopi
bubuk, yang masih membutuhkan adanya pembinaan dan penguatan pasar sehingga
diharapkan akan muncul kopi spesifik khas Temanggung. Pengusahaan komoditas kopi sudah
dimulai beberapa tahun, dan saat ini Kabupaten Temanggung sudah mulai mengekspor kopi
melalui eksportir. Rantai nilai industri dari Pengusahaan kopi di Temanggung memberikan
gambaran bahwa pengusahaan kopi saat ini masih dominan pada aktivitas penanaman dan
pengolahan pasca panen. Industri pengolahan yang dilakukan baru pada tahap kemampuan
menghasilkan kopi bubuk.
10
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4, 2014
Gambar 7 Proses Produksi
10
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
3. Analisis SWOT
Strength: - Lokasi Kabupaten Temanggung yang berada di dataran tinggi
mempunyai potensi dikembangkan sebagai daerah perkebunan - Mempunyai pola tanam tlahab sehingga menciptakan variasi hasil
perkebunan - Terdapat kelompok usaha tani dan adanya dukungan pemerintah
Weakness: - Kurangnya peran Lembaga Keuangan
(Bank) dalam membantu masalah keuangan dalam pengembangan ekonomi lokal
- Petani tembakau tidak dapat menentukan harga jual hasil panennya sendiri
- Terbatasnya sumber daya pengolahan hasil perkebunan di kelompok tani/petani
- Tidak ada diversifikasi produk olahan hasil perkebunan
Opportunity: - Jaringan
pemasaran hasil produksi yang sudah cukup luas
- Kawasan perkebunan yang sudah dijadikan tujuan wisata
S-O - Pengembangan area lahan perkebunan yang didasarkan pada
kesesuaian lahan - Meningkatkan peluang pasar domestik maupun internasional melalui
kegiatan promosi - Mengembangkan kawasan perkebunan sebagai kawasan agrowisata
sehingga menciptakan kegiatan ekonomi lain yang mendukung perkebunan
- Menetapkan standar hasil panen (pemetikan komoditas perkebunan) dan menerapkan system manajemen mutu seperti (SNI,ISO dsb) pada hasil perkebunan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga mempunyai daya saing di pasar
- Menetapkan kebijakan yang pro investasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif
W-O - Menjalin kerjasama dengan Bank melalui
penetapan kontrak bersama dengan Pemerintah Daerah
- Membina dan mengembangkan industri rumah tangga untuk mengolah kopi sehingga menciptakan diversifikasi produk hasil perkbebunan dan menjadikannya sebagai tujuan wisata dalam agrowisata perkebunan
Threat: - Kerusakan lahan
perkebunan
S-T - mewujudkan usaha perkebunan yang ramah lingkungan dan mendukung
pelestarian lingkungan - Peningkatan produktivitas perkebunan melalui upaya
intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan areal perekbunan
W-T - melakukan koordinasi dengan semua pihak
dalam industri perkebunan untuk menjalin kemitraan yang berlandaskan kebersamaan ekonomi
11
”PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KAB.TEMANGGUNG MELALUI KLASTER PERKEBUNAN KOPI DAN TEMBAKAU”
D. Kesimpulan
Kabupaten Temanggung merupakan wilayah yang mempunyai sumber daya hasil pertanian yang
sangat melimpah. Kondisi geografis yang berada di daerah pegunungungan membuat salah satu faktor
pendukung adanya perekonomian berbasis hasil pertanian. Sebagai contoh pertanian yang
dikembangkan adalah kopi, tembakau, teh, sayuran, dan lain-lain. Kegiatan pertanian tersebut tidak
terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi para petani diantaranya adalah faktor modal, faktor
keamanan, dan pengelolaan hasil pasca panen. Oleh karena itu, untuk menggulangi berbagai kendala
yang dihadapi para petani dalam rangka meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan berbagai
langkah diantaranya adalah:
- Pengembangan area lahan perkebunan yang didasarkan pada kesesuaian lahan
- Meningkatkan peluang pasar domestik maupun internasional melalui kegiatan promosi
- Mengembangkan kawasan perkebunan sebagai kawasan agrowisata sehingga menciptakan
kegiatan ekonomi lain yang mendukung perkebunan
- Menetapkan standar hasil panen (pemetikan komoditas perkebunan) dan menerapkan system
manajemen mutu seperti (SNI,ISO dsb) pada hasil perkebunan untuk meningkatkan kualitas
produk sehingga mempunyai daya saing di pasar
- Menetapkan kebijakan yang pro investasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Selain itu, juga bisa dilakukan langkah kemitraan bersama dengan beberapa pihak seperti bank
untuk meningkatkan kemampuan modal bagi para petani. Perhatian pemerintah juga sangat
dibutuhkan terlebih dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian agar
kegiatan tersebut bisa menghasilkan hasil yang lebih baik untuk kedepannya.
12