Transcript

Pikiran Rakyat...."".,..",,'ff ..~o Selasa o Rabu o Kamis Cj Jumat • Sabtu o Minggu

2 3 4 5 6 et) 8 9 10 11 12 13 14 1519 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

OPeb ()Mar (lApr C)Mei :~)Jun OJul eAgs OSep OOkt, y' .- ""'''''--'''-- .-

Islam Sunda dan Sunda Isl

ISLAM Sunda dan SundaIslam yang pertama kalidilontarkan Haji Endang

Saefudin Anshari nyaris sudahmenjadi jargon. Walaupun se-sungguhnya kita belum mem-buktikan secara ilmiah relasi Is-lam-Sunda dan Sunda-Islam.Klaim dua nomenklatur yangsesungguhnya memiliki sejarahyang berbeda kita terima seba-gai fakta keseharian masyarakatSunda, tanpa merasa perlu me-ngecek aspek epistemologisnya.

Benarkah Sunda itu identikdengan Islam dan Islam ituidentik dengan Sunda? Jawab-annya, kalau merujuk kepadatesis Jakob Sumardjo, kita ja-ngan cepat mengambil kesim-pulan seperti itu. Interupsi Pro-fesor Jakob dalam konteks inibenar-benar ditancapkan di ataspijakan argumen yang ajek.

Terlepas dari itu, sesungguh-nya kalau kita mau mengkaji pe-mikiran pujangga, filsuf, danulama terkemuka Sunda, HajiHasan Mustapa, akan kita dapa-ti satu upaya untuk mengawin-kan Islam dan Sunda tanpa satusama lain saling menegasikan.Upaya kreatif ini minimal men-jadi pintu masuk untuk mene-

Oleh ASEP SALAHUDIN

guhkan bagaimana Islam mustiditafsirkan dalam napas peng-hayatan manusia Sunda, kalauagama itu memiliki hasrat un-tuk "menyatu" dengan budayalokal. Tidak secara langsung,Haji Hasan Mustapa tengahberupaya mengislamkan Sundadan menyundakan Islam.

Tidak tanggung-tanggung, ij-tihad budayanya ini dijangkar-kan kepada pijakan pokok pedo-man hidup umat Islam, Alqu-ran. Bagi haji Hasan Mustapa,Alquran itu tidak mesti dipaha-mi dalam konteks ideologi dangeneologi pengetahuan Arab, te-tapi justru harus dijangkarkandalam tradisi lokal dalam hal inisemangat kebudayaan Sunda:ieu ditulis ku Kaula Kuranna,jeung ukuranjiwa Kaula. .

Menjadi sangat dipahami pu-la ketika dia menginterpretasi-kan Alquran, pembaca tidak di-bawa ke alam Timur Tengah, te-tapi justru yang mengendap da-lam layar bawah sadarnya ada-lah ingatan tentang alam dankebudayaan Sunda. Yang ter-gambarkan bukan pedang, teta-pi kujang. Yang teringat tidakfantasi padang pasir yang tan-dus, tetapi alam pasundan (da-

hulu) dengan gunung menju-lang dan sawah yang hijau, su-ngai dengan air jernih mengalir.Yang muncul bukan manusiayang kepalanya dibulen serban,tetapi sosok-sosok yang kepala-nya diikat iket, baik iket pereng-kos nangka, barangbang sem-plak, atau julang ngapak, por-teng, talingkup, borongsong ke-ong, udeng, kuda ngencar,bungkus peuyeum, dan babali-an. Yang menjadi objek kores-pondensinya bukan jubah, teta-pi baju kampret atau pangsi. Ti-dak juga terbayangkan suaragembus dan rebana dengan tariperutnya tetapi kecapi, suling,atau cianjuran, bandungan, dancigawiran dengan tarian jai-pong, ngibing clanketuk tilunya.'Di sinilah terpilih susunan ka-

ta yang berbentuk clangding,gu-guritan, kinanti, asmarandana,dan atau gaya bahasa yang men-dekati jangjawokan dan pantunyang memang hal ini sudahmenjadi ruh dalam bahasa Sun-da sebagaimana tampak dalampantun tua Lutung Kasarung.

BagiHaji Hasan Mustapa, Al-quran bukan sekadar berisi ak-robat logika memuaskan hasratilmiah intelektual, tetapi lebipenting dari itu adalah bagaimna firman Tuhan itu menyejaralimenjadi bagian dari tindaka

Kliping Humas Unpad 2010

keseharian. Dalam ungkapan-nya, Alquran itu adalah kecapterusing nyata.

Iman menjadi identik denganpendistribusian rasa aman ke-pada sesama, menjadi energiuntuk selalu bersikap amanah,menjunjung tinggi toleransi, ke-jujuran, dan terbuka termasukkesediaan berdialog dengan ke-yakinan yang tidak sama sepertidapat kita simak ketika beliaumenafsirkan ayat ke dua suratkedua, "Sabab iman taya iman,karana ngaran iman teh wa-wanen; aman salamet amanatpuragajiwa ragana, tacan ne-lah lamun tacan kapilampah."

ljtihad budayaTentu saja ijtihad budaya rela-

sinya dengan agama yang telahdiretas pujangga sirna di rasaini. Jangan sampai berhenti se-batas ini, tetapi harus ada upayalebih jauh dari generasi di ke-mudian hari untuk mengem-bangkan tafsir keberagamaanyang mencerahkan (iluminasi),membawa perubahan ke arahkehidupan yang santun (trans-formasi), dan membebaskan da-ri setiap belenggu yang dapatmendangkalkan martabat ke-manusiaan (liberasi) dengan te-tap berpijak kepada gugusantradisi kesundaan yang kokoh.

Tafsir seperti ini justru sangat--~----~-------

penting ketika saat ini yang do-minan dalam pemahaman ke-beragamaan masyarakat Sundaadalah interpretasi yang serba-harfiah, hitam putih dan cende-rung mengabaikan budaya lokal.Tafsir serampangan yang padagilirannya menciptakan kete-gangan antara agama dan Sun-da. Agamawan mencurigaipenganut Sunda sebagai sesua-tu yang harus "dimurnikan" ka-rena sedari awal sudah dianggapjauh menyimpang dari otentisi-tas agamanya. Sementara itu,penggerak kelestarian budayaSunda menebarkan asumsi ti-dakjauh berbeda, berpandang-an agama sebagai "orang luar"yang tengah merusak tatanandan pertahanan budaya leluhur.

Paradigma yang dibangunHaji Hasan Mustapa minimalmemberikan jembatan emas ba-gaimana Islam dan Sunda dapatdipadukan dengan harmonis se-hingga tafsir yang ditulisnya bu-kan hanya melampaui zaman-nya, tetapi juga memberikanwawasan baru yang kaya akanmakna dengan berpijak dalamjantung kebudayaan Sunda. ***

Penulis, kandidat doktorUnpad Bandung, Wakil RektorIAILM Pesantren SuryalayaTasikmalaya.


Top Related