Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
84
POTENSI KACANG-KACANGAN, UMBI-UMBIAN DAN TERNAK
UNTUK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
KABUPATEN SUMENEP
Imam Sutrisno1 dan Zaenal Arifin
2
1Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang
2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Dalam sektor pertanian, khususnya komoditi kacang-kacangan umbi-umbian dan
ternak masih perlu pengembangan untuk mendukung peningkatan pendapatan petani
secara optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan pengkajian tentang potensi
dan menyiapkan kebutuhan inovasi teknologi dan kelembagaan berdasarkan potensi
wilayah desa penerima Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) di Kabupaten Sumenep, yang meliputi 1) Desa Guluk-guluk,
Kecamatan Guluk-guluk, 2) Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten, dan 3)
Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih. Hasil kajian mengungkapkan bahwa
rendahnya pendapatan usahatani diantaranya disebabkan oleh penggunaan benih
bermutu, terbatas informasi teknologi pertanian dan penguasaan teknologi budidaya
spesifik lokasi masih rendah, kesuburan tanah rendah dan keterbatasan air, diversifikasi
usaha rendah. Guna mengantisipasi permasalahan yang ada diperlukan alternatif
inovasi,antara lain: (1) tidak menggunaan benih bermutu spesifik lokasi, (2) introduksi
teknologi budidaya tanaman, (3) pengelolaan tataguna air dan pemeliharaan ternak
yang spesifik lokasi, (4) introduksi pasca panen dan pengolahan hasil sebagai makanan
bernilai jual tinggi, (5) integrasi tanaman-ternak, dan (6) introduksi inovasi
kelembagaan. Disisi lain potensi pengolahan makanan komoditi kacang-kacangan dan
umbi-umbian oleh kelompok wanita tani (KWT) masih belum optimal. Dalam upaya
mempercepat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), maka harus
dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus oleh pelaku usaha, pembinaan
maupun bantuan modal pemerintah Kab. Sumenep beserta jajarannya, serta
menciptakan pasar hasil olahan makanan ringan.
Kata kunci: kacang-kacangan, umbi-umbian, ternak, agribisnis, petani.
ABSTRACT
In the agricultural sector, particularly commodities legumes tubers crops and
livestock still need to support the development of the optimalization increasing farmers'
income. Based on this, it is done and prepare an assessment of the potential of
technological innovation and institutional needs based on potential program
beneficiaries PUAP rural areas Rural Agribusiness Development Program (PUAP) in
Sumenep, which include 1) Guluk-guluk Village, Sub-Districts Guluk guluk, 2 )
Ambunten Tengah Village, Sub-District Ambunten, and 3) Juruan Daya Village, Sub-
District Batuputih. Results of the study revealed that low farm income due partly to the
use of quality seed, limited agriculture information technology and mastery of specific
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
85
aquaculture technology remains low, low soil fertility and water constraints, low
business diversification. In order to anticipate the problems that exist alternatives
needed innovation, among others: (1) do not use any specific quality seeds, (2)
introduction of crop cultivation technology, (3) management of water control and
maintenance of specific livestock, (4) introduction of post-harvest and food processing
as a result of high value, (5) crop-livestock integration, and (6) introduction of
institutional innovation. On the other hand the potential for commodity food processing
nuts and tubers by women farmers (KWT) is still not optimal. In an effort to accelerate
Rural Agribusiness Development (PUAP), it must be done jointly and continuously by
businesses, government guidance and capital assistance Kab. Sumenep and their staffs,
as well as creating the processed snacks market.
Keywords: legeumes, tubers, livestock, agribusiness, farmer.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan di kabupaten Sumenep menempati
posisi strategis dan penting, karena untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan bahan
pangan pokok masyarakat, meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan petani dan
masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi tidak
langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-input antar
industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga
sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan otonomi daerah maupun
nasional.
Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
tersebut dalam perencanaan dan implementasinya memerlukan dukungan data dan
informasi yang akurat dan lengkap, baik data bio-fisik desa, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat maupun preferensi petani dan pemerintah daerah setempat. Dalam rangka
memberikan dukungan data dan informasi seperti di atas diperlukan kegiatan
Participatory Rural Appraisal (PRA). Pemahaman Pedesaan secara partisiatif
merupakan cara untuk memahami secara partisipatif dan seluruh komponen masyarakat
desa mengenai masalah pembangunan di pedesaan dan upaya antisipasi yang
dibutuhkan dengan memperhitungkan kendala dan seluruh potensi sumber daya yang
tersedia.
Pelaksanaan PRA merupakan langkah awal yang harus dilakukan di desa/lokasi
PUAP yang ditujukan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi yang
dibutuhkan dalam rangka perancangan jenis-jenis inovasi yang akan dikembangterapkan
di lokasi PUAP. Kegiatan PRA yang dilakukan di Kabupaten Sumenep (wilayah timur
dari Jawa Timur), sumber penghasilan penduduk sebagian besar bermata pencaharian di
sektor pertanian. Dengan demikian sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama
sebagian besar penduduk Kabupaten Sumenep untuk kehidupan dan penghidupannya.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
86
Tujuan Penelitian
a. Memahami masalah dan potensi desa penerima Program PUAP (Desa Guluk-
guluk, Kecamatan Guluk-guluk; Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten;
dan Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih) yang meliputi : karakteristik bio-
fisik dan sosial ekonomi, aktifitas penggunaan sumberdaya dan teknologi spesifik
lokasi.
b. Menyiapkan kebutuhan inovasi teknologi dan kelembagaan berdasarkan potensi
wilayah.
Sasaran
a. Pemahaman masalah dan potensi desa penerima Program PUAP (Desa Guluk-
guluk, Kecamatan Guluk-guluk; Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten;
dan Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih) dalam penggunaan sumberdaya dan
teknologi spesifik lokasi.
b. Tersedianya inovasi teknologi dan kelembagaan berdasarkan potensi wilayah
spesifik lokasi.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Lokasi kegiatan PRA terletak di 3 desa ditentukan secara “purposive sampling”
dengan kriteria : a) merupakan desa yang menerima program PUAP (Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan), b) mempunyai keragaman agroekosistem berbeda dan
mewakili wilayah Kabupaten Sumenep, dan c) Gapoktan (Gabungan Kerlompok Tani)
dianggap sudah maju. Ketiga desa yang masuk kriteria tersebut, yaitu : 1) Desa Guluk-
guluk, Kecamatan Guluk-guluk, 2) Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten, dan
3) Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih.
Waktu pelaksanaan kegiatan PRA Program PUAP dilakukan dalam bulan
Nopember 2011 selama 3 hari untuk 3 desa yaitu Guluk-guluk, Ambunten Tengah, dan
Juruan Daya.
Metode Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, Dinas Peternakan, Kecamatan Dalam Angka, Potensi Desa dan BPS
Kabupaten Sumenep. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabulasi.
Kegiatan PRA pada dasarnya ditujukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
inovasi teknis dan kelembagaan agribisnis yang perlu dilaksanakan di Desa Guluk-
guluk, Kecamatan Guluk-guluk; Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten dan
Desa Juruan Daya Kecamatan Batuputih sesuai potensi sumberdaya yang tersedia dan
permasalahan yang dihadapi oleh praktisi agribisnis terutama petani. Informasi yang
dimaksud meliputi beberapa bidang, yaitu (a) bidang produksi, pengadaan sarana
produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran komoditas terpilih yang
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
87
akan dikembangkan, (b) bidang pemanfaatan pemanfaatan limbah pertanian untuk
pembuatan pupuk organik dan pakan ternak.
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam kegiatan PRA ini meliputi :
1) Analisa deskriptif lokasi penelitian
2) Analisis usahatani berdasarkan pola tanam di lahan kering dan lahan sawah yang
meliputi input-output dalam usahatani.
3) Tabulasi data sekunder dan data primer berdasarkan hasil diskusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Wilayah Kabupaten Sumenep
Jumlah penduduk Kabupaten Sumenep Tahun 2000 adalah 980.186 jiwa, dengan
pertumbuhan sebesar 0,20% per tahun dan kepadatan penduduknya sekitar 523
jiwa/km2. Penduduk perempuan lebih besar dibandingkan dengan penduduk laki-laki
yaitu 509.824 jiwa penduduk perempuan dan 506.947 jiwa penduduk laki-laki.
Berdasarkan usia kerja (15 tahun sampai dengan 55 tahun) mencapai jumlah 756.708
jiwa, dan berdasarkan pendidikannya maka penduduk yang tamat Sekolah Dasar (SD)
menduduki proporsi tertinggi, yaitu 235.847 jiwa. Saat musim penghujan antara bulan
Nopember sampai dengan bulan Pebruari, dan 7 (tujuh) bulan musim kemarau yang
terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan September. Keadaan ini memberikan
gambaran Kabupaten Sumenep yang kering dan gersang serta berpengaruh pada pola
penggunaan lahannya.
1. Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk
a. Profil Desa
Jenis tanah di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk adalah Brown Forest
Soil/Litosol/Mediteran dengan tekstur lempung berliat. Kesuburan tanah di Desa Guluk-
guluk tergolong rendah dengan kandungan C-organik dan N-total tergolong sangat
rendah. Kandungan K tergolong rendah dan kandungan P tergolong sedang. Tipe iklim
di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk berdasarkan Oldeman beriklim kering
yaitu D3 (1.036,6 mm/tahun) dengan 2 bulan basah dan 8 bulan kering. Pola tanam di
lahan sawah irigasi umumnya adalah Padi-tembakau=jagung, lahan tegalan
jagung+kedelai/kc.hijau-tembakau, dan lahan gunong jagung-bawang merah-tembakau.
b. Kelembangaan Tani
Jumlah kelompok tani sebanyak 20 kelompok dengan lembaga simpan pinjam 1
lembaga (Tabel 1).
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
88
Tabel 1. Kelembagaan dan Infrastuktur di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk
Pemasaran hasil di Desa Guluk-guluk lebih banyak dijual ke pedagang/
tengkulak, dan sebagian dijual langsung ke pasar desa atau dikoordinir oleh
Gapoktan/poktan (Gambar 2).
Gambar 2. Kelembagaan Pemasaran di Guluk-Guluk
Tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, hasil panen
lainnya selain sebagian kecil dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Kegiatan Kelompok
Wanita tani masih kurang intensif dan serius pembinaan keterampilan berbasis usaha
produktif. Kelompok wanita tersebut masih merupakan kelompok sosial dan belum
mempunyai usaha produktif yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
pendapatan rumah tangga petani.
c. Inovasi Teknologi Usahatani Tanaman dan Ternak
Tanaman pangan yang terluas adalah jagung, sedangkan tanaman kedelai pada
urutan kedua dan usaha peternakan adalah ayam buras dan sapi. Tanaman kedelai cukup
banyak diusahakan petani dan menurut petani komoditas tersebut cukup
menguntungkan terutama apabila saat panennya tepat, sedangkan hasil panen padi
hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan komoditi jagung sebagian hasil
dijual, namun hasil panen kedelai dijual semua. Rangking komoditas tanaman semusim
di desa ini, yaitu: 1) Jagung, 2) Kedelai, dan 3) Padi.
d. Analisa Usaha Tani
Berdasarkan analisis usahatani di lahan sawah irigasi, penanaman padi Ciherang
(MH) dan jagung Bisi-2 (MK1) diperoleh keuntungan dengan B/C ratio > 1 sehingga
secara ekonomi layak pada Tabel 7. Hasil analisis usahatani di lahan tegalan,
penanaman jagung Bisi-2 (MH), dan kedelai Wilis (MK1), mempunyai B/C ratio < 1
sehingga kurang layak secara ekonomi. (Tabel 2)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
89
Tabel 2. Analisis usahatani tanaman pangan di lahan sawah irigasi, Desa Guluk-guluk,
Kecamatan Guluk-guluk
Tabel 3. Analisis usahatani tanaman pangan di lahan tegalan, Desa Guluk-guluk,
Kecamatan Guluk-guluk
2. Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten
a. Profil Desa
Kecamatan Ambunten adalah bagian dari kabupaten Sumenep. Jenis tanah di
Kecamatan Ambunten adalah Mediteran Kemerahan/Litosol dengan tekstur lempung.
Kesuburan tanah di Kecamatan Ambunten tergolong rendah dengan kandungan C-
organik tergolong sangat rendah, kandungan N-total dan K tergolong rendah dan
kandungan P tergolong sedang. Pola tanam di lahan sawah tadah hujan umumnya
adalah padi-jagung-kedelai/kacang tanah dan pola tanam di tegalan adalah jagung-
jagung+kacang tanah-tembakau. Penelitian di Desa Ambunten Tengah, Kecamatan
Ambunten yang terletak di wilayah bagian tengah Kabupaten Sumenep mempunyai
topografi agak bergelombang dan jenis tanahnya Mediteran Kemerahan/Litosol.
Komposisi tanaman dan ternak secara umum padi sawah, jagung lokal & hibrida, kc.
hijau, kc. tanah, tembakau, ubikayu, akasia, jati mas, pisang, mangga, asam, nangka,
sapi, kambing, domba, ayam buras dan petelor.
b. Kelembangaan Tani
Jumlah kelompok tani sebanyak 11 kelompok dengan lembaga simpan pinjam 6
lembaga (Tabel 4).
Tabel 4. Kelembagaan Kelompok Tani di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
90
c. Inovasi Teknologi Usahatani Tanaman Kacang-Umbi
Tanaman kacang-umbi yang terluas adalah kacang tanah, sedangkan ubikayu
sangat terbatas (Tabel 5).
Tabel 5. Potensi luas lahan, produktivitas dan jumlah rumah tangga petani
Rangking komoditas tanaman semusim di desa ini, yaitu: 1)Padi, 2) Kacang
tanah, 3) Jagung, 4) Kedelai, dan 5) Ubikayu. Komoditas padi banyak ditanam petani
dengan alasan selain untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, juga mudah
dijualnya, sebaliknya tanaman ubikayu sedikit diminati petani karena umurnya panjang
dan harga jualnya murah.
d. Analisis Usaha Tani
Berdasarkan analisis usahatani di lahan sawah irigasi, penanaman kedelai Wilis
(MK1) diperoleh keuntungan yang rendah dengan B/C ratio < 1 sehingga secara
ekonomi kurang layak (Tabel 6).
Tabel 6. Analisis usahatani kedelai di lahan sawah irigasi dan komoditi kedelai dan
kacang tanah di lahan tegal, Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten
e. Pengembangan Pengolahan Makanan berbasis ekonomi
Komoditi kompetitif kacamg-umbi dari hasil survey adalah analisis pendapatan
pembuatan kerupuk ikan, keripik pisang dan keripik gayam yang dilakukan oleh
kelompok wanita tani (KWT) diperoleh keuntungan yang cukup tinggi, sehingga
pemasaran kripik tersebu berjalan lancar (Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9).
Tabel 7. Analisis pendapatan usaha kerupuk Ikan (KWT Srikandi)
Tabel 8. Analisis pendapatan usaha keripik Pisang (KWT Harum Melati)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
91
Tabel 9. Analisis pendapatan usaha keripik Gayam
Komoditi kacang-umbi mempunyai pasar, peminat dan komunitas konsumen
banyak, sehingga pengusahaan olah pangan komoditi ini masih mempunyai peluang.
Maka perlu kiranya pembinaan dan pelatihan pengolahan makanan berbahan dari
kacang-umbi dalam membentuk home industri yang berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat tani, khususnya kelompok wanita tani (KWT) di kabupaten
Sumenep.
3. Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih
a. Profil Desa
Jenis tanah di Kecamatan Batuputih adalah Mediteran Kemerahan/Litosol
dengan tekstur lempung liat berdebu. Kesuburan tanah di Kecamatan Batuputih
tergolong rendah dengan kandungan C-organik tergolong sangat rendah, kandungan N-
total tergolong rendah, serta P dan K tergolong sedang. Pola tanam di tegalan umumnya
adalah jagung+kacang tanah-kacang tanah, jagung-jagung, jagung-jagung+wijen.
b. Kelembangaan Tani
Jumlah kelompok tani sebanyak 7 kelompok dan pos penyuluhan desa 1 pos
(Tabel 10).
Tabel 10. Kelembagaan dan Infrastuktur di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk
c. Inovasi Teknologi Usahatani Tanaman dan Ternak
Tanaman pangan yang terluas adalah jagung, sedangkan usaha peternakan
adalah sapi dan kambing (Tabel 11).
Tabel 11. Potensi luas lahan/populasi ternak, produktivitas dan jumlah rumah tangga
petani
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
92
Komoditas kacang hijau banyak ditanam petani dengan alasan selain juga mudah
dijualnya dan mudah dalam pemeliharaan. Rangking komoditas tanaman semusim di
desa ini, yaitu: 1) Kacang hijau, 2), Kacang tanah, 3) Ubikayu.
d. Analisis Usaha Tani
Berdasarkan analisis usahatani di lahan tegalan, usahatani tanaman kompetitif
jagung lokal (MK1/MK2) mengalami keuntungan yang rendah dengan B/C ratio < 1
sehingga secara ekonomi kurang layak, bahkan usahatani ubikayu lokal (MK1)
mengalami kerugian (Tabel 12).
Tabel 12. Analisis usahatani tanaman ubikayu dengan tanaman kompetitinya di lahan
tegalan, Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih
Berdasarkan analisis pendapatan usaha keripik nangka, diperoleh keuntungan
yang cukup tinggi (Tabel 13).
Tabel 13. Analisis pendapatan usaha keripik nangka
B. Adopsi Inovasi Teknologi dan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
Dalam kegiatan usahatani di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Desa
Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten, dan Desa Juruan Daya Kecamatan Batuputih
masalah utamanya adalah pendapatan usahatani yang diperoleh petani masih rendah.
Hal ini terjadi karena rendahnya penggunaan benih bermutu, minimnya penguasaan
teknologi budidaya, keadaan lahan yang kurang subur serta pasca panen yang kurang
tepat. Peluang pengembangan usahatani tanaman kacang-umbi dan ternak didasarkan
pada penggalian masalah yang ada di lapang. Berdasarkan permasalahan yang ada
dapat dibuat kebutuhan inovasi, seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Kebutuhan inovasi dan sumber inovasi dalam usahatani tanaman kabi dan
ternak
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
93
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Berbasis Ekonomi
Pengolahan makanan komoditi kacang dan umbi dikembangkan pada indusri
rumahtangga oleh kelompok wanita tani (KWT) masih sangat sedikit, hal ini disebabkan
kurangnya penyebaran ke masyarakat informasi teknologi pengolahan makanan berbasis
ekonomi, tumbuhnya minat pasar rendah terhadap produksi dalam negeri, nilai jual
relatif murah dan tempat/kemasan lebih higenis dengan industri olahan makanan yang
sudah berkembang/maju. Walaupun banyaknya tantangan dan kendala pertumbuhan
home industri di kalangan Kelompok Wanita Tani (KWT), maka pihak pemerintah yang
terkait bersama masyarakat berkomitmen menciptakan diversifikasi pangan lokal
berbasis ekonomi guna meningkatkan ekonomi masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Komoditas palawija unggulan masyarakat di Kabupaten Sumenep yang diwakili
oleh Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Desa Ambunten Tengah, Kecamatan
Ambunten, dan Desa Juruan Daya Kecamatan Batuputih adalah kacang hijau, kacang
tanah, ubikayu dan sapi. Hasil kacang hijau dan kacang tanah masih mempunyai
produktivitas rendah sehingga pendapatan usahatani rendah. Rendahnya pendapatan
usahatani penggunaan benih tidak bermutu, adopsi teknologi pertanian dan penguasaan
teknologi budidaya spesifik lokasi masih rendah, kesuburan tanah rendah dan
keterbatasan air, diversifikasi usaha rendah.
Pengembangan potensi Kelompok Tani relatif kurang maksimal, khususnya
Kelompok Wanita Tani (KWT) tentang inovasi pengolahan hasil pertanian berbasis
ekonomi guna meningkatkan pendapatan keluarga tani. Untuk mengantisipasi
permasalahan yang ada diperlukan alternatif inovasi yaitu (1) pengunaan benih bermutu
spesifik lokasi, (2) introduksi teknologi budidaya tanaman, (3) pengelolaan tataguna air
dan pemeliharaan ternak yang spesifik lokasi, (4) introduksi pasca panen dan
pengolahan hasil sebagai makanan bernilai jual tinggi, (5) integrasi tanaman-ternak,
dan (6) introduksi inovasi kelembagaan.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
94
Saran-saran
Keterlibatan pemerintah daerah Kabupaten Sumenep, seluruh pihak yang terkait
dan peran aktif masyarakat dalam bentuk dukungan, kegiatan maupun penyediaan
prasarana yang dibutuhkan secara berkesinambungan dalam melaksanaan pembangunan
pertanian di pedesaaan bisa tercapai. Masyarakat harus terus semangat mengadopsi
inovasi budidaya pertanian dan pengolahan hasil pertanian berbasis ekonomi, guna
meningkatkan tingkat kesejahteraan keluarga petani.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L.I. 1992. Karakterisasi dan analisis agroekosistem dalam Appresiasi
Metodologi Analisa Zona Agroekologi untuk Pembangunan Sumberdaya
Lahan Pertanian. Proyek Penelitian Kelembagaan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian/ARMP II.
Anonimous, 2005. Laporan Diperta kabupaten Sumenep.
Badan Litbang Pertang Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengeembangan Agribiisnis
Kedelai, Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbiangan dan
Umbi-Umbiian. Malang: 27 hlm.
Djaenudin, D., N. Suharta, Marwan H., Anny M dan M. Soekardi, 1996. Evaluasi
sumberdaya lahan untuk mendukung penataan ruang wilayah propinsi daerah
tingkat I.
Joko SU, Erliana G, Rahmi Y, 2012. Tepung Kasava Modifikasi sebagai Bahan
Subtitusi Terigu Mendukung Diversifikasi Pangan. Buletin Palawija, No.23.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.
Mubardjo, 2013. Mencintai Produksi Agribisnis Dalam Negeri, Majalah Swadaya Vol.
3 Edisi 21 Mei 2013. Jakarta: 22 hlm.
Nitema G, 2006. Subtitusi Susu Kedelai dengan Susu Sapi pada Pembuatan Soyghurt
Instan. Fakultas Pertanian Unika St. Thomas. Sumatera Utara.
Puslit Tanah. 1989. Petunjuk teknis evaluasi lahan. Puslit Tanah, Bogor
Rahmi Y, Joko S, 2011. Karakteristik Mie Berbahan Baku Terigu Lokal dan Ubijalar
Ungu. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian,
Malang.
Ratnaningsih, Joko S.U, Sri S.A, Erliana G, 2006. Teknologi Pasca Panen Ubi Jalar
Mendukung Diversifikasi Pangan dan Pengembangan Agroindustri. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Buletin Palawija,
ISSN 1693-1882 No.11. Malang.
Rossiter, D. G. and A.R Van Wambeke, 1994. Automated land Evaluation System
(ALES). Version 4,5. User manual. Cornell. Univ. Dept. of Soil, Crop and
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
95
Atmospheric Science. SCAS Teaaching Series No. 193-2. Revision 4. Ithaca
NY USA.
Rudi I, Ratnaningsih, Erliana G, 2009. Karakteristik Fisik dan Kimia 17 Genotip
Kacang Hijau untuk Bahan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.
Sumenep dalam angka 2004, Kantor BPS kab. Sumenep 2005.
Susila S, 2009. Inovasi Teknologi Defatting: Peluang Peningkatan Diversivikasi
Produk Kacang Tanah dalam Indusrti Pertanian. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id / publikasi/ip033103.pdf. Di akses Jum’at,
31-5-2013.