Download - Presus Interna Ira
PRESUS
HIV DENGAN DISPEPSIA DAN
KANDIDIASIS ORAL
Pembimbing:
dr. Diany Nurliana T, Sp.PD
Disusun Oleh:
Ira Putri Anugrah
207315015
FK UPN “VETERAN” JAKARTA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 18 MARET – 25 MEI 2013
JAKARTA 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan tantangan besar dan masalah
kesehatan di seluruh dunia. Dua jenis HIV telah diidentifikasi HIV-1 adalah penyebab utama
infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 merupakan penyebab umum dari infeksi HIV di Afrika
Barat dan semakin di identifikasi di daerah lain. HIV-2 kurang virulen dibandingkan HIV-1.
Kandidiasis oral merupakan infeksi superfisial pada mulut yang disebabkan
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit jaringan lunak mulut yang mulai banyak
ditemukan, terutama sekali disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan yang
menghasilkan berbagai obat baru seperti antibiotik spektrum luas dan karena gangguan
sistem kekebalan seperti penderita HIV/AIDS atau penderita kanker yang menjalani
kemoterapi.
Kandidiasis oral merupakan infeksi superfisial pada mulut yang disebabkan oleh
jamur dari genus Kandida. Sejauh ini, Kandida albikan merupakan yang paling patogen dari
semua spesies Kandida dan menjadi etiologi utama kandidiasis oral. Fakta bahwa kandidiasis
oral merupakan infeksi jamur yang paling banyak ditemukan tidaklah mengherankan
mengingat hampir 50% dari rongga mulut manusia yang sehat membawa jamur ini sebagai
komponen normal mikroflora mulut.
Sebenarnya Kandida pada rongga mulut individu yang sehat merupakan organisme
komensal yang hidup bersama dengan mikrobial flora mulut dalam keadaan seimbang.
Tetapi, jika terjadi gangguan pada keseimbangan antara Kandida dengan anggota mikrobial
mulut lainnya, maka organisme ini dapat berproliferasi, berkolonisasi, menginvasi jaringan
dan menghasilkan infeksi oportunistik yang dikenal sebagai kandidiasis oral.
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan antara
Kandida dengan mikrobial lainnya, seperti pada keadaan xerostomia, pemakaian gigi palsu,
merokok, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunosupresif seperti HIV, keganasan
seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum
luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
Dari faktor-faktor tersebut, yang akhir-akhir ini sering dipelajari adalah kandidiasis
oral yang diakibatkan oleh efek samping dari perawatan kanker dengan kemoterapi.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl.Delima no 11 rt 6 rw 6 Tomang-Jakarta Barat
Tanggal masuk RS : 31 Maret 2013
Tanggal anamnesis : 1 April 2013
No. CM : 348719
II. DATA DASAR
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 April 2013 pukul 13.00 WIB.
• Keluhan Utama : Lemas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSPAD dengan keluhan lemas sejak 4 hari SMRS. Lemas
disertai dengan pusing, mual, muntah. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan turun
dikarenakan rasa tidak nyaman pada mulut karena ada sariawan. Sariawan mulai timbul
2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan adanya penurunan berat badan dari 58 kg
sampai 50 kg.
Pasien tidak pernah mengeluh adanya penurunan kesadaran. Selain itu pasien
mengeluhkan demam yang dirasakan terus menerus dan tidak terlalu tinggi. Demam
disertai dengan batuk berdahak warna hijau sejak 4 hari SMRS. Nyeri saat BAK (-),
anyang-anyangan (-). BAB normal, warna kuning kecokelatan, konsistensi lembek,
frekuensi 1x/hari. Mimisan (-), gusi berdarah (-).
5 tahun yang lalu, Pasien mengalami diare ±2 bulan lalu berobat di Puskesmas
Gambir, dengan gejala- gejala yang terdapat pada pasien kemudian dokter puskesmas
menyarankan pasien untuk melakukan skrinning HIV.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : tahun 2011
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat TB Paru : tahun 2010
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : tidak ada
Riwayat Hipertensi : tidak ada
Riwayat Diabetes Mellitus : tidak ada
Riwayat Penyakit Jantung : tidak ada
Riwayat Alergi : tidak ada
Riwayat Sosial :
Pasien mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual bebas sejak SMA.
Pasien tidak pernah menggunakan narkoba suntik ataupun transfusi darah.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 1 April 2013 pukul 13.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 84 x/menit, isi dan tekanan cukup, teratur
Frekuensi nafas : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,7 °C
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 18,5 kg/m2
Status gizi : Normoweight
Status Generalisata
Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada
hematom, suhu raba normal, turgor kulit baik, ulkus
dekubitus (-)
Kepala&rambut : Normocephal, rambut hitam dengan beberapa rambut
putih, distribusi merata, tidak mudah dicabut & tidak
mudah rontok.
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera tidak ikterik, kedudukan
bola mata simetris, pupil bulat isokor, diameter 3 mm,
lensa keruh -/-, reflek cahaya positif, edema palpebra
tidak ada
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, discharge tidak ada,
serumen (+/+)
Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum maupun
sekret hidung, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut & gigi : Mukosa mulut basah, tampak bercak- bercak putih pada
lidah
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil TI – TI tenang.
Leher : Simetris, JVP 5-2 cm, trakea lurus ditengah, kelenjar
tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening tidak
teraba membesar, tidak ada kaku kuduk.
Thorak : Bentuk normal (Normochest), simetris saat statis dan
dinamis, spider nervi tidak ada
Paru :
- Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak retraksi
supraklavikula dan interkostal, tidak ada pelebaran vena,
tidak tampak sikatriks.
- Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris.
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler pada kedua lapang paru,
ronkhi tidak ada , wheezing tidak ada..
Jantung :
- Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus Cordis tidak kuat angkat, teraba pada sela iga V
Linea Midclavicula Sinistra.
- Perkusi : Batas kanan jantung : sela iga IV linea sternalis dextra.
Batas kiri jantung : sela iga V linea midclavicula
Sinistra.
Batas pinggang jantung : sela iga III linea sternalis sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, tidak tampak benjolan, sikatriks maupun venektasi.
- Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba pembesaran, ballotement tidak ada, turgor kulit baik
- Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen. Shifting dullness
tidak ada.
- Auskultasi : Bising usus ada, normal
Ekstremitas : Telapak tangan dan kaki tampak pucat, palmar eritem (-/-),
akral hangat, CRT <2”, kekuatan motorik kaki kanan dan
kiri baik. Edema (-)
Refleks fisiologis
Refleks patela
Reflek achilles
Sensibilitas
Nyeri
Tekan
Raba
Kanan Kiri
(+) (+)
(+) (+)
Kanan Kiri
(+) (+)
(+) (+)
(+) (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
•Hematologi 31 maret
2013
1 April 2013 3 April 2013 Nilai rujukan
Hemoglobin 12.5 10,9* 11.6* 13-18g/dl
Hematokrit 34* 33* 36* 40-52%
Eritrosit 4,2* 4,0* 4.3* 4,3-6,0 juta/ul
Leukosit 3800* 3700* 5070* 6000-10800/ul
Trombosit 150000 165000 165000 150rb-400rb/ul
Hitung Jenis
Basofil - - 0 0-1%
Eosinofil - - 1 1-3%
Batang - - 2 2-6%
Segmen - - 75 50-70%
Limfosit - - 14 20-40%
Monosit - - 8 2-8%
MCV 82 82 83 80-96 fl
MCH 29 27 27 27-32
MCHC 36 34 33 32-36g/dl
RDW - - 15.00 11.5-14.5%
•Kimia klinik
Bilirubun Total - 0.48 <1.5 mg/dL
SGOT (AST) - - 23 <35 U/L
SGPT (ALT) - - 17 <40 U/L
Protein Total - - 8.2 6-8.5 g/dL
Albumin - - 3.7 3.5-5.0 g/dL
Globulin - - 4.5* 2.5-3.5 g/dL
CRP semi kuantitatif - - `12 <6 mg/dL
Ureum - 33 - 20-50 mg/dL
Kreatinin - 0.9 - 0,5-1,5mg/dL
Glukosa darah sewaktu - 111 - < 140mg/dl
Natrium (Na) - 130* - 135-147 mmol/L
Kalium (K) - 3.8 - 3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl) - 102 - 95-105 mmol/L
Imunoserologi
HbsAg (Rapid)
- -
Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV - - Non Reaktif Non Reaktif
CD4 - - 15 410-1590
4. Resume
Pasien laki- laki usia 33 tahun datang ke IGD RSPAD dengan keluhan lemas sejak
4 hari SMRS. Lemas disertai dengan pusing, mual, muntah. Pasien juga mengeluhkan
nafsu makan turun dikarenakan rasa tidak nyaman pada mulut karena ada sariawan.
Sariawan mulai timbul 2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan adanya penurunan berat
badan dari 58 kg sampai 50 kg.
Selain itu pasien mengeluhkan demam yang dirasakan terus menerus dan tidak
terlalu tinggi. Demam disertai dengan batuk berdahak warna hijau sejak 4 hari SMRS.
Pemeriksaan Fisik keadaan umum dan tanda- tanda vital dalam batas normal. Pada
status generalis ditemukan bercak- bercak putih pada lidah,Nyeri tekan epigastrium (+)
Pada pemeriksaan Lab : Hb 11,8 mg/dl, Ht 36, Erit 4,3jt/ul, leukosit 3700, CD4 15
5. Daftar Masalah
1. HIV on ARV
2. Candidiasis Oral
3. Dyspepsia dengan Low Intake
6. Pengkajian
1. HIV on ARV
• Anamnesa:
▫ 4 hari SMRS :lemas (+), pusing (+), mual (+) dan muntah (+), sariawan (+), BB turun, batuk (+) berdahak hijau, tahun 2008 terdiagnosis HIV
▫ PF : mulut : oral thrush (+)
▫ Lab : : Hb 11,8 mg/dl, Ht 36, Erit 4,3jt/ul, leukosit 3700, CD4 15
▫ Rdx : kultur sputum, urin lengkap dan feses lengkap
▫ Rth :
IVFD RL Aminofluid 1000cc/12 jam
Duviral 2x1
Neviral 2x1
2. Candidiasis Oral
• Anamnesa : sariawan (+), sulit makan (+).
• Px Fisik : Mulut : Oral thrush (+).
• Px lab –
• Th/
▫ Kandistatin drop 4x1 C
▫ Kotrimoxazol 1x2 tab
3. Dyspepsia dengan Low Intake
• Anamnesa
▫ Mual(+), muntah (+), nafsu makan turun, BB turun.
• Px Fisik: Mata: ca-/-, NTE (+)
• Px Lab : elektrolit
• Th:
▫ Ondancentron 2x1 amp
▫ Panzoprasol 1x1 amp
7. Prognosis
Quo Ad Vitam : dubia ad malam
Quo Ad Functionam : dubia ad malam
Quo Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kandidiasis Oral
3.1 Definisi
Kandidiasis oral (juga dikenal sebagai "thrush") adalah infeksi jamur ragi Candida
genus pada selaput lendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau
kurang umum oleh Candida glabrata atau tropicalis Candida.
3.2 Epidemiologi
a. Perkembangan HIV/AIDS dan Kandidiasis Oral
Immunodeficiency virus yang dominan pada manusia adalah (HIV) HIV-1, dan HIV-
2. Kedua jenis HIV yg dapat menyebabkan defisiensi imun sindrom yang diperoleh (AIDS)
biasanya akan disertai dengan kandidosis oral (OC).
Frekuensi Candida yang terisolasi dan tanda-tanda klinis OC juga meningkat dengan
infeksi HIV yang semakin berkembang.Kandidosis orofaringeal (OPC) telah dilaporkan
terjadi pada 50-95% dari semua orang HIV-positif di beberapa waktu semasa perkembangan
ke full-blown AIDS. Dalam satustudi dari 62 pasien yang terinfeksi HIV Candida albicans
yang terisolasi adalah 57,7%, 76,5% dan 87,5% untuk stadium 1, 2 dan 3 masing-masing
pasien. Konsisten dengan studi ini, sebuah laporan mengungkapkan bahwa mereka yang
memiliki OC akan berisiko 2,5 kali lipat untuk mnederitai AIDS dibandingkan mereka yang
tidak.
b. Prevalensi Kandidiasis Oral pada pasien yang terinfeksi HIV
Pada tahun 2001 berkisar 5,8-98,3%. Prevalensi di Asia berkisar dari 8% (India: 50
pasien terinfeksi HIV di bawah anti-retroviral terapi aktif: ART) sehingga 98,3% (Kamboja:
121 pasien terinfeksi HIV yang tidak diterapi antimycotics), sementara di Afrika berkisar
antara 34,9% di Kamerun sampai 80% di Kenya. Prevalensi OC di Latin dan Amerika
Selatan bervariasi dari 28,6% (Brazil: 161 pasien yang terinfeksi HIV, 70,8% dari mereka
memiliki pengobatan anti-retroviral: ARVT) sehingga 52% (Venezuela: 75 pasien terinfeksi
HIV, 62,7% dari mereka telah mendapatkan ARVT). Di negara industri yang lain, ia
bervariasi dari 5,8% (AS: 294 remaja terinfeksi HIV, 45,6% dari mereka telah mendapatkan
ARVT) sehingga 84,6% (Rusia: 13 AIDS pasien).
3.3 Patofisiologi
HIV menghasilkan defisiensi imun seluler yang ditandai dengan penurunan jumlah
limfosit T helper (CD4 sel). Kebanyakan infeksi dan proses neoplastik yang terlihat pada
kulit pasien yang terinfeksi HIV difasilitasi oleh hilangnya CD4 sel-sel sistem kekebalan
tubuh.4
Model hewan menunjukkan bahwa sel-sel Langerhans adalah target seluler pertama
dari virus, yangbergabung dengan limfosit- CD4+ dan menyebar ke jaringan yang lebih
dalam. Pada penelitian dengan menggunakan subyek manusia, glikoprotein 120, protein yang
dibungkus virus, mengikat molekul CD4+, namun masuknya glikoprotein 120 ke dalam sel
memerlukan coreceptor, CCR5, yang merupakan reseptor kemokin permukaan. Kejadian
viremia plasma yang cepat dengan penyebarluasan virus telah diamati setelah inokulasi
virus.
Pada manusia, viremia ini muncul 4-11 hari setelah masuknya virus ke
mukosa.Tingkat replikasi virus menurun dengan respon kekebalan virus-spesifik di host yang
dimediasi oleh limfosit sitotoksi, khusus ditujukan terhadap virus.Beberapa faktor yang
disekresikan oleh sel CD8+ dapat juga mengkontribusi terhadap penurunan viral load. Setelah
kejadian ini, set point virus akan seterusnya dikembangkan.
3.4 Etiologi
C. albicans adalah organisme penyebab kandidosis yang paling dominan. Spesies lain,
termasuk krusei Candida, telah muncul pada orang yang mengalami immunocompromised.
Candida glabrata merupakan penyebab munculnya kandidosis orofaringeal pada pasien yang
menerima radiasi untuk kepala dan leher.Pada pasien dengan infeksi HIV, spesies baru,
seperti dubliniensis Candida dan inconspicua Candida, telah ditemukan. C. albicans
merupakan organisme komensal yang tidak berbahaya yang mendiami mulut hampir 50%
dari populasi (pembawa); sel persister secara klinis relevan, dan pada terapi antimikroba
memilih untuk strain tinggi persister di vivo.
Dalam keadaan tertentu, C. albicans dapat menjadi patogen oportunistik. Seperti
keadaan yang cocok untuk itu untuk menjadi oportunis mungkin gangguan di flora lisan atau
penurunan pertahanan kekebalan.
3.5 Gambaran Klinis
Kandidiasis oral terjadi dalam 3 bentuk pada pasien HIV iaitu type orofaringeal,
esofagus, dan vulvovaginal.Kandidiasis orofaringeal adalah salah satu manifestasi awal HIV
karena defisensi imun dan biasanya mempengaruhi pasien HIV stadium berat yang tidak
diobati.Ini baru tampak dalam waktu bulan atau tahun sebelum terjadinyanya penyakit
oportunistik yang lebih berat.kandidiasis oral adalah suatu tanda penting yang menunjukkan
keberadaan atau perkembangan lanjut penyakit HIV. Meskipun biasanya tidak berhubungan
dengan morbiditas berat, kandidiasis oral dapat secara klinis signifikan. Kandidiasis oral yang
parah dapat mengganggu administrasi obat dan asupan gizi yang memadai, dan bisa
menyebar ke kerongkongan.
Kandidiasis esophagus tetap menjadi salah satu infeksi oportunistik yang paling
umum di negara-negara dimana kombinasi terapi antiretroviral (ART) adalah bagian rutin
standar perawatan.Kandidiasis vulvovaginal merupakan hal yang penting untuk diperhatikan
bagi perempuan yang terinfeksi HIV, meskipun hubungan kandidiasis vulvovaginal terhadap
infeksi HIV tetap tidak jelas.Dalam negara-negara yang miskin sumber daya, kandidiasis
mukokutan adalah masalah yang tangguh. Meskipun frekuensi penyakit mukosa tersebar
dengan luas, infeksi invasif dengan Candida dan yeast yg berkaitan ternyata jarang
ditemukan.
Klasifikasi kelainan mukosa type orofaringeal pada pasien yang terinfeksi HIV dapat
berbentuk:
a) Kandidosis pseudomembran akut (thrush)
Thrush dapat diamati pada neonatus sehat atau orang yang menggunakan antibiotik,
kortikosteroid, atau pada kasus xerostomia yang mengganggu mikroflora oral.Orofaringeal
thrush kadang-kadang dapat merumitkan penggunaan inhaler kortikosteroid. Kelainan
kekebalan, khususnya infeksi HIV, pengobatan imunosupresif, leukemia, limfoma, kanker,
dan diabetes, dapat meningkatkan risiko infeksi kandidiasis.
b) Erythematous kandidosis
Kandidosis erythematous dapat menyebabkan mulut merah dan sakit, terutama lidah,
pada pasien yang memakai spektrum antimikroba luas.Ia juga bisa merupakan fitur penyakit
HIV. Median rhomboid glossitis adalah bercak merah yang terjadi di tengah dorsum,
posterior dari dua pertiga anterior lidah dan terutama diamati pada perokok dan pada mereka
dengan penyakit HIV.
c) Kandidosis kronik mukokutan
Kandidosis kronis mukokutan (CMC) adalah sekelompok sindrom yang jarang, yang
kadang-kadang termasuk kalainan system kekebalan tubuh, di mana kandidosis mukokutan
yang persisten berespon buruk terhadap pengobatan topikal.Umumnya, semakin parah
kandidosis, semakin besar kemungkinan bahwa kelainan imunologi (terutama kekebalan sel
yang dimediasi) dapat diidentifikasi. Penelitian terbaru menunjukkan cacat dalam produksi
sitokin (interleukin 2 dan interferon-g) sebagai respon terhadap antigen dengan fungsi
limfosit TH1 yang berkurang dan aktivitas TH2 yang ditingkatkan (dan interleukin 6
meningkat), dan tingkat penurunan serum imunoglobulin G2 dan imunoglobulin G4.
Gejala OPC mungkin termasuk rasa sakit terbakar, sensasi rasa yang berubah, dan
kesulitan menelan cairan dan kadang-kadang dengan adanya massa. Banyak pasien tidak
menunjukkan gejala. Kebanyakan orang dengan OPC hadir dengan kandidiasis
pseudomembran atau sariawan (plak putih pada mukosa bukal, gusi, atau lidah) dan ada yg
memperlihatkan atrophic candidiasis akut (eritematosa mukosa) atau kandidiasis hiperplastik
kronis (leukoplakia, berbeda dari "hairy leukoplakia” yang melibatkan lidah, atau cheilitis
sudut (peradangan dan retak di sudut-sudut mulut).
Kandidiasis esofagus biasanya dibarengi dengan adanya OPC yang biasanya disertai
dengan disfagia dan odynophagia.Sebanyak 40% dari pasien dengan OPC dengan
keterlibatan esofagus mungkin asimtomatik. Kadang-kadang, penyakit esofagus dapat terjadi
karena tidak adanya penyakit orofaringeal yang terdeteksi secara klinis.
3.6 Diagnosa
Diagnosis dari OPC biasanya dibuat oleh penampilan karakteristik klinis dan isolasi
organisme tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosis.
Gambar 1: Pseudomembranous candidosis
Bercak putih pada permukaan mukosa mulut, lidah, atau bagian lain dari tubuh adalah
ciri khas thrush. Lesi berkembang menjadi plak konfluen yang menyerupai dadih susu dan
bisa ditarik untuk mengungkapkan keadaan erythematosa dengan dasar yang berdarah.
Gambar 2: Erythematous candidosis in HIV/AIDS.
Daerah eritematosa umumnya ditemukan pada dorsum lidah, langit-langit, atau
mukosa bukal.Lesi pada dorsum lidah tampak sebagai area depapillated.daerah merah sering
terlihat di langit-langit mulut orang dengan infeksi HIV. Angular stomatitis yang berkaitan
juga bisa ditemukan.
Kandidosis hiperplastik kronis (Candida leukoplakia)
Lesi yang diskrit dan kronis, terangkat dari permukaan yang mungkin bervariasi dari
kecil, dapat dipalpasi, besar, padat, plak opak yang keras dan kasar dengan sentuhan dapat
diamati.Daerah homogen atau berbintik-bintik, yang tidak dapat dihilangkan dengan gesekan
(lesi nodular), dapat juga dilihat.Leukoplakia yg berbintik-bintik menyumbang 3-50% dari
kesemua Candida leukoplakias. Candida leukoplakias biasanya terjadi pada permukaan dalam
pipi salah satu atau keduanya,dan sangat jarang terjadi pada lidah.
Kandidosis multifocal oral kronik
Dalam minoritas individu, infeksi Candida kronis dapat dilihat di banyak area oral
situs dengan berbagai kombinasi termasuk (1) stomatitis sudut, yang unilateral atau bilateral
dan ditemui sebagian besar pada pemakai gigi tiruan, (2) leukoplakia retrocommissural, yang
paling konstan komponen dari tetrad, (3) median rhomboid glossitis, dan lesi palatal (4).
Kriteria tambahan termasuk (1) lesi yang lebih dari durasi 1-bulan; (2) tidak adanya
predisposisi kondisi medis, (3) pengecualian individu yang menjalani radioterapi atau
administrasi jenis-jenis obat iaitu anti inflamasi, imunosupresif, sitotoksik, atau psikotropika
agen atau antibiotik.
Tipe ini paling sering terjadi pada perokok tembakau mereka laki-laki di dekade
kelima atau keenam. Terapi anti jamur dapat mengatasi infeksi dan menhasilkan perbaikan
klinis namun kekambuhan dalah sering kecuali jika merokok dapat dikurangi.
Kultur orofaringeal sering menunjukkan spesies Candida, tetapi ini saja tidak
diagnostik karena kolonisasi adalah umum.Diagnosis OPC dapat dikonfirmasikan dengan
memeriksa persiapan slide kalium hidroksida% 10 (KOH) dengan scraping dari lesi
aktif.Pseudohyphae dan ragi budding adalah temuan khas.Tampilan lesi dan adanya ragi pada
pemeriksaan mikroskopis orofaring cukup untuk mengkonfirmasikan diagnosis.Persiapan
KOH tidak wajib untuk mendiagnosa OPC.Diagnosis dari OPC juga dapat dilakukan dengan
deteksi visual dari lesi karakteristik dengan resolusi dari lesi setelah diberikan terapi anti
jamur.Kultur biasanya tidak diperlukan kecuali lesi menghilang dengan terapi antijamur yang
sesuai. Pada pasien dengan responsif OPC nya buruk, kultur harus diperoleh untuk mencari
obat-tahan ragi strain yang merespon buruk untuk azoles tertentu (misalnya, C krusei atau
glabrata C). Biopsi dari lesi oral jarang membantu atau diindikasikan untuk diagnosis
kandidiasis oral.
Diagnosis esophagitis Candida dapat dibuat pada pasien dengan disfagia dan / atau
odynophagia yang telah memiliki OPC. Menelan barium atau endoskopi GI atas dapat
mengkonfirmasi kecurigaan keterlibatan esophagus. Studi-studi ini tidak selalu diperlukan
kecuali kondisi pasien gagal membaik dengan terapi anti jamur sistemik yang sesuai. Jika
gejala kelainan esofagus pada pasien dengan OPC tidak membaik meskipun dengan resolusi
dari lesi oral, endoskopi diindikasikan untuk menyingkirkan penyebab lain dari esophagitis
(misalnya, cytomegalovirus, herpes simplex virus) pada orang yang terinfeksi HIV.
Diagnosis dari esophagitis Candida dikonfirmasikan dari kehadiran gambaran-gambaran ragi
pada pemeriksaan histologi dari lesi esofagus. Kultur untuk mencari ragi yang resistan
terhadap obat adalah wajib pada pasien yang membutuhkan endoskopi.Menelan barium
jarang diindikasikan pada pasien terinfeksi HIV dengan penyakit esofagus karena biasanya
tidak mungkin bisa menentukan penyebab kelainan berdasarkan penampilan radiologis
sendiri.
3.7Terapi
Berbagai macam agen efektif untuk pengobatan kandidiasis seperti table di bawah:6
Pilihan Terapi pada Kandidiasis Mukosa
Kandidiasis Orofaringeal (OPC)
Clotrimazole 10 mg 4-5/hari x 7-14 hari.kelainan gastrointestinal (GI)
Suspensi nystatin 100,000 unit/cc 5 cc 4kali sehari x 7-14 hari , Kelainan GI
Ketoconazole 200 mg/hari x 7-14 hari.Kelainan GI, hepatitis, efek endokrin
Itraconazole 100-200 mg/hari x 7-14 hari Kelainan GI, hepatitis
Fluconazole 100-200 mg/hari x 7-14 hari Kelainan GI, hepatitis
Kandidiasis Esofageal
Fluconazole* 100-400 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis
Ketoconazole 400 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis, efek endokrin
Itraconazole 200 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis
Faktor-faktor penting yang menentukan respon klinis, selain pilihan agen anti jamur,
termasuk luas dan keparahan penyakit, kepatuhan pasien, dan sifat farmakokinetik obat.
Pengobatan OPC dan kandidiasis vagina relatif sederhana,dengan kebanyakan jenis
merespons terhadap terapi. Secara keseluruhan, penelitian secara acak menunjukkan sedikit
perbedaan antara terapi topikal dan sistemik.OPC ringan atau penyakit vulvovaginal sering
dapat diobati dengan terapi topical tetapi episode sedang dan berat biasanya membutuhkan
terapi sistemik. Esophagitis selalu membutuhkan terapi sistemik.
Nistatin digunakan dalam persiapan topikal.Bentuk oral tidak diserap dan memiliki
efek samping yang minimal selain dysgeusia.Klotrimazol tersedia sebagai solusi, semprot,
dan tablet untuk penggunaan oral.Klotrimazol memiliki efek samping sedikit, dan diserap
dari saluran pencernaan buruk. Ketokonazol tersedia sebagai tablet atau krim. Oral
penyerapan ditingkatkan ketika pH lambung adalah <4,0. Itrakonazol tersedia dalam solusi
oral kapsul, dan bentuk parenteral.
Flukonazol, senyawa triazole pertama kali dirilis di Amerika Serikat, diserap lebih
lengkap dari itraconazole atau ketoconazole karena penyerapan tidak tergantung pada
keasaman lambung atau asupan makanan.Flukonazol tersedia di suspensi, tablet, dan bentuk
parenteral.Secara umum, efek samping dari ketoconazole, itraconazole, flukonazol,
posaconazole, dan vorikonazol adalah serupa, yang lebih umum adalah sakit kepala,
dispepsia, diare, mual, muntah, hepatitis, dan ruam kulit.
3.8Pencegahan
Metode yang paling penting dalam mencegah kandidiasis mukokutan adalah dengan
memperbaiki kekebalan yang hilang akibat infeksi HIV.Kombinasi ART adalah intervensi
terbaik untuk mengurangi timbulnya kandidiasis mukokutan.Beberapa studi menunjukkan
penurunan tingkat kolonisasi dan penyakit klinis dengan penggunaan ART kuat.Penurunan
ini telah berkorelasi dengan penurunan tingkat HIV-1 RNA dalam plasma.intervensi lain
yang mungkin termasuk berhenti merokok, kebersihan mulut yang baik, menghindari
antibiotik yang tidak perlu, steroid, dan obat-obatan anti jamur yang spesifik.
Meskipun kandidiasis mukokutan yang berulang sering pada orang dengan infeksi
HIV yang tidak diobati dengan lanjut, indikasi untuk terapi antifungi untuk tujuan profilaksis
masih belum pasti.Dengan demikian, meskipun profilaksis dapat mengurangi risiko
kandidiasis mukokutan, tidak ada manfaat kelangsungan hidup yang terkait.Selain itu,
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terus menerus, paparan jangka panjang untuk
antijamur seperti flukonazol dapat menyebabkan timbulnya resistensi dan infeksi refraktori.
Akibatnya, sebagian besar ahli tidak menganjurkan profilaksis primer antijamur universal.
BAB IV
KESIMPULAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus merupakan tantangan besar dan masalah
kesehatan di seluruh dunia.Dua jenis HIV telah diidentifikasi. HIV-1 adalah penyebab utama
infeksi HIV di seluruh dunia.Manifestasi cutaneous, yang mungkin merupakan tanda awal
imunosupresi virus terkait, sering terjadi padapasien yang terinfeksi HIV. Oral kandidiasis,
(OC) adalah istilah kolektif yang diberikan kepada sekelompok gangguan mukosa oral yang
disebabkan oleh patogen fugal milik genus Candida.1
Kandidiasis oral (juga dikenal sebagai "thrush") adalah infeksi jamurragi Candida
genus pada selaput lendir mulut.Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kurang
umum oleh Candida glabrata atau tropicalis Candida.5 C. albicans adalah organisme penyebab
kandidosis yang paling dominan. Dalam keadaan tertentu, C. Albicans dapat menjadi
patogenoportunistik. Seperti keadaan yang cocok untuk itu untuk menjadi oportunis mungkin
gangguan di flora lisan atau penurunan pertahanan kekebalan.4
Kandidiasis oral terjadi dalam 3 bentuk pada pasien HIV yaitu type orofaringeal,
esofagus, dan vulvovaginal. Kandidiasis orofaringeal adalah salah satu manifestasi awal HIV
karena defisensi imun dan biasanya mempengaruhi pasien HIV stadium berat yang tidak
diobati. Kandidiasis esophagus tetap menjadi salah satu infeksi oportunistik yang paling
umum di negara-negara dimana kombinasi terapi antiretroviral (ART) adalah bagian rutin
standar perawatan. Kandidiasis vulvovaginal merupakan hal yang penting untuk diperhatikan
bagi perempuan yang terinfeksi HIV, meskipun hubungan kandidiasis vulvovaginal terhadap
infeksi HIV tetap tidakjelas.
Faktor-faktor penting yang menentukan respon klinis, selain pilihan agen anti jamur
termasuk luas dan keparahan penyakit, kepatuhan pasien, dan sifat farmakokinetik obat.
Pengobatan OPC dan kandidiasis vagina relatif sederhana, dengan kebanyakan jenis
merespons terhadap terapi. Secara keseluruhan, penelitian secara acak menunjukkan sedikit
perbedaan antara terapi topikal dan sistemik. OPC ringan atau penyakit vulvovaginal sering
dapat diobati dengan terapi topical tetapi episode sedang dan berat biasanya membutuhkan
terapi sistemik. Esophagitis selalu membutuhkan terapi sistemik.