Download - Proposal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah
ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi,
terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas (gizi
lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti penyakit hipertensi,
diabetes melitus, kardiovaskuler, stroke, dan lain-lain.
WHO SEARO (South East Regional Office) melaporkan bahwa 52%
penyebab kematian di tahun 2000 adalah akibat penyakit tidak menular, 9% akibat
kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Diperkirakan
pada tahun 2020 kasus penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 73% sebagai
penyebab kematian, dan merupakan 60% beban penyakit dunia.
Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang
prevalensinya cukup tinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003
menyebutkan, di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa (sekitar 26
%) menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan
meningkat menjadi 29 persen. Sementara itu penderita diabetes melitus angkanya
mencapai 194 juta jiwa atau 5,1% dari penduduk dunia usia dewasa dan pada tahun
2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa.
Di Indonesia, penderita hipertensi jumlahnya terus meningkat. Penelitian
hipertensi berskala nasional telah banyak dilakukan antara lain Survey Kesehatan
Nasional (Surkesnas), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), dan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Hasil Surkesnas (2001) menunjukkan proporsi
hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Sedangkan hasil SKRT (2004), hipertensi
pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Sementara hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan
2001, penyakit hipertensi selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi
terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan 26,4%. Laporan Hasil riset kesehatan
terbaru berskala nasional yakni Riskesdas (2008) menyebutkan bahwa prevalensi
1
nasional hipertensi (berdasar pengukuran) pada penduduk umur > 18 tahun adalah
sebesar 29,8%.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di kecamatan Mampang Prapatan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Indonesia khususnya di Kecamatan Mampang Prapatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas hidup penderita
hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang
Prapatan.
2. Mengetahui hubungan perilaku beresiko dengan kualitas hidup penderita
hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang
Prapatan.
3. Mengetahui hubungan determinasi sosial dengan kualitas hidup penderita
hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang
Prapatan.
4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap penyakit dengan
kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di
Kecamatan Mampang Prapatan.
1.4. HIPOTESIS PENELITIAN
2
1. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kualitas hidup penderita
hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang
Prapatan.
2. Terdapat hubungan antara perilaku beresiko dengan kualitas hidup
penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan
Mampang Prapatan.
3. Terdapat hubungan antara determinasi sosial dengan kualitas hidup
penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan
Mampang Prapatan.
4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap penyakit dengan
kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di
Kecamatan Mampang Prapatan.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Bagi akademik:
Memberikan informasi tentang pengaruh aktifitas fisik dan faktor lainnya terhadap
kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus.
Bagi pelayanan kesehatan:
Sebagai masukan untuk dapat memberikan penyuluhan tentang informasi cara
meningkatkan kualitas hidup terutama pada penderita hipertensi dan diabetes melitus
serta melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Bagi peneliti:
Untuk menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus.serta bagaimana cara meningkatkan
kualitas hidup tersebut.
1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1. Ruang lingkup tempat
3
Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan, DKI Jakarta.
1.6.2. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
sampai Mei tahun 2013
1.6.3. Ruang lingkup materi
Materi dibatasi pada pria dan wanita dewasa dengan usia 20 sampai 59 tahun
(usia produktif).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
2.1.1. Definisi
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyakit yang
menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. 8 Keduanya sulit
dipisahkan dalam manajemen maupun pembahasannya, sehingga istilah kardio
(jantung) dan vaskular (pembuluh darah) sulit dipisahkan. 8
Beberapa penyakit yang termasuk kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah
adalah hipertensi, penyakit jantung koroner (termasuk angina pektoris, infark
miokard akut), penyakit pembuluh darah otak (TIA=transient ischemic attack,
strok), penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit
jantung katup, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan,
kardiomiopati, dan lain-lain. 9
2.1.2. Epidemiologi
Pada tahun 2030, diperkirakan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah di
dunia meningkat menjadi 23.6 juta. 9 Berdasarkan laporan World Health
Organization (WHO) tahun 2011, diperkirakan total kematian tahun 2008 di Asia
Tenggara sebanyak 14,5 juta orang dengan 7,9 juta (55%) disebabkan karena
penyakit tidak menular. Penyakit kardiovaskular (CVDs) sendiri menyumbang 25%
dari semua kematian. Di Indonesia, angka kematian penyakit tidak menular
meningkat dari 42% pada tahun 1995 menjadi 60% pada tahun 2007. 5,8
Hasil Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit
jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran
tekanan darah) sangat tinggi, yaitu sebesar 31,7%, sedangkan penyakit jantung 7,2%,
dan stroke 8,3 per 1000 penduduk. 5
5
Strok merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai
15,4%, sedangkan hipertensi 6,8%, penyakit jantungiskemik 5,1%, dan penyakit
jantung lainnya 4,6%. Angka kematian pada kelompok usia 45- 54 tahun di daerah
perkotaan akibat strok 15,9% yang merupakan penyebab utama kematian, penyakit
jantung iskemik 8,7%, hipertensi dan penyakit jantung lain masing masing 7,1%,
sedangkan di pedesaan akibat strok 11,5% yang menempati peringkat kedua setelah
TB, hipertensi 9,2%, dan penyakit jantung iskemik 8,8%. Sementara itu, angka
kematian pada kelompok usia 55- 64 tahun di daerah perkotaan akibat strok 26,8%
sebagai penyebab utama kematian, hipertensi 8,1%, penyakit jantung iskemik 5,8%,
dan penyakit jantung lain 4,7%. Sedangkan di pedesaan akibat strok 17,4% juga
merupakan penyebab utama kematian, hipertensi 11,4%, penyakit jantung iskemik
5,7%, dan penyakit jantung lain 5,1%. 8
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi beberapa faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah, seperti berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum)
19,1%, obesitas sentral 18,8%, diabetes melitus di daerah perkotaan 5,7%, sering
(satu kali atau lebih setiap hari) makan makanan asin 24,5%, sering makan makanan
berlemak (tinggi lemak) 12,8%, kurang sayur buah 93,6%, kurang aktivitas fisik
48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan
konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6%.
2.1.3. Faktor Risiko
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah suatu kondisi yang secara
potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah pada seseorang atau kelompok tertentu.
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi,
yaitu riwayat keluarga, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dibagi berdasarkan faktor risiko tingkah laku (merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan, dan kurang aktivitas fisik), faktor risiko biologis
(diabetes melitus, dislipidemia, obesitas umum dan sentral, serta hipertensi) dan
stres. 6,8
6
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dalam hal ini adalah kecenderungan terdapat penyakit
keturunan. Penyakit keturunan adalah menderita atau mendapat sesuatu
(penyakit dan sebagainya) yg menurun dari generasi sebelumnya. 10 Adanya
riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.
2. Umur
Umur adalah umur responden saat dilakukan penelitian. 11 Risiko penyakit
jantung dan pembuluh meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan
di atas 65 tahun untuk perempuan.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah ciri atau karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang
adalah laki-laki atau perempuan. 12 Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan.
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
1. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. 10,13 Risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan
tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah
sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan
tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab
tersering penyakit jantung koroner dan strok, serta faktor utama dalam gagal
jantung kongestif. Studi yang ada menyebutkan bahwa risiko gagal jantung
kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi.
7
2. Merokok
Merokok adalah suatu aktivitas menghisap ataupun menghirup asap rokok
dengan membakar tembakau rokok, pipa, atau cerutu. 12 Risiko penyakit jantung
koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok.
Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon
monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol-HDL
("kolesterol baik"), peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel
pembuluh darah koroner. 8
Prevalensi penggunaan tembakau bervariasi secara signifikan di seluruh negara-
negara anggota Asia Tenggara. Merokok lebih tinggi di kalangan laki-laki
sementara pada wanita biasanya digunakan untuk mengunyah tembakau.
Prevalensi penggunaan berbagai macam asap tembakau saat ini berkisar dari
26% di India dan 61% di Indonesia pada laki-laki dan kurang dari 1% di Sri
Lanka dan 29% di Nepal pada wanita.
3. Konsumsi alkohol
Alkohol adalah salah satu dari serangkaian senyawa kimia organik di mana
hidrogen (H) terikat pada atom karbon yang diganti dengan hidroksil (OH).
Alkohol bereaksi dengan asam membentuk ester dan dengan logam alkali untuk
membentuk alkoholat. Alkohol terbuat dari gula, pati, dan karbohidrat lain
dengan fermentasi dengan ragi, dan sintetis dari etilen atau asetilen. Alkohol
telah digunakan dalam minuman dan sebagai kendaraan, pelarut, pengawet,
pendingin, dan desinfektan, serta telah digunakan secara internal sebagai
analgesik, antipiretik, dan obat penenang. 14
4. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. 15 Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang
air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan
8
menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM antara lain adalah
kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh,
bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk,
gangguan ereksi, dan lain-lain.
Diagnosis pada DM dapat ditegakkan bila:
a. Keluhan khas; gula darah (GD) sewaktu ≥200 mg/dL, atau GD puasa ≥126
mg/dL.
b. Keluhan tidak khas; GD sewaktu ≥200 mg/dL, atau GD puasa ≥126 mg/dL,
pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda.
c. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test
Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300
kalori), yaitu:
- 140 mg/dL (Tidak DM)
- 140-199 mg/dL (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
- ≥200 mg/dL (DM).
Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM
akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan
jantung. Target pengobatan pada pasien dengan DM adalah kadar HbA1C ≤6,
kadar gula darah puasa <110 mg/dL, atau gula darah 2 jam PP <135 mg/dL. 16
5. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat
badan normal atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat
dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
Berat badan normal bila IMT antara 18,5-22,9 kg/m2, berat badan lebih bila
IMT=23-24,9 kg/m2, dan obesitas bila IMT>25 kg/m2. 17 Berat badan lebih dan
obesitas disebut obesitas umum.
Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam
peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan
9
lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Lingkar perut ≥90 cm untuk laki- laki dan ≥80 cm untuk
perempuan (obesitas sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. 8
6. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh gerakan otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. 17,18 Beberapa studi menunjukkan
adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh
darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh
darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri
dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan
baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya
penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh termasuk meningkatkan
kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran jasmani. 8
7. Asupan makanan
Asupan makanan adalah jumlah atau intake dari gizi makanan yang dibutuhkan
untuk aktivitas sehari-hari. Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke
sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung
kalori, lemak, protein, dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan (dietary
fiber). Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi
menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat badan lebih,
yaitu IMT=25-27 kg/m2) dan obesitas (kelebihan berat badan tingkat berat, yaitu
IMT>27 kg/m2) yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung koroner.
Berat badan normal, IMT berkisar antara 18,5-24,9 kg/m2, sedangkan berat
badan kurang, IMT <18,5 kg/m2. 8
8. Stres
Stres adalah reaksi tubuh berupa serangkaian respon yang bertujuan untuk
mengurangi dampak. 8,19
10
Stresor adalah pengalaman traumatik yang luar biasa yang dapat meliputi
ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau orang-
orang yang dicintainya (misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan,
peperangan, serangan tindakan kriminal, dan perkosaan), atau perubahan
mendadak yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial
dan/atau jaringan relasi dari yang bersangkutan, seperti kedukaan yang bertubi-
tubi atau kebakaran. Risiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila
ada kelelahan fisik atau faktor organik lain, misalnya usia lanjut. 8
Respon tubuh terhadap stres merupakan reaksi tubuh terhadap stres yang
menimbulkan respon adaptasi dan memperbaiki keseimbangan yang terdiri
atas:
1. Respon neurotransmiter terhadap stres
Stresor mengaktifkan sistem noradrenergik pada otak dan menyebabkan
pengeluaran katekolamin dari sistem saraf otonomik. Selain noradrenergik,
stresor juga mengaktivasi sistem serotonergik di otak dengan peningkatan
ambilan kembali seronin. Juga terjadi peningkatan dopaminergik pada
mesoprefrontal. Akibat dari peningkatan sistem saraf otonom adalah
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.
2. Respon endokrin terhadap stres
Respon terhadap stres corticotropin-releasing factor (CRF) sebagai
neurotransmiter, disekresikan dari hipotalamus ke sistem portal hipofise-
pituitari. CRF pada pituitari anterior memicu pelepasan hormon
adrenokortikotropik (ACTH). ACTH yang dilepas ini menstimulasi sintesis
dan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri mempunyai banyak
sekali efek di dalam tubuh, tetapi peranannya dapat disimpulkan secara
singkat, yaitu meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan aktivitas
kardiovaskular sebagai respons f/ight atau fight, serta menghambat fungsi
seperti pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas.
3. Respon imun terhadap stres
Respon terhadap stres juga terjadi akibat penghambatan pada fungsi imun
oleh glukokortikoid. Akan tetapi penghambatan ini dapat merupakan
11
kompensasi dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) untuk
meredakan efek fisiologis lain dari stres. Stres dapat meningkatkan aktivitas
imun melalui berbagai jalan. CRF sendiri dapat menstimulasi pelepasan
norefineprin melalui reseptor CRF yang berada di locus seruleus yang
mengaktivasi sistem saraf simpatis, keduanya secara sentral dan periferal
serta meningkatkan pelepasan efineprin dari medula adrenal. Adanya
hubungan yang langsung antara neuron norefineprin yang bersinap pada
target sel imun, menyebabkan aktivasi imun yang sangat besar ketika
berhadapan dengan stresor, termasuk pelepasan faktor imun humoral
(sitokin) seperti interleukin-1 (IL-a) dan IL.-6. Sitokin ini sendiri dapat
melepaskan CRF, yang secara teori dapat menyebabkan peningkatan efek
glukokortikoid dan membatasi aktivasi imun.
Gejala stres
Gejala stres dapat bervariasi, tergantung pada beratnya stresor dan waktu
1. Fisik
Jantung berdebar-debar lebih cepat dan tidak teratur, pernafasan lebih cepat
dan pendek, berkeringat, muka merah, otot-otot tegang, nafsu makan
berubah, sulit tidur, gugup, sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguan
pencernaan, sering buang air kecil, dada sesak, rasa sakit/nyeri yang tidak
jelas, susah buang air besar atau sebaliknya diare, kesemutan, dan nyeri ulu
hati.
2. Mental
Merasa tertekan, menarik diri, bingung, kehilangan kesadaran, depresi,
kecemasan tak bisa rileks, kemarahan, kekecewaan, overaktif, dan agresif.
2.2. KUALITAS HIDUP
2.2.1. Definisi
Pengertian mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun
semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian
juga mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan
12
saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana
perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya. 16,21
Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993) mengungkapkan bahwa konsep
dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada
dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan
“Calman’s Gap”. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara
perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan
membandingkan suatu keadaan antara “dimana seseorang berada” dengan “dimana
seseorang ingin berada”. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini lebar,
ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah.
Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. 22
Konsep kualitas hidup menurut WHOQoL (World Health Organization Quality of
Life) digunakan sebagai kerangka acuan untuk menggali kualitas hidup seseorang.
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang posisinya dalam
hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam
hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya
(WHOQoL Group, 1994). 16
Beranjak dari konsep di atas, empat domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai
suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman
subjektif (WHOQoL Group, 1994). 16
Secara umum terdapat 4 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur kualitas
hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health
Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik,
keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci
bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut: 16
1. Kesehatan fisik (physical health): nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan
pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas sehari-hari,
dan kemampuan kerja.
2. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, konsentrasi, belajar,
memori, afek positif, spiritualitas, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan
efek negatif.
13
3. Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial.
4. Lingkungan (environment): keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja,
keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan,
kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran
serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas santai, lingkungan rumah,
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi.
Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai
respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan
hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara
harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik,
sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.
Menurut Schipper yang dikutip oleh Ware (1992) mengemukakan kualitas hidup
sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang diberikan
menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang dikutip oleh Haan
(1993), kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal kualitas hidup
mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan pengobatannya
dalam hubungannya dengan tujuan, nilai dan pengharapan seseorang, sedangkan
status fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari kemampuan fisik dan
emosional pasien. 16
2.2.2. Pengukuran Kualitas Hidup
Menurut Guyatt dan Jaescke yang dikutip oleh Ware dan Sherbourne (1952), kualitas
hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang
telah diuji dengan baik. 16
Secara garis besar, instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific
scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas
hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan
untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan
kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah satu contoh instrumen
umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS)
14
36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah
instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi
tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi
emosional), contohnya adalah “The Washington Psychosocial Seizure Inventory”
(WPSI), ”The Liverpool Group”, “The Epilepsy Surgery Inventory”(ESI-55) The
MOS (SF - 36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup
yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit, merupakan suatu isian
berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status kesehatan
yang dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica.
SF 36, adalah instrument non spesifik yang biasanya banyak di gunakan pada hampir
semua penelitian penyakit kronis dan bisa juga digunakan untuk menilai kualitas
hidup pada populasi yang sehat. SF 36 telah terbukti dapat dipakai untuk dapat
menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis. SF 36 berisi 36 pertanyaan yang
terdiri dari 8 skala, yaitu: 20,21
1. Fungsi Fisik (Physical Functioning): Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai
kemampuan aktivitas seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk,
mengangkat, dan gerak badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan
semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan
melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat.
2. Keterbatasan Akibat Masalah Fisik (Role Of Physical): Terdiri dari 4 pertanyaan
yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan
fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat
melakukannya sehari-hari dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas
tertentu, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi
menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap pekerjaan
ataupun aktivitas sehari-hari.
3. Perasaaan Sakit/Nyeri (Bodily Pain): Terdiri dari dua pertanyaan yang
mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan
normal baik dirumah maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan
15
rasa sakit yang berat dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi
menunjukkan tidak ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.
4. Persepsi Kesehatan Umum (General Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang
mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini, ramalan terhadap
kesehatan, dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan
perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang buruk atau memburuk. Nilai yang
tinggi menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang baik.
5. Energi/Fatique (Vitality): Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat
kelelahan, capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah,
capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan
penuh semangat dan energi selama 4 minggu yang lalu.
6. Fungsi Sosial (Social Functioning): Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi
tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional yang mengganggu aktivitas
sosial yang normal. Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering dan
sangat terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan selama
4 minggu yang lalu.
7. Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Of Emotional): Terdiri dari 3
pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan
masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang
dihabiskan untuk aktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan
tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada
gangguan aktivitas karena masalah emosional.
8. Kesejahteraan Mental (Mental Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang
mengevaluasi kesehatan mental secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan
kebiasaan mengontrol emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan yang
tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan
penuh kedamaian, bahagia, dan tenang sepanjang 4 minggu yang lalu.
Skala SF 36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan
umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut
sebagai dimensi ”Kesehatan Mental” (Mental Component Scale) dan fungsi fisik,
16
keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum dan
energi disebut sebagai dimensi ”Kesehatan Fisik” (Physical Component Scale).
Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan nilai 0-100 dimana skor
yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik. 22
2.3. KERANGKA TEORI
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL
17
Kualitas Hidup
Determinasi Sosial :1. Jenis Kelamin2. Tingkat Pendidikan3. Pekerjaan4. Status Pernikahan5. Agama/Kepercayaan6. Status Ekonomi7. Kebudayaan/Adat
Aktifitas Fisik
Aktifitas sehari-hari
Olahraga
Perilaku yang Beresiko :
Konsumsi Alkohol Merokok Pola Makan Beresiko
Pengetahuan tentang Penyakit
Dukungan Keluarga
3.1 KERANGKA KONSEP
18
Kualitas Hidup
Determinasi Sosial : Jenis Kelamin Pekerjaan Penghasilan Status Pernikahan Tingkat Pendidikan
Perilaku yang Beresiko :
Konsumsi Alkohol Merokok Pola Makan Beresiko
Aktifitas Fisik
Aktifitas sehari-hari
Olahraga
3.2. VARIABEL PENELITIAN
3.2.1. Variabel bebas
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Penghasilan
Status Pernikahan
Tingkat Pendidikan
Konsumsi Alkohol
Merokok
Pola Makan Beresiko
Aktifitas sehari-hari
Olahraga
3.2.2. Variabel tergantung
Kualitas Hidup
19
Determinasi Sosial
Perilaku
Aktifitas Fisik
3.3. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kepustakaan
Variabel Tergantung
Kualitas Hidup Persepsi seseorang tentang
posisinya dalam hidup dalam
kaitannya dengan budaya dan
sistem tata nilai di mana ia
tinggal dalam hubungannya
dengan tujuan, harapan, standar,
dan hal-hal menarik lainnya.
CDC HR-QOL Wawancara 1. Healthy Days Core2.Activity Limitation3.Healthy Days Symptoms
Nominal WHOQoL Group (1994)
Variabel Bebas
1. Jenis Kelamin Ciri atau karakteristik yang menunjukan bahwa seseorang adalah laki-laki atau perempuan.
Kuesioner Wawancara 1=Laki-laki
2=Perempuan
Nominal Risk factor modification of coronary artery disease
2. Pekerjaan Kebutuhan yang dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Kuesioner Wawancara
1
2 1=Tidak Bekerja2=Pegawai3=Wiraswasta4=Ibu Rumah Tangga
Nominal Nursalam (2003)
20
5=Buruh6=Petani/Nelayan7=Lain-lain
3. Penghasilan Penghasilan perbulan yang didapat secara tetap.
Kuesioner Wawancara 1= Rendah, Rp 1.500.000,- per bulan2= Sedang, Rp 1.500.000,- s/d Rp 2.500.000,- per bulan3= Tinggi, Rp 2.500.000,- s/d Rp 3.500.000,-4= Sangat Tinggi, > Rp 3.500.000,- per bulan
Interval UMR
4. Status Pernikahan
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME
Kuesioner Wawancara 1=Menikah
2=Belum Menikah
Nominal Undang-Undang No.1 Tahun 1974
5. Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal yang diikuti dan dilaksanakan oleh institusi resmi.
Kuesioner Wawancara 1=Tidak Sekolah2=Tingkat SD3=Tingkat SMP4=Tingkat SMA5=Perguruan Tinggi6=Pasca Sarjana
Ordinal
Kartono (2006)
21
6. Merokok Aktifitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Kuesioner Wawancara 1=Tidak Merokok2=Ringan, <10 batang/hari3=Sedang, 10-20 batang/hari4=Berat, >20 batang/hari
Ordinal Sari dkk (2003)
7. Konsumsi Alkohol
Mengkonsumsi zat cair yang memabukkan (sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya).
Kuesioner Wawancara 1=Ya2=Tidak
Nominal Kamus Umum Bahasa Indonesia
8. Pola Makan Beresiko
Perilaku atau kebiasaan konsumsi dan frekuensi konsumsi makanan/minuman manis, makanan berlemak, jeroan, makanan/minuman diawetkan, fast food, minuman berkafein,bumbu penyedap.
Kuesioner Wawancara 1=Tidak pernah2=Jarang3=Sering
Ordinal Suharjo (1998)
9. Olahraga Gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan
Kuesioner Wawancara 1=Tidak pernah2=Jarang3=Sering
Interval Ensiklopedia Indoneisa
10. Aktiftas Sehari-hari
Kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari tanpa memerlukan bantuan orang lain.
Kuesioner Wawancara 1=Ringan2=Sedang3=Berat
Ordinal Investopedia
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. DESAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik, yaitu
dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan
pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel bebas dan variabel
terikat dilakukan pada satu waktu / bersamaan waktunya.
4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan pada
tahun 2013.
4.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama Kepaniteraan Klinik IKM, yaitu bulan April
sampai Mei 2013.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli umum Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan., yaitu berjumlah 1100 (10,24 %) orang dari jumlah
seluruh penduduk Kecamatan mampang prapatan yaitu 189,406 orang pada tahun
2013. Dari populasi ini telah dilakukan skrining kardiovaskular tahun 2011 dan
didapatkan jumlah yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak
256 (1,32 %) orang, yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah sebanyak 1456 (7,5 %) orang, dan selebihnya adalah yang tidak menderita
ataupun berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
23
4.3.2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi:
- Semua responden yang berusia 13 sampai 15 tahun di SMP negeri 43
kelurahan mampang prapatan.
- Bersedia menjadi responden.
4.3.3. Cara Sampling dan Besar Sampling
Besar Sampel
Perkiraan besar sampel yang akan digunakan adalah:
Rumus populasi infinit:
Keterangan:
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Prevalensi asupan natrium anak anak umur 13-15 tahun di indonesia = 0,5
(5 %)
Q = Prevalensi atau proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti
= 1 – 0,5 = 0.5
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,1, maka
(1.96)2 x 0.50 x (1-0,50)
N0 = --------------------------- = 97
(0.10)2
24
*Penelitian sebelumnya pada januari tahun 2013 yang dilakukan dilakukan di
Australia. (16)
Rumus populasi finit:
Keterangan :
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit. Jumlah populasi anak anak umur 13-15 tahun
97
n = ----------------- = 89 (besar sampel)
(1 + 97 /N )
Pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah non-probability sampling
dengan cara Simple random sampling dimana semua subjek diberi nomor dan dipilih
sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka random.
4.4. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan wawancara langsung,kuesioner
frekuensi makanan semi kuantitatif dengan subjek, melakukan pemeriksaan fisik
antropometri pengukuran Body Mass Index (BMI)
25
Tabel 4.1. Instrumen Penelitian
No.
INSTRUMEN FUNGSI INSTRUMEN
1. Wawancara Untuk mengetahui :- Penghasilan orang tua- Pendidikan - Frekuensi makanan- Jenis-
2. Kuesioner frekuensi semi kuantitatif
Untuk mengukur tingkat asupan natrium
3.
4. Timbangan injak dan stadiometer
Untuk mengukur berat badan dan tinggi badan
5. Meteran Untuk mengukur lingkar perut
6. Aneroid sphygmomanometer Untuk mengukur tekanan darah sistolik dan distolik.
7. Roche portable glycemia monitors (Accu-Chek Active model) dan Roche Accu-Chek reagent strips
Untuk mengukur gula darah sewaktu.
4.5. CARA PENGAMBILAN SAMPEL
Skema 4.1. Cara Pengambilan Sampel
26
Populasi anak smp umur 13-15 tahun di Kelurahan mampang
prapatan tahun 2013(1100)
Populasi anak smp 43 kelas 7,8,9 di kelurahan mampang
prapatan (650)
Jumlah kunjungan pasien di atas 25 tahun di Puskesmas Kecamatan
Cilandak tahun 2011(19.398)
Proposal disetujui
Saringan pasien di SMP
Mengumpulkan sampel
Peneliti Datang ke smp
*Pengambilan sampel dilakukan secara Simple random sampling.
4.6. CARA PENGUMPULAN DATA
4.6.1. Alur Pengumpulan Data
Skema 4.2. Alur Pengumpulan Data
27
Responden yang menderita penyakit
jantung dan pembuluh darah
(256)
Responden yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah(1.456)
Responden yang tidak berisiko
penyakit jantung dan pembuluh darah
(17.686)
Sampel penelitian(89 orang)
4.6.2. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan langsung pada responden
yang datang pada saat pemeriksaan yang dilakukan. Selain itu, didapatkan informasi
yang lebih rinci melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
4.6.2. Data Sekunder
28
Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas
Kelurahan mampang.
4.6.3. Data Tersier
Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, dan jurnal-jurnal ilmiah
berupa data yang berkaitan dengan asupan natrium
4.7. PENGOLAHAN DATA
Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses
penyuntingan, pemindahan data ke komputer, dan tabulasi. Data yang terkumpul dari
hasil kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics
17.
4. 8. ANALISIS DATA
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi
dan persentase pada variabel – variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chi-
square sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel.
4.9. PENYAJIAN DATA
Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk:
- Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel.
- Tekstular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat.
- Grafik :data penelitian akan digunakan diagram batang yang
menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki.
29
4.10. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A Perencanaan
1
Orientasi dan Identifikasi
Masalah
2 Pemilihan Topik
3 Penelurusan kepustakaan
30
4 Pembuatan Proposal
5
Konsultasi dengan
pembimbing
6 Pembuatan questionnaire
7 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan
1 Ujicoba questionnaire
2 Pengumpulan data dan Survey
3 Pengolahan data
4 Analisis data
5
Konsultasi dengan
Pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan laporan sementara
2 Diskusi
3
Presentasi hasil laporan
sementara
4 Revisi
5
Presentasi Hasil akhir
(puskesmas)
6 Penulisan laporan akhir
7 Presentasi hasil akhir (Trisakti)
4.11. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Penggandaan Kuesioner Rp. 600.000,-
Transportasi Rp. 100.000,-
Kertas A4 Rp 150.000,-
Tinta Printer Rp. 250.000,-
Cenderamata Rp 100.000,-
Biaya tak terduga: Rp. 500.000,-
Rp. 3.000.000,-
31
4.12. ORGANISASI PENELITIAN
1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
Prof: Adi
2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Cilandak
dr. Chitra
3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian
Aditya Zulkarnain
Erika Devi
Pipim Septiana
32