proposal penelitian

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas (gizi lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus, kardiovaskuler, stroke, dan lain-lain. WHO SEARO (South East Regional Office) melaporkan bahwa 52% penyebab kematian di tahun 2000 adalah akibat penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Diperkirakan pada tahun 2020 kasus penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 73% sebagai penyebab kematian, dan merupakan 60% beban penyakit dunia. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyebutkan, di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa (sekitar 26 %) menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29 persen. Sementara itu penderita diabetes melitus angkanya mencapai 194 juta jiwa atau 5,1% dari penduduk dunia usia 1

Upload: widi-angga-kusuma

Post on 13-Dec-2014

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mampang

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah

ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi,

terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas (gizi

lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti penyakit hipertensi,

diabetes melitus, kardiovaskuler, stroke, dan lain-lain.

WHO SEARO (South East Regional Office) melaporkan bahwa 52%

penyebab kematian di tahun 2000 adalah akibat penyakit tidak menular, 9% akibat

kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Diperkirakan

pada tahun 2020 kasus penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 73% sebagai

penyebab kematian, dan merupakan 60% beban penyakit dunia.

Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang

prevalensinya cukup tinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003

menyebutkan, di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa (sekitar 26

%) menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan

meningkat menjadi 29 persen. Sementara itu penderita diabetes melitus angkanya

mencapai 194 juta jiwa atau 5,1% dari penduduk dunia usia dewasa dan pada tahun

2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa.

Di Indonesia, penderita hipertensi jumlahnya terus meningkat. Penelitian

hipertensi berskala nasional telah banyak dilakukan antara lain Survey Kesehatan

Nasional (Surkesnas), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), dan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas). Hasil Surkesnas (2001) menunjukkan proporsi

hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Sedangkan hasil SKRT (2004), hipertensi

pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Sementara hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan

2001, penyakit hipertensi selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi

terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan 26,4%. Laporan Hasil riset kesehatan

terbaru berskala nasional yakni Riskesdas (2008) menyebutkan bahwa prevalensi

1

Page 2: Proposal Penelitian

nasional hipertensi (berdasar pengukuran) pada penduduk umur > 18 tahun adalah

sebesar 29,8%.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di kecamatan Mampang Prapatan?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Indonesia khususnya di Kecamatan Mampang Prapatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas hidup penderita

hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang

Prapatan.

2. Mengetahui hubungan perilaku beresiko dengan kualitas hidup penderita

hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang

Prapatan.

3. Mengetahui hubungan determinasi sosial dengan kualitas hidup penderita

hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang

Prapatan.

4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap penyakit dengan

kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di

Kecamatan Mampang Prapatan.

1.4. HIPOTESIS PENELITIAN

2

Page 3: Proposal Penelitian

1. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kualitas hidup penderita

hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan Mampang

Prapatan.

2. Terdapat hubungan antara perilaku beresiko dengan kualitas hidup

penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan

Mampang Prapatan.

3. Terdapat hubungan antara determinasi sosial dengan kualitas hidup

penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di Kecamatan

Mampang Prapatan.

4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap penyakit dengan

kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus usia produktif di

Kecamatan Mampang Prapatan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Bagi akademik:

Memberikan informasi tentang pengaruh aktifitas fisik dan faktor lainnya terhadap

kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus.

Bagi pelayanan kesehatan:

Sebagai masukan untuk dapat memberikan penyuluhan tentang informasi cara

meningkatkan kualitas hidup terutama pada penderita hipertensi dan diabetes melitus

serta melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut.

Bagi peneliti:

Untuk menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus.serta bagaimana cara meningkatkan

kualitas hidup tersebut.

1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1. Ruang lingkup tempat

3

Page 4: Proposal Penelitian

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta

Selatan, DKI Jakarta.

1.6.2. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan April

sampai Mei tahun 2013

1.6.3. Ruang lingkup materi

Materi dibatasi pada pria dan wanita dewasa dengan usia 20 sampai 59 tahun

(usia produktif).

4

Page 5: Proposal Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

2.1.1. Definisi

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyakit yang

menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. 8 Keduanya sulit

dipisahkan dalam manajemen maupun pembahasannya, sehingga istilah kardio

(jantung) dan vaskular (pembuluh darah) sulit dipisahkan. 8

Beberapa penyakit yang termasuk kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah

adalah hipertensi, penyakit jantung koroner (termasuk angina pektoris, infark

miokard akut), penyakit pembuluh darah otak (TIA=transient ischemic attack,

strok), penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit

jantung katup, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan,

kardiomiopati, dan lain-lain. 9

2.1.2. Epidemiologi

Pada tahun 2030, diperkirakan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah di

dunia meningkat menjadi 23.6 juta. 9 Berdasarkan laporan World Health

Organization (WHO) tahun 2011, diperkirakan total kematian tahun 2008 di Asia

Tenggara sebanyak 14,5 juta orang dengan 7,9 juta (55%) disebabkan karena

penyakit tidak menular. Penyakit kardiovaskular (CVDs) sendiri menyumbang 25%

dari semua kematian. Di Indonesia, angka kematian penyakit tidak menular

meningkat dari 42% pada tahun 1995 menjadi 60% pada tahun 2007. 5,8

Hasil Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit

jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran

tekanan darah) sangat tinggi, yaitu sebesar 31,7%, sedangkan penyakit jantung 7,2%,

dan stroke 8,3 per 1000 penduduk. 5

5

Page 6: Proposal Penelitian

Strok merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai

15,4%, sedangkan hipertensi 6,8%, penyakit jantungiskemik 5,1%, dan penyakit

jantung lainnya 4,6%. Angka kematian pada kelompok usia 45- 54 tahun di daerah

perkotaan akibat strok 15,9% yang merupakan penyebab utama kematian, penyakit

jantung iskemik 8,7%, hipertensi dan penyakit jantung lain masing masing 7,1%,

sedangkan di pedesaan akibat strok 11,5% yang menempati peringkat kedua setelah

TB, hipertensi 9,2%, dan penyakit jantung iskemik 8,8%. Sementara itu, angka

kematian pada kelompok usia 55- 64 tahun di daerah perkotaan akibat strok 26,8%

sebagai penyebab utama kematian, hipertensi 8,1%, penyakit jantung iskemik 5,8%,

dan penyakit jantung lain 4,7%. Sedangkan di pedesaan akibat strok 17,4% juga

merupakan penyebab utama kematian, hipertensi 11,4%, penyakit jantung iskemik

5,7%, dan penyakit jantung lain 5,1%. 8

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi beberapa faktor risiko penyakit

jantung dan pembuluh darah, seperti berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum)

19,1%, obesitas sentral 18,8%, diabetes melitus di daerah perkotaan 5,7%, sering

(satu kali atau lebih setiap hari) makan makanan asin 24,5%, sering makan makanan

berlemak (tinggi lemak) 12,8%, kurang sayur buah 93,6%, kurang aktivitas fisik

48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan

konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6%.

2.1.3. Faktor Risiko

Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah suatu kondisi yang secara

potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh

darah pada seseorang atau kelompok tertentu.

Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi,

yaitu riwayat keluarga, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dibagi berdasarkan faktor risiko tingkah laku (merokok, konsumsi

minuman beralkohol, pola makan, dan kurang aktivitas fisik), faktor risiko biologis

(diabetes melitus, dislipidemia, obesitas umum dan sentral, serta hipertensi) dan

stres. 6,8

6

Page 7: Proposal Penelitian

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

1. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga dalam hal ini adalah kecenderungan terdapat penyakit

keturunan. Penyakit keturunan adalah menderita atau mendapat sesuatu

(penyakit dan sebagainya) yg menurun dari generasi sebelumnya. 10 Adanya

riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah

meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar

dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.

2. Umur

Umur adalah umur responden saat dilakukan penelitian. 11 Risiko penyakit

jantung dan pembuluh meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan

di atas 65 tahun untuk perempuan.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah ciri atau karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang

adalah laki-laki atau perempuan. 12 Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan

perempuan.

Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

1. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. 10,13 Risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan

tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah

sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan

risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan

tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab

tersering penyakit jantung koroner dan strok, serta faktor utama dalam gagal

jantung kongestif. Studi yang ada menyebutkan bahwa risiko gagal jantung

kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi.

7

Page 8: Proposal Penelitian

2. Merokok

Merokok adalah suatu aktivitas menghisap ataupun menghirup asap rokok

dengan membakar tembakau rokok, pipa, atau cerutu. 12 Risiko penyakit jantung

koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok.

Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon

monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung,

peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol-HDL

("kolesterol baik"), peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel

pembuluh darah koroner. 8

Prevalensi penggunaan tembakau bervariasi secara signifikan di seluruh negara-

negara anggota Asia Tenggara. Merokok lebih tinggi di kalangan laki-laki

sementara pada wanita biasanya digunakan untuk mengunyah tembakau.

Prevalensi penggunaan berbagai macam asap tembakau saat ini berkisar dari

26% di India dan 61% di Indonesia pada laki-laki dan kurang dari 1% di Sri

Lanka dan 29% di Nepal pada wanita.

3. Konsumsi alkohol

Alkohol adalah salah satu dari serangkaian senyawa kimia organik di mana

hidrogen (H) terikat pada atom karbon yang diganti dengan hidroksil (OH).

Alkohol bereaksi dengan asam membentuk ester dan dengan logam alkali untuk

membentuk alkoholat. Alkohol terbuat dari gula, pati, dan karbohidrat lain

dengan fermentasi dengan ragi, dan sintetis dari etilen atau asetilen. Alkohol

telah digunakan dalam minuman dan sebagai kendaraan, pelarut, pengawet,

pendingin, dan desinfektan, serta telah digunakan secara internal sebagai

analgesik, antipiretik, dan obat penenang. 14

4. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. 15 Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang

air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan

8

Page 9: Proposal Penelitian

menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM antara lain adalah

kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh,

bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk,

gangguan ereksi, dan lain-lain.

Diagnosis pada DM dapat ditegakkan bila:

a. Keluhan khas; gula darah (GD) sewaktu ≥200 mg/dL, atau GD puasa ≥126

mg/dL.

b. Keluhan tidak khas; GD sewaktu ≥200 mg/dL, atau GD puasa ≥126 mg/dL,

pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda.

c. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test

Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300

kalori), yaitu:

- 140 mg/dL (Tidak DM)

- 140-199 mg/dL (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)

- ≥200 mg/dL (DM).

Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM

akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan

jantung. Target pengobatan pada pasien dengan DM adalah kadar HbA1C ≤6,

kadar gula darah puasa <110 mg/dL, atau gula darah 2 jam PP <135 mg/dL. 16

5. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat

badan normal atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat

dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

Berat badan normal bila IMT antara 18,5-22,9 kg/m2, berat badan lebih bila

IMT=23-24,9 kg/m2, dan obesitas bila IMT>25 kg/m2. 17 Berat badan lebih dan

obesitas disebut obesitas umum.

Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam

peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan

9

Page 10: Proposal Penelitian

lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan

pembuluh darah. Lingkar perut ≥90 cm untuk laki- laki dan ≥80 cm untuk

perempuan (obesitas sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan

pembuluh darah. 8

6. Kurang aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh gerakan otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. 17,18 Beberapa studi menunjukkan

adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh

darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh

darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri

dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan

baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya

penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh termasuk meningkatkan

kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran jasmani. 8

7. Asupan makanan

Asupan makanan adalah jumlah atau intake dari gizi makanan yang dibutuhkan

untuk aktivitas sehari-hari. Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke

sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung

kalori, lemak, protein, dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan (dietary

fiber). Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi

menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat badan lebih,

yaitu IMT=25-27 kg/m2) dan obesitas (kelebihan berat badan tingkat berat, yaitu

IMT>27 kg/m2) yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti

penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung koroner.

Berat badan normal, IMT berkisar antara 18,5-24,9 kg/m2, sedangkan berat

badan kurang, IMT <18,5 kg/m2. 8

8. Stres

Stres adalah reaksi tubuh berupa serangkaian respon yang bertujuan untuk

mengurangi dampak. 8,19

10

Page 11: Proposal Penelitian

Stresor adalah pengalaman traumatik yang luar biasa yang dapat meliputi

ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau orang-

orang yang dicintainya (misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan,

peperangan, serangan tindakan kriminal, dan perkosaan), atau perubahan

mendadak yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial

dan/atau jaringan relasi dari yang bersangkutan, seperti kedukaan yang bertubi-

tubi atau kebakaran. Risiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila

ada kelelahan fisik atau faktor organik lain, misalnya usia lanjut. 8

Respon tubuh terhadap stres merupakan reaksi tubuh terhadap stres yang

menimbulkan respon adaptasi dan memperbaiki keseimbangan yang terdiri

atas:

1. Respon neurotransmiter terhadap stres

Stresor mengaktifkan sistem noradrenergik pada otak dan menyebabkan

pengeluaran katekolamin dari sistem saraf otonomik. Selain noradrenergik,

stresor juga mengaktivasi sistem serotonergik di otak dengan peningkatan

ambilan kembali seronin. Juga terjadi peningkatan dopaminergik pada

mesoprefrontal. Akibat dari peningkatan sistem saraf otonom adalah

meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.

2. Respon endokrin terhadap stres

Respon terhadap stres corticotropin-releasing factor (CRF) sebagai

neurotransmiter, disekresikan dari hipotalamus ke sistem portal hipofise-

pituitari. CRF pada pituitari anterior memicu pelepasan hormon

adrenokortikotropik (ACTH). ACTH yang dilepas ini menstimulasi sintesis

dan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri mempunyai banyak

sekali efek di dalam tubuh, tetapi peranannya dapat disimpulkan secara

singkat, yaitu meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan aktivitas

kardiovaskular sebagai respons f/ight atau fight, serta menghambat fungsi

seperti pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas.

3. Respon imun terhadap stres

Respon terhadap stres juga terjadi akibat penghambatan pada fungsi imun

oleh glukokortikoid. Akan tetapi penghambatan ini dapat merupakan

11

Page 12: Proposal Penelitian

kompensasi dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) untuk

meredakan efek fisiologis lain dari stres. Stres dapat meningkatkan aktivitas

imun melalui berbagai jalan. CRF sendiri dapat menstimulasi pelepasan

norefineprin melalui reseptor CRF yang berada di locus seruleus yang

mengaktivasi sistem saraf simpatis, keduanya secara sentral dan periferal

serta meningkatkan pelepasan efineprin dari medula adrenal. Adanya

hubungan yang langsung antara neuron norefineprin yang bersinap pada

target sel imun, menyebabkan aktivasi imun yang sangat besar ketika

berhadapan dengan stresor, termasuk pelepasan faktor imun humoral

(sitokin) seperti interleukin-1 (IL-a) dan IL.-6. Sitokin ini sendiri dapat

melepaskan CRF, yang secara teori dapat menyebabkan peningkatan efek

glukokortikoid dan membatasi aktivasi imun.

Gejala stres

Gejala stres dapat bervariasi, tergantung pada beratnya stresor dan waktu

1. Fisik

Jantung berdebar-debar lebih cepat dan tidak teratur, pernafasan lebih cepat

dan pendek, berkeringat, muka merah, otot-otot tegang, nafsu makan

berubah, sulit tidur, gugup, sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguan

pencernaan, sering buang air kecil, dada sesak, rasa sakit/nyeri yang tidak

jelas, susah buang air besar atau sebaliknya diare, kesemutan, dan nyeri ulu

hati.

2. Mental

Merasa tertekan, menarik diri, bingung, kehilangan kesadaran, depresi,

kecemasan tak bisa rileks, kemarahan, kekecewaan, overaktif, dan agresif.

2.2. KUALITAS HIDUP

2.2.1. Definisi

Pengertian mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun

semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya

definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian

juga mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan

12

Page 13: Proposal Penelitian

saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana

perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya. 16,21

Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993) mengungkapkan bahwa konsep

dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada

dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan

“Calman’s Gap”. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara

perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan

membandingkan suatu keadaan antara “dimana seseorang berada” dengan “dimana

seseorang ingin berada”. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini lebar,

ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah.

Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. 22

Konsep kualitas hidup menurut WHOQoL (World Health Organization Quality of

Life) digunakan sebagai kerangka acuan untuk menggali kualitas hidup seseorang.

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang posisinya dalam

hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya

(WHOQoL Group, 1994). 16

Beranjak dari konsep di atas, empat domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai

suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman

subjektif (WHOQoL Group, 1994). 16

Secara umum terdapat 4 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur kualitas

hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health

Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik,

keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci

bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut: 16

1. Kesehatan fisik (physical health): nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan

pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas sehari-hari,

dan kemampuan kerja.

2. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, konsentrasi, belajar,

memori, afek positif, spiritualitas, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan

efek negatif.

13

Page 14: Proposal Penelitian

3. Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial.

4. Lingkungan (environment): keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja,

keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan,

kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran

serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas santai, lingkungan rumah,

kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi.

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai

respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan

hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara

harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik,

sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

Menurut Schipper yang dikutip oleh Ware (1992) mengemukakan kualitas hidup

sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang diberikan

menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang dikutip oleh Haan

(1993), kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal kualitas hidup

mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan pengobatannya

dalam hubungannya dengan tujuan, nilai dan pengharapan seseorang, sedangkan

status fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari kemampuan fisik dan

emosional pasien. 16

2.2.2. Pengukuran Kualitas Hidup

Menurut Guyatt dan Jaescke yang dikutip oleh Ware dan Sherbourne (1952), kualitas

hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang

telah diuji dengan baik. 16

Secara garis besar, instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi

dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific

scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas

hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan

untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan

kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah satu contoh instrumen

umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS)

14

Page 15: Proposal Penelitian

36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah

instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi

tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi

emosional), contohnya adalah “The Washington Psychosocial Seizure Inventory”

(WPSI), ”The Liverpool Group”, “The Epilepsy Surgery Inventory”(ESI-55) The

MOS (SF - 36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup

yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit, merupakan suatu isian

berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status kesehatan

yang dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica.

SF 36, adalah instrument non spesifik yang biasanya banyak di gunakan pada hampir

semua penelitian penyakit kronis dan bisa juga digunakan untuk menilai kualitas

hidup pada populasi yang sehat. SF 36 telah terbukti dapat dipakai untuk dapat

menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis. SF 36 berisi 36 pertanyaan yang

terdiri dari 8 skala, yaitu: 20,21

1. Fungsi Fisik (Physical Functioning): Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai

kemampuan aktivitas seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk,

mengangkat, dan gerak badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan

semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan

melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat.

2. Keterbatasan Akibat Masalah Fisik (Role Of Physical): Terdiri dari 4 pertanyaan

yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan

aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan

fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat

melakukannya sehari-hari dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas

tertentu, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi

menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap pekerjaan

ataupun aktivitas sehari-hari.

3. Perasaaan Sakit/Nyeri (Bodily Pain): Terdiri dari dua pertanyaan yang

mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan

normal baik dirumah maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan

15

Page 16: Proposal Penelitian

rasa sakit yang berat dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi

menunjukkan tidak ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.

4. Persepsi Kesehatan Umum (General Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang

mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini, ramalan terhadap

kesehatan, dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan

perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang buruk atau memburuk. Nilai yang

tinggi menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang baik.

5. Energi/Fatique (Vitality): Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat

kelelahan, capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah,

capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan

penuh semangat dan energi selama 4 minggu yang lalu.

6. Fungsi Sosial (Social Functioning): Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi

tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional yang mengganggu aktivitas

sosial yang normal. Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering dan

sangat terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan selama

4 minggu yang lalu.

7. Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Of Emotional): Terdiri dari 3

pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu

pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan

masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang

dihabiskan untuk aktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan

tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada

gangguan aktivitas karena masalah emosional.

8. Kesejahteraan Mental (Mental Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang

mengevaluasi kesehatan mental secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan

kebiasaan mengontrol emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan yang

tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan

penuh kedamaian, bahagia, dan tenang sepanjang 4 minggu yang lalu.

Skala SF 36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan

umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut

sebagai dimensi ”Kesehatan Mental” (Mental Component Scale) dan fungsi fisik,

16

Page 17: Proposal Penelitian

keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum dan

energi disebut sebagai dimensi ”Kesehatan Fisik” (Physical Component Scale).

Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan nilai 0-100 dimana skor

yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik. 22

2.3. KERANGKA TEORI

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL

17

Kualitas Hidup

Determinasi Sosial :1. Jenis Kelamin2. Tingkat Pendidikan3. Pekerjaan4. Status Pernikahan5. Agama/Kepercayaan6. Status Ekonomi7. Kebudayaan/Adat

Aktifitas Fisik

Aktifitas sehari-hari

Olahraga

Perilaku yang Beresiko :

Konsumsi Alkohol Merokok Pola Makan Beresiko

Pengetahuan tentang Penyakit

Dukungan Keluarga

Page 18: Proposal Penelitian

3.1 KERANGKA KONSEP

18

Kualitas Hidup

Determinasi Sosial : Jenis Kelamin Pekerjaan Penghasilan Status Pernikahan Tingkat Pendidikan

Perilaku yang Beresiko :

Konsumsi Alkohol Merokok Pola Makan Beresiko

Aktifitas Fisik

Aktifitas sehari-hari

Olahraga

Page 19: Proposal Penelitian

3.2. VARIABEL PENELITIAN

3.2.1. Variabel bebas

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Penghasilan

Status Pernikahan

Tingkat Pendidikan

Konsumsi Alkohol

Merokok

Pola Makan Beresiko

Aktifitas sehari-hari

Olahraga

3.2.2. Variabel tergantung

Kualitas Hidup

19

Determinasi Sosial

Perilaku

Aktifitas Fisik

Page 20: Proposal Penelitian

3.3. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kepustakaan

Variabel Tergantung

Kualitas Hidup Persepsi seseorang tentang

posisinya dalam hidup dalam

kaitannya dengan budaya dan

sistem tata nilai di mana ia

tinggal dalam hubungannya

dengan tujuan, harapan, standar,

dan hal-hal menarik lainnya.

CDC HR-QOL Wawancara 1. Healthy Days Core2.Activity Limitation3.Healthy Days Symptoms

Nominal WHOQoL Group (1994)

Variabel Bebas

1. Jenis Kelamin Ciri atau karakteristik yang menunjukan bahwa seseorang adalah laki-laki atau perempuan.

Kuesioner Wawancara 1=Laki-laki

2=Perempuan

Nominal Risk factor modification of coronary artery disease

2. Pekerjaan Kebutuhan yang dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Kuesioner Wawancara

1

2 1=Tidak Bekerja2=Pegawai3=Wiraswasta4=Ibu Rumah Tangga

Nominal Nursalam (2003)

20

Page 21: Proposal Penelitian

5=Buruh6=Petani/Nelayan7=Lain-lain

3. Penghasilan Penghasilan perbulan yang didapat secara tetap.

Kuesioner Wawancara 1= Rendah, Rp 1.500.000,- per bulan2= Sedang, Rp 1.500.000,- s/d Rp 2.500.000,- per bulan3= Tinggi, Rp 2.500.000,- s/d Rp 3.500.000,-4= Sangat Tinggi, > Rp 3.500.000,- per bulan

Interval UMR

4. Status Pernikahan

Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME

Kuesioner Wawancara 1=Menikah

2=Belum Menikah

Nominal Undang-Undang No.1 Tahun 1974

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal yang diikuti dan dilaksanakan oleh institusi resmi.

Kuesioner Wawancara 1=Tidak Sekolah2=Tingkat SD3=Tingkat SMP4=Tingkat SMA5=Perguruan Tinggi6=Pasca Sarjana

Ordinal

Kartono (2006)

21

Page 22: Proposal Penelitian

6. Merokok Aktifitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Kuesioner Wawancara 1=Tidak Merokok2=Ringan, <10 batang/hari3=Sedang, 10-20 batang/hari4=Berat, >20 batang/hari

Ordinal Sari dkk (2003)

7. Konsumsi Alkohol

Mengkonsumsi zat cair yang memabukkan (sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya).

Kuesioner Wawancara 1=Ya2=Tidak

Nominal Kamus Umum Bahasa Indonesia

8. Pola Makan Beresiko

Perilaku atau kebiasaan konsumsi dan frekuensi konsumsi makanan/minuman manis, makanan berlemak, jeroan, makanan/minuman diawetkan, fast food, minuman berkafein,bumbu penyedap.

Kuesioner Wawancara 1=Tidak pernah2=Jarang3=Sering

Ordinal Suharjo (1998)

9. Olahraga Gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan

Kuesioner Wawancara 1=Tidak pernah2=Jarang3=Sering

Interval Ensiklopedia Indoneisa

10. Aktiftas Sehari-hari

Kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari tanpa memerlukan bantuan orang lain.

Kuesioner Wawancara 1=Ringan2=Sedang3=Berat

Ordinal Investopedia

22

Page 23: Proposal Penelitian

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. DESAIN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik, yaitu

dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan

pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel bebas dan variabel

terikat dilakukan pada satu waktu / bersamaan waktunya.

4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan pada

tahun 2013.

4.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama Kepaniteraan Klinik IKM, yaitu bulan April

sampai Mei 2013.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi terjangkau adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli umum Puskesmas

Kecamatan Mampang Prapatan., yaitu berjumlah 1100 (10,24 %) orang dari jumlah

seluruh penduduk Kecamatan mampang prapatan yaitu 189,406 orang pada tahun

2013. Dari populasi ini telah dilakukan skrining kardiovaskular tahun 2011 dan

didapatkan jumlah yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak

256 (1,32 %) orang, yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh

darah sebanyak 1456 (7,5 %) orang, dan selebihnya adalah yang tidak menderita

ataupun berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

23

Page 24: Proposal Penelitian

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi:

- Semua responden yang berusia 13 sampai 15 tahun di SMP negeri 43

kelurahan mampang prapatan.

- Bersedia menjadi responden.

4.3.3. Cara Sampling dan Besar Sampling

Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang akan digunakan adalah:

Rumus populasi infinit:

Keterangan:

Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96

P = Prevalensi asupan natrium anak anak umur 13-15 tahun di indonesia = 0,5

(5 %)

Q = Prevalensi atau proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti

= 1 – 0,5 = 0.5

d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,1, maka

(1.96)2 x 0.50 x (1-0,50)

N0 = --------------------------- = 97

(0.10)2

24

Page 25: Proposal Penelitian

*Penelitian sebelumnya pada januari tahun 2013 yang dilakukan dilakukan di

Australia. (16)

Rumus populasi finit:

Keterangan :

n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.

n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit

N = Besar sampel populasi finit. Jumlah populasi anak anak umur 13-15 tahun

97

n = ----------------- = 89 (besar sampel)

(1 + 97 /N )

Pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah non-probability sampling

dengan cara Simple random sampling dimana semua subjek diberi nomor dan dipilih

sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka random.

4.4. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan wawancara langsung,kuesioner

frekuensi makanan semi kuantitatif dengan subjek, melakukan pemeriksaan fisik

antropometri pengukuran Body Mass Index (BMI)

25

Page 26: Proposal Penelitian

Tabel 4.1. Instrumen Penelitian

No.

INSTRUMEN FUNGSI INSTRUMEN

1. Wawancara Untuk mengetahui :- Penghasilan orang tua- Pendidikan - Frekuensi makanan- Jenis-

2. Kuesioner frekuensi semi kuantitatif

Untuk mengukur tingkat asupan natrium

3.

4. Timbangan injak dan stadiometer

Untuk mengukur berat badan dan tinggi badan

5. Meteran Untuk mengukur lingkar perut

6. Aneroid sphygmomanometer Untuk mengukur tekanan darah sistolik dan distolik.

7. Roche portable glycemia monitors (Accu-Chek Active model) dan Roche Accu-Chek reagent strips

Untuk mengukur gula darah sewaktu.

4.5. CARA PENGAMBILAN SAMPEL

Skema 4.1. Cara Pengambilan Sampel

26

Populasi anak smp umur 13-15 tahun di Kelurahan mampang

prapatan tahun 2013(1100)

Populasi anak smp 43 kelas 7,8,9 di kelurahan mampang

prapatan (650)

Jumlah kunjungan pasien di atas 25 tahun di Puskesmas Kecamatan

Cilandak tahun 2011(19.398)

Page 27: Proposal Penelitian

Proposal disetujui

Saringan pasien di SMP

Mengumpulkan sampel

Peneliti Datang ke smp

*Pengambilan sampel dilakukan secara Simple random sampling.

4.6. CARA PENGUMPULAN DATA

4.6.1. Alur Pengumpulan Data

Skema 4.2. Alur Pengumpulan Data

27

Responden yang menderita penyakit

jantung dan pembuluh darah

(256)

Responden yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan

pembuluh darah(1.456)

Responden yang tidak berisiko

penyakit jantung dan pembuluh darah

(17.686)

Sampel penelitian(89 orang)

Page 28: Proposal Penelitian

4.6.2. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan langsung pada responden

yang datang pada saat pemeriksaan yang dilakukan. Selain itu, didapatkan informasi

yang lebih rinci melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

4.6.2. Data Sekunder

28

Page 29: Proposal Penelitian

Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas

Kelurahan mampang.

4.6.3. Data Tersier

Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, dan jurnal-jurnal ilmiah

berupa data yang berkaitan dengan asupan natrium

4.7. PENGOLAHAN DATA

Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses

penyuntingan, pemindahan data ke komputer, dan tabulasi. Data yang terkumpul dari

hasil kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics

17.

4. 8. ANALISIS DATA

a. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi

dan persentase pada variabel – variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel

bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chi-

square sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel.

4.9. PENYAJIAN DATA

Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk:

- Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel.

- Tekstular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat.

- Grafik :data penelitian akan digunakan diagram batang yang

menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki.

29

Page 30: Proposal Penelitian

4.10. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

A Perencanaan

1

Orientasi dan Identifikasi

Masalah                  

2 Pemilihan Topik

3 Penelurusan kepustakaan                  

30

Page 31: Proposal Penelitian

4 Pembuatan Proposal                  

5

Konsultasi dengan

pembimbing

6 Pembuatan questionnaire                  

7 Presentasi Proposal                  

B Pelaksanaan

1 Ujicoba questionnaire

2 Pengumpulan data dan Survey                  

3 Pengolahan data

4 Analisis data                  

5

Konsultasi dengan

Pembimbing                  

C Pelaporan Hasil

1 Penulisan laporan sementara                  

2 Diskusi

3

Presentasi hasil laporan

sementara

4 Revisi                  

5

Presentasi Hasil akhir

(puskesmas)                  

6 Penulisan laporan akhir

7 Presentasi hasil akhir (Trisakti)                  

4.11. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Penggandaan Kuesioner Rp. 600.000,-

Transportasi Rp. 100.000,-

Kertas A4 Rp 150.000,-

Tinta Printer Rp. 250.000,-

Cenderamata Rp 100.000,-

Biaya tak terduga: Rp. 500.000,-

Rp. 3.000.000,-

31

Page 32: Proposal Penelitian

4.12. ORGANISASI PENELITIAN

1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti

Prof: Adi

2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Cilandak

dr. Chitra

3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian

Aditya Zulkarnain

Erika Devi

Pipim Septiana

32