Download - Pusat Perpajakan Tunas Nusantara_ Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
-
11/09/13 Pusat Perpajakan Tunas Nusantara: Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
pusatperpajakan.blogspot.com/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-akuntansi.html 1/4
Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK30 ) Versus Pajak
OLEH :
ERYC RICARDO S.
NPM. 0600070129
Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
Perlakuan Akuntansi
PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa dalam paragraf 8 mengatur bahwa suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.
Paragraf 10 menjelaskan bahwa klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau
sewa operasi didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk
kontraknya. Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan dalam
kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan adalah :
sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa
sewa;
lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat
dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi
memang akan dilaksanakan;
masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset
meskipun hak milik tidak dialihkan;
pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; dan
aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
Lebih lanjut, paragraf 16 menjelaskan bahwa untuk sewa pembiayaan pada awal
masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam
neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran
sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan
pada awal kontrak.
Sedangkan dalam paragraf 29 diatur mengenai pencatatan sewa operasi, bahwa
-
11/09/13 Pusat Perpajakan Tunas Nusantara: Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
pusatperpajakan.blogspot.com/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-akuntansi.html 2/4
pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis
lurus (straight-line basis) selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistimatis lain
yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati
pengguna.
Untuk jenis transaksi leasing berupa transaksi jual dan sewa-balik (sale and lease
back) dapat terjadi bahwa nilai aset tercatat aset yang dialihkan kepada leasing
company berbeda dengan nilai pembelian/pembiayaan oleh leasing company
tersebut.
Paragraf 56 PSAK No. 30 mengatur bahwa jika suatu transaksi jual dan sewa-
balik merupakan sewa pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat
tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi
ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.
Perlakuan Perpajakan
Secara perpajakan, pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1169/KMK.01/1991. KepMenKeu ini hanya mengatur mengenai
pencatatan transaksi leasing secara sale and lease back dengan hak opsi
sehingga untuk jenis leasing lainnya misalnya Pembiayaan Konsumen harus
mengacu kepada PSAK No. 30.
Dalam praktek sehari-hari, sering ditemukan kesalahpahaman dari accounting
perusahaan sehingga dalam perpajakan memperlakukan transaksi Pembiayaan
Konsumen layaknya Sale and Lease Back dengan Hak Opsi.
Menurut KepMenKeu No. 1169 tersebut, kegiatan sewa guna usaha
digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha (SGU) dengan hak opsi apabila
memenuhi semua kriteria berikut :
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha
pertama ditambaha dengan nilai sisa barang modal, harus dapat
menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;
Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun
untuk barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal
Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan;
Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi
lessee.
Ketentuan perpajakan memperlakukan SGU dengan Hak Opsi secara berbeda dari
akuntansi. Adapun perbedaannya sebagai berikut :
Secara akuntansi, pencatatan dilakukan secara Capital Lease, dimana :
aktiva leasing langsung dibukukan sebagai aktiva tetap leasing dan
disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya;
lessee membebankan biaya penyusutan aktiva SGU dan beban bunga
SGU
Secara perpajakan, dilakukan secara Operating Lease, dimana :
aktiva tetap leasing baru diakui setelah lessee melaksanakan hak
opsinya, dengan biaya perolehan sebagai dasar penyusutan sebesar
nilai opsi tersebut
-
11/09/13 Pusat Perpajakan Tunas Nusantara: Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
pusatperpajakan.blogspot.com/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-akuntansi.html 3/4
lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU sebagai biaya
leasing
Sedangkan untuk transaksi pembiayaan konsumen, pencatatan secara akuntansi
maupun perpajakan sama, yaitu dilakukan secara Capital Lease.
Contoh illustrasi (Sale and Lease Back dengan Hak Opsi) :
PT A memperoleh fasilitas pembiayaan berupa Sale and Lease Back dengan Hak
Opsi atas 1 unit Mesin Press dengan rincian transaksi sebagai berikut :
Harga beli dari supplier = Rp 1.144.800.000; Pembayaran Uang Muka (D/P)
kepada Supplier = Rp 300.000.000; Sisa Hutang kepada Supplier = Rp 844.800.000.
Pembiayaan oleh Leasing Company = Rp 844.800.000; Masa Angsuran =
20/11/2004 s/d 20/10/2007 (36 bulan); Angsuran Pokok = Rp 844.800.000; Bunga
Angsuran = Rp 201.312.000
Jurnal Akuntansi (PSAK No. 30) :
Aktiva Tetap - Mesin 1.144.800.000
Kas 300.000.000
Hutang Supplier 844.800.000
(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)
Hutang Supplier 844.800.000
Hutang Leasing 844.800.000
(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)
Hutang Leasing 26.144.498
Biaya Bunga Leasing 12.412.502
Kas 38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)
Jurnal Perpajakan (KepMenKeu No. 1169)
Aktiva Tetap - Mesin 1.144.800.000
Kas 300.000.000
Hutang Supplier 844.800.000
(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)
Hutang Supplier 844.800.000
Jaminan Leasing 300.000.000
Aktiva Tetap Mesin 1.144.800.000
(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)
Biaya Leasing 38.557.000
Kas 38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)
Secara perpajakan, jika pada akhir masa leasing, lessee menggunakan hak
opsinya maka dalam pembukuan lessee membukukan aktiva tetap sebagai dasar
penyusutan sebesar Rp 300.000.000 yaitu sebesar nilai jaminan leasing. Selama
masa SGU, jaminan leasing dibukukan sebagai Aktiva Lain-lain.
Sedangkan, jika transaksinya berupa Pembiayaan Konsumen, maka pencatatan
akuntansi dan perpajakan harus sesuai PSAK No. 30 (jurnal pertama).
-
11/09/13 Pusat Perpajakan Tunas Nusantara: Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak
pusatperpajakan.blogspot.com/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-akuntansi.html 4/4
Posting Lebih Baru Posting Lama
Diposkan oleh PUSAT PERPAJAKAN TUNAS NUSANTARA di 17.08
1 komentar:
Beri komentar sebagai:
Publikasikan Pratinjau
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
piece 19 April 2013 15.05
Mau nany a, jika aktiva ada PPN, saat membukukan transaksipengalihan aktiva tetap ke leasing company bagaimana?sesuai cntoh :Hutang Supplier 844.800.000 Jaminan Leasing 300.000.000 Aktiva Tetap Mesin 1 .144.800.000
jika ada PPN aktiva menjadi 1 .040.7 27 .27 3jurnal pasanganny a apa?
Hutang Supplier 844.800.000 Jaminan Leasing 300.000.000 Aktiva Tetap Mesin 1 .040.7 27 .27 3????????? 104.07 2.7 27
Balas