Download - Referat Globus Phar
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Globus faringeus adalah berupa perasaan atau sensasi subyektif seseorang mengenai
adanya benjolan, gumpalan, atau benda asing di dalam tenggorokkannya tanpa disertai nyeri,
yang berlangsung secara persisten dan intermiten. Perasaan tersebut kadangkala muncul karena
gangguan emosi, di mana sensasi dirasakan dalam keadaan sebenarnya tidak ada benjolan
ataupun beda asing di tenggorokkannya. Tenggorokan adalah bagian depan pangkal leher di
belakang mulut, yang secara anatomis terdiri dari faring dan laring. Kondisi klinis ini seringkali
terjadi, susah untk diobati dan cenderung kambuh. Oleh karena etiologi penyakit ini tidak dapat
diketahui dengan pasti, pemeriksaan standard dan pengobatan yang akurat masih sukar dilakukan
kepada individu yang menderita globus faringeus.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 2/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
2.1.1 Faring
Faring atau pharynx atau tenggorokkan merupakan saluran berbentuk pipa dengan
panjang ! cm, yang bera"al dari nares internal memanjang sampai kartilago krikoid #kartilago
yang letaknya paling inferior dari laring$. Faring terletak di posterior dari kavitas nasal dan oral,
superior dari laring, dan anterior dari vertebra cervikalis. %inding faring terdiri dari otot skelet
yang dilapisi membrane mukosa. Kontraksi otot skelet ini berperan dalam proses menelan.
Fungsi faring adalah adalah sebagai jalan masuknya udara dan makanan, berfungsi untuk
meresonansi kotak suara, dan tempat lokasi tonsil, yang berperan dalam reaksi imunologis
mela"an benda asing.
Gambar 1.1. &natomi Faring #%errickson ' Tortora, ())*$
+enurut lokasi anatomisnya, faring dibagi menjadi tiga region, yaitu nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Otot dari seluruh faring dibagi menjadi dua lapisan, lapisan luar
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 3/22
yaitu lapisan otot sirkular, dan lapisan dalam yaitu lapisan otot longitudinal. asofaring
merupakan bagian superior dari faring. -agian nasofaring dimulai dari posterior kavitas nasal
dan memanjang menuju palatum mole # soft palate atau palatum lunak$. Terdapat lima tempat
pembukaan pada nasofaring, yaitu dua lubang nares internal, dua lubang eustachius, dan satu
lubang menuju orofaring. %ari lubang nares internal, nasofaring mendapatkan udara dari kavitas
nasal bersama dengan dust-laden mucus. asofaring dilapisi oleh epitel kolumnar
pseudostratified siliaris, dan silia yang ada akan menggerakkan mucus keba"ah menuju bagian
paling inferior dari faring. asofaring juga berfungsi untuk pertukaran udara melalui tuba
eustachius untuk menyamakan tekanan udara antara faring dan telinga bagian tengah
Gambar 1.2. &natomi aring &nterior / Posterior #%errickson ' Tortora, ())*$
-agian tengah dari faring disebut sebagai orofaring. %aerah orofaring terletak di bagian
posterior kavitas oral dan dimulai dari palatum mole menuju inferior dan berakhir di bagian
tulang hyoid. Pada bagian orofaring, hanya terdapat satu tempat pembukaan, yaitu fauces atau
tenggorokkan. Orofaring berfungsi untuk respirasi maupun digestif. Orofaring dilapisi oleh epitel
s0uamous stratifikasi nonkeratinisasi. Terdapat dua bagian tonsil yang berlokasi di orofaring,
yaitu palatine dan lingual tonsils.
-agian paling inferior dari faring adalah laringofaring atau hipofaring, laringofaring
letaknya dimulai dari tulang hyoid. Pada bagian laringofaring terdapat dua tempat pembukaan
yaitu esophagus pada posterior dan laring pada anterior. 1eperti pada bagian orofaring,
laringofaring juga berfungsi untuk fungsi respirasi dan digestive. 2pitel yang melapisi bagian
laringofaring adalah epitel skuamous stratifikasi nonkeratinisasi.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 4/22
2.1.2. Laring
aring atau larynx atau kotak suara, adalah saluran pendek yang menghubungkan antara
laringofaring dan trakea. aring terletak di midline dari leher, dan berada di anterior esophagus
setinggi vertebra cervikalis empat sampai enam #34/35$. %inding dari laring terdiri dari
sembilan tulang kartilago. Tiga kartilago yang berdiri sendiri #kartilago tiroid, epiglottis, dan
krikoid$, dan tiga kartilago yang berpasangan #kartilago arytenoids, cuneiform, dan cornikulate$.
%ari ketiga kartilago yang berpasangan, kartilago yang terpenting adalah kartilago arytenoids,
kartilago ini berpengaruh besar pada perubahan posisi dan tekanan dari vocal folds #yang
mempengaruhi suara$. Otot ekstrinsik dari laring berfungsi untuk menghubungkan kartilago dan
struktur lainnya di tenggorokan, sedangkan otot intrinsik mengubungkan antar kartilago.
Gambar 1.3. &natomi aring Potongan 1agital #Tortora, ())*$
Kartilago tiroid atau yang sering disebut sebagai adam’s apple terdiri dari dua kartilago
hyaline dari dinding anterior laring dan memberikan bentuk triangular. Adam’s apple ini terdapat
pada pria dan "anita, namun lebih besar pada pria karena pengaruh hormone se6 pria yang
berkembang saat pubertas. igamen yang menghubungkan kartilago tiroid ke tulang hyoid
disebut sebagai membran tirohioid.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 5/22
Gambar 1.4. &natomi Vocal Folds #%errickson ' Tortora, ())*$
2piglotis #epi: dalam, glottis: lidah$ merupakan kartilago elastis dan berbentuk seperti
daun yang dilapisi oleh epitel. -atang dari epiglottis meruncing ke bagian inferior dan melekat
ke anterior melingkari kartilago tiroid dan tulang hyoid. -agian epligotis superior yang lebar dan
berbentuk seperti daun tidak melekat dan bebas bergerak naik atau turun seperti pintu. 1aat
proses menelan, faring dan laring akan naik, elevasi dari faring berfungsi untuk melebarkan
faring untuk menerima makanan dan minuman, sedangkan elevasi dari laring akan menyebabkan
epiglottis bergerak turun dan menutup glottis. Glotis terdiri dari sepasang lipatan membrane
mukosa vocal folds di laring, dan ruang diantaranya yang disebut rima glottidis. Penutupan laring
saat proses menelan menyebabkan makanan dan minuman bergerak menuju esophagus. 1aat
partikel kecil seperti debu, asap, makanan, dan cairan masuk ke laring, maka refleks batuk akan
muncul, sehingga benda atau parikel asing tersebut akan keluar.Kartilago krikoid adalah cincin kartilago hyaline yang berasal dari dinding inferior dari
laring. Kartilago ini melekat pada kartilago pertama di trakea melalui ligament krikotrakea.
Kartilago tyroid berhubungan dengan kartilago krikoid melalui ligament krikotiroid. Kartilago
krikoid ini merupakan tempat untuk trakeostomi pada kasus kega"atdaruratan. Kartilago
aritenoid berbentuk triangular dan merupakan kartilago hyaline yang banyak berlokasi di
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 6/22
posterior, dan superior dari kartilago krikoid. -agian ini merupakan bagian yang memiliki
pergerakan luas karena terdapat sendi synovial dengan kartilago krikoid. Kartilago kornikulat
merupakan kartilago yang berbentuk seperti tanduk dan bersifat elastis, dan berlokasi di ape6
dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago cuneiform adalah kartilago elastic yang berbentuk
seperti gada dan terletak di anterior dari kartilago corniculate. Kartilago ini yang membantu
vocal folds dan aspek lateral dari epiglottis.
Gambar 1.. &natomi Vocal Folds #%errickson ' Tortora, ())*$
apisan laring superior sampai vocal folds dilapisi oleh epitel s0uamous nonkeranisasi
stratified. apisan dari laring inferior menuju vocal folds adalah epitel kolumnar pseudostratified
bersilia yang terdiri dari sel kolumnar silia, sel goblet, dan basal sel. +ukus yang diproduksi oleh
sel goblet berfungsi untuk menangkap debu yang tidak tersaring sebelumnya. 1ilia yang ada di
upper respiratory tract berfungsi menggerakkan mucus dan menangkap partikel dan
menggerakkan menuju faring7 sedangkan silia pada lower respiratory tract berfungsi
menggerakkan mucus ke atas faring.
2.1.3. E!"#ag$!
2sophagus #e/1OF/a/gus 8 makan tenggorokan 9eating gullet”$ merupakan tuba
muscular yang collapsible. Panjangnya sekitar (:cm dan berlokasi di posterior dari trakea.
2sofagus bera"al dari ujung ba"ah akhir dari laringofaring dan memanjang menuju
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 7/22
mediastinum anterior menuju columna vertebra. 1elanjutnya menembus diafragma menuju
esophageal hiatus di bagian superior lambung.
Gambar 1.%. &natomi 2sofagus #Kumar et al ())!$
+ukosa dari esophagus terdiri dari epitel skuamosum stratifikasi nonkeratinisasi, lamina
propia, dan otot muscosae #otot polos$. %i dekat lambung, mukosa dari esophagus mengandung
kelenjar mukus. %i setiap ujung dari esophagus, otot dari esophagus tersebut menjadi sedikit
keras dan prominen dan menjadi dua spincter. ;pper esophageal sphincter#;21$ yang terdiri dari
otot rangka, dan lo"er esophageal sphincter#21$, yang terdiri dari otot polos. ;21 meregulasi
pergerakan makanan dari faring menuju esophagus, sedangkan 21 meregulasi pergerakan
makanan dari esophagus menuju lambung.
2.1.4. Fi!i"&"gi M'n'&an
Proses menelan dimulai dengan fase oral atau volunter, yang merupakan fase persiapan
sebelum makanan atau bolus melanjutkan ke fase transfer yang merupakan fase bolus didorong
ke faring oleh kontraksi dari lidah. -olus kemudian mengaktivasi reseptor sensoris di orofaring
yang memulai refleks menelan. 1aat bolus sudah terdorong ke belakang oleh lidah, laring
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 8/22
kemudian bergerak ke depan dan ;21 terbuka. 1etelah bolus berada di faring, kontraksi dari
konstriktor faring superior mela"an gerakan kontraksi palatum mole, terbentuklah gerakan
kontraksi peristaltik yang secara cepat mendorong makanan mele"ati faring menuju esophagus.
21 terbuka setelah makanan masuk ke dalam esophagus, dan akan terus terbuka sampai
kontraksi peristaltik menggerakkan bolus sampai ke lambung.
2.2. DEFINISI GLOBUS FA(INGEUS
Kondisi yang saat ini dikenal dengan sebutan globus faringeus, a"alnya telah di
deskripsikan oleh <ohn Purcell pada tahun =)= dengan sebutan globus histerikus. Kata globus
berasal dari bahasa latin yang berarti bola, dan kata histerikus memiliki arti bah"a kondisi
penyakit tersebut berasal dari gangguan psikologis seperti gangguan somatisasi yang
bermanifestasi menjadi gejala pseudoneurologikal. %alam !xford "nglish #ictionary tahun
=>4, arti globus histerikus sendiri adalah sensasi tersedak seperti terdapat benjolan di
tenggorokkan pada orang/orang yang mengalami kondisi histeris. Penyakit ini kemudian oleh
+alcomson dirubah namanya menjadi globus faringeus pada tahun >5*, hal ini disebabkan
karena tidak semua pasien dengan globus adalah "anita ataupun sedang dalam kondisi gangguan
psikologis seperti histeria. 1alah satu penelitian menyebutkan bah"a pasien dengan gejala globus
faringeus tidak menunjukkan skor histeria yang lebih tinggi, dibandingkan dengan orang sehat.
1aat ini telah diketahui secara luas bah"a penyebab dari globus faringeus ini bukan hanya dari
psikologis namun dapat terjadi karena sebab anatomis.
Globus faringeus adalah penyakit yang mempunyai karakteristik berupa perasaan atau
sensasi subyektif seseorang mengenai adanya benjolan, gumpalan, atau benda asing di dalam
tenggorokkannya ketika sebenarnya tidak ada benjolan ataupun beda asing di tenggorokkannya
pada saat dilakukan pemeriksaan tenggorokkan. Karakteristik lain dari penyakit ini adalah tanpa
disertai dengan adanya keluhan kesulitan menelan #disfagia$ ataupun keluhan nyeri saat menelan
#odinofagia$, dan frekuensinya akan bertambah saat sedang kondisi makan. 1ensasi ini biasanya
bersifat persisten, intermiten, sulit untuk disembuhkan, dan memiliki kecenderungan untuk
serangan ulangan.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 9/22
2.3. EPIDEMIOLOGI
Globus faringeus atau yang dapat disebut juga sebagai globus sensation atau globus
histericus, sering terjadi di populasi umum. ?nsidensi globus faringeus setiap tahunnya menurut
-2&3@ # $ettering the "valuation and %are of &ealth$ adalah 5.= per )).))) orang. Pada satu
penelitian menunjukkan hasil bah"a lebih dari 4 persen pasien dari 4!!) konsekutif pasien baru
yang mengunjungi klinik T@T mengeluhkan keadaan globus faringeus dengan gejala ringan dan
intermiten. Penelitian lain pula menunjukkan hasil sekitar 45 persen dari seluruh subyek
penelitian yang sehat, mengalami sensasi globus faringeus minimal satu kali selama hidupnya.
Gambar 3.1. ?nsidensi Globus Faringeus #Pollack, ()!$.
Globus faringeus sering terjadi saat perasaan seseorang sedang emosional, dan lebih
sering terjadi pada "anita dibandingkan pada pria #:! persen banding !: persen$. ;ntuk "anita,
insidensi globus faringeus adalah *.! per )).))) orang sedangkan untuk pria insidensinya
adalah !.> per )).))) orang. Pada usia kurang dari :) tahun, globus lebih sering terjadi pada
"anita dibandingkan pada pria, sedangkan setelah lebih dari :) tahun, tidak ada perbedaan
prevalensi antara pria dan "anita. 1alah satu penelitian yang diadakan di klinik psikosomatik,
median usia pasien dengan keluhan globus adalah 4! tahun, dan median durasi gejala adalah dua
tahun. Tingkat insidensi tertinggi penyakit ini terjadi pada usia pertengahan. ?nsidensi penyakit
ini sangat jarang terjadi pada usia diba"ah () tahun dan de"asa, pada usia ini gangguan makan
atau eating disorder lebih sering terjadi dibandingkan dengan globus faringeus. 1edangkan pada
usia lanjut, globus faringeus sangat sulit dibedakan dengan penyakit inflamasi mukosa yang
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 10/22
berkaitan dengan umur atau age-related mucosal inflammation. Penelitian yang dilakukan oleh
%early, et al., menyebutkan bah"a 5A dari :) "anita dalam usia pertengahan mengeluhkan
adanya perasaan atau sensasi adanya benda asing di tenggorokkannya dalam kurun "aktu tiga
bulan terakhir.
2.4. ETIOLOGI
+eskipun prevalensi globus faringeus di masyarakat umum masih tinggi, etiologinya
sampai saat ini masih belum jelas dan sangat kontroversi. 2tiologi yang saat ini mulai diterima
adalah disebabkan karena multifactorial. @asil dari sebagian besar penelitian memperkirakan
terdapat beberapa mekanisme terjadinya globus faringeus. +ekanisme ini termasuk faktor
psikologis, gastroesophageal reflux #G2B$, dismotilitas faring, hipertonik upper oesophageal
sphincter #;O1$, dan abnormalitas anatomi lokal.
2.4.1. Ga!)r"'!"*+ag'a& ('#&$, Di!'a!'
'astroesophageal reflux disease atau G2B% saat ini disebut/sebut sebagai penyebab
utama globus faringeus. 1ekitar (! sampai 5* persen globus faringeus diperkirakan disebabkan
oleh G2B%. +alcomsom merupakan peneliti yang pertama kali mengubungkan antara G2B%
dan globus faringeus dengan menggunakan swallow barium, hasilnya lebih dari 5) persen pasien
dengan globus faringeus menunjukkan adanya refluks. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Koufman menunjukkan bah"a sekitar :* persen pasien dengan globus faringeus memiliki hasil
p@ yang abnormal. @asil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh 3herry et
al , yang menunjukkan hasil ) dari ( subyek penelitian mengeluhkan globus faringeus saat
asam di infuskan ke dalam esophagus bagian distal. Penelitian lainnya menunjukkan hasil =(
persen dari (: pasien dengan globus memiliki kondisi refluks patologis.
1ebagai tambahan, globus faringeus membaik setelah delapan minggu pemberian terapi
proton pump inhibitor #PP?$. 1urvei yang dilakukan menurut population-based mendukung
adanya hubungan yang potensial antara G2B% dan globus faringeus dengan mendemonstrasikan
peningkatan risiko globus pada pasien dengan gejala G2B%. Penelitian yang dilakukan oleh
%ore et al menunjukkan hasil !*,= persen pasien dengan G2B% memiliki gejala globus
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 11/22
faringeus dan gejala ini lebih sering terjadi pada kelompok pasien dengan non-erosive reflux
disease.
Gambar 4.1. Penyebab Globus Faringeus #3larke ' Glesson, ())*$
Terdapat dua mekanisme dasar yang dapat menjelaskan hubungan antara G2B% dan
globus faringeus. +ekanisme pertama adalah iritasi dan inflamasi langsung pada mukosa
laringofaring yang disebabkan karena aliran kembali atau retrograde flow dari cairan lambung,
atau lebih dikenal dengan laryngopharyngeal reflu(s. +ekanisme kedua adalah refleks vasovagal
hipertonik dari ;21 atau upper esophageal sphincter yang disebabkan karena asam atau distensi
pada esophagus distal. 1ampai saat ini, belum ada orang yang tau penjelasan mengenai penyebab
globus pada kasus refluks ini, apakah karena asam lambung yang meningkat atau peningkatan
sensitifitas asam, atau adanya asam pada lokasi yang tidak semestinya sehingga menyebabkan
keluhan globus faringeus ini.
2.4.2. F$ng!i Abn"rma& Upper Esophageal Sphincter
Fungsi abnormal upper esophageal sphincter #;21$ diperkirakan menjadi salah satu
penyebab globus faringeus. @asil dari beberapa penelitian masih kontroversial, hal ini
kemungkinan diakibatkan dari kesulitan teknis dalam mengukur tekanan ;21. 1alah satu
penelitian menunjukkan peningkatan tekanan ;21 lebih sering terjadi pada pasien dengan
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 12/22
globus faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol #(*A vs !A$, dari penelitian tersebut,
maka diperkirakan bah"a hipertensi ;21 merupakan faktor penyebab globus faringeus. @al ini
didukung oleh penelitian yang memberikan injeksi toksin botulinum di otot cricopharyngeal
pada kelompok pasien dengan globus dan kelompok pasien dengan tekanan ;21 yang tinggi,
hasilnya pemberian injeksi toksin botulinum dapat memberikan perbaikan pada gejala globus
dan menurunkan tekanan ;21.
2.4.3. Gangg$an M")"ri- E!"#ag$!
Prevalensi esophageal motor disorders atau 2+% dilaporkan pada 5 sampai >) persen
pada pasien dengan globus faringeus. @al ini menunjukkan bah"a 2+% kemungkinan dapat
menjadi penyebab yang berkontribusi pada faktor risiko berkembangnya globus faringeus.
+anometri esophagus menunjukkan hasil abnormal pada lebih dari 5= persen pasien dengan
globus faringeus. &bnormalitas yang sering terjadi adalah gangguan motilitas esophagus yang
nonspesifik. Penelitian yang dilakukan oleh +oser et al menunjukkan hasil bah"a gejala 2+%
sebelum gejala disfagia terjadi adalah gejala globus faringeus.
2.4.4. In#&ama!i Faring
?ritasi dan inflamasi dapat menyebabkan globus faringeus. -eberapa kondisi yang dapat
menyebabkan iritasi dan inflamasi pada faring diantaranya adalah faringitis, tonsillitis, dan
sinusitis kronis dengan post nasal drip. -eberapa kondisi dapat menyebabkan globus faringeus
dengan cara meningkatkan sensitivitas daerah lokal faring.
2.4.. K'gana!an Sa&$ran Faring"&ar'ng'a& Upper Aerodigestive Tract Malignancy/
&danya malignansi faringolaringeal atau esophagus bagian atas harus diekslusikan dari
pasien dengan globus faringeus. Khususnya pada pasien dengan gejala risiko tinggi adanya suatu
keganasan seperti berat badan turun, disfagia, dan nyeri tenggorokkan.
2.4.%. Hi*'r)r"#i Pa0a Ba!i! Li0a+ Hypertrophy of The Tongue Base/
Globus faringeus dapat disebabkan karena hipertrofi berat pada basis lidah. @al ini
dimungkinkan karena folikel lidah menyentuh dinding posterior faring. Penelitian yang
dilakukan oleh +amede et al menunjukkan hasil bah"a folikel lidah yang hipertrofi sering
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 13/22
ditemukan pada pasien dengan tanda dan gejala gastroesophageal reflu6 atau G2B. 1elain itu
gejala hipertrofi basis lidah sulit dibedakan dengan gejala G2B.
2.4.. (')r"'r)'0 E*ig&"))i!
Penelitian yang dilakukan oleh &gada et al menunjukkan hasil beberapa pasien dengan
globus faringeus memiliki kondisi yang disebut retroverted epiglottis. )etroverted epiglottis
dapat menyebabkan globus faringeus melalui epiglottis yang kontak dengan basis lidah atau pada
dinding faring posterior saat lidah dijulurkan. %ari beberapa observasi, ditemukan bah"a gejala
akan berkurang setelah dilakukan epligottectomi parsial.
2.4.. P'na-i) Tir"i0
Penelitian yang dilakukan oleh Bemacle, menunjukkan hasil bah"a pasien dengan globus
faringeus lebih banyak menunjukkan abnormalitas pada tiroidnya dari hasil ;1G dibandingkan
dengan kelompok kontrol. +enurut -urns et al satu dari tiga pasien dengan massa di tiroid
mengeluhkan adanya gejala globus faringeus. Pasien dengan post tiroidektomi juga mengeluhkan
gejala yang mirip dengan globus, namun menghilang setelah beberapa hari. Calaupun
patofisiologi atau penjelasan mengenai mekanisme penyakit tiroid bisa menyebabkan globus
faringeus belum sepenuhnya di mengerti, namun beberapa laporan menyebutkan bah"a
tiroidektomi dapat meringankan gejala globus faringeus.
2.4.5. M$-"!a Ga!)'r H')'r")"*i- S'ri-a&i!6 Cervical Heterotopic Gastric Mucosa #3@G+$.
Globus faringeus dilaporkan juga dihubungkan dengan adanya cervical heterotopic
gastric mucosa #3@G+$. 3@G+ merupakan kelainan gastrointestinal kongenital, yaitu berupa
sel lambung yang berada tidak pada tempatnya. &sam yang dihasilkan oleh sel 3@G+ dapat
menimbulkan gejala yang mirip dengan G2B%, termasuk globus faringeus. Pasien 3@G+
dengan keluhan globus faringeus dan atau sakit tenggorokkan menunjukkan perbaikan gejala
setelah dilakukan argon plasma ablation of 3@G+. 1aat ini, globus faringeus dihubungkan
dengan infeksi &elicobacter pylori pada 3@G+.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 14/22
2.4.17. T$m"r Jarang
Keluhan globus faringeus juga dikeluhkan pada pasien dengan tumor otot polos faring,
post cricoids limfangioma, dan orofaringeal metastasis dari mekel sell karsinoma. @al ini berarti
pasien dengan keluhan globus faringeus yang persisten seharusnya di investigasi lebih lanjut
untuk mengeksklusi penyakit atau lesi yang jarang.
2.4.11. S)r'! 0an Fa-)"r P!i-"&"gi
Telah disebutkan sebelumnya, bah"a dahulu globus faringeus disebut sebagai globus
histerikus. @al ini, memberi kesan bah"a telah lama diketahui hubungan antara globus faringeus
dan faktor psikologi. Globus faringeus merupakan salah satu dari empat gejala tersering
somatisasi setelah muntah, afonia, dan nyeri pada ekstermitas. +asalah psikogenik sering
dianggap sebagai penyebab atau pemicu globus faringeus. 1alah satu penelitian menunjukkan
peningkatan level ale6ithymia, neuroticism, dan distress psikologis #termasuk cemas, mood
turun, dan somatisasi$ dan penurunan level dari e6traversi pada pasien dengan globus faringeus.
-eberapa penelitian melaporkan bah"a peningkatan stressor mungkin dapat menjadi ko/
faktor simtomgenesis dan kekambuhan. ebih dari >5 persen pasien dengan globus faringeus
menunjukkan gejala kekambuhan saat emosi mereka sedang tinggi. -eberapa penelitian
menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan status psikologi pasien globus faringeus
dibandingkan dengan kontrol. amun, penelitian yang dilakukan oleh Gale et al menunjukkan
hasil insidensi globus faringeus pada 4(4) laki/laki veteran adalah 5,4 persen, dengan skor
*innesota *ultiphasic +ersonality ,nventory#++P?$ lebih besar pada kelompok globus
faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peneliti memperkirakan adanya hubungan
yang signifikan antara depresi dan gangguan somatisasi. Penelitian yang dilakukan oleh @arris et
al menunjukkan hubungan antara kejadian hidup yang berat dalam setahun terakhir dengan
kejadian globus faringeus.
2.4.12. P'na-i) A$)"im$n
Penelitian terbaru menunjukkan hasil yang menarik, bah"a kondisi autoimun secara
signifikan meningkatkan prevalensi dari globus faringeus jika dibandingkan dengan populasi
normal. ebih lanjut lagi, terdapat hubungan antara globus faringeus dan alergi. Pada penelitian
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 15/22
dengan allergic s(in tests menunjukkan hasil secara signifikan allergic s(in tests positive pada
kelompok pasien dengan globus faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol.
2.4.13. Lainna
Terdapat beberapa laporan kasus yang menghubungkan antara globus faringeus dengan
osteofit pada cervical, penyakit pada sendi temporomandibular, hiperviskositas dari mukosa
nasofaringeal, sindrom 2agle #kalsifikasi stylohyoid ligament$, peningkatan tekanan laryngeal
dan faringeal, dan hipofungsi dari saliva #pada pasien dengan globus, memiliki konsentrasi
fukose dan asam sialic yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol$.
2.. TANDA DAN GEJALA
Gejala utama dari globus faringeus adalah perasaan seperti adanya gumpalan, tekanan
#kontriksi$ perasaan terikat, atau perasaan tidak nyaman di tenggorokan. Keluhan nyeri
tenggorokan atau sulit menelan tidak dirasakan oleh pasien. Keluhan ini dirasakan kambuh/
kambuhan. Keluhan globus faringeus sering dirasakan di bagian leher depan dan dapat berpindah
ke lokasi sekitarnya, perpindahan sering ke atas atau ke ba"ah. Gumpalan ini biasa dirasakan
pada bagian antara dada dan laring, atau pada daerah disekitar Addam’s apple. -esarnya
gumpalan sering di deskripsikan antara sebesar kacang sampai sebesar buah kenari. Keluhan ini
tidak mempengaruhi proses makan atau minum. -ahkan untuk beberapa orang keluhan ini
membaik saat makan atau minum. Keluhan ini biasanya memberat diantara "aktu makan.
Kebanyakan pasein dengan globus faringeus mengeluhkan sensasi atau perasaan ini pada saat
menelan ludah.
2.%. DIAGNOSIS
1ampai saat ini, belum ada konsesus yang membahas mengenai cara mendiagnosis dan
manajemen terapi dari globus faringeus. Penelitian yang dilakukan di ?nggris, mengemukakan
bah"a 4A spesialis T@T tidak melakukan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan globus
faringeus, dan memilih untuk langsung memberikan resep antasid. 1edangkan sisanya, sekitar
*5A melakukan pemeriksaan penunjang, seperti endoskopi #5A$, barium swallow #:5A$, dan
kombinasi keduanya #=,:A$. angkah pertama untuk memeriksa gejala globus faringeus adalah
dengan melakukan anamnesis ri"ayat lengkap pasien, gejala/gejala risiko tinggi tumor, gejala
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 16/22
refluks, dan masalah psikologis. 1ebagai tambahan, pemeriksa seharusnya melakukan
pemeriksaan fisik leher dan nasofaringoskopi. Pasien dengan gejala khas globus faringeus
sebenarnya tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan penunjang ditujukan pada
pasien dengan disfagia, odinofagia, nyeri tenggorokan, berat badan turun, dan hoarseness.
2.%.1. In0'-! G'8a&a ('#&$-! 0an Reflux inding Score
Gejala dan penemuan pemeriksaan fisik dari laringofaringeal refluks #PB$ sangat tidak
spesifik, dan sulit dibedakan dengan kondisi laring lainnya yang disebabkan oleh rokok, alergi,
infeksi, vocal abuse discharge postnasal, atau mekanisme neurogenik lainnya. -elafsky et al
menyarankan agar dilakukannya penilaian indeks gejala refluks untuk mengetahui tingkat gejala
PB dan reflu(s finding score untuk mengetahui keparahan PB. amun Park et al melaporkan
bah"a BF1#reflu(s finding score dan B1?#?ndeks Gejala Befluks$ memiliki spesifitas yang
rendah pada pasien dengan globus, hal ini mengindikasikan bah"a BF1 maupun B1? mungkin
tidak terlalu valid untuk mendiagnosis PB pada pasien dengan globus faringeus.
2.%.2. Bariu! S"allo"
$arium swallow adalah pemeriksaan esophagus dengan menggunakan kontras. -eberapa
penelitian dengan barium swallow yang mengidentifikasi lesi jinak pada satu dari tiga pasien
dengan globus faringeus, dengan penemuan terbanyak adalah hiatal hernia dan atau refluks #*/
*A$, osteofit servikalis #),4/(!A$, dan spasme krikofaringeal #(,(A$. %ua penelitian
mendemonstrasikan bah"a barium swallow tidak menunjukkan malignansi pada pasien dengan
globus tipikal. 1ebagai tambahan, tidak ada malignansi dari faring maupun esophagus yang
ditemukan dari pasien dengan globus faringeus pada penelitian lainnya. @al ini mengindikasikan
bah"a pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis malignansi pada pasien
dengan globus faringeus. Pemeriksaan barium swallow memiliki nilai diagnosis yang terbatas
untuk memeriksa pasien dengan globus faringeus.
2.%.3. 9i0'"#&$"r"!:"*
Penelitian dengan subyek (! pasien globus faringeus yang mendapatkan pemeriksaan
videofluoroskopi, * pasien diantaranya menunjukkan adanya abnormalitas, : pasien memiliki
aspirasi laryngeal, ( pasien memiliki barium yang statis di sinus vallecula dan piriformis, dan 4
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 17/22
pasien sisanya memiliki elevasi faring yang lemah. Oleh karena itulah, pemeriksaan dengan
videofluoroskopi mungkin dapat membantu mengidentifikasi disfungsi faring pada pasien
dengan globus faringeus.
2.%.4. M"ni)"ring 24 Jam #ual $ro%e Amb$&a)"r *H
Calaupun pemeriksaan monitoring dual probe ambulatory p& sangat sering digunakan
untuk memeriksa supraesofageal G2B%, pemeriksaan ini sama sekali belum ada standarnya, dan
hasilnya tidak relevan dengan definisi klinis yang berhubungan dengan G2B%. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat esophagus abnormal yang diakibatkan oleh paparan asam, pada
beberapa pasien dengan globus faringeus. Penelitian yang dilakukan pada pasien globus
faringeus tanpa gejala refluks seperti regurgitasi atau heartburn, memiiliki p@ yang normal.
&khirnya menurut penulis, pemeriksaan ini hanya sedikit memberikan manfaat untuk
mengevaluasi pasien dengan globus tanpa disertai gejala refluks.
2.%.. M"ni)"ring 24 Jam Multichanel &ntralu!inal &!pedance
@asil dari beberapa penelitian, mengindikasikan bah"a cara terbaik untuk mendeteksi
G2B pada pasien dengan gejala ekstraesofageal G2B% adalah dengan monitoring multichannel
intraluminal impedance atau monitoring p@. Pada pasien dengan gejala globus faringeus yang
persisten setelah pemberian PP?, pemeriksaan ini memiliki nilai diagnosis yang tinggi untuk
mengidentifikasi gejala positif melalui deteksi refluks non/asam. ebih lanjut, refluks paroksimal
memiliki nilai prediktor yang tinggi untuk gejala globus faringeus. Pemeriksaan ini terlihat lebih
menjanjikan dalam pemeriksaan untuk mendeteksi PB dibandingkan dengan (4 jam dual probe
monitoring , karena dapat memonitor refluks asam maupun non/asam. 1elain itu juga dapat
membedakan antara gas ataupun cairan. &khirnya, pemeriksaan ini lebih berguna dalam
mengeksklusi G2B%.
2.%.%. E!"#ag"ga!)r"!-"*i F&'-!ib'&
2ndoskopi menunjukkan hasil lebih bagus bila dibandingkan dengan barium swallow
untuk mendiagnosis malignansi di jalur aerodigestif bagian atas. Disualisasi dari fosa piriform
dan area postkrikoid dapat dilihat dengan menggunakan esofagogastroskopi fleksibel. ebih
lanjut lagi, pemeriksaan ini dapat mengevaluasi seluruh bagian esophagus dan mendiagnosis
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 18/22
refluks esofagitis dan atau malignansi esophagus bagian atas yang dapat menyebabkan globus
faringeus. 1elanjutnya, pada keadaan umum, endoskopi hanya memiliki sensitivitas yang rendah
dan memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis ekstraesofageal G2B%.
2.%.. Man"m')ri
+anometri adalah pengukuran kekuatan otot/otot esophagus. Pada pasien dengan ;21
yang fungsinya abnormal, dan pada penyakit motorik esophagus yang dicurigai sebagai
penyebab globus faringeus, monometri merupakan pemeriksaan yang perlu dan bermanfaat
untuk dilakukan. Tekanan upper esophageal sphincter #;21$, tekanan lower esophageal
sphincter #21$, dan amplitude kontraksi badan esophagus dapat diperiksa menggunakan
pemeriksaan monometri ini.
2. TE(API
+asih sedikitnya penelitian mengenai tatalaksana globus faringeus, belum adanya konsep
evidence-based treatment globus faringeus, dan beberapa jurnal revie" yang menunjukkan tidak
adanya terapi tunggal efektif, maka penulis jurnal ini menyarankan alogaritma tatalaksana globus
faringeus pada table ?. Terapi yang dapat menjadi pilihan adalah terapi anti refluks, terapi
berbicara dan berbahasa, antidepresan, dan 3-T.
2..1. T'ra*i An)i ('#&$-!
G2B diperkirakan menjadi penyebab utama globus faringeus, hal ini mengindikasikan
bah"a terapi anti refluks disarankan menjadi terapi pertama pada tatalaksana pasien dengan
globus faringeus. Karena untuk mendiagnosis G2B% merupakan suatu tindakan invasive dan
biaya yang dikeluarkan juga besar, maka mungkin masuk akal dalam penggunaan PP? untuk
terapi globus faringeus. Calaupun belum ada penelitian acak yang meneliti tentang penggunaan
PP? dalam terapi globus faringeus, beberapa literature menyarankan PP? sebagai tatalaksana
PB. %isarankan pemberian terapi PP? dua kali sehari untuk ! bulan, dan dapat di perpanjang
sampai 5 bulan. PP? harus diminum !)/5) menit sebelum makan. PP? yang disarankan adalah
lansopraEole dengan sediaan !)mg. 1etelah !/5 bulan, terapi dapat dihentikan pada pasien yang
menunjukkan perbaikan. 1edangkan pasien yang tidak menunjukkan perbaikan, maka dapat
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 19/22
dilakukan pemeriksaan seperti endoskopi, monitoring p@, atau +??p@ monitoring. <ika tersedia,
maka +??p@ monitoring direkomendasikan karena dapat memonitoring refluks non/asam.
1ebagai tambahan terapi PP?, antagonis reseptor histamine/( dapat diberikan dua kali
sehari, untuk mengontrol nocturnal acid brea(trough. amun, sampai sekarang masih belum
dapat dipastikan apakah pemberian ini bermanfaat dalam mengontrol PB% jangka panjang.
Prokinetik dapat diberikan bila membutuhkan pembersihan cepat esophagus dan lambung yang
tidak berespon dengan pemberian PP?. +odifikasi diet dan kebiasaan dapat menurunkan
banyaknya refluks. %iet yang direkomendasikan adalah menurunkan konsumsi coklat, lemak,
karbonat, sambal tomat, red wines cafein, dan makan tengah malam.
Gambar .1. +anajemen Globus Faringeus #Kim ' ee, ()($
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 20/22
2..2. T'ra*i Bi:ara 0an Ba+a!a 6 T'-ni- ('&a-!a!i
Terapi bahasa atau relaksasi, termasuk latihan leher dan pundak, teknik relaksasi umum,
latihan suara, dan voice hygiene untuk meredakan rasa tidak nyaman dan tegang pada jalur suara.
Pada salah satu penelitian pada (: pasien globus, menunjukkan hasil >(A pasien menunjukkan
perbaikan dengan terapi tersebut. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Khalil et al yang
meneliti !5 pasien dengan globus faringeus yang dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok
terapi bicara dan kelompok kontrol. Kelompok pada terapi bicara mendapatkan beberapa latihan
untuk menurunkan tekanan faringolaringeal, dengan cara giggle posture” #membantu retraksi
vocal cords yang salah$, dan wet swallow”. Pasien juga disarankan untuk membersihkan
tenggorokannya dan melakukan beberapa hal agar hidrasi tenggorokannya baik, seperti
menghindari rokok, teh, dan kopi. 1etelah ! bulan mendapatkan perlakuan, pasien pada terapi
bicara memperlihatkan perbaikan gejala globus faringeus yang lebih baik dibandingkan
kelompok kontrol.
2..3. Cognitive'Behavioral Therapy( An)i0'*r'!!an
Globus merupakan gejala keempat tersering dari gangguan somatisasi, setelah muntah,
afonia, dan nyeri pada ekstremitas. %ognitive-behavioral therapy dipercaya sebagai terapi terbaik
pada beberapa gangguan somatisasi, dan gejala yang tidak dapat di jelaskan secara medis.
Calaupun belum ada penelitian 3-T pada pasien dengan globus faringeus, terapi ini dipercaya
dapat digunakan pada pasien dengan gejala berulang. -eberapa jenis antidepressan ditemukan
memberikan manfaat pada beberapa pasien globus faringeus dengan gangguan keji"aan, seperti
gangguan panic, somatisasi, depresi, dan agoraphobia. 1alah satu antidepresan yang dapat
dipakai adalah antidepresan trisiklik dosis rendah, seperti amitriptilin (: mg yang dikonsumsi
sebelum tidur selama 4 minggu.
2..4. T'ra*i Lainna
Tiroidektomi pada pasien dengan penyakit tiroid atau parsial epiglotectomi pada
beberapa kasus dengan epiglottis retroverted yang berkontak langsung dengan basis lidah
memberikan hasil perbaikan gejala globus yang signifikan. Pada gejala globus faringeus yang
kronis, ablasi 3@G+ dengan plasma argon memberikan perbaikan gejala yang menjanjikan.
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 21/22
2.. P(OGNOSIS
Globus faringeus merupakan gejala persisten yang sulit untuk disembuhkan. Telah
banyak dibahas sebelumnya mengenai etiologi dari globus faringeus, namun hanya sedikit
penelitian yang memiliki follow-up dan prognosis dalam "aktu yang cukup panjang. +air et al
menyebutkan bah"a gejala ini akan bertahan sampai dua tahun lamanya pada *:A "anita dan
>:A pria. 1eharusnya informasi mengenai kemungkinan gejala ini akan membaik atau mungkin
bertahan sampai dua tahun seharusnya di informasikan kepada pasien. @al ini dilakukan untuk
mengurangi kecemasan pasien yang tidak tau mengenai prognosis penyakitnya, yang mungkin
bisa memperburuk keadaan pasien
7/17/2019 Referat Globus Phar
http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 22/22
.
BAB III
DAFTA( PUSTAKA
. -urkhard, @.&., Bahden D., 1tein, @.<., -ecker, K., iebermann/+effert, %., 1ie"ert,
<.B., ())4. iterature/Bevie" and Proposal of a 3linicopathologic 3lassification,
American /ournal of 'astroenterology :4!/::.
(. 3ashman, 2.3., %onnelly, +.?., ()). The atural @istory of Globus Pharyngeus,
,nternational /ournal of !tolaryngology /4.!. 3larke, B.3., Gleeson, +.<., ())*. 0cott-$rown’s !torhinolaryngology: &ead and 1ec(
0urgery #ed =th$. 3B3, ;nited Kingdom.
4. %errickson, -.@., Tortora, G.<., ())*. +rinciples of Anatomy and +hysiology. Ciley,
;nited 1tates of &merica.:. Katsanos, K.@., 3hristodoulou, %.K., Kamina, 1., +aria, K., ambri, 2., Theodorou, 1.,
Tsampoulas, K., Dasiliki, +., Tsianos, 2.D., ()). %iagnosis and 2ndoscopic Treatment
of 2sophago/-ronchial Fistula due to Gastric @eterotopy, 2orld /ournal 'astrointest
"ndosc 5(, !*/4(.
5. ee, -ong 2., Kim, G"ang @., ()(. Globus Pharyngeus & Bevie" of ?ts 2tiology,
%iagnosis, and Treatment, 2orld /ournal of 'astroenterology (* *, (45(/(4=.=. Pollack, &., 3harles, <., @arrison, 3., -ritt, @., ()!. Globus @ystericus, Australian
Family +hysician 4(), 5*!.
*. Hou, e/Iing, iu, <., <ia, ., <iang, 1.+., Cang, Gui/Iin, ()!. 2ffect of o" %ose
&mitriptyline on Globus Pharyngeus and ?ts 1ide 2ffects, 2orld /ournal of
'astroenterology 4>, =4::/=45).