referat globus phar

22
BAB I PENDAHULUAN Globus faringeus adalah berupa perasaan atau sensasi subyektif seseorang mengenai adanya benjolan, gumpalan, atau benda asing di dalam tenggorokkannya tanpa disertai nyeri, yang berlangsung secara persisten dan intermiten. Perasaan tersebut kadangkala muncul karena ganggua n emosi, di mana sensas i dir asa kan dal am kead aan sebena rnya tidak ada benj ola n ataupun beda asing di tenggorokkannya. Tenggorokan adalah bagian depan pangkal leher di  belakang mulut, yang secara ana tomis terdiri dari faring dan laring. Kondisi klinis ini seringkali terjadi, susah untk diobati dan cenderung kambuh. Oleh karena etiologi penyakit ini tidak dapat diketahui dengan pasti, pemeriksaan standard dan pengobatan yang akurat masih sukar dilakukan kepada individu yang menderita globus faringeus.

Upload: lunapeach

Post on 09-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

globus pharingeus, penyakit dan lain lain

TRANSCRIPT

Page 1: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 1/22

BAB I

PENDAHULUAN

Globus faringeus adalah berupa perasaan atau sensasi subyektif seseorang mengenai

adanya benjolan, gumpalan, atau benda asing di dalam tenggorokkannya tanpa disertai nyeri,

yang berlangsung secara persisten dan intermiten. Perasaan tersebut kadangkala muncul karena

gangguan emosi, di mana sensasi dirasakan dalam keadaan sebenarnya tidak ada benjolan

ataupun beda asing di tenggorokkannya. Tenggorokan adalah bagian depan pangkal leher di

 belakang mulut, yang secara anatomis terdiri dari faring dan laring. Kondisi klinis ini seringkali

terjadi, susah untk diobati dan cenderung kambuh. Oleh karena etiologi penyakit ini tidak dapat

diketahui dengan pasti, pemeriksaan standard dan pengobatan yang akurat masih sukar dilakukan

kepada individu yang menderita globus faringeus.

Page 2: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 2/22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI

2.1.1 Faring

Faring atau  pharynx  atau tenggorokkan merupakan saluran berbentuk pipa dengan

 panjang ! cm, yang bera"al dari nares internal memanjang sampai kartilago krikoid #kartilago

yang letaknya paling inferior dari laring$. Faring terletak di posterior dari kavitas nasal dan oral,

superior dari laring, dan anterior dari vertebra cervikalis. %inding faring terdiri dari otot skelet

yang dilapisi membrane mukosa. Kontraksi otot skelet ini berperan dalam proses menelan.

Fungsi faring adalah adalah sebagai jalan masuknya udara dan makanan, berfungsi untuk 

meresonansi kotak suara, dan tempat lokasi tonsil, yang berperan dalam reaksi imunologis

mela"an benda asing.

Gambar 1.1. &natomi Faring #%errickson ' Tortora, ())*$

+enurut lokasi anatomisnya, faring dibagi menjadi tiga region, yaitu nasofaring,

orofaring, dan laringofaring. Otot dari seluruh faring dibagi menjadi dua lapisan, lapisan luar 

Page 3: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 3/22

yaitu lapisan otot sirkular, dan lapisan dalam yaitu lapisan otot longitudinal. asofaring

merupakan bagian superior dari faring. -agian nasofaring dimulai dari posterior kavitas nasal

dan memanjang menuju palatum mole # soft palate atau palatum lunak$. Terdapat lima tempat

 pembukaan pada nasofaring, yaitu dua lubang nares internal, dua lubang eustachius, dan satu

lubang menuju orofaring. %ari lubang nares internal, nasofaring mendapatkan udara dari kavitas

nasal bersama dengan dust-laden mucus.  asofaring dilapisi oleh epitel kolumnar 

 pseudostratified siliaris, dan silia yang ada akan menggerakkan mucus keba"ah menuju bagian

 paling inferior dari faring. asofaring juga berfungsi untuk pertukaran udara melalui tuba

eustachius untuk menyamakan tekanan udara antara faring dan telinga bagian tengah

Gambar 1.2. &natomi aring &nterior / Posterior #%errickson ' Tortora, ())*$

-agian tengah dari faring disebut sebagai orofaring. %aerah orofaring terletak di bagian

 posterior kavitas oral dan dimulai dari palatum mole menuju inferior dan berakhir di bagian

tulang hyoid. Pada bagian orofaring, hanya terdapat satu tempat pembukaan, yaitu fauces atau

tenggorokkan. Orofaring berfungsi untuk respirasi maupun digestif. Orofaring dilapisi oleh epitel

s0uamous stratifikasi nonkeratinisasi. Terdapat dua bagian tonsil yang berlokasi di orofaring,

yaitu palatine dan lingual tonsils.

-agian paling inferior dari faring adalah laringofaring atau hipofaring, laringofaring

letaknya dimulai dari tulang hyoid. Pada bagian laringofaring terdapat dua tempat pembukaan

yaitu esophagus pada posterior dan laring pada anterior. 1eperti pada bagian orofaring,

laringofaring juga berfungsi untuk fungsi respirasi dan digestive. 2pitel yang melapisi bagian

laringofaring adalah epitel skuamous stratifikasi nonkeratinisasi.

Page 4: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 4/22

2.1.2. Laring

aring atau larynx atau kotak suara, adalah saluran pendek yang menghubungkan antara

laringofaring dan trakea. aring terletak di midline dari leher, dan berada di anterior esophagus

setinggi vertebra cervikalis empat sampai enam #34/35$. %inding dari laring terdiri dari

sembilan tulang kartilago. Tiga kartilago yang berdiri sendiri #kartilago tiroid, epiglottis, dan

krikoid$, dan tiga kartilago yang berpasangan #kartilago arytenoids, cuneiform, dan cornikulate$.

%ari ketiga kartilago yang berpasangan, kartilago yang terpenting adalah kartilago arytenoids,

kartilago ini berpengaruh besar pada perubahan posisi dan tekanan dari vocal folds  #yang

mempengaruhi suara$. Otot ekstrinsik dari laring berfungsi untuk menghubungkan kartilago dan

struktur lainnya di tenggorokan, sedangkan otot intrinsik mengubungkan antar kartilago.

Gambar 1.3. &natomi aring Potongan 1agital #Tortora, ())*$

Kartilago tiroid atau yang sering disebut sebagai adam’s apple terdiri dari dua kartilago

hyaline dari dinding anterior laring dan memberikan bentuk triangular.  Adam’s apple ini terdapat

 pada pria dan "anita, namun lebih besar pada pria karena pengaruh hormone se6 pria yang

 berkembang saat pubertas. igamen yang menghubungkan kartilago tiroid ke tulang hyoid

disebut sebagai membran tirohioid.

Page 5: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 5/22

Gambar 1.4. &natomi Vocal Folds #%errickson ' Tortora, ())*$

2piglotis #epi: dalam,  glottis: lidah$ merupakan kartilago elastis dan berbentuk seperti

daun yang dilapisi oleh epitel. -atang dari epiglottis meruncing ke bagian inferior dan melekat

ke anterior melingkari kartilago tiroid dan tulang hyoid. -agian epligotis superior yang lebar dan

 berbentuk seperti daun tidak melekat dan bebas bergerak naik atau turun seperti pintu. 1aat

 proses menelan, faring dan laring akan naik, elevasi dari faring berfungsi untuk melebarkan

faring untuk menerima makanan dan minuman, sedangkan elevasi dari laring akan menyebabkan

epiglottis bergerak turun dan menutup glottis. Glotis terdiri dari sepasang lipatan membrane

mukosa vocal folds di laring, dan ruang diantaranya yang disebut rima glottidis. Penutupan laring

saat proses menelan menyebabkan makanan dan minuman bergerak menuju esophagus. 1aat

 partikel kecil seperti debu, asap, makanan, dan cairan masuk ke laring, maka refleks batuk akan

muncul, sehingga benda atau parikel asing tersebut akan keluar.Kartilago krikoid adalah cincin kartilago hyaline yang berasal dari dinding inferior dari

laring. Kartilago ini melekat pada kartilago pertama di trakea melalui ligament krikotrakea.

Kartilago tyroid berhubungan dengan kartilago krikoid melalui ligament krikotiroid. Kartilago

krikoid ini merupakan tempat untuk trakeostomi pada kasus kega"atdaruratan. Kartilago

aritenoid berbentuk triangular dan merupakan kartilago hyaline yang banyak berlokasi di

Page 6: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 6/22

 posterior, dan superior dari kartilago krikoid. -agian ini merupakan bagian yang memiliki

 pergerakan luas karena terdapat sendi synovial dengan kartilago krikoid. Kartilago kornikulat

merupakan kartilago yang berbentuk seperti tanduk dan bersifat elastis, dan berlokasi di ape6

dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago cuneiform adalah kartilago elastic yang berbentuk 

seperti gada dan terletak di anterior dari kartilago corniculate. Kartilago ini yang membantu

vocal folds dan aspek lateral dari epiglottis.

Gambar 1.. &natomi Vocal Folds #%errickson ' Tortora, ())*$

apisan laring superior sampai vocal folds dilapisi oleh epitel s0uamous nonkeranisasi

stratified. apisan dari laring inferior menuju vocal folds adalah epitel kolumnar pseudostratified

 bersilia yang terdiri dari sel kolumnar silia, sel goblet, dan basal sel. +ukus yang diproduksi oleh

sel goblet berfungsi untuk menangkap debu yang tidak tersaring sebelumnya. 1ilia yang ada di

upper respiratory tract   berfungsi menggerakkan mucus dan menangkap partikel dan

menggerakkan menuju faring7 sedangkan silia pada lower respiratory tract  berfungsi

menggerakkan mucus ke atas faring.

2.1.3. E!"#ag$!

2sophagus #e/1OF/a/gus 8 makan tenggorokan 9eating gullet”$ merupakan tuba

muscular yang collapsible. Panjangnya sekitar (:cm dan berlokasi di posterior dari trakea.

2sofagus bera"al dari ujung ba"ah akhir dari laringofaring dan memanjang menuju

Page 7: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 7/22

mediastinum anterior menuju columna vertebra. 1elanjutnya menembus diafragma menuju

esophageal hiatus di bagian superior lambung.

Gambar 1.%. &natomi 2sofagus #Kumar et al ())!$

+ukosa dari esophagus terdiri dari epitel skuamosum stratifikasi nonkeratinisasi, lamina

 propia, dan otot muscosae #otot polos$. %i dekat lambung, mukosa dari esophagus mengandung

kelenjar mukus. %i setiap ujung dari esophagus, otot dari esophagus tersebut menjadi sedikit

keras dan prominen dan menjadi dua spincter. ;pper esophageal sphincter#;21$ yang terdiri dari

otot rangka, dan lo"er esophageal sphincter#21$, yang terdiri dari otot polos. ;21 meregulasi

 pergerakan makanan dari faring menuju esophagus, sedangkan 21 meregulasi pergerakan

makanan dari esophagus menuju lambung.

2.1.4. Fi!i"&"gi M'n'&an

Proses menelan dimulai dengan fase oral atau volunter, yang merupakan fase persiapan

sebelum makanan atau bolus melanjutkan ke fase transfer yang merupakan fase bolus didorong

ke faring oleh kontraksi dari lidah. -olus kemudian mengaktivasi reseptor sensoris di orofaring

yang memulai refleks menelan. 1aat bolus sudah terdorong ke belakang oleh lidah, laring

Page 8: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 8/22

kemudian bergerak ke depan dan ;21 terbuka. 1etelah bolus berada di faring, kontraksi dari

konstriktor faring superior mela"an gerakan kontraksi palatum mole, terbentuklah gerakan

kontraksi peristaltik yang secara cepat mendorong makanan mele"ati faring menuju esophagus.

21 terbuka setelah makanan masuk ke dalam esophagus, dan akan terus terbuka sampai

kontraksi peristaltik menggerakkan bolus sampai ke lambung.

2.2. DEFINISI GLOBUS FA(INGEUS

Kondisi yang saat ini dikenal dengan sebutan globus faringeus, a"alnya telah di

deskripsikan oleh <ohn Purcell pada tahun =)= dengan sebutan globus histerikus. Kata globus

 berasal dari bahasa latin yang berarti bola, dan kata histerikus memiliki arti bah"a kondisi

 penyakit tersebut berasal dari gangguan psikologis seperti gangguan somatisasi yang

 bermanifestasi menjadi gejala pseudoneurologikal. %alam !xford "nglish #ictionary tahun

=>4, arti globus histerikus sendiri adalah sensasi tersedak seperti terdapat benjolan di

tenggorokkan pada orang/orang yang mengalami kondisi histeris. Penyakit ini kemudian oleh

+alcomson dirubah namanya menjadi globus faringeus pada tahun >5*, hal ini disebabkan

karena tidak semua pasien dengan globus adalah "anita ataupun sedang dalam kondisi gangguan

 psikologis seperti histeria. 1alah satu penelitian menyebutkan bah"a pasien dengan gejala globus

faringeus tidak menunjukkan skor histeria yang lebih tinggi, dibandingkan dengan orang sehat.

1aat ini telah diketahui secara luas bah"a penyebab dari globus faringeus ini bukan hanya dari

 psikologis namun dapat terjadi karena sebab anatomis.

Globus faringeus adalah penyakit yang mempunyai karakteristik berupa perasaan atau

sensasi subyektif seseorang mengenai adanya benjolan, gumpalan, atau benda asing di dalam

tenggorokkannya ketika sebenarnya tidak ada benjolan ataupun beda asing di tenggorokkannya

 pada saat dilakukan pemeriksaan tenggorokkan. Karakteristik lain dari penyakit ini adalah tanpa

disertai dengan adanya keluhan kesulitan menelan #disfagia$ ataupun keluhan nyeri saat menelan

#odinofagia$, dan frekuensinya akan bertambah saat sedang kondisi makan. 1ensasi ini biasanya

 bersifat persisten, intermiten, sulit untuk disembuhkan, dan memiliki kecenderungan untuk 

serangan ulangan.

Page 9: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 9/22

2.3. EPIDEMIOLOGI

Globus faringeus atau yang dapat disebut juga sebagai  globus sensation  atau  globus

histericus, sering terjadi di populasi umum. ?nsidensi globus faringeus setiap tahunnya menurut

-2&3@ # $ettering the "valuation and %are of &ealth$ adalah 5.= per )).))) orang. Pada satu

 penelitian menunjukkan hasil bah"a lebih dari 4 persen pasien dari 4!!) konsekutif pasien baru

yang mengunjungi klinik T@T mengeluhkan keadaan globus faringeus dengan gejala ringan dan

intermiten. Penelitian lain pula menunjukkan hasil sekitar 45 persen dari seluruh subyek 

 penelitian yang sehat, mengalami sensasi globus faringeus minimal satu kali selama hidupnya.

Gambar 3.1. ?nsidensi Globus Faringeus #Pollack, ()!$.

Globus faringeus sering terjadi saat perasaan seseorang sedang emosional, dan lebih

sering terjadi pada "anita dibandingkan pada pria #:! persen banding !: persen$. ;ntuk "anita,

insidensi globus faringeus adalah *.! per )).))) orang sedangkan untuk pria insidensinya

adalah !.> per )).))) orang. Pada usia kurang dari :) tahun, globus lebih sering terjadi pada

"anita dibandingkan pada pria, sedangkan setelah lebih dari :) tahun, tidak ada perbedaan

 prevalensi antara pria dan "anita. 1alah satu penelitian yang diadakan di klinik psikosomatik,

median usia pasien dengan keluhan globus adalah 4! tahun, dan median durasi gejala adalah dua

tahun. Tingkat insidensi tertinggi penyakit ini terjadi pada usia pertengahan. ?nsidensi penyakit

ini sangat jarang terjadi pada usia diba"ah () tahun dan de"asa, pada usia ini gangguan makan

atau eating disorder  lebih sering terjadi dibandingkan dengan globus faringeus. 1edangkan pada

usia lanjut, globus faringeus sangat sulit dibedakan dengan penyakit inflamasi mukosa yang

Page 10: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 10/22

 berkaitan dengan umur atau age-related mucosal inflammation. Penelitian yang dilakukan oleh

%early, et al., menyebutkan bah"a 5A dari :) "anita dalam usia pertengahan mengeluhkan

adanya perasaan atau sensasi adanya benda asing di tenggorokkannya dalam kurun "aktu tiga

 bulan terakhir.

2.4. ETIOLOGI

+eskipun prevalensi globus faringeus di masyarakat umum masih tinggi, etiologinya

sampai saat ini masih belum jelas dan sangat kontroversi. 2tiologi yang saat ini mulai diterima

adalah disebabkan karena multifactorial. @asil dari sebagian besar penelitian memperkirakan

terdapat beberapa mekanisme terjadinya globus faringeus. +ekanisme ini termasuk faktor 

 psikologis,  gastroesophageal reflux  #G2B$, dismotilitas faring, hipertonik upper oesophageal 

 sphincter  #;O1$, dan abnormalitas anatomi lokal.

2.4.1. Ga!)r"'!"*+ag'a& ('#&$, Di!'a!'

'astroesophageal reflux disease  atau G2B% saat ini disebut/sebut sebagai penyebab

utama globus faringeus. 1ekitar (! sampai 5* persen globus faringeus diperkirakan disebabkan

oleh G2B%. +alcomsom merupakan peneliti yang pertama kali mengubungkan antara G2B%

dan globus faringeus dengan menggunakan swallow barium, hasilnya lebih dari 5) persen pasien

dengan globus faringeus menunjukkan adanya refluks. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Koufman menunjukkan bah"a sekitar :* persen pasien dengan globus faringeus memiliki hasil

 p@ yang abnormal. @asil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh 3herry et 

al , yang menunjukkan hasil ) dari ( subyek penelitian mengeluhkan globus faringeus saat

asam di infuskan ke dalam esophagus bagian distal. Penelitian lainnya menunjukkan hasil =(

 persen dari (: pasien dengan globus memiliki kondisi refluks patologis.

1ebagai tambahan, globus faringeus membaik setelah delapan minggu pemberian terapi

 proton pump inhibitor #PP?$. 1urvei yang dilakukan menurut  population-based   mendukung

adanya hubungan yang potensial antara G2B% dan globus faringeus dengan mendemonstrasikan

 peningkatan risiko globus pada pasien dengan gejala G2B%. Penelitian yang dilakukan oleh

%ore et al  menunjukkan hasil !*,= persen pasien dengan G2B% memiliki gejala globus

Page 11: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 11/22

faringeus dan gejala ini lebih sering terjadi pada kelompok pasien dengan non-erosive reflux

disease.

Gambar 4.1. Penyebab Globus Faringeus #3larke ' Glesson, ())*$

Terdapat dua mekanisme dasar yang dapat menjelaskan hubungan antara G2B% dan

globus faringeus. +ekanisme pertama adalah iritasi dan inflamasi langsung pada mukosa

laringofaring yang disebabkan karena aliran kembali atau retrograde flow dari cairan lambung,

atau lebih dikenal dengan laryngopharyngeal reflu(s. +ekanisme kedua adalah refleks vasovagal

hipertonik dari ;21 atau upper esophageal sphincter yang disebabkan karena asam atau distensi

 pada esophagus distal. 1ampai saat ini, belum ada orang yang tau penjelasan mengenai penyebab

globus pada kasus refluks ini, apakah karena asam lambung yang meningkat atau peningkatan

sensitifitas asam, atau adanya asam pada lokasi yang tidak semestinya sehingga menyebabkan

keluhan globus faringeus ini.

2.4.2. F$ng!i Abn"rma& Upper Esophageal Sphincter  

Fungsi abnormal upper esophageal sphincter #;21$ diperkirakan menjadi salah satu

 penyebab globus faringeus. @asil dari beberapa penelitian masih kontroversial, hal ini

kemungkinan diakibatkan dari kesulitan teknis dalam mengukur tekanan ;21. 1alah satu

 penelitian menunjukkan peningkatan tekanan ;21 lebih sering terjadi pada pasien dengan

Page 12: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 12/22

globus faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol #(*A vs !A$, dari penelitian tersebut,

maka diperkirakan bah"a hipertensi ;21 merupakan faktor penyebab globus faringeus. @al ini

didukung oleh penelitian yang memberikan injeksi toksin botulinum di otot cricopharyngeal

 pada kelompok pasien dengan globus dan kelompok pasien dengan tekanan ;21 yang tinggi,

hasilnya pemberian injeksi toksin botulinum dapat memberikan perbaikan pada gejala globus

dan menurunkan tekanan ;21.

2.4.3. Gangg$an M")"ri- E!"#ag$!

Prevalensi esophageal motor disorders atau 2+% dilaporkan pada 5 sampai >) persen

 pada pasien dengan globus faringeus. @al ini menunjukkan bah"a 2+% kemungkinan dapat

menjadi penyebab yang berkontribusi pada faktor risiko berkembangnya globus faringeus.

+anometri esophagus menunjukkan hasil abnormal pada lebih dari 5= persen pasien dengan

globus faringeus. &bnormalitas yang sering terjadi adalah gangguan motilitas esophagus yang

nonspesifik. Penelitian yang dilakukan oleh +oser et al menunjukkan hasil bah"a gejala 2+%

sebelum gejala disfagia terjadi adalah gejala globus faringeus.

2.4.4. In#&ama!i Faring

?ritasi dan inflamasi dapat menyebabkan globus faringeus. -eberapa kondisi yang dapat

menyebabkan iritasi dan inflamasi pada faring diantaranya adalah faringitis, tonsillitis, dan

sinusitis kronis dengan post nasal drip. -eberapa kondisi dapat menyebabkan globus faringeus

dengan cara meningkatkan sensitivitas daerah lokal faring.

2.4.. K'gana!an Sa&$ran Faring"&ar'ng'a& Upper Aerodigestive Tract Malignancy/

&danya malignansi faringolaringeal atau esophagus bagian atas harus diekslusikan dari

 pasien dengan globus faringeus. Khususnya pada pasien dengan gejala risiko tinggi adanya suatu

keganasan seperti berat badan turun, disfagia, dan nyeri tenggorokkan.

2.4.%. Hi*'r)r"#i Pa0a Ba!i! Li0a+  Hypertrophy of The Tongue Base/

Globus faringeus dapat disebabkan karena hipertrofi berat pada basis lidah. @al ini

dimungkinkan karena folikel lidah menyentuh dinding posterior faring. Penelitian yang

dilakukan oleh +amede et al menunjukkan hasil bah"a folikel lidah yang hipertrofi sering

Page 13: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 13/22

ditemukan pada pasien dengan tanda dan gejala gastroesophageal reflu6 atau G2B. 1elain itu

gejala hipertrofi basis lidah sulit dibedakan dengan gejala G2B.

2.4.. (')r"'r)'0 E*ig&"))i!

Penelitian yang dilakukan oleh &gada et al menunjukkan hasil beberapa pasien dengan

globus faringeus memiliki kondisi yang disebut retroverted epiglottis. )etroverted epiglottis

dapat menyebabkan globus faringeus melalui epiglottis yang kontak dengan basis lidah atau pada

dinding faring posterior saat lidah dijulurkan. %ari beberapa observasi, ditemukan bah"a gejala

akan berkurang setelah dilakukan epligottectomi parsial.

2.4.. P'na-i) Tir"i0

Penelitian yang dilakukan oleh Bemacle, menunjukkan hasil bah"a pasien dengan globus

faringeus lebih banyak menunjukkan abnormalitas pada tiroidnya dari hasil ;1G dibandingkan

dengan kelompok kontrol. +enurut -urns et al satu dari tiga pasien dengan massa di tiroid

mengeluhkan adanya gejala globus faringeus. Pasien dengan post tiroidektomi juga mengeluhkan

gejala yang mirip dengan globus, namun menghilang setelah beberapa hari. Calaupun

 patofisiologi atau penjelasan mengenai mekanisme penyakit tiroid bisa menyebabkan globus

faringeus belum sepenuhnya di mengerti, namun beberapa laporan menyebutkan bah"a

tiroidektomi dapat meringankan gejala globus faringeus.

2.4.5. M$-"!a Ga!)'r H')'r")"*i- S'ri-a&i!6 Cervical Heterotopic Gastric Mucosa #3@G+$.

Globus faringeus dilaporkan juga dihubungkan dengan adanya cervical heterotopic

 gastric mucosa #3@G+$. 3@G+ merupakan kelainan gastrointestinal kongenital, yaitu berupa

sel lambung yang berada tidak pada tempatnya. &sam yang dihasilkan oleh sel 3@G+ dapat

menimbulkan gejala yang mirip dengan G2B%, termasuk globus faringeus. Pasien 3@G+

dengan keluhan globus faringeus dan atau sakit tenggorokkan menunjukkan perbaikan gejala

setelah dilakukan argon plasma ablation of 3@G+. 1aat ini, globus faringeus dihubungkan

dengan infeksi &elicobacter pylori pada 3@G+.

Page 14: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 14/22

2.4.17. T$m"r Jarang

Keluhan globus faringeus juga dikeluhkan pada pasien dengan tumor otot polos faring,

 post cricoids limfangioma, dan orofaringeal metastasis dari mekel sell karsinoma. @al ini berarti

 pasien dengan keluhan globus faringeus yang persisten seharusnya di investigasi lebih lanjut

untuk mengeksklusi penyakit atau lesi yang jarang.

2.4.11. S)r'! 0an Fa-)"r P!i-"&"gi

Telah disebutkan sebelumnya, bah"a dahulu globus faringeus disebut sebagai globus

histerikus. @al ini, memberi kesan bah"a telah lama diketahui hubungan antara globus faringeus

dan faktor psikologi. Globus faringeus merupakan salah satu dari empat gejala tersering

somatisasi setelah muntah, afonia, dan nyeri pada ekstermitas. +asalah psikogenik sering

dianggap sebagai penyebab atau pemicu globus faringeus. 1alah satu penelitian menunjukkan

 peningkatan level ale6ithymia, neuroticism, dan distress psikologis #termasuk cemas, mood

turun, dan somatisasi$ dan penurunan level dari e6traversi pada pasien dengan globus faringeus.

-eberapa penelitian melaporkan bah"a peningkatan stressor mungkin dapat menjadi ko/

faktor simtomgenesis dan kekambuhan. ebih dari >5 persen pasien dengan globus faringeus

menunjukkan gejala kekambuhan saat emosi mereka sedang tinggi. -eberapa penelitian

menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan status psikologi pasien globus faringeus

dibandingkan dengan kontrol. amun, penelitian yang dilakukan oleh Gale et al menunjukkan

hasil insidensi globus faringeus pada 4(4) laki/laki veteran adalah 5,4 persen, dengan skor 

 *innesota *ultiphasic +ersonality   ,nventory#++P?$ lebih besar pada kelompok globus

faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peneliti memperkirakan adanya hubungan

yang signifikan antara depresi dan gangguan somatisasi. Penelitian yang dilakukan oleh @arris et 

al menunjukkan hubungan antara kejadian hidup yang berat dalam setahun terakhir dengan

kejadian globus faringeus.

2.4.12. P'na-i) A$)"im$n

Penelitian terbaru menunjukkan hasil yang menarik, bah"a kondisi autoimun secara

signifikan meningkatkan prevalensi dari globus faringeus jika dibandingkan dengan populasi

normal. ebih lanjut lagi, terdapat hubungan antara globus faringeus dan alergi. Pada penelitian

Page 15: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 15/22

dengan allergic s(in tests menunjukkan hasil secara signifikan allergic s(in tests positive pada

kelompok pasien dengan globus faringeus dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2.4.13. Lainna

Terdapat beberapa laporan kasus yang menghubungkan antara globus faringeus dengan

osteofit pada cervical, penyakit pada sendi temporomandibular, hiperviskositas dari mukosa

nasofaringeal, sindrom 2agle #kalsifikasi stylohyoid ligament$, peningkatan tekanan laryngeal

dan faringeal, dan hipofungsi dari saliva #pada pasien dengan globus, memiliki konsentrasi

fukose dan asam sialic yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol$.

2.. TANDA DAN GEJALA

Gejala utama dari globus faringeus adalah perasaan seperti adanya gumpalan, tekanan

#kontriksi$ perasaan terikat, atau perasaan tidak nyaman di tenggorokan. Keluhan nyeri

tenggorokan atau sulit menelan tidak dirasakan oleh pasien. Keluhan ini dirasakan kambuh/

kambuhan. Keluhan globus faringeus sering dirasakan di bagian leher depan dan dapat berpindah

ke lokasi sekitarnya, perpindahan sering ke atas atau ke ba"ah. Gumpalan ini biasa dirasakan

 pada bagian antara dada dan laring, atau pada daerah disekitar  Addam’s apple.  -esarnya

gumpalan sering di deskripsikan antara sebesar kacang sampai sebesar buah kenari. Keluhan ini

tidak mempengaruhi proses makan atau minum. -ahkan untuk beberapa orang keluhan ini

membaik saat makan atau minum. Keluhan ini biasanya memberat diantara "aktu makan.

Kebanyakan pasein dengan globus faringeus mengeluhkan sensasi atau perasaan ini pada saat

menelan ludah.

2.%. DIAGNOSIS

1ampai saat ini, belum ada konsesus yang membahas mengenai cara mendiagnosis dan

manajemen terapi dari globus faringeus. Penelitian yang dilakukan di ?nggris, mengemukakan

 bah"a 4A spesialis T@T tidak melakukan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan globus

faringeus, dan memilih untuk langsung memberikan resep antasid. 1edangkan sisanya, sekitar 

*5A melakukan pemeriksaan penunjang, seperti endoskopi #5A$, barium swallow #:5A$, dan

kombinasi keduanya #=,:A$. angkah pertama untuk memeriksa gejala globus faringeus adalah

dengan melakukan anamnesis ri"ayat lengkap pasien, gejala/gejala risiko tinggi tumor, gejala

Page 16: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 16/22

refluks, dan masalah psikologis. 1ebagai tambahan, pemeriksa seharusnya melakukan

 pemeriksaan fisik leher dan nasofaringoskopi. Pasien dengan gejala khas globus faringeus

sebenarnya tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan penunjang ditujukan pada

 pasien dengan disfagia, odinofagia, nyeri tenggorokan, berat badan turun, dan hoarseness.

2.%.1. In0'-! G'8a&a ('#&$-! 0an Reflux inding Score

Gejala dan penemuan pemeriksaan fisik dari laringofaringeal refluks #PB$ sangat tidak 

spesifik, dan sulit dibedakan dengan kondisi laring lainnya yang disebabkan oleh rokok, alergi,

infeksi, vocal abuse discharge postnasal, atau mekanisme neurogenik lainnya. -elafsky et al

menyarankan agar dilakukannya penilaian indeks gejala refluks untuk mengetahui tingkat gejala

PB dan reflu(s finding score untuk mengetahui keparahan PB. amun Park et al melaporkan

 bah"a BF1#reflu(s finding score  dan B1?#?ndeks Gejala Befluks$  memiliki spesifitas yang

rendah pada pasien dengan globus, hal ini mengindikasikan bah"a BF1 maupun B1? mungkin

tidak terlalu valid untuk mendiagnosis PB pada pasien dengan globus faringeus.

2.%.2. Bariu! S"allo"

 $arium swallow adalah pemeriksaan esophagus dengan menggunakan kontras. -eberapa

 penelitian dengan barium swallow yang mengidentifikasi lesi jinak pada satu dari tiga pasien

dengan globus faringeus, dengan penemuan terbanyak adalah hiatal hernia dan atau refluks #*/

*A$, osteofit servikalis #),4/(!A$, dan spasme krikofaringeal #(,(A$. %ua penelitian

mendemonstrasikan bah"a barium swallow  tidak menunjukkan malignansi pada pasien dengan

globus tipikal. 1ebagai tambahan, tidak ada malignansi dari faring maupun esophagus yang

ditemukan dari pasien dengan globus faringeus pada penelitian lainnya. @al ini mengindikasikan

 bah"a pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis malignansi pada pasien

dengan globus faringeus. Pemeriksaan barium swallow memiliki nilai diagnosis yang terbatas

untuk memeriksa pasien dengan globus faringeus.

2.%.3. 9i0'"#&$"r"!:"*

Penelitian dengan subyek (! pasien globus faringeus yang mendapatkan pemeriksaan

videofluoroskopi, * pasien diantaranya menunjukkan adanya abnormalitas, : pasien memiliki

aspirasi laryngeal, ( pasien memiliki barium yang statis di sinus vallecula dan piriformis, dan 4

Page 17: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 17/22

 pasien sisanya memiliki elevasi faring yang lemah. Oleh karena itulah, pemeriksaan dengan

videofluoroskopi mungkin dapat membantu mengidentifikasi disfungsi faring pada pasien

dengan globus faringeus.

2.%.4. M"ni)"ring 24 Jam #ual $ro%e Amb$&a)"r *H

Calaupun pemeriksaan monitoring dual probe ambulatory p& sangat sering digunakan

untuk memeriksa supraesofageal G2B%, pemeriksaan ini sama sekali belum ada standarnya, dan

hasilnya tidak relevan dengan definisi klinis yang berhubungan dengan G2B%. Pemeriksaan ini

digunakan untuk melihat esophagus abnormal yang diakibatkan oleh paparan asam, pada

 beberapa pasien dengan globus faringeus. Penelitian yang dilakukan pada pasien globus

faringeus tanpa gejala refluks seperti regurgitasi atau heartburn, memiiliki p@ yang normal.

&khirnya menurut penulis, pemeriksaan ini hanya sedikit memberikan manfaat untuk 

mengevaluasi pasien dengan globus tanpa disertai gejala refluks.

2.%.. M"ni)"ring 24 Jam Multichanel &ntralu!inal &!pedance

@asil dari beberapa penelitian, mengindikasikan bah"a cara terbaik untuk mendeteksi

G2B pada pasien dengan gejala ekstraesofageal G2B% adalah dengan monitoring multichannel

intraluminal impedance atau monitoring p@. Pada pasien dengan gejala globus faringeus yang

 persisten setelah pemberian PP?, pemeriksaan ini memiliki nilai diagnosis yang tinggi untuk 

mengidentifikasi gejala positif melalui deteksi refluks non/asam. ebih lanjut, refluks paroksimal

memiliki nilai prediktor yang tinggi untuk gejala globus faringeus. Pemeriksaan ini terlihat lebih

menjanjikan dalam pemeriksaan untuk mendeteksi PB dibandingkan dengan (4 jam dual probe

monitoring , karena dapat memonitor refluks asam maupun non/asam. 1elain itu juga dapat

membedakan antara gas ataupun cairan. &khirnya, pemeriksaan ini lebih berguna dalam

mengeksklusi G2B%.

2.%.%. E!"#ag"ga!)r"!-"*i F&'-!ib'&

2ndoskopi menunjukkan hasil lebih bagus bila dibandingkan dengan barium swallow

untuk mendiagnosis malignansi di jalur aerodigestif bagian atas. Disualisasi dari fosa piriform

dan area postkrikoid dapat dilihat dengan menggunakan esofagogastroskopi fleksibel. ebih

lanjut lagi, pemeriksaan ini dapat mengevaluasi seluruh bagian esophagus dan mendiagnosis

Page 18: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 18/22

refluks esofagitis dan atau malignansi esophagus bagian atas yang dapat menyebabkan globus

faringeus. 1elanjutnya, pada keadaan umum, endoskopi hanya memiliki sensitivitas yang rendah

dan memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis ekstraesofageal G2B%.

2.%.. Man"m')ri

+anometri adalah pengukuran kekuatan otot/otot esophagus. Pada pasien dengan ;21

yang fungsinya abnormal, dan pada penyakit motorik esophagus yang dicurigai sebagai

 penyebab globus faringeus, monometri merupakan pemeriksaan yang perlu dan bermanfaat

untuk dilakukan. Tekanan upper esophageal sphincter #;21$, tekanan lower esophageal 

 sphincter #21$, dan amplitude kontraksi badan esophagus dapat diperiksa menggunakan

 pemeriksaan monometri ini.

2. TE(API

+asih sedikitnya penelitian mengenai tatalaksana globus faringeus, belum adanya konsep

evidence-based treatment globus faringeus, dan beberapa jurnal revie" yang menunjukkan tidak 

adanya terapi tunggal efektif, maka penulis jurnal ini menyarankan alogaritma tatalaksana globus

faringeus pada table ?. Terapi yang dapat menjadi pilihan adalah terapi anti refluks, terapi

 berbicara dan berbahasa, antidepresan, dan 3-T.

2..1. T'ra*i An)i ('#&$-!

G2B diperkirakan menjadi penyebab utama globus faringeus, hal ini mengindikasikan

 bah"a terapi anti refluks disarankan menjadi terapi pertama pada tatalaksana pasien dengan

globus faringeus. Karena untuk mendiagnosis G2B% merupakan suatu tindakan invasive dan

 biaya yang dikeluarkan juga besar, maka mungkin masuk akal dalam penggunaan PP? untuk 

terapi globus faringeus. Calaupun belum ada penelitian acak yang meneliti tentang penggunaan

PP? dalam terapi globus faringeus, beberapa literature menyarankan PP? sebagai tatalaksana

PB. %isarankan pemberian terapi PP? dua kali sehari untuk ! bulan, dan dapat di perpanjang

sampai 5 bulan. PP? harus diminum !)/5) menit sebelum makan. PP? yang disarankan adalah

lansopraEole dengan sediaan !)mg. 1etelah !/5 bulan, terapi dapat dihentikan pada pasien yang

menunjukkan perbaikan. 1edangkan pasien yang tidak menunjukkan perbaikan, maka dapat

Page 19: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 19/22

dilakukan pemeriksaan seperti endoskopi, monitoring p@, atau +??p@ monitoring. <ika tersedia,

maka +??p@ monitoring direkomendasikan karena dapat memonitoring refluks non/asam.

1ebagai tambahan terapi PP?, antagonis reseptor histamine/( dapat diberikan dua kali

sehari, untuk mengontrol nocturnal acid brea(trough. amun, sampai sekarang masih belum

dapat dipastikan apakah pemberian ini bermanfaat dalam mengontrol PB% jangka panjang.

Prokinetik dapat diberikan bila membutuhkan pembersihan cepat esophagus dan lambung yang

tidak berespon dengan pemberian PP?. +odifikasi diet dan kebiasaan dapat menurunkan

 banyaknya refluks. %iet yang direkomendasikan adalah menurunkan konsumsi coklat, lemak,

karbonat, sambal tomat, red wines cafein, dan makan tengah malam.

Gambar .1. +anajemen Globus Faringeus #Kim ' ee, ()($

Page 20: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 20/22

2..2. T'ra*i Bi:ara 0an Ba+a!a 6 T'-ni- ('&a-!a!i

Terapi bahasa atau relaksasi, termasuk latihan leher dan pundak, teknik relaksasi umum,

latihan suara, dan voice hygiene untuk meredakan rasa tidak nyaman dan tegang pada jalur suara.

Pada salah satu penelitian pada (: pasien globus, menunjukkan hasil >(A pasien menunjukkan

 perbaikan dengan terapi tersebut. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Khalil et al yang

meneliti !5 pasien dengan globus faringeus yang dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok 

terapi bicara dan kelompok kontrol. Kelompok pada terapi bicara mendapatkan beberapa latihan

untuk menurunkan tekanan faringolaringeal, dengan cara giggle posture” #membantu retraksi

vocal cords yang salah$, dan wet swallow”.  Pasien juga disarankan untuk membersihkan

tenggorokannya dan melakukan beberapa hal agar hidrasi tenggorokannya baik, seperti

menghindari rokok, teh, dan kopi. 1etelah ! bulan mendapatkan perlakuan, pasien pada terapi

 bicara memperlihatkan perbaikan gejala globus faringeus yang lebih baik dibandingkan

kelompok kontrol.

2..3. Cognitive'Behavioral Therapy( An)i0'*r'!!an

Globus merupakan gejala keempat tersering dari gangguan somatisasi, setelah muntah,

afonia, dan nyeri pada ekstremitas. %ognitive-behavioral therapy dipercaya sebagai terapi terbaik 

 pada beberapa gangguan somatisasi, dan gejala yang tidak dapat di jelaskan secara medis.

Calaupun belum ada penelitian 3-T pada pasien dengan globus faringeus, terapi ini dipercaya

dapat digunakan pada pasien dengan gejala berulang. -eberapa jenis antidepressan ditemukan

memberikan manfaat pada beberapa pasien globus faringeus dengan gangguan keji"aan, seperti

gangguan panic, somatisasi, depresi, dan agoraphobia. 1alah satu antidepresan yang dapat

dipakai adalah antidepresan trisiklik dosis rendah, seperti amitriptilin (: mg yang dikonsumsi

sebelum tidur selama 4 minggu.

2..4. T'ra*i Lainna

Tiroidektomi pada pasien dengan penyakit tiroid atau parsial epiglotectomi pada

 beberapa kasus dengan epiglottis retroverted yang berkontak langsung dengan basis lidah

memberikan hasil perbaikan gejala globus yang signifikan. Pada gejala globus faringeus yang

kronis, ablasi 3@G+ dengan plasma argon memberikan perbaikan gejala yang menjanjikan.

Page 21: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 21/22

2.. P(OGNOSIS

Globus faringeus merupakan gejala persisten yang sulit untuk disembuhkan. Telah

 banyak dibahas sebelumnya mengenai etiologi dari globus faringeus, namun hanya sedikit

 penelitian yang memiliki follow-up dan prognosis dalam "aktu yang cukup panjang. +air et al

menyebutkan bah"a gejala ini akan bertahan sampai dua tahun lamanya pada *:A "anita dan

>:A pria. 1eharusnya informasi mengenai kemungkinan gejala ini akan membaik atau mungkin

 bertahan sampai dua tahun seharusnya di informasikan kepada pasien. @al ini dilakukan untuk 

mengurangi kecemasan pasien yang tidak tau mengenai prognosis penyakitnya, yang mungkin

 bisa memperburuk keadaan pasien

Page 22: Referat  Globus Phar

7/17/2019 Referat Globus Phar

http://slidepdf.com/reader/full/referat-globus-phar 22/22

.

BAB III

DAFTA( PUSTAKA

. -urkhard, @.&., Bahden D., 1tein, @.<., -ecker, K., iebermann/+effert, %., 1ie"ert,

<.B., ())4. iterature/Bevie" and Proposal of a 3linicopathologic 3lassification,

 American /ournal of 'astroenterology :4!/::.

(. 3ashman, 2.3., %onnelly, +.?., ()). The atural @istory of Globus Pharyngeus,

 ,nternational /ournal of !tolaryngology /4.!. 3larke, B.3., Gleeson, +.<., ())*. 0cott-$rown’s !torhinolaryngology: &ead and 1ec( 

0urgery #ed =th$. 3B3, ;nited Kingdom.

4. %errickson, -.@., Tortora, G.<., ())*.  +rinciples of Anatomy and +hysiology.  Ciley,

;nited 1tates of &merica.:. Katsanos, K.@., 3hristodoulou, %.K., Kamina, 1., +aria, K., ambri, 2., Theodorou, 1.,

Tsampoulas, K., Dasiliki, +., Tsianos, 2.D., ()). %iagnosis and 2ndoscopic Treatment

of 2sophago/-ronchial Fistula due to Gastric @eterotopy, 2orld /ournal 'astrointest 

 "ndosc 5(, !*/4(.

5. ee, -ong 2., Kim, G"ang @., ()(. Globus Pharyngeus & Bevie" of ?ts 2tiology,

%iagnosis, and Treatment, 2orld /ournal of 'astroenterology (* *, (45(/(4=.=. Pollack, &., 3harles, <., @arrison, 3., -ritt, @., ()!. Globus @ystericus,  Australian

 Family +hysician 4(), 5*!.

*. Hou, e/Iing, iu, <., <ia, ., <iang, 1.+., Cang, Gui/Iin, ()!. 2ffect of o" %ose

&mitriptyline on Globus Pharyngeus and ?ts 1ide 2ffects, 2orld /ournal of 

'astroenterology 4>, =4::/=45).