Download - Referat Radiologi
KOLITIS TUBERKULOSA
A.PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang paling umum di seluruh
dunia.Indonesia merupakan Negara ketiga yang memiliki prevalensi tertinggi di
dunia setelah india dan china.Berdasarkan survey kesehatan nasional tahun
2001,Tb diposisikan urutan ketiga penyebab kematian di Indonesia.1,2,3
Dari literatur mengatakan bahwa prevalensi terbanyak untuk kasus kolitis
tuberkulosa adalah usia muda,dengan rata –rata umur 20-40 tahun dan jenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada pria (2:1).3
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akibat bakteri
Mycobacterium tuberculosis.Penyebab terbanyak Mycobacterium Tuberculosis
pada saluran cerna,biasanya dikarenakan tertelannya sputum yang mengandung
kuman tb.Terdapat hubungan tingginya frekuensi tuberculosis saluran cerna
dengan beratnya tuberculosis paru.4
TB dalam sistem pencernaan adalah salah satu manifestasi TB
ekstrapulmonary dan terdiri dari 3-16% dari semua kasus TB extrapulmonary.5
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon,yang berdasarkan
penyebab dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu colitis infeksi dan colitis non
infeksi. Kolitis Tb merupakan salah satu bagian dari colitis infeksi yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang region
ileocaecal. Kolitis tb mempunyai gejala klinis nyeri perut kronis yang tidak
khas,dapat terjadi diare ringan bercampur darah,kadang-kadang
konstipasi,anoreksia dan pada pemeriksaan fisis didapatkan teraba massa
abdomen kanan bawah.6
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberculosis di
jaringan,baik dengan pemeriksaan mikroskopik langsung atau kultur biopsy
jaringan. Adanya dugaan colitis Tuberkulosa apabila didapatkan tuberkulosa paru
aktif dengan penyakit ileosekal.7
Pada pemeriksaan Radiologi dengan kontras yaitu Colon in loop ditemukan
penebalan dinding,distorsi lekuk mukosa,ulserasi,stenosis atau massa mirip
keganasan di sekum.Pemeriksaan kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang
penting,untuk menegakkan diagnosis colitis tuberkulosa,karena dapat
memvisualisasikan lesi secara langsung.8
Untuk penatalaksanaan colitis Tuberkulosa,diperlukan kombinasi 3 macam
obat atau lebih obat antituberkulosis seperti pada pengobatan tb paru,demikian
pula lama pengobatan dan dosis obatnya.9
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI
Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500cm, yang terdiri dari sekum,
kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum.
Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan mukosa (bagian dalam),
yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi makanan, lapisan muskularis
(bagian tengah) yang berfungsi untuk menolak makanan ke bagian bawah, dan
lapisan serosa (bagian luar). bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak
berlengketan satu sama lain di dalam rongga abdomen.Berbeda dengan mukosa
usus halus,pada mukosa kolon tidak dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-
lurus dan teratur. Permukaan mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif
(kolumnar) diselang seling sel goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel goblet.
Pada lamina propria secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel berfungsi
mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian proksimal (asendens dan
tranversum),sedangkan sel goblet lebih banyak dijumpai pada kolon
desenden.Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil)pada
bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian distal kolon,
sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel paneth bisa ditemukan pada
sekum dan kolon asenden. Pada anus terdapat sfingter anal internal (otot polos)
dan sfingter anal eksternal (otot rangka) yang mengitari anus.10
Gambar 1 : Anatomi Kolon 1
Gambar 2 :Histologi normal kolon 2
Dinding usus besar terdiri dari empat lapisan yaitu mukosa,sub mukosa,
muskularis eksterna dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel selapis silindris,
kelenjar intestinal, lamina propiadan muskularis mukosa.Usus besar tidak
mempunyai plika dan vili, jadi mukosa tampak lebih rata daripada yang ada pada
usus kecil.Submukosa di bawahnya mengandung sel dan serat jaringan ikat,
berbagai pembuluh darah dan saraf. Tampak kedua lapisan otot di muskulus
eksterna. Baik kolon tranversum maupun kolon sigmoid melekat ke dinding tubuh
oleh mesenterium, oleh karena itu, serosa menjadi lapisan terluar pada kedua
bagian kolon ini. Di dalam mesenterium terdapat jaringan ikat longgar, sel-sel
lemak,pembuluh darah dan saraf.10
Gambar 3 : Histologi Kolon 3
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit, sehingga
mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, disebut eses. Kolon tidak
memproduksi enzim, tetapi hanya mukus. Terdapat sejumlah bakteri pada kolon,
yang mampu mencerna sejumlah kecil selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien
bagi tubuh.Bakteri juga memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga
menimbulkan bau pada feses. Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus
terutama di appendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses juga
bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu.11
C.DEFINISI
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon sedangkan
tuberkulosis adalah peradangan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.12
Kolitis tuberkulosa merupakan penyakit infeksi kolon oleh Mycobacterium
Tuberkulosis biasanya lewat tertelannya sputum yang mengandung kuman.13
D.EPIDEMIOLOGI
Lebih sering ditemukan di Negara berkembang dengan penyakit tuberkulosis
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat.13
E.ETIOLOGI
Kolitis Tuberkulosis merupakan bagian dari Kolitis infeksi.Penyebab dari
Kolitis Tb adalah bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. Faktor predisposisi yang
dapat meningkatkan kejadian Kolitis tb adalah tuberkulosis paru.13
F.PATOGENESIS
Terjadinya infeksi kuman ini ke dalam saluran cerna dapat terjadi secara
primer dan sekunder. Infeksi primer terjadi melalui tertelannya mikroorganisme
secara langsung ataupun penyebaran dari tuberkulosis milier. Sedangkan infeksi
sekunder terjadi melalui tertelannya material yang telah terinfeksi kuman ini
seperti sputum yang kemudian menginvasi mukosa intestine secara langsung,
penyebaran hematogenik melalui darah menuju hepar yang kemudian diekskresi
melalui cairan empedu ke dalam saluran cerna ataupun melalui pembentukan
tuberkuloma. Terjadi peningkatan insidens tuberkulosis paru yang luas dengan
tuberkulosis intestinal sekunder sebanyak 25-80%. Terdapat hubungan yang
tinggi antara berat-ringannya infeksi tuberkulosis paru dengan frekuensi
tuberkulosis pada saluran cerna. Semua bagian saluran cerna dapat terkena
infeksi, namun yang paling sering adalah pada daerah ileosekal dan ileum
terminal.14,15
G.DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
Gejala klinis penyakit ini tidak khas. Yang tersering adalah keluhan pada perut
kronis yang tidak khas. Dapat terjadi diare ringan tercampur darah, konstipasi,
anoreksia,demam ringan,penurunan berat badan dan terdapat massa abdomen
kanan bawah.40% pasien yang menderita kolitis tuberkulosa dengan diare kronik
sebagai gejala tunggal dan 60% dengan gejala diare kronik disertai nyeri perut,
penurunan berat badan,BAB berdarah dan demam.16,17
2. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah rutin,hasil
pemeriksaan darah pada kolitis tuberkulosa ditemukan indikasi anemia ringan
dengan adanya peningkatan eritrosit pada 50-80% pasien. Leukosit count biasanya
dalam kisaran normal.17Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) dari dahak sering
memberikan hasil yang negatif.18
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks
Foto thoraks dapat menunjukkan adanya gambaran kalsifikasi dari
tuberkulosis paru untuk masuk ke dalam saluran pencernaan.19
Gambar 4 : Pada foto thoraks ditemukan kalsifikasi hilar pada lymfadenitis TB.4
Foto polos abdomen
Foto polos abdomen digunakan untuk melihat adanya kelainan anatomi pada
bagian abdomen,pada pasien yang mengeluh nyeri perut yang tidak mempunyai
gejala klinis yang khas.19
Gambar 5: foto polos abdomen ditemukan kalsifikasi mesenterika Limfadenopati
pada pasien dengan tuberkulosis.5
Colon in loop
Colon in loop digunakan untuk melihat adanya kelainan pada kolon dengan
menggunakan bahan kontras barium sulfat.20
Gambaran colon in loop yang didapatkan pada kolitis tuberkulosa adalah
o Dinding kolon menebal
o Distorsi lekuk mukosa
o Ulserasi
o Stenosis atau massa mirip keganasan di sekum
Gambar 6 : Pemeriksaan Colon in loop ditemukan Dinding kolon menebal 6
Gambar 7 : Pemeriksaan colon in loop ditemukan striktur dari dinding abdomen
pada tuberkulosis.7
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG tidak spesifik terhadap kolitis tuberkulosa tetapi dapat
memberikan gambaran dinding caecal menebal dan limfadenopati.20
Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan ditemukan:21
o Penebalan dinding secara melingkar pada ileum terminale dan caecum
o Penebalan asimetris pada ileocaecal valve
o Metastasis ke organ lain seperti paru-paru
Gambar 8: tampak penebalan asimetris pada ileoceacal valve 8
Gambar 9: tampak gambaran hipodens penebalan dinding kolon9
4. Pemeriksaan Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan untuk mendeteksi ketidaknormalan pada
kolon dan rektum .Proses ini dilakukan dengan memasukkan kolonoskop atau
selang yang ujungnya ada kamera ke dalam rektum.21
Gambar 10 : Kolonoskopi ditemukan penyempitan lumen, dinding kolon kaku,
ulserasi dengan tepi yang ireguler. 10
5. Pemeriksaan Histopatologi
Tuberkulum biasanya sebesar 1 sampai 3 mm, terbentuk sebagai reaksi radang
di sekitar kelompok basil TB. Sebagian besar terdiri atas sel epiteloid yang berasal
dari histiosit dan makrofag. Beberapa sel itu akan membesar dan berinti banyak
dan disebut sel raksasa Langhans. Di tengah tuberkulum terjadi nekrosis keju,
sedangkan lapisan luarnya terdiri atas sel limfosit. Struktur histologi ini
merupakan gambaran patologi khas TB. Gambaran patologi jaringan hasil biopsi
atau sisa jaringan debris pada dasarnya menunjukkan radang spesifik seperti ini
pula.3
6. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan bakteriologi merupakan satu-satunya pembuktian mutlak akan
adanya TB. Sediaan apus untuk identifikasi kuman TB dapat dilakukan dengan
pewarnaan Ziehl Nielsen atau KenyonGabetTan. Biakan kuman dilakukan dengan
medium L’weinstein Jensen atau Middlebrook 7H-11. Bahan yang diperiksa
adalah sputum, cairan lambung, air kemih, cairan sinovium, atau debris
bergantung pada letak penyakit (Karnadihardja, 2004).Oleh karena basil TB
sangat lambat berkembang biak, diperlukan waktu enam sampai delapan minggu
untuk mengetahui hasil biakan. Marmut dapat dipakai untuk biakan binatang.
Hasil pemeriksaan ini dapat diperoleh setelah enam minggu. Pembelahan sel
memerlukan waktu 20-24 jam.3
H.DIAGNOSIS BANDING
Penyakit Chron’s
Merupakan penyakit inflamasi kronis transmural pada saluran cerna dengan
etiologi yang tidak diketahui dan paling sering menyerang usus halus dan kolon.22
Faktor prediposisi dari Chron’s adalah infeksi dari mycobacteria contohnya
Mycobacterium Paratuberkulosis dan virus measles yang paling banyak
menyebabkan penyakit Chron’s.kemudian faktor imunologis dan faktor genetik.22
Gejala klinis dari penyakit Chron’s adalah nyeri perut,demam dan berat badan
menurun.
Gambaran radiologis dari penyakit Chron’s :
Gambar11: Colon in loop gambaran mukosa granular difus.11
Gambar 12: Colon in loop ditemukan gambaran cobblestone yang dihasilkan oleh
karena ulserasi transversal dan longitudinal ,penebalan mukpsa dan sub mukosa.12
Kolitis Amebik (Amebiasis Kolon)
Merupakan peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba
histoliytica. Terdapat dalam dua bentuk yaitu kista dan trofozoit yang bergerak.
Penularan terjadi melalui bentuk kista yang tahan suasana asam. Di dalam lumen
usus halus,dinding kista pecah mengeluarkan trofozoit yang akan menjadi
dewasa dalam lumen kolon. Akibat invasi amuba ke dinding usus,timbul reaksi
imunitas humoral dan imunitas cell- mediated amebisidal berupa makrofag
lymphokine-activated serta limfosit sitotoksik CD 8.Invasi yang mencapai
lapisan muskularis dinding kolon dapat menimbulkan jaringan granulasi dan
terbentuk massa yang disebut ameboma,sering terjadi di sekum dan kolon
asenden.23
Gambaran radiologi pada kolitis amebik :
Gambar 13: Pem.Colon in Loop tampak filling defect.13
Tumor kolon
Jenis tumor kolorektal adalah :
Adenokarsinoma
Sebagian besar kanker kolorektal (98%) adalah tipe adenokarsinoma. Kanker
muncul dari sel epitel kelenjar di lapisan dalam usus yang dapat menyebar ke
dalam dinding kolon dan berpotensi untuk metastasis ke kelenjar getah bening
(KGB). Adenokarsinoma muncul dari lapisan epitel kelenjar sehingga mensekresi
mukus untuk melubrikasi bagian dalam kolon dan rektum.23
Pasien dengan karsinoma kolorektal umumnya memberikan keluhan berupa
gangguan proses defekasi (Change of bowel habit), berupa konstipasi atau diare,
perdarahan segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah buang
air besar (tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia tanpa
sebab yang jelas,dan penurunan berat badan. 23
Karsinoid tumor
Kurang dari 2% keganasan kolorektum adalah jenis karsinoid tumor, tetapi
hampir separuh dari tumor ganas usus halus adalah jenis karsinoid tumor.Tumor
ini terbentuk dari sel Kulchitsky yang memproduksi hormon pada dinding usus
yaitu 5-hidroksitriptamin. Karsinoid tumor sering ditemukan pada rektum dan
apendiks namun biasanya asimptomatik dan jarang bermetastasis,walaupun
mungkin memperlihatkan penyebaran lokal yang ekstensif.23
Gastrointestinal stromal tumor (GISTs)
Tumor ini terbentuk dari sel spesifik pada dinding Kolon disebut intestinal
cells of Cajal. Tumor ini adalah tumor mesenkim yang menyerang traktus
digestivus yang berasal dari sel ganglion myenteric.Terdapat jenis Benigna dan
malignana. Tumor ini sering ditemukan di bagian traktus digestivus atas, namun
pada kolon hanya sekitar 5%. Ahli Patologi mendeskripsikan tipe GISTs ini
sebagai spindle,epitheloid, dan campuran. Sekitar 70% GISTs merupakan tipe
spindle, 20% merupakan tipe epitheloid, dan 10% merupakan tipe campuran.23
Gambar 14 :Merupakan Proses keganasan dari mukosa kolon. Pada Foto colon in
loop tampak sebagian kontras mengisi usus sampai caecum.Tampak gambaran
filling defect irregular pada colon berbentuk napkin ring atau apple core.14
J.PENATALAKSANAAN 3
Diperlukan kombinasi 3 macam atau lebih obat anti tuberkulosis seperti pada
pengobatan tuberkulosis paru, demikian pula lama pengobatan dan dosis obatnya.
Kadang- kadang perlu tindakan bedah untuk mengatasi komplikasi, Beberapa obat
anti tuberkulosis yang sering dipakai adalah
o INH 5-10 mg/kgBB atau 400 mg sekali sehari
o Etambutol 15-25 mg/kgBB atau 900 -1200 mg sekali sehari
o Rifampisin 10 mg/kgBB atau 450-600 mg sekalisehari
o Pirazinamid 25-35 mg/kg BB atau 1,5-2 g sekali sehari
K.KOMPLIKASI 4
Komplikasi yang mungkin terjadi berupa perdarahan,perforasi,obstruksi
intestinal, terbentuknya fistula dan sindrom malabsorpsi. Komplikasi yang sering
terjadi adalah obstruksi intestinal. Mula- mula berupa obstruksi parsial yang
kemudian berkembang menjadi obstruksi total.
L.PROGNOSIS 4
Pada penderita kolitis tuberkulosa prognosisnya bisa menjadi baik jika tidak
bermetastasis.
M.KAJIAN ISLAM
Pada dasarnya islam mengajarkan agar umat yang sakit untuk mencari
pengobatan. Hal yang lain seyogyanya diketahui oleh seorang muslim adalah
tidaklah Allah SWT menciptakan suatu penyakit kecuali Dia juga yang
menciptakan penawarnya.Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah as :24
ل� م�ا �ز� �ن �ال� د�اء� الله أ ل� إ �ز� �ن �ه أ ف�اء� ل ش�
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi
bersabda,
و�ج�ل� ع�ز� الله� �ذ�ن� �إ ب� أ �ر� ب الد�اء�، الد�و�اء ص�اب�
� أ �ذ�ا ف�إ د�و�اء&، د�اء' ل) �ك ل
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya
maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR.
Muslim)
REFERENSI
1) Blumberg H, Leonard M, Jasmer R. Update on the treatment
Of tuberculosis and latent tuberculosis infection. JAMA
2005;293:2776-85.
2) Anonym.Anatomy Of Colon.Available at:www.anatomy of colon.or.id
Diakses pada tanggal 19 agustus 2015
3) Raviglione MC, O’Brien. Tuberculosis. In: Braunwald E,Fauci
AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,eds.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed.
NewYork: McGraw Hill. Med Pub Div 2005.p.953-66.
4) Anonym,Histologycolon,www.histology colon.com diakses pada tanggal
19 agustus 2015
5) Anonymous. Tuberculosis. In: Yamada T, Alpers
DH,Kaplowitz N, Laine L, Owyang C, Powell DW, eds.
Textbook of Gastroenterology. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins 2005.p.1570-3.
6) Sudoyo W.Setiyohadi B,Alwi I. Kolitis Infeksi.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I.p 560-66
7) Syam AF. Pendekatan klinis gangguan saluran cerna
bagian bawah: diare kronis, hematokesia dan nyeri
abdomen.In: Simadibrata M, Kemala N, Harimurti K dan
Laksmi P,eds. Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI 2005.p.28-34.
8) Simadibrata M. Pendekatan diagnostik diare kronis.In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, eds. BukuAjar
Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006.p.357-65.
9) Abraham P, Mistry FP. Tuberculosis of the gastrointestinal
tract. Ind J Tub 2002;39:251-7.
10) Misra S, Misra V, Dwivedi M, Gupta S. Colonic
tuberculosis: clinical features, endoscopic appearance and
management.J Gastroenterol Hepatol 1999;14:723-9.
11) Bartlett IG. Pseudomembraneus enterocolitis and
antibiotic-assotiatited colitis. In: Sleissenger MH,Fordtran
IS,editors .Gastrointestinal
disease :pathopisiology,diagnosis,management, 5th ed
Philadelphia:WB Saunders;1993.p. 1181
12) Asih,Yasmin.Anatomi dan Fisiologi Tubuh
Manusia.Irawati,Ramadhani Dian,Indriyani
Fara,eds.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
13) Hall and Guyton .Fisiologi Saluran
Pencernaan.Suyono Joko,Resmisari Titiek,Novrianti
Andita.eds 11. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
14) Marshall JB. Tuberculosis of the gastrointestinal tract and peritoneum. Am
J Gastroenterol 1993;88:989-99.
15) Abraham P, Mistry FP. Tuberculosis of the gastrointestinal tract. Ind J Tub
2002;39:251-7.
16) Ramanathan M, Wahinuddin S, Safari E, Sellaiah SP. Abdominal
tuberculosis. Singapore Med J 1997;38:364-8.
17) Kapoor VK. Abdominal Tuberculosis. Postgrad Med J 1998;74:459–67.
18) Misra S, Misra V, Dwivedi M, Gupta S. Colonic tuberculosis: clinical
features, endoscopic appearance and management. J Gastroenterol Hepatol
1999;14:723-9.
19) Khan R, Abid S, Jafri W, Abbas Z, Hameed K, Ahmad Z. Diagnostic
dilemma of abdominal tuberculosis in non-HIV patients: An ongoing
challenge for physicians. World J Gastroenterol 2006;12:6371-5
20) Simadibrata M, Haris A, Syam AF, Abdullah M, Makmun D,Djojoningrat
D, et al. Abdominal tuberculosis. J Gastroenterol Hepatol 2004;19:A391.
21) Islam MM,Azad AK,Bardhan PK.Radiology Of Colitis TB.2000;24-25
22) Kumar N,Govil A,Puri AS.Tuberculosis in Colitis,Radiology Colon In
Loop. 2000;15:29
23) Tjaniadi P,Lesmana M,et al. Endoscopic In Colitis Tb.2000;5:851
24) Raviglione MC, O’Brien. Tuberculosis. In: Braunwald E,Fauci AS,
Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,eds. Harrison’s Principles
of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill. Med Pub Div
2005.p.953-66.
25) Haque R,Huston CD.,Hughes M,et al. Amebiasis.N engl J
Med.2003;348:1565
26) http//muslim.or.id/akhlaq-dan-nasegah/dan jika aku sakit dialah yang
menyembuhkanku.html
BAGIAN ILMU RADIOLOGI REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KOLITIS TUBERKULOSA
Oleh :
ULFAYOSI SONIA PUTRI,S.Ked.
10542 1030 09
Pembimbing :
dr. IRIANI BAHAR,M.Kes,Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………………..
Lembar Pengesahan………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………….
A. PENDAHULUAN……………………………………………….
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI…………………………………..
C. DEFINISI…………………………………………………..........
D. EPIDEMIOLOGI………………………………………………...
E. ETIOLOGI………………………………………………………
F. PATOGENESIS…………………………………………………..
1. Gambaran Klinis…………………………………………
` 2. Pemeriksaan Laboratorium………………………………
3. Pemeriksaan Radiologi…………………………………..
a. Foto Thoraks……………………………………..
b. Foto Polos Abdomen……………………………
c. Colon In Loop………………………………….
d. USG……………………………………………
e. CT-Scan……………………………………….
4. Kolonoskopi…………………………………………..
5. Pemeriksaan Histopatologi…………………………….
6. Pemeriksaan Mikrobiologi……………………………
G. DIAGNOSA BANDING………………………………………
H. PENATALAKSANAAN………………………………………
I. KOMPLIKASI………………………………………………..
J. PROGNOSIS…………………………………………………….
K. KAJIAN ISLAM………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan referat ini dengan judul Kolitis
Tuberkulosa. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Radiologi.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas ini. Namun, berkat
bantuan, saran,kritik dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga
tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis sampaikan dengan hormat dan terima kasih kepada dr… selaku
pembimbing telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari apa yang diharapkan
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.
Semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara
khusus.
Makassar, Agustus 2015
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ulfayosi Sonia Putri
STB : 10542 0130 09
Judul Referat : KOLITIS TUBERKULOSA
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Agustus 2015
Pembimbing
dr.Iriani Bahar,M.Kes,Sp.Rad