Download - Rinitis Alergi.pptx
Rinitis Alergi
Febri Lusiana1011013040
inflamasi membran mukosa hidung yang disebabkan oleh paparan terhadap materi alergenik yang terhirup yang mengawali respon imunology spesifik, diperantarai oleh imunoglobin E
RINITIS ALERGI
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya1. Rinitis alergi musiman2. Rinitis alergi sepanjang tahun
Berdasarkan rekomendasi WHO iniative ARIA3. Intermitten gejala kurang dari 4
hari/minggu4. Persisten/menetap gejala lebih dari 4
hari/minggu
• Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit1. ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian,.2. Sedang atau berat, bila terdapat satu atau
lebih dari gangguan di atas
Etiologi
• Etiologi dari penyakit ini adalah adanya paparan dari alergen tertentu.
• Berdasar cara masuknya alergen dapat dibagi menjadi :
• alergen inhalan (debu rumah tangga, serpihan epitel kulit binatang,dll),
• aleren ingestan (susu sapi, telur, coklat, kepiting, udang, kacang-kacangan, dll.),
• alergen injektan (penisilin, sengatan lebah, dll), dan • alergen kontaktan (bahan kosmetik, perhiasan, dll).
zat-zat yang dapat menyebabkan terjadinya rhinitis alergi :
• Debu rumah• Tungau,• Serpihan kulit binatang, seperti anjing dan kucing.• Kecoa• Serbuk sari tanaman• Iklim, udara yang lembab, perubahan suhu, angin.• Hormonal,• Psikis, emosi, tegang.• Infeksi• Asap rokok dan bahan polusi lainnya.• Genetik, rata-rata penderita mempunyai riwayat keluarga yang
juga menderita alergi.
patofisiologi
Histamin menyebabkan rinorea, gatal, bersin, dan hidung tersumbat
Menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular dan produksi sekresi nasal
Reaksi segera terjadi , menyebabkan terbentuknya mediator hipersensitivitas meliputi histamin, leukotrien, prostaglandin, triptase, dan kinin
Menyebabkan sensitisasi pada orang yang rentan tergadap alergen tsb, pada saat terjadi paparan ulang memalui hidung IgE yang berikatan dg sel mast memicu mediator inflamasi
alergen diudara memasuki hidung sealama inhalasi dan diproses oleh limfosit yang menghasilkan antigen spesifik igE
Terapi
Non farmakolpgifarmakologi
non farmakologi
• menghindari pencetus (alergen)amati benda-benda yang menjadi pencetus (debu,
serbuk sari, bulu binatang dll)Menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Farmakologi
• Menggunakan obat-obat antialergi– Antihistamin– Dekongestan– Kortikosterois nasal– Sodium kromolin– Ipratrorium bromida– Montelukast
Antihistamin
Mekanisme kerjaAntagonis reseptor histamin H1, berikatan
dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor, yang mencegah ikatan dan kerja histamin.
FarmakodinamikAntagonis terhadap histamin (AH1) menghambat
efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengibati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan
Farmakokinetik• Setelah pemberian oral dan parenteral AH1
diabsorpsi secara baik• Efeknya timbul 15-30 menit setelah
pemberian oral dan maksimal 1-2 jam• Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis
tunggal 4-6 jam• Tempat utama biotransformasi di hati, tetapi
dapat juga di paru-paru dan ginjal• Dieksresikan melalui urin setelah 24 jam
Efek samping• Mengantuk• Mulut kering• Kesulitan mengeluarkan urin• Konstipasi• Efek kardiovaskular• Hilang nafsu makan• Mual, muntah• Gangguan ulu hati
Indikasi1. Rinitis2. Urtikaria
Kontraindikasi• Hipersensitivitas
Perhatian• Penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya
tidak mengendarai kendaraan.• Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui
Dekongestan
Mekanisne kerjaGolongan simpatomimetik beraksi pada
reseptor adrenergik pada mukosa hidung yang menyebabkan vasokontriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki pernapasan
Efek samping• Rasa terbakar• Bersin • Kekeringan mukosa nasal
Kortikosteroid Nasal
Mekanisme kerjaMereduksi inflamasi dengan menghambat
pembebasan mediator, penekanan kemotaksis, menyebabkan vasokontriksi dan menghambat reaksi lambat yang diperantarai oleh sel mast
Indikasi• Rinitis perennial• Rinitis musimanEfek samping• Bersin• Perih• Sakit kepala• epistaksis
Kromolyn Natrium
• Mekanisme kerjaPenstabil sel mast mencegah degranulasi sel mast yang dipicu oleh antigen dan pelepasan mediator, termasuk histamin
• Rinitis musiman, penanganan dilakukan sebelum musim alergi mulai dan dilanjutkan selama musim berlangsung
• Dalam rinitis perennial efek tidak terlihat selama 2-4 minggu
• Efek samping– Iritasi lokal ( bersin dan hidung perih)
Ipratropium bromida
• Merupakan agen antikolinergik berbentuk semprotan hidung
• Berefek pada rinitis perennial• Memiliki sifat antisekretori jika digunakan secara
lokal dan meredakan gejala rinorea pada rinitis alergi• Tersedia dalam bentuk larutan dengan kadar 0,03%
diberikan dalam 2 semprotan 2-3 kali sehari• Efek samping ringan, meliputi sakit kepala,epistaxis,
dan hidung terasa kering
MONTELUKAST
• Montelukast Adalah antagonis reseptor leukotrien untuk penanganan rinitis alerhik musiman.
• merupakan anti IgE, DNA rekombinan merupakan obat-obatan baru untuk rhinitis alergi.
• Obat ini diberikan pada sore hari jika pasien menderita kombinasi asma dan rinitis alergik musiman.
IMUNOTERAPI
• menyarankan suntikan immunotherapy suntikan alergi dimana alergen yang menyebabkan anda alergi, disuntikkan ke bawah kulit anda, tentunya dalam dosis sangat kecil. Ini akan membuat tubuh anda terbiasa dengan alergen itu sehingga anda hanya akan mengalami gejala yang lebih sedikit dan lebih ringan.
DLL
• Sodium kromoglikat topikal, Antikolinergik topikal, mengatasi rhinorea karena inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor (ipratropium bromida).
• Anti leukotrine (zafirlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan merupakan obat-obatab baru untuk rhinitis alergi.