Gambar 1. Titik Sampling
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015
Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas
Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan
Danau Buyan dan TamblinganI.W.Restu, G.R.A.Kartika dan M.A.Pratiwi
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas UdayanaCorresponding author: [email protected]
P-PNL-282
Metode Penelitian
KesimpulanKondisi ekosistem danau buyan saat ini berdasarkan indekskeanekaragaman fitoplankton dalam keadaan sedang dan tekanan ekologissedang, hamper sama dengan yang terjadi di Danau Tamblingan. Untukspecies ikan terjadi blooming jumlah spesies ikan zebra yangmenyebabkan sulitnya ikan jenis lain untuk berkembang biak.
Daftar PustakaMasson, J.F.1981.Biology of Freshwater Pollution.Inc, New York
Kaswadji. 1993. Produktivitas Primer dan Laju PertumbuhanFitopalnkton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairandan Perikanan Indonesia
Ucapan Terima KasihRektor Universitas Udayana
Kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas
Udayana,
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana yang telah membiayai penelitian ini
melalui PNBP 2015
Laboratorium Ilmu Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana
Kelompok Nelayan Danau Buyan dan Tamblingan
PendahuluanSebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan
Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belumterdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan bagipengembangan multi-aktivitas dan konservasi perairan umum
mengetahui potensi sumberdaya danau dalam menunjang rencanapengembangan pembangunan dan rencana pemberdayaan masyarakat memerlukandata dasar (base data) potensi sumberdaya hayati maupun non hayati yangmempengaruhi tingkat daya dukungnya. Semua danau-danau di Bali belum memilikidata dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya alamnya bagipengembangan perikanan, pariwisata dan lainnya termasuk Danau Buyan danTamblingan. Danau Buyan sebenarnya berfungsi sebagai reservoir penampungan airhujan, dengan konsekuensi semua cemaran yang berasal dari sekitar danau akanbermuara ke danau tersebut (Manuaba, 2009).
Hasil dan Pembahasan
Status danPotensiDanau
Buyan danTamblingan
Parameter Biologi
FitoplanktonTumbuhanair
SpesiesIkan
1.8256 1.7720
1.51501.3761
1.8026 1.8090
1.4976
2.0486
1.7931
1 2 3 4 5 6 7 8 9Stasiun
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan (H')
1.7331
1.4915
0.9852
1.39931.3258
1.1698
1.4341
1.68861.5859
1 2 3 4 5 6 7 8 9Stasiun
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tamblingan(H')
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KE
LIM
PA
HA
N I
ND
/L
STASIUN
Kelimpahan Fitoplankton di DanauTamblingan
050
100150200250300350400450500
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KE
LIM
PA
HA
N I
ND
/L
STASIUN
Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan
Grafik 1 dan 2. Kelimpahan Fitoplankton di Danau Buyan dan Tamblingan
Grafik 3 dan 4. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan dan Tamblingan
0
50
100
150
200
250
Nilem Zebra Nila Udang Mujair Mas
48
218
742
17 1
Jum
lah
jeni
s (e
kor)
Jenis SD Ikan
Spesies Ikan Di Danau Buyan
Grafik 5. Jumlah dan Jenis Spesies Ikan Yang Berhasil Ditangkap
Kesuburan perairan danau buyan dan tamblingan berdasrkan kelimpahanfitoplankton termasuk dalam perairan oligotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan(Kaswadji, 1993) yang menyatakan bahwa perairan oligotrofik memiliki kelimpahanfitoplankton antara 0-2.000 ind/lNilai kenaekaragaman fitoplankton di Danau Buyan berkisar Antara 1,37- 2,04. Nilai1≤ H’≤ 3 menunjukkan bahwa Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisiekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang (Mason, 1981). sedang Nilaikeanekaragaman fitoplankton di Danau Tamblingan berkisar Antara 0,98 – 1,74. inimenunjukkan keanekargamanrendah menuju sedang.
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS UDAYANA "'":
_T,~...-. -rn .~~ .GA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT \ Bukit Jimbaran, Bali Email : [email protected] Web : lppm.1mudac.id Telp I Fax : (0361) 703367
SER'rD'IKAT No : 1250/UN. 14.2/PNL03.00f20 15
Diberikau Kepada :
lr.l Wayan Restu, M.Si
SE8AliAI
PEMAI<ALAH SEMINAR NASIONAL SAINS dan TEKNOLOGIII
(SENASTEK II) 2~::l5
• lnovasi Humaniora, Sain(~it~)ef<tiologi untuk Pembangunan Berkelanjutan•
29 - 30 Oktober 20 IS di Patra Jasa Bali Resort and Villas Kuta, Badung, Bali
~
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun
TIM PENELITI : 1. Ir. I Wayan Restu, M.Si (NIDN : 0025086402)
2. Gde Raka Angga Kartika, S.Pi., MP (NUPN : 9900981057)
3. Made Ayu Pratiwi, S.Pi., M.Si (NIDN : - )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
ii
iii
RINGKASAN
Danau Buyan dan Tamblingan merupakan dua danau yang letaknya bersebelahan di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum terdata dan terinventarisasi secara memadai. Potensi sumberdaya hayati dan non hayati danau memberikan manfaat terhadap aktivitas manusia yang telah berlangsung dengan cukup intensif, antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, budidaya sayur-sayuran dan hortiklutura lainnya, pariwisata, rekreasi, dan transportasi. Aktivitas manusia ini dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan perairan di Danau Buyan dan Tamblingan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang ” Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Danau Buyan dan Tamblingan selama 1 Tahun dari Bulan Juni 2015 sampai Juni 2016. Pengambilan contoh dilakukan pada enam titik pengamatan yaitu 3 di Danau Buyan dan 3 di Danau Tamblingan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui kegiatan survey pengamatan langsung yang meliputi pengamatan, pengukuran lapangan, dan wawancara terstruktur terhadap responden, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi dan analisis sampel di laboratorium. Data sekunder yang diperlukan berupa demografi dan demografi sosial, budidaya perairan, perikanan tangkap, tata guna lahan, infrastruktur dan data penunjang lainnya. Analisi data akan dilakukan terhadap parameter kualitas air, plankton, ikan dan tumbuhan air. Kata kunci : Danau Buyan dan Tamblingan, kualitas perairan, potensi sumberdaya hayati
iv
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Penelitian yang berjudul
“Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas
Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan” dapat diselesaikan dengan baik.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tentu tidak lepas dari
segala bentuk bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika Sp. PD-KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana.
2. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.
3. Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan laporan ini.
November, 2015
TIM PENELITI
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. i RINGKASAN …………………………………………………………………... ii PRAKATA …………………………………………………………………... iii DAFTAR ISI …………………………………………………………………... 1 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 2 DAFTAR TABEL ................................................................................................. 3 DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. 4 BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 5 1. 1 Latar belakang ……………………………………………………............. 5 1. 2 Maksud dan Tujuan .……………………………………………................. 6 1. 3 Hasil Yang Diharapkan.……………………………………………….......... 7 1. 4 Sasaran...........................……………………………………………….......... 7 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….. 8 2. 1 Danau Buyan dan Danau Tamblingan...…………………………………… 8 2. 2 Plankton................................................……………………………………… 5 2. 3 Ikan........................................................……………………………………… 7 2. 4 Tumbuhan Air......................................……………………………………… 10 2. 5 Parameter Kualitas Air........................……………………………………… 11 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN............................................ 15 3. 1 Tujuan............................................................................................................... 15 3. 2 Manfaat............................................................................................................. 15 BAB 4. METODE PENELITIAN ……………………………………………... 16 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian.....……………………………………………. 16 4. 2 Peralatan......................................……………………………………………. 16 4. 3 Penentuan Stasiun.......................……………………………………………. 18 4. 4 Metode.........................................……………………………………………. 18 4. 5 Analisi Data..........................................……………………………………… 19 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI............................……………………………. 23 6. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 33 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………............... 35
2
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Peta Lokasi Kegiatan............................................................... 16
3
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Peralatan Kajian Potensi............................................................ 17
2. Tabel 2. Parameter Kualitas Air Danau Buyan..................................... 23
3. Tabel 3. Parameter Kualitas Air Danau Tamblingan........................... 24
4. Tabel 4. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Buyan............................ 26
5. Tabel 5. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Tamblingan.................. 26
6. Tabel 6. Jenis Tumbuhan Air di Danau Buyan dan Tamblingan........ 27
4
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan..............................25 2. Grafik 2. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Tmblingan......................25 3. Grafik 3. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan...................27 4. Grafik 4.Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Tamblingan......27
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Bali memiliki empat buah danau yaitu Danau Batur di Kabupaten
Bangli, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan
di Kabupaten Buleleng. Danau Buyan dan Tamblingan yang terletak di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng merupakan danau dataran tinggi di Bali yang menjadi
cadangan air penting bagi daerah Bali Utara.
Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan
Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum
terdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan bagi
pengembangan multi-aktivitas dan konservasi perairan umum. Pengembangan
perikanan sebagai smemplah satu alternatif aktivitas masyarakat mempunyai arti yang
strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar danau,
pengembangan pariwisata alam, dan pelestarian keanekaragaman hayati danau.
Selain sebagai cadangan sumberdaya air bagi Daerah Bali Utara, Danau Buyan
dan Tamblingan mempunyai arti strategis dan sangat vital bagi kehidupan masyarakat
di desa-desa sekitar kawasan danau. Berbagai aktivitas manusia berbasis sumberdaya
alam danau telah berlangsung dengan cukup intensif, antara lain penangkapan ikan,
budidaya ikan, budidaya sayur-sayuran dan hortiklutura lainnya, pariwisata dan
rekreasi, transportasi dan lain sebagainya.
Peranan perairan danau dalam menunjang pri-kehidupan masyarakat dalam arti
luas sangat ditentukan oleh tingkat produktivitas danau, baik produktivitas primer,
sekunder dan tersier. Produktivitas primer danau dapat dilihat dari kelimpahan dan
keanekaragaman phytoplankton dan tumbuhan air yang merupakan komponen dasar
dalam sistem rantai makanan di perairan. Tumbuhan air merupakan komponen penting
dalam sistem ekologi danau, namun di sisi lain kehadirannya dapat menimbulkan
masalah besar pada kelangsungan produktivitas danau sehingga perlu dikontrol, baik
secara alamiah maupun intervensi manusia. Produktivitas primer ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi kualitas air, baik secara fisik maupun kimiawi. Kualitas air
danau dalam menunjang produktivitas primer selain dipengaruhi oleh kondisi geologi
danau, juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di sekitarnya.
6
Produktivitas primer akan mempengaruhi produktivitas sekunder, yaitu dapat
dianalisis dari kelimpahan zooplankton dan ikan-ikan herbivora (grazing), serta
produktivitas 3 tersier dapat dilihat dari kelimpahan dan keanekaragaman komunitas
ikan. Keseimbangan antara produktivitas primer, sekunder dan tersier merupakan
jaminan bagi mantapnya sistem ekologi danau, yang secara agregat menuju pada
kapasitas atau daya dukung yang tinggi. Daya dukung yang tinggi yang ditunjang oleh
produktivitas yang tinggi pula dengan tingkat kestabilan ekosistem yang mantap
merupakan modal dasar dalam pengembangan perikanan danau secara mandiri.
Untuk mengetahui potensi sumberdaya danau dalam menunjang rencana
pengembangan pembangunan dan rencana pemberdayaan masyarakat perlu adanya
data dasar (base data) potensi sumberdaya hayati maupun non hayati yang
mempengaruhi tingkat daya dukungnya. Semua danau-danau di Bali belum memiliki
data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya alamnya bagi
pengembangan perikanan, pariwisata dan lainnya termasuk Danau Buyan dan
Tamblingan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat optimalnya
intervensi kebijakan dalam mengembangkan perikanan, pariwisata, dan alternatif
lainnya di danau secara lestari dan berkelanjutan sebagaimana prinsip-prinsip
pemanfaatan sumberdaya alam. Selain itu, berbagai isu-isu strategis dan permasalahan
lingkungan yang turut mempengaruhi daya dukung perairan danau bagi
pengembangan pembangunan ke depan yang lebih optimal juga perlu diketahui.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan “Melakukan penelitian potensi sumberdaya
hayati dan kualitas air sebagai indicator kualitas lingkungan Danau Buyan dan
Tamblingan” adalah menyediakan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya
hayati dan kualitas air Danau Buyan dan Tamblingan” dan daya dukung danau bagi
pengembangan perikanan, pariwisata, dan konservasi. Tujuannya adalah untuk
mengkaji dan mengidentifikasi potensi sumberdaya hayati dan kualitas air sebagai
indikator kualitas lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan” dalam mendukung
pengembangan dan pembangunan perikanan, pariwisata, dan konservasi.
7
1.3 Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan “Kajian Potensi Sumberdaya
Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan
Tamblingan” ini adalah :
1. Tersedianya data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya
hayati, dan kualitas air Danau Buyan – Tamblingan.
2. Sebahan bahan publikasi pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi.
3. Menjadi acuan pengambil kebijakan untuk merumuskan kebijakannya dan bagi
stakeholder lainnya untuk menentukan pilihan-pilihan dalam pendayagunaan
potensi yang ada bagi pengembangan kegiatan perikanan.
4. Menjadi acuan penetapan kawasan Danau Buyan dan Tamblingan” sebagai
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Daerah Propinsi Bali
1.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah terwujudnya pembangunan perikanan,
pariwisata, dan konservasi danau yang optimal, lestari dan berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan perekonomian daerah.
Disamping itu untuk meningkatkan budaya untuk melakukan penelitian dan mutu
penelitian di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan, Universitas Udayana.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Danau Buyan dan Danau Tamblingan
Danau Buyan merupakan danau kaldera yang terbentuk dari hasil letusan
gunung api dan runtuhan Gunung Beratan dan Buyan Purba. Keadaan ini dapat terlihat
dari dinding sisi Utara danau yang curam dan membentuk tebing terjal (Dinas PU.,
2000 dalam Manuaba, 2009). Danau Buyan memiliki daerah tangkapan seluas 24,1
km2; dengan panjang 3,7 km dan lebar 1,25 km. Luas permukaan airnya adalah 3,67
km2; kedalaman ratarata 31,7 m; dan kedalaman maksimal 69 m. Volume air Danau
Buyan adalah 116,25 X 106 m3 (Bapedalda Regional II, 1999; Dinas PU., 2000). Air
Danau Buyan berasal dari air hujan, baik air hujan yang langsung jatuh pada danau
maupun air hujan yang jatuh di daerah tangkapan dan menjadi air limpasan, dan air
yang mengalir melalui 11 buah drainase di sisi sebelah timur dan selatan danau.
Sumber air lainnya adalah air yang berasal dari mata air Yeh Masem dengan debit 0,5
L/detik (Dinas PU., 2000). Air yang keluar danau utamanya dimanfaatkan untuk
pertanian, kebutuhan rumah tangga maupun untuk air minum yang dikelola secara
komersial oleh PDAM setempat. Di Danau Buyan juga terjadi penurunan volume air
akibat penguapan, mengalir melalui rengkahan menjadi mata air dan terserap di dasar
danau. Danau Buyan sebenarnya berfungsi sebagai reservoir penampungan air hujan,
dengan konsekuensi semua cemaran yang berasal dari sekitar danau akan bermuara ke
danau tersebut (Manuaba, 2009).
2.2 Plankton
Plankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya
berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya
gerak/kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat dipengaruhi
oleh daya gerak air, sepeti arus dan lainnya (Nybakken, 1992). Plankton terbagi dua
jenis yakni plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewan (zooplankton)
(Newel & Newel, 1977). Plankton diaplikasikan untuk seluruh hewan dan tumbuhan
yang hidup secara bebas di air karena keterbatasan pergerakannya atau secara pasif
melawan arus perairan karena memiliki flagel (Heddy & Kurniati, 1996).
9
Plankton di perairan terdapat dalam jumlah komposisi jenis dan kelimpahan
yang sangat bervariasi tergantung dengan kondisi lingkungan perairan tersebut
(Reynolds et al., 1984). Perubahan ukuran, jenis dan jumlah populasi plankton di
perairan dapat menggambarkan keadaan struktur komunitas perairan. Struktur
komunitas plankton merupakan kumpulan populasi plankton yang terdiri dari
fitoplankton dan zooplankton pada suatu habitat tertentu yang saling berinteraksi di
dalam suatu stratifikasi tertentu (Odum,1998).
Plankton mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indicator
pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan
hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya.
Dengan demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan di
mana hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal
ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyono,
1992).
2.2.1 Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuhan renik mulai dari ganggang bersel satu
sampai dengan ganggang bersel banyak. Fitoplankton adalah kunci yang membuka
semua kehidupan dalam air, karena fitoplankton mempunyai klorofil untuk
berfotosintesis (Hasmaini dkk, 2012). Fitoplankton mempunyai pigmen warna dan
sebagian besar berwarna hijau, karena adanya semacam klorofil (a sampai d). Menurut
Thurman (1984) dalam perairan fitoplankton merupakan produsen primer (produsen
utama dan pertama), sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya.
Fitoplankton dapat dibagi menjadi empat divisi, antara lain : Diatomae (Chrysophyta),
Alga hijau (Chlorophyta), Alga hijau biru (Cyanophyta), Dinoflagellata
(Euglenophyta) (Sachlan 1982).
Perubahan terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan
komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan
informasi mengenai keadaan perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi
yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
suatu perairan (bioindikator) (Septa, 2009). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
10
(Nurdin, 2010), Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem
perairan, produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton
melalui proses fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang
mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri
rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu
kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan.
Diversitas (keanekaragaman) plankton menunjukkan tingkat kompleksitas dari
struktur komunitas perairan. Diversitas plankton akan berkurang bila suatu komunitas
didominasi oleh satu atau sejumlah kecil spesies. Hal terjadi jika terdapat gangguan
terhadap lingkungan, dan pada kondisi tersebut terdapat satu atau beberapa spesies
(jenis) yang mampu bertahan dan berkembang lebih baikmenggantikan spesies (jenis)
lainnya yang tidak mampu bertahan. Penurunan diversitas dapat terjadi akibat
adanyapencemaran dan eutrofikasi (Soedarti et al, 2006).
2.2.2 Zooplankton
Zooplankton adalah plankton hewani. Dia mempunyai kemampuan bergerak
dengan cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke
bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat juga terjadi karena faktor pemangsaan
(grazing) yaitu mendekati fitoplankton sebagai mangsa (Sumich, 1999). Sama halnya
menurut Nybakken (1992), gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan
yaitu fitoplankton. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya
variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena
zooplankton menghindari sinar matahari langsung. Zooplankton terdiri dari beberapa
filum hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea,
Mollusca, Echinodermata, dan Chordata. (Nontji, 1993;Arinardi (1994)
2.3 Ikan
Ikan merupakan sumberdaya yang sifatnya dapat diperbaharui (renewable).
Hal ini berarti jika sumberdaya ikan diambil sebagian, maka sisa ikan yang tertinggal
memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak
(Nikijuluw, 2002). Berdasarkan sifat yang dimiliki oleh sumberdaya ikan tersebut,
maka diperlukan suatu upaya pengelolaan perikanan agar pemanfaatannya dapat
11
berkelanjutan. tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya
kelestarian. Menurut Leopold (1933) in von Geldren (1966) pengelolaan perikanan
adalah seni dan ilmu menghasilkan hasil ikan tahunan yang berkelanjutan untuk tujuan
rekreasi dan komersial.
Diantara komponen biotik, ikan merupakan salah satu organisme akuatik
yang\rentan terhadap perubahan lingkungan terutama yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Limbah-limbah bahan buangan
yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia tersebut mempengaruhi kualitas
perairan baik fisik, kimia, dan biologis diantaranya terhadap penyebaran ikan (Rifai,
et al, 1983). Adanya perubahan ekologis pada perairan danau akan dapatmemberikan
pengaruh terhadap keanekaragaman makhluk hidup di dalamnya, khususnya ikan.
Keragaman jenis yang tinggi di suatu perairan menunjukkan keadaan komunitas yang
baik, sebaliknya keragaman yang kecil berarti telah terjadi ketidakseimbangan
ekologis di perairan tersebut (Koesbiono, 1989).
2.4 Tumbuhan Air
Salah satu komunitas yang memiliki peranan penting dan terdapat di sekeliling
danau ini adalah komunitas tumbuhan air (macrophytes). Tumbuhan air merupakan
tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan didalam air yang berfungsi sebagai produsen
penghasil energi pada suatu ekosistem (Odum dan Barrett, 2005). Produsen pada suatu
ekosistem air tawar terdiri dari dua tipe yaitu, tanaman bentik yang kebanyakan
anggota Devisi Spermatophyta (tanaman berbiji) dan fitoplankton atau tanaman hijau
yang mengapung. Keberadaan tumbuhan air yang hidup dengan baik akan
menciptakan produktivitas perairan yang tinggi dan menghasilkan keanekaragaman
biota akuatik yang tinggi pula. Beberapa peranan tumbuhan air yang sangat penting
adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat biota, tempat perlindungan dan tempat
menempel berbagai hewan dan tumbuhan atau alga (Boyd, 1968). Disamping itu,
tumbuhan air dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari
berbagai jenis ikan herbivora, hal ini terlihat dari banyaknya larva-larva dan juvenil
biota air yang ditemukan pada tumbuhan air. Daun tumbuhan air yang lebat dan besar
pada jenis tertentu akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus sehingga
perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar dapat
12
menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaaan. Chambers (1970) menegaskan bahwa tumbuhan air memiliki peranan
yang penting dalam struktur dan fungsi ekosistem perairan
2.5 Parameter Kualitas Air
2.5.1 Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta
kedalaman badan air. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai
bagi pertumbuhannya. Misalnya Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik
pada kisaran suhu berturut-turut 30- -
bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta
dan diatom (Haslam, 1995). Peningkatan suhu perairan mengakibatkan peningkatan
viskositas, reaksi kimia, evaporasi. Selain itu peningkatan suhu juga mengakibatkan
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar
sekitar 2-3 kali lipat (Effendi, 2003).
2.5.2 Penetrasi cahaya/Kecerahan
Penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan akan mempengaruhi produktifitas
primer. Kedalaman penetrasi cahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
tingkat kekeruhan, sudut datang cahaya matahari, dan intensitas cahaya matahari. Bagi
organisme perairan, intensitas cahaya yang masuk berfungsi sebagai alat orientasi
yang akan mendukung kehidupan organisme pada habitatnya. Penentuan penetrasi
cahaya secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter (Effendi, 2003).
2.5.3 Dissolved Oxygen (DO)/Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan
hewan dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari
13
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan
untuk kehidupan (Fardiaz, 1992) Oksigen terlarut juga merupakan faktor penting
dalam menetapkan kualitas air, karena air yang polusi organiknya tinggi memiliki
oksigen terlarut yang sangat sedikit (Michael, 1994).
2.5.4 pH
pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang
sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang
bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan
konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air (Frits,
2013)
2.5.5. Biochemical Oxygen Demand (BOD).
Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam memecah bahan
organik. Penguraian organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air
lingkungan merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan
mengandung oksigen yang cukup (Wardana, 1995). Pengujian BOD yang dapat
diterima adalah pengukuran jumlah oksigen yang akan dihabiskan selama lima hari
inkubasi sudah memperlihatkan besar persentase yang cukup yaitu kurang lebih 70%
dari seluruh bahan organik telah terurai (Sastrawijaya, 1991)
2.5.6. Amoniak
Nilai kadar amoniak suatu perairan erat kaitannya dengan tinggi suhu dan
kadar derajat keasaman yang dikandungnya. Tingginya kadar amoniak suatu perairan
karena terjadi pemupukan kotoran biota budidaya dan hasil kegiatan jasad renik di
dalam pembusukkan bahan – bahan organik yang kaya akan nitogen atau protein
(Kordi 2010).
2.5.7. Nitrat
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient
utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Menurut Lee et al, (1978) bahwa kisaran
14
nitrat di perairan berada antara 0,01-0,7 mg/l, sedangkan menurut Effendi (2003)
bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
mg/l, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan eutrofikasi
(pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air
secara pesat.
2.5.8. Fosfat
Seperti halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur penting dalam suatu
ekosistem air. Zat-zat organik terutama protein mengandung gugus fosfor, misalnya
ATP, yang terdapat di dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam
penyediaan energi. Dalam ekosistem fosfor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa
fosfor anorganik seperti ortofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai
senyawa organik terlarut yang terbentuk dari proses penguraian tubuh organism
(Barus, 2004).
15
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3. 1 Tujuan Penelitian
Tujuannya adalah untuk mengkaji dan mengidentifikasi potensi sumberdaya
hayati dan kualitas air sebagai indikator kualitas lingkungan Danau Buyan dan
Tamblingan” dalam mendukung pengembangan dan pembangunan perikanan,
pariwisata, dan konservasi
3. 2 Maksud Penelitian
Maksud pelaksanaan kegiatan “Melakukan penelitian potensi sumberdaya
hayati dan kualitas air sebagai indicator kualitas lingkungan Danau Buyan dan
Tamblingan” adalah menyediakan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya
hayati dan kualitas air Danau Buyan dan Tamblingan” dan daya dukung danau bagi
pengembangan perikanan, pariwisata, dan konservasi.
16
BAB IV METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Identifikasi Potensi sumberdaya dan kualitas Perairan dilakukan di
Danau Buyan dan Tamblingan, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Gambar 1).
Kegiatan ini dilaksanakan mulai pertengahan bulan Juni 2015 sampai bulan Juni 2016.
Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas
Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan
Tamblingan (BKSDA Bali)
3.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan pada kegiatan Identifikasi Potensi Sumberdaya
dan Kualitas Perairan di Danau Buyan dan Tamblingan ini meliputi peralatan survey
dan pengambilan sampel, peralatan transportasi, analisis kualitas air dan perlengkapan
penunjang lainnya, disajikan Tabel 1.
17
Tabel 1. Peralatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai
Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan
No Nama Alat Kegunaan
1 Photo Camera & GPS Fotografi dan penentuan titik
koordinat masing-masing stasiun
pengamatan
2 Kendaraan Transportasi selama kegiatan
3 Perahu motor tempel Transportasi danau, untuk
pengamatan dan pengambilan
sampel
4 Alat - alat Pengukuran Kualitas
air :
a. Termometer
b. pH Paper
c. Sechi dish
d. Botol Sampel DO, CO2,
BOD, NO3, NH3, PO4, H2S
Mengukur suhu air
Mengukur pH Air
Mengukur Kecerahan air
Mengukur Oksigen Terlarut dan
wadah sampel air untuk analisis
CO2, BOD, NO3, NH3, PO4, H2S.
5 Alat-Alat Pengambilan Biota
Air :
a. Jaring/pancing Ikan
b. Jaring Plankton
c. Botol Sampel/botol film
d. Toples
e. Transek
f. Meteran
Mengambil sampel ikan
Mengambil sampel Plankton
Wadah Spesimen
Wadah koleksi ikan dan plankton
Alat ukur
Alat ukur
6 a. Alat tulis Mencatat data
18
b. Timbangan Analtik
(Ohouse)
Menimbang sampel
7 a. Mikroskop
b. Haemocytometer
Mengamati sampel plankton
Menghitung plankton
3.3 Penentuan Stasiun
Identifikasi Potensi Sumberdaya dan Kualitas Perairan di Danau Buyan dan
Tamblingan dilakukan secara spasial dengan penetapan beberapa stasiun
pengamatan/pengambilan sampel. Penetapan stasiun pengamatan/pengambilan
sampel dilakukan dengan pertimbangan keterwakilan terhadap kondisi danau dan pola
penggunaan lahan di sekitarnya.
Pada kegiatan ini ditetapkan 6 stasiun pengamatan/pengambilan sampel,
dimana masing-masing stasiun dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub stasiun. Adapun stasiun
pengamatan/pengambilan sampel yang ditetapkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Stasiun I, II, dan III : berlokasi di Danau Buyan.
b. Stasiun IV, V, dan VI : belokasi di Danau Tamblingan.
3.4 Metode
3.4.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada kegiatan ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi kualitas air, komunitas biota perairan, dan kegiatan pemanfaatan
danau dan lingkungan sekitar danau. Data primer diperoleh melalui kegiatan survei
yang meliputi pengamatan, pengukuran lapangan, dan wawancara terstruktur terhadap
responden, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi dan analisis sampel di
laboratorium.
Data sekunder yang diperlukan berupa demografi dan demografi sosial,
budidaya perairan, perikanan tangkap, tata guna lahan, infrastruktur dan data
penunjang lainnya, yang diperoleh dari laporan-laporan yang ada di desa sekitar danau,
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Bali, dan instansi terkait lainnya.
19
3.4.2 Metode Survei
a. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap sub stasiun yang diamati sekali
dalam sehari. Kualitas air yang diamati terdiri dari faktor fisika dan kimia, faktor fisika
perairan yang diamati terdiri dari suhu, pH dan kecerahan, sedangkan faktor kimia
perairan yang diamati terdiri dari DO, CO2, BOD, nitrat, fosfat, amonia, dan H2S.
Variabel kualitas air diamati secara langsung menggunakan Test Kit dari sampel air
yang diambil pada masing-masing stasium pengamatan dan beberapa variabel akan
dianalisis di laboratorium.
b. Pengamatan Biota Air
Biota air yang diamati terdiri dari plankton (fitoplankton dan zooplankton),
ikan, dan Tumbuhan air. Sampling plankton pada setiap stasiun pengamatan dilakukan
dengan menggunakan plankton net, dan sampling ikan menggunakan alat tangkap
jaring ikan. Spesimen yang diperoleh dari hasil sampling kemudian diidentifikasi di
laboratorium. Tumbuhan air yang berada di perairan danau dicatat jenis, komposisi
menurut tipe Tumbuhan dan penutupannya pada masing-masing stasiun pengamatan.
c. Identifikasi Pemanfaatan Kawasan
Pemanfaatan kawasan yang diamati terdiri dari kawasan perairan Danau dan
kawasan daratan sekitar Danau. Pemanfaatan kawasan perairan Danau dihitung
seluruh volume yang digunakan untuk usaha Budidaya Ikan dan penangkapan ikan
maupun areal pelabuhan dengan melakukan pengamatan langsung maupun konfirmasi
data dari pengelola. Sedangkan pemanfaatan kawasan darat di sekitar danau dilakukan
survey dan wawancara dengan pihak pengelola usaha/masyarakat yaitu pemukiman
penduduk, budidaya pertanian, pelabuhan, tempat suci (pura), dan pariwisata
3.5 Analisis Data
a. Kualitas Air
Data yang diproleh dari hasil pengamatan kualitas air disusun dalam bentuk
tabel kemudian dianalisis secara deskriptif yang akan dibandingkan dengan standar
kualitas dan baku mutu perairan danau.
b. Plakton
20
Struktur komunitas Plankton meliputi keanekaragaman jenis, dominansi jenis
dan keseragaman jenis.
Keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener, 1949 dalam Restu, 2002):
s H’ = Indeks keanekaragaman jenis
H’ = - pi (log pi) pi = Proporsi jumlah individu species ke-i
i=1 s = jumlah taksa/jenis
Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman adalah sebagai berikut:
H’ < 1,0 : Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah
sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak
stabil
1,0 < H’ < 3,322 : Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang.
H’ > 3,322 : Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap,
produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis.
Dominansi jenis (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971; Southwood dan Anderson,
2000):
Keterangan :
D = Indeks Dominansi
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria (Odum, 1971) sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada jenis
yang mendominansi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominansi.
Keseragaman jenis Odum (1971) :
E = H’/H’ maks H’ = Indeks keanekaragaman jenis
H’maks = log S (S = jumlah taksa)
21
Dengan kriteria sebagai berikut :
0<E≤0,5 = Komunitas tertekan;
0,5,<E≤0,75 = Komunitas labil;
0,75<E≤1 = Komunitas stabil.
Kelimpahan plankton dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Basmi, 1994):
O1 V1 1 1
N = x x x x n
O2 V2 P Q
dimana:
N = Jumlah individu plankton per liter
O1 = Luas gelas penutup
O2 = Luas lapang pandang
V1 = Volume air yang tersaring (volume sampel)
V2 = Volume air yang yang diamati di bawah gelas penutup (1 tetes)
P = Jumlah lapang pandang pengamatan
Q = Volume air yang disaring
n = Jumlah individu plankton yang tercacah pada setiap preparat
c. Ikan
Ikan yang diperoleh hasil sampling diidentifikasi jenisnya dan diukur panjang
dan beratnya untuk mengetahui ukuran ikan dan kondisi ikan berdasarkan hubungan
panjang bobotnya.
Hubungan panjang berat ikan dianalisis dengan persamaan (Effendie, 1997):
log W = log a + b log L dimana W= berat; L= panjang; a, b= konstanta
22
2
)log()(log)log(loglog)(logloglog
LLNWLLLWa
22
d. Tumbuhan Air
Pengambilan data tumbuhan air dilakukan pada perairan Danau Buyan dan
Tamblingan di Kabupaten Singaraja. Pengambilan sampel dilakukan pada 6 stasiun
dengan mempertimbangan kondisi perairan, Untuk menentukan jenis tumbuhan air
yang ada pada perairan pengambilan sampel digunakan transek sebagai panduan dalam
melakukan, pada setiap stasiun dibuat 2 buah garis transek dengan panjang masing
masing 500 m. Sampel tumbuhan yang ditemukan di koleksi, dengan cara dimasukan
dalam kantong plastik dan diberi label sesuai stasiun, selajutnya dilakukan identifikasi
lanjut di Laboratorium Perikanan fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas
Udayana (Indrawati, 2008)
d. Identifikasi Pemanfaatan Kawasan
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun wawancara disusun dalam
bentuk tabel, grafik maupun gambar kemudian dianalisis secara deskriptif, selanjutnya
dibahas dan diinterprestasikan untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
LaNWb
log)log(log
23
BAB V. HASIL YANG TELAH DICAPAI
Penelitian ini diawali dengan melakukan survey awal ke Danau Buyan dan
Danau Tamblingan. Survey ini dilakukan bertujuan untuk mengatahui lokasi
penelitian secara menyeluruh dan mendetail. Sehingga dari hasil survei ini akan
didapatkan pengelompokkan lokasi untuk digunakan sebagai daerah sampling dalam
penelitian. Hasil survei ini juga akan digunakan untuk menentukkan metode atau cara
pengambilan sampel yang tepat sehingga akan lebih memudahkan ketika melakukan
penelitian. Survei dilaksanakan oleh seluruh anggota tim dan dibantu dengan beberapa
mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana. Telah ditentukkan sembilan
titik lokasi sampling pada Danau Buyan dan Danau tamblingn. Penentuan lokasi
sampling ini bedasarkan alih fungsi lahan disekeliling danau yang akan mempengaruhi
kualitas air maupun indikator biologi di danau.
4.1 Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air di Danau buyan dan Tamblingan didapatkan hasil yang
bervariasi. Parameter kualitas air yang diukur antara lain : pH, DO, Suhu, Kecerahan,
Fosfat, Nitrat, BOD, dan COD. Hasil pengukuran kualitas air danau Buyan dapat
dilihat pada Tabel 2. Sedangkan hasil pengukuran parameter kualitas air di Danau
Tamblingan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Danau Buyan
NO Lokasi (titik sampling)
Parameter Kualitas Air pH Suhu
(0C) DO
(mg/l) Kecerahan
(Cm) BOD (mg/l)
COD (mg/l)
Phospat (mg/l)
Nitrat (mg/l)
1. Buyan 1 7,7 21,5 9,9 86,5 6,45 50 1,10 0,794
2. Buyan 2 8,3 21,6 8 92 3,79 10 1,033 0,859
3 Buyan 3 7,6 22,2 9,9 70,1 6,07 60 0,88 1,54
4 Buyan 4 7,6 22,6 5,6 334 5,31 50 1,04 0,321
5 Buyan 5 7,5 22,1 4,5 316 4,17 30 0,88 0,47
6 Buyan 6 8,01 22,3 9,8 150,5 4,17 10 1,024 0,905
24
7 Buyan 7 7,5 22,7 5,5 366,5 4,93 80 1,937 0,985
8 Buyan 8 7,1 22,8 7,5 317,5 3,41 20 1,102 0,817
9 Buyan 9 7,2 22,3 6,4 157 4,17 70 1,067 0,782
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Danau Tamblingan NO
Lokasi (titik sampling)
Parameter Kualitas Air
pH Suhu (0C)
DO (mg/l)
Kecerahan (Cm)
BOD (mg/l)
COD (mg/l)
Phospat (mg/l)
Nitrat (mg/l)
1 Tamblingan 1 7,9 23,2 8,3 107 3,79 50 1,038 1,405
2 Tamblingan 2 7,9 23,2 7 283 4,17 40 1,844 1,096
3 Tamblingan 3 7,8 23,3 6,7 272,5 5,31 50 1,422 1,237
4 Tamblingan 4 7,4 22,4 6,5 227 4,93 20 0,955 0,321
5 Tamblingan 5 7,6 22,5 5,6 337,5 6,07 70 1,185 0,467
6 Tamblingan 6 7,7 23,2 6,8 308,5 4,93 10 0,866 0,905
7 Tamblingan 7 7,6 22,5 6 316 5,31 70 0,856 0,985
8 Tamblingan 8 7,7 22,8 5,8 318 6,45 50 1,053 0,817
9 Tamblingan 9 7,7 23,1 6,6 334 6,07 20 0,991 0,782
4.2 Plankton
Kelimpahan fitoplankton di danau buyan tertinggi di dapatkan pada stasiun 3
dengan kelimpahan sebesar 444 indivu/liter, sedangkan kelimpahan terendah terdapat
di stasiun 4 sebesar 91 individu/liter. Kelimpahan fitoplankton di Danau Buyan dapat
dilihat pada grafik 1. Pada danau tamblingan kelimpahan fitoplankton tertinggi
terdapat di stasiun 9 yaitu sebesar 437 individu/liter, sedangkan kelimpahan
fitoplankton terendah terdapat pada stasiun 8 sebesar 108 individu/liter. Kelimpahan
fitoplankton yang terdapat di Danau Tamblingan dapat dilihat pada grafik 2.
25
Grafik 1. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan
Grafik 2. Kelimpahan Fitoplankton Danau Tamblingan
Kelimpahan zooplankton juga menjadi salah satu \ndikator biologi yang dapat
menentukkan kondisi perairan. Hasil dari penelitian ini didapatkan kelimpahan
zooplankton tertinggi di danau buyan terdapat pada stasiun 1 sebesar 73 individu/liter.
Kelimpahan zooplankton tertinggi di Danau Tamblingan terdapat pada stasiun 4
sebesar 29 individu/liter. Kelimpahan zooplankton diperairan terkait dengan
keberadaan fitoplankton yang menjadi sumber makanannya dan intensitas cahaya
288
179
333
91129
234
119
175 192
0
50
100
150
200
250
300
350
buyan 1 buyan 2 buyan 3 buyan 4 buyan 5 buyan 6 buyan 7 buyan 8 buyan 9
Kelimpahan fitoplankton
157 166
270 277
171
330
223
109
437
Kelimpahan Fitoplankton
26
matahari yang menembus ke perairan. Kelimpahan zooplankton di Danau Buyan dan
tamblingan terdapat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Buyan
No Lokasi (Titik Sampling)
Kelimpahan (Individu/Liter)
1 Buyan 1 73 2 Buyan 2 17 3 Buyan 3 29 4 Buyan 4 12 5 Buyan 5 24 6 Buyan 6 8 7 Buyan 7 40 8 Buyan 8 37 9 Buyan 9 32
Tabel 5. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Tamblingan No Lokasi
(Titik Sampling) Kelimpahan
(Individu/Liter) 1 Buyan 1 1 2 Buyan 2 1 3 Buyan 3 2 4 Buyan 4 29 5 Buyan 5 1 6 Buyan 6 0 7 Buyan 7 2 8 Buyan 8 0 9 Buyan 9 1
Kesuburan perairan danau buyan dan tamblingan berdasrkan kelimpahan
fitoplankton termasuk dalam perairan oligotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Kaswadji, 1993) yang menyatakan bahwa perairan oligotrofik memiliki kelimpahan
fitoplankton antara 0-2.000 ind/l
Nilai kenaekaragaman fitoplankton di Danau Buyan berkisar Antara 1,37-
2,04. Nilai 1≤ H’≤ 3 menunjukkan bahwa Keanekaragaman sedang, produktivitas
cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang (Mason, 1981).
sedang Nilai keanekaragaman fitoplankton di Danau Tamblingan berkisar Antara 0,98
– 1,74. ini menunjukkan keanekargaman rendah menuju sedang.
27
Grafik 3. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan
Grafik 4. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan
4.3 Tumbuhan air
Pada pengamatan di Danau Buyan dan Danau Tamblingan masing-masing 9
titik pengamatan, didapatkan 10 jenis tumbuhan air. Danau Buyan memiliki jenis
tumbuhan yang lebih beragam dari pada di Danau Tamblingan. Tercatat bahwa pada
Danau Buyan ditemukan jenis tumbuhan air sebanyak 8 jenis dan hanya 3 jens yang
ditemukan di Danau Tamblingan (Tabel 1).
1.8256 1.7720
1.51501.3761
1.8026 1.8090
1.4976
2.0486
1.7931
1 2 3 4 5 6 7 8 9Stasiun
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan (H')
1.7331
1.4915
0.9852
1.39931.3258
1.1698
1.4341
1.68861.5859
1 2 3 4 5 6 7 8 9Stasiun
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tamblingan(H')
28
Jenis Tumbuhan Air Danau Buyan Danau Tamblingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Scirpus mucronatus √ √
Salvinia molesta √ √ √ √ √ √ √ √ √
Myriophyllum brasiliense √ √ √ √ √
Brachiaria mutica √ √ √ √ √ √
Cyperus odoratus √ √ √ √
Eichornia crassipes solms √ √ √ √ √
Ludwigia adscendens √
Salvinia natans √
Ceratophyllum demersum L. √ √ √
Paspalum repens √ √ √ √ √ √ √
Nymphoides indica √ √ √ √ √ √ √ √
Jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan di Danau Buyan yaitu, Scirpus
mucronatus, Salvinia molesta, Myriophyllum brasiliense, Brachiaria mutica, Cyperus
odoratus, Eichornia crassipes solms, Ludwigia adscendens, Salvinia natans,
Ceratophyllum demersum L. Jumlah jenis tumbuhan air paling banyak ditemukan pada
stasiun pengamatan 1,2 dan 3, serta jumlah jenis tumbuhan air paling sedikit
ditemukan pada stasiun 7. Hal ini mungkin disebabkan oleh pada dtasiun 1,2, dan 3
berada dekat pada pemukiman pemduduk, sehingga tumbuhan mendapatkan masukan
zat hara yang cukup tinggi. Sedangkan pada stasiun 7 berada dekat dengan hutan,
sehingga masukan zat hara sedikit. Keberadaan zat hara bagi tumbuhan merupakan
salah satu factor penting dalam pertumbuhan tumbuhan air.
Jenis tumbuhan yang di teumkan di Danau Tamblingan yaitu, Paspalum
repens, Nymphoides indica, Myriophyllum brasiliense. Pada Danau Tamblingan
tumbuhan air yang ditemukan tidak begitu banyak dan rata-rata setiap stasiun
pengamatan terdapat tidak lebih dari 2 jenis tumbuhan air. Hal ini dapat disebabkan
oleh kondisi Danau Tamblingan yang masoh alami dan tidak banyak terdapat
masukanzat hara dari daratan.
29
4.4 Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan di Danau Buyan
Pengamatan yang dilakukan di Danau Buyan terhadap jenis-jenis ikan hasil
tangkapan didapatkan bahwa terdapat enam jenis ikan hasil tangkapan, yaitu Ikan
Nilem, Zebra, Nila, Udang, Mujair, dan Mas. Jumlah ikan hasil tangkapan yang
terbanyak yaitu pada jenis ikan zebra dan jenis ikan hasil tangkapan terendah yaitu
pada jenis ikan mas.
Gambar 1. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Di Danau Buyan
Ikan Zebra ditemukan paling banyak tertangkap karena selain ikan tersebut
merupakan ikan hasil tangkapan sampingan dari jaring yang digunakan oleh nelayan,
ikan tersebut juga ditangkap dengan alat tangkap pancing oleh pengunjung.
Pengunjung Danau Buyan banyak melakukan wisata berupa wisata memancing yang
sebagian besar hasil tangkapan merupakan Ikan Zebra.
2.1 Hubungan Panjang Bobot
Pertumbuhan merupakan perubahan baik panjang, berat, maupun volume yang
terjadi dalam waktu tertentu. Studi tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan
penentuan ukuran badan sebagai suatu fungsi umur (Sparre dan Venema 1999). Berat
dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang berat
digambarkan dengan W = aLb, dimana a dan b adalah konstanta yang didapatkan dari
perhitungan regresi, sedangkan W adalah berat dan L adalah panjang. Hubungan
0
50
100
150
200
250
Nilem Zebra Nila Udang Mujair Mas
48
218
742
171
Jum
lah
jen
is (
eko
r)
Jenis SD Ikan
30
panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat
tiga dari panjangnya (Effendie 1997). Hubungan antara dua variabel tersebut dapat
diketahui dengan menggunakan analisis regresi. Hubungan panjang bobot Ikan Nilem
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Panjang Bobot Ikan Nilem
Hasil Regresi didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot Ikan Nilem
yaitu W = 0.1006L2.3298. Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 934.68 dan nilai t tabel
sebesar 3.2028, sehingga thit>ttab, yang artinya adalah tolah H0. Nilai slope (b) yang
didapat sebesar 2.3298< 3, sehingga pola pertumbuhan Ikan Nilem adalah allometrik
negatif. Allometrik negative berarti bahwa pertambahan panjang lebih dominan dari
pada pertambahan bobot. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ikan Nilem memiliki
tubuh yang langsing. Effendie (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi
faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu
jumlah makanan yang tersedia dan kualitas air (Pratiwi, 2013). Model ini memiliki
nilai R2 sebesar 54.78%, sehingga model ini dapat dikatakan telah mewakili keadaan
sebenarnya di alam sebesar 54.78%.
W = 0.1006L2.3298
R² = 0.5478
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
31
Gambar 2. Hubungan Panjang Bobot Ikan Zebra
Hasil Regresi didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot Ikan Nilem
yaitu W = 0.0525L2.4442. Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 26.35 dan nilai t tabel
sebesar 3.0593, sehingga thit>ttab, yang artinya adalah tolah H0. Nilai slope (b) yang
didapat sebesar 2.442< 3, sehingga pola pertumbuhan Ikan Zebra adalah allometrik
negatif. Allometrik negative berarti bahwa pertambahan panjang lebih dominan dari
pada pertambahan bobot. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ikan Zebra memiliki
tubuh yang langsing. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 53.89%, sehingga model ini
dapat dikatakan telah mewakili keadaan sebenarnya di alam sebesar 53.89%.
Pada ikan Nilem dan Ikan Zebra sama-sama memiliki nilai b yang lebih kecil daripada
3 dan pertumbuhan bersifat allometrik negatif. Jika nilai b lebih kecil dari 3
menunjukkan pertambahan berat lebih lambat dari pertambahan panjangnya (Effendie
2005). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tersebut tergolong kurus yang mungkin
disebabkan oleh persaingan makanan dan ruang di habitat mereka. Bagenal dan Tesch
in Kunto (2005) menambahkan bahwa nilai konstanta b juga dipengaruhi oleh letak
geografis, kondisi lingkungan seperti musim, tingkat kepenuhan lambung, penyakit
dan parasit yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan
W = 0.0525L2.4442
R² = 0.5389
0
5
10
15
20
25
5 6 7 8 9 10 11
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesuburan perairan Danau Buyan dan Tamblingan berdasarkan kelimpahan
fitoplankton termasuk kedalam perairan oligotrofik
Berdasarkan indeks keragaman fitoplankton, ekosistem Danau Buyan dan
Tamblingan menunjukkan bahwa Keanekaragaman sedang, produktivitas
cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan di Danau Buyan bahwa terdapat enam jenis
ikan hasil tangkapan, yaitu Ikan Nilem, Zebra, Nila, Udang, Mujair, dan Mas.
Saran
Perlu dilakukan poenelitian serupa dengan jangka waktu yang lebih lama,
shingg dat yang didapatkan dapat menggambarkan keadaan Danau Buyan dan
Tamblingan setiap musim.
33
DAFTAR PUSTAKA
Barus. 2004. Pengantar Limnologi, Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan. Basmi, J. 1994. Planktonologi : Teknik Menghitung Plankton (Tidak Dipublikasikan). Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Boyd, C. E. 1968. Fresh water plants: a potential sources of protein. Econ. Bot., 22:359-368. Chambers, K. L. 1970. Biochemical coevolution. Twenty-ninth Biology Colloquium, Oregon state, University Press. Eugene Effendie, M.I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. 162 h. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Frits, T, O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal Budidaya Ikan Di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2 : 8-19 Indrawati dan Muhsin. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Air Pada Perairan Sungai Dan Rawa Di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. WARTA - WIPTEK, Volume 16 Nomor : 02 Kaswadji. 1993. Produktivitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitopalnkton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Kunto et al. 2005. Pertumbuhan, mortalitas, dan kebiasaan makan ikan tawes (Barbodes gonionotus) di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(2):1-7 Masson, J.F.1981.Biology of Freshwater Pollution.Inc, New York Michael, P. 1994. Metoda Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan danLaboratorium. UI Press. Jakarta.
34
Nikijuluw, V. P. H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo. 254 h. Nurdin, S. 2009. Bahan Ajar Kuliah Tumbuhan Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, Tidak diterbitkan Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 697 pp. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: W.B. Saunders Company Odum, E.P., G. W. Barrett., 2005. Fundamentals of ecology. 5th Edition. Thomson Learning, United State. 598 p. Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Reynolds, C. S., J. G. Tundisi, and K. Hino. 1984. Observation on a metalimnetic phytoplankton population in a stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. 97: 7-17. Southwood, T.R.E. and P.A. Anderson. 2000. Ecological Methods. London: Blackwell Science Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Cetakan kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta Soedarti. T., J. Aristiana & A Soegianto. 2006, Diversitas Fitoplankton pada Ekosistem Perairan Waduk Sutami. Malang, Berkas Penelitian Hayati 11 : 97 – 103 Von Geldren, C. E, Jr. 1966. Warm Water Lake Management in A. Calhoun (Ed),\ Inland Fisheries Management. State of California, The Resources Agency, Department of Fish and Fish Game. 546 h.
35
LAMPIRAN
Gambar 1. Persiapan Alat dan Bahan
Gambar 2. Persiapan Alat dan Bahan
36
Gambar 3. Perahu di Danau Buyan
Gambar 4. Pengambilan Sampel Plankton
37
Gambar 5. Pengambilan Sampel Plankton
Gambar 6. Pengambilan Sampel Air.
38
Gambar 7. Pengukuran Kualitas Air.
Gambar 8. Pengambilan Sampel Tumbuhan Air
39
40
41
2