RETORIKA DAKWAH
USTADZ ABDURRAHMAN DJAELANI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial
(S. Sos)
Oleh :
Muhammad Aidillah Putra
NIM : 1112051000137
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
RETORIKA DAKWAH
USTADZ ABDURRAHMAN DJAELANI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial ( S. Sos )
Oleh:
Muhammad Aidillah Putra
1112051000137
Pembimbing
Rubiyanah, MA
NIP 19730822 19988032 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan sebagai referensi
dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai
dengan prosedur yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan
hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juli 2019
M. Aidillah Putra
NIM. 1112051000137
i
ABSTRAK
Retorika Dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani
Muhammad Aidillah Putra
1112051000137
Ustadz Abdurrahman Djaelani adalah seorang mubaligh yang terbilang
sukses dan beliau pun seorang yang dapat dijadikan figure dengan uswatun
hasanah yang beliau miliki. Mulai dari kesederhanaan dan kelembutan tutur
katanya dalam berdakwah sampai dengan keteladanan beliau. Beliau
menyampaikan dakwahnya bukan hanya pada majlis taklim yang dia bimbing saja
akan tetapi banyak mengisi di berbagai daerah, termasuk juga di lingkup
pertelevisian.
Dari apa yang dijelaskan di atas, muncul beberapa pertanyaan yaitu
Bagaimana retorika dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani? Sifat apa saja yang
digunakan Ustadz Abdurrahman Djaelani dalam berdakwah?. Tujuannya adalah
untuk mengetahui bagaimana retorika dan sifat pidato yang digunakan dalam
dakwahnya. Manfaatnya adalah memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan penelitian melalui pendekatan ilmu komunikasi, menambah
pengetahuan bagi penulis, dan umumnya untuk yang lain, yang bertujuan pada
dunia dakwah, khususnya retorika dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani.
Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka penulis menggunakan
Teori Sifat-sifat pidato yang terdiri pidato informatif, pidato persuasif, pidato
rekreatif.
Untuk mendapatkan hal yang obyektif dan refresentatif dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis yaitu metode
yang mendeskripsikan gagasan primer yang didapatkan dari proses hasil
observasi. Dengan teknik observasi langsung dimana beliau menyampaikan pesan
dakwahnya, penulis mengikuti serta hadir pada beberapa agenda ceramah umum
beliau. Wawancara secara langsung dengan Ustadz Abdurrahman Djaelani dan
beberapa jama’ah, serta mengumpulkan dokumentasi tentang kegiatan beliau.
Dari beberapa pengamatan penulis pada retorika dakwah yang beliau
gunakan terbilang cukup bagus, dikemas secara menarik sehingga materi yang
disampaikan pun mudah dipahami dan diterima oleh jama’ah. Dakwah beliau
tanpa paksaan namun dengan kelembutan serta kesederhanaan menjadi daya tarik
tersendiri.
Kata Kunci: Retorika, Dakwah, Abdurrahman Djaelani, Da’i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah Ustadz
Abdurrahman Djaelani”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia
kepada jalan kebenaran.
Penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu terselesaikan
tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan, nasihat, serta
motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya, penulis hendak
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A. selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M. Ed. Ph, D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, MSW. Selaku wakil Dekan 1 Bidang
Akademik. Dr. Sihabuddin Noor, MA. Selaku wakil Dekan II
Administrasi umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA. Selaku wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Dr. H. Edy Amin, MA. Selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dr. Hj. Rubiyanah, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta
inspirasi yang amat berharga bagi penulis.
5. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI
E 2012.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan
kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.
iii
7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
melayani penulis dalam menggunakan buku-buku serta literatur yang
penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.
8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda M. Dahlan Abdullah dan ibunda
Munifah, yang selalu menjadi inspirasi serta memberikan dukungan
baik secara moral maupun material kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kakak saya Rizky Fadhilah yang selalu
memberikan nasihat serta motivasi kepada penulis
9. Ustadz Abdurrahman Djaelani, Saudara Maulana, abang muhammad
yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian.
10. Alhabib Ahmad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf yang selalu
menyadarkan kesadaran yang tidak/belum disadari. Serta keluarga
besar Majelis Ta’lim Annurul Kassyaaf Jakarta.
11. Sahabat-sahabatku Arif Syahrizal dan Achmad Faisal Riwanto, Taufik
Abdullah, Trisaka Oktarian, Arif Fathurrahman, Ahmad Hilman
Zulfahmi dan sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatunamun
percayalah ada segudang rasa cinta penulis untuk kalian, terima kasih,
terima kasih dan terima kasih.
Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.
Jakarta, 4 Juli 2019
M. Aidillah Putra
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................................... 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 9
E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 14
BAB II: LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Retorika ............................................................................... 16
1. Pengertian Retorika ................................................................................ 16
2. Tujuan Retorika ...................................................................................... 22
3. Fungsi Retorika ...................................................................................... 23
4. Lima Hukum Retorika ............................................................................ 25
5. Jenis-Jenis Pidato ................................................................................... 26
6. Sifat-Sifat Retorika ................................................................................. 27
B. Ruang Lingkup Dakwah ............................................................................... 29
1. Pengertian Dakwah ................................................................................. 29
2. Bentuk-Bentuk Dakwah ......................................................................... 31
3. Tujuan Dakwah ...................................................................................... 32
4. Unsur-Unsur Dakwah ............................................................................. 33
5. Hubungan Retorika dengan Dakwah ...................................................... 44
BAB III: PROFIL USTADZ ABDURRAHMAN DJAELANI
A. Riwayat Hidup Ustadz Abdurrahman Djaelani ............................................ 46
1. Riwayat Hidup Ustadz Abdurrahman Djaelani ...................................... 46
2. Riwayat Pendidikan Ustadz Abdurrahman Djaelani .............................. 47
B. Aktivitas Dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani ........................................ 49
1. Pertelevisian .......................................................................................... 49
2. Majelis Taklim ...................................................................................... 51
v
3. Karya Tulis dan Kegiatan Dakwah ......................................................... 51
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Retorika Dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani ................................ 53
B. Analisis Penerapan Sifat Pidato Ustadz Abdurrahman Djaelani ........................ 56
1. Sifat Informatif ............................................................................................ 56
2. Sifat Persuasif .............................................................................................. 60
3. Sifat Rekreatif .............................................................................................. 63
BAB V: KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 66
B. Saran ................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang terletak di Asia
Tenggara dan termasuk kedalam negara kepulauan
terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negara
terpadat di dunia yang sebagian besar penduduknya
beragam islam. Indonesia adalah termasuk negara yang
terkenal dengan keanekaragaman penduduknya serta seni
budayanya. Tidak serta mertas Indonesia menjadi Negara
yang penduduk mayoritasnya muslim, semua karena
berkat perjuangan para ulama kita yang tidak henti serta
tidak mengenal lelah dalam menyebarkan islam sehingga
menjadikan Indonesia sebagai Negara yang penduduknya
mayoritas muslim.
Banyak ragam dan seni yang dilakukan para ulama
di dalam menyebarkan ajaran agama islam seperti para
wali songo mereka menyebarkan islam tidak hanya
dengan mendirikan padepokan (pesantren) saja melainkan
juga ada yang berbaur mengikuti seni corak budaya
masyakat sekitar, berdagang dan lain sebagainya. Seiring
berjalnnya waktu dakwah mulai berkembang pesat
melalui berbagai macam cara, tidak terkecuali Jakarta
banyak da’i yang ketika menyampaikan dakwahnya tidak
2
hanya melalui lisan tetapi tulisan juga dijadikan sebagai
media untuk menyebarkan kebaikan. Sejak dahulu seiring
berjalannya waktu kegiatan yang sering dilakukan oleh
manusia dalam kehidupan sehari hari di masyakarat
adalah bertutur kata, berbicara atau berkomunikasi.
Kegiatan berbicara atau berkomunikasi memiliki fungsi
dan kedudukan di dalam aktivitas bermasyarakat,
berbangsa dan berperadaban,1 serta menyebarluaskan
ajaran Islam.
Islam menyeru pengikutnya untuk berdakwah,
yaitu dalam artian mengajak, menyebarkan dan
mensyiarkan Islam kepada seluruh manusia. Islam sebagai
rahmat bagi seluruh alam dapat menjamin kebahagian
serta kesejahteraan umat manusia, karena islam
mengajarkan semua aspek tentang kehidupan dan apabila
ajaran tersebut dijadikan sebagai pedoman serta
dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh umat manusia.
Menyebarluaskan islam serta merealisasikan ajarannya
adalah dakwah. Firman Allah swt dalam Q.S Nahl (16)
ayat 125:
بدع ٱ ربك سبيل بلحسنة ٱلمىعظةٱولحكمةٲإلى دله م لتيٲوج
سبيله عه ضل بمه أعلم ه ى ربك إنأحسه ۦهي أعلم وه ى
هتديهٲب ٥٢١لم
1 Wahidin Saputra, Buku ajar Retorika Dakwah Lisan [teknik
khithabah], ( Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :2006),h.1
3
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang
yang mendapat petunjuk”.
Jika dilihat dari aspek kehidupan psikologi
masing-masing golongan masyarakat itu berbeda-beda,
maka cara yang digunakan atau sistem pendekatan dalam
penyampaian dakwah berbeda pula antara satu dengan
yang lainnya. Sistem dan pendekatan yang didasari oleh
prinsip-prinsip psikologi yang berbeda, merupakan suatu
hal keharusan dan jika memang kita menghendaki
efektifitas serta efesiensi, dalam program kegiatan
dakwah dikalangan masyarakat.
Banyak cara dalam penyampaian pesan dakwah
yang digunakan oleh da’i atau muballigh untuk mengajak
umat manusia, terlebih penyampaian tersebut kepada
muslimin dan muslimat untuk meraih ridho Allah swt.
Salah satu yang menjadi ciri khas serta mendominan
adalah berceramah di atas mimbar serta panggung-
panggung dan dakwah dengan cara tersebut biasanya di
pahami oleh orang yang awam saja. Padahal jika di
4
pelajari secara mendalam banyak cara lain yang dapat
dilakukan dalam dakwah, di antaranya melalui perbuatan,
tingkah laku akhlak yang baik dengan pendekatan
psikologis serta masih banyak cara yang lainnya. Itulah
sebuah kewajiban bagi umat Islam dalam berdakwah.
Peran da’i atau muballigh sangat menentukan hasil
dalam pelaksanaan dakwahnya, maka dari itu diperlukan
teknik yang baik secara berkelanjutan agar dapat diterima
oleh masyarakat sebagai penerima pesan dakwah tersebut.
Kegagalan pesan dakwah sering terjadi karena ketidak
mengertian serta kurangnya ketelitian da’i di dalam
memilih strategi untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwahnya.
Banyak dari kita yang pandai berbicara sehingga
pembicaraan tersebut menjadi panjang lebar, akan tetapi
dari pembicaraan tersebut tidak memperoleh apa-apa
selain kejenuhan dan kelelahan, hal ini disebabkan
pembicara banyak menguasai bahan materi yang ingin
disampaikan tetapi tidak mampu mengorganisasikannya.
Oleh sebab itu bila seseorang ingin menjadi ahli pidato
atau muballigh harus memperhatikan serta memahami
tahap penyusunan pidato.2
2 Wahidin Saputra, Buku ajar Retorika Dakwah Lisan [teknik
khithabah], h.1
5
Dakwah dapat diterima dengan baik apabila
seorang muballigh atau da’i mengetahui secara tepat
arahnya kepada siapa penyampaian pesan tersebut di
tujukan, karena setiap manusia itu tidak sama, baik dari
segi pendidikan, segi usia, segi status sosial dalam
masyarakat dan lain sebagainya. Semua itu menuntut pada
penyeru dakwah agar dapat menyesesuaikan dengan arif
dan bijaksana kepada siapa dan bagaimana ia harus
menghadapainya.3
Retorika di dalam ilmu komunikasi juga sering
disebut dengan ilmu seni berbicara yaitu ilmu yang
mengajarkan tentang tata cara berbicara yang baik,
dengan menggunakan disiplin ilmu yang mendukung.
Bahkan tidak jarang retorika disamakan dengan public
speaking,yaitu suatu komunikasi lisan yang disampaiakan
kepada banyak orang, akan tetapi retorika tidak hanya
sekedar berbicara dihadapan orang melainkan ia
merupakan gabungan antara seni bicaradan pengetahuan
dan atau suatu masalah tertentu untuk meyakinkan orang
banyak melalui pendekatan persuasif. Retorika dikatakan
sebagai seni karena menuntut keterampilan dalam
penguasaan atas bahasa yang digunakan dan dikatakan
sebagai pengetahuan disebabkan adanya materi atau
3 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu
jaya, 1997), cet ke-1 hal.2
6
masalah tertentu yang harus disampaikan kepada pihak
lain.4
Ustadz Abdurrahman Djaelani adalah seorang da’i
yang semangat didalam menyampaikan ajaran agama
islam, cukup dikenal dan bahkan terbilang sukses dalam
menyampaikan dakwahnya di dalam mempengaruhi
pendengarnya. Dalam setiap dakwahnya beliau selalu
berusaha agar jamaah atau pendengarnya mudah
menangkap apa yang beliau sampaikan agar tujuan dan
maksudnya dapat dipahami. Beliau memulai karir sejak
lulus dari pondok pesantrennya kemudian meneruskan
pendidikannya dibangku kuliah sambil dia mulai
mengajar dan diberi kepercayaan oleh masyarakat sekitar
dimana tempat beliau tinggal untuk mengajar di majelis
taklim. Lambat laun berkat silaturrahminya ke berbagai
ulama dan para da’i lainnya maka beliau mulai di ajak
oleh teman-teman sesama da’i untuk terjun berdakwah ke
cangkupan yang lebih luas.
Dalam penyampaian dakwahnya, beliau selalu
menyelingi dengan sisi humoris dari setiap materi
dakwah. Dan beliau juga menjadi figur contoh bagi para
jamaah serta sesama da’i muda dalam segi gaya
4 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997), cet ke-2 hal.136
7
bicaranya, beliau berbicara dengan nada yang tegas dan
lantang, humoris namun mudah dipahami.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, penulis
tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang cara
retorika yang dilakukan oleh Ustadz Abdurrahman
Djaelani didalam menyampaikan dakwah islam, di
sebuah skripsi yang penulis beri judul Retorika Dakwah
Ustadz Abdurrahman Djaelani.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan penuh kesadaran penulis bahwa begitu
banyak aktifitas kegiatan dakwah yang beliau lakukan,
oleh karena itu tidak mungkin semua hal mengenai
retorika dakwah yang disampaikan penulis cantumkan
dalam skripsi ini. Maka dari itu Untuk memfokuskan
penulisan skripsi ini, maka masalah yang akan dibahas
dalam penulisan skripsi ini difokuskan pada sifat-sifat
pidato yang diterapkan oleh Ustadz Abdurrahman
Djaelani.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
8
a. Bagaimana retorika dakwah Ustadz Abdurrahman
Djaelani?
b. Apa saja sifat-sifat pidato yang digunakan Ustadz
Abdurrahman Djaelani dalam berdakwah ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menggambarkan retorika dakwah Ustadz
Abdurrahman Djaelani S.Sos.I
b. Untuk mengetahui sifat-sifat pidato yang digunakan
Ustadz Abdurrahman Djaelani, S.Sos.I dalam
berdakwah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1). Untuk pengembangan ilmu dakwah di dalam
masyarakat.
2). Untuk pengembangan dakwah melalui ilmu
retorika.
b. Manfaat Praktis
1). Sebagai tambahan wawasan dan informasi peneliti
tentang retorika metode dalam berdakwah.
9
2). Meningkatkan ke islaman penulis untuk terus
mengembangkan retorika dakwah.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis tentu
melakukan sebuah tinjauan pustaka (Library research) yaitu
di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan
Perpustakaan Umum
Sebelum penulis melakukan penelitian lebih lanjut
terkait ini, maka langkah pertama adalah meninjau pustakaan
serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai
subyek dan objek yang hampir sama, antara lain:
1. Retorika dakwah KH. Syafi’I Mustawa, oleh abdul fatah
fakultas Ilmu dakwah dan komunikasi, jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, tahun 2012. Pada skripsi
ini penulis membahas retorika sang kyai di majelis
taklim Daarul Hikmah asuhannya.5
2. Retorika dakwah Ustadz Achmad Zacky S.Th.I, oleh
Hairunisa fakultas ilmu dakwah dan komunikasi,
jurusan komunikasi penyiaran islam tahun 2015. Pada
5 Abdul Fatah, Retorika Dakwah KH. Syafe’I Mustawa, (skripsi s1
fakultas dakwah dan komunikasi, universitas islam negeri jakarta,2013)
10
skripsi ini penulis membahas penerapan retorika Ustadz
Zaky Mirza di media televisi.6
3. Retorika Dakwah Pipik Dian Irawati Oleh Eva
Damayanti fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Tahun 2014.7 Pada skripsi ini membahas retorika
dibeberapa tempat dakwah.
Dari ketiga karya di atas, sama-sama membahas
tentang retorika dakwah. Namun penulis telah mengamati
baik perpustakan fakultas maupun perpustakaan utama, tidak
ditemukan skripsi retorika dakwah yang mengambil tokoh
Ustadz Abdurrahman Djaelani.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan riset
lapangan (fleld reseach) yaitu dengan mencari serta
mengumpulkan informasi tentang masalah-masalah yang
dibahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian tersebut).
1.Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dalam
penelitian ini maka, penulisan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yaitu metode
6 Hairunisa retorika dakwah Ustadz Achmad Zacky S.Th.I Di televisi
(skripsi s1 fakultas ilmu dakwah dan komunikasi, universitas islam negeri
Jakarta,2013) 7 Eva Damayanti, Retorika Dakwah Pipik Dian Irawati (skripsi s1
fakultas ilmu dakwah dan komunikasi, universitas islam negeri, jakarta 2014)
11
yang memiliki beberapa langkah penerapan.8 Langkah
pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang
pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis
terhadap gagasan yang dideskripsikan.
Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian
kualitatif ini mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data perilaku yang
diamati.9 Adapaun secara deskriptif adalah bahwa data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode
kualitatif.
1. Subyek dan Obyek penelitian
Subyek penelitian di dalam penulisan ini adalah
Ustadz Abdurrahman Djaelani S. Sos I sedangkan yang
menjadi obyeknya penelitiannya adalah retorika Ustadz
Abdurrahman Djaelani S. Sos I.
8 Mastuhu, Tradisi baru penelitian Agama Islam, Tujuan Antar
Disiplin Ilmu, (Bandung: Pusjarlit Dan Nuansa,1998) hal 45 9 Lexy J.Meoloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT
Remaja Rosyda Karya, 1993)
12
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi pengambilan data yang yang didapatkan
melalui pengamatan, pencatatan sitematik dan
fenomena-fenomena yang diselidiki langsung kepada
objeknya dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.10
Dalam penelitian ini peneliti mengamati
dan mencatat fenomena-fenomena secara langsung
pada saat Ustadz Abdurrahman Djaelani melakukan
dakwah. Peneliti menghadiri tiga acara yang dihadiri
oleh Ustadz Abdurrahman Djaelani.11
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang di
lakukan untuk mendapatkan sumber data informasi
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan kepada narasumber.12
Penulis melakukan
wawancara langsung kepada Ustadz Abdurrahman
Djaelani pada tanggal (Disesuaikan dengan surat
telah melakukan wawancara) di Jalan Tumpi no 1
Pondok Kelapa Jakarta Timur (Majelis Taklim
10
Lexy J, Moeloeng, Metode Penelitian kualitatif. 11
Hasil observasi dapat dilihat di bagian lampiran. 12
Joko subagyo, metode dalam teori dan praktek, (Jakarta, rhineka
cipta, 1991)
13
alkhairiyyah) yang dipimpin langsung oleh ustadz
Abdurrahman djaelani untuk mendapatkan jawaban
langsung tentang konsep retorika dan dakwah yang
beliau lakukan, para pengikut atau jama’ah guna
untuk memudahkan mendapatkan informasi tentang
konsep retorika dan dakwah keseharian beliau, dan
bertujuan melengkapi data untuk menjawab
perumusan masalah peneliti ajukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik yang
dilakukan dalam pengumpulan data berupa buku,
majalah, makalah maupun literature lainnya. Dan
penulis mengumpulkan data seperti foto, vedio,
ataupun rekaman ceramah ustadz Abdurrahman
Djaelani.
4. Teknik Analisis Data
Dari data yang telah diperoleh kemudian
dikumpulkan melalui pengumpulan data, kemudian
penulis analasis, menerangkan, dan selanjutnya
menginterpretasikan data yang telah terkumpul secara apa
adanya kemudian disajikan dalam skripsi ini.
14
5. Pedoman Penulisan
Penulisan di dalam skripsi ini merupakan karya
ilmiah yang pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan
secara ilmiah. Oleh karena itu penulis menggunakan
‘’Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)’’ yang diterbitka oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah, 2017.13
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan skripsi penulis dapat dirinci sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, pada bab pertama ini penulis
menyampaikan latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka konsep, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritik, mengulas secara garis
besar pengertian dan segala macam hal
mengenai retorika dan dakwah. Meliputi
retorika dan ruang lingkupnya, pengertian
13
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CeQDA
(Center for QualityDevelopment and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah,
2017)
15
retorika,bagian retorika, tujuan retorika,
fungsi retorika, psikologi pesan,
karakteristik komunikator, ruang lingkup
dakwah pengertian dakwah, subjek
dakwah, objek dakwah metode dakwah,
tujuan dakwah, materi dakwah dan bentuk
bentuk dakwah.
BAB III : Profil Ustadz Abdurrahman Djaelani,
riwayat hidup, riwayat pendidikan dan
aktifitas dakwah Ustadz Abdurrahman
Djaelani
BAB IV : Analisis retorika Ustadz Abdurrahman
Djaelani dan penerapan sifat-sifat retorika
Ustadz Abdurrahman Djaelani dalam
berdakwah.
BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Retorika adalah seni dan kepandaian dalam berbicara
dan mampu dihubungkan dan dibutuhkan dalam berbagai
medan kehidupan manusia,mulai dari seorang pengacara,
reporter, jaksa, hakim, sampai pedagang semua membuthkan
retorika.1
Sedangkan bila ditinjau dari segi bahasa, Retorika berasal
dari bahasa yunani “rhetor” yang berarti seorang juru pidato
yang mempunyai sinonim “orator”,2 dalam bahasa inggris
“rhetoric” bersumber dari perkataan “rhetorica” yang berarti
ilmu bicara”.3
Retorika sejak zaman dahulu sudah dikenal, disini sedikit
penulis akan mengungkap sejarah dan atau latar belakang
retorika.
Berbicara retorika tidak terlepas dari para tokoh filsuf dari
kerajaan Yunani Kuno yang bernama Aristoteles, beliau
memprakarsai pengertian retorika dalam istilah lain yaitu the
1 Dr H. Hamzah Ya‟qub, publisistik islam Teknik Dakwa
&leadership. Bandung:Diponegoro,1992. Hal.99 2 MH Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern
(Jakarta:CV.firdaus,1993)cet.ke 1,h.10) 3 Onong Uhcjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1997) cet ke-10, h.53
17
art of persuasion (seni untuk mempengaruhi). Dalam
penjelasan lain, retorika merupakan suatu ilmu kepandaian
dalam berpidato atau teknik dan seni berbicara yang jelas dan
pasti di depan umum. Sedangkan menurut Cleanth Brooks dan
Robert Penn Waren dalam bukunya, Modern Rethoric, beliau
mendefinisikan retorika sebagai the art of using language
(seni penggunaan bahasa secara efektif ).4
Aristoteles membagi struktur pidato menjadi 3 bagian :
a. Pendahuluan
b. Badan
c. Kesimpulan
Dan uraian tersebut : singkat, jelas, meyakinkan.5
Lalu aristoteles mengatakan bahwa ada tiga cara di dalam
mempengaruhi manusia :
Pertama (ethos), seorang pembicara harus sanggup
menunjukan kepada khalayak bahwa anda mempunyai
pengetahuan yang luas. Kepribadian yang terpercaya dan
status yang terhormat. Kedua (pathos), yakni harus menyentuh
hati khalayak : perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih
saying mereka. Ketiga (logos), meyakinkan khalayak dengan
4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Amzah, 2009 ), h. 171
5 A.H. Hasanuddin h. 19
19
kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan fikiran.7
Pidato adalah merupakan suatu peristiwa yang khas,.
Semua orang bisa menyampaikan pidato dengan baik jika
mereka mengetahui cara yang tepat untuk berkomunikasi
serta dapat mempraktikkan tiga prinsip pidato atau lebih
sering disebut dengan trisila pidato, antara lain :
a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan
khalayak
b. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda seperti
wajah, tangan dan tubuh anda (olah visual)
c. Gunakan lambing-lambang audiktif atau usahakan agar
suara yang anda keluarkan dapat memberikan makna
yang lebih baik pada bahasa anda (olah visual)8
2. Wahidin Saputra berpendapat bahwa retorika adalah ilmu
yang mempelajari tentang bagaimana bertutur kata
dihadapan orang lain dengan sistematis dan logis untuk
memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.9
3. Nurgiyantoro berpendapat bahwa retorika adalah cara
penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetik. Hal itu
diperoleh dengan kreativitas pengugkapan bahasa, yaitu
cara pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk
mengungkapkan gagasannya.10
7 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal.5
8 Jalaluddin Rakhmat, Rhetorika Modern Pendekatan Prakti. hal 15
9 Wahidin Saputra, Retorika Dakwah lisan, (Buku Ajar Fakultas Ilmu
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press,2006), hal. 2 10
Nurgiyantoro, teori pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press, 2007) hal.225
20
4. Sekh Datuk Tombok Alam, mengatakan retorika adalah
seni menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang
diinginkan terhadap pendengar dan pembaca.11
Banyak lagi pakar yang menjelaskan tentang retorika,
jika ditarik garis besarnya semua mengacu pada kesimpulan
umum yaitu retorika merupakan seni kepandaian berbicara
atau berpidto dengan menggunakan teknik dan taktik
berkomunikasi.12
Dalam retorika dibutuhkan kepandaian berbicara,
kepandaian, berbicara tersebut menjelaskan, mengungkapkan,
dan mengutarakan apa yang terdapat di dalam fikiran. Manusia
diberikan oleh sang pencipta sebuah anugerah untuk pandai
berbicara, seperti yanag tertera dalam Al qur‟an surah Ar
Rahman 1-4.
حمه علم القران وسان علمه البيان الر خلق ال Artinya: “(Tuhan) yang Maha Pemurah yang telah
mengajarkan Al Qur’an, Dia menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara,”
Kepandaian berbicara adalah merupakan warisan
biologis dari kedua orang tua yang sifatnya genetis dan
otomatis. Dan kepandaian berbicara juga adalah hasil dari
11
P.Dori Wuwur Hendrikus, Retorika; Terampil berpidato, berdiskusi,
Berargumentasi, dan Bernegosiasi (Yogyakarta:Kanisius,1991),h.14 12
Kusnadi Suhandang, retorika strategi teknik dan
pidato,(Bandung:Nuansa, 2009) cet ke 1, hal.29
21
pembelajaran seseorang dari lingkungan keluarga, masyarakat
disekitarnya Allah swt memudahkan itu semua atas karunia-
Nya berupa perangkat lunak, yaitu potensi kemampuan
berbicara dan perangkat keras, lidah dan bibir, termasuk kedua
telinga. Dengan begitu manuasia biasa memproduksi kata
demi kata dan juga kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
Berbicara yang dapat meningkatkan kualitas eksistensi
(keberdaan) ditengah-tengah orang lain, bukan hanya sekedar
berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai
informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh
(persuasif). Dengan kata lain, manusia harus berbicara dengan
seni bicara yang dikenal istilah retorika.13
Pembagian Retorika
a. Monologika
Monologi adalah ilmu tentang seni berbicara
secara monolog, dimana hanya ada satu orang saja yang
berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam
monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah,
ceramah dan deklamasi.
b. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara
secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara
13
Dean J Champion, metode dan masalah penelitian,
(Bandung:Refika Aditama, 1998)
22
atau mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan.
Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya
jawab, perundingan, percakapan dan debat.
c. Pembicaraan teknik bicara
Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika.
Oleh karena itu pembinaan teknik berbicara merupakan
bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini,
perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknis
bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara
dan bercerita.14
2. Tujuan Retorika
Retorika tujuannya adalah persuasi, yaitu meyakinkan
pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicaran. Artinya,
tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang
mengembangkan kerja sama dalam menumbuhkan kedamaian
dalam kehidupan bermasyarakat melalui kegiatan bertutur.15
Menurut Erwin P. Bettinghous (1973), persuasi
merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap
kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan.16
Meski demikian persuasi dapat dipahami bahwa selain mengajak
atau membujuk khalayak dengan menggugah emosi, tetapi juga
14
P. Rudi Wuwur Hedrikus, Retorika, (Jakarta:CV Firdaus,1993),
hal. 16-17 15
Yusuf Zainal Abiding, pengantar retorika, (Bandung:pustaka
setia,2013) hal.58 16
I Gusti Ngurah Oka, hal.63
23
dapat dilakukan dengan cara logis yang menyentuh aspek
kognitif individu, yaitu menggugah khalayak berdasarkan kondisi
dan situasi kepribadian khalayak.17
Dapat dijelaskan tujuan retorika secara massa antara lain :
1. To inform, yaitu memberikan penerangan dan
pengertian kepada massa, guna memberikan
penerangan yang mampu menanamkan pengertian
dengan sebaik-baiknya.
2. To convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.
3. To inspire, yaitu untuk menimbulkan inspirasi.
Dengan teknik dan system penyampaian yang baik
dan bijaksana.
4. To entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau
menyenangkan dan memuaskan.
5. To actuate (to put into action), yaitu menggerakana
dan mengarahkan mereka untuk bertindak merealisir
dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan
oleh operator dihadapan massa.
3. Fungsi Retorika
Ada beberapa pakar yang menjelaskan tentang fungsi retorika
itu sendiri, seperti I Gusti Ngurak Oka berpendapat bahwa :
a. Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang
manusia dalam hubungan kegiatan bertutur kata,
termasuk ke dalam gambaran proses kejiwaan ketika
17
Anwar Arifin, dakwah kontoporer, sebuah studi komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet-1, hal.263
24
ia terdorong untuk bertutur dan ketika ia
mengidentifikasi pokok sampai retorika bertutur
ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa
atau benda yang biasa diangkat menjadi topik tutur,
misalnya gambaran tentang hakikat, struktur dan
fungsi topik tutur.
c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang
masalah tutur misalnya dikemukakan tentang hakikat,
struktur, dan bagian-baian topik tutur.
Berdasarkan penampilan gambar ketiga tersebut
diatas, disiapkan pola bimbingan tentang :
a. Cara memilih topik.
b. Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur
untuk menentukan sasaran ulasan yang persuasive
dan edukatif.
c. Penulisan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan
yang hendak dicapai.
d. Pemilihan materi bahasa serta penyusunan
menjadi kalimat-kalimat yang padat, utuh, dan
bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur
dalam penampilan tutur kata.18
18
I Gusti Oka, Retorika sebuah Tinjauan pengantar, hal.65
25
4. Lima Hukum Retorika
Menurut Aristoteles dan ahli retorika klasik, terdapat lima
tahap dalam penyusunan pidato, atau terkenal dengan Lima
Hukum Retorika (The five Canons of Rhetiric) Lima Hukum
tersebut adalah :
a. Inventio (penemuan): Dalam tahap ini, pembicara
menggali topic yang akan disampaikan kepada
khalayak dan meneliti khalayak untuk mengetahui
metode persuasi yang paling tepat.
b. Disposition (penyusunan): Pada tahap ini, pembicara
mengorganisasikan pesan. Aristoteles menyebutnya
taxis yakni pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam
beberapa bagian yang berkaitan secara logis.
c. Elucatio (gaya): Pada tahap ini, pembicara memilih
kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk
„mengemas‟ pesannya.
d. Memoria (memori): Pada tahap ini, pembicara harus
mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan
mengatur bahan-bahan pembicaranya.
e. Pronuntiatio (penyampaian): Pada tahap ini,
pembicara menyampaikan pesan secara lisan.
Demostenes menyebutnya hypcrisis yakni pembicara
harus memperhatikan sura (vocis) dan gerakan-
gerakan anggota badan (gestus moderatio cum
venustate).
26
5. Jenis – jenis pidato
Menurut ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang
dilakukan waktu persiapan dapat dikemukakan 4 macam pidato,
diantaranya adalah :
a. Impromptu ( Mendadak )
Impromptu adalah salah satu jenis pidato yang sifatnya
mendadak tanpa adanya persiapan pidato, baik itu naskah ataupun
ayat-ayat yang akan disampaikan dalam pidato tersebut. Dalam
hal ini, pidato jenis impromptu dapat menguntungkan seorang
da‟I karena dapat mencurahkan perasaan yang sebenarnya tanpa
memikirkan pendapat terlebih dahulu, dan pembawaannya
tampak segar dan hidup.
b. Manuskrip ( Naskah )
Jenis pidato ini sangat merujuk kepada teks pidato yang
sudah dibuat, dan efeknya sangat tidak menguntungkan bagi
seorang da‟I karena suasana pidato sangatlah redup dan tidak
tampak segar. Kelebihannya, bahasa yang dibawakan oleh da‟I
yaitu kefasihan dalam berbicara, dan pemilihan kata yang tepat,
kemudian pernyataan dapat di hemat.
c. Memoriter ( Menghafal )
Jenis pidato ini menggunakan penghafalan naskah pidato
yang sudah dibuat oleh da‟i tersebut, kurang sepontan dalam
pembawaan pidato karena da‟i lebih memperhatikan dalam
27
penghafalan naskah pidato dibandingkan dengan respond an
perhatian mad‟u.
d. Ekstemporer ( Tanpa Persiapan )
Jenis pidato ini sudah dilakukan oleh da‟i – da‟I
professional yang sudah mahir dalam berpidato, dan bahan-bahan
yang digunakan sudah terhafal di luar kepala seorang da‟i
tersebut. Karena pidato yang akan disampaikan sudah terlampir
dan tersusun rapi yang sudah dipersiapkannya terlebih dahulu.19
6. Sifat-sifat Retorika
a. Pidato Informatif
Pidato informatif adalah pidato yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi kepada public agar menjadi tahu akan
sesuatu. Suatu informasi dapat diyakini dengan fakta sebagai alat
konkritisasi dalam penyajiannya.Pidato informatif pidato yang
bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada public agar
menjadi tahu akan sesuatu. Suatu informasi dapat diyakini
dengan fakta sebagai alat konkritisasi dalam penyajiannya.20
Tujuan pidato informatif adalah memberikan atau menyampaikan
informasi kepada pendengar akan sesuatu.
b. Pidato Persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang menghendaki reaksi
penyimak untuk melakukan atau meninggalkan tindakan, aksi,
19
Jalaluddin Rakhmat, Retorika modern, hal.17-19 20
Annisah Bilqis, Kumpulan makalah retorika.
28
tingkah laku atau sikap tertentu sesuai harapan pembicara. Ada
pun tujuan pidato persuasif ini adalah membentuk tanggapan,
memperkuat tanggapan, dan menggunggah tanggapan.21
c. Pidato Rekreatif
Pidato rekreatif pada umumnya menyuguhkan suatu
kegembiraan yang dapat dinikmati dengan rasa kekeluargaan dan
persaudaraan. Pidato ini dapat disebut juga dengan pidato
kekeluargaan. Guyonan dan lulucon dapat digunakan untuk
menghangatkan suasana. Para filsuf membagi tiga teori humor
yaitu Teori Superioritas, Teori Bisosiasi, Teori Inhibisi.22
Seseorang yang belajar tentang retorika maka dia akan
meraih keuntungan yang berarti, diantaranya :
Meningkatkan kecakapan berbicara yang baik
sebagai pembicara, pendengar, dan pengetik.
Mengembangkan kecakapan menyesuaikan diri
dengan lingkungan social dan kecakapan
berinteraksi.
Mengembangkan masyarakat pada umumnya
dengan memelihara komunikasi yang bebas dan
terbuka.
21
Amiruddin Rahim, hal. 117 22
Jalaluddin Rahmat, Retorika modern pendekatan praktis, hal. 5
29
Meningkatkan kecakapan akademik maupun
profesionalisme dalam berorganisasi, penelitian,
gaya bahasa, dan lain sebagainya.23
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa
arab, yaitu bentuk isim masdar dari kata da‟a-yud‟u-da‟watun
yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.24
Di dalam Alqr‟an ada beberapa ayat yang menunjukan kata
tersebut, antara lain dalam surat Yunus ayat 25 :
ٱو م ٱيدعىا إلى دار لل ل ستقيم لس ط م ٥٢ويهدي مه يشاء إلى صر
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang luru
(islam).”
Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara
otomatis sebagai
juru dakwah.
Secara umum, adalah setiap muslim dan muslimah yang
mukallaf (dewasa), dimana kewajiban dakwah merupakan suatu
23
Kustadi Suhandang, Retorika strategi, Teknik dan Berpidato,
(Bandung: Nuansa 2009), cet-1, hal.1 24
Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia.
(Jakarta:yayasan penyelenggara, penerjemah, 1973), hal. 127
30
yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut
Islam sesuai dengan perintah: “Sampaikan walau satu ayat”.
Secara khusus, adalah mereka yang mengambil keahlian
khusus (mutakhasis) dalam bidang agama islam, yang dikenal
dengan panggilan ulama.
Sedangkan dakwah secara Etimology dapat kita lihat
berbagai pendapat ulama tentang pengertian dakwah :
a. Syekh Ali Makhfuz, memahami dakwah dalam
kitabnya yaitu mendorong atau mengajak manusia
kepada kebaikan dan menurut petunjuk Tuhan serta
melakukan Amar ma‟ruf Nahi Mungkar agar manusia
mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
b. M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu
kajian dalam seruan baik lisan, tulisan maupun
tingkah laku yang dilakukukan secara sadar dan
berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul
suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta
pengamalan. Ajaran agama tanpa adanya unsur
paksaan.
c. Quraish Shihab berpendapat bahwa dakwah adalah
seruan atau ajakan kepada jalan keinsyafan atau
mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih baik
dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.
31
d. H.N.S Nasrudin Latif, berpendapat Dakwah adalah
setiap usaha aau aktifitas dengan lisan atau tulisan
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia
lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt, sesuai
dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak
Islamiyah.
2. Bentuk – bentuk Dakwah
a. Dakwah bi al – Lisan
Dakwah ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan lisan, antara lain: Pertama qaulun
ma‟rufin, dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari
yang disertai dengan misi agama yaitu agama Islam.
Kedua Nasihatuddin, yakni memberikan suatu nasihat
kepada orang lain yang sedang dilanda problematika
kehidupan agar seseorang itu mampu melaksanakan
kehidupan dengan tatanan agama. Ketiga Majelis
Ta‟lim, seperti pada umumnya dakwah semacam ini
biasa menggunakan sumber-sumber buku atau kitab
dari ulama dan di akhiri dengan dialog.
b. Dakwah bi al – Hal
Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai
obyek dakwah atau berdakwah melalui perbuatan,
mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja
32
bentuk nyata, seperti mendirikan rumah ibadah,
seolah-sekolah, panti asuhan dan lain-lain.
c. Dakwah bi al – qalam
Berbicara dakwah bi al-qalam tidak terlepas
dengan memahami makna tulisan. Dalam konteks ini,
tulisan memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai alat
komunikasi atau komunikasi ide yang produknya
berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat
komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya
seni (jurnalistik). Dakwah semacam ini juga perlu
untuk mereka yang hobi membaca, karena bisa
melalui penerbitan buku-buku islami, blog dalam
internet yang mengandung dakwah dan efektif, serta
tidak membutuhkan waktu khusus.25
3. Tujuan Dakwah
Setiap perbuatan yang dilakukan pasti mempunyai
maksud dan tujuan ini disebabkan karena tujuan adalah
merupakan arah gerak yang hendak dituju oleh aktifitas dakwah.
Secara umum tuhuan dakwah tersebut terbagi menjadi dua
bagian.
a. Tujuan Umum Dakwah
Tujuan umum dakwah adalah merupakan sesuatu ang
hendak dicapai dalam seluruh aktifitas dakwah. Ini berarti
25
Syamsul Munir Amin, Ilmu dakwah, (Jakarta; Sinar Grafika
Mediacita, 2009), h. 11
33
dakwah yang masih bersufat umum dan utama, dimana seluruh
langkah proses dakwah harus diarahkan kepada manusia.
b. Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah secara operasional terbagi ke
beberapa tujuan :
Menganjurkan dan menunjukan kepada
perintah-perintah Allah swt.
Menunjukan larangan – larangan yang bersifat
perbuatan dan perkataan.
Menunjukan keuntungan bagi kaum yang
bertaqwa kepada Allah swt.
Menunjukan suatu ancaman Allah swt bagi
kaum yang ingkar kepada Allah swt.26
4. Unsur – unsur Dakwah
Unsur – unsur dakwah terbagi ke dalam beberapa bagian
dan harus selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Satu bagian
dengan bagian lainnya mempunyai korelasi dalam suksesnya
dakwah. Bagian tersebut antara lain :
a. Da’i ( Subjek Dakwah )
Da‟i jika dilihat secara epistimologis adalah merupakan
isim fa‟il (menunjukan kata pelaku) dari kata da‟a yang
mempunyai arti seseorang yang mengajak manusia kepada suatu
ajaran agama atau madzhabnya.27
26
Asmuni Syukir, Dasar – dasar Dakwah islam, ( Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983), h.51-53 27
Louis Ma‟luf, Munjid fil logoh Wa A’lam, (Bairut: Darul Fikr, 1986
h. 216
34
Sedangkan menurut Munir M. Ilahi, Da‟i adalah orang
yang melaksanakan dakwahnya baik lisan, tulisan, atau pun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
organisasi.28
Namun jika dilihat secara garis besar makna da‟i
mengandung pengertian .
1. Secara umum yaitu setiap muslimin dan muslimat
yang berdakwah sebagai suatu kewajiban yang
melekat dan tidak terpisahkan dari misi sebagai
penganut islam, sesuai dengan perintah yang tertuang
„‟Ballighu anni walaw ayat‟‟
2. Dan jika dilihat secara khusus adalah mereka yang
mengambil keahlian khusus (spesialis-mutakhasshish)
dalam bidang dakwah islam, dengan kesungguhan
yang luar biasa dan dengan qudwah hasanah.
Sedangkan keberadaan seorang da‟i di dalam
masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup
menentukan di antara fungsi tersebut adalah :29
a. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik
dan benar
Dai‟i memberikan pencerahan akan
keberadaan manusia sebagai hamba Allah swt
yang memiliki tugas untuk mengabdi atau
28
Munir. M. ilahi. Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat
Semesta, 2006),h.21 29
Enjang AS dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya
Padjadjaran, 2009), h. 74-75.
35
beribadah kepada Allah dengan tuntunan serta
aturan-aturan Nya.
b. Amar ma‟ruf nahi munkar
Sebagai suatu wujud nyata bagi fungsi
seorang da‟i selalu memiliki perhatian pada
sesame untuk bersama menegakkan yang
ma‟ruf dan meninggalkan segala yang munkar
untuk mencapai suatu kedamaian bersama.
c. Meluruskan akidah
Sudah menjadi ketetapan bahwa setiap
manusia tidak terlepas dari kesalahan dan
kekeliruan dalam hidup, dan tidak terkecuali
terhadap keyakinan dan akidahnya. Maka itulah
sebagian fungsi bagi seorang da‟i.
Ada beberapa syarat dan kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang da‟i antara lain :
a) Memiliki akhlakul karimah
b) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
c) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relative
luas
d) Memiliki pemahaman hakekat gerakan dan tujuan dakwah
e) Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas
f) Mengenal kondisi dengan baik30
30
Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah (Yogyakarta: Sipress, 1996), h237-239
36
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad‟u atau yang dikenal sasaran dakwah yaitu audiens
atau pendengar dan orang – orang yang diseru pada kebaikan
untuk serta ikut dalam ajaran agama islam.31
Sedangkan dilihat
dari terminologi mad‟u yaitu adalah orang atau kelompok yang
lazim dan lebih dikenal dengan jama‟ah yang sedang menuntut
ajaran agama dari seorang da‟i.32
Adapun mad‟u terbagi menjadi empat golongan objek
dalam berdakwah antara lain :
a. Golongan Mukmin
Golongan ini adalah mereka yang meyakini kebenaran
dakwah islam, pengagumi prinsip-prinsip dakwah, dan
menemukan kepadanya kebaikan dan ketenangan jiwa. Iman
takan punya arti bila tidak disertai dengan amal. Akidah takan
memberikan faedah apabila tidak mendorong penganutnya untuk
berbuat dan berkorban demi menjelmakan menjadi kenyataan.
b. Golongan yang mencari keuntungan
Bisa jadi golongan ini tidak ingin memberikan dukungan
sebelum mereka mengetahui sebuah keuntungan materi yang
dapat diperoleh sebagai imbalan. Dan kepada merekalah kita
hanya mengatakan „‟ Menjauhlah ! disini hanya ada pahala dan
31
Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publistik dalam kepemimpinan,
(Surabaya: Usaha Nasional,1982), h.34 32
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta PT. Raja
Grafindopersada), hal279
37
keridhoan dari Allah swt, jika kamu memang benar-benar ikhlas,
dan Surga Nya jika ia melihat ada kebaikan dalam hatimu.
c. Golongan yang berprasangka buruk
Golongan ini barang kali mempunyai prasangka yang
tidak baik terhadap para da‟i dan hati mereka diliputi oleh
keraguan, mereka selalu melihat dengan kaca mata hitam pekat
dan tidak berbicara kecuali dengan pembicaraan sinis. Dan hanya
Allah lah yang dapat memberikan mereka petunjuk.
d. Golongan yang ragu-ragu
Bisa jadi mereka golongan orang-orang yang belum tahu
yentang hakekat kebenaran dan belum mengenal makna ke
ikhlasan serta manfaat dibalik ucapan-ucapan para da‟i sehingga
mereka ragu dan bimbang. Biarkan mereka mengetahui dengan
jelas dalam keraguannya sambil mengajarkan Islam secara pelan-
pelan melalui tulisan.33
Melihat kenyataan yang berkembang di dalam masyarakat
dan dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka pelaksaan
program kegiatan dakwah. Sasaran dakwahnya terbagi menjadi :
a. Sasaran berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintah
dan keluarga.
33
Hasan al Bana, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin,
(Surakarta: Era Inter Media, 1998) cet. 6
38
b. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari
segi social budaya berupa golongan priyayi, abangan
dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam
masyarakat jawa.
c. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat
dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat di
daerah marginal dan kota besar.
d. Sasaran yang menyangkut golongan dilihat dari segi
tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan
orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat
dilihat dari pekerjaan beberapa golongan petani,
pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan lain
sebagainya.
f. Sasaran yang menyangkut golongan dilihat dari segi
tingkat hidup social ekonomi berupa golongan orang
kaya, menengah dan miskin.
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat
dilihat dari jenis kelamin berupa golongan pria,
wanita, dan lain sebagainya.34
c. Materi Dakwah
Barmawi Umar membagi materi dakwah yang terdapat
dalam al qur‟an dan al hadits diantaranya :
34
Muzayyin Arifin, psikologi dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bumi Aksara)
39
1. Akidah yakni menyebarkan dan menanamkan
pengertian aqidah islamiyah berpangkal dari rukun
iman dan segala perinciannya.
2. Akhlak yakni menerangkan mengenai akhlak
Mahmudah dan akhlak mazmumah dengan segala
dasar, hasil dan akibatnya, serta diikuti contoh-contoh
yang telah berlaku dalam sejarah.
3. Ukhuwah yakni menggambarkan persaudaraan yang
dikendaki oleh islam, antara penganutnya sendiri
maupun pemelul agama lain.
4. Amar ma‟ruf yakni mengajak untuk berbuat baik guna
mendapatkan sa‟adah fid daroin.
5. Nahi ,munkar yakni melarang manusia dari perbuatan
jahat agar terjauh dari malapetaka yang akan menimpa
manusia di dunia maupun akhirat.
6. Ahkam yakni menjelaskan berbagai ragam hukum,
baik hukum ibadah, muamalah maupun lain-lainnya.
d. Metode Dakwah
Metode adalah berasal dari bahasa Jerman yaitu
methodica artinya ajaran tentang metode. Sedangkan dalam
bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan
yang dalam bahasa Arab disebut dengan thariq. Metode adalah
cara yabg telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).35
35
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum Dalam
Berdakwah di Indonesia,(Jakarta: pedoman ilmu jaya), hal.35
40
Adapun metode di dalam melaksanakan dakwah
tercantum dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat 125, yang
menunjukan metode dakwah terbagi 3 cara antara lain :
1. Al-Hikmah
2. Al-mauidzal Hasanah
3. Al-mujadalah Allati Hiya Ahsan36
Dari metode yang ada dalam al-qur‟an maka Prof. Toha
Jahja Omar MA, menjelaskan bahwa al-hikmah artinya
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus
berfikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan
menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak
bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.
Al-Mauidzatil Hasanah yanitu berdawah dengan
memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran
Islam dengan rasa kasih saying, sehingga nasihat dan ajaran
Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
Al-Mujadalah Allati Hiya Ahsan yaitu merupakan tukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang
tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.37
36
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam
Berdakwah, hal 36 37
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah(Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada), hal255
41
e. Media Dakwah
Media adalah merupakan jamak dari bahasa latin yaitu
medion, yang berarti alat perantara, sedang secara istilah media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.38
Dengan demikian jika dirumuskan media
dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai suatu tujuan dakwah yang telah ditentukan.
Seorang juru dakwah di dalam menyampaikan ajaran
islam kepada umat manusia tidak akan lepas dari sarana dan
prasarana media. Kepandaian dalam memilih media atau sarana
yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.
Terlebih di dalam mengantsipasi perkembangan zaman saat ini
dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan ditandainya
kecanggihan tekhnologi.
Hamzah Ya‟qub mengklarifikasikan media
dakwah menjadi lima jenis, antara lain :
Lisan, adalah media yang paling mudah dengan
menggunakan lidah dan suara.
Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini
berfungsi sebagai penrik mad‟u.
Audio visual, media ini dapat merangsang indera
penglihatan dan pendengaran mad‟u.
Tulisan, media ini berfungsi sebagai pengganti
keberadaan da‟i dalam proses dakwah. Tulisan
38
Ali Yafie, teologi social telaah kritis persoalan agama dan
kemanusiaan, ( Yogyakarta: LKPSM. Oktober 1997), h. 91-92.
42
juga dapat menjadi alat komunikasi da‟i dan
mad‟u.
Akhlak, cara yang lansung di manifestasikan
dalam tindakan dan tingkah laku da‟i.39
Dilihat dari segi sifat media dakwah dapat digolongkan
menjadi dua kategori : 1. Media dakwah tradisional berupa
berbagai macam seni. 2. Media dakwah modern. Media dakwah
tradisional berupa berbagai macam seni dan pertunjukan
tradisonal, dipentaskan secara umum terutama hiburan yang
bersifat komunikatif, sedangkan media dakwah modern
diistilahkan dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan
dari tekhnologi, seperti hal nya televisi, radio, pers, internet dan
lain sebagainya.40
f. Pengaruh Dakwah
Pengaruh menjadi tolak ukur keberhasilannya dalam
berdakah, jika pengaruh yang ditularkan dalam berdakwah baik
maka hasil yang di dapatkan pun baik dan membekas kepada
jama‟ahnya. Sebagaimana Rasulallah saw dalam menyampaikan
dakwahnya kepada masyarakat Quraisy. Yang dahulu berfaham
polytheis ( menyembah banyak tuhan ) menjadi monotheis (
menyembah satu tuhan ), dan kafir menjadi mukmin, jahiliyah
39
Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam Dakwah dan
Ledership,(Bandung:CV Diponegoro, 1982), h. 13 40
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta; Sinar Grafika
Mediacita, 2009), h. 115
43
menjadi beradap. Itulah satu gambaran pengaruh dalam
berdakwah.
Di dalam berdakwah harus mempunyai pengaruh atau
respon yang baik, ada tiga respon yang dapat dijadikan sasaran,
antara lain :
1. Respon Afektif
Pada respon ini menitik tekankan pada aspek sikap,
perasaan, penilaian, sehingga dapat membedakan mana yang baik
dan mana buruk, mana yang salah dan mana yang benar,
selanjutnya jamaah akan memiliki kepribadian dan sikap yang
kokoh serta tidak mudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang
menyesatkan.
2. Respon Behavioral
Jamaah berubah tingkah laku nya steleah menerima pesan
dakwah, dari yang negatif menjadi positif, inti dari respon ini
adalah adanya perubahan pola tingkah laku kea rah yang lebih
baiksesuai dengan ajaran islam.
3. Respon Kogintif
Respon kognitif ini lebih menekankan pada aspek
knowledge ( pengetahuan) tentang ajaran islam yang disampaikan
dalam kegiatan tabligh. Dengan kata lain jamaah menjadi
bertambah ilmu pengetahuannya tentang agama islam.41
41
Wahidin Saputra, Retorika monologika Kita dan Tips Praktis
Menjadi Muballigh,(Bogor, Titian-Nusa Press, 2010), Cet-1, h. 7-9
44
5. Hubungan Retorika dengan Dakwah
Hubungan retorika dengan dakwah amatlah erat. Dalam
komponen kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan,
terutama hal ini dapat dilihat dari segi media yang di pergunakan.
Apakah media lisan, tulisan, dan sebagainya. Disini unsur bahsa
memegang peranan penting yang sangat menentukan.
Hubungan retorika dengan dakwah, T.A. Latief Rosydi
dalam bukunya “ Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan
Informasi” menyebutkan : “……Kemampuan dalam kemahiran
mengguanakan bahasa untuk melahirkan pikiran dan perasaan
itulah sebenarnya hakikat retorika”. Kemahiran dan kesenian
menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam
menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah dan retorika
tidak bias dipisahkan. Dimana ada dakwah disana ada retorika.
Retorika dalam artinya yang lama (sempit) di dalam
bahasa arab Fannul Khitabah.42
Kesuksesan seorang da‟I dalam
khutbahnya lebih banyak ditunjang dan ditentukan oleh
kemampuan retorika yang dimiliki oleh da‟i tersebut. Jikalau
dakwah belum berhsil seperti yang dicita-citakan dan menurut
garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi
(retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para
da‟i.
Berdasarkan uraian diatas maka jelaslah bahwa retorika
dan dakwah amatlah erat hubungannya. Retorika dengan
42
M.H. Israr. Dasar-dasar retorika, hal. 94
45
demikian dapat dikatakan sebagai saran untuk mencapai tujuan
dakwah tersebut. Dengan kata lain pula, keberhasilan atau
kegagalan dakwah itu sangat tergantung pada retorika, karena
retorika tidak lain adalah seni pidato.
6. Pengertian Retorika Dakwah
Retorika dakawah adalah seni berbicara di depan orang
banyak yang dilakukan dengan kata-kata atau pelafazdan yang
baik, jelas, dan juga tegas. Serta dapat mampu dimengerti oleh
orang banyak dan digunakan dalam suatu proses dakwah di
hadapan para mad‟u agar uraian kata yang terucap dari seorang
muballigh atau da‟i mampu untuk diyakini, dipercaya serta dapat
dilakukan oleh mad‟u dikemudian hari.
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya Retorika Islam,
beliau engungkapkan suatu penjelasan kepada khalayak atau
orang banyak yang mengatasnamakan islam kepada orang
muslim atau non muslim, dengan tujuan untuk mengajak mereka
kepada suatu yang baik yang telah diajarkan oleh islam, serta
mendidik secara aqidah dan syariah, ibadah, muamalah,
pemikiran dan tingkah laku. Lebih dalamnya, retorika islam juga
dapat mencakup permasalahan dalam hal ekonomi, politik, social,
dan permasalahan bangsa Negara lainnya.43
43
Yusuf Al-Qaradhawi, retorika islam (Jakarta: Pusaka Al-Kautsar,
2007)h.55
46
BAB III
PROFIL USTADZ ABDURRAHMAN DJAELANI
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan Ustadz Abdurrahman
Djaelani
1. Riwayat Hidup
Ustadz Abdurrahman Djaelani adalah seorang muballigh
yang kental dengan jiwa sosial serta memiliki majelis taklim Al-
Khoiriyyah di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Beliau lahir di
Jakarta pada 15 Maret 1983, sapaan akrabnya adalah Udjae.
Sejak kecil beliau mulai merintis di bidang dakwah, sejak masih
duduk di sekolah menengah pertama (SMP) daerah Bogor, beliau
sudah dibiasakan untuk berani tampil di hadapan banyak orang
oleh pamannya alm. KH. Abdulloh sa’id.
Beliau dilahirkan dari kalangan keluarga sederhana, ayah
beliau bernama Mat Djaelani dan ibunya yang bernama Wardah1.
Pekerjaan ayahnya adalah seorang karyawan swasta dan ibunya
hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Ustadz Abdurrahman
Djaelani dikenal masyarakat sebagai pribadi yang santun, baik
dan tekun dalam beribadah untuk berjuang mensyiarkan ajaran
Islam dengan segala kemampuannya.
Pada tanggal 12 Desember 2004 beliau menikahi seorang
perempuan bernama Lulu Latifah yang bertempat tinggal di
bilangan Jakarta Barat. Dari hasil buah pernikahan tersebut,
1 Wawancara pribadi dengan ustadz Abdurrahman djaelani, pada 20
maret 2018 dikediaman beliau
47
Udjae dikaruniai lima keturunan yaitu bernama Najwa Laila
Sya’baniyah, Sayyidah Nafisah, Ahmad Djaelani Alfaizi,
Sakinah, Muhammad Syakir Imron Alfaruq.
Penerepan pendidikan agama yang baik dari orang tua
beliau membuat Ustadz Abdurrahman Djaelani memiliki
pengetahuan agama dan umum yang cukup, perjuangan dakwah
beliau pun tidak sia-sia karena kedua orang tua dan alm KH.
Abdullah Sa’id (paman) sangat mendukung langkah perjuangan
dakwah yang ditekuninya.
2. Riwayat Pendidikan
Sebagaimana kita ketahui orang yang pintar dan berhasil
tidak serta merta begitu saja didapatkan, semua diawali melalui
kerja keras dan perjalanan hidup yang panjang. Tidak terkecuali
Ustadz Abdurrahman Djaelani yang sukses berdakwah berkat
ketekunan menuntut ilmu.
Sejak kecil beliau sudah dibiasakan dalam kesehariannya
dengan pendidikan agama, baik pendidikan agama tersebut
didapatkan dari sekolah maupun lingkungan keluarga. Semua
tidak terlepas dari nilai Islam dan keluarga selalu menjunjung
tinggi hal tersebut. Berikut tentang perjalanan pendidikan beliau
yang cukup panjang :
1. Sekolah Dasar Negeri 010 Petang, Slipi, Jakarta Barat.
dari 1988-1994.
48
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pondok Pesantren Al-
Kholidin, Kebayoran Baru, Jakarta selatan.
3. Pindah dan meneruskan ke Sekolah Jami’at Kheir, Jakarta
Pusat. Dan lulus pada tahun 1997.
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 29, Slipi,
Jakarta Barat. Tidak sampai setahun kemudian pindah ke
Pondok Pesantren Al-Hidayah Salaf pimpinan KH.
Ahmad Bustomi, Pandeglang, Banten. Dan lulus pada
tahun 2000.2
5. Melanjutkan studi S1 ke Sekolah Tinggi Dakwah Dirosah
Islamiyah (STIDDI) di Al-Hikmah, Jakarta Selatan,
dengan mengambil jurusan komunikasi penyiaran islam.
Dan meraih gelar sarjana pada tahun 2012.
6. Setelah lulus, beliau meneruskan serta mendalami ilmu
agama di Pondok Pesantren Al-Asyriyah Nurul Iman,
Parung, Bogor pimpinan Habib Segaf bin Mahdi BSA
atau lebih dikenal dengan (Abah Segaf), serta belajar juga
dengan Habib Rizieq bin Husein Shihab, pimpinan Front
Pembela Islam (FPI).
Jauh sebelum lulus mengenyam pendidikan beliau juga
sudah diajarkan untuk membiasakan diri tampil di hadapan
banyak orang oleh pamannya. Mulai dari situlah mulai retorika
dipelajari sampai saat ini beliau memiliki kepandaian yang cukup
bagus tentang retorika yang tegas, handal, serta tidak lupa
2 Wawancara pribadi dengan ustadz Abdurrahman djaelani, pada 20
maret 2018 dikediaman beliau.
49
menyisipkan sisi humorisnya. Sehingga tidak sedikit orang
menyukai beliau dalam berdakwah di berbagai daerah.
Berangkat dari keberhasilan sistem dakwah yang
disampaikan, beliau mampu membuat mad’u merasa senang dan
khidmat saat beliau menyampaikan pesan-pesan dakwah dari
berbagai macam kalangan serta status social di masyarakat.
Sehingga tak jarang jama’ah meminta beliau untuk mengisi serta
mengajar hingga saat ini.
B. Aktivitas Dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani
1. Pertelevisian
Setiap hari beliau menjalankan aktivitas dakwahnya yang
padat dimulai dari berceramah dibeberapa majelis taklim, di atas
mimbar, sampai di media televisi. Namun begitu beliau tidak
pernah lelah untuk berdakwah, karena itu merupakan perintah
dari Allah SWT yang terdapat dalam Al-qur’an surat Ali Imran:
104:
دعون الى الخير ويامرون بالمعروف وينه ة ي نكم ام ون ولتكن مون عن المنكر م الم ك
واولٮ ‘’Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
menyeru kepada kebajikan, menyeruh kepada kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.’’(Ali Imran : 104 ).
Selain melakukan aktivitas dakwahnya di ruang lingkup
majelis taklim, ceramah di berbagai tempat, bahkan beliau juga
berdakwah melalui dunia pertelevisian sampai saat ini.
50
Berikut adalah beberapa program televisi yang beliau
pernah tampil:
1. Jak TV program Suara Anak Negeri
2. TV Edukasi program ramadhan
3. RCTI program Assalamu’alaikum Ustadz
4. RCTI program Tabligh Akbar Ramadan
5. RCTI program Tabligh Akbar hari besar Islam
6. TV One program Damai Indonesiaku
7. Narasumber segmen religi program Silet
Menjadi bintang tamu program sinetron dan reality show
segmentasi religi:
1. Hijab story, TV One
2. Cecepi, RCTI
3. Pesbukers, ANTV
4. Ada-ada aja, GLOBAL TV
5. Anak Langit, SCTV
6. Gali Lobang Tutup Lobang, SCTV
7. Jodoh yang Tertukar, SCTV
8. Anak Masjid, SCTV
9. Kiamat Hari Jum’at, SCTV
10. Calon Presiden SCTV
51
2. Majelis Ta’lim
Secara rutin, dalam satu minggu Ustadz
Abdurrahman Djaelani selalu mengisi ceramah dan kajian
di beberapa tempat.
Hari senin
a. Majelis Ta’lim Al Khoiriyyah pondok kelapa
ba’da zhuhur
b. Majelis Ta’lim Al Khoiriyyah kemanggisan
slipi Jakarta barat ba’da isya
Hari Selasa sebulan sekali
c. Kementrian perhubungan ba’da zhuhur
Hari Kamis ke tiga setiap bulan
d. Bank Bukopin MT Haryono ba’da zhuhur
Hari Rabu ke 1 dan ke 2
e. Masjid hotel kartika Chandra ba’da zhuhur
Hari sabtu pertama
f. Majelis Ta’lim al afaf bekasi jawa barat
3. Karya Tulis dan Kegiatan Dakwah
a. Membuat karya tulis atau buku berjudul Ikutin Allah
Aja, dan Kismi (Kisah-kisah Menyentuh Hati).
b. Sebagai pendiri dan Pembina travel haji dan umroh
Walidain
52
Selain aktifitas yang tersebut di atas, beliau juga
dipercaya untuk menyampaikan dakwahnya, berikut tempat
beliau menghadiri ceramah diantaranya :
a. Khotib jum’at di berbagai masjid antara lain : Masjid
Andalusia sentul bogor, Masjid Fatahillah Area balai
kota kantor gubernur Jakarta, Masjid al-kautsar Polda
Metro Jaya.
b. Juru dakwah di berbagai daerah sesuai dengan undngan
yang diterima.
c. Ada beberapa instansi yang tergolong sering
mengundang beliau diantaranya : Bank Bukopin MT
Haryono, Masjid area hotel kartika Chandra dan lain
sebagainya.
53
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Analisis Retorika Dakwah Ustadz Abdurrahman
Djaelani
Retorika pada umumnya digunakan dalam setiap kegiatan
dakwah dengan lisan, tidak ada dakwah dengan lisan tanpa
menggunakan retorika. Maka dari itu retorika menjadi sesuatu
yang penting dan harus dimiliki bagi setiap da’i. Da’i
merupakan subjek dalam aktivitas dakwah. Mau tidak mau
mereka harus memahami dan mengerti ilmu retorika, yang
semua itu pada akhirnya mengarahkan pada keberhasilan
dakwah yang disampaikan.
Ustadz Abdurrahman Djaelani mengatakan bahwa
retorika adalah tentang bagaimana berbicara atau
berkomunikasi di hadapan banyak orang dengan
menggunakan kata yang baik dan santun, serta menggunakan
gaya atau seni dalam berdakwah, sehingga pendengar menjadi
fokus pada apa yang disampaikan.1 Hal tersebut selaras
dengan apa yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa
retorika adalah bagaimana seseorang menyampaikan pesan
dakwah melalui bahasa, tatanan kata, serta kemampuan untuk
berkomunikasi dalam medan fikiran.
1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdurrahman Djaelani, Pondok
Bambu, 2018.
54
Seorang da’i idealnya dituntut untuk mempunyai
kepandaian retorika atau kemahiran dalam berbicara.
Perubahan retorika menyesuaikan dengan suatu tujuan yang
dicapai, maka pedoman buku mengenai retorika juga hanya
mencakup sebagian saja dari aspek retorika yang ada. Setiap
zaman menentukan serta memilih aspek yang dianggapnya
pantas. Dengan kata lain, tiap zaman menciptakan seni
wacana yang baru yang dianggapnya paling sesuai dengan
keadaan zaman.
Fungsi retorika sendiri menurut Ustadz Abdurrahman
Djaelani sendiri adalah bagaimana agar mad’u senang serta
mudah memahami apa yang disampaikan dan diuraikan.
Tanpa retorika pesan dakwah akan menjadi sesuatu yang sia-
sia atau dengan kata lain hambar dan monoton. Maka dengan
retorika pesan dakwah dikemas sedemikian rupa agar dapat
menarik perhatian mad’u.2
Selain itu juga retorika berfungsi sebagai pembimbing
atau pengarah bagi setiap da’i untuk mengambil keputusan
yang tepat, memahami masalah kejiwaan manusia, serta
kejiwaan manusia yang akan dan sedang mereka hadapi.
Yaitu dengan cara mengulas ulasan yang baik dengan
pengetahuan yang luas, menyentuh hati khalayak dengan
perasaan, emosi, harapan, kebencian, kasih dan sayang,
mempertahankan serta meyakinkan khalayak dalam
2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdurrahman Djaelani, Pondok
kelapa, 3 september 2017.
55
kebenaran serta masuk akal dengan memperlihatkan bukti
atau yang terlihat sebagai bukti.
Seni berbicara adalah merupakan rasa dan warna yang
melengkapi setiap kata yang terucap dalam proses seorang
berkomunikasi, sehingga setiap kata atau kalimat yang keluar
dari lisan akan enak didengar serta mampu membuat jama’ah
terpukau.
Dalam penyampaian retorika dakwahnya Ustadz
Abdurrahman Djaelani menggunakan intonasi yang bervariasi
bahkan sebelum berdakwah ia juga selalu harus lebih dahulu
mengenal serta mengetahui jamaahnya dengan baik agar
mengetahui klasifikasi audiens. Ketika yang dihadapi mad’u
seorang anak kecil maka beliau menggunakan tingkat sigor,
maka intonasi suara lebih rendah dan lembut.
Selain itu dalam penyampaian dakwahnya beliau juga
menampilkan gaya dalam berdakwah, beliau sering
menggunakan bahasa tubuh (gesture) seperti menggerakan
tangan ke atas, kesamping serta mimic wajah yang dibuat
secara spontan, dan kontak mata ke hadapan jamaah sehingga
dapat menarik perhatian jamaah.
Dari uraian tersebut di atas maka masuk ke dalam tiga
prinsip pidato atau biasa disebut trisila pidato yaotu :
1. Peliahara kontak visual dan kontak mental dengan
khalayak.
56
2. Gunakan lambing-lambang auduktif dan atau
usahakan agar suara anda memberikan makna yang
lebih baik (olah vocal).
3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda yaitu
dengan wajah, tangan, dan tubuh anda (olah visual).3
Selain itu Penerapan retorika dalam berdakwah juga
haruslah tepat sasaran mengingat begitu banyak mad’u atau
pendengar yang bervariasi, maka dari itu tingkat kesadaran
serta kemampuan beragam. Dalam penerapan retorika
dakwahnya, selalu ada tiga karakteristik yang ditonjolkan
oleh Ustadz Abdurrahman Djaelani. Tiga karakteristik
dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani tersebut akan penulis
analisis dengan sifat-sifat retorika sebagaimana dalam buku
Retorika Modern karya Jalaludin Rahmat.
B. Analisis Penerapan Sifat Retorika Pada Ceramah
Ustadz Abdurrahman Djaelani
Setelah penulis melakukan pengamatan langsung terhadap
ceramah yang dilakukan oleh Ustadz Abdurrahman Djaelani pada
tiga tempat dan waktu ceramah yang berbeda, peneliti
menemukan adanya sifat-sifat retorika pada ketiga ceramah
tersebut. Berikut adalah hasil analisisnya:
1. Sifat Informatif
a. Ceramah 1
3 Jalaludin rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 7
57
‘’……..pada akhir-akhir ini umat islam pada satu
sisi sedang di uji oleh Allah swt, tapi pada sisi
yang lain umat islam sedang diberikan pula
anugerah oleh Allah swt. Apa anugerah tersebut ?
tidak lain dan tidak bukan adalah anugerag
wihdatul ummah atau persatuan keimanan dan
persatuan ummat, dimana ummat islam
menunjukan jati dirinya bahwa ketika Allah swt
memberikan contoh kepada kita di dalam surat an
nahl Allah swt berfirman, layaknya nabi
Muhammad saw menyampaikan bahwa seorang
yang beriman hendaknya seperti lebah
memberikan manfaat ketika berada di tengah-
tengah lainnya dan tidak pernah usil menyakiti
orang-orang yang ada disekitarnya dan ini
sebenarnya sudah dilakukan oleh ummat islam
pada zaman dahulu kala, kalau orang kita bilang
dari zaman bahela. Jika ummat islam mayoritas
maka kaum minoritas aman, tidak ada sejarahnya
jika mayoritas berkuasa yang minoritas ketakutan.
Tapi jika sebaliknya kaum minorotas berkuasa
dan ummat islam yang mayoritas terdiam maka
yang ada tertindas.walaupun memang tidak semua
yang minoritas seperti itu…….’’4
4 Ceramah Ustadz Abdurrahman Djaelani, Masjid Al-Muttaqien,
Mampang, 11 januari 2018
58
Pada uraian di atas, ustadz Abdurrahman djaelani
menjelaskan suatu informasi bahwa kepada mad’u bahwa umat
Islam sedang diuji sekaligus diberi anugerahkan anugerah oleh
Allah swt tentang persatuan umat islam. Sebagaimana hadits
Nabi Muhammad SAW:
حلة إن مثل المؤمن لكمثل الن
“ sesungguhnya perumpaan orang mukmin
bagaikan lebah “
Lebah banyak manfaat yang diberikannya, jika kita bisa
memelihara tanpa harus merusak. Begitu pun mukmin dimana
mereka berada sejatinya dapat memberikan manfaat kepada
banyak orang, akan tetapi jika di ganggu dengan faktor lain
sudah barang tentu melakukan perlawanan untuk membela dari
sesuatu yang dapat mengusiknya.
b. Ceramah 2
‘’ bapak dan ibu yang di muliakan oleh Allah stw,
yang sudah sama kita ketahui, bahkan sudah kita
sama ketahui bagian dari pada akidah islam tidak
lain dan tidak bukan tertuang di dalam rukun
iman dan rukun islam. Jika ada orang yang
mengaku islam tapi meragukan dari salah satu
rukun iman dan rukun islam, saya mau Tanya
jawab yang kompak islamnya diterima atau
tidak…murtad bisa atau tidak? Salah satu dari
rukun iman adalah percaya kepada kitab-kitab
59
Allah swt yaitu ada 4 kitab zabur, taurat, injil dan
al qur’an. Kalau ketiga itu hanya cukup diyakini
bahwa Allah pernah menurunkannya tidak perlu
dicari mana yang zabur mana yang injil mana
yang taurat, karena dari kitab yang ditutunkan itu
sudah disempurnakan dalam alqur’an al karim’’5
Pada uraian diatas di informasikan kepada pendengar
bahwa maksud dari percaya kepada kitab-kitab allah swt jika
diterjemahkan lebih luas ada 4 kitab yang diturunkan, hanya saja
kitab terdahulu cukup di yakinkan saja dalam hati bahwa Allah
swt pernah menurunkan kepada umat terdahulu. Dan dari kitab
terdahulu yang telah di turunkan semua disempurnakan oleh
Allah swt di dalam alqur’an. Sebagaimana dalam surat al baqarah
ayat 1 dan 2
قين الم . ذلكالكتبلريبفيهھدىللمت
‘’ Alif lam miim, kitab ( al qur’an ) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa’’
Siapa pun mereka yang mengaku beriman kepada Allah
swt maka wajib meyakini atas apa yang diturunkan seperti al
qur;an kitab yang diturunkan untuk manusia berpegang teguh.
c. Ceramah 3
‘’ ibu-ibu yang di rahmati oleh Allah swt.
Melanjutkan pelajaran yang telah kita bahas
5 Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Masjid al kautsar, cieterup,
bogor, 7 januari 2018
60
minggu lalu, yang kita ambil dari kitab irsyadul
‘ibad ila sabili ar rosyad halaman 136’’.6
Pemberian informasi pada bagian ceramah 3 sangat
penting karena dapat memberikan pemahaman kembali kepada
jama’ah agar apa yang sudah disampaikan minggu lalu dapat
kembali di ingat dan dimengerti.
Pada ketiga ceramah di atas, dapat diketahui bahwa
Ustadz Abdurrahman Djaelani selalu menggunakan sifat
informatif pada setiap ceramahnya. Hal ini dilakukan untuk
menambah pengetahuan pendengar serta memperjelas bagian
awal dalam ceramah. Sifat informatif ini bertujuan menaruh
minat dan memiliki pengertian tentang persoalan yang
dibicarakan. agar pendengar mengetahui arah pembicaraan yang
akan dibahas dalam isi ceramah.
2. Sifat Persuasif
a. Ceramah 1
‘’jamaah yang dirahmati allah swt, kenal apa
tidak dengan fir’aun ? tau abu lahab? Jamaah
berkata tau ustadz dari al qur’an.ketika
diperhatikan makna gibah adalah membicarakan
orang lain yang orang lain itu tidak ada
dihadapan kita, begitu pun allah swt sedang
memberikan kita arti boleh gibah akan tetapi
6 Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Pondok kelapa, Jakarta
timur, 22 januari 2018
61
bertujuan untuk kita tidak seperti apa yang
dilakukan fir’aun dan abu lahab7.’
Pada kalimat ceramah di atas menunjukan bahwa ustadz
Abdurrahman djaelani sedang melakukan komunikasi perseuasif
yaitu dengan membangun kepercayaan, sikap dan prilaku agar
apa yang di jelaskan dapat sesuai dengan yang di harapkan
komunikator. Yaitu bercerita tentang kisah yang dapat
menggugah prilaku agar tidak terjadi dalam kehidupan kita.’
b. Ceramah 2
‘’ sebagai seorang yang beriman kepada allah swt
tentu kita sudah pasti menjalankan apa yang telah
diperintahkan oleh allah swt karena itu kewajiban
kita sebagai seorang hamba. Termasuk allah swt
telah perintahkan kita dalam al qur’an agar
dalam urusan memilih pemimpin baik itu
pemimpin rumah tangga maupun kepala daerah
harus sesuai dengan perintah allah swt yaitu
seiman dan se aqidah dengan kita…sudara ku
yang di rahmati allah swt.’’8
Dalam isi ceramah ini juga dijelaskan tentang
penyampaian pidato persuasif yaitu mengajak dan menggugah
jamaah agar berprilaku dan bersikap sesuai dengan apa yang
7 Ceramah Ustadz Abdurrahman Djaelani, Masjid Al-Muttaqien,
Mampang, 11 januari 2018 8 Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Masjid al kautsar, cieterup,
bogor, 7 januari 2018
62
diperintahkan oleh allah swt. Dan kita sebagai hamba harus taat
dengan segala yang diperintahkan.
c. Ceramah 3
‘’Dalam kitab irsyadul ibad ila sabili arrosyad.
Dijelaskan bahwa, berhenti pada waqof di
penghujung ayat dari surat al fatihah sehingga
dalam membaca bismillah dan makruh berhenti
dalam ayat an’am ta ‘alaihim.9
صراطالذينانعمتعليهمغيرالمغضوبعليهمول
الين الض
Perhatikan ayat yang digaris bawahi, ketika membaca ayat
tersebut berhenti adalah hukumnya makruh, maka kita harus terus
dan tidak berhenti untuk mengambil nafas. Demikialah hal yang
di ajarkan beliau agar jamaah dapat mengubah prilaku bacaan
yang sesuai dengan tuntunan ulama.
Pada ketiga ceramah di atas ustadz Abdurrahman djaelani
selalu memberikan sajian pidato dengan persuasif dengan
memberikan gambaran contoh agar supaya jamaah yang
mendengar lebih mengerti dan dapat mengubah prilaku serta
membangun kepercayaan dengan ajaran yang sesuai dengan
tuntunan.
9 Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Pondok kelapa, Jakarta
timur, 22 januari 2018
63
3. Sifat Rekreatif
a. Ceramah 1
‘’coba kita perhatikan pada saat sejarah 212 di
monas sudara, banyak umat yang hadir dalam
acara tersebut untuk bersama berdoa dan
meminta keadilan. Tujuh juta orang tumpah ruah
disana bahkan dari berbagai macam daerah pun
ikut hadir dan bahkan baru ini saya denger orang
carter 1 pesawat ketika di Tanya mau ngapain
carter pesawat, di jawab buat sholat jum’at di
Jakarta doang. Sambil disambut tawa oleh
jamaah.’’10
Pidato di atas disajikan dalam bentuk kalimat yang
mengarah untuk menggugah tawa jamaah, bertujuan agar tidak
bosan saat mendengar isi ceramah. Sajian kalimat di atas juga
dituntut berfikir untuk apa jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk
sholat jumat, dan semua dikemas secara baik sehingga
menimbulkan tawa ceria dari jamaah yang datang.
b. Ceramah 2
‘’alhamdulillah sebelum saya lanjutkan ceramah
saya ngomong-ngomong tema kali ini adalah
lampu merah bang zack. Tanya ustadz ke
pembawa acara.
Emangnya kenapa ustadz ?
10
Ceramah Ustadz Abdurrahman Djaelani, Masjid Al-Muttaqien,
Mampang, 11 januari 2018
64
Ustadza menjawab : liat aja tuh emak-emak
seragamnya warna warni, ada merah, kuning dan
hijau. Seraya disambut tawa oleh jamaah.’’ 11
Isi pidato di atas ialah pidato guyon yang disampaikan
kepada ibu-ibu yang hadir, dan itu spontan karena dilihat yang
hadir kebetulan memakai pakaian yang beraneka warna sehingga
dijadikan semua peluang oleh penceramah untuk mengundang
canda tawa jamaah dari guyonan yang disajikan.
c. Ceramah 3
‘’ibu-ibu tau gak kira-kira sejarah kenapa sami
allahu liman hamidah?
Jawab ibu ? tidak tau ustadz
Itu berawal ketika sayyidan ali mau sholat subuh,
ternyata dia telat ke masjid, kenapa telat ? karena
ada orang tua di depan nya dan beliau tidak mau
melewatinya.
Lah klo kita kaya begitu pasti ngedumel, eeett
nenek-nenek jalannya lama banget dah buruan
ngapa. Sambut tawa jamaah. Tuh begitu
akhlaknya sayyidah ali ra.12
Pidato di atas disajikan pidato rekreatif yang sering terjadi
di sekeliling kita, ketika ada seorang yang berjalan di depan kita
11
Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Masjid al kautsar, cieterup,
bogor, 7 januari 2018 12
Ceramah Ustadz Abdurrahman djaelani, Pondok kelapa, Jakarta
timur, 22 januari 2018
65
lebih tua usianya terkadang tak sabar kita untuk mendahulinya.
Namun kalimat di atas disajikan dengan bahasa dan logat betawi
sehingga ketika jamaah mendengar menjadi hal yang lucu bagi
mereka.
Pada ketiga ceramah di atas ustadz Abdurrahman djaelani
selalu menyelipkan pidato rekreatif hal itu dilakukan agar pidato
yang disampaikan tidak monoton dan berkesan jenuh, akan tetapi
harus bernuansa sedikit mencair dengan guyonan yang
dikeluarkan.
Dalam berpidato tidak seharusnya tegang dan serius
secara terus menerus, sesekali perlu diselipkan canda tawa
sebagai bentuk hiburan sesaat. Tujuannya adalah agar jamaah
merasa senang dan tidak merasa berada dalam ruang diskusi.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap pendakwah tentu ada perbedaan cara
penyampaian dakwahnya. Ada yang berdakwah di pondok
pesantren, media massa serta media lainnya, Ustadz
Abdurrahman Djaelani mengikuti jalan arah kemana saja
semua bisa dijadikan untuk berdakwah tidak hanya sebatas
terhadap media saja. Serta penerapan dakwahnya pun tidak
kalah menarik dengan da’i atau muballigh lainnya.
Kemudian berdasarkan penelitian yang telah penulis
lakukan mengenai Retorika Dakwah Ustadz Abdurrahman
Djaelani, maka dapat disimpulkan hal tersebut sebagai berikut
:
1. Retorika dakwah menurut Ustadz Abdurrahman Djaelani
adalah sebuah ilmu dalam seni berbicara atau suatu gaya
berkomunikasi serta menjadi suatu ciri khas da’i. Setiap
da’i atau orator ketika hendak menyampaikan pesan
dakwah kepada mad’u yang menjadi sasarannya harus
bias mengatur dan memberikan sesuatu agar pendengar
tidak bosan serta jenuh, sehingga apa yang disampaikan
dapat dicerna dan mad’u merasa mendapatkan ilmu dari
apa yang disampaikan oleh da’i tersebut. Karena ajaran
67
dakwah yang disampaikan harus sesuai daya nalar dan
kemampuan mad’u yang berbeda dan salah satu
pendekatannya melalui retorika. Seperti yang
disampaiakan oleh Syekh Datuk Tombak Alam, beliau
mengatakan bahwa retorika adalah sebuah seni yang
mempergunakan bahasa untuk menghasilkan suatu kesan
yang diinginkan terhadap pembaca dan pendengar.
Artinya adalah seorang da’i harus pintar mengemas apa
yang ingin disampaikan, sehingga pesan tersebut dapat
dicerna dan diterima serta dapat meyakinkan mad’u
sehingga mereka mengamalkan pesan dakwah yang telah
disampaikan oleh da’i tersebut dalam keseharian, hal
tersebut juga menjadi tujuan dari dakwah itu sendiri.
2. Penerapan retorika dakwah yang dilakukan oleh Ustadz
Abdurrahman Djaelani ialah dakwah yang selalu
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Dengan
menggunakan sifat-sifat pidato di antaranya pidato
informatif, pesrsuasif, dan naratif. Karena tidak semua
jamaah mempunyai daya tangkap yang baik, serta banyak
pula pendengar dari berbagai macam kalangan. Maka dari
itu sifat tersebut sangat penting digunakan dalam
penyampaian dakwahnya. Vocal yang beliau miliki sangat
bagus dan khas, nada serta irama suara yang turun naik
terkadang mendatar, tidak terlalu monoton dan
adakalanya menyisipkan sisi humor serta tegas dan serius.
68
Isi pesan dakwah yang disampaikan mengalir begitu saja
sehingga kata yang dikeluarkan memiliki makna sendiri
yang membuat pendengar atau jamaah merasa tertarik
untuk terus mengikuti ceramah yang sampai selesai. Dan
inilah bukti bahwa dalam praktek yang beliau lakukan
sesuia dengan kajian ilmu retorika.
B. Saran
1. Kepada ustadz Abdurrahman djaelani terus
berdakwah jangan pernah berhenti untuk
menyampaikan dakwah, sekali pun ada tantangan dan
rintangan yang besar.retorika yang diterapkan
hendaknya selalu dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Kepada para muballigh atau da’i hendaknya selalu
menyampaikan dakwah dengan menggunakan
retorika yang tepat sesuai dengan kemampuan yang
pendengar miliki, agar dakwah yang disampaikan
tepat pada sasaran yang diinginkan dan dapat tercapai
dengan sebaik mungkin.
3. Studi retorika pada fakultas dakwah dan komunikasi,
disamping mengalahkan aspek teoritis alangka
baiknya juga diimbangi dengan praktek secara
langsung agar mahasiswa dapat membuktikan dengan
penerapan retorika dalam berdakwah dan berpidato
akan memperlancar serta mempermudah pesan yang
69
disampaikan sesuai dengan tujuannya. Jika ada
mahasiswa atau mahasiswi yang bagus dalam cara
dakwah dan pidatonya mohon agar kiranya ada kerja
sama lain dengan pihak terkait agar mereka bisa
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.
Arifin, HM. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bina Aksara. 1997.
Bana, Hasan Al. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Surakarta:
Era Inter Media. 1998.
Bilqis, Annisah. Kumpulan Makalah Retorika. Jakarta: Komunikasi
Penyiaran Islam. 2015.
Champion, Dean J. Metode dan Masalah Penelitian. Bandung: Refika
Aditama. 1998.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1997.
Enjang AS, dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya
Padjadjaran. 2009.
Hasanuddin. Retorika Dakwah dan Publistik dalam Kepemimpinan.
Surabaya: Usaha Nasional. 1982.
Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011.
Israr, MH. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern. Jakarta: CV
Firdaus. 1993.
Ma’luf, Louis. Munjid fil logoh Wa A’lam. Bairut: Darul Fikr. 1986.
Munir Amin, Syamsul. Ilmu Dakwah. Jakarta; Sinar Grafika
Mediacita. 2009.
Munir, M., Ilahi, Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat
Semesta. 2006.
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press. 2007.
Oka, I Gusti. Retorika sebuah Tinjauan pengantar.
Rahmat, Jalaluddin. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2008.
Saputra, Wahidin. Retorika Dakwah Lisan. Buku Ajar Fakultas Ilmu
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press. 2006.
__________. Retorika Monologika Kita dan Tips Praktis Menjadi
Muballigh. Bogor, Titian-Nusa Press. 2010.
Suhandang, Kusnadi. Retorika Strategi Teknik dan Pidato. Bandung:
Nuansa, 2009.
Syukir, Asmuni. Dasar – dasar Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
1983.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
1997.
Wuwur Hendrikus, P. Dori. Retorika; Terampil berpidato, berdiskusi,
Berargumentasi, dan Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius. 1991.
Ya’qub, Hamzah. Publisistik Islam, Teknik Dakwa & Leadership.
Bandung: Diponegoro. 1992.
Yafie, Ali. Teologi Sosial Telaah Kritis Persoalan Agama dan
Kemanusiaan. Yogyakarta: LKPSM. 1997.
Yunus, Muhammad. Kamus Bahasa Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah. 1973.
Zainal Abidin, Yusuf. Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
2013.
Hasil Wawancara
Nama : Abdurrahman Djaelani,
S.Sos.I
Tempat Wawancara : Kediaman Ustadz
Abdurrahman Djaelani.
Perumahan Billy Moon,
Kalimalang, Jakarta Timur
Waktu wawancara : 21 Maret 2018
Apa pandangan Ustad mengenai retorika seseorang dalam
berdakwah?
Retorika adalah satu ilmu yang berbicara tentang bagaimana
orang berbicara agar tidak monoton. Dalam pidato harus diselingi
dengan sisi humoris. Banyak ulama seperti Zainudin, Aa Gym,
Habib Rizieq. Mereka punya ciri khusus. Aa Gym berdakwah
dengan kelembutan, Zainudin mempunyai retorika dan susunan
kata yang baik dan indah, Habib Rizieq dengan ketegasannya.
Bagaimana Ustad menjaga fokus jama’ah agar tetap
mendengarkan ceramah?
Ketika ada jamaah mulai diam, diam ini kan ada dua, diam ngerti
dan diam bengong. Maka saya mengeluarkan jurus saya yaitu
“assalamualaikum.. masih hidup?”
Bisa ceritakan bagaimana perjalanan dakwah Ustad?
Sebenernya tidak ada niatan untuk menjadi mubaligh. Latar
belakang keluarga bukan dari ulama. Ibu saya IRT biasa. Bapak
saya ASN. Dari kedua orangtua selalu memberikan pendidikan
agama yang baik. Disuruh sholat, ngaji. Gak kayak sekarang
maghrib nonton tv dll. Awal saya dakwah, pada saat SMP, ketika
tinggal di Palmerah mengikuti paman saya, dites mental untuk
ngomong depan orang banyak, pada saat itu mikir “paman gue
jahat banget”. Seiring waktu langsung mikir bahwa mental harus
didorong agar berkembang.
Sebelum menikah, setelah lulus pesantren, dakwah ke musolah-
musolah. Pernah diusir dari kontrakan. Setelah menikah,
kehidupan jadi lebih baik, mendapatkan dukungan dari istri
untuk berdakwah. Pertama kali ngisi di tv, saya diajak oleh alm.
UJE (Ustadz Jefry Al-Buchory). Sering diminta untuk
menggantikan UJE di tv. Pernah juga ketika UJE tidak menerima
tawaran di tv, kemudian UJE merekomendasikan saya. Nama
UDJAE juga diberikan oleh UJE.
Saya dan UJE alumni pengajian di Habib Riziq. UJE duluan yang
ke tv, kemudian mereka izin ke Habib Rizieq untuk dakwah lebih
luas ke media tv. Itulah ketika guru sudah ridho kepada
muridnya, inshallah jalannya bakal baik-baik aja.
Bukan Cuma saya yang diberikan kesempatan oleh UJE. Contoh
ustad solmed. UJE merangkul ustad-ustad muda/baru, kemudian
bikin UJE Center. UJE gak pernah takut kehilangan agenda
dakwah. Ketika dia memberikan kesempatan ke orang lain, justru
agenda dia makin bertambah.
Ketika saya pindah ke pondok kelapa, saya melakukan
pendekatan dengan santunan. Ketika udah deket. Saya
mengambil keputusan dengan mengambil ibu-ibu untuk
pengajian. Karena semua orang lahir dari ibu, ibu adalah orang
yang pertama mengajarkan manusia.
Materi apa saja yang Ustad sampaikan kepada jama’ah?
Materi materi dakwah diambil rujukan dari kitab-kitab yang
kredibel. Kemudian materi itu disisipkan dengan kejadian-
kejadian yang sedang menarik perhatian orang banyak.
Selain ceramah, Ustad dakwah melalui apa?
Setelah perjalanan hdup yang dilalui, jadilah sebuah buku “Ikutin
Allah Aja”. Diterbitkan seribu eksemplar. Itu tidak dijual di toko
buku konvensional. Buku ini dijual ketika kemana saja saya
ceramah. Buku kedua yang beredar “Kismi” (Kisah- kisah
Menyentuh Hati)
Siapa panutan Ustad dalam berdakwah?
Tiap orang punya idola. Saya punya idola, zainudin dan hb riziq.
Dari kedua itu dia padukan kedalam ceramahnya. Logat betawi
diambil dari zainudin, hb riziq diambil ketegasannya. Sampai
saat ini dipakai. Bukan bermaksud menjiplak, tapi mengambil
referensi dari mereka.
DAFTAR OBSERVASI
1. Penulis menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW
di Masjid Al-Muttaqin, Mampang, Jakarta Selatan. Pada
tanggal 2 Desember 2017.
2. Penulis menghadiri program televisi Damai Indonesiku
TV One di Masjid Al-Kautsar, Citeurep, Bogor, Jawa
Barat. Pada tanggal 7 Januari 2018.
3. Penulis menghadiri acara pengajian rutin mingguan di
kediaman beliau, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pada
tanggal 22 Januari 2018.
LAMPIRAN FOTO