Download - Skripsi Pendidikan (138)
MODEL PELATIHAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA
DI BALAI LATIHAN KERJA LUAR NEGERI
JL. BROTOJOYO SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : HEMA CHASISTRIANA
NIM : 1214000044
Jur/Prog Studi : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
ABSTRAK
Hema Chasistriana, 2005.Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN Jalan Brotojoyo
Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Utsman, M.Pd, Pembimbing II
Drs. Sawa Suryana.
Salah satu tempat pelatihan untuk calon TKI yang akan ke luar negeri
adalah BLKLN selain PJTKI yang mempunyai fungsi sebagai jasa penyalur
mereka ke luar negeri. Tugas dan fungsi BLKLN haya sebagai pelaksana sebagian
tugas tehnis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selain itu jug amalaksanakan
kebijakan tehnis operasional pelatihan calon tenaga kerja yang akan bekerja
keluar negeri. Permasalahan yag diungkap adalah mengenai model pelatihan calon
TKI yang ada di BLKLN? Dan faktor pendorong dan penghambat calon TKI
keluar negeri? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahi model pelatihan
yang ada di BLKLN yang meliputi : tujuan pelatihan, materi pelatihan, metode
pelatihan, media pelatihan dan evaluasi pelatihan yang ada di BLKLN serta faktor
pendorong dan penghambat calon TKI keluar negeri.
Pendekatan penelitian yang digunaka adalah deskriptif kualitatif yang
menggambarkan secara obyektif suatu model pelatihan calon TKI serta faktor
pendorong dan penghambat TKI keluar negeri.Lokasi penelitian adalah di
BLKLN Jalan Brotojoyo Semarang. Subyek penelitian meliputi delapan orang
informan yaitu : empat orang calon TKI, tiga orang instruktur, dan sati orang kasi
penyelenggara pelatihan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara,
observasu dan dokumentasi. Untuk membuktikan keabsahan data dilakukan
pengecekan data menggunakan pengecekan teman sejawat, triangulasidengan
sumber. Tehnik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa faktor pendorong calon TKI keluar
negeri adalah untuk meningkatkan ekonomi keluarganya karena sulitnya mencari
pekerjaan di dalam negeri dengan latar belakang pendidikan mereka yang sangat
minim, hal itulah yang menjadi faktor penghambat mereka keluar negeri.
Kemudian model pelatihan di BLKLN Jalan Brotojoyo Semarang cukup baik
berdasarkan materi dan praktek dilapangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
komponen pelatihan yang dapat diterapkan dengan baik dengan tingkat
penguasaan materi rata-rata 75%. Komponen-komponen tersebut antara lain
mengenai tujuan pelatihan yang ada di BLKLN sudah direalisasikan dalam
pelatihan dengan jelas seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. Materi pelatihan
yang ada di BLKLN telah ditetapkan sebelumnya dengan memperhatikan
kebutuhan calon TKI yang akan bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di
luar negeri. Penberian materi tersebut juga disesuaikan denga keadaan yang ada di
negara tujuan agar calon KI tidak mengalami kesulitan dengan apa yang menjadi
tugasnya sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri nanti. Sebagai
penunjang pemberian materi dengan baik dibutuhkan metode pelatihan yang
sesuai dengan karakter peserta pelatihan mengingat kebanyakan calon TKI yang
dilatih mempunyai latar belakang pendidikan yang kurang maka pemilihan
iii
metode belajar yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan.
Penggunaan metode palatihan bagi instruktur berbeda antara instruktur yang satu
dengan lainnya, hal ini disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan masing-
masing instruktur. Selain penggunaan metode yang tepat, media juga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pelatihan. Dalam memberikan
materi pelatihan harus menggunakan media yang tepat. Karena dalam pelatihan
calon TKI banyak menggunakan praktek maka dibutuhkan alat-alat pendukung
pelatihan. Hal ini karena calon TKI kebanyakan tidak pernah menggunakan alat-
alat modern dalam rumah tangga sehingga diperlukan adanya alat peraga sebagai
latihan praktek mereka. Pada bagian evaluasi instruktur pada umumnya mereka
telah memiliki standar dalam penilaian mereka yang disesuaikan dengan materi
yang telah disampaiakan. Walaupun semua itu dalam prosesnya telah berjalan
dengan normal, masih perlu adanya perbaikan dalam proses belajar, dan
penyesuaian alat-alat penunjang pelatihan pada pelatihan calon TKI di BLKLN
Jalan Brotojoyo Semarang agar tujuan pelatihan dapat dicapai dengan baik.
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 29 Oktober 2005
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Siswanto, M.M Dra. Liliek Desmawati, M.Pd
NIP. 130515769 NIP. 131413202
Penguji I Penguji II
Drs. Fakhruddin, M. Pd Drs. Utsman, M. Pd
NIP. 131607091 NIP. 130936409
Penguji III
Drs. Sawa Suryana
NIP. 131413203
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
� Jika Anda berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang
akan Anda jalani, bukan hari yang kemarin dengan segala keburukan dan
kejelekannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang
saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari
Anda. ( La Tahzan 6 )
Persembahan
o Untuk Bapak H. Chairuddin dan Ibu Hj. Puji
Siswati atas do’a-do’a tulusnya yang selalu
mengiringi setiap langkahku
o Untuk Adik-adikku Zulham dan Dian atas
dorongan yang diberikan
o Untuk orang-orang disekitarku, teman-
temanku yang menyayangi aku
o Untuk Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model
Pelatihan Calon TKI di BLKLN Jl. Brotojoyo Semarang”.
Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki sehingga tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan mungkin tercapai. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, atas ijin penelitian yang
telah diberikan.
2. Drs. Achmad Rifa’I RC, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, atas
motivasinya selama ini.
3. Drs. Utsman, M.Pd, Dosen Pembimbing I dan Drs. Sawa Suryana, Dosen
Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar
membimbing penulis selama ini.
4. Drs. Sidarta, Kepala BLKLN Semarang beserta seluruh pegawainya yang telah
memberikan ijin dan membantu selama penelitian.
5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan penulis diberbagai hal. Kritik dan saran sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis harap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Oktober 2005
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
SARI ……………………………………………………………………………. ii
PENGESAHAN ………………………………………………………………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… v
PRAKATA ……………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL…….……………………………………………………….. xii
DAFTAR BAGAN... …………………………………………………………...xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 2
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 7
C. Penegasan Istilah …………………………………………………….. 7
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 8
E. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… …... 10
A. Pelatihan …………………………………………………………….. 10
1. Konsep Pelatihan ……………………………………………….. 10
2. Filosofi Perlunya Pelatihan ……………………………………… 12
3. Model Pelatihan …………………………………………………. 13
ix
B. Tenaga Kerja ……………………………………………………….. 14
1. Konsep Tentang Tenaga Kerja ………………………………….. 14
2 Aspek-aspek Tenaga Kerja ……………………………………… 15
C. Komponen Pelatihan ……………………………………………….. 17
1. Tujuan dan Sasaran ………………………………………………... 17
2. Para Pelatihan atau instruktur …………………………………….. 17
3. Materi Pelatihan …………………………………………………… 21
4. Metode Pelatihan …………………………………………………. 22
5. Peserta Pelatihan ………………………………………………….. 24
D. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 25
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 27
A. Pendekatan Penelitian ……………………………………………. 27
B. Lokasi Penelitian ………………………………………………… 28
C. Suyek Penelitian ………………………………………………… 29
D. Fokus Penelitian ………………………………………………… 29
E. Sumber Data …………………………………………………….. 29
F. Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 31
G. Langkah Penelitian ……………………………………………... 34
H. Keabsahan Data …………………………………………………. 34
I.Tehnik Analisis Data ……………………………………………… 36
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 39
A. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 39
1. Profil BLKLN ……………………………………………………. 39
a. Sejarah Berdirinya ……………………………………………… 39
b. Tugas Pokok dan Fungsi Progaram Pelatihan di BLKLN ……… 41
c. Program Pelatihan ………………………………………………. 42
d. Struktur Organisasi BLKLN …………………………………… 44
e. Instruktur dan Peserta Pelatihan ……………………………….. 45
f. Fasilitas BLKLN ………………………………………………... 46
g. Sarana Pelatihan ………………………………………………… 47
h. Aktifitas Pelatihan ……………………………………………… 48
i. Kurikulum Pelatihan ……………………………………………. 50
j. Proses Rekrutmen ………………………………………………. 53
2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong …………………………. 54
a. Faktor Pendorong ………………………………………………. 54
b. Faktor Penghambat ……………………………………………… 54
3. Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN ………………………… …..57
a. Tujuan Pelatihan ………………………………………………… 59
b. Materi Pelatihan ………………………………………………… 62
c. Metode Pelatihan ……………………………………………….. 65
d. Media Pelatihan …………………………………………………. 68
e. Evaluasi Pelatihan ……………………………………………….. 71
B. Pembahasan …………………………………………………………. 75
xi
BAB V PENUTUP …………………………………………………………….. 83
A. Simpulan ……………………………………………………………. 83
B. Saran ………………………………………………………………….85
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 86
LAMPIRAN…………………………………………………………………….87
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Fasilitas Fisik BLKLN …………………………………………………….. 46
2. Sarana Belajar BLKLN ……………………………………………………. 48
3. Aktifitas Kegiatan Pelatihan ……………………………………………….. 49
4. Kurikulum Pelatihan BLKLN ……………………………………………… 50
xiii
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
1. Bagan Model Pelatihan (Anwar Prabu 2003 :71 ) …………………………. 13
2. Bagan Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN ……………………………. 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen …………………………………………….. 86
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ………………………………………….. 87
Lampiran 3. Catatan Lapangan ……………………………………………… 91
Lampiran 4. Dokumentasi …………………………………………………… 131
Lampiran 5. Daftar Nama-nama Instruktur …………………………………. 136
Lampiran 6. Daftar Nama-nama Calon TKI ………………………………… 139
Lampiran 7. Bukti Bimbingan Skripsi ………………………………………. 144
Lampiran 8. Surat Selesai Bimbingan ……………………………………….. 145
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ……………………………………………. 146
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2004 (BPS, Sekernas 2004)
jumlah penduduk indonesia sebanyak 214 juta orang dengan perincian umur 15-
19 tahun sekitar 4,573 juta orang dan yang berumur diatas 20 tahun sekitar
10,201 juta orang.
Dari sejumlah berusia 15 tahun ke atas yaitu 10,201 juta orang tersebut
yang termasuk angkatan kerja sekitar 20,48 juta orang dengan perincian laki-laki
9,165 juta. Sedangkan angkatan kerja perempuan 5,609 juta orang.
Dari jumlah angkatan kerja yang meningkat tersebut maka timbul
berbagai masalah diantaranya adalah tuna wisma dan tuna karya karena
kurangnya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang ada. Dari permasalahan yang
ada tersebut muncul berbagai macam alternatif diantaranya adalah menjadi
tenaga kerja keluar negeri. Program ini semakin diminati oleh kaum wanita
seiring dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di negara kita.
Menjadi tenaga kerja keluar negari merupakan salah satu pilihan yang
menjanjikan bagi sebagian besar wanita baik yang belum berkeluarga maupun
yang sudah berkeluarga. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga yang kurang
mampu yang ingin mengubah nasib keluarganya. Keinginan memutus rantai
kemiskinan secara pintas untuk meningkatkan taraf kehidupan rumah tangga
membuat para wanita semakin tertarik menjadi tenaga kerja keluar negeri. Hal ini
xvi
dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja Indonesia yang berhasil dipekerjakan ke
luar negari disektor informal yaitu berjumlah 9,56 juta orang.
Di sisi lain seperti lazimnya proses kehidupan yang bisa berada pada
dataran hitam putih, maka tenaga kerja wanita yang bekerja ke luar negeri tidak
luput dari persoalan tersebut. Diantara mereka ada yang untung ada pula yang
kurang beruntung. Ada yang majikannya baik sebaliknya ada yang suka
menyiksa. Ada majikan yang suka memberikan hadiah sebaliknya tidak sedikit
yang kikir dan enggan membayar gaji mereka.
Gaji besar tapi resiko juga besar, itulah sebenarnya yang dialami oleh
tenaga kerja wanita. Hanya saja pengertian jenis ini tidak mungkin di baca dari
sudut ekonomi. Sebab dalam konsep dan dalil ilmu ekonomi tidak pernah dikenal
istilah penyiksaan, penghinaan, dan pemerkosaan.
Beban kerja yang luar biasa umumnya dialami oleh para tenaga kerja
wanita. Repotnya lagi irama kerja sungguh sangat mungkin menimbulkan strees,
misalnya saja pekerjaan yang harus dikerjakan tenaga kerja yang ada di Arab
Saudi, antara lain mereka harus membersihkan permadani dengan sikat yang
lembut, sapu dan penyedot debu dilarang digunakan dan biasanya permadani
yang menghiasi rumah–rumah yang ada di Saudi sangat lebar, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya. Belum lagi pakaian
sutera yang harus di cuci menggunakan tangan dan menggunakan sabun khusus,
mencucinyapun harus lemah lembut sedang sabun yang digunakan sangat luar
biasa, dapat membuat tangan terkelupas dan berdarah. Belum lagi jam kerja di
Saudi karena pola hidup orang sana berbeda dengan pola kehidupan di Indonesia.
xvii
Umumnya pembantu disana harus bangun jam 03.00 pagi padahal mereka baru
tidur sekitar pukul 01.00 dini hari. Dan masih banyak lagi masalah–masalah yang
dialami oleh tenaga kerja indonesia di luar negeri.
Pengiriman tenaga kerja wanita keluar negari di sisi lain merupakan
altenatif pemecahan masalah kesempatan kerja yang kurang di Indonesia di sisi
lain juga menimbulkan masalah baru. Permasalahan ini merupakan pekerjaan
baru yang harus dipecahkan oleh pemerintah. Diantaranya adalah pembenahan
sitem pengiriman dan pemberian bekal ketrampilan yang harus diperoleh oleh
para tenaga kerja wanita sebelum diberangkatkan ke luar negari.
.Persoalan pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang penting
dalam rangka pencapaian kesejahteraan rakyat. Kebijaksanaan pemerintah dalam
rangka pelaksanaan sangat dipengaruhi oleh persoalan pertambahan
penduduksehingga masalah tersebut berkaitan dengan pegelolaan kebutuhan
dasar rakyat yaiu, kebutuhan akan sandang, pangan, dan permukiman.
Berdasarkan jumlah penduduk adalah adanya angkatan kerja yang meingkat dan
mengharuskan bertambahnya kesempatan kerja yang luas. Jadi pembangunan kita
dikatakan berhasil apabila pembangunan mampu menaikkan taraf hidup rakyat
serta mampu menciptakan lapangan kerja produktif.
Undang-undang Republik Indonesia No 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan PerlindunganTenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri Bab I
Ketentuan Umum, pasal 1 (1) dan (2), antara lain :
xviii
I(1). Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI
sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar
negeri yang meliputi seluruh proses perekrutan, pengurusan dokumen,
pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,
pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara
tujuan.
(2). Pengguna jasa TKI yang selanjutnya disebut dengan pengguna adalah
Instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukun Swasta, dan
atau Perseroan di negara tujuan yang mempekerjakan TKI.
Penempatan tenaga kerja Indonesia keluar negeri dilaksanakan melalui
proses penyediaan, penyiapan kualitas, pemberian perlindungan dan pelayanan
sejak dari daerah asal, pada saat penempatan sampai dengan kedatangan dari luar
negari sampai dengan kepulangan ke daerah asal tenaga kerja indonesia.
Penyediaan tenaga kerja dilaksanakan melalui kegiatan penuluhan, pengumuman,
pendaftaran dan seleksi administrasi berdasarkan permintaan nyata dari mitra
usaha dan pengguna jasa.
Hak setiap orang untuk memperoleh kesempatan kerja atau lapangan
kerja telah dijamin dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan bahwa
tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan emansipasi di negara kita
telah berhasil dalam perjuangannya, sehingga perempuan dapat bekerja apa saja
dan mempunyai hak yang sama dengan kaum laki – laki.
xix
Sebagian besar calon tenaga kerja wanita yang berada di Balai Latihan
Kerja Luar Negeri adalah para remaja dan ibu rumah tangga yang setiap harinya
hanya sibuk dangan pekerjaan rumah tangga antara lain mencuci, memasak,
menjaga anak–anak dan lain-lain. Pada akhirnya pekerjaan tersebut semakin lama
seakin membosankan sehingga mereka semakin lama semakin kurang pergaulan.
Meskipun pekerjaan rumah merupakan kewajiban seorang istr dalam kegiatan
rumah tangga namun mereka juga membutuhkan pengalaman dan rekreasi.
Setelah pekerjaan rumah tangga selesai dikerjakan mereka
menganggur dan menunggu suami mereka pulang. Pekerjaan para suami mereka
sebagian besar adalah petani, buruh dan karyawan biasa dari penghasilan
pemberian para suami mereka dapat bertahan hidup meskipun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari–hari. Selain ibu rumah tangga calon tenaga kerja
wanita yang ada di Balai Latihan Kerja Luar Negeri adalah remaja puteri
umumnya mereka adalah lulusan SMP ataupun SMA. Aktivitas mereka sebelum
menjadi calon tenaga kerja wanita hanya menonton tv, bermain, tidur siang.
Motivasi mereka bekerja keluar negeri antara lain untuk melanjutkan sekolah atau
kuliah setelah mengumpulkan penghasilan yang diterima, ingin menbuka usaha
baru atau berwiraswasta, membangun dan memperbaiki rumah dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa calon tenaga kerja wanita
keluar negari dilandasi motivasi yang tinggi untuk meningkatkan ketrampilan,
biaya, sekolah, modal, usaha, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
memperbaiki masa depan agar lebih baik. Karena motivasi yang tinggi akan
xx
sanggup menghasilkan prestasi kerja yang optimal dan dapat mencegah hal–hal
yang timbul selama bekerja keluar negari serta mendapatkan sesuai hasil yang
diharapkan.
Sebelum calon tenaga kerja wanita diberangkatkan ke negara tujuan
mereka diberi ketrampilan yang cukup agar menjadi tenaga kerja wanita yang
profesional. Selain pemberian ketrampilan yang bibutuhkan calon tenaga kerja
wanita tersebut juga dibekali dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa negara
tujuan. Pemberian bekal ketrampilan dan bahasa asing dilakukan selama para
calon tenaga kerja indonesia berada di Balai Latihan Kerja Luar Negeri sebelum
mereka diberangkatkan ke negara tujuan sambil menunggu keberangkatan
mereka. Cepat lambatnya pemberangkatan mereka ke negara tujuan didasarkan
pada panggilan kerja dari luar negeri atau permintaan dari negara tujuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Faktor pendorong dan faktor penghambat calon tenaga kerja Indonesia ke
luar negeri.
xxi
b. Bagaimana model pelatihan calon tenaga kerja Indonesia yang dilakukan
oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri meliputi : tujuan pelatihan, materi
pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, dan evaluasi pelatihan
C. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh kesatuan arti dan pengertian dari judul ini perlu
kiranya diberikan penjelasan mengenai istulah yang dipergunakan pada judul.
Judul yang dimaksud seperti yang telah dikemukakan yaitu “ Model Pelatihan
Calon Tenaga Kerja Indonesia Di Balai Latiahn Kerja Luar Negeri” sebagai
berikut :
1. Model
Model merupakan visualisasi atau konstruksi kongkrit dari suatu
konsep. (Sudarwan D. 2002 : 46)
2. Pelatihan
Menurut Undang–undang RI No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pelatihan kerjadiselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
3. Tenaga Kerja Indonesia
MennurutUndang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketentuan pokok
mengenai Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Tenaga Kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
xxii
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pelatihan calon
TKI ke luar negeri.
b. Mengetahui model pelatihan calon tenaga kerja Indonesia yang
dilakukan oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri, meliputi : tujuan
pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, dan
evaluasi pelatihan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
ilmu pengetahuan dan sebagai bahan untuk pengembangan Fakultas
Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi ibu rumah tangga dan remaja puteri untuk menjadi tenaga kerja
keluar negeri sebagai alternatif pekerjaan sebagai upaya meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan keluarga.
xxiii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelatihan
1. Konsep Pelatihan
Dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
xxiv
Menurut Edwin B. Flippo latihan adalah tindakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan
tertentu.
Menurut Kenneth R. Robinson (1988), pendidikan dan pelatihan
adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk
mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan,
ketrampilan atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan.
Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan RI No 13 Tahun 2003 Bab V
Tentang Pelatihan Kerja Pasal 10 dijelaskan bahwa :
(1) Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar
kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.
(2) Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standar kompetensi kerja.
(3) Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan
menteri.
Mc Gehee (1979) merumuskan prinsip-prinsip perencanaan pelatihan
dan pengembangan sebagai berikut :
b. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-
tahapan.
c. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
10
xxv
d. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang
berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran.
e. Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang
positif dari peserta.
f. Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku.
Tahapan-tahapan penyusunan pelatihan dan pengembangan adalah:
a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau pemgembangan (jobstudy).
b. Mnetapkan tujuan dan sasaran pelatihan atau pemgembangan.
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. Menetapkan
metode pelatihan atau pengembangan.
d. Mengadakan percobaan (try out) dan revisi.
e. Mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Tujuan pelatihan dan pengembangan, antara lain :
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
b. Meningkatkan produktivitas kerja.
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetepan perencanaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindarkan keusangan (obsolescence).
xxvi
i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.
2. Filosofi Perlunya Pelatihan
Terdapat suatu alasan mengapa pelatihan harus dilakukan atau
menjadi bagian yang sangat penting dilakukan, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Pegawai yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar
bagaimana melakukan pekerjaan.
b. Perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan
dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang
memiliki latar belakang keahlian, nilai dan sikap yang berbeda yang
memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka
terhadap pekerjaan.
c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan produktivitas. Sumber daya
manusia merupakan elemen yang sangat penting untuk meningkatkan
daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama
daya saing yang langgeng.
d. Menyesuaikan dengan peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan
pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi dan pemerintah, untuk menjamin
kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.(Marihot,2002 :
168)
3. Model Pelatihan
xxvii
a. Model pelatihan (Anwar Prabu 2003 : 71)
Keterangan :
Tujuan pelatihan dan pengembangan harus didasarkan pada
kebutuhan peserta dan tujuan organisasi. Metode pelatihan dan
pengembangan yang digunakan harus didasarkan pada teori belajar dan
metode belajar. Program pelatihan dan pengembangan harus mendapat
dukungan dari top manajemen, adanya dukungan biaya, adanya tanggung
jawab pengawas dan tanggung jawab bagian personalia untuk
mengevaluasi program penilaian pelatihan dan pengembangan.
Teori-teori
Belajar
Metode
Pelatihan
Kebutuhan
Individu
Dukungan
Dana
Tujuan
Organisasi
Dukungan
Pemimpin
Tanggung
Jawab
Pengawas
Tanggung
Jawab
Personalia
Metode
Pelatihan &
Pengembangan
Tujuan
Pelatihan &
Pengembangan
Program
Pelatihan &
Pengembangan
Evaluasi
Pelatihan &
Pengembangan
xxviii
B. Tenaga Kerja
1. Konsep Tentang Tenaga Kerja
Dalam pasal 1 Undang–undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketentuan Umum mengenai Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Penjelasan tersebut menyebutkan
pengertian tenaga kerja yang bekerja untuk menghasilkan barang atau
jasa adalah dengan tenaganya sendiri baik fisik maupun fikiran.
Sedangkan dalam pasal 1 point (3) Undang-undang No 3 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja atau buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian tenaga kerja
menurut konsep ketenagakerjaan sebagaimana ditulis oleh Payaman J
Simanjuntak (1982 : 2) bahwa pengertian tenaga kerja adalah penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang
melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.
Jadi semata–mata dilihat dari batas umur untuk kepentingan sensus di
indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas umur
maksimal 55 tahun.
Tenaga kerja sebagai sumber daya ekonomi menunjukkan
kepemilikan pekerjaan tertentu, melakukan kegiatan bekerja, menempati
xxix
lapangan kerja yang tersedia dan dapat menciptakan lapangan kerja baru
untuk orang lain. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
menunjukkan pada hakekat dan karakteristik kemanusiaan sesuai dengan
nilai dan martabat kemanusiaannya, yakni dalam hubungan dengan
dirinya sendiri, hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
dengan ekosistem, dan hubungan dengan kebudayaan.
2. Aspek-aspek Tenaga Kerja
Secara lebih khusus, tenaga kerja pada hakekatnya mengandung
aspek–aspek, sebagai berikut :
a. Aspek potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi –
potensi herediter yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan
dapat dikembangkan. Potensi – potensi itu antara lain adalah daya
mengingat, daya berfikir, daya berkehendak,daya perasaan, bakat,
mianatmotifasi dan potensi- potensi lainnya.
b. Aspek profesional, dan atau vokasional, bahwa setiap tenaga kerja
memiliki kemampuan dan ketrampilan kerja atau kejurua dalam
bidang tertentu, dengan kemampuan dan ketrampilan itu, dia dapat
mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan
menciptakan hasil yang baik secara optimal.
c. Aspek fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan
pekerjaannya secara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan
tugas dan fungsinya dalam bidang garapan yang sesuai pula.
xxx
d. Aspek operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat
mendayagunakan kemampuan dan ketrampilannya dalam proses dan
prosedur pelaksanaan kegiatanyang sedang ditekuninya.
e. Aspek personal, bahwa tiap tenag kerja harus memiliki sifat – sifat
kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri
dan tangguh, bertanggung jawab, tekun dan rajin, mencintai
pekerjaannya, disiplin dan berdedikasi tinggi.
f. Aspek produktivitas, bahwa tiap tenaga kerja harus memiliki motif
berprestasi, berupaya agar berhasil, dan memberikan hasil dari
pekerjaannya, baik kualitas maupun kuantitasnya.
C. Komponen Pelatihan
Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara
sumber belajar dengan warga belajar. Komponen-komponen pelatihan terdiri dari
tujuan pelatihan, sasaran pelatihan, instuktur, materi pelatihan, dan peserta
pelatihan (Anwar Prabu,2003 : 51 ).
1. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan hrus jelas dan dapat diukur.
Tujuan pelatihan dan pengembangan antara lain :
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
b. Meningkatkan Produktivitas kerja.
xxxi
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetapan perencanaansumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
f. Meningkatkan rangsangan agar para pegawai mampu berprestasi secara
maksimal
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindarkan keusangan.
i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.
2. Para Pelatih atau Instruktur
1. Dasar Profesionalime Pelatih
Pada hakekatnya para pelatih adalah tenaga kependidikan, yang
bertugas dan berfungsi melaksanakan pendidikan dan pelatihan. Pelatih adalah
orang yang ditugaskan memberikan pelatihan dan diangkat sebagai tenaga
fungsional yang disebut Widyaiswara. Peran dan tugasnya itu menuntut
persyaratan kualifikasi sebagai pelatih atau tenaga kependidikan.
Pekerjaan kepelatihan merupakan suatu pekerjaan yang harus dan hanya
dilakukan oleh orang yang telah dipersiapkan sebagai tenaga yang profesional,
sehingga dia ahli sebagai pelatih dan mempunyai dedikasi, loyalitas dan
berdisiplin dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Tugas dan fungsinya sebagai tenaga kependidikan menunut kemampuan sebagai
tenaga profesional, yaitu kemampuan dalam proses pembelajaran,
kemampuankepribadian, dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan-
xxxii
kemampuan itu mengandung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap,dan
pengalaman lapangan. Persyaratan ini menyebabkan setiap pelatih harus
mempelajari dan menguasai :
a. Pengetahuan yang memadai dan mendalam dalam bidang keilmuan atau studi
tertentu, sesuai dengan bidang-bidang keilmuan yang dikembangkan dan
diterapkan dalam lembaga pelatihan tersebut.
b. Kemampuan dalam bidang kependidikan dan keguruan, yakni yang berkenaan
dalam proses pembelajaran, berupa teori, praktek dan pengalaman lapangan.
c. Kemampuan kemasyarakatan adalah kemampuan yang diperlukan dalam
kehidupan antara menusia dan masyarakat, baik dilingkungan lembaga
pelatihan dan masyarakat maupun dengan masyarakat luas.
d. Kemampuan kepribadian yang berkenaan dengan pribadi khususnya yang
menunjang pekerjaan sebagai pendidik kan dan pelatihan.
2. Peranan Pelatih
Pelaksanaan pelatihan dalam rangka pelaksanaan kurikulum berlangsung dalam
proses pembelajaran, di mana pelatih mengembangkan peranan-peranan tertentu.
Berbagai peranan tersebut meliputi :
a. Peranan sebagai pengajar, pelatih berperan menyampaikan pengetahuan dengan
cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa konsep-konsep,
fakta dan informasi yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta
dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri
pengetahuan yang mereka butuhkan.
xxxiii
b. Peranan sebagai pemimpin kelas, pelatih berperan sebagai pemimpin kelas
asecara keseluruhan, pemimpin kelompok sekaligussebagai anggota
kelompok.
c. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan dan
pertolongan kepada peseta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya
dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya peserta lebih aktif membimbing
dirinya sendiri.
d. Peranan sebagai fasilitator, pelatih berperan menciptakan kondisi lingkungan
peserta belajar aktif.
e. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksanakan diskusi kelompok,
kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah. Pelatih dapat berperan
sebagai peserta dalam kelompok diskusi itu dengan cara memberikan
informasi, mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, dan
sebagainya
f. Peranan sebagai ekspeditor, pelatih juga malaksanakan peranan dengan
melakukan pencarian, penjelajahan, dan penyediaan mengenai sumber-sumber
yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber
tercetak, dari masyarakat, darilembaga atau inastansi lainnya dalam rangka
menunjang kegiatan belajar peserta.
g. Peranan sebagai perencana pembelajaran, pelatih berperan menyusun
perencanaan pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan yang disusun
berdasarkan GBPP, perencanaan harian dan perencanaan satuan acara
xxxiv
pertemuan. Keberhasilan proses pelatihan juga turut ditentukan oleh kegiatan
pelatihan dalam pembuatan rencana-rencana tersebut.
h. Peranan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas terus menerus
supaya proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang dihadapi
oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina dengan
baik, dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil
i. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakan motivasi belajar
para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun diluar
kelas pada kesempatan yang ada.
j. Peranan sebagai evaluator, pelatih berkewajiban melakukan penilaian, pada
awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan pada akhir
pelatihan, dengan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan, dan
pengamatan.
k. Peranan sebagai konselor, konseling perlu dilakukan oleh pelatih. Kesulitan
dalam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika perlu dan
memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang
kesulitan pribadi dan sosial.
l. Peranan sebagai penyelidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan panutan
hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga pelatihan itu
pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
3. Materi Pelatihan
xxxv
Bahan latihan seyogyanya disiapkan secara tertulis agar mudah
dipelajari oleh peserta. Penulisan bahan dalam bentuk buku paket materi pelatihan
hendaknya memperhatikan faktor-faktor tujuan pelatihan, tingkatan peserta
latihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan. Cara
penulisannya agar disesuaikan dengan pedoman atau petunjuk penulisan karya
ilmiah yang berlaku. Untuk melengkapi bahan pelatihan sebaiknya disediakan
sejumlah referensi terpilih yang relevan dengan pokok bahasan yang diajarkan.
4. Metode Pelatihan
Metode pelatihan (Anwar Prabu, 2003: 62) ada dua yaitu :
1. Metode-metode pelatihan On The Job Training adalah sebagai berikut :
- Job instruction training atau latihan instriksi jabatan adalan
pelatihan dimana ditentukan seseorang bertindak sebagai pelatih
untuk menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu
dalam proses kerja.
- Coaching adalah bentuk pelatihan dan pengembangan ditempat
kerja yang dilakukan oleh atasan dengan membimbing petugas
melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana.
- Job rotation adalah progranm yang direncanakan secara formal
dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa pekerjaan yang
xxxvi
berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk
menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi.
- Apprenticeship adalah pelatihan yang mengkombinasikan antara
pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan yaitu setelah
sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa praktek ke
lapangan.
2. Metode-metode pelatihan Off The Job Training adalah sebagai berikut:
- Lecture atau kuliah adalah presentasi atau ceramah yang diberikan
oleh pelatihan atau pengajar kepada sekelompok pendengar,
biasanya kelompok yang cukup besar. Di sini pola komunikasi yang
terjadi umumnya satu arah. Pengajar dapat menggunakan berbagai
alat peraga, memberikan kesempatan untuk bertanya atau
berdiskusi, meskipun tidak intensif. Metode ini biasanya digunakan
untuk memberikan pengetahuan umum kepada peserta.
- Video presentatif adalah presentasi atau pelajaran yang disajikan
melalui film , televisi atau video tentang pengetahuan atau
bagaimanamelakukan suatu pekerjaan. Ini biasanya dilakukan bila
jumlah peserta cukup banyak dan masalah yang dijelaskan tidak
begitu kompleks.
- Vestibule training / Simulation adalah latihan yang diberikan di
sebuah tempat yang khusus dirancang menyerupai tempat kerja,
yang dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti di tempat kerja.
xxxvii
- Role playing adalah metode pelatihan yang dilakuaknan dengan cara
para peserta diberi peran tertentu untuk bertindak dalam situasi
khusus.
- Case study adalah studi kasus yang dilakukan dengan memberikan
beberapa kasus tertentu, kemudian para peserta diminta
memecahkan kasus tersebut melalui diskusi disuatu kelompok
belajar. Kasus-kasus yang diberikan sesuai dengan situasi nyata
suatu pekerjaaj akan menimbulkan transference.
- Self-study adalah meminta peserta untuk belajar sendiri melalui
rancangan meteri yang disusun dengan baik, seperti melali bahan
bacaan, video dan kaset.
- Program learning adalah bentuk lain dari self-study, yaitu
menyiapkan seperangkaat pertanyaan dan jawaban secara tertulis
dalam buku, atau dalam sebuah program komputer. Setelah
membaca dan menjawab pertanyaan, peserta memberikan feedback.
Kemudian melalui feedback dapat diketahui hasilnya.
- Laboratorium training adalah latihan untuk meningkatkan
kemampuan hubungan antarpribadi, melalui sharing pengalaman,
perasaan, persepsi, dan perilaku di antara beberapa peserta.
- Action learning (belajar bertindak) adalah proses belajar melalui
kelompok kecil dalam memecahkan berbagai persoalan dalam
pekerjaan, yang dibantu oleh seorang ahli, bisa dari dalam
perusahaan atau dari luar perusahaan.
xxxviii
5. Peserta Pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan
proses pelatihan, yang pada gilirannya turut menentukan efektifitas pekerjaan.
Karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik
berdasarkan kriterian antara lain:
1. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian.
2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau akan
ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
3. Pengalaman Kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.
4. Motivasi dan Minat, yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
5. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril dan sifat-sifat yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.
6. Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan diketahui melalui tes seleksi.
D. Kerangka Berfikir
Pelatihan merupakan bagian terpenting dari proses pengiriman tenaga
kerja wanita keluar negeri yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan tenaga
kerja ke luar negeri. Pelatihan merupakan kegiatan untuk memberi, meningkatkan
dan mengembangkan ketrampilan sesuai dengan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan, baik sektor formal maupun
informal.
xxxix
Dalam menciptakan tenaga kerja yang berkualitas perusahaan tenaga
kerja ke luar negeri mempunyai peranan yang cukup penting. Sesuai dengan
permintaan pasar tenaga kerja wanita yang dikirim keluar negeri harus sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh negara tujuan.
Melalui pola pelatihan yang tepat tenaga kerja wanita yang dikirim ke
luar negeri diharapkan menguasai bidang pekerjaannya, sehingga mereka menjadi
tenaga kerja wanita yang profosional.
Berangkat dari kenyataan yang ada maka peneliti yang dilakukan
penulis dengan alur pikir sebagai penuntunnya yaitu jika pelatihan diberikan
dengan baik pada calon tenaga kerja wanita ke luar negeri oleh perusahaan
penyalur tenaga kerja indonesia maka akan menghasilkan tenaga kerja wanita
yang berkualitas.
xl
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara untuk melakukan pengamatan dengan
pemikiran yang tepat dengan cara terpadu melalui tahapan- tahapan yang disusun
secara ilmiah untuk mencari, menyusun dan menganalisis serta menyimpulkan
data- data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.
Berturut- turut dibahas metode penelitian yang meliputi :
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenaiModel
Pelatihan Calon Tenaga Kerja Indonesia di BLKLN Jl. Brotojoyo Semarang,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Hal ini bahwa penelitian ini merupakan suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
secara utuh (holistik), jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi
kedalam variabel atau hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu
keutuhan (Bogdan dan tailor dalam Moleong, 1989 : 3).
Alasan digunakan pendekatan kualitatif karena lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan yang tidak terkonsep sebelumnya tentang keadaan
di lapangan yang sebenarnya. Pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data
secara utuh dari orang-orang (informan) dari perilaku yang diamati. Kaitannya
dengan penelitian ini metode kualitaif digunakan untuk menjaring data dari
27
xli
informan yaitu dari para instruktur yang mengetahui dan memhami tentang proses
pelatihan di BLKLN, selain itu sumber-sumber lain yang dapat diperolaehmelalui
informan lain yaitu penyelenggara pelatihan, data-data dari observasi dan
dokumentasi.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka laporan penelitian akan
berupa kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut
yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2001: 6).
Metede deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat gambaran keadaan
yang diteliti secar obyektif tentang model pelatihan calon TKUI di BLKLN
melalui pencarian data dengan teknik pengumpulan data dari para infrman.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jl. Brotojoyo
Semarang.
Dipilihnya Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jl. Brotojoyo Semarang
dikarenakan BLKLN marupakan pelaksan asebagian tuigas tehnis Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, selain itu BLKLN juga melaksanakan kebijakan tehnis
operasional pelatihan Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja keluar
negeri.
C. Subyek Penelitian
xlii
Subyek penelitian merupakan keseluruhan badan atau elemen yang akan
diteliti. Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah calon tenaga kerja
wanita ke luar negeri sesuai dengan negara tujuannya, yaitu 4 orang CTKI dengan
negara tujuan Hongkong, 3 orang instruktur pelatihan, dan 1 orang kasi
penyelenggara pelatihan.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti
atau melalui pengetahuan ang diperoleh melalui keputusan ilmiah atau
kepustakaan lainnya. (Moleong, 1993:65)
Pola penelitian yang penulis lakukan ini yang menjad fokus penelitian
atau pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian adalah Model Pelatihan Calon
Tenaga Kerja Indonesia mliputi aspek-aspek yang antara lain meliputi : prograam
pelatihan, tujuan pelatihan, metode pelatihan, dan evaluasi pelatihan serta faktor
pendorong dan penghambat calon TKI ke luar negeri.
E. Sumber Data
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini kelompokkan menjadi 2 yaitu data
utam aatau data pendukung. Data utama diperoleh dari para informan atau
instruktur, peserta pelatihan dan penyelenggara pelatihan. Sedangkan data
pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman dan
gambar atau foto serta ahan-bahan lain yang mendukung dalam penelitian
ini.Menurut Lofland (Moleong, 2000:112) kerakteristik dari data utama adalah
xliii
dalam bentuk kata-kata atau ucapan dari perilaku dari orang-orang yang diamati
dan diwawancarai yaitu peserta pelatihan, instruktur, dan kasi penyelenggara
pelatihan. Sedangkan karakteristik data pendukung adalah dalam bentuk non
manusia berupa data dokumen dan data informasi.
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Drs. Marzuki, 2000 :
55). Sumber data primer dalam penelitian ini ada 8 orang informan yang
terdiri dari 4 calon TKI negara tujuan Hongkong dengan kriteria sudah lebih
dari 15 hari mengikuti pelatihan, pendidikan minimal SLTP dan dapat
berkomunikasi dengan baik , 3 orang instruktur, serta 1orang kasi
penyelenggara pelatihan.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang buakan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua,
tangan ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu tangan atau lebih pihak
yang buka peneliti (Marzuki, 2000 : 56). Sumber data sekunder dapat
diperoleh dari literatur, dokumen, dan sumber data lain yag berhubungan
denagn penelitian iniberupa program pelatihan, tujuan pelatihan, metode
pelatihan dan evaluasi pelatihannya.
F. Metode Pengumpulan Data
xliv
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Metode observasi ini merupakan pengamatan atau mendengarkan
perilaku individu dalam situasi atau selang waktu tertentu tanpa memenipulasi
atau mengontrol dimana perilaku ini ditampilkan. Dalam metode observasi ini
juga tidak mengabaikan kemmungkinan menggunakan sumber-sumber non
manusia seperti dokumen dan catatan-catatan.
Dalam mengumpulkan informasi, penulis menggunakan proses
pengamatan peran serta sehingga penulis relatif leih bebas dalam membuat
catatan yang diperlukan berdasarkan pedoman observasi yang telah
direncanakan. Disamping menggunakan alat tulis dalam pelaksanaan metode
observasi ini dibantu pula dengan kamera foto untuk memperkuat argumentasi
dengan gambar visual hasil rekaman kamera foto tersebut.
Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa aspek yang diamati
meliputi ; setting latar berupa situasi umum fisik yang relevan antara lain
kantor BLKLN yang terdiri dari 1 gedung tempat pelatihan terbagi 4 kelas
dan 1 laboratorium bahasa, pelaku model pelatihan yaitu instruktur yang
meliputi tujuan, materi dan kurikulum, metode, sumber, media, jadwal belajar
dan evaluasi, dan peserta pelatihan yang meliputi jumlah peserta, materi,
metode, media dan evaluasi, situasi proses pelatihan untuk para calon TKI.
2. Wawancara
xlv
Wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan data dimana terjadi
komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara.
Menurut Moleong ( 1993 : 135 ) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban
pertanyaan itu. Wawancara dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada
nara sumber yang dapat dipercaya kebenarannya yaitu istruktur, dan
penyelenggara pelatihan. Alasan peneliti memilih metodwe wawancara adalah
untuk memperoleh data berupa jawaban informan secara lebih mendalam.
Dengan itu dipilihnya metode wawancara karena sifat penelitiannya
kualitatif, sehingga data yang diambil tidak mungkin dengan angket yang
dapat di skor, karena gejala yang diteliti dari segi proses pelatihan bagi calon
TKI, kemudian data dari hasil wawancara dideskrpsikan sesuai dengan latar
secara utuh. Agar data diperoleh sejalan dengan arah penelitian maka dibuat
suatu pedoman wawancar sebagai keterangan konseptual untuk mengangkat
permasalahan.
Di dalam pelaksanaan wawancara secara berurutan disesuaikan dengan
keadaan informan dalam konteks wawancara yang sebenarnay, sehingga
informan yang di[perlukan dapat terjaringsemua. Karena tujuan wawancara
untuk memperoleh data yang sangat dibutuhkan dalam prosespenelitian,
selama berlangsungnya wawancara dilakukan pencatatan dengan
menggunakan buku catatan di lapangan dan menggunakan alat perekam (tape
rekoder) merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.
xlvi
Hasil catatan dan rekaman dari wawancara tersebut nantinya akan
menjadi data yang diperlukan dalam penelitian yang berguna untuk
pengecekan dan verivikasi data yang diperoleh dari sumber data yang lain.
Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data tentang
penyelenggara pelatihan mengenai perekrutan instruktur dan peserta pelatihan,
Instrukturmengenai tujuan pelatihan, materi pelatihan, kurikulum pelatihan,
metode pelatihan, sumber pelatihan, media pelatihan, jadwal pelatihan, dan
evaluasi pelatihan, calon TKI mengenai materi pelatihan, metode pelatihan,
media pelatihan, dan evaluasi pel;atihan.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini
dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan
observasi. Dokumen terbagi menjadi dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen
resmi. Dokumen digunakan dalam penelitian digunakan sebagai sumberdata
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan data yang ditemukan melalui hasil doumentasi.
Studi dokumentasi dilakukan dengan menelusuri catatan yang ada di daerah
penelitian selam proses kegiatan pelaihan berlangsung.
Tehnik dokumentasi juga digunakan untuk menjaring data aspek
kesejarahan, yang berkaitan dengan berdirinya, berkitan dengan aspek fisik
dan dokumen administratif, dengan menelusuri data arsip atau dokumen yang
ada di likasi penelitian. Fungsi dari penggunaan dari metode ini adalah untuk
xlvii
memperoleh data tertulis yang meliputi sejarah Balai Latihan Kerja Luar
Negeri, letak geografis, data-data administratif, data peserta pelatihan, data
sumber belajar, media yang digunakan, foto pelaksanaan kegiatan pelatihan
peserta pelatihan.
G. Langkah Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pelatihan untuk para calon TKI
untuk bekal ketrampilan mereka sebagai TKI yang profesional dibidangnya.
Prosedur yang digunakan adalah yang pertama pengurusan ijin penelitian pada
pihak-pihak terkait sebagai landasan struktural formal untuk dilaksanakan
penelitian pada bulan juni dan juli 2005. Langkah kedua adalah pelaksanaan
penelitian untuk mengambil data yang diperlukan dalam penelitian denagn
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Langkah penelitian yang dilakukan adalah :
1. Observasi pra penelitian pada Balai Lathan Kerja Luar Negeri Semarang pada
bulan Maret.
2. Pelaksanaan pengamatan kegiatan pelatihan calon TKI dan wawancara secara
langsung dengan instruktur, peserta pelatihan dan kasi penyelenggara
pelatihan pada bukan juni dan juli 2005.
3. Pembuaan laporan dengan menganalisis data, menyimpulkan, membuat laporan
pada bulan Juli 2005.
H. Keabsahan Data
Tehnik pemeriksaan keabsahan merupakan suatu strategi yang digunakan
untuk memeriksa keabsahan data atau dokumen yang didapatkan atau diperoleh
xlviii
dari penelitian, supaya hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dari segala segi (Moleong, 1990 : 171)
Suatu penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai suatu penelitian ilmiah
atau terdisiplin, jika data atau dokumen yang didapat atau diperoleh harus sudah
diperiksa keabsahannya. Dalam penelitan ini kriteria yang digunakan dalam
tehnik keabsahan data adalah dengan menggunakan kriteria derajat kepercayaan.
Dimana derajat kepercayaan ini sendiri menuntut supaya hasil penemuannya dapat
dipercaya oleh pembaca dan dapat dibuktikan oleh informan. Tehnik yang
digunakan oleh peneliti untuk memestikan derajat kepercayaan dalam penelitian
ini adalah Triangulasi. Yang menurut (Sumaryanto, 2000 : 27), tringulasi adalah
verifikasi penemuan melalui informasi dari berbagai sumber, menggunakan multi
metode dalam pengumpulan data dan sering juga oleh beberapa peneliti tehnik
triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Triangulasi dengan sumber, berarti membandigkan dn mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melelui waktu dan alat yang
berbeda.
2. Triangulasi dengan metode, terdapat dua metede yaitu pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik pengumpulan data,
dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber daa dengan metode
yang sama.
3. Triangulasi penyidik, dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
xlix
4. Triangulasi dengan teori, menurut Linclon dan Guba berdasarkan anggapan
bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu
atau lebih teori.
Dalam hal ini peneliti memanfaatkan penggunaan keabsahan data
dengan pengecekan teman sejawat, triangulasi sumber dan triangulasi
penyidik, triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alatyang berbeda.
Dengan tehnik triangulasi sumber peneiti mengecek balik hasil
wawancara yang telah diperoleh yaitu instruktur, peserta pelatihan dan kasi
penyelenggara pelatihan dengan sumber yang lain berupa dat dokumentasi
dan dat observasi. Sedangkan dengan dengan triangulasi penyidik mengecek
keabsahan data melalui memanfaatkan informan lain dengan pengecekan dan
wawancara informan pendukung yaitu penyelenggara.
I. Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah
karena dengan analisislah data mentah yang telah dikumpulkam oleh peneliti
dapat diberi arti dan makna yang berguna dalanm memecahkan masalah
penelitian sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang benar. Proses analisis
dimulai dengan menelaah data yang tersedia dengan berbagai sumber yaitu
wawancara, pengamatan, dokumentasi. Dari hasil perolehan data maka hasil
penelitian dianalisis secaratepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula. Dalam
proses analisis data ada tiga unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis yaitu :
l
1. Reduksi Data
Reduksi data diartika sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi berlangsung selama proyek
berlangsung. Reduksi data bukan merupakan suatu hal yang terpisah dari
analisis. Dengan demikian reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, menajamkan membuang hal-hal yang tidak
perlu dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhirnya dapat
ditarik dan diverifikasikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data sajian data adalah suatu susunan informasi yang
memungkinkan kesimpulan dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data,
penganalisis akan dapat memahami apa yang terjadi, serta memberikan
peluang bagi penganalisis untuk melakukan sesuatu pada analisis atau
tindakan berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan gambaran yang
jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisien dan efektifitas dari
sajian informasi yang akan disampaikan dalam satu sajian yang baik dan jelas
sistematikanya. Sedangkan langkah-langkah penyajian data dikategorikan
sesuai dengan tema dan sub tema.
3. Menarik Kesimpulan
Simpulan akhir dalam proses analisis kualitatif ini tidak akan ditarik
kecuali setelah proses pengumpulan data akhir. Simpulan yang ditarik perlu
diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, sambil
li
meninjau sepintas pada catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang
lebih tepat. Kesimpualn hasil penelitian ditulis bersamaan dengan penyajian
data dengan penulisan dalam tabel. Laporan hasil penelitian ini dalam bentuk
deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan gambar visual dan tabel.
Komponen-komponen data interaktif dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar: Komponen-komponen data model interaktif (sumber: Analisis data
kualitatif, Tjetjep Rohendi; 1992: 20)
Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Simpulan
Verivikasi Reduksi
Data
lii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Balai Latihan Kerja Jawa Tengah
a. Sejarah Singkat Balai Latihan Kerja Jawa Tengah
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan
lapangan kerja dan lapangan yang produktif dan berkelanjutan, sehingga
setiap angkatan kerja dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan bunyi Undang-
undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan bahwa : “ Tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
Masalah besar yang masih dihadapi bidang ketenegakerjaan
saat ini adalah tingkat pengangguran yang relatif tinggi dengan
pertambahan angkatan kerja melebihi pertambahan jumlah kesempatan
kerja yang tersedia, jumlah pertumbuhan angkatan kerja yang cukup
pesat kurang dapat diimbangi oleh kemampuan penciptaan kesempatan
kerja sehingga terjadi pengangguran terbuka yang berakumulasi setiap
tahun.
Salah satu kebijakan yang dikembangkan pemerintah untuk
mengatasi masalah pengangguran ialah dengan mendorong pengiriman
dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, dengan
liii
memperhatikan kompetensi, perlindungan tenaga kerja, harkat,
martabat, dan nama baik bangsa indonesia, serta mencegah timbulnya
eksploitasi tenaga kerja.
Sejalan dengan era persaingan global yang semakin ketet dan
perkembangan kebutuhan pasar kerja internasional, diupayakan
peningkatan ketrampilan dan produktifitas tenaga kerja untuk
mendukung daya saing dan openingkatan kualitas TKI, melalui
pelaksanaan pelatihan yang fleksibel dan relevan dengan kebutuhan
dunia kerja.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor I
Tahun 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi
dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Propinsi Jawa Tengah, dibentuk Balai Latihan Kerja Luar
Negeri ( BLKLN ) Propinsi Jawa Tengah, yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi melaksanakan pelatihan, uji ketrampilan, dan sertifikasi bagi
calon tenaga kerja indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Hal ini merupakan wujud kepercayaan Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah kepada BLKLN untuk menunjang program penempatan
TKI ke luar negeri melalui pelatihan, pemberdayaan dan pengembangan
sumber daya manusia tenaga kerja. Kemudian untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut, masih diperluakn adanya berbagai
dukungan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya dalam
jumlah dan kualitas yang memadai.
liv
b. Tugas Pokok dan Fungsi Program Pelatihan BLKLN Jawa Tengah
1. Tugas Pokok
a. Melaksanakan tugas tehnik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
b. Melaksanakan kebijakan teknis operasional pelatihan calon tenaga
kerja yang akan bekerja keluar negeri.
2. Fungsi
1. Menyusun rencana teknis operasional pelatihan calon tenaga
kerja yang akan bekerja keluar negeri.
2. Mengkaji dan menganalisis teknik operasional pelatihan calon
tenaga kerja yang akan bekerja keluar negeri.
3. Melaksanakan kebijakan teknis pelatihan calon tenaga kerja
yang akan bekerja keluar negeri.
4. Melaksanakan pelatihan bagi calon tenaga kerja yang akan
bekerja keluar negeri.
5. Melaksanakan kerja sama dengan pihak ketiga di dalam dan luar
negeri di bidang pelatihan calon tenaga kerja yang akan bekerja
ke luar negeri.
6. Melaksanakan uji ketrampilan dan sertifikasi pelatihan calon
tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri.
7. Melaksanakan pemasaran dan informasi lulusan dan sumber
daya pelatihan Balai Latihan Kerja Luar Negeri.
lv
8. Melaksanakan pengelolaan sumber daya pelatihan Balai Latihan
Kerja Luar Negeri.
9. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pelatihan.
c. Program Pelatihan
Dengan didukung prasarana, sarana dan fasilitas pelatihan yang
standar, BLKLN melaksanakan program pelatihan ketrampilan bagi
calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri, yaitu :
1. Program pelatihan untuk tenaga kerja formal
a. Pelatihan Kontuksi Bangunan
Cukup banyak calon tenaga kerja yang berminat untuk
bekerja di luar negeri khususnya pada sektor konstuksi
bangunan, sebagian, sebagian dari mereka adalah pekerja
bagunan yang sudah mempunyai ketrampilan dan pengalaman
namun sebagian lainnya adalah calon tenaga kerja yang sama
sekali tidak mempunyai ketrampilan dan pengalaman. Oleh
sebab itu kepada calon tenaga kerja yang akan bekerja di sektor
ini, diberiakan pelatihan dasar tentang konstruksi bangunan.
b. Pelatihan Menjahit ( garment )
Permintaan tenaga kerja untuk ditempatkan dan
dipekerjakan pada bidang usaha garment cukup tinggi, namun
tidak banyak calon tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan di
bidang ini. Untuk memenuhi kebutuhan ini, calon tenaga kerja
lvi
dilatih untuk mengoperasionalkan mesin jahit yang berkecepatan
tinggi ( high speed ).
2. Program pelatihan untuk tenaga kerja informal
Sebagian besar ketuhan akan tenaga kerja di uar negeri
adalah untuk jabatan Penata Laksana Rumah Tangga ( PLRT ), agar
calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri sebagai PLRT
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan berhasil dan produktif,
kepada mereka diberi pelatihan PLRT yangmeliputi pengetahuan
tata boga, tata graha, tata busana / laundry, perawatan bayi, dan
pengetahuan bahasa.
Semua program pelatihan tersebut dirancang untuk
mempersiapkan calon Tenaga Kerja Indonesia yang mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja
di luar negeri.
d. Struktur Organisasi BLKLN Jawa Tengah
a. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Balai Latihan Kerja Luar Negeri Propinsi Jawa
Tengah, terdiri dari :
1. Kepala BLKLN
lvii
2. Kasubbag Tata Usaha
3. Kasie Penyelenggaraan Pelatihan
4. Kasie Pengembangan dan Pemberdayaan
5. Kasie Pemasaran dan Informasi.
Bagan Struktur Organisasi
BLKLN Propinsi Jawa Tengah
e. Instruktur dan peserta pelatihan
1. Instruktur
Di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jawa Tengah jumlah
instruktur ada 16 orang, yang masing-masing instruktur mengajar
sesuai dengan keahliannya. Sehingga peserta pelatihan diharapkan
KEPALA BLKLN
KASUBBAG
TAT USAHA
KEPALA SEKSI
PEMASARAN DAN
INFORMASI
KEPALA SEKSI
PENGEMBANGAN
&
PEMBERDAYAAN
KEPALA SEKSI
PENYELENGGAR
AAN PELATIHAN
lviii
mampu menguasai materi pelatihan yang telah diajarkan agar saat
mereka bekerja keluar negeri sebagai penata laksana rumah tangga
menjadi tenaga yang profesional dibidangnya.
2. Peserta pelatihan pada Balai Latihan Kerja Luar Negeri harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Calon tenaga kerja berminat untuk bekerja keluar negeri dan atau
calon tenaga kerja Indonesia terdaftar melalui penyalur jasa tenaga
kerja keluar negeri atau cabang PJTKI.
b. Telah mengikuti tes kesehatan di klinik yang terekomendasi dari
pemerintah dengan hasil fit.
c. Tingkat pendidikan calon tenaga kerja indonesia minimal lulusan
SLTP.
d. Usia calon tenaga kerja indonesia minimal 18 tahun pada waktu
terdaftar.
e. Calon peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan
ketrampilan.
f. Calon peserta pelatihan mengisi blangko pendaftaran dengan
dilampiri pas photo 4X6 sebanyak 3 lembar.
f. Fasilitas Fisik BLKLN Jawa Tengah
Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jawa Tengah menempati tanah
seluas kurang lebih 10.000 meter persegi yang memiliki beberapa
ruangan baik ruang kantor, ruangan untuk tempat pelatihan maupun
lix
asrama untuk peserta pelatihan. Secara geografis BLKLN Jawa Tengah
terletak di Jalan Brotojoyo kelurahan Pelombokan, Semarang Utara.
Tabel 1 Fasilitas Pelatihan BLKLN Jawa Tengah
No Fasilitas BLKLN Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gedung kantor
Ruang perpustakaan
Ruang pertemuan atau
aula
Ruang kelas
Whork shop / R. Praktek
kejuruan PLRT
Asrama
Sarana dan prasarana
olah raga
Yang terdiri dari ruang penanggung jawab TUK,
ruang penguji, ruang staf administrasi, ruang staf
teknis, ruang tamu kantor TUK
Berisi buku-buku penunjang pelatihan untuk
peserta pelatihan maupun instruktur
Kapasitas kurang lebih 100 orang
Kapasitas 20 orang dengan fasilitas meja kursi
20 buah, white board, serta ruang ber AC
Yang terdiri dari ruang praktek kamar tamu,
ruang praktek kamar mandi / WC, ruang praktek
pencucian pakaian, ruang praktektata hidang dan
etika bertelp, ruang praktek perawatan
bayi,ruang praktek perawatan anak balita, ruang
praktek perawatan orang sakit, dan lab. Bahasa
Kapasitas 80 orang
Tersedia lapangan dan sarana prasarana olah
raga bagi peserta pelatihan, instruktur, maupun
pegawai BLKLN
lx
8.
9.
10.
11.
Ruang makan
Dapur
Gudang
Kamar mandi / WC
Kapasitas 80 orang
Terdiri 1 ruang yang tersedia beberapa peralatan
untuk masak
Terdiri 1 ruang
Dengan fasilitas yang lengkap
g. Sarana Belajar di BLKLN Jawa Tengah
Sarana belajar merupakan salah satu unsur yang mendukung
terselenggaranya kegiatan belajar mengajar. Sarana yang tersedia dan
digunakan pada kegiatan belajar mengajar pada BLKLN merupakan
pendukung kegiatan praktek para calon tenaga kerja Indonesia.
Tabel 2 sarana belajar
No Sarana Belajar Keterangan
lxi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Peralatan pelatihan untuk
tata graha
Peralatan pelatihan untuk
tata boga
Peralatan pelatihan untuk
tata busana
Peralatan pelatihan untuk
baby sitter
Peralatan pelatihan untuk
perawatan / kesehatan
lansia dan jompo
Laboratorium bahasa
Meliputi kamar tidur, kamar tmu, kamar
mandi beserta sarana penunjang lainnya
Meliputi ruang dapurbasah, ruang dapur
keringbeserta alat-alat dan bumbu-bumbu
lengkap yang disesuaikan dengan negara
tujuan, serta ruang tata hidang
Meliputi ruang pencucian pakaian, pelicinan
pakaian, dan perawatan pakaian
Meliputi ruang perawatan bayi lengkap
dengan peralatan penunjang serta boneka
pengganti bayi, dan ruang perawatan anak
disertai dengan alat permainannya
Meliputi ruang perawatan orang sakit serta
dilengkapi kursi roda, tongkat, tabung
oksigen, dan alat-alat pendukung lainnya
Yang dilengkapi dengan perangkat audio dan
headphone, tv monitor, VCD player, gambar
peraga, dan alat peraga pembelajaran bahasa
inggris
h. Aktifitas Pelatihan
lxii
Kegiatan pelatihan di BLKLN Jawa Tengah berlangsung satu
minggu 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 40% teori dan 60%
praktek. Proses pembelajaran dalam satu hari dilakukan selama 10 jam.
Kegiatan pelatihan dilakukan mulai pukul 08.00 – 17.30 wib.
Tabel 3 Aktifitas Kegiatan Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah
No Alokasi
Waktu
Aktifitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
120 menit
15 menit
90 menit
15 menit
60 menit
75 menit
135 menit
15 menit
45 menit
90 menit
Pelajaran bahasa sesuai dengan negara tujuan (neg.
Singapura bhs. Inggris, neg. Hongkong bhs. Kantonis, neg.
Malaysia bhs. Melayu)
Istirahat
Praktek ( misal penyiapan bahan masak, penghidangan
makanan serta minuman, negara setempat, pembersihan dan
perawatan perabot dapur, makan, minum, pembersihan dan
perawatan kamar mandi / WC, penataan kamar tidur dan
ruang tamu, pengasuhan dan perawatan balita, perawatan
kesehatan, dan perawatan lansia).
Istirahat
Pelajaran bahasa sesuai negara tujuan
Istirahat, sholat, makan siang
Praktek
Istirahat
Praktek
lxiii
Pelajaran bahasa sesuai negara tujuan
Proses kegiatan pelatihan Tabel di atas merupakan hasil
pengamatan peneliti selama berlangsung. Pemberian praktek di atas
dilakukan secara bergantian disesuaikan dengan kurikulum sesuai dengan
negara tujuan masing-masing calon tenaga kerja indonesia ke luar negeri.
i. Kurikulum
Kurikulum pelatihan di BLKLN Jawa Tengah untuk calon
tenaga kerja yang dilatih
Tabel 4 kurikulum pelatihan
Mata Pelatihan : Penata Laksana Rumah Tangga
Negara Tujuan : Hongkong
Jam Latihan No Mata Latihan
PB KP Jumlah
1 2 3 4 5
1
1.1
1.2
1.3
Kelompok Dasar
Budi pekerti, motivasi, disiplin kerja
dan etika negara setempat
Keselamatan dan kesehatan kerja
Fisik, mental dan disiplin
8
4
-
-
-
8
8
4
8
Sub Jumalh (1) 12 8 20
2 Kelompok Inti
lxiv
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
Pembersihan dan penataan ruangan
kamar mandi dan WC
Pembersihan dan perawatan perabot
dapur, makan dan minum
Cuci, setrika, perawatan pakaian dan
sepatu atau sandal
Penataan kamar tidur dan kamar tamu
Penyiapan bahan, memasak, dan
penghidangan makanan dan inman
negara setempat
Bahasa kantonis
Bahasa inggris
Perawatan anak pra sekolah
Pengasuhan dan perawatan anak balita
Perawatan kesehatan
Perawatan orang lanjut usia
Penggunaan dan perawatan alat-alat
listrik
Pemeliharaan hewan peliharaan
1
1
1
1
6
20
4
1
1
1
1
1
1
5
5
5
5
20
63
16
4
6
5
5
3
3
6
6
6
6
26
83
20
5
7
6
6
4
4
Sub Jumlah (2) 40 145 185
lxv
3 3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
Kelompok Penunjang
Tata cara bertelepon dan menerima
tamu
Perawatan dan cuci mobil
Antar jemput dan bantuan belajar anak
sekolah
Pengenalan adat istiadat, budaya dan
kondisi negara tujuan
Tata cara pengurusan keluar negeri
Tata cara perjalanan keluar negeri
Perlindungan TKI
1
1
1
3
3
3
3
3
2
3
-
-
-
-
4
3
4
3
3
3
3
Sub Jumlah (3) 15 8 23
4 Evaluasi / pendalaman Materi 2 10 12
Sub Jumlah (4) 2 10 12
Jumlah Keseluruhan 69 171 240
Catatan :
PB : Pengetahuan Berkair
KP : Ketrampilan Praktis
j. Proses Rekrutmen
Proses rekrutmen dan identifikasi peserta pelatihan di BKLKN
Jawa Tengah yaitu dengan melakukan sosialisasi ke PJTKI yang ada
lxvi
untuk melatihkan calon TKI-nya ke BLKLN. Calon TKI yang akan
mengikuti pelatihan I BLKLN harus terdaftar di salah satu PJTKI, yang
setelah dicek kondisi kesehatannya dalam keadaan fit, pendidikan
menimal SLTP dan belm lama berada di penampungan di PJTKI, hal ini
untuk menghindari agar saat calon TKI tersebut dilatih calon TKI
tersebut masih punya cukup waktu untuk mengikuti pelatihan hingga
selesai sebelum mereka mendapatkan panggilan kerja.
Instruktur dalam pelatihan calon TKI selain sebagian pegawai
BLKLN yang berkompeten dibidangnya, juga berasal dari instansi lain
yang sesuai dengan keahlian dibidangnya sesuai dengan mata pelatihan
yang akan mereka latihkan. Adapun syarat yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang instruktur yaitu selain mempunyai latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidangnya selain itu juga pernah
mengikuti diklat instruktur. Dengan instruktur yang mempunyai latar
belakang yang sesuai dengan materi pelatihan yang diampu diharapkan
instruktur palatihan mempunyai kompetensi dibidangnya sehingga calon
TKI benar-benar memperoleh materi yang dibutuhkan sebagai bekal
mereka ke luar negeri sehingga menjadi TKI yang siap bersaing di luar
negeri.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelatihan Calon TKI Ke Luar
Negeri
a. Faktor Pendorong
lxvii
Keinginan yang kuat untuk merubah nasib keluarganya yang
hidup dalam kekurangan merupakan alasan utama mereka memutuskan
untuk menjadi tenada kerja keluar negeri, selain itu juga karena gaki yang
akan mereka peroleh nanti akan jauh lebih tinngi jika mereka bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di dalam negeri.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IN, yang memilih bekerja
keluar negeri dengan alasan : “ Untuk kesejahteraan keluarga saya,
karena nyari kerja disini susah aja apalagi saya cuma lulusan SMP,
paling-paling jadi pembantu itupun gajinya sangat kecil mana cukup
untuk menghidupi keluarga saya “.
Hal senada juga diungkapkan oleh RW : “ Untuk membantu
keluarga, dan untuk memperbaiki ekonomi keluarga saya”.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh SA : “ Motivasi
saya keluar negeri ya karena gaji yang saya terima lebih tinggi dari pada
disini “.
Berbeda dengan SJ yang telah memiliki anak dia keluar negeri
demi masa depan anaknaya. Seperti ungkapannya : “Karena di kampung
saya tu gak ada pekerjaan, ya saya keluar negeri untuk masa depan saya
dan anak saya”.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh PC sebagai Kasi
Penyelenggara Pelatihan bahwa rata-rata calon TKI keluar negeri tersebut
karena faktor ekonomi, namun tidak menutup kemungkinan adanya faktor
pendorong lainnya, seperti yang diungkapkan oleh PC yaitu : “Jadi ada
lxviii
beberapa faktor, yaitu yang pertama yaitu mengenai pendapatan mereka
yang lebih tinggi dibandingkan pada saat di dalam negeri, lalu juga ada
sebagian yang bekerja disana untuk mendapatkan pengalaman yang lebih
dibandingkan dengan teman-temannya yang ada di dalam negeri,
kemudian juga dengan alasan mereka keluar negeri untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan khususnya dalam hal bahasa, saya kira itu saja yang
menjadi faktor pendirong mereka”.
Dari ungkapan ungkapan responden di atas jelas bahwa fktor
yang mendorong calon TKI keluar negeri adalah faktor ekonomi karena
ternyata dengan hanya lulusan SMP saja mereka sadar akan mengalami
kesulitan mencari pekerjaan di dalam negeri misalkan ada hanya sebagai
pembantu rumah tangga yang gajinya sangat kecil. Hal ini sangat berbeda
jika mereka bekerja keluar negeri walaupun hanya sebagai pembantu
rumah tangga namun gaji yang akan mereka peroleh sangat tinggi jika di
lihat dari latar belakang pendidikan mereka.
b. Faktor penghambat
Sedangkan yang biasanya menjadi faktor penghambat calon TKI
keluar negeri sebagian besar adalah masalah pendidikan yang rendah. Hal
ini sangat mempengaruhi mereka dalam menerima materi pelatihan. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh PC, yaitu : “ Jadi yang menjadi faktor
lxix
penghambat dari sisi pra penberangkatan yaitu biasanya mereka
terbentur pada pendidikan. Rata-rata pendidikan mereka SD tapi ada
juga yang SMP, ini jelas akan mempengaruhi pada saatmereka menerima
materi pelatihan khususnya bahasa yaitu Bahasa Inggris. Dengan
pendidikan rendah tentunya mereka akan mengalami kesulitan nantinya
saat mereka bekerja “.
Sedangkan menurut para calon TKI sendiri rata-rata mereka
mengalami kendala dalam hal menerima materi bahasa khususnya Bahasa
Inggris. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IS, “ kadang-kadang saya
mengalami kesulitan terutama bahasa apalagi Bahasa Kantonese yang
saya belum pernah belajar sebelumnya”.
Hal serupa juga diungkapkan oleh RW, “ Kendalanya adalah
Bahasa Kantonese, karena saya sering lupamenghafalnya.”
Hal ini berbeda dengan SA karena dia pernah bekerja keluar
negeri sebelumnya jadi dia tidak mengalami kendala dalam hal bahasa tapi
pada penyampaian materi yang lain, “Saya tidak mengalami kendala
dalam menerima materi pelatihan, ya Cuma materi tentang kesehatan
kurang jelas dalam penyampaianya “.
Sedangkan Sj mengungkapkan kalau dia mengalami kendalanya
adalah : “ Kendalanya sih lupa, saya sering lupa walaupun sudah sering
belajar berulang-ulang “.
Dari beberapa pernyataan di atas maka jelas bahwa rata-rata
calon TKI mengalami kendala dalam hal penerimaan bahasa terutama
lxx
Bahasa Ingrris dan Kantonese. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh latar
belakang pendidikan yang sangat kurang untuk ukuran TKIyang bekerja
keluar negeri dengan ketentuan menguasai bahasa Inggris apalagi Bahasa
Kantonese yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
3. Model Pelatihan calon TKI di BLKLN
Agar mudah dalam mendeskripsikan model pelatihan bagi calon
TKI, peneliti mengacu pada beberapa komponen pelatihan, yaitu : tujuan,
materi, metode, media, evaluasi, instrukrur, dan peserta pelatihan. Model
lxxi
pelatihan yang peneliti temui pada pelatihan calon TKI di BLKLN dapat
dilihat melelui bagan berikut ini :
Pada bagan di atas tampak bahwa dari komponen pelatiha calon
TKI antara tujuan, materi,media, metode dan evaluasi beinterelasi artinya
saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Semua komponen
pelatihan berperan penting dalam kegiatan pelatihan. Dengan penerapan
semua komponen pelatihan secara tepat diharapkan calon TKI sehingga apa
yang dibutuhkan calon TKI dapat terpenuhi dan tujuan
pelatihan dapat tercapai. Harapannya calon TKI dapat menjadi tenaga
terampil dibidangnya.
Model pelatihan calon TKI di BLKLN mencakup beberapa
komponen pelatihan, seperti : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.
Kebutuhan Tujuan
Metode
Media
Calon TKI
Materi
Instruktur
Evaluasi
Calon TKI
yang terampil
lxxii
Melalui informasi dari beberapa responden yang diwawancarai didapatkan
informasi tentang model pelatihan yang diterapkan di BLKLN untuk calon
TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri.
a. Tujuan pelatihan
Pada dasarnya BLKLN mempunyai visi menciptakan tenaga
terampil, ahli, produktif, dalam berbagai bidang ketrampilan serta berdaya
saing tinggi. Visi tersebut sejalan dengan tujuan pelatihan yang ada di
BLKLN seperti yang diungkapkan oleh PI yang merupakan Kasi
Penyelenggaraan Pelatihan bahwa : “tujuan utama dalam pelatihan CTKI di
BLKLN yaitu meningkatkan kualitas SDM khususnya yang akan dikirim
keluar negeri sehingga mereka nantinya dapat melakukan pekerjaan dengan
baik, tertib dan yang paling penting akan lebih mensejahterakan mereka di
Negara tujuan sana”.
Ketrampilan bagi calon TKI itu juga sangat penting karena
walaupun mereka hanya bekerja sebagai penata laksana rumah
tangga, mereka juga harus memiliki sumber daya manusia yang baik sehingga
mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik pula sehingga mereka
dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.
Lebih lanjut menurut HI, sebagai instruktur perawatan bayi
mengungkapkan mengenai tujuan diadakannya pelatihan bagi calon TKI
sesuai dengan mata pelatihan yang diampunya bahwa : “tujuan pelatihan
untuk calon TKI Secara umum untuk bekal calon TKI yang mau keluar negeri
lxxiii
untuk menambah ketrampilan juga ilmu pengetahuannya. Juga karena
perlunya wawasan yang dalam khususnya baby sitter”.
Ketrampilan merawat anak balita itu sangat penting karena
biasanya TKI yang bekerja di luar negeri mempunyai tugas utama yaitu
merawat anak selain memasak.
Sedangkan menurut AS, instruktur Bahasa Inggris
mengungkapkan mengenai tujuan pelatihan yaitu : “Melihat dari permintaan
karena tuntutan dari negara tujuan untuk pandai berbahasa terutama kalau di
Singapura agar tidak terjadi miss communication atau salah persepsi”.
Ketrampilan yang utama yang harus dikuasai calon TKI yaitu
mengenai bahasa yang digunakan di Negara tujuan agar tidak terjadi salah
persepsi antara majikan dan penata laksana rumah tangga. Ketrampilan bahasa
sangat penting karena dengan dikuasainya bahasa maka dia akan mampu
menangkap dan mengerti apa yang di perintahkan majikannya.
Lebih lanjut AS mengungkapkan bahwa : “pemberian materi
Bahasa Inggris juga sangat ditentukan oleh negara tujuan calon TKI, kalau
negara tujuannya singapura maka pemberian materinya 4 jam setiap harinya
karena Negara Singapura menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa
sehari-hari mereka sebagai komunikasinya. Beda lagi kalau negara tujannya
Hongkong, maka pemberian materinya hanya 2 jam dalam sehari. Hal itu
disebabkan di Negara Hongkong bahasa yang digunakan adalah bahasa
Kantonese dan Bahasa Inggris hanya sebagai bahasa kedua”.
lxxiv
Materi bahasa yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan para
TKI sehingga waktu yang ada dapat digunakan dengan baik, karena peltihan
yang diberikan untuk para TKI sangat terbatas.
Selain beberapa materi di atas yang tidak kalah pentingnya
adalah materi tentang kepribadian atau budi pekerti dan etika negara setempat.
Pemberian materi tersebut sangat penting karena dengan mengerti budaya
setempat calon TKI dapat mengerti kebiasaan yang ada di negara tujuan
sehingga mereka dapat menyesuaikan budaya yang ada disana dengan baik.
Selain itu mereka juga diberikan materi tentang budi pekerti dan kepribadian
negara kita sehingga diharapkan selama mereka disana dapat menjaga nama
baik negara kita. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh HMS bahwa tujuan
diberikannya pelatihan tentang kepribadian atau budi pekertidan etika negara
setempat adalah : “Untuk membekali calon TKI supaya berkepribadian
Bangsa Indonesia, meningkatkan iman dan taqwanya yang dapat
diperlihatkan dalam sikap dan perbuatan sehari-hari yang diantaranya harus
jujur, menghormati orang lain, tidak mudah putus asa, siap mental
menghadapi persaingan di Negara tempat dia kerja, kemudian mereka dapat
menambahkan kreatifitas dan inovasinya karena saat mereka nanti bekerja di
Negara tujuan harus dapat bersaing dengan TKI dari Negara lain”.
Dari ungkapan-ungkapan responden di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pelatiahan untuk calon TKI adalah untuk memberikan bekal
ketrampilan untuk calon TKI agar mereka menjadi tenaga kerja yang trampil
sehingga dapat melakukan tugasnya dengan baik serta memiliki kepribadian
lxxv
sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia dan dapat membawa nama baik
bangsa serta mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.
b. Materi pelatihan
Dalam sebuah pelatihan materi yang akan diberikan untuk
peserta pelatihan sangatlah penting karena materi pelatihan mencakup hal-hal
yang akan diberikan agar tujuan pelatihan dapat tercapai. Penentuan mengenai
materi apa saja yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan calon TKI
sangat penting ditentukan sebelumnya, hal ini perlu diperhatikan mengingat
keterbatasan waktu pelatihan dan beragamnya materi yang harus disampaikan
kepada calon TKI agar materi yang disampaikan dapat maksimal.
Menurut HI, materi yang beliau sampaikan meliputi :
“pengasuhan dan perawatan anak prasekolah”. Materi disini mencakup
berbagai macam kebutuhan balita, kebiasaan-kebiasaan yang biasanya
dilakukan oleh balita yang meliputi berbagai mainannya, kapan saat dia harus
makan, mandi, ganti popok dan lain-lain yang berhubungan dengan balita.
Selain itu sebagai pengasuh balita kita juga harus dapat berkomunikasi dengan
mereka sehingga materi yang diberikan juga meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dunia mereka.
Berbeda dengan AS yang mengajar Bahasa Inggris materi yang
diajarkan meliputi kata-kata atau kalimat-kalimat yang berhubungan dengan
apa saja yang ada di rumah sehingga materi yang diajarkan sangat banyak dan
beragam sehingga beliau harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-
lxxvi
baiknya. Materi yang ajarkan diberikan secara bertahap sesuai dengan tingkat
kesulitannya. Hal ini seperti hasil wawancara kami mengenai materi yang
diajarkan yang meliputi : “Yang pertama general english, yaitu minimal kalau
ditanya hal-hal yang dasar itu mereka tahu. Setelah itu meningkat ke
pelajaran lain, misalnya mengenai orang jompo.
Tapi kalau di Singapura tidak hanya general english tetapi dia juga harus
dapat ngomong lebih lancar dan menguasai banyak kosa kata yang meliputi
semua yang berhubungan dan ada di rumah”.
Perbedaan pemberian materinya disesuaikan dengan kebutuhan
selain itu karena di Hongkong bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa
Kantonese maka pemberian materi tentang Bahasa Inggris hanya sebagai
pelengkap saja.
Sedangkan menurut HMS, karena dia merupakan instruktur kepribadian atau
budi pekerti dan etika negara setempat maka materi yang diberikan meliputi
adat kebiasaan di negara tujuan, serta etika dan kedudayaan negara kita agar
mereka dapat membawa nama baik bangsa. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh HMS bahwa materi yang diberikan adalah : “ Berkaitan
dengan materi kepribadian atau budi pekerti dan etika negara setempat maka
mereka harus mengetahui kultur budaya dimasing-masing negara denag
menesuaikan dengan lingkungan keluarga masing-masing. Di samping itu
karena mereka itu bekerja di rumah tangga mereka harus memahami
peraturan yang ada di sana, dan yang tidak kalah pentingnya mereka harus
dapat membawa nama baik Bangsa dan Negara sehingga mereka tidak
lxxvii
berbuat yang melanggar asusila dan ketentuan yang ada yang dapat
merugikan diri mereka sendiri”.
Materi tentang budi pekerti juga tidak kalah pentingnya
diberikan kapeda calon TKI, karena budi pekerti merupakan fondasi awal
yang harus ditanamkan untuk calon TKI agar mereka dapat membawa diri
dengan baik sehingga mereka tidak melakukan hal-hal yang melanggar
norma-norma yang berlaku di negara tujuan yang dapat merugikan dirinya
sendiri.
Materi yang diberikan selama di BLKLN sudah sangat lengkap
untuk bekal para TKI yang akan berangkat keluar negeri, hanya saja masih
perlu adanya penambahan materi pelatihan terutama mengenai bahasa baik
Bahasa Inggris maupun Kantonese, karena belajar bahasa sangat sulit apalagi
Bahasa Kantonese yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Seperti yang
diungkapkan oleh INS bahwa materi yang diberikan meliputi : “Banyak
seperti Bahasa Inggris, tata tertib, adat istiadat, memasak, dan baby sitter”.
Menurut SA materi pelatihan yang diberikan selama dia berada
disini adalah : “Praktek lansia, memandikan bayi, memasak, dan bahasa
sesuai dengan bahasa tujuan, juga ada praktek lain misal praktek mencuci
dengan mesin cuci, memandikan bayi, cuci bak mandi, dan cara marawat
orang jompo”.
Sedangkan menurut Sj materi yang diberikan selama ini meliputi
: “Ada Bahasa Kantonese, praktek bayi, orang jompo, praktek menata rumah
tangga dan Bahasa Inggris”.
lxxviii
Lain lagi menurut Rw materi yang diberikan yaitu : “ belajar tentang Bahasa
Inggris, Kantonese, baby sitter dan memasak”.
Dari ungkapan-ungkapan responden di atas jelas bahwa materi
yang diberikan selama pelatihan di BLKLN sudah cukup sebagai bekal
mereka untuk bekerja menjadi TKI sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan
mereka saat menjadi TKI di negara tujuannya nanti.
c. Metode Pelatihan
Metode yang digunakan untuk menyampaian materi pelatihan
sangat mempengaruhi keberhasilan pelatihan. Karena itu pemilihan metode
yang tepat sangat penting, karena kesalahan pemilihan metode pelatihan
berakibat sangat buruk bagi keberhasilan pelatihan. Namun kebanyakan
metode yang digunakan lebih dominan praktek karena dengan metode tersebut
peserta pelatihan lebih mampu menyerap materi yang diberikan.
Seperti yang diungkapkan oleh HI, bahwa metode yang
digunakan adalah : “Teori 30% dan praktek 70% serta ada diskusi. Karena
kalau disini lebih menekankan pada praktek agar Calon TKI lebih tahu
tentang bidang pekerjaan yang menjadi tugasnya sebagai penata laksana
rumah tangga di Negara tujuan”.
Karena materi yang diberikan oleh HI tentang perawatan balita
maka beliau lebih menekankan praktek karena dengan praktek mereka lebih
faham mengenai bagaimana cara memandikan anak, member makan,
lxxix
mengganti popoknya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perawatan
balita.
Lain lagi menurut AS, karena beliau sebagai instruktur bahasa
maka dia juga menggunakan metode game dalam menyampaikan materi
pelatihannya seperti yang diungkapkannya bahwa metode yang digunakan
adalah : “Teori, diskusi, game, praktek tapi tidak terlalu penuh yang paling
penting tahu pengucapannya karen amelihat latar belakang pendidikan
karena karena itu kita harus pandai mengatur cara belajarnya jangan sampai
yang bodoh makin bodoh dan yang pinter makin pinter sehingga dalam
kelompok diskusi kita harus mencampur antara yang pinter dan yang bodoh”.
Metode ceramah atau teori dilakukan di ruang kelas, sebelum
praktek dilakukan, praktek disini meliputi mengucapkan atau berbicara
dengan instruktur maupun dengan temannya, kemudian mendengarkan orang
lain berbicara, serta menulis menggunakan bahasa inggris. Selain itu dalam
praktek juga ditunjukkan langsung benda yang dimaksud sehingga mereka
tidak salah arti. Metode Game dilakukan agar mreka tidak jenuh dengan
metode ceramah maupun praktek. Game disini juga masih berhubungan
dengan materi yang sedang diajarkan tetapi diselipi dengan permainan yang
menyenangkan agar tidak terjadi kebosanan.
Sedangkan metode yang diterapkan oleh HMS dalam
memberikan materi pelatihan adalah ceramah dan diskusi, hal ini sesuai
denagn yang diungkapkannya yaitu : “Metode yang digunakan yaitu di
samping ceramah juga menggunakan diskusi, kemudian saya sering
lxxx
memutarkan vcd tentang berita-berita tentang TKI yang diluar negeri sebagai
bahan diskusi untuk mereka”.
Selain ceramah HMS juga biasanya melakukan diskusi agar
calon TKI itu dapat berbicara di depan orang banyak sehingga nanti setelah
mereka berada di luar negeri mental mereka telah terbiasa berbicara dengan
orang lain sehingga mereka tidak akan canggung lagi berhadapan dengan
majikannya nanti. Digunakannya metode caramah karena materi yang
diberikan adalah etika maka instruktur memberikan kesempatan lwat diskusi
tadi agar calin TKI dapat mengungkapkan argumen mereka. Sealin itu dalam
metode diskusi mereka diperlihatkan video tentang pekerjaan yang mereka
kerjaan disana juga mengenai kejadian-kejadian yang sering dialami TKI yang
berada di luar negeri karena tidak semua TKI yang bekerja disana selalu
beruntung. Pemutaran video tersebut sebagai bahan diskusi buat mereka.
Menurut INS metode yang digunakan adalah : “Secara lisan dan
tertulis, kemudian praktek misalnya saja praktek memasak, memandikan
anak, merawat orang jompo, memandikan hewan peliharaan”.
Menurut INS metode yang sering digunakan lebih banyak
prakteknya karena sebagian materi yang diberikan memerlukan praktek
langsung, dia juga menyukai lebih banyak praktek sehingga dia tidak merasa
jenuh.
Sedangkan menurut SA, Ra, dan Rw metode yang digunakan
adalah teori dan praktek tetapi lebih banyak prakteknya karena materinya
memerlukan banyak praktek, agar mereka lebih dapat memahaminya.
lxxxi
Dari pernyataan beberapa responden tersebut persentase antara
teori dan prakteknya adalah 30% banding 70%. Hanya pada materi Bahasa
Ingris ada metode game tujuannya agar peserta pelatihan tidak merasa jenuh
dalam menerima materi pelatihan.
d. Media Pelatihan
Media sebagai penunjang pemberian materi pelatihan juga tidak
kalah pentingnya karena dengan penggunaan media yang tepat sedikit banyak
dapat membantu keberhasilan pelatihan.
Menurut HI, media yang digunakan pada umumnya yaitu white
board kalau materi yang diberikan berupa ceramah, tetapi kalau praktek media
yang digunakan yaitu alat-alat yang berhubungan dengan materi yang
disampaikan. Hal tersebut sesuai denagn ungkapan HI bahwa media yang
digunakan adalah : “Kalau teori ya kita menggunakan white board dan
spidolnya, kalau untuk praktek kita ke ruang praktek tersendiri dengan alat-
alat pendukung yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan”.
Sebagai penunjang praktek materi perawatan balita yaitu
menggunakan alat-alat seperti yang digunakan di negara tujuan, seperti
misalnya kereta dorong, bak mandi untuk memandikan bayi, dan lan-lain.
Dengan peralatan yang memadai maka peserta pelatihan tahu bagaimana
menggunakan alat-alat tersebut. Selain itu BLKLN juga selalu memperbaiki
lxxxii
kekurangan-kekurangan yang ada sehingga diharapkan alat-alat pendukung
pelatihan tidak usang atau ketinggalan jaman.
Untuk pemberian materi Bahasa Inggris mesih memerlkan
media lain sebagai penunjang yaitu laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa
digunakan sebagai penunjang sekaligus mempermudah peserta menerima
materi yang diajarkan. Sebab belajar bahasa tanpa bantuan alat bantu hasilnya
kurang maksimal. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh AS yang
menggunakan media sebagai penunjangnya adalah : “Disamping tape
recorder, tv, vcd, laboratorium bahasa terutama peserta harus dapat
mendengarkan orang lain berbicar karena dalam mendengarkan orang lain
berbicara lebih sulit dari pada mengucapkannya”.
Penggunaan laboratorium bahasa adalah sebagai penunjang saat
peserta harus mendengarkan orang lain berbicara agar lebih jelas selain itu
juga sebagai alat bantu saat mereka harus belajar berbicara baik dengan
temannya maupun dengan instruktur.
Sedangkan media yang lebih banyak digunakan oleh HMS
sebagai penunjang adalah LCD. Karena saat penyampaian materi pelatihan
beliau sering memutarkan film yang menggambarkan keadaan yang akan
mereka hadapi ketika di negara tujuan, hal ini dilakukan agar mereka
mempunyai bayangan tentang kultur atau budaya negara setempat.
Hal ini seperti diungkapkan oleh HMS bahwa media yang
digunakan adalah : “Kami menggunaka OHP, white board, kemudian juga
dalam pelaksanaannya itu kadang-kadang kita menggunakan LCD se
lxxxiii
Headset, white board, audio visual digunakan untuk materi bahasa yaitu
Bahasa Inggris dan Kantonese hingga mereka tahu kultur orang yang berada
di negara Hongkong, Singaura, dan Malaysia “.
Menurut INS media yang digunakan selama pelatihan adalah :
“Headset, white board, audio visual digunakan untuk materi bahasa yaitu
Bahasa Inggris dan Kantonese “. Media yang digunakan disini sangat lengkap
disesuaikan dengan klebutuhan pelatihan “. Lebih lanjut SA mengungkapkan
bahwa media yang digunakan yaitu : “VCD, TV, ada laboratorium bahasa
lengkap dengan fasilitasnya “. Responden yang lainn juga mengungkapkan
bahwa media yang digunakan adalah : “White board, alat-alat praktek,
laboratorium bahasa untuk belajar sesuai dengan negara tujuannya. Selain
itu Rw juga mengungkapkan bahwa media yang digunakan adalah :
“Medianya ya white board, ruang praktek, laboratorium bahasa, VCD, video
untuk belajar Bahasa Inggris dan Kantonese “.
Dari ungkapan-ungkapan responden di atas terungkap bahwa
media yang digunakan sebagai penunjang pelatihan adalah white board, LCD,
OHP digunakan selama pemberian materi teori, bahasa digunakan
laboratorium bahasa sebagai alat bantu dalam belajar untuk peserta pelatihan,
sedangkan untuk praktek digunakan ruang khusus sesuai dengan mata
pelatihan yang dilatihkan karena setiap materi pelatihan yang memerlukan
praktek mempunyai ruangan tersendiri lengkap dengan peralatan
pendukungnya. Misalnya praktek memasak, praktek tata graha, praktek
lxxxiv
merawat balita, orang jompo, menghidangkan makanan, memelihara hewan
peliharaan dan lain-lain.
e. Evaluasi Pelatihan
Dalam sebuah pelatihan dibutuhkan evaluasi untuk mengukur
seberapa besar tingkat keberhasilan pelatihan yang telah diberikan
sebelumnya. Untuk itu keberhasilan dalam pelatihan terhadap calon TKI
sangat mempengaruhi ketrampilan yang diperoleh mereka sebagai bekal
mereka saat bekerja ke luar negeri. Untuk itu dalam evaluasi para instruktur
juga selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan dalam
pemberian materi pelatihan.
Sebagai instruktur perawatan balita HI melakukan evaluasi
setiap akhir sub pokok bahasan, pertengahan pelatian, dan akhir pelatihan.
Seperti yang diungkapkannya bahwa evaluasi yang dilakukan adalah :
“Evaluasi yang saya lakukan yaitu : setiap akhir sub bahasan saya adakan
ulangan, kemudian setiap minggu dan pada akhir pelatihan saya adakan
ulangan secara keseluruhan yang terdiri dari teori satu jam dan praktek 2
jam “.
HI melakukan evaluasi setiap sub pokok bahasan agar dia
mengetahui materi mana yang kira-kira kurang dikuasai oleh peserta sehingga
diakhir pelatihan jika waktunya masih memungkinkan maka beliau akan
mengulanginya lagi sehingga diharapkan tidak ada materi yang tidak dikuasai
oleh peserta pelatihan.
lxxxv
Menurut AS evaluasi yang beliau lakukan adalah : “Evaluasinya
berupa wawancara dan praktek Bahasa Inggris, terutama menulis tetapi
kadang-kadang kalau menulis tidak sesuai dengan tulisannya saya dapat
maklumi. Kalau Bahasa Inggris setiap hari saya suruh maju untuk ngomong
sehingga saya dapat melihat kemampuan mereka salain itu setiap minggu,
pertengahan, dan akhir pelatihan selalu saya evaluasi “.
Selain itu biasanya beliau juga melakukan evaluasi dengan cara
langsung saat peserta pelatihan disuruh untuk berbicara dengan teman ataupun
dengan beliau sendiri. Karena pada materi Bahasa Inggris yang lebih
ditekankan yaitu bagaimana para peserta pelatihan tersebut dapat berbicara
dengan lancar menggunakan bahasa inggris. Evaluasi secara terprogaram
biasanya dilakukan pada pertengahan dan pada akhir pelatihan yang
merupakan keseluruhan dari hasil pelatihan yang telah diberikan selama
periode pelatihan.
Hal ini beda lagi dengan yang dilakukan oleh HMS, beliau lebih
suka melakukan evaluasi dengan cara pengamatan sehari-hari yaitu setiap
tingkah laku mereka diamati dan dinilai sebagai point tersendiri dalam
penilaian. Hal ini seperti diungkapkannya bahwa evaluasi yang dia lakukan
adalah : “setelah kita memberikan materi kepada mereka setiap hari mereka
itu kita amati perubahan perilakunya karena kepribadiannya yang kita
jelaskan itu juga menyangkut tentang keberadaan mereka baik waktu di
kamar, di luar kelas, mengikuti apel, dan waktu makan kita amati
perubahannya secara langsung dan itu kita nilai meskipun secara insidental
lxxxvi
atau diam-diam. Namun pada akhir nanti juga ada test terakhir untuk yang
secara komprehensif atau seluruh materi yang materi testnaya meliputi
seluruh meteri yang pernah diberikan selama pelatihan di BLKLN “.
Untuk evaluasi secara keseluruhan dilakukan setelah pelatihan
usai, meraka dinilai melalui tes tertukis secara keseluruhan Ya dikasih
pertanyaan semua materi yang pernah diberiakn dan biasanya meliputi teori
dan praktek. Senada dengan yang diungkapkan di atas INS juga
mengungkapkan bahwa evaluasi pelatihannya berupa : “Kalau evaluasinya
setiap akhir materi ada ulangan, pertengahan, terus .saat akhir pelatihan ada
test secara keseluruhan “.
SA juga mengungkapkan bahwa ealuasinya berupa : “ya dikasih
pertanyaan semua materi yang pernah diberikandan biasanya meliputi teori
dan praktek “.
Selain itu Sj juga mengungkapkan bahwa evaluasinya berupa “
ya sering dikasih pertanyaan, terutama setiap akhir materi pelatihan setiap
harinya. Rn juga mengungkapkan bahwa : “ Evaluasinya dilakukan setiap
akhir pelatihan dikasih pertanyaan dan disuruh praktek pokoknya praktek
lengkapnya.
Dari ungkapan-ungkapan responden tersebut diatas terungkap
bahwa Evaluasi yang dilakukan di BLKLN untuk mengetahui tingkat
keberhasilannya dilakukan secara teori maupun prktek, selain itu evaluasinya
juga dilakukan secara inssindental atau secara sembunyi-sembunyi.
Keberhasilan pelatihan yang ada di BLKLN adalah sejauh mana calon TKI
lxxxvii
tersebut dapat menerima materi pelatihan dengan baik sehingga mereka benar-
benar memiliki ketrampilan yang diharapkan. Sehingga sebagai penata
laksana rumah tangga mereka mempunyai keahlian dibidangnya dan dapat
bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.
B. Pembahasan
1. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Pelatihan Calon TKI
Ke Luar Negeri
a. Faktor Pendorong
Dari pernyataan responden di atas jelas bahwa yang menjadi
motivasi mereka ke luar negeri adalah faktor ekonomi. Hal tersebut di
dorong semakin sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri apalagi latar
belakang pendidikan mereka yang sangat kurang. Selain itu jika mereka
bekerja di dalam negeri hanya sebagai penbantu rumah tangga, gaji yang
akan mereka peroleh sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Faktor pendorong lain selain faktor
ekonomi adalah untuk mencari pengalaman di luar negeri di bandingkan
kalau di dalam negeri, selain itu secara tidak langsung mereka juga akan
lebih mahir berbahasa terutama bahasa Inggris.
b. Faktor Penghambat
Karena latar belakang pendidikan calon TKI yang kurang maka
kebanyakan mereka kurang mampu menerima materi pelatihan dengan
lxxxviii
baik, terutama bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Kantonese. Sehingga
dibutuhkan kesabaran yang cukup bagi instruktur dalam memberikan
materi pelatihan terutama materi bahasa. Di samping itu juga diperlukan
kerja keras dari calon TKI agar mampu menguasai materi pelatihan
dengan maksimal agar semua materi yang diberikan dapat diterapkan
setelah mereka menjadi TKI nanti. Dengan kesabaran dan kerja keras
diharapkan materi yang telah disampaikan dapat diserap dengan baik
sehingga ilmu yang selama ini telah diberikan dapat bermanfaat saat
mereka menjadi TKI nanti.
2. Model pelatihan
Model pelatihan calon TKI di BLKLN mencakup beberapa komponen
pelatihan seperti : tujuan, materi, metode, media, evaluasi, instruktur, dan
peserta pelatihan. Yang komponen tersebut saling berhubungan dan saling
terkait antara satu dengan yang lainnya. Pelatihan dikatakan berhasil jika
komponen tersebut dilaksanakan dengan tepat.
a. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan yang antara lain yaitu meningkatkan penghyatan
jiwa dan ideologi, produktifitas kerja, kualitas kerja, ketetapan
perencanaan SDM, sikap moral dan semangat kerja, rangsangan agar
pegawai mampu berprestasi secara maksimal, kesehatan dan keselamatan
kerja, menghindari keusangan, dan meningkatkan perkembangan pribadi
pegawai (Anwar Prabu, 2003 :52). Secara umum tujuan dari pelatihan
lxxxix
calon TKI telah sesuai dengan program pelatihan dimana semuanya sudah
mencakup semua aspek pengembangan kemampuan calon TKI untuk
menjadi penata laksana rumah tangga yang profesional.
b. Materi Pelatihan
Materi pelatihan yang diberikan untuk calon TKI disesuaikan
dengan tujuan dan mengacu pada kurukulum yang telah ditetapkan. Materi
merupakan pegangan dan panduan bagi instruktur dalam memberikan
materi pelatihan. Untuk itu sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan
bagi calon TKI, maka materi yang diberikan antara lain sebagai berikut :
a. Budi pekerti dan etika negara setempat
b. Motivasi, disiplin dan hubungan kerja
c. Bahasa Inggris
d. Bahasa Kantonese
e. Pembersihan dan penataan ruangan, kamar mandi dan wc
f. Pembersihan, perawatan perabot dapur, makan dan minum
g. Pencucian, penyetrikaan dan perawatan pakaian
h.penyiapan bahan, memasak, penghidangan makanan serta
minumansebagai kebiasaan negara setempat
i. Pengasuhan, perawatan anak pra sekolah
j. Pengasuhan dan perawatan balita
k. Perawatan kesehatan
l. Tata cara bertelepon dan menerima tamu
xc
m. Penggunaan dan perawatan alat listrik
n. Pemeliharaan hewan peliharaan
o. Perawatan dan pencucian mobil
Materi tersebut di atas diberikan selama 30 hari, sesuai dengan
waktu yang telah disepakati bersama antara BLKLN dan PJTKI agar calon
TKI tidak terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk diberangkatkan ke
negara tujuan. Sumber materi yang diberikan adalah dari modul yang telah
dibuat sebelumnya tetapi para instruktur juga dapat menambah ataupun
memperbaiki jika ada materi yang dirasa tidak relevan lagi.
Yang kesemua materi yang ada tersebut telah diberikan secara
maksimal kepada calon TKI sehingga saat diberangkatkan ke Negara
tujuan nanti calon TKI tersebut telah siap bekerja sebagai penata laksana
rumah tangga yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.
Namun sebagaian dari calon TKI masih merasakan perlu penambahan
materi pelatihan khususnya materi bahasa yaitu Bahasa Inggris dan
Kantonese. Dengan keterbatasan waktu pelatihan, penyelenggara
merasakan materi yang diberikan kepada calon TKI selama ini telah
maksimal.
c. Metode Pelatihan
Metode yang digunakan merupakan gabungan dari metode yang
ada dimana penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
peserta pelatihan. Seperti yang diungkapkan Anwar Prabu (2003 : 60)
xci
bahwa metode pelatihan berupa metode pelatihan On The Job Training,
yang terdiri dari job instruction training, coacing, job rotation,
aprenticeship, dan metode pelatihan Off The Job Training ayng terdiri dari
lecture, video presentation, vestibule training atau simulation, role plying,
case study, program learning, laboratory training dan action lernig.
Dalam pelatihan calon TKI di BLKLN metode pelatihan yang
dipakaiadalah sebagian metode pelatihan on the Job Training dan Off The
Job Training. Metode On The job Training yang dipakai adalah metode
job instruction training, meode ini diterapkan karena peserta pelatihan
masih membutuhkan seorang yang bertindak sebagai instruktur untuk
menginstruksikan suatu pekerjaaan tertentu untuk menjadi TKI, kemudian
metode aprenticeship, metode penelitian ini adalah pengkombinasian
antarateori dan praktek dilapangan. Metode ini dipakai agar calon TKI
tahu bagaiman cara melakukan pekerjaan secara langsung tidak hanya
teori saja. Sedangkan metode off the training yang diterapkan adalah
metode lecture atau ceramah, materi ini digunakan untuk memberikan
materi dengan ceramah, an diberikan kesempatan bertanya maupun
berdiskusi. Metode ang lain yaitu video presentation, yaitu metode
pelatihan yang diberikan melalui film, tv, atau video tentang penetahuan
atau bagaiman melakukan suatu pekerjaan. Metode ini dilakukan agar
calon TKI memiliki gambaran tentang keadaan negara tujuan dan
pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan sebagai panata laksana rumah
tangga. Metode lain yang dipakai adalan vestibule training atau
xcii
simulation, metode ini dilakukan disebuahtempat khusus yang dirancang
yang menyerupai tempat kerja, hal ini penting dilkukan agar calon TKI
mempunyai gambaran tentang pekerjaan yang akan mereka kerjakan
sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri.
d. Media Pelatihan
Dari pernyataan responden tentang materi pelatihan bahwa materi
yang diberikan sesuai dengan apa yang ada dalan kurikulum pelatihan.
Semua kegiatan pelatihan dapat dilaksanakan tanpa adanya hambatan
yangberrti. Semua materi pelatihan berdasarkan kurikulum yang telah
dibuat yang meliputi berbagai keahlian untuk menjadi penata laksana
rumah tangga yang terampil. Menuru Nana Sujana (1993 ; 73) bahwa
bahan pelajaran (materi) adalah substansi yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Tanpa bahan pelaaran proses pelaaran tidak berjalan.
Pemakaian bahan pelajaran yang akan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan belajardan pelaksanannya diharapkan dapatmemberikan
motivasi dan minat peserta pelatihan. Materi yang diberikan dalam
pelatihan calon TKI disesuaikan dengan perkembangan terutama
mengenai alat-alat yang digunakan di negara tujuan TKI.
Peserta pelatihan menerima materi pelatihan berupa teori dan
praktek, yang keduanya dikombinasikan sesuai dengan keutuhan mata
latihan. Pemberian materi elatihan lebih ditekankan pada praktek langsung
karena dengan praktek langsung peserta pelatihan lebih terampil dalam
xciii
melaksanakan pekerjannya kelak saat mereka menjadi TKI di negara
tujuan.
Media yang digunakan antara lain adalah white board dan LCD
bila materi yang diberikan berupa teori di dalam kelas, untuk materi
bahasa ditunjang dengan penggunaan laboratorium bahasa, sedangkan
untuk praktek digunakan whorkshopyang antara lain memasak, tata
hidang, baby sitter, perawatan orang jompo. Media yang ada digunakan
secara maksimal selama berlangsungnya pelatihan. Semua media yang
tersedia sangat mempengaruhi keberhasilan pelatihan karena materei yang
digunakan disini yang ditekankan adalah praktek sehingga media
penunjang pelatihan mempunyaiu peranan yang sangat penting dan tidak
dapat dipisahkan selama penyampaan materi pelatihan.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan suatu program.
Dari data yang dikumpulkan dari beberapa respondendi atas evaluasi
pelatohan dilakukan oleh instruktur. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu ;
1). Evaluasi harian, diberiakn saat proses belajar selesai atau diberikan
pada saat kegiatan pelatihan berlangsung. 2). Sedagkan evaluasi secara
keseluruhan atau evaluasi akhir pelatihan diberikan pada saat pelatihan
telah selesai dilakukan.
Penilaian pada pelatihan pada calon TKI didasarkan pada
pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki para calon TKI.
xciv
Penilaian pada akhir pelatihan dilakukan secara keseluruhan penilaian
terhadap materi yang telah diberikan setelah pelatihan.
Materi yang dievaluasi meliputi : budi pekerti, motivasi,
disiplinkerja dan etikanegara setempat, kesehatan dan keselamatan kerja,
pengenalan adat istiadat, budaya dan kondisi negara tujuan materi tersebut
di evaluasi denagn cara tertulis. Sedangkan materi yang dievaluasi secara
tertulis dan praktek adalah pembersihan dan penataan ruangan kamar
mandi dan wc, pembersihan dan perawatan perabot dapur, makan dan
minum,cuci, setrika,perawatan pakaian, sepatu atau sandal,penataan
kamar tidur dan kamar tamu, penyiapan bahan memasak dan
penghidanganmakanan dan minuman negara setempat, bahasa Inggris,
bahasa Kantonese, perawatan anak pra sekolah, pengasuhan dan
perawatan anak balita, perawatan orang lanjur usia, penggunaan dan
perawatan alat-alat listrik, dan pemeliharaan hewan peliharaan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
xcv
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disampaikan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor pendorong dan penghambat dalam pelatihan calon tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri
a. faktor pendorong
Pada umumnya calon TKI keluar negeri karena faktor ekonomi, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Karena sulitnya
mencari pekarjaan di dalam negeri apalagi dengan latar belakang
pendidikan yang minim menyebabkan mereka memutuskan bekarja
keluar negeri sebagai penbatu rumah tangga.
b. faktor penghambat
Karena pendidikan calon TKI yang sangat minim menyebabkan mereka
kurang mampu menyerp materi pelatihan dengan baik terutama materi
bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Kantonese. Faktor penghambat
lain umumnya calon TKI tersebut kurang dapat bersosialisasi dengan
baik selama berada di negara tujuan.
2. Model pelatihan calon TKI di BLKLN meliputi komponen seperti tujuan,
materi, metode, media dan evaluasi.
a. Pelatihan diutamakan pada pemberian materi berupa pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan calon TKI untuk menjadi penata
83
xcvi
laksana rumah tangga yang terampil serta dapat bersaing di luar
negeri.
b. Tujuan calon TKI di BLKLN adalah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi para calon TKI sebagai bekal mereka menjadi
penata laksana rumah tangga di luar negeri.
c. Metode pelatihan dengan menekankan pada prakek langsung yang
dilakukan calon TKI karena dengan praktek langsung diharapkan
peserta lebih dapat menguasai pekerjaan yang akan mereka lakukan
sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri.
d. Ketersediaan media yang digunakan dalam pelatihan membantu
instruktur memberikan maateri pelatihan dengan baik. Media belajar
yang ada beruap laboratorium bahasa, serta alat-alat praktek yang
cukup memadai untuk mendukung keberhasilan pelatihan.
e. Evaluasi pelatihan dilakukan secara harian dan evaluasi di akhir
pelatihan yang merupakan penilaian terhadap seluruh aspek
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh calon TKI untuk
menjadi penata laksana rumah tangga di luar negeri.
3. Kendala yang dihadapi pada model pelatihan calon TKI di BLKLN yaitu:
a. Masih diperlukan penambahan sarana dan prasarana serta penyesuaian
alat-aat pelatihan yang disesuaikan dengan yang akan digunakan calon
TKI di luar negeri.
b. Pemberian materi yang masih perlu penambahan terutama bahasa
sesuai dengan negara tujuan yang dirasakan oleh peserta pelatihan.
xcvii
c. Waktu pelatihan yang terbatas membuat materi pelatihan yang
diberikan kurang maksimal.
B. SARAN
1. Dari pernyataan beberapa responden di atas maka BLKLN diharapkan
selalu melakukan penyempurnaan baik alat-alat yang digunakan maupun
materi pelatihan untuk calon TKI agar kedepan TKI yang bekerja keluar
negeri dapat bersaing di luar negeri.
2. Bagi instruktur diharapkan lebih memeahami latar belakang calon TKI
sehingga saat membiarkan materi pelatihan dapat disesuaikan dengan
kondisi alon TKI.
3. Bagi peserta dan instruktur pelatihan diharapkan saling bekerjasama agar
dalam prose pelatihan berjalan dengan baik sehingga materi yang
disampaikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh peserta pelatihan
denan harapan calon TKI menjadi penata laksana rumah tangga yang
dapat bersaing di luar negeri
xcviii
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta; Rineke Cipta.
Atmodiwirio, Soebagio. 2002. Manajemen Pelatihan. Jakarta; Adadizya Jaya.
Azwar, Saefudin.1999. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Offset.
Hamalik, Umar.2001. Pemgembangan Sumber Daya Manusia Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta; Sinar Grafika
Offset.
Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu.2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Bandung; PT. Refika Aditama.
Marihot Tua Efendi Hariandja, Drs., M.Si. 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : PT. Grasindo.
Moekijat. 1991. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung;
Mandar Maju.
Moleong, Lexy. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya.
Muljono, Eugenia Liliawati. 1998. Undang- Undang Republik Indonesia No. 1997
tentang Ketenegakerjaan. Jakarta ; Harvarindo.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta; Bumi
Aksara.
P Siagian, Sondang. 2003. Manajenen SDM. Jakarta; Bumi Aksara.
Soepomo, Iman. 1993. Hukum Perburuhan Undang- undang dan Peraturan-
Peraturan. Jakarta; Djambatan.
xcix
Tabel jumlah instruktur
N
o
Nama / NIP /
Golongan
Instansi / Unit
Kerja
Jabatan
Kedinasan
Mata Pelatihan Keterangan
1
2
3
4
5
Drs. S. Haris
Mohsanti, BBA
NIP. 160 022 268 /
III / d
Anton Susanto
NIP. 160 016 692 /
III / c
Hario Kuncoro
NIP. 160 029 797 /
III / a
Hariyani
Indraningrum
NIP. 160 039 042 /
III / a
AS. Widyastuti
BLKLN
Prop. Jateng
BLKLN
Prop. Jateng
BLKLN
Prop. Jateng
BLKLN
Prop. Jateng
Akper Karya
Husada
Semarang
Kasi
Pengembangan
&
Pemberdayaan
Instruktur
Bahasa Inggris
Instruktur Tata
Graha
Instruktur
Perawatan
Balita
Inst.
Perawatan
kesehatan
-Motivasi,
disiplin dan Hub.
Kerja
- Agama, Budi
Pekerti dan Sopan
Santun
Internasional
- Bhs. Inggris
- Penataan Kamar
Mandi, Kamar
Tidur dan WC.
- Pengasuhan &
Perawatan balita /
anak Prasekolah
- Perawatan
kesehatan
Kepada setiap
pelatih atau
instruktur diberikan
honorarium Rp. 12.
000,- / jampel. 1
jampel = 45 menit
c
6
7
8
9
10
11
Veronika
Budiyono, SH
NIP. 160 096 590 /
III/ c
Th. M. Tuti
Handayani, SH
NIP. 160 034 911 /
III/ b
Edi sanyoto
NIP. 160 016 820 /
III/ a
Agus Suwandono,
SE
NIP. 160 041 177 /
III/ a
MD. Suwarti
NIP. 160 033 096 /
III/ a
Klinik Apak
semarang
Subdin
Pengawasan
Disnakertrans
Prop Jateng
Subdin
Pengawasan
Disnakertrans
Prop Jateng
BLKLN Prop
Jateng
BLKLN Prop
Jateng
BLKLN Prop
Jateng
Inst perawatan
orang jompo
Pengawas
Ketenagakerja
an
Pengawas
Ketenagakerja
an
Staf Seksi
Pengemb. Dan
Pemberdayaan
Pengadministr
asian Pelatihan
Pengumpulan
Data
Pemasaran &
Informasi
- Perawatan
Lansia dan Orang
Jompo
- Keselamatan
Kerja
- Perlindungan
TKI
- Cuci mobil
- Pengg. &
perawatan
Peralatan Listrik
- Pembersihan
Perabot Dapur
ci
12
13
14
15
16
Drs. D. Sutardjo
NIP. 160 030 623 /
III/ c
Drs. Kamaludin
NIP. 160 031 414
Gunawan
Junarti
Umi Khomsatun
BLKLN Prop
Jateng
BP2TKI Prop
Jateng
PT. Andika
Belinta Bhakti
Semarang
PT. Andika
Belinta Bhakti
Semarang
PT. Andika
Belinta Bhakti
Semarang
Pengadministr
asian Pelatihan
Pengantar
Kerja BP2TKI
Prop. Jateng
Pimp. PT.
Andika Bilenta
Bhakti Smg
Inst. Bhs.
Kantonis
Inst. Memasak
- Fisik Mental
dan Disiplin
- Pemeliharaan
Hewan
- Tata cara dan
Etika Bertelepon
- Tata cara
Pengurusan
Keluar Negeri
- Inst. Adat
Istiadat Neg. Tuj.
& Tata Cara
Perjalanan keluar
Negeri.
- B. Kantonis
- Penyiapan
Bhn Masak &
Penghidangan
Makanan /
Minuman
Neg. tujuan.
cii
Tabel Jumlah Peserta Pelatihan PLRT Tujuan Negara Hongkong Angkatan III
No Nama Tempat dan tanggal
lahir
Alamat tempat
tinggalpeserta
Pend.
terkhir
status agama Nama
PJTKI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gendu
Listiyowati
Indayah
Ida Nursanti
Rimawati
Puji Astuti
Septi
Wiyanti
Ani
Setyowati
Saijah
Musriati
Batang, 9 Maret
1985
Kendal, 29 Agustua
1984
Kendal, 21 Juni
1984
Kendal, 9 April
1982
Kendal, 6 Juli 1984
Kendal, 18 Februari
1984
Kendal,28 Februari
1985
Kebumen, 15 Juli
1985
Kendal, 30 Sept
1984
Mundu RT 4/ 1 Gringsing
Kab. Batang
Galih RT2/IIGemuh,
Kendal
Salaman RT4/2 Winong,
Kec. Ngampel, Kendal
Ds. SojomertoRT3/3
Gemuh, Kendal
Ds. Nawangsari RT18/3
Weleri, Kendal
Ds. Sojomerto RTII/3
Gemuh, Kendal
Ds. LomansariRT2/2
Kendal
Ds. Luwu RT!/6 Kec.
Ringinarum, Kendal
Ds. Jenarsari RT 1/2
Gemuh, Kendal
SMA
SMP
SMP
SMP
SMA
SMP
SMP
SD
SMP
BK
BK
KW
BK
BK
BK
KW
KW
KW
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
PT.
ABB
PT.
ABB
PT.
ABB
PT.
ABB
PT.
ABB
PT.
ABB
PT.
MHI
PT.
HAS
PT.
SKTL
ciii
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Danusri
Nur
Adhimah
Ngasimah
Muzaroah
Istianah
Ngatini
Nur Hayati
Indar
Ningsih
Siti
Asmaiyah
Wiji Rahayu
Batang 3 Sept 1984
Batang, 31 Agustus
1985
Kendal, 10 Nop
1974
Kendal, 13 Nop
1982
Kendal, 5 Agustus
1981
Kendal, 21 Nop
1983
Kendal, 9 April
1983
Kendal, 8 Oktober
1982
Kendal, 1 Juni 1976
Kendal, 11 Oktober
1983
Ds. Wonokerto RT 2/4
Tulis Batang
Mundu Yosorejo RT 7/1
Gringsing, Batang
Bandengan RT 2/1 Kendal
Balok RT 4/1 Kendal
Ciplok Sido Kumpul
RT12/6 Patean, Kendal
Sendang Dawuhan RT1/4
Rowosari, Kendal
Gringsing RT2/2
Gringsing, Batang
Ds. Margorejo RT2/3
Cepiring, Kendal
Ds. Margorejo RT3/4
Cepiring, Kendal
Ds. Bumiayuu RT 3/1
Weleri, Kendal
SD
SMA
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
KW
BK
KW
BK
BK
KW
BK
KW
BK
BK
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
PT.
SKTL
PT.
SKTL
PT.
SKTL
PT.
EMS
PT.
EMS
PT.
EMS
PT.
EMS
PT.
EMS
PT.
EMS
PT.
EMS
civ
20
Siti Salamah Kendal, 22 Januari
1971
Ds. Gerbang RT2/2
Gemuh, Kendal
SMP
KW Islam PT.
EMS
Keterangan PT
1. PT. Andika Bilenta : 6 orang
2. PT. Mitra Harta Insani : 1 orang
3. Hasrat Anda : 1 orang
4. Sekar Tanjung L : 4 orang
5 PT. Elkarim Sentosa M. : 8 orang
cv
Gambar 1. Pembukaan Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah
Gambar 2. Peserta Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah
cvi
Gambar 3. Peserta Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah
Gambar 4. Ruang Praktik Memasak
cvii
Gambar 5. Ruang Praktik Tata Graha
Gambar 6. Peserta Melakukan Praktik Etika Bertelepon yang Baik
cviii
Gambar 7. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Kasi
Penyelenggara Pelatihan
Gambar 8. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Instruktur
cix
Gambar 9. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta
Gambar 10. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta
cx