Download - Urtikaria Kronik Mita
URTIKARIA KRONIK
Urtikaria kronik adalah erupsi kulit yang berlangsung sementara waktu akan tetapi
kejadiannya berulang yang ditandai dengan papula eritematosa atau dapat juga berupa papula
hipopigmentasi yang di sertai dengan rasa gatal dengan dasar yang eritema, tepi yang meninggi
dan muncul lebih dari 6 minggu (Daniel J Hogan, 2011).
TANDA DAN GEJALA
Lesi khas dari urtikaria kronis yaitu lesi kulit yang berwarna pucat sampai kemerahan,
berupa papul ataupun plak dengan batas yang tegas. Pada beberapa kasus dapat berupa lesi kulit
tanpa batas yang tegas. Lesi dari urtikaria dapat berbentuk bulat, oval, melingkar, arkuata,
serpiginous, ataupun dengan bentuk generalisata. Setelah mengalami penyembuhan, pada kulit
yang mengalami lesi tidak terjadi perubahan pigmen ataupun pembentukan jaringan parut
(Daniel J Hogan, 2011).
Gambar 1. Lesi kulit pada urtikaria
Tabel 1. Tanda urtikaria kronis
Tanda urtikaria kronis
Lesi primer Dapat berupa papula eritematosa dengan tepi yang meninggi, ataupun
berupa plak yang berwarna pucat pada bagian tengan dan sekitarnya
berwarna kemerahan
Distribusi Lesi dapat terlokalisasi ataupun generalisata
Warna lesi Tergantung dari warna kulit penderita. Lesi dapat berwarna pucat
sampai kemerahan
Tes yang dapat
dilakukan
- Stroking the skin firmly tests untuk melihat gejala
dermatographism
- Uji latih dapat mengkonfirmasi urtikaria kolinergik.
- Penerapan es batu pada kulit akan menguji untuk urtikaria
dingin (cold urticaria)
PEMBAGIAN URTIKARIA KRONIK
Penyebab urtikaria kronik di gambarkan dalam table berikut (Fernando, S; Broadfoot, A. 2011) :
Tabel 2. Penyebab urtikaria kronik
Urtikaria Fisik
Merupakan jenis dari urtikaria kronik yang sering terjadi (20 % kasus urtikaria kronik).
Terdiri dari :
- Dermografisme
Merupakan urtikaria fisik yang sering terjadi. Terjadi sebagai akibat dari respon
terhadap trauma atau garukan. Urtikaria jenis ini terjadi dalam waktu singkat pada lokasi
yang berada di bawah tekannan. Sebagian besar pasien tidak mencari pengobatan
dikarenakan lesi yang terbentuk biasanya tidak gatal.
- Urtikaria kolinergik
Yang ditandai dengan munculnya bercak kecil berukuran 1-3 mm.urtikaria jenis
ini dipicu oleh kenaikan suhu inti tubuh seperti yang terjadi pada saat olahraga, emosi,
stres, dan paparan panas.
- Urtikaria dingin
Terjadi akibat paparan udara dingin dan air, serta dapat dikaitkan dengan reaksi
sistemik seperti hipotensi. Urtikaria dingin biasanya idiopatik.
- Urtikaria tekanan
Merupakan eritema kulit dan pembengkakan yang terjadi 4-6 jam setelah
mendapatkan stimulus tekanan, seperti dari pakaian, sepatu, sabuk pengaman, tas, dan
dari peralatan yang digunakan dalam kerja manual. Pasien sering mengeluhkan rasa
seperti terbakar, sakit , dan pruritus.
Gambar 2. Urtikaria tekanan
Bentuk lain dari urtikaria fisik yang jarang di temui yaitu solar urtikaria, aquagenic
urtikaria dan vibratory angioedema. Berbagai bentuk urtikaria fisik dapat dikonfirmasi dengan
tes stimulus.
Gambar 3. Solar urtikaria
Table 3. Tes stimulus urtikaria fisik
Stroking the skin firmly with a blunt object produces wheals in urticaria (dermographism), while it produces blanching or white dermographism in atopic dermatitis. Application of water on the skin for 2-5 minutes produces itching and rashes in aquagenic pruritus and aquagenic urticaria.
Read more at Suite101: How to Find the Cause of Itchy Palms and Soles: Diagnosis of Palmoplantar Pruritus: Guidelines for Doctors, Patients | Suite101.com http://suite101.com/article/how-to-find-the-cause-of-itchy-palms-and-soles-a101799#ixzz217OsDbbV
Vaskulitis urtikaria
Pada urtikaria jenis ini, pasien mungkin akan lebih mengeluhkan lesi seperti terbakar dan
nyeri, daripada pruritus, purpura atau berpigmen. Lesi dapat berlangsung hingga 72 jam.
Urtikaria jenis ini dapat disertai dengan gejala sistemik seperti demam, radang sendi, penyakit
paru obstruktif kronis, asma, scleritis, uveitis, glomerulonefritis dan nyeri perut.
Urtikaria akibat penyakit sistemik
Penyakit tiroid autoimmune, seperti penyakit Hashimoto sering terkait dengan urtikaria
kronik dan angioedema. Penyakit sistemik lain yang dapat menyebabkan urtikaria namun jarang
adalah SLE.
Table 4. Tipe-tipe urtikaria
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diperlukan pada urtikaria kronik/berulang, tidak diperlukan pada
urtikaria akut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu (Djuanda, Adi et al, 2008):
1. pemeriksaan urinalisis (mencari fokal infeksi di saluran kemih), feses rutin (mencari
adanya parasit cacing) untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau
kelainan pada alat dalam.
2. Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorokan serta usapan vagina untuk
menyingkirkan adanya infeksi lokal.
3. Pemeriksaan kadar IgE total, eosinofil, dan komplemen
4. Tes kulit yaitu uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal
dapat digunakan untuk mencari allergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.
5. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makaan yang di curigai
6. Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto temple
7. Suntikan mecholyl intradermal dapat di gunakan pada urtikaria kolinergik
8. Pemeriksaan darah tepi (LED dapat meningkat)
9. Uji tempel es atau IgE spesifik dan kadar komplemen (C3, C4) untuk mencari
kelainan sistemik yang mendasari urtikaria, pada pasien yang memiliki riwayat
angioedema pada keluarga.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari urtikaria kronis yaitu (Daniel J Hogan, 2011):
Acute Febrile Neutrophilic Dermatosis
Acute Febrile Neutrophilic Dermatosis disebut juga sweet syndrome adalah suatu
proses reaktifasi yang timbul secara tiba-tiba berupa papul ataupun nodul yang dapat
bergabung berbentuk plak berwarna merah keunguan, dapat di sertai dengan demam serta
peripheral neutrophilia (Daniel J Hogan, 2011). Lesi kulit berupa papula, plakat, ataupun
nodul yang berwarna biru atau ungu kemerahan. Dapat disertai dengan Edema
subepidermal yang massive. Papul dapat berkelompok membentuk plak dengan
gambaran arkuata, nyeri (+), tidak gatal (Daniel J Hogan, 2011).
Gambar 4. Nodul dan plak pada lengan
Dermatitis Atopik
Merupakan suatu keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, residif, dapat
terjadi pada bayi, anak, dewasa, dan pada penderita sering di dapatkan riwayat atopi pada
dirinya sendiri ataupun pada keluarganya yang berupa dermatitis atopic, rhinitis alergika,
dan asma bronchial (Hutomo, M et al. 2005).
Diagnosis dari dermatitis atopi ini ditegakan berdasarkan di dapatkannya sekurang-
kurangnya 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor (Hutomo, M et al. 2005).
Kriteria mayor :
- Pruritus
- Morfologi dan distribusi lesi yang khas ( flexural lichenifikasi yang linier pada
dewasa, pada bayi dan anak lesi ditemukan pada wajah dan daerah extensor )
- Terdapat riwayat dermatitis kronis yang sering kambuh
- Terdapat riwayat atopi
Kriteria minor : xerosis (kulit kering), ichthyosis, keratosis pilaris, dermatitis pada tangan
dan kaki, cheilitis, nipple eczema ( dermatitis pada putting susu ), sensitive terhadap
cutaneous infection (staphylococcus aureus, herpes simplex virus [hsv], warts,
molluscum, dermatophytes ), erythroderma, perifollicular accentuation, pityriasis alba,
timbul pada usia muda, reaksi alergi tipe i, konjungtifitis berulang, daerah mata berwarna
gelap, kerutan kulit pada daerah infraorbital, anterior neck folds, keratoconus, anterior
subcapsular cataracts, sensitifitas terhadap factor emosional, food intolerance, gatal dan
edema, intolerance terhadap wool, white dermographism, peningkatan kadar serum
immunoglobulin E (IgE), peripheral blood eosinophilia.
Gambar 5. Lesi kulit pada Dermatitis Atopik
Pemphigoid Bulosa
Pemfigoid bulosa (P.B) adalah penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh
adanya bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang diatas kulit yang
eritematosa. Keadaan umum baik, perjalanan penyakit biasanya ringan, sering disertai
rasa gatal. Kelainan kulit terutama berupa bula besar (numular-plakat) berdinding tegang
berisi cairan jernih, dapat bercampur dengan vesikel yang terkadang hemoragik, daerah
sekitar berwarna kemerahan atau eritem, serta Tanda Nikolsly (Nicholsky sign) negatif
(Daniel J Hogan, 2011).
Gambar 6. Lesi kulit pada pemphigoid bulosa
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Gejala yang umum adalah
pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat. Pada yang akut dimulai dengan
bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). Pada yang kronis
terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya
tidak jelas (Hutomo, M et al. 2005).
Gambar 7. Lesi kulit pada Dermatitis Kontak Alergi
Erythema Multiforme
Suatu penyakit yang ditandai oleh adanya bercak-bercak kemerahan yang
menonjol dan biasanya tersebar secara simetris di seluruh tubuh. Eritema multiformis
muncul secara tiba-tiba, dengan bercak-bercak kemerahan dan lepuhan-lepuhan yang
paling sering ditemukan di telapak tangan. telapak kaki dan wajah. Bercak merah
berbentuk bulat dan mendatar tersebar di kedua sisi tubuh serta membentuk cincin
berwarna gelap dengan bagian tengahnya berwarna ungu keabuan (seperti sasaran
tembakan, target lesion) dan menimbulkan rasa gatal (Daniel J Hogan, 2011).
Gambar 8. Lesi kulit pada eritema multiformis (lesi target)
Erupsi obat makulopapular
Pada kasus erupsi obat, lesi pada membran mukosa jarang didapatkan (biasanya
pada bibir). Terdapat lesi mirip lesi target polimorfik yang tersebar, makula, papula serta
plak (Daniel J Hogan, 2011).
Mastocytosis
Merupakan kelainan pada kulit yang dikenal dengan nama urtikaria pigmentosa
dan dapat terlihat dalam berbagai bentuk klinis. Gejala dan tanda yang terlihat dapat
berupa pruritus, flushing, tanda Darier, dermografisme, purpura dan telangiektasia. Tanda
Darier : bila lesi urtikaria pigmentosa digosok atau dipukul, maka akan timbul respons
edema dan eritema, sedangkan Dermografisme dapat terlihat pada kulit yang tampak
normal (Daniel J Hogan, 2011).
Gambar 9. Lesi kulit pada Mastositosis
Scabies
Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit.
Gejala yang khas adalah adanya liang pada permukaan kulit, gatal, dan kemerahan dan
biasanya ada infeksi sekunder. Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada
telapak kaki dan telapak tangan (Djuanda, Adi et al, 2008.).
Gambar 10. lesi kulit pada scabies
Gigitan kutu busuk dan serangga
Lesi pada kulit pada kasus ini dapat berupa macula eritema, dapat disertai dengan
edema, nyeri setempat, gatal, serta terdapat sentral nekrosis pada bekas gigitan (Bo
Burns, 2011)
Purpura Anafilaktoid
Adalah sindrom klinis vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik berupa lesi
spesifik purpura nontrombositopenik. Memiliki trias berupa ruam purpura pada
ekstremitas bawah,nyeri abdomen atau kelainan ginjal dan artritis. Gejala klinis berupa
ruam makula eritomatosa pada kulit ekstremitas bawah yang simetris yang berlanjut
menjadi palpable purpura tanpa adanya trombositopenia, dalam 12 – 24 jam makula akan
berubah menjadi lesi purpura yang berwarna merah gelap dan memilikidiameter 0,5 – 2
cm. Lesi dapat menyatu menjadi plak yang lebih besar yang menyerupai echimosis yang
kemudian dapat mengalami ulserasi (Bossart, PH. 2005).
Gambar 11. Purpura Anafilaktoid
Pitriasis Rosea
Gejala klasik dari Pityriasis Rosea berupa makula eritematosa oval atau anular
dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama
halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang
berasal dari keratin ( herald patch). Diawali gejala prodromal. kemudian akan timbul lesi
sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi yang memberikan
gambaran Christmas tree. Pada gejala atipikal tidak ditemukannya herald patch atau
berjumlah multipel. Bentuk lesi lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis,
purpura, pustul dan vesikula. Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila,
inguinal, wajah, telapak tangan dan telapak kaki (Djuanda, Adi et al, 2008).
Gambar 12. Pitiriasis rosea
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adi et al, 2008. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin Edisi Kelima Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
2. Hutomo, M al, 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3. Insect Bites Clinical Presentation, Author: Bo Burns, DO, FACEP, FAAEM; Chief
Editor: Rick Kulkarni. 2011. http://emedicine.medscape.com
4. Chronic Urticaria Clinical Presentation, Author: Daniel J Hogan, MD; Chief Editor:
William D James, MD, 2011. http://emedicine.medscape.com
5. Fernando, S; Broadfoot, A. 2011. Chronic urticaria Assessment and treatment. Reprinted
from AUstRAlIAn FAmIly PhysICIAn Vol. 39, no. 3
6. Bossart, PH. 2005. Schönlein Purpura. Available from :
www.emdecine.com/emerg/topic845.htm. diakses tanggal 18 Juni 2012.