draf proposal tesis rina ksdl s2 _revisi ke 1
DESCRIPTION
ddfTRANSCRIPT
Proposal Thesis
ANALISA CITARASA BEBERAPA VARIETAS KOPI ARABIKA BERDASARKAN KANDUNGAN HARA TANAH
DI DATARAN TINGGI GAYO
OLEH
RINA KARTININIM. 110009040026
KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN
MAGISTER KONSERVASI SUMBERDAYA LAHANPASCA SARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM -- BANDA ACEH2012
Dr. Ir. Yusak Karim, M.ScAnggota
Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS.Ketua
Ketua Program StudiMagister Konservasi Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Muyassir, M.PNIP. 196404421 199309 1 001
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisa Citarasa Beberapa Varietas Kopi Arabika
Berdasarkan Kandungan Hara Tanah di Dataran Tinggi
Gayo.
Nama Mahasiswa : Rina Kartini
NIM Mahasiswa : 110009040026
Program Studi : Konservasi Sumberdaya Lahan
Menyetujui:Komisi Pembimbing
Mengetahui:
Rina Kartini, 2012. Analysis of Flavor on Varieties of Arabica Coffee Depend on Soil Nutrients in Gayo Highland. Master Thesis Proposal, Syiah Kuala University. Supervised by Abu Bakar Karim Karim and Yusak Karim.
ABSTRACT
Arabica coffee from Takengon, Central Aceh including the Gayo highlands region is type of speciality coffee. The Arabica coffee from Gayo is already famous in Indonesia and foreign countries. Flavor quality of Arabica coffee from Gayo is influenced by many factors like soil chemicals and minerals. In addition, the coffee flavor can also be determined by ways of coffee processing, coffee varieties, and altitude. There are five varieties of Arabica coffee that will be examined, in example: Gayo 1, Gayo 2, Ateng Super, Bergendal, and Lini-S. They are included in speciality coffee from Gayo. The research method will be used by survey and descriptive analysis. Analysis depend on the relationship between land characteristics, nutrient contents in coffee, coffee flavors, and organoleptic tests. Soil nutrients are element in the soil which be absorbed by the coffee plants. Coffee organoleptic tests will determine between the nutrient contained in Arabica coffee and effects on Arabica coffee flavor.
Keywords: coffee flavor, land characteristics, Arabica coffee, and nutrients
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i
DAFTAR TABEL....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Penelitian............................................... 11.2. Identifikasi Masalah....................................................... 31.3. Tujuan Penelitian............................................................ 31.4. Kegunaan Penelitian....................................................... 31.5. Hipotesis......................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Kopi ............................................................................... 42.2. Lingkungan Hidup Kopi Arabika .................................. 52.3. Pengaruh Unsur Hara terhadap Fisiologi Tumbuhan..... 62.4. Pengolahan Pasca Panen Kopi........................................ 82.5. Penilaian Organoleptik Kopi.......................................... 92.6. Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Tengah.................. 112.7. Pengaruh Ketinggian Tempat......................................... 14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN3.1. Tempat dan Waktu Penelitian......................................... 163.2. Bahan dan Alat Penelitian.............................................. 163.3. Jenis dan Sumber Data................................................... 173.4. Metode Penelitian .......................................................... 17
3.4.1.Rancangan Penelitian ........................................... 183.4.2.Karakteristik Lahan .............................................. 193.4.3. Uji Citarasa Kopi Arabika ................................... 203.4.4. Analisis Kandungan Hara .................................... 213.4.5.Pengolahan Data................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Unsur hara dan fungsinya bagi tanaman........................................... 82. Rancangan Penelitian........................................................................ 183. Sifat-sifat morfologi lahan yang diamati........................................... 194. Sifat-sifat Fisik dan kimia tanah yang diamati.................................. 205. Skala penilaian kualitas citarasa kopi menurut SCAA...................... 216. Skoring uji organoleptik pada Full wash (dry) processing............... 217. Skoring uji organoleptik pada semi/local wash (wet) processing..... 218. Metode analisis unsur hara makro dan unsur hara mikro.................. 22
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pengolahan basah cara Basah (Semi Wash Processing).................... 92. Pengolahan basah cara Kering (Dry Wash Processing).................... 103. Skema pelaksanaan kegiatan penelitian............................................ 19
iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang
dan dapat mencapai tinggi 12 m. Ada empat jenis tanaman kopi yang populer
dibudidayakan, yaitu Coffea arabica, Coffea robusta, Coffea liberica, dan Coffea
ekselsa. Bagi Indonesia, tanaman kopi merupakan komoditas unggulan ekspor
yang mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Sudah
hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Pada tahun 2004-2008,
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang merupakan salah satu produsen kopi
nasional menyumbang rata-rata produksi 42 ton/tahun menempati peringkat ke
enam terbesar sebagai produsen kopi di Indonesia (Direktorat Jendral Perkebunan,
2009).
Provinsi Aceh dan Sumatra Utara merupakan penyumbang lebih dari 50%
produksi kopi Arabika nasional. Kopi Arabika yang khas dari Sumatra
diperdagangkan dengan berbagai merek dagang, seperti Sumatra Mandheling,
Lintong, Blue Batak, Retro Mandheling, Sumatra Gayo, Gayo Mountai Coffee
dan lain-lain. Akhir-akhir ini pasar kopi yang mempunyai rasa khas (speciality
taste) berkembang pesat, khususnya di negara-negara konsumen utama. NCA
(2008) melaporkan bahwa konsumsi kopi gourmet (speciality) di Amerika Serikat
meningkat dari 14% pada tahun 2007 menjadi 17% pada tahun 2008. Kabupaten
1
Aceh Tengah memiliki kebun kopi dengan luas tanam 48.001 ha dan produktivitas
kopi 0,78 ton/ha/tahun (DISHUTBUN, 2009).
Peran lingkungan sebagai tempat tumbuh tanaman kopi perlu diperhatikan
agar menghasilkan kopi yang berkualitas, seperti ketinggian tempat, suhu udara,
jenis tanah, dan curah hujan. Pengolahan panen, pasca panen, pengendalian hama
penyakit, dan pemupukan yang optimum juga perlu perhatikan agar menghasilkan
kopi dengan mutu yang baik. Diantara beberapa faktor tersebut, yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah mengenai pemupukan kopi, khususnya
identifikasi pengaruh pemupukan unsur hara tertentu yang bisa menghasilkan cita
rasa aroma berkualitas pada kopi arabika di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Pemupukan yang tepat dari segi dosis, waktu pemberian, dan cara pemberian
sangat penting untuk tanaman kopi. Kemungkinan sifat-sifat kimia dan mineral
suatu tanah bisa berpengaruh terhadap cita rasa kopi. Selain itu, cita rasa kopi
juga dapat ditentukan oleh cara pengolahan, varietas kopi yang budidayakan, dan
ketinggian tempat pembudidayaan (Yusianto et al., 2007)
Telah diketahui dari hasil penelitian mengenai beberapa komoditas seperti
teh yang aromanya di pengaruhi oleh unsur Na dan melon yang dipengaruhi oleh
unsur S. Namun demikian, pada kopi Arabika belum diketahui unsur mana yang
berperan dalam meningkakan aroma sehingga penelitian ini akan menfokuskan
pada peran unsur hara makro dan unsur hara mikro dalam menghasilkan cita rasa
aroma kopi arabika yang berkualitas. Jenis kopi Arabika dengan predikat
specialty coffee dipilih karena dari segi kualitas lebih diunggulkan dan potensi
pasarnya meskipun produksi kopi Arabika baru sebatas 20% dari total produksi
kopi di Indonesia.
2
1.2. Indentifikasi Masalah
Banyaknya orang yang menyukai minum kopi merupakan peluang pasar
kopi yang perlu diambil dengan maksimal, khususnya kopi Arabika. Perlu
diketahui apa yang menyebabkan citarasa kopi Arabika menjadi enak sehingga
menarik banyak penikmat kopi. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap cita
rasa aroma kopi ialah unsur hara yang diserapnya. Oleh karena itu, penelitian ini
berfokus pada analisis unsur hara makro dan unsur hara mikro yang diserap
tanaman kopi Arabika dan berpengaruh terhadap citarasa kopi Arabika di
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh unsur hara makro dan unsur hara mikro dalam
memberikan citarasa kopi Arabika di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai peran unsur hara makro dan unsur hara mikro terhadap
peningkatan cita rasa aroma kopi arabika. Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa
digunakan sebagai referensi bagi petani kopi arabika untuk memberikan dosis
pemupukan optimun agar menghasilkan produksi kopi Arabika yang berkualitas.
1.5. Hipotesis
Diduga ada unsur hara makro dan unsur hara mikro tertentu yang berperan
dalam meningkatkan citarasa aroma kopi Arabika.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi
Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Keluarga ini membawa lebih sari 70
spesies. Hanya dua jenis kopi yang ditanam secara komelsial pada angka yang
besar yaitu Arabika dan Robusta. Dua jenis yang lainnya seperti Liberika dan
Ekselsa juga ditanam untuk diperdagangkan namun dalam jumlah yang kecil dan
terbatas.
Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, tanaman kopi masuk ke
Indonesia pertama kali tahun 1696. Tanaman kopi tersebut adalah jenis kopi
arabika yang berasal dari Malabar-India. Sejarah mencatat bahwa untuk pertama
kalinya pelelangan kopi asal Jawa di Amsterdam dilakukan tahun 1712 dan sejak
itu pasaran kopi eropa mengenal baik “Java Coffee” (Siswoputranto, 1993).
Di Indonesia komoditas kopi mempunyai peranan penting, baik sebagai
sumber devisa maupun sebagai penunjang perokomian rakyat. Indonesia termasuk
negara kedua terbesar penghasil kopi di Asia setelah Vietnam. Pada tahun 2001
areal kopi di Indonesia meliputi 1.102.134 ha dengan total produksi mencapai
121.334 ton. Dari areal tersebut 1.036.172 ha merupakan perkebunan rakyat
dengan produksi sebesar 487.008 ton (± 95%) dengan sisanya diusahakan oleh
perkebunan besar. Selama tahun 2001 Indonesia telah mengekspor kopi sebesar
352.967 ton dengan nilai US $ 467.858.000 (Direktorat Jendral Bina Produksi
Perkebunan, 2002). Tahun 2011, menurut Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan
Industri Kopi Indonesia (AEKI) Suyanto Husein produksi kopi Indonesia
mencapai 709 ribu ton di lahan seluas 1,3 juta hektare yang terdiri atas produksi
4
kopi Arabika sebanyak 155 ribu ton di areal seluas 296 ribu hektare sedangkan
kopi Robusta sebanyak 553 ribu ton di lahan seluas 1,01 juta hektare. Sebanyak
346 ribu ton volume ekspor kopi Indonesia tahun 2011 nilainya mencapai US$
1,03 miliar. Turun 20 % dari nilai ekspor pada 2010 yang 433 ribu ton (US$ 814
juta). Angka tersebut menunjukkan besarnya nilai ekonomi yang disumbangkan
oleh komoditas kopi terhadap devisa Indonesia (Tempo, 2012).
Indonesia juga memiliki speciality coffee yang harganya mampu mencapai
rata-rata US$7 hingga US$8 per pound. Saat ini total produksi speciality coffee
Indonesia mencapai 103.500 ton per tahun. Konsumsi kopi spesialti hanya 1% di
Indonesia, jadi 99% di ekspor. Namun, produksi speciality coffee masih amat
rendah yaitu hanya mencapai 400 kilogram per hektar per tahun.
2.2. Lingkungan Hidup Kopi Arabika
Kopi arabika (Coffea arabika L.) dalam taksonomi tumbuhan termasuk
dalam suku Rubiaceae, sub suku Cinchonoidea, marga Coffea L., sub marga
Eucoffea, seri Erythrocoffea Chev., (Charrier & Berthaud 1985).
Iklim, tinggi tempat, dan naungan sangat berperan penting
terhadap terperatur yang dihasilkan, juga ketersediaan cahaya
dan air penting selama periode pemasakan. Jumlah curah hujan
dan penyinaran cahaya matahari memiliki pengaruh kuat pada
pembungaan, biji, dan pemasakan. Sebagai contoh, asam
chlorogenic dan kandungan lemak yang ditemukan meningkat
pada kopi arabika karena dua faktor tersebut. Peran dari jenis
tanah juga sudah di pelajari dan pada umumnya kopi yang
masam ditemukan hidup pada tanah yang kaya akan mineral
5
berbahan vulkan yang merupakan material hasil letusan gunung
merapi (Wintgens, 2004).
Kopi Arabika berasal dari hutan pegunungan di Ethiopia. Di sana kopi
tumbuh dibawah naungan kanopi hutan. Pohon kopi Arabika asli adalah tipe yang
menyukai naungan, walaupun beberapa tahun ini anakan varietas yang dihasilkan
menunjukkan hasil yang lebih baik pada kondisi yang banyak pencahayaan seperti
pada varietas Catimor. Kopi Arabika tumbuh di daerah tropis pada ketinggian
lebih dari 500 mdpl, tapi baiknya pada 1000-1500 mdpl pada tempat yang lebih
tinggi lagi umumnya memghasilkan kualitas tanaman yang lebih baik. Curah
hujan tahunan yang dibutuhkan antara 1200-2000 mm yang terdristribusi dengan
baik. Kopi Arabika tidak bisa bertahan pada kondisi udara beku, suhu udara
minimun yang seharusnya ialah diatas 4-5 oC. Suhu optimal untuk penenaman
arabika berada pada kisaran 18-25 oC. Kisaran pH tanah optimum untuk kopi
Arabika dari 5,4-6,0.
Pembungaaan kopi dipicu setelah hujan pertama dan pendewasaan biji
disyaratkan pada bulan kering yang bisa lebih dari lima bulan. Kopi arabika
memiliki sistem perakaran yang dalam sehingga kopi arabika disyaratkan tumbuh
pada tanah yang memiliki drainase yang baik dan kaya akan bahan organik. Bahan
organik penting sebagai penyangga tanaman untuk melawan fluktuasi kelembaban
dan ketersediaan hara (Kuit et al., 2004). Di dataran tinggi Gayo umumnya
pelaksanaan penanaman budidaya tanaman kopi masih secara organik (Wahyuni,
2012).
Mutu kopi yang baik juga ditentukan dari kemasakan buah kopi dan cara
pengolahan yang tepat. Buah kopi hasil panen harus segera diolah karena buah
6
kopi mudah rusak secara kimiawi dan biologis. Keterlambatan pengolahan
menyebabkan hilangnya cita rasa khas dan menimbulkan cacat citarasa (Oskari,
Mulato dan Yusianto, 2000).
2.3. Pengaruh Unsur Hara terhadap Fisiologi Tumbuhan
Komponen flavor pada buah-buahan terbentuk pada periode pematangan
buah. Pada periode ini metabolisme berubah menjadi katabolisme dan bersamaan
dengan itu pembentukan komponen-komponen flavor dimulai. Komponen-
komponen volatil buah-buahan dapat merupakan hasil metabolisme lipid,
karbohidrat, asam amino, terpen dan asam sinamat yang berupa senyawa alfalitik,
terpen, metil bercabang dan aromatik. Pembentukan flavor pada sayuran agak
berbeda karena pada sayuran tidak dikenal periode pematangan. Sebagian
komponen flavor sayuran dapat terbentuk selamaa proses pertumbuhan,
sedangkan sebagian lagi berbentuk ketika terjadi perusakan sel tumbuhan (Heath
dan Reineccius, 1986).
Enam faktor utama yang mempengaruhi kualitas kopi pada tingkat
lapangan dapat di bedakan pada: varietas, iklim, tanah, nutrisi, pestisida dan
pengendalian penyakit, dan pemanenan. Jika terjadi kekurangan nutrisi maka akan
membawa pada meningkatnya kerusakan biji kopi. Selain itu, pemberian nutrisi
yang berlebih juga akan memberikan efek negatif terhadap kualitas kopi.
Kelebihan pupuk N (nirtogen) akan menghambat pengembalian investasi dan juga
meningkatkan kandungan kafein pada kopi. Terlalu banyak pupuk K (kalium)
menyebabkan aroma yang kasar pada kopi yang masak. Secara umum, untuk
memproduksi kopi yang berkualitas, keberimbangan campuran nutrisi sangat
dibutuhkan, aplikasi pupuk berkisar 3-4 kali dalam satu tahun. Gejala defisiensi di
7
8
lapangan merupakan indikasi untuk melihat kualitas tanaman kopi (Kuit et al.,
2004).
Tabel 1. Unsur hara dan fungsinya bagi tanaman
Unsur Hara Simbol Kegunaan untuk tanamanMakroNitrogen N Pertumbuhan tanaman; protein; enzim; hormon;
fotosintesisSulfur S Asam amino dan protein; klorofil; ketahanan penyakit;
produksi bijiPhospor P Sumber energi; perkembangan akar; pemasakan;
pembungaanKalium K Kualitas buah; keseimbangan air; ketahanan penyakitKalsium Ca Dinding sel; perkembangan akar dan daun; pemasakan
buah dan kualitasMagnesium Mg Klofofil; perkecambahan
MikroTembaga Cu Klorofil; formasi proteinSeng Zn Hormon/enzim; tinggi tanamanMangan Mg Fotosintesis; enzimBesi Fe FotosintesisBoron B Pertumbuhan/perkembangan bagian meristem dan
akar; pembungaan, pengaturan dan perkembangan buah
Molibdenum Mo Metabolisme nitrogenKlorin Cl Fotosintesis; keseimbangan air; pertukaran gas
Pemupukan yang tepat dari segi dosis, waktu pemberian, dan cara
pemberian sangat penting untuk tanaman kopi. Kemungkinan sifat-sifat kimia dan
mineral suatu tanah bisa berpengaruh terhadap citarasa kopi sehingga komposisi
pemupukan unsur hara makro dan unsur hara mikro harus di perhatian. Selain itu,
citarasa kopi juga dapat ditentukan oleh cara pengolahan, varietas kopi yang
budidayakan, dan ketinggian tempat pembudidayaan (Yusianto et al., 2007).
Salah satu contoh pengaruh unsur hara terhadap citarasa adalah boron (B)
yang diserap oleh tanaman melon dalam bentuk BO3. Unsur Boron mempunyai
dua fungsi fisiologis utama yang membentuk ester dengan sukrosa sehingga
sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah
9
diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses ini
menyebabkan buah melon akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas.
2.4. Pengolahan Pasca Panen Kopi
Secara garis besar terdapat dua metode utama pengolahan kopi, metode
pengolahan basah cara basah dan metode pengolahan basah cara kering. Metode
pengolahan basah cara basah prinsip utamanya pemisahan biji dengan daging dan
kulit buah yang dikenal dengan proses pulping sebelum biji tersebut dikeringkan
atau difermentasi. Metode pengolahan basah cara kering mengacu pada metode
dimana biji kopi dikeringkan secara langsung dengan kulit dan daging buah. Ada
perbedaan mendasar dari rasa kopi yang dihasilkan dari dua proses ini. Proses
basah cara basah menghasilkan kopi yang lembut, aroma lebih kuat, body ringan,
after taste lebih berkesan dan acidity lebih tinggi. Kopi yang dihasilkan dari
pengolahan basah cara kering biasanya unggul dalam body, flavor, lebih pahit,
acidity rendah. Dibawah ini ditunjukkan diagram pengolahan kopi dengan metode
pengolahan basah cara basah dan metode pengolahan basah cara kering.
Gambar 1. Pengolahan basah cara basah (Semi wash processing)
Gambar 2. Pengolahan basah cara kering (Full wash processing)
10
2.5. Penilaian Organoleptik Citarasa Kopi
Penilaian karakteristik kopi secara organoleptik meliputi penilaian biji
beras, hasil sangrai, dan seduhan. Penilaian terhadap karakter biji kopi beras dan
biji sangrai belum dapat menggambarkan karakteristik suatu kopi sesungguhnya
sehingga hanya digunakan sebagai pelengkap dari penilaian citarasa seduhan.
Penilaian karakter biji kopi beras biasanya meliputi warna, keseragaman ukuran,
rupa dan bau. Warna biji kopi beras dapat bervariasi dari abu-abu kebiruan,
kuning coklat sampai hitam. Biji kopi beras yang berwarna coklat atau hitam
biasanya mempunyai cita rasa jelek atau bermutu rendah. Penilaian bau pada biji
kopi beras biasanya hanya untuk mengenali bau-bau asing atau menyimpang dari
bau kopi normal (Usepsetiana, 2010).
Penilaian biji hasil sangrai biasanya meliputi rupa (kecerahan), celah
tengah biji (center cut) dan bau. Biji kopi yang baik biasanya cerah (brilliant),
dengan celah tengah jelas dan berwarna putih. Sebaliknya biji kopi jelek biasanya
rupanya kusam (dull), dengan celah tengh berwarna coklat. Penilaian seduhan
berbeda dengan cara meminum kopi pada umumnya. Proses pengujian seperti
penghirupan (sniffing), penyeruputan (slurping), dan pengecapan (swallowing)
dilakukan secara kuat. Dengan menguatkan proses tersebut, maka syaraf-syaraf
indrawi dapat di stimulasi secara maksimum, sehingga dapat dinilai dengan baik.
Ada enam variabel citarasa yang diukur mengacu pada standar SCAA
(speciality Coffee Association of America) yang diterjemahkan oleh Yusianto,
2010. Enam variabel tersebut antara lain:
11
Fragnance (kekuatan rasa dan aroma atau kewangian rasa); sering
digunakan untuk menerangkan suatu odor (bau) yang diterima organ
olfaktori ketika memakan suatu produk (bahan ada di rongga mulut)
acidity atau kemasaman; pada kondisi terbaiknya, acidity berkontribusi
pada kenyamanan (liveliness), kemanisan (sweetness), karakter buah segar
dan segera dikenali saat evaluasi ketika kopi pertama diseruput ke dalam
mulut. Acidity yang terlalu tinggi/dominan dapat berpengaruh rasa tidak
enak (Yusianto, 2010).
body (kekentalan rasa); merupakan tingkat kepekaan rasa dari seduhan
kopi. Secara mudah dapat dibayangkan antara kopi yang ringan (flat)
dengan kopi yang berat. Nilai body dari suatu kopi ditentukan oleh
senyawa-senyawa yang larut dalam air saat diseduh. Senyawa-senyawa
seperti golongan karbohidrat, senyawa aromatik, alkaloids dan minyak
sangat menentukan body dari suatu kopi. Nilai body berkaitan dengan sifat
kekentalan (viskositas) cairan, kekuatan (strength) secara menyeluruh dan
sifat licin sampai kasat dari cairan seduhan.
flavor (kenikmatan rasa); suatu kesan kompleks yang menerangkan kesan-
kesan yang berasal dari citarasa (taste) dan bau (odor) sekaligus secara
serentak. Lebih kompleks, kesan tersebut juga bisa berhubungan persepsi
panas, dingin, sakit, kasar, halus, lembut, dan lainnya.
after taste yakni sensasi kopi lama terasa di lidah setelah dicicipi;
didefinisikan sebagai seberapa panjang kualitas flavor positif (rasa dan
aroma) mulai dari belakang langit-langit mulut dan tetap tinggal setelah
12
seduhan kopi dikeluarkan atau ditelan. Penilaian diberikan terhadap kesan
after taste yang terasa panjang atau pendek (Yusianto, 2010).
balance atau keseimbangan rasa.; interaksi antara komponen-komponen
citarasa (taste) dan aroma tersebut biasanya ada yang menonjol tetapi ada
yang berimbang (Yusianto, 2010).
2.6. Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Tengah
Aceh Tengah adalah sebuah kabupaten yang terletak di tengah-tengah
Provinsi Aceh dengan wilayah yang didominasi pegunungan. Ketinggian tempat
Kabupaten Aceh Tengah berkisar pada 200-2600 m diatas permukaan laut. Secara
geografis, Kabupaten Aceh Tengah terletak pada posisi 04o10’5”-04o58’2” LU
dan 96o41’00’’–97o22’3” BT. Mata pencaharian masyarakat di sana adalah dalam
bidang pertanian, kopi menjadi komoditi terbesar yang dibudidayakan. Dari
51.854,7 hektar lahan pertanian di Kabupaten Aceh Tengah 47.854,7 hektar di
gunakan untuk lahan kopi.
Data iklim yang berasal Stasiun Iklim takengon (985 mdpl) menunjukkan
jumlah curah hujan, bulan basah, bulan kering dan hari hujan/tahun berturut-turut
selama sepuluh tahun terakhir (2000-2009) berkisar antara 1.232-3.510 mm/tahun
dengan rata-rata CH 1.928 mm/tahun dan rata-rata hari hujan 157 hari (Wahyuni,
2012). Menurut kriteria Schmidt dan Ferquson tergolong iklim tipe B karena
mempunyai rata-rata bulan basah 7,9 bulan/tahun (>100 mm) dan rata-rata bulan
kering 2,6 bulan/tahun (<60 mm) dengan nilai Q=0,329. Formasi lokasi
perkebunan adalah Burni Telong (Qvtg) terdiri dari abu vulkanik dan aliran lava
bersifat andesit sampai batu apung, kemudian formasi Burni Pepanyi (Qvp) terdiri
dari aliran lahar bersifat andesit sampai batu apung (Cameron, et al., 1983 dalam
13
Karim, 1999). Menurut klasifikasi Desaunette (1997), secara umum lokasi
penelitian termasuk landform vulkanik.
2.7. Pengaruh Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu. Rata-rata
terjadi penurunan suhu 0,64 oC untuk setiap kenaikan 100 meter. Hal itu
kemungkinan berpengaruh terhadap citarasa kopi yang dihasilkan. Namun, jika
melihat faktor ketinggian saja yang berpengaruh terhadap citarasa kopi sangatlah
kurang.
Ada kemungkinan jenis tanah akan berbeda pada ketinggian yang sama,
hal itu terjadi karena jenis tanah dipengaruhi oleh faktor bahan induk tanah serta
faktor lainnya seperti topografi, organisme, waktu, dan iklim. Selain itu, pada
ketinggian yang sama belum tentu memiliki iklim yang sama karena iklim sangat
dipengaruhi oleh posisi bujur dan lintang yang mempengaruhi nilai curah hujan,
musim, dan lama penyinaran. Tanah dan iklim sangatlah penting untuk
menghasilkan kopi Arabika yang bercitarasa tinggi.
Faktor ketinggian akan menjadi sangat berpengaruh terhadap citarasa kopi
Arabika jika semua faktor selain ketinggian dapat dianggap sama, seperti geologi,
lintang dan bujur, curah hujan, dan lama penyinaran. Karakteristik kimia dan fisik
tanah menjadi faktor yang penting diperhatikan dalam menyediakan unsur hara
karena tingkat pelapukan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu pada ketinggian
berbeda. Dataran tinggi Gayo di Aceh Tengah memiliki karakteristik tanah dan
iklim yang sangat spesifik dan cocok untuk tenpat tumbuh tanaman kopi sehingga
dapat dihasilkan kopi yang berkualitas di dunia dengan speciality coffee pada
14
beberapa kopi Arabika seperti Gayo 1, Gayo 2, Ateng Super, Bergendal, dan Lini-
S.
15
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun kopi Arabika masyarakat
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini
disesuaikan dengan musim panen kopi yaitu dari bulan Januari sampai April 2013.
Pada ketinggian 1.200 - 1.700 m dpl, puncak panen kopi berada pada selang
waktu Maret - April, dan pada ketinggian 800 - 1.200 m dpl, puncak panen kopi
berada pada selang waktu Januari - Februari.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah:
1. Peta penggunaan lahan/peta penyebaran kebun kopi di Takengon, Peta Kontur,
Peta Tanah, dan Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tengah sebagai petunjuk
pemilihan titik-titik tempat penelitian.
2. Buah kopi Gayo1, Gayo 2, Ateng Super, Bergendal, dan Lini-S dalam bentuk
gelondong merah untuk bahan proses pengolahan biji kopi dari berbagai tempat
tumbuh.
3. Contoh tanah komposit untuk bahan analisis kesuburan di laboratorium.
4. Bahan lainnya yang digunakan sesuai kebutuhan pada saat pelaksanaan
penelitian.
Alat-alat yang akan dipakai dalam penelitian adalah:
1. GPS untuk mengetahui titik pengambilan sampel dan wilayah kerja penelitian.
2. Peralatan pengambilan sampel tanah, yaitu bor belgi, ring sampel, kantong
plastik, dan spidol.
16
3. Kertas Deskripsi dan Soil Munshell Color Chart untuk deskripsi tanah
dilapangan.
4. Kamera untuk dokumentasi kegiatan penelitian.
5. Huller untuk mengupas kopi gelondong menjadi kopi gabah.
6. Alat-alat lain yang digunakan sesuai kepentingan pada saat pelaksanaan.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis deskriptif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui survei lahan, wawancara petani, dan analisis
laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan
studi literatur terpadu.
Tahapan awal kerja dalam penelitian ini adalah persiapan yang meliputi
kajian dan pengumpulan data secara utuh dan menyeluruh. Data-data yang
digunakan merupakan hasil penelitian sebelumnya seperti data iklim, deskripsi
kopi arabika dataran tinggi Gayo, analisis tanah, peta penggunaan lahan, peta
kontur, dan peta administrasi di Takengon sebagai dasar petunjuk untuk penetapan
titik terbaik pengambilan sampel penelitian. Referensi yang dikaji diusahakan
terbitan 10 tahun terakhir untuk mendapatkan keakurasian data yang tinggi.
Pengamatan lapangan dilakukan berdasarkan hasil dari interpretasi dan analisis
data yang didapatkan.
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan pengelitian ini akan memfokuskan penelitian karakteristik
tanah dan varietas kopi di 4 ketinggian tempat. Tanah pada 4 ketinggian tempat
17
akan analisis sifat fisik dan kimianya, apa yang membedakan antara satu dan
lainnya terutama unsur hara yang dikandung dan diduga berpengaruh terhadap
citarasa kopi. Varietas kopi di 4 ketinggian tempat akan dianalisis kandungan
haranya pada daun maupun buah di laboratorium dan analisis citarasa melalui
pengujian organoleptik.
Tabel. Rancangan penelitian
Komparasi data akan dilakukan dengan hasil penelitian Eka Wahyuni,
Analisis Kualitas Citarasa Kopi Arabika Organik pada Beberapa Ketinggian
Tempat dan Cara Pengolahan di Dataran Tinggi Gayo, yang sudah terbukti
bahwa citarasa kopi sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Penelitian ini
akan melanjutkan pada fokus mengenai karakteristik tanah di 4 ketinggian tempat
berbeda serta pengaruhnya terhadap citarasa kopi. Diharapkan dapat diketahui
menganai unsur hara tertentu yang mempengaruhi terhadap citarasa kopi.
3.4.2. Karakteristik Lahan
Analisis keterkaitan antara citarasa, hara tanaman, dan hara tanah
Peubah yang diamati pada sampel lima varietas kopi Arabika (Gayo1,
Gayo 2, Ateng Super, Bergendal, dan Lini-S) adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan ditingkat petani : (a) sumber bibit/benihnya, (b) umur tanaman, (c)
cara dan intensitas pengolahan tanah, (d) pemupukan (meliputi jenis, dosis,
cara aplikasi, dan waktu aplikasi), (e) cara dan intensitas pemangkasan pohon
pertahun, (f) cara dan intersitas pengendalian gulma pertahun, (g) pengendalian
hama dan penyakit.
2. Variabel Morfologi lahan yang diamati
Tabel 2. Sifat-sifat morfologi dan klasifikasi lahan yang diamati
No. Komponen yang diamati Metode/Alat1. Data iklim (CH, suhu, dll) Dikoleksi dari stasiun terdekat2. Ketinggian tempat Diukur dilapangan dengan altimeter/GPS3. Warna tanah Mengacu pada buku Munshell soil color chart4. Kedalaman efektif tanah (cm) Diukur dengan menggunakan bor tanah5. Tekstur tanah Dipirit dengan jadi6. Batuan di permukaan tanah (%) Pengamatan dilapangan7. Bentuk lahan Pengamatan dilapangan8. Varietas Pengamatan dilapangan9. Tingkat pengelolaan Wawancara petani
10. Vegetasi Pengamatan lapangan11. Bahan Induk Pengamatan dilapangan dan pengeboran
18
19
Tabel 3. Analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah
No. Komponen analisis Metode analisis1. Bobot isi, puang pori total, pori
drainase, pori air tersediaRing, gravimetri
2. Kadar air Gravimetri3. Permeabilitas Constand Head Methode4. Tekstur 3 fraksi Pipet5. Stabilitas agregat Pengayakan kering dan basah6. pH H2O (1:1) dan pH KCl (1:1) Elektroda gelas7. C-organik (%) Walkley dan Black (Black, 1965)8. KTK NH4Oac (cmol(+)/kg) 1 N pH 79. N-Total (%) Kjehdal10. P-tersedia (ppm) Bray I11. P-Total Ekstrak HCl12. K2O NH4Oac (c mol (+)/kg)13. Kejenuhan basa, pH, Kation dapat
ditukar (Na, Mg, Ca, Al, Fe, Cu, Zn, Mn, dll)
3.4.3. Uji Citarasa Biji Kopi Arabika
Pemilihan tiga varietas kopi Gayo untuk penelitian yaitu Gayo1, Gayo 2,
Ateng Super, Bergendal, dan Lini-S karena kopi-kopi Arabika tersebut tergolong
ke dalam speciality coffee. Dinilai dari segi mutu ketiganya sudah merupakan kopi
yang memiliki citarasa tinggi.
Skala penilaian citarasa kopi didasarkan pada kriteria yang dibuat oleh
Speciality coffee Assocoation of Amerika (SCAA). Ada 16 tingkatan poin yang
menggambarkan tingkat kualitas. Secara teoritis skala memiliki selang minumum
0 dan maksimum 10, namun penilaian yang diberikan pada varietas kopi Gayo1,
Gayo 2, Ateng Super, Bergendal, dan Lini-S ada di atas 6,00 karena nilai lebih
rendah dari 6,00 adalah bukan mutu speciality coffee. Di bawah ini disajikan
kriteria untuk penilaian mutu citarasa speciality coffee.
20
Tabel 4. Skala penilaian kualitas citarasa kopi menurut SCAA
Skala kualitas6,00-good 7,00-very good 8,00-exellent 9,00-outstanding
6,25 7,25 8,25 9,256,50 7,50 8,50 9,506,75 7,75 8,75 9,75
Sumber: Speciality coffee Assocoation of Amerika (SCAA), diterjemahkan oleh Yusianto, 2010.
Berdasarkan tabel kriteria skoring yang dikeluarkan SCAA tersebut maka
bisa dibuat tabel skoring uji organoleptik untuk proses full wash (dry) processing
dan semi/local wash (wet) processing.
Tabel 5. Skoring uji organoleptik pada Full wash (dry) processing
VarietasKopi
Arabika
Full wash (dry) processingUji organoleptik (skor)
Fragrancedan Aroma
Acidity Body Flavor After taste Balance
Gayo 1 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Gayo 2 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Ateng Super 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Bergendal 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Lini-S 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10
Tabel 6. Skoring uji organoleptik pada semi/local wash (wet) processing
VarietasKopi
Arabika
Semi/local wash (wet) processingUji organoleptik (skor)
Fragrancedan Aroma
Acidity Body Flavor After taste Balance
Gayo 1 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Gayo 2 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Ateng Super 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Bergendal 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10Lini-S 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10 6-10
21
3.4.4. Analisis Kandungan Hara
Kadar unsur hara yang terdapat pada biji kopi dapat dianalisis dengan
berbagai metode. Pertama kali yang harus dilakukan ialah mendapatkan ekstrak
pengabuan basah dengan menggunakan H2SO4 (95-97 %) dan H2O2 (30 %).
Selanjutnya setiap unsur hara dianalisis dengan menggunakan metode yang
khusus untuk setiap unsur hara dan telah banyak digunakan seperti yang tertera
pada Tabel 7.
Tabel 7. Metode analisis unsur hara makro dan unsur hara mikro
No. Unsur hara yang dianalisis Metode 1. N (nitrogen)-total Kjehdal2. P (pospor)-total Spektrofotometer3. K (kalium)-total Flamefotometer4. Ca (kalsium) dan Mg (magnesium) AAS5. Kation : Fe-, Cu-, Zn-, Mn-, Na-dapat tukar Flamefotometer
3.4.5. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh yaitu data karakteristik tanah, data citarasa kopi,
dan data kandungan hara kopi selanjutnya dilakukan pengujian dengan analisis
korelasi dan analisis regresi berganda. Dari hasil pengujian secra statistik tersebut
akan dapat dihasilkan hubungan antara pengaruh unsur hara dengan citarasa kopi
Arabika yang meningkatkan terhadap citarasa kopi Arabika atau tidak memiliki
pengaruh sama sekali.
17
18
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Charrier A, Bertahud J. 1985. Botanical classification of coffee. In Clifford MN, Wilsoon KC (eds). Coffee: botany, biochemistry and production of beans and beverage. AVI. Westpotr. P. 13-47.
Desaunette. 1977. Catalogue of Land Farms for Indonesia: Exampler of a Physis-Graphic Approach to Land Evaluation for Agriculture Development. Soil Research Institute, Bogor.
Direktoral jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebinan Kopi Indonesia 2000-2001. Jakarta: Direktoral Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian, jakarta.
DISHUTBUN. 2009. Laporan Tahunan Bidang Perkebunan Tahun 2009. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh, Banda Aceh.
Heath H.B. and G. Reineccius. 1986. Flavor Chemisty and Technology. AVI Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.
Karim, A. 1999. Kesesuain Tanaman Kopi yang Dikelola secara Organik pada Tanah Andisol. [Disertasi]. Program Sarjana IPB, Bogor.
Kuit Michiel, Don M. Jansen, Nguyen Van Thiet. 2004. Manual for Arabica Cultivation. Tan Lam Agricultural Product Joint Stock Company.
Najiyati, S dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Oskari, A.S. Mulato dan Yusianto. 2000. Pengolahan Kopi. Pusat Pengolahan Kopi dan kakao Indonesia. Jember.
Salima, Eka. 2012. Analisis Kualitas Citarasa Kopi Arabika organik pada Beberapa Ketinggian Tempat dan Cara Pengolahan di Dataran Tinggi Gayo. [Tesis]. Aceh. Universitas Syiah Kuala.
Siswoputranto PS. 1993. Kopi internasional dan Domestik. Kanisius. Jakarta
Tempo. Co. 2012. Fakta dan Data Kopi Indonesia. Koran Tempo edisi Ahad 18 November 2012
Usepsetiana. 2012. Karakteristik dan Deskripsi Citarasa Kopi. id.netlog.com/ useptiana/blog/blogid=15728. Di download tanggal 12 Desember 2012 Pukul 12.13 WIB.
Yusianto, R. Hulupi, Sulistyowati, S. Mawardi dan C. Ismayadi. 2007. Kualitas Fisik dan Citarasa beberapa Varietas Kopi Arabika Harapan pada beberapa Periode Penyimpanan. Pelita Perkebunan. Vol. 23(3) : 205 - 230.
19
Wintegens, J.N.2004.Coffee: Growing,processing, sustainable production, aguide book for growers, processors, traders, and researchers, WILEY-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA, Weinheium.
----------. 2012. Data Geografis Aceh Tengah. Acehprov.go.id
24