dunia anak farmasi
TRANSCRIPT
Dunia Anak Farmasi
Rabu, 26 Oktober 2011
Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)TERHADAP BAKTERI Escherichia coli
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus
dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat
digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk
kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi
berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari
tumbuhan dan bahan – bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2005).
Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah bunga
rosella. Bunga rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn dari famili
malvaceae pada awalnya merupakan tumbuhan liar yang tidak diketahui manfaatnya,
sekarang merupakan tumbuhan budidaya yang populer dan hampir seluruh bagian tanaman
ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif. Hal
ini dikarenakan bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga
mempunyai efek antibakteri.
Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid, flavonoid, triterpen,
steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang diduga mempunyai efek sebagai
antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan flavonoid mampu menghambat dan
membunuh kuman – kuman, mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit pada
manusia.
Salah satu jenis bakteri Gram negatif yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
adalah Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli biasanya hidup di usus besar, dan
membantu membentuk vitamin K di dalam tubuh. Pada kebanyakan kasus bakteri ini
merupakan bakteri penyebab infeksi terutama pada penyakit pada usus besar yang
menyebabkan diare.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan data empiris dari masyarakat, maka perlu diadakan
penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah benar, bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)
efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli. pada
penelitian ini mengunakan metode dist diffuse (cakram).
.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) terhadap
aktivitas bakteri Escherichia coli.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak bunga rosella hasil budidaya terhadap
Escherichia coli dengan metode cakram.
b. Mengetahui kegunaan rosela sebagai tanaman obat tradisional yang bisa dijadikan sebagai
obat alternatif pengganti bahan sintetik yang tersedia di apotik.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Peneliti
Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat berharga untuk
disesuaikan dengan pengetahuan teoristis yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan
sebagai syarat dalam menyelesaikan studi mikrobiologi.
1.3.2 Bagi Pelajar
Dapat menjadikan pembendaharaan pustaka sebagai informasi yang dapat digunakan untuk
menambah ilmu pengetahuan di bidang farmasi, serta sebagai referensi untuk masukan bagi
peneliti selanjutnya.
1.3.3 Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknik budidaya
dan manfaat bunga rosella sebagai obat tradisional yang dapat digunakan sebagai bahan
pengganti obat sintetik, sehingga masyarakat memiliki alternatif dan tidak selalu tergantung
pada obat yang tersedia di apotik.
Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan bahan alam sebagai
sumber obat alternatif, sehingga mendorong masyarakat untuk membudidayakan tanaman
rosella dan pada akhirnya dapat menekan pengeluaran yang lebih banyak untuk pembelian
obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ROSELLA
Tumbuhan rosella tumbuh liar di pinggir – pinggir jalan, perkebunan dan sawah di
Indonesia. Warna, bentuk dan ukuran sedikit berbeda disetiap daerah. Bahkan tidak hanya
warna, bentuk dan ukurannya namun sebutannya pun satu daerah dan daerah lain berbeda.
Misalnya ada yang menyebut rosella kembang gandaria, karena rasa asam-nya mirip buah
gandaria dan ada juga yang menyebutnya kembang frambosen karena warnanya mirip dengan
buah frambosen.
Dalam taksonomi tumbuhan, rosella diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisid : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus Sabdariffa Linn
Ada beberapa jenis rosella yang beredar di pasaran. Beberapa jenis itu adalah :
1. Rosella Afrika, jenis ini berwarna kehitaman.
2. Rosella Cranberry. Rosella jenis ini banyak terdapat di Belanda, berwarna merah, kelopaknya
menyerupai kotak dan ujung kelopaknya berbentuk oval, tidak seperti rosella yang tumbuh di
Indonesia ujung kelopaknya kuncup.
3. Rosella Taiwan. Rosella ini berwarna merah, panjang sekitar 5 cm dan ujung kuncupnya
agak merekah.
Karena belum tahu khasiatnya, dulu tanaman ini tidak dibudidayakan, namun serat
batangnya digunakan untuk bahan pembuat tali dan karung goni. Namun tidak sedikit yang
memanfaatkan bunga dan daunnya uuntuk dijadikan lalapan dan sayur. Namun tanaman
rosella saat ini dibudidayakan di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Pohon rosella adalah sejenis perdu yang mudah ditanam. Cara penanamannya dengan
menggunakan biji yang kering kemudian disemai. Tanaman rosella berdiri tegak dengan
tinggi ±0,5-5 m dan mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Saat muda batang dan
daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak dewasa dan berbunga, batangnya akan
berubah menjadi coklat kemerahan.
Batang berbentuk silindris dan kerkayu, memiliki banyak cabang. Pada batang melekat
daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulaat telur dan berbentuk menjari,
tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat mencapai 6- 15 cm dan
lebar 5 – 8 cm. Akar yang menopang batang adalah akar tunggang.
Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun dari lima
helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain mahkota dan
kelopak, bunga juga dilengkapi 8 – 12 kelopak tambahan.
Bunga akan muncul saat rosella berumur 2,5 – 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga
berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang. Dua minggu
kemudian bunga rosella muda berwarna hijau dengan jari – jari tipis berwarna merah dan
berbentuk bulat kecil.
Selama pertumbuhan ini, kelopak akan semakin besar, kaku, menebal, dan warna berubah
menjadi merah cerah, terdapat putik dan benang sari. Bunga yang berhasil dibuahi akan
menjadi buah.
Buah rosella berbentuk kerucut dengan bulu – bulu halus menempel di permukaan kulit
buah. Buah terbagi menjadi lima bagian. Disetiap ruang terdapat 3 – 4 biji yang juga berbulu,
dan menyerupai bentuk ginjal. Biji yang masih muda berwarna putih sedang jika sudah tua
berwarna coklat.
Disetiap daerah ukuran rosella selalu berbeda. Misalnya rosella dari Surabaya dipastikan
lebih kecil dibandingkan rosella di Bogor, begitu juga dengan warna ada yang berwarna
merah muda, merah tua, merah kehitaman dan merah kecoklatan. Bahkan ada juga rosella
yang kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil.
Manfaat rosella merah memang sangat menakjubkan, ini terbukti dengan kandungan
rosella merah yang banyak mengandung vitamin. Khasiat rosella merah juga dapat dirasakan
setalah mengkonsumsinya. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang membudidayakan
rosella dan mengkonsumsinya.
Karena memiliki berbagai kandungan rosella menjadi ‘primadona’ sebagai tanaman obat
tradisional. kandungan vitamin dalam rosella cukup lengkap, yatu vitamin C, A, D, B1, B2
dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak
bunga rosella, termasuk arginin dan lignin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Selain itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Bahkan, kandungan vitamin C-nya
3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5
kali dari jambu biji.
Kandungan omega 3 yang terdapat dalam kelopak bunga rosella bermanfaat untuk
pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang
menyegarkan ketika kelopak diseduh. Daun dan buah rosella juga mengandung senyawa yang
bermanfaat, begitu pula biji rosella yang mengandung protein tinggi.
Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut
penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga
tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang,
mengendalikan tekanan darah, melencarkan peredaran darah dan melancarkan buang air
besar.
Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan
choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan
kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat).
Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek anti-
hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa
ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah
pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab
demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan
mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan
flavonoid yang terkandung dalam ektrak kelopak bunga rosella sebagaai Farmakologi. Selain
itu yang tidak kalah pentingnya adalah eklopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam
kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap
serangan penyakit.
2.2 SIMPLISIA
2.2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti
satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebutkan bahan – bahan obat alam
yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk.
Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisisa sebagai berikut:
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami proses
perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya dalam bentuk yang telah
dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisisa dibagi menjadi tiga golongan yaitu
simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral.
Simplisia nabati : simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiga. Misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus.
Eksudat tanaman adalah inti sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat – zat atau bahan –
bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.
Simplisia hewani : simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat – zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan berupa zat kimia murni. Contohnya adalah minyak ikan
( Oleum iecoris asselli ) dan madu ( Mel depuratum ).
Simplisia pelican atau mineral : simplisia yang berupa mineral ( pelican ) yang belum diolah
atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng
dan serbuk tembaga.
2.2.2 Cara Pembuatan Simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai
dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan.
1) Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang
paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman
panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum
semuanya pecah.
b. Buah
Pengambilan bunga tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa
dilakukan saat menjelang masak ( misalnya Piper nigrum ), setelah benar – benar masak
( misalnya adas ), atau dengan cara melihat perubahan warna atau bentuk dari buah yang
bersangkutan ( misalnya jeruk, asam, dan pepaya ).
c. Bunga
Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat
dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup ( seperti pada
Jasminum sambac,melati ), atau saat bunga sudah mulai mekar ( misalnya Rosa sinensis,
mawar ).
d. Daun atau herba
Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu
ditandai dengan saat – saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk
pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi
daun tua.
2) Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Bahan-bahan asing itu seperti tanah, kerikil, rumput dan
kotoran lainnya yang harus di buang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jumlah tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah dalah mengurangi jumlah
mikroba awal.
3) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bagian simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang
mengalir, pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan cara dialirkan
air ke bahan simplisia.
4) Perajarangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengempakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam
keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.
5) Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Suhu pengeringan tergantung pada
bahan simplisia dengan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu
30°C-90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak lebih dari 60°C. Bahan simplisia yang
mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan
pada suhu serendah mungkin, misalnya 30°C-45°C.
Berikut ini faktor yang memepengaruhi pengeringan yaitu :
a. Waktu pengeringan.semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan tersebut.
b. Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus di
pertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di lam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.
c. Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan kandungan air dari bahan.
d. Ketebalan bahan yang di keringkan.
e. Sirkulasi udara.
f. Luas peermukaan bahan.semakin luas permukan bahan, semakin mudah kering.
Cara pengeringan bahan – bahan tertentu dijelaskan sebagai berikut :
1. Untuk tanaman rendah misalnya lumut, jamur, thallus, agar – agar, dan rerumputan laut
dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering, disimpan dalam
kantung kedap udara.
2. Untuk bahan berupa akara, pengeringan dilakukan dengan cara dirajang atau dipotong –
potong pendek, kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar
termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur tanpa pelindung dibawah sinar matahari.
3. Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih dahulu lalu dijemur. Dapat pula
buah diperam ( misalnya asam ), baru dijemur. Sementara untuk buah pala ( Myristica
fragrans ) atau cabe merah ( Capsicum annuum ) bisa langsung dijemur atau dioven. Syarat
pengeringan menggunakan oven adalah panasnya tidak boleh lebih dari 600 C.
4. Untuk bahan berupa bunga hanya diangin – anginkan ditempat yang teduh atau jika
menggunakan oven maka suhu diatur rendah sekitar 250 – 350 C.
5. Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibekah terlebih dahulu, diserut, dipecah,
kemudian langsung dijemur dibawah sinar matahari.
6. Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang dulu untuk memperluas permukaan, kemudian
dijemur dibawah sinar matahari tidak langsung ( ditutup kain hitam ). Tujuannya untuk
menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat menurunkan mutu minyak atsiri di
dalam bahan. Penjemuran tidak langsung bertujuan untuk menghindari kontak langsung
dengan pancaran gelombang UV.
7. Bahan – bahan eksudat seperti getah ( opium dan sebagainya ), daging daun lidah buaya, dan
biji jarak ( Ricinus communis ) yang akan diambil minyak lemaknya tidak perlu melalui
proses pengeringan.
8. Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil minyak atsirinya maka cara
pengeringan yang dianjurkan adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan proses oksidasi
udara.
6) Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi kering adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak di inginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering
7) Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi
simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan. Sedangkan penyimpanan simplisia
sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan
terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.
8) Pemeriksaan mutu
Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia
dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengepul tau pedagang simplisia.
Simplisia diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk
simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyratan Farmakope
Indonesia, Materia Media Indonesia.
2.2 EKSTRAKSI
2.2.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstrasi adalah sediaan yang berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau
penyeduhan dengan air mendidih (Moh. Anief,1987:168).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinga terpisah
dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Metode dasar ekstraksi adalah maserasi,
perkolasi dan sokhletasi. Pemilihan metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan
memperoleh sari yang diinginkan. (Voigt, 1971)
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran
(Suyitno, 1989).
2.2.2 Macam – macam Ekstraksi
Ada tiga macam ekstraksi, antara lain :
1. Ekstrak cair adalah sediaan yang berbentuk cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu
bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ekstrak cair. (Voight, 1995:578)
2. Ekstrak kental liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya
berjumlah 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dan
bahan aktifnya. Selain itu ekstrak kental juga sulit untuk ditimbang. (Voight, 1995:557)
3. Ekstrak kering adalah sediaan berbentuk serbuk yang dibuat dari ekstrak tumbuhan melalui
penguapan melalui penguapan bahn pelarutnya. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan
pengeringan sisanya akan berbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan
lembab tidak libih dari 5%. Ekstrak kering biasanya diperoleh melalui car perkolasi. Dalam
skala kecil digunakan percolator gelas, tetapi dalam skala besar industry, percolator yang
digunakan dari batu, porselen atau dari bahan logam atau dari bahan sintesis. (Voight, 1995:
557)
2.2.3 Metode pembuatan ekstrak
Dalam pembuatan ekstrak ada dua metode, antara lain :
1. Maserasi
Meserasi berasal dari istilah mecaration dari bahasa latin macerace, yang artinya
merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan
untuk direndam dalam mentrum sampai meresap dan melunak susunan sel, sehingga zat – zat
yang mudah larut akan melarut. (Ansel, 1989 : 607). Maserasi merupakan cara penyarian
yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antar larutan di luar sel dan di
dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung bonzoin, stirak dan lain – lain. Kecuali
dinyatakan lain, meserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia atau
campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudia
dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama lima hari terlindung
dari cahaya sambil berulang – ulang diaduk-aduk. Setelah lima hari campuran tersebut
diserkai, peras, dicuci ampasnya dengan penyari secukupnya hingga diperoleh seluruh sari
sebanyak 100 bagian. Lalu maserat dipisahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat
sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat diendapkan atau disaring. Kemudian
endapan dipisahkan. (Indonesia, 1986:10)
2. Perkolasi
Perkolasi berasal dari bahasa latin per artinya melalui dan colore yang artinya merembes,
secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang
larutannya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan
melalui obat dalam suatu kolom. Obat dimampatkan dalam alat ekstraksi yang khusus disebut
perkolator, dengan ekstraksi yang telah dikumpulkan disebut perkolat. Kebanyakan ekstraksi
obat dikerjakan dengan cara perkolasi. (Ansel, 1989 : 608).
Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder atau kerucut, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori sehingga
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Cairan penyari dialirkan secara kontinyu dari
atas, akan mengalir turun secara lambat ke bawah melalui serbuk kasar simplisia tersebut,
sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel –sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Melalui penyegaran bahan secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi
tertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari
simplisia. Oleh karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan dalam sel dengan cairan
disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan
konsentrasi tadi selalu dipertahankan. (Voight, 1995 : 568)
2.2.4 Macam – macam penyari
Cairan yang dapat digunakan untuk menyari diantaranya air, ester, dan campuran etanol
dengan air. (Voight, 1995 : 561). Pemilihan pelarut ekstraksi dipengaruhi beberapa faktor.
Pertama, adanya selektivitas yaitu pelarut hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan dan
bukan komponen lain dari bahan yang diekstraksi. Kedua, pelarut sedapat mungkin memiliki
kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. Ketiga, pelarut memiliki kemampuantidak saling
bercampur dalam bahan ekstraksi. Keempat, pada umumnya pelarut tidak boleh
menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen – komponen bahan ekstraksi. Selain
itu, palarut sedapat mungkin harus murah, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif,
stabil secar kimia dan termis. (Bernasconi, et al. 1995 :179).
2.3 ANTIBAKTERI
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan
bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme
dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta
merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat
membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding
sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa)
diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase
dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau
penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang
isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi
protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh.
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai
penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga
dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu
misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan
menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-
lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati.
Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut,
jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri. Berdasarkan
aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatik dan
bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan.
Bakterisida adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri. Namun ada
beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat
bakterisida pada konsentrasi tinggi.
2.4 PENGUJIAN ANTIBAKTERI
Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian.
Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi komponen tertentu
pada campuran kompleks kimia, untuk mendiagnosa penyakit tertentu serta untuk menguji
bahan kimia untuk menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan. Kegunaan
uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien.
Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti dijelaskan berikut ini:
1. Metode difusi
a. Metode disc diffusion, untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan agen yang
berisi antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang
akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.
b.Metode E-test, digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitor cocentration), yaitu
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen
antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi dan diletakkan pada permukaan media
agar yang ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang
ditimbulkan yang menunjukkna kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar.
c. Ditch-plate technique, pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan
pada parit yang digunakan dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian
tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum enam macam) digoreskan kearah parit
yang berisi agen antimikroba.
d. Cup-plate technique, metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur
pada media agar yang telah ditanami dengam mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi
agen antimikroba yang akan diuji.
e. Gradient plate technique, pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar
secara teoritis bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
ditambahkan. Campuran kemudian tituangkan kedalam cawan petri dan diletakkan dalam
posisi miring. Nutrisi kedua kemudian dituangkan diatasnya. Plate inkubasi selama 24 jam
untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba
uji (maksimal enam macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi kerendah.
Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang
mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Yang perlu diperhatikan
adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen
antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat.
2. Metode dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid
dilution).
a. Metode dilusi cair, digunakan unutk mengukur MIC atau kadar hambat minimum dan MBC
atau kadar bunuh minimum. Cara yabg dilakukan adalah dengan memberi seri pengenseran
agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen
antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji
ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagi KHM tersebut selanjutnya dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan
diikubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi
ditetapkan sebagai KMB.
b. Metode dilusi padat, metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan
media padat (soil). Keuntungan metode ini adalah suatu konsentrasi agen antimikroba yang
diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitiana ini bersifat eksperimental dan pengamatan dilakukan pada hari Jumat
sampai dengan Rabu. Tanggal 26 Mei 2011 sampai dengan 1 Juni 2011 di laboratorium
Mikrobiologi Putra Indonesia Malang.
3.2 Instrumen Penelitian
3.2.1 Alat :
3.2.1.1 Alat Pembuatan Ekstrak
1. Pisau
2. Blender
3. Ayakan
4. Botol coklat
5. Botol infus
6. Selang
7. Klem dan statif
8. Water bath
9. Cawan
10. Erlenmeyer
11. Kapas
12. Batang pengaduk
3.2.1.2 Alat Pembuatan Media
1. Timbangan
2. Sendok tanduk
3. Perkamen
4. Erlenmeyer
5. Kompor
6. Batang pengaduk
7. Autoklaf
8. Cawan petri
9. Benang
10. Kapas
11. Kertas coklat
3.2.1.3 Alat Pengujian Daya Hambat
1. Pipet volum 1 ml
2. Blue tip
3. Beker glass 50 ml
4. Laminar air flow
5. Incubator
3.2.2 Bahan
1. Nutrient broth
2. Suspense bakteri
3. Ekstrak bunga rosella
4. Etanol 70%
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan media untuk menumbuhkan sampel dan uji aktifitas
1. Ditimbang agar 1 gram,
2. Dilarutkan dengan aquades hingga volumenya 45 ml pada elenmeyer diaduk hingga
homogen,
3. Direbus agar yang telah dilarutkan dengan kompor listrik,
4. Pada saat direbus larutan agar tersebut harus selalu diaduk hingga menunjukkan hasil bahwa
media tersebut telah medidih, kemudian disisihkan,
3.3.2 Cara Sterilisasi
1. Dibungkus cawan petri sebanyak 3 dengan menggunakan kertas coklat, dengan cara yang
benar,
2. Ditutup mulut elenmeyer yang berisikan larutan agar dengan kapas, kemudian dibungkus
dengan kertas coklat, setelah itu diikat dengan menggunakan tali,
3. Diletakkan blue tipe secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass ditutup
dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan tali,
4. Diletakkan kertas cakram secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass
ditutup dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan
tali,
5. Semua alat dan bahan yang telah dibungkus dengan kertas coklat tersebut, dimasukkan dalam
autoklaf untuk disterilkan secara panas basah, selama 15 menit dengan tekanan 2 atm pada
suhu 121°C,
3.3.3 Pembuatan ekstrak bunga rosella
1. Dipilih bunga rosella yang masih segar dan muda,
2. Dicuci bunga rosella dengan menggunakan air yang mengalir sambil digosok-gosok
bunganya agar benar-benar bersih,
3. Dikeringkan dengan bantuan matahari selama 5 – 6 hari,
4. Dipilih bunga rosella yang baik,
5. Dibender bunga rosella hingga membentuk serbuk sebanyak 10 gram,
6. Dimasukkan kedalam botol coklat yang tidak tembus cahaya, direndam bunga rosella dengan
etanol 70% sebanyak 100 ml,
7. Didiamkan selama kurang lebih tiga hari,
8. Dilakukan perkolasi,
9. Setelah ekstraknya didapat dari hasil perkolasi, saatnya untuk pemekata dengan cara water
bath, hingga diperoleh ekstrraknya saja tanpa adanya etanol.
10. Dimasukkan ekstrak bunga rosella kedalam botol kemudian di simpan,
3.3.4 Uji Aktivitas antibakteri ekstrak bunga rosella dengan metode disc diffusion
1. Disiapkan tiga cawan petri steril, kemudian dimasukkan sampel bakteri kedalam cawan petri
steril @ 1 ml, sesuai dengan teknik aseptis,
2. Dimasukkan agar encer kedalam cawan petri yang telah berisi sampel, sesuai dengan teknik
aseptis,
3. Diputar cawan petri yang telah berisi agar dan sampel membentuk angka 8, agar antara
sampel dan media dapat tercampur merata,
4. Ditunggu beberapa menit hingga media menjadi padat,
5. Pada pengujian aktivitas dengan menggunakan metode cakram, maka agar yang telah padat
pada cawan petri diberi kertas cakram yang mengandung ekstrak bunga rosella,
6. Dibungkus ketiga cawan petri tersebut dengan menggunakan kertas coklat, kemudian
diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam,
7. Diukur zona bening yang terbentuk, kemudian didokumentasikan,
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Uji Aktivitas Ekstrak bunga rosella ( mengunakan metode disc difussi terhadap bakteri
Escherichia coli di Inkubasi Selama 1 X 24 Jam
No
.
Ekstrak Bunga Rosella Luas Zona Bening Gambar
1 Cawan I 3,48 mm
2 Cawan II 3,65 mm
3 Cawan II 3,78 mm
4.2 Analisa Prosedur
Pada penelitian ini digunakan bunga rosella karena tanaman ini mempunyai berbagai
khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Kandungan kimia dari bunga rosella yang diduga
sebagai antibakteri adalah flavonoid. Namun, penggunaan bunga rosella di masyarakat hanya
berdasarkan pengalaman turun-temurun dan dari generasi ke generasi. Maka untuk
membuktikan khasiat bunga rosella sebagai antibakteri, perlu dilakukan uji secara kimia.
Ektraksi bunga rosella yang digunakan sebagai sample penelitian terlebih dahulu dibuat
dalam bentuk simplisia. Pembuatan simplisia ini melalui tahap yaitu, tahap pencucian,
pengeringan dan pemilihan. Tahap pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan
mengurahi mikroba- mikroba yang menempel pada rosella. Pada pengeringan dilakukan pada
panas matahari secara langsung selama tiga hari. Dan pemilihan dilakukan untuk memperoleh
simplisia yang terlihat bagus dan utuh.
Ekstrak bunga rosella diperoleh dengan cara penyarian yang meliputi tahap pengecilan
ukuran, pembasahan, penyarian dengan cara perkolasi dan pemekatan.
Tahap pengecilan ukuran dilakukan untuk mempermudah proses penyarian. Bunga rosella
yang sudah menjadi simplisia di bender dan diayak untuk mendapatkan simplisia dalam
bentuk serbuk.
Selanjutnya dilakukan pembasahan dengn cara merendam bunga rosella yang telah melalui
tahap pengecilan ukuran dalam pelarut etanol 70 % Selama 1 X 24 jam. Pembasahan bunga
rosella dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebesar – besarnya pada cairan penyari agar
masuk ke dalam seluruh pori- pori sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.
Tahap berikutnya adalah tahap penyarian dengan cara perkolasi. Perkolasi merupakan cara
penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui bunga rosella yang
telah dibasahi selama 1 x 24 jam dan dipindahkan ke dalam wadah yang disebut perkolator.
Keuntungan menggunakan cara penyarian ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan
karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Mekanisme kerja perkolasi yaitu cairan
penyari akan melarutkan zat aktif melalui sel – sel yang dilalui sampai mencapai keadaan
jenuh. Dengan cara perkolasi, aliran cairan penyari meyebabkan pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Selain itu, ruang diantara pori–pori
akanmembentuk saluran tempat cairan penyari mengalir.
Hasil perkolasi selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan penguapan diatas waterbath
untuk menguapkan etanol 70 % pada suhu 70% karena pada suhu tersebut merupakan suhu
minimal untuk menguapkan etanol 70%. Setelah didapatkan hasil ekstraksi disimpan dalam
botol kecil.
Bakteri yang digunakan yaitu Eschericia coli karena bersifat invesif dan toksigenik,
menimbulkan infeksi pada penderita apabila bakteri tersebut hidup pada usus besar.
pengujian aktivitas terhadap bakteri Eschericia coli ini mengunakan media cair.
Nutrien Broth adalah media cair yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri, salah satunya
Eschericia coli dan dapat digunakan untuk isolasi bakteri tersebut karena mengandung semua
unsur senyawa esensial untuk pertumbuhan.
Untuk melakukan langkah selanjutnya, harus dilakukan sterilisasi alat dan bahan yang
akan digunakan, sterilisasi dilakukan secara panas basah dengan menggunaka autoklaf pada
tekanan 2 atm selama 15 menit pada suhu 121°C, hal ini bertujuan agar alat dan bahan yang
akan digunakan terbebas dari mikroba (steril), karena pada pemanasan pada waktu, suhu dan
tekanan tersebut semua jenis mikroba dapat dipastikan telah mati, kecuali jenis mikroba
tertentu yang dapat hidup pada suhu yang tinggi.
Sebelum melakukan praktikum tangan dan meja harus disemprot terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol 70%, hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya cemaran mikroba,
perlakuan tersebut berlaku untuk setiap kali melakukan praktikum setelah dilakukan
sterilisasi. Bakteri tersebut kemudian ditumbuhkan dalam media Nutrient Broth.
Pada uji aktivitas ekstrak bunga rosella menggunakan metode disc diffusion, karena
metode ini lebih efisien jika dibandingkan dengan metode hole plate, dalam arti pada metode
tersebut ekstrak rosella tidak akan mengalami tumpah saat diinkubasi, sehingga zona bening
yang akan terbentuk nantinya juga akan lebih sempurna.
Setelah proses praktikum selesai. Cawan petri dibungkus dengan kertas coklat, ditali
dengan benang dan di inkubasi. Dalam proses inkubasi cawan petri dibalik hal ini
dikarenakan agar air uapan pada cawan tidak menetes pada media.
4.3 Analisa Hasil
Berdasarkan Hasil pengamatan uji antimikroba ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa
Linn) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli. Pada tabel
menunjukkan efektifitas hambatan yang terjadi bakteri gram negatif. Pada konsentrasi
tertentu cawan petri satu, dua dan tiga mampu menghambat 3,48 mm, 3,65mm, 3,78 pada
inkubasi 1 x 24 jam. Pada literatur yang ada dikatakan membunuh bakteri apabila zona
bening pada cawan petri lebih dari separuh. Sehingga dapat dianalisa bahwa aktivitas ekstrak
bunga rosella mampu menghambat bakteri gram negatif, karena hanya menunjukkan sedikit
media yang terdapat zona bening.
Perbedaan kemampuan menghambat ekstrak bunga rosela terhadap bakteri gram negatif
antara cawan petri satu, dua dan tiga mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
banyaknya ekstrak bunga rosella yang ada pada ketiga cawan tersebut mungkin berbeda,
tebal media yang terdapat pada ketiga cawan petri tersebut berbeda, sehingga luas
permukaannya pun menjadi berbeda dalam arti semakin tebal media dalam cawan petri
semakin membuat bakteri berkembang dengan baik. Selain itu permasalahan yang dihadapi
dalam pengujian ini adalah hasil ekstrak yang diperoleh dengn cara perkolasi kurang
maksimal. Hal ini disebabkan hasil ekstrak tidak hnya menarik senyawa flavonoid, namun
juga msih trcampur oleh senyawa lain yang diduga dapat berfungsi sebagai antibakteri karena
peneliti tidak melakukan isolasi pada senyawa flavonoid yang diduga sebagai antibakteri.
Sehingga dengan adanya hasil tersebut dapat dikatakan aktivitas ekstrak bunga rosella
dalam menghambat bakteri masih tidak kalah jika dibandingkan dengan obat antibakteri yang
ada saat ini. Dengan adanya hasil penelitian tersebut seharusnya masyarakat berfikir ulang
untuk menggunakan obat sintetik antibakteri, karena penggunaan obat sintetik antibakteri
yang berlebihan dapat memicu bakteri resisten terhadap tubuh, padat memicu kerusakan
organ tubuh. Oleh karena itu lebih baik menggunakan obat tradisional yaitu ekstrak bunga
rosella dalam mengatasi masalah infeksi bakteri. Selain harganya rekatif murah juga tidak
menimbulkan efek samping yang berlebih.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan uji antimikroba menunjukkan bahwa Ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa
Linn) memberi hambatan pertumbuhan mikroba uji bakteri gram negatif.
5.1.2 Dari pengukuran hambatan pertumbuhan bakteri, Ekstrak bunga rosella dapat dianggap
mampu mengantikan obat sintetik sebagai antibakteri dengan harga yang relatif murah dan
efek samping yang tidak berlebih.
5.2 Saran
5.2.1 Perlu kiranya dalam dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hewan coba sebagai
uji antimikroba dengan konsentrasi yang lebih besar agar pengaruh Ekstrak methanol bunga
rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) dapat terlihat lebih nyata.
5.2.2 Perlu kiranya dilakukan uji terhadap aktivitas bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn)
dengan menggunakan senyawa murni hasil isolasi atau menggunakan ekstrak hasil fraksinasi,
sehingga efek manfaat dari ekstrak dapat terlihat lebih nyata
Daftar pustaka
Devi, Maria. 2009. Dasyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing. Yogyakarta
Ir. Mardiah.Msi, Ir. Sarwani Hasibuan, M.T, Ir. Arifah Rahayu, M.Si., Dr. Ir Reki Wicakono
Aswadi. 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosella. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta
Dra. Herti Maryani, Lusi Kristiana, Apt. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. PT AgroMedia
Pustaka. Jakarta
Cara Pembuatan Simplisia. 198. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta: 189-195
Jayanti, Dwi. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia
(Tennore) Steen) trhadap pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah
Voigt, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. ITB. Bandung
Diposkan oleh yulie_dwi6152 di 20.55 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
1 komentar:
1.
mahmudha 11 Februari 2013 04.10
ternyata iki penelitianmu ta mbak ..............gleteg... hare
Balas
Muat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Lencana Facebook
Thulit Ahuor
Buat Lencana Anda
Mengenai Saya
yulie_dwi6152 semua bisa terjadi atas ijin Allah SWT.. tapi Ingat... Kita perlu usaha dan berdoa
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
► 2013 (1)
► 2012 (4)
▼ 2011 (18) o ▼ Oktober (9)
Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE...
Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE...
Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE...
Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE...
<!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}o...
<!--[if !mso]> v\:*
{behavior:url(#default#VML);}o... <!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if ... FLU BURUNG <!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if ...
o ► Juni (9)
Pengikut
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Ricky Kurniawan
Senin, 11 Maret 2013
Ringkasan Teknologi Bahan Alam 2
Untuk dapat digunakan sebagai bahan berkhasiat/ obat pada manusia, baik obat ataupun turunan turunannya (ekstrak, tingtur), harus memenuhi persyaratan: Ketaataazasan, stabilitas, kemurnian, sterilitas, batas sisa residu pelarut, dan yang paling penting diperhatikan untuk obat yang berasal dari tanaman adalah pestisida dan nilai batasnya sesuai dengan ketentuan orgaisasi kesehatan didunia.Tahap yang menentukan kualitas meliputi: Pemilihan bahan-bahan (kualitas sering sangat bervariasi bergantung dari lokasi sumber, waktu panen, pengolahan, penyimpanan dan pengemasan), dan prosedur ekstraksi yang dilaksanakan untuk memperoleh ekstrak dari bahan berkasiat. Walaupun pemilihan pelarut untuk ekstraksi merupakan factor penting kualitas obat jadi, pilihan bahan baku alam simplisia adalah yang sangat penting. Simplisia harus diperiksa secara keseluruhan sebelum diekstraksi seperti pemeriksaan dari segi botani, fitopatologi, aspek kimia dan bahan berkhasiat. Peraturan yang paling akhir mensyaratkan agar supaya perbandingan tersebut berada pada rentang yang sempit, tetap dari suatu sediaan terhadap sediaan lain; yang berarti harus diawali dari bahan baku yang sudah distandarisasi.Jika tanaman yang akan diekstraksi berasal dari tanaman liar, maka secara spesifik harus dinyatakan daerah asal, waktu pemanenan, kondisi pengeringan dan kondisi penyimpanan dan pada tahap ekstraksi beberapa batch harus digabungkan agar diperoleh suatu campuran homogen. I. PENGGILINGAN TANAMAN OBATa. Konsep umum dan tujuan penggilinganPenggilingan atau penghalusan tanaman obat adalah penurunan ukuran atau penghalusan secara mekanik dari bahan tanaman tertentu menjadi unit sangat kecil. Tahap ini merupakan tahap pertama dari pengolahan tanaman obat. Dalam proses penggilingan/penghalusan, homogenitas ukuran partikel merupakan parameter utama karena akan mempengaruhi keseragaman tahapan ekstraksi bahan aktif, yang tergantung pada kecepatan difusi zat aktif dari granul (serbuk) tanaman obat menuju pelarut, waktu kontak, kecepatan pelarut melewati bahan serbuk tanaman obat, dan aspek lainnya.Apabila tidak ada hambatan teknis , misalnya terbentuk musilago (larutan enjadi kental) yang akan menghalangi filtrasi pelarut melalui bahan tanaman, maka lazimnya menurut pengalaman derajat kehalusan serbuk adalah serbuk dengan diameter lebih kurang 0,5 mm. Ukuran ini biasanya cukup sesuai bila menggunakan alat ekstraksi modern, dalam mana biasanya dilakukan ekstraksi berkesinambungan.Untuk ekstraksi bahan tanaman segar, masalah penggilingan sangat terkait dengan masalah stabilitas kimiawi dari bahan aktif yang diekstraksi. Cukup banyak tanaman segar yang saat dilakukan pemerasan untuk mendapat sari perasan mengalami perubahan seperti hidrolisi, oksidas, yang pada umumnya berkaitan dengan pelepasan enzim dari sel tanaman. Sebagian masalah ini masih dapat diatasi dengan penambahan inhibitor enzim spesifik terhadap obat, atau dengan menggunakan bahan yang sebelumnya telah didinginkan pada suhu 250 C.b. Peralatan untuk penggilingan (penghalusan) tanaman obat.Diantara alat penggiling standar yang luas digunakan adalah jenis alat standar yang dikenal dengan nama alat penggiling palu (Hammer Mill). Alat ini merupakan mesin yang kokoh
untuk memecah bongkahan bahan yang rapuh dengan prinsip menggunakan pemalu yang berputar 3600 . Penggiling palu ini terdiri dari suaturotar pada mana terkait 4 pendulum penghancur.
Selain itu, ada pula penggiling pisau yang beroperasi dengan cara memotong bahan yang dimasukkan ke dalam ruang penampung, dimana pisau pisau dapat bergerak secara vertical atau horizontal. Penggiling ini sangat sesuai untuk menggiling daun, kulit (cortex) dan akar yang selanjutnya dalam diekstraksi secara maserasi dan perkolasi.
Penggiling lain untuk tanaman obat aalah dengan melewatkan bahan melalui sesuatu system yang mempunyai suatu piringan bergeligi yang apat beroperasi baik secara horizontal maupun vertical. Penggiling jenis ini sangat sesuai untuk menggiling biji biji yang keras ataupun bahan yang sebelumnya sudah dipotong.
II. EKSTRAKSI TANAMAN OBAT
A. PengertianEkstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Didalam proses ekstraksi padat-cair ini, berlangsung 2 proses secara parallel: Pelepasan bahan yang diekstraksi dari sel yang telah rusak dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses difusi. Proses difusi biasanya akan ditingkatkan apabilasel tanaman mengalami perlakuan dengan air, atau pelarut yang mengandung air, yang akan menyebabkan terjadinya pengembangan (swelling) sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel.B Parameter yang mempengaruhi ekstraksi1. Pengembangan bahan tanamanAlasan utama perlakuan ini adalah:
- Untuk mencegah pengembangan/ pembengkakan tanaman di dalam kemasan (wadah proses ekstraksi) tertutup
- Untuk menjamin proses pembasahan tanaman yang akan diekstraksi secara merata dan mencegah terbentuknya gelembung udara yang akan menimbulkan pembentukan saluran udara.
- Untuk meningkatkan porositas dinding sel, dan hal tersebut akan mempermudah difusi dari zat aktif yang diekstraksi dari sel menuju pelarut atau penetrasi sel oleh pelarut.
2. Difusi, Ukuran partikel, pH, dan temperature.Untuk ekstraksi bahan aktif dari simplisia, pelarut harus berdifusi ke dalam sel dan selanjutnyazat aktif harus cukup larut di dalam pelarut sehingga akan dicapai kesetimbangan solute-solvent. Kecepatan mencapai kesetimbangan umumnya tergantung pada temperature, pH, ukuran partikel, dan gerakan pelarut disekitar partikel. pH biasanya berperan dalam hal yang menyangkut selektivitas, sedangkan temperature dan gerakan cairan disekitar padatan akan mengubah kesetimbangan menuju saturasi pelarut. Derajat kehalusan partikel menjadi kurang bermakna apabila terdapat zat yang bersifat sebagai musilago, karena saat terjadi swelling, hal tersebut akan mencegah pelarut melewati bahan tanaman karena terhalang lapisan musilago3. Pilihan pelarut ekstraksiAlcohol alifatik sampai dengan 3 atom karbon (propil) atau campurannya dengan air, merupakan pelarut dengan daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti Alkaloida, Saponin dan flavonoid. Etanol menurut farmakope merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik seperti tingtur, ekstrak cair, kental, dan kering yang masih digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi.
Perbandingan ideal alcohol air untuk ekstraksi dari bagian kayu atau kulit tanaman, akar dan biji berkisar antara: 7:3 atau 8:2 ; dimana perbandingan harus lebih rendah dari 1:1 untuk ekstraksi daun atau bagian hijau tanaman. DEngan perbandingan alcohol: air 1:1; dapat dicegah terjadinya ekstraksi klorofil atau zat bersifat renin dan polimer yang pada umumnya bukan merupakan bagian penting untuk aktivitas ekstrak. Flavonoid dan terpen secara selektif dapat diekstraksi pada pH netral menggunakan etilasetat atau keton alifatik.
4. Alkaloid Sebagai Model Zat AktifKebanyakan di dalam tanaman, zat aktif berada dalam bentuk garam dari asam asam organic lemah
C. Prosedur Ekstraksi1. Maserasi Statik dan DinamikCara ini sesuai untuk proses jumlah kecil dan skala industry.
2. Ekstraksi Secara Perkolasi Sederhana atau BerkesinambunganPada Perkolasi sederhana atau berkesinambungan, sasaran proses ini adalah untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total menggunakan pelarut segar tetapi proses ini memakan waktu (lama) dan mahal karena dibutuhkan sejumlah besar pelarut. Namun demikian, masih dapat diatasi dengan menggunakan lebih dari satu perkolatar dan hasil perkolasi yang masih belum jenuh tersebut digunakan untuk perkolasi unit selanjutnya. Prinsip ini sebenarnya merupakan pendahuluan dari ekstraksi aliran berlawana arah secara kontinu (Continous Counter Current) yang mana tanaman segar berkontak dengan pelarut yang sudah mengandung solute dan pelarut base ditambahkan pada tanaman yang sudah diekstraksi secara parsial.
3. Perkolasi dan ReperkolasiDalam proses perkolasi, proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konstanta difusi obat pelarut. Karena simplisia diletakkan dalam bentuk lapisan tebal dalam percolator, pertama tanaman dibasahi dengan pelarut ekstraksi dan dibiarkan membengkak sebelum dimasukkan ke dalam percolator. Simplisia yang sudah dibasahi tersebut dimasukkan ke dalam percolator dengan system pemasokan spiral, sesudah pembentukan lapisan ditutup dengan pelarut. Pada unit percolator besar, pelarut dibuat selalu dalam keadaan mengalir dengan system pompa dan aliran tersebut bergerak dari bawah menuju bagian atas untuk secepatnya mencapai kesetimbangan dan ekstraksi dapat disempurnakan dengan system refluks lemah, di bawah tekanan pada suhu kamar.
4. Ekstraksi Berlawanan Arah (Counter Current)Pada ekstraksi berlawanan arah, simplisia bergerak berlawanan arah dengan pelarut. Simplisia memasuki percolator bertemu dengan pelarut yang sudah diperkaya dan kemudian dipisahkan/ dikeluarkan , bertemu dengan pelarut segar. Ekstraktor kontinu yang banyak digunakan adalah ekstraktor baling baling, pada mana simplisia dan pelarut bergerak berlawanan arah , misalnya pada ekstraktor Carousel dan bentuk U. pada mana bahan ditutup dalam subunit percolator, bergerak dan diekstraksi pada pertemuan pelarut dengan berbagai tingkat kejenuhan. Pada ekstraktor baling baling ditemukan aliran kontinu berlawanan arah secara absolut, pada ekstraktor turbo atau sentrifus dicapai suatu alirankontinu berlawanan arah. Pada ekstraktor kontinu, parameter penting dan kritis adalah simplisia yang akan diekstraksi dan yang paling utama adalah ukuran partikel kecuali untuk ekstraktor yang dilengkapi dengan decanter, dimana umumnya kuantitas pelarut berjumlah besar dan selanjutnya diikuti penyaringan.
III. PEMEKATAN EKSTRAKa. Aspek UmumSesudah dilakukan ekstraksi simplisia, akan dihasilkan larutan yang mengandung fraksi terlarut. Jika tahap selanjutnya bertujuan untuk mendapat komponen tertentu, lazimnya dilakukan proses pemekatan atau proses ekstraksi cair/cair.
Ekstrak tersebut kemungkinan:1. Dipekatkan secara parsial atatu secara total
2. Dipekatkan secara parsial atau diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai untuk dikonversi menjadi ekstrak yang dimurnikan
3. Dipekatkan secara parsial atatu diekstraksi menggunakan pelarut terpilih untuk isolasi bahan aktif tertentu4. Diekstraksi langsung tanpa pemekatan, utuk isolasi produk tertentu.
b. Peralatan untuk pemekatan ekstrak Di industry, untuk larutan berjumlah besar, salah satu alat konsentrator yang digunakan secara luas, alat yang dikenal dengan nama konsentrator Robert. Konsentrator ini terdiri dari tabung konsentrator yang tersusun secara konsentrik. Tabung dipanaskan dengan uap air panas dari luar, dan larutan yang sedang dipekatkan melewati tabung. Dalam perjalanan melewati tabung, berlangsung evaporasi dan pelarut dipisahkan dari cairan dalam suatu ruang pemisah dan akan melewati suatu pendingin.
Konsentrator jenis baru yang banyak digunakan dalam pengolahan bahan alam adlaah konsentrator film menurun, lapis tipis atau plat. Evaporator Lapis Tipis dasarnya terdiri dari suatu batang silinder, dipanaskan dari luar, pada mana suatu rotar berputar. Pada evaporator film, perubahan fasa terjadi pada lapisan sangat tipis caira. Volume larutan terlihat sangat kecil dank arena itu waktu keberadaan dalam alat sangat singkat. Bila beriperasi dalam keadaan vakum yang berarti dibutuhkan temperature evaporasi rendah, dalam hal ini dimungkinkan untuk mengolah produk yang peka terhadap panas.
Selain konsentrator film vertical ada pula model horizontal. Perbedaan anatar keduanya ada pada cara pengaturan aliran larutan melalui ruang evaporasi. Pada jenis vertical, kecepatan lewat larutan sebagian diatur oleh daya gravitasi, sedangkan pada jenis horizontal, ketebalan lapis tipis dan waktu tinggal dapat dikendalikan dengan cara mengatur jarak antara sekop rotar dan permukaan silinder yang dipanaskan. Jenis lain evaporasi sesuai untuk menguapkan zat termolabil adalah system pelat, pada mana suatu permukaan kontak panas akan membantu evaporasi.
IV. PEMURNIAN EKSTRAKa. Tinjauan UmumPemurnian ekstrak adalah perlakuan ekstraksi cairan untuk menghilangkan residu simplisia atau bahan yang tidak diperlukan selama proses. Zat inert yang terekstraksi terutama pada proses maserasi panas, sering meningkatkan terjadinya flokulasi atau membentuk endapan pada proses pendinginan sehingga larutan menjadi keruh atau tidak homogeny.Oleh karena sediaan farmasi tidak boleh mengandung partikel padat asing selain ekstrak, maka dalam hal ini harus dilakukan klarifikasi (penyaringan ). Aspek lain pemurnian ekstrak adalah pengurangan jumlah knadungan bakteri pencemar. Hal ini memerlukan penanganan khusus.
b. Peralatan untuk Klarifikasi ekstrak2 jenis alat penyaring untuk klarifikasi ekstrak adalah: 1. Penyarng untuk penyaringan sederhana atau penyaring dengan tekanan dan 2. Separator (pemisah) sentrifugal dan decanter (alat untuk dekantasi).
Alat untuk penyaringan ekstrak biasanya bekerja dengan menggunakan tekanan. Cairan ditekan menggunakan pompa memasuki suatu seri kompartemen penyaring yang sesuai untuk menangani bahan yang akan dihilangkan. Sistem penyaring ini digunakan,bila tidak ada rencana untuk bekerja secara kontinu., bila jumlah partikel tersuspensi kecil dam partikel padat sangat halus.
V. PENGERINGANAspek Umum dan Deskripsi PeralatanMenurut pengalaman, jika ekstrak kering dibuat secara benar maka ekstrak kering sangat sesuai untuk pembuatan sediaan farmasi. Bila produk terkontaminasi dapat disterilkan dengan penyinaran dengan sinar gamma. Hal ini akan sulit dilakukan pada larutan karena akan terjadi suatu seri reaksi radikal.
Ada beberapa macam alat untuk memperoleh ekstrak kering, mulai dari pengering vakum dingin (vaccum freeze dryers) untuk produk yang termolabil sampai alat pengering vakum tradisional. Yang aling luas digunakan saat ini adalah atomizer, dapat digunakan untuk produksi skala kecl dan skala besar. Atomizer menjadi alat pengering pilihan, terutama jika pelarut yang akan diuapkan adalah air.
Pengering cabinet bekerja secara tidak kontinu. Pada pengeringan bertekanan, bahan yang dikeringkan biasanya membentuk lapisan pada baki pengering yang disusun dalam lemari pengering atau melekat pada elemen ruang pengering, pada mana cairan pemanasan disirkulasikan. Temperature operasi biasanya berkisar antara 600 C-800 C. Pelarut yang diuapkan dieliminasi secara konveksi. Alat ini hanya bisa digunakan untuk zat yang stabil.
VI. STANDARDISASI EKSTRAKObat dari tanaman biasanya distandardisasikan berdasarkan 10 hal berikut:
1. Pengujian makro dan mikroskopis untuk identitas2. Kemungkinan kromatografi tipis untuk pengujian identitas3. Pemeriksaan zat asing organic dan anorganik.4. Pennetuan susut pengeringan dan kandungan air5. Penentuan kadar abu6. Penentuan serat kasar7. Penentuan kadar komponen terekstraksi.8. Penentuan kadar bahan aktif (jika sudah diketahui)9. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri pathogen10. Pemeriksaan residu pestisida
Ekstrak KeringEkstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diingini menurut cara cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan penambahn inert, ada 2 cara yang dapat dilakukan:
1. Ekstrak cair dipekatkan menurut cara/ metode yang diuraikan dalam farmakope, sampai diperoleh ekstrak kental dan kemudian ditimbang.
2. Ekstrak cair diuapkan sampai kering. Jika ekstrak berjumlah kecil, ekstrak digerus dengan bahan penambah. Bila jumlah ekstrak banyak, ekstrak harus digerus sehalus mungkin dan baru dicampur dengan bahan penambah yang sudah diperhitungkan untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.
Menurur Herfendel dan Lauder, ekstrak dan tingtur harus dipandang sebagai satu kesatuan bahan aktif obat yang akan digunakan untuk sediaan farmasi, bukan hanya melihat komponen individual bahan aktif aja. Akibatnya jika terjadi variasi yang sangat besar antara komponen bahan aktif dalam sediaan ekstrak dan tingtur, variasi kandungan bahan aktif harus berada dalam rentang nilai yang sempit
VI. STABILISASI DAN STABILITASStabilisasi sediaan fitofarmako merupakan paya untuk menjamin kualitas atau stabilitas tetap terjaga. Stabilitas berarti keadaan tidak terganggu/ terurai dari sediaan yang disimpan menurut cara penyimpanan atau cara penyimpanan spesifik dari karena kondisi transportasiMetode stabilisasi.
a. Pengeringan Gangguan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berlangsung dalam keadaan cair sehingga pengeringan sediaan fitofarmaka dan tetap membiarkan sediaan dalam keadaan kering adalah cara praktis yang terbaik. Sisa kelembaban dari ekstrak kering biasanya dibatasi sampai 5 % saja. Kadar kelembaban 3 % ternyata tidak praktis, karena ekstrak cenderung menarik air dari udara lingkungannya. Kesetimbangan residu kelembaban 6-7% akan dicapai ekstrak yang disimpan pada suhu kamar dan kelembaban suhu kamar. Gangguan fisika akan tercapai pada kondisi penyimpanan seperti diatas. Proses kimia seperti reaksi enzimatik terjadi jika kelembaban lebih kurang 10%. Gangguan mikrobiologi biasanya berupa perkembangbiakan bakteri yang ada dalam produk sehingga mencapai nilai batas yang tidak dapat diterima juga sangat tergantung pada kelembaban dalam produk. Ketergantungan pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aw (aw = tekanan uap air diatas substrat, tekanan uap air murni) atau aktivitas air
b. Stabilisasi Sediaan CairGangguan berikut relative mudah dikenali:Gangguan fisika seperti pembentukan sedimen, perubahan warna dan sebagainya. Gangguan karena pertumbuhan mikroba, dikenal karena terjadinya pembentukan “pellicle” jamur, terbentuknya kekeruhan atau terbentuknya sedimen, dapat sangat mudah mengganggu penampilan, rasa, dan bau sediaan. Gangguan kimia yang lain seperti penguraian hidrolitik, rasemisasi, oksidasi dan lainnya hanya dapat terdeteksi dengan alat kimia analitik (instrument) dan peeaksi kimia.
Alternatif untuk pengawetan sediaan cair adalah menggunakan pengawet sediaan farmasi yang lazim dengan catata: dietilpirokarboksilat sudah tidak diizinkan penggunaannya karena kemungkinan akan membentuk karsinogenik uretan dengan asam amino bebas atau amin dalam substrat.
FORMULASI EKSTRAK TANAMAN JADI BENTUK SEDIAANSebelum dikembangkan untuk formulasi sediaan farmasi, ekstrak harus dilakukan perlakuan terlebih dahulu seperti menghilangkan lemak (defatting) dan inaktivasi enzim, dimana tujuan utamanya adalah:
1. Menghilangkan bahan tidak aktif berupa minyak dan lemak yang akan menghalangi untk mendapatkan / membuat ekstrak kering dan selanjutnya pembuatan sediaan farmasi berbentuk padat.
2. Menghentikan degradasi enzim bahan berkhasiatEkstrak tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu ekstrak total dan ekstrak yang dimurnikan. Terminologi total atau ekstrak tradisional menunjukkan ekstrak yang mengandung semua bahan terekstraksi yang diperoleh dengan penarikan menggunakan
suatu pelarut; lazimnya air atau hidroalkohol. Ekstrak yang dimurnikan berarti ekstrak yang tidak mengandung zat zat yang tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi aktivitas. Ekstrak yang dimurnikan kemungkinan diperoleh dengan cara menghilangkan zat inert menurut berbagai cara (menghilangkan lemak, dilewatkan melalui resin absorpsi) sesudah ekstraksi primer.Terminologi zat inert terutama digunakan untuk resin, lemak, gula gula, semua bahan yang merupakan penghalang/penghambat utama dalam pembuatan sediaan farmasi, terutama bentuk sediaan padat, karena bersifat higroskopis, lengket, sehingga menimbulkan banyak masalah dalam formulasi.
I. PENGONTROLAN EKSTRAK
Masalah pengontrolan ekstrak ada 2 aspek: pengontrolan ekstrak sendiri dan pengontrolan ekstrak sebagai konstituen sediaan farmasi jadi (bentuk sediaan). Jenis pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak yang pokok ada 4:
1. Untuk menentukan karakteristik fisik2. Untuk standardisasi kualitatif3. untuk pengotor potensial dan jumlah4. cemaran mikroba total
Keempat jenis pengujian ini adalah relevan pada waktu formulasi menjadi bentuk sediaan.Masalah lain yang penting dalam melakukan control suatu ekstrak adalah menentukan kandungan total mikroba aerobic. Walaupun belum ada ketentuan standar, tidak boleh terdapat mikroba pathogen dan jumlah bakteri total adalah103 – 104 per gram atau per ml.
II. BENTUK SEDIAANUntuk melakukan rasionalisasi dari pengembangan bentuk sediaan dari ekstrak tanaman, perlu pula diperhatikan: lebih baik menyusun suatu formulasi sediaan yang mudah dan sederhana, yang mengandung tiak lebih dari 2 atau 3 ekstrak. Hal lain yang perlu dihindari adalah memasukkan beberapa ekstrak yang menunjukkan jenis aktivitas farmakologi yang sama.
Pada umumnya semua bentuk sediaan dapat dibuat dari ekstrak1. Bentuk sediaan padat seperti tablet, kapsul gelatin keras dan lunak, tablet salut gula, tablet
effervescent, tablet hisap, tablet lepas lambat.2. Bentuk sediaan cair seperti sirup, drop, larutan, atau suspense untuk kapsul gelatin lemak.3. Bentuk sediaan untuk tujuan penggunaan local seperti krim, salep, gel, koliria, dan supositoria.
Formulasi injeksi yang mengandung ekstrak tidak direkomendasikan walaupun digunakan ekstrak dengan kekuatan tinggi karena ekstrak selalu mengandung beraneka produk sekunder yang sifat sifatnya tidak selalu diketahui secara pasti.
a. Pembuatan Sediaan PadatUntuk pembuatan sediaan padat umumnya digunakan ekstrak padat dan pada umumnya sediaan padat kering tidak menimbulkan masalah stabilitas, praktis tidak terjadi penguraian karena hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan lain sebagainya. Untuk sediaan yang dimasukkan ke dalam kapsul gelatin keras perlu diperhatikan persyaratan: Granul harus tidak higroskopis dan dapat mengalir bebas dengan baik.
b. Pembuatan Sediaan CairEsktrak cair, kental maupun kering dapat digunakan untuk membuat sediaan cair, seperti sirup, drop, larutan atau suspense untuk kapsul gelatin lunak. MAsalah utama dalam pengembangan sediaan cair yang mengandung ekstrak adalah masalah kelarutan dari ekstrak, yang harus diencerkan dalam larutan atau dilarutkan kembali jika berbentuk kering di dalam system pelarut sirup atau drop.
Stabilitas secara kimia maupun fisik sediaan cair juga dipengaruhi factor factor lain misalnya kemungkinan terjadinya fermentasi dan interferensi dari komponen lain produk akhir. Fenomena fermentasi dapat dikendalikan baik dengan penggunaan alcohol dalam konsentrasi yang tepat atau dengan cara penambahan pengawet yang sesuai. Kemungkinan terjadinya antaraksi secara konstituan lain merupakan sumber lain dari ketidak stabilan
c. Pembuatan sediaan untuk tujuan penggunaan localMasalah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sediaan krim yang mengandung ekstrak:
1. Kandungan air yang tinggi dan bila pH tidak dikendalikan dengan baik, dapat menimbulkan hidrolisis, polimerisasi, rasemisasi, dan sebagainya.
2. Masalah stabilitas mikrobiologisEkstrak yang mengandung senyawa gula dan asam amino dapat memberikan peluang ideal untuk perkembangan mikroba.
TUGAS TEKNOLOGI BAHAN ALAM
RINGKASAN
Nama: Ricky Kurniawan
NPM: 2010210226Kelas: Senin
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA2012
Diposkan oleh Ricky Kurniawan di 08.29 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (72) o ► Mei (3) o ► April (2) o ▼ Maret (17)
Memperbaiki Postur Tubuh dengan Pilates Empat Kiat Memulai dan Menjalankan Bisnis Anda Sen... Vitamin B Terbukti Bisa Bantu Penderita Migrain! Waspadai Sakit Kepala Akibat Dehidrasi Hipertensi Kisah Sumana penjual Bunga Makalah penjelasan dan contoh penggunaan BCS Perbedaan FI IV dan USP 35 Mitos dan Fakta tentang Tidur Bersama Anak Enam Aturan Realistis untuk Tidur Nyenyak Solusi untuk 13 Masalah Umum Mengasuh Anak Frustasi dengan Perut Buncit? Minyak atsiri Tetap Bisa Sehat Tanpa Organ Penting Ini Waspada, Sleep Apnea Picu Kematian Mendadak Ringkasan Teknologi Bahan Alam 2 Teknologi Bahan Alam yang Mencakup Fitokimia
o ► Februari (50)
► 2012 (692)
Mengenai Saya
Ricky Kurniawan Saya Ricky Kurniawan adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara dengan urutannya adalah Desyana Kurniawan sebagai anak pertama, David Kurniawan sebagai anak kedua, saya anak ketiga dan Devyana sebagai anak keempat. Saya dan keluarga saya beragama Buddha dan sering mengikuti perayaan hari hari besar dalam agama Buddha. Saya lahir di Jakarta tanggal 20 Desember 1993. Mulai sekolah di sekolah Cahaya Bunda di Jln Mangga Besar VIII no.5, lalu saat 4 SD saya pindah ke sekolah Budi Mulia. Saat SMP saya pindah sekolah ke sekolah Karunia sampai lulus SMA. Kemudian saya mendaftarkan diri di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan sekarang sudah semester 5
Lihat profil lengkapku Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Island of Pharmacist by : Irma Tristanti (http://jazztriiz.blogspot.com/)
Home About Posts RSS Contact
undefined undefined
Sediaan Farmasi Lainnya
Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril.....BAB I
PENDAHULUANI.1 Latar Belakang
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prisipnya ini adalah sediaan
parenteral, mata, dan irigasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan
yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh.
Karena sediian mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang
paling efisien, yakni menbran kulit dam mukosa, sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dari komponen toksis, dan harus
mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen
dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah fisik,
kimia, atau mikrobiologis.
Produk steril yang paling banyak adalah larutan atau supensi,
tetapi bisa juga pellet padat atau juga ditanam pada jaringan.
Pengontrolan pada waktu pembuatan untuk mengurangi kontaminas
untuk sejumlah kecil produk tertentu dapat tercapai relatif mudah. Jika
jumlah prosuk bertambah, masalah kontrol pada waktu pembuatan untuk
menghindari kontaminasi menjadi berlipat ganda. Oleh karena itu,
preparat produk steril menjadi wawasan khusus dalam proses farmasi.
Standar yang ditetapkan, sikap pekerja, dan kontrol proses harus berada
dalam tingkatan teratas.
Larutan irigasi sekarang juga harus memiliki standar yang sama
dengan larutan parenteral, karena selama pemberian secara irigasi,
sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung
melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membran mukosa yang
lecet. Oleh karena itu, sifat dan standar yang ada untuk prroduksi larutan
parenteral dalam volume besar, pemakaiannya setara dengan larutan
irigasi.
Zat-zat tersebut juga harus ada dan aktif bila diperluhkan selama waktu dapat
digunakannya produk tersebut. Oleh karena itu, zat-zat ini harus dipilih dengan sangat hati-
hati, dan zat-zat ini harus dipilih dengan sangat hati-hati, dan zat-zat ini harus dievaluasi
mengenai pengaruhnya terhadap formulasi keseluruhan. Ulasan yang luas tentang bahan
penambah yang digunakan dalam produk parenteral dan cara untuk menyesuaikan pH
produk tersebut baru-baru ini tlah dipublikasi, dan harus diacu untuk keterangan yang lenih
terperinci.
I.2 Rumusan Masalah
· Macam-macam sediaan farmasi steril lainnya.
· Pembuatan,penyimpanan,dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada sediaan farmasi
lainnya.
I.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai macam-macam
sediaan steril lainnya saat ini.
I.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa farmasi yang mengikuti
kuliah teknologi farmasi sediaan steril khususnya sediaan farmasi lainnya
yang kami bahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Istilah Galenika diambil dari nama tabib Yunani,yaitu Claudius
Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat yang berasal dari tumbuhan
dan hewan sehingga muncullah ilmu obat-obatan yang disebut “Ilmu
galenika”,yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam
(tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat adalah sebagai
berikut :
· Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia
atau bahan obat nabati.
· Dari simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil
dan diolah menjadi bentuk sediaan atau preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan galenik,yaitu:
· Untuk memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari
bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
· Membuat sudatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai.
· Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil pada
penyimpanan yang lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan
galenik
Derajat Kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya
obat yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari,simplisia
harus dibuat semakin halus,dan sebaiknya.
Konsentrasi atau Kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau zat aktif dalam sediaan tersebut
harus jelas konsentrasinya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam
pembuatan.
Suhu dan lamanya waktu
Suhu dan lamanya waktu penyarian harus disesuaikan dengan sifat obat,
mudah menguap atau tidak,mudah tersari atau tidak.
Bahan penyari dan cara penyarian
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap
bahan penyari ke dalam simplisia.
Bentuk-bentuk sediaan galenik
1. Hasil penarikan : extracta,tingtura,decocta atau Infusa.
2. Hasil penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika,olea volatilia
(minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak).
3. Sirop.
Ekstractio berasal dari perkataan “extrahere”,”to draw out”,menarik
sari,yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal.
Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik,namun khasiatnya tidak
berubah. Dalam kefarmasian,istilah ini terutama hanya dipergunakan
utnuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan mempergunakan cairan
penarik atau pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut
‘menstrum’,ampasnya disebut “marc” atau “faeces”,sedangkan cairan
yang dipisahkan dari ampas tersebut merupakan suatu larutan yang
disebut “macerate liquid” atau “colatura”. Cairan yang didapat setelah
perkolasi disebut perkolasi disebut “perkolat”,dan zat-zat yang terlarut di
dalam cairan penarik tersebut disebut “extractive”.
Tujuan utama ekstraski ialah mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan
(concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah,agar lebih mudah
digunakan (kemudahan absorbs,rasa pemakaian,dll) dan disimpan
dibandingkan simplisia asal,dan tujuan pengobatannya lebih terjamin.
Karena pada umumnya zat-zat berkhasiat dalam simplisia terdapat
dalam keadaaan tercampur,diperlukan cara penarikan dan cairan penarik
tertentu (tunggal/campuran), yang kelak dapat menghasilkan bermacam-
macam preparat galenik sesuai dengan pengolahannya,misalnya
infusa,decocta,macerate,tincture,resin dan lain-lain. Suhu penarikan juga
sangat mempengaruhi hasil penarikan.
Suhu penarikan untuk :
Maserer/maserasi …………………………………………………………………5o-
25o
Digerer/digerasi …………………………………………………………………..35o-
45o
Infunder/infudasi …………………………………………………………………90o-
98o
Memasak …………………………………………………………………… Suhu
mendidih
Dalam beberapa hal,sebelum preparat yang dimaksud dibuat,simplisia
perlu diolah terlebih dahulu,misalnya dengan mengawalemakkannya
(Strychnin,secale cornutum) atau dihilangkan zat pahitnya (lichen
Islandicus) atau dengan cara lain, agar zat-zat yang tidak berguna atau
merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat berkhasiat.
Cara menghilangkan bagian simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat yang dalam pelarut itu
bahan berkhasitnya mudah larut,sedangkan yang tidak berguna hanya
sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2. Dengan menarik atau merendam pada suhu tertentu di mana bahan
berkhasiat terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu penarikan tertentu dimana bahan
berkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya,sedangkan bahan yang
tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan atau membersihkan dengan cara-cara
tertentu,baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Cairan –cairan penarik
Untuk menentukan cairan penarik mana yang dipergunakan,harus
diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan beberapa
factor,antara lain:
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum.
2. Tidak merusak zat-zat berkhasiat atau akibat-akibat lain yang tidak
dikehendaki (perubahan warna,pengendapan,terhidrolisis).
3. Harga yang murah.
4. Jenis preparat ynag akan dibuat.
Cairan penarik yang baik adalah yang dapat melarutkan zat-zat yang
berkhasiat tertentu,tetapai zat-zat yang tidak berguna tidak terbawa
serta. Pada umumnya alkaloid,dammar,oleoresin,dan minyak-minyak
memiliki kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organic daripada di
dalam air,tetapi sebaliknya garam-garam alkaloid,glukosida,zat-zat
lender, dan sakarida memiliki kelarutan lebih baik dalam air.
Macam-macam cairan penarik
Air
Termasuk pelarut yang murah dan mudah digunakan dengan
pemakaian luas. Pada suhu kamar,air adalah pelarut yang baik utnuk
berbagai zat,misalnya garam alkaloid,glukosida,sakarida,asam tumbuh-
tumbuhan,zat warna,dan garam-garam mineral. Air hangat atau mendidih
mempercepat dan memperbanyak kelarutan zat,kecuali
Condurangin,kalsium hidrat,dan garam-glauber,karena kemungkinan zat-
zat yang tertarik akan mengendap (sebagian) jika cairan itu sudah
mendingin (suhu kamar).
Keuntungan penarikandengan air adalah bahwa jenis jenis
gula,gom,asam tumbuh-tumbuhan,garam mineral,dan zat-zat warna akan
tertarik atau melarut lebih dahulu dan larutan yang terjadi ini dapat
melarutkan zat-zat lain dengan lebih baik dari pada oleh air
saja,misalnyadamar-damar pada penarikan Cascara cortex,atau sejumlah
alkaloid pada penarikan dengan air.
Kekurangan air sebagai pelarut,yaitu karena iar dapat menarik
banyak zat,namun banyak di antara zat tersebut yang merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri,akibatnya simplisia
mengembang sedemikian rupa sehingga mempersulit penarikan pada
perkolasi.
Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu,tidak sebanyak air dalam
melarutkan berbagai jenis zat; oleh karena itu lebih baik dipakai sebagai
cairan penarik untuk sediaan galenik yang mengandung zat berkhasiat
tertentu.
Umumnya etanol adalah pelarut yang baik untuk
alkaloid,glikosida,dammar-damar,dan minyak atsiri,tetapi tidak untuk
jenis gom,gula,dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-enzim tidak
bekerja,termasuk pengairan,serta menghalangi pertumbuhan jamur dan
sebagian besar bakteri sehingga di samping sebagai cairan penyari,juga
berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol,yaitu hidroalkoholik
menstrum,lebih baik dari pada air saja. Beberapa zat berkhasiat memiliki
kelaurtan yang hamper sama baiknya dalam air-etanol dan dalam spiritus
fort sehingga biaya produksi dengan air-etanol akan lebih murah. Kadar
alcohol dalam cairan hidroalkoholik menstrum tergantung pada sifat zat
yang akan ditarik; terkadang karena bbeberapa hal,kadarnya lebih kecil
dari 3%. Kadang-kadang dalam proses penarikan,masing-masing air dan
alcohol dipergunakan lebih dahulu;pertama dengan air,kemudian
etanol,atau sebaliknya.
Glycerinum
Terutama dipergunakan sebagai cairan tambahan pada cairan
hidroalkoholik untuk penarikan simplisia yang mengandung zat-zat
samak. Glycerin adalah pelarut yang baik untuk tannin dan hasil-hasil
oksidasinya; jenis-jenis gom dan albumin juga larut dlam gliserin. Cairan
ini tidak atsiri sehingga tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-eksatrak
kering,tetapi baik sekali untuk pembuatan fluid gliserata,seperti yang
dipergunakan dalam N.F VIII,dengan perbandingan 3 volume air dengan 1
volume gliserin.
Eter
Kebanyakan zat dalam simplisia tidak larut dalam cairan ini,tetapi
beberapa zat mempunyai kelarutan yang baik,misalnya alkaloid
basa,lemak-lemak,dammar,dan minyak atsiri. Karena eter bersifat sangat
atsiri,maka di samping memiliki efek farmakologi,cairan ini kurang tepat
digunakan sebagai menstrum sediaan galenik cair,baik utnuk pemakaian
dalam maupun untuk sediaan yang nantinya disimpan lama. Adakalanya
eter yang dipakai dicampur dengan etanol,misalnya Extractum
Cubebarum.
Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar.
Merupakan pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak.
Biasanya dipergunakan hanya untuk mengawalemakkan simplisia yang
mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan sebelum simplisia
tersebut diabuat sediaan galeniknya, misalnya Strychnin,Secale (NF IX).
Aseton
Juga tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam. Merupakan
pelarut yang baik untuk berbagai lemak,minyak atsiri,dan dammar.
Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Pemakaian aseton
misalnya pada pembuatan Capsicum Oleoresina (NF IX).
Kloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan –sediaan karena mempunyai efek
farmakologi.merupakan pelarut yang baik untuk alkaloid
basa,dammar,minyak lemak,dan minyak atsiri. Air kloroform
dipergunakan pada pembuatan Extracum Secalis cornuti (Ph.Belanda V).
Metode Penarikan yang sering digunakan
MASERASI
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam
simplisia tersebut dalam cairan penyari pada ssuhu biasanya 15-25° C.
Maserasi uga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara
perkolasi.
Kecuali di nyatakan lain masersi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia denggan derazat halus
yang cocok di masukan ke dalam sebuah bejana,lalu di tuangi 75 bagian
cairan penyari, di tutup dan di biarkan selama lima hari terlindung cahaya
dam sambil sering di aduk.setelah lima hari cairan tersebut di serkai, dip
eras,dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga di
peroleh 100 bagian.Lalu maserat dipindah ke dalam bejana yang tertutup
dan di biarkan di tempat sejuk,terlindung dari cahaya selama dua
hari,Dengan demikian maserat sudah bisa di saring.
Kemudianmaserat di suling atau di uapkanpada tekanan rendah dalam
suhu tidah lebih dari 50° C hingga konsistensi yang di kehendaki.
Maserat yang di buat di maserasi dengan air segera di panasi pada suhu
90° C, Untuk mengendapkan putih telur, agar sediaan dapat tahan lama.
DIGERASI
Digerasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam
simplisia dengan caairan penyari pada suhu 35°-45° C. Cara ini sekarang
sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu
juga pada suhu tertentu sering kali beberapa simplisi a menjadi rusak.
Dan hilang zat berkhasiat utamanya.
Disinilah banyak para ilmuan yang putus asa dalam percobaan
mereka yang gagal karena tidak memperhitungkan keuntungan dan
kerugian dari pada metode digerasi tersebut
PERKOLASI
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut
percolator,yang simplisianya terendam dalam cairan penyaridimana zat-
zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetesscara beraturan keluar
sampai memenuhu syarat-syarat yang di tetapkan dalam Farmakope.
Kecuali di nyatakan lain, perkolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sepuluh bagian simplisia atauu campuran simplisia dengan derazat halus
yang cocok di basahi dengan 2,5bagian 5 bagian cairan penyari,
dimasukan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Masa dipidahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator sambil tiap kali
di tekan dengan hati-hati di tuangi cairan penyari secukupnya sampai
cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat cairan
penyari,pekolator di tutup, dan di biarkan selama 2 jam.
Cairan di biarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, cairan
penyari di tambahkan berulang-ulang secukupnya sehingga selalu
terdapat selapis cairan penyari secukupnya di atas simplisia, hingga di
peroleh 80 bagian perkolat. Masa diperas, campurkan cairran perasan ke
dalam perkolat, cairan penyari di tambahkan secukupnya hingga di
peroleh perkolat 100 bagian.Perkolat di pindahkan ke dalam bejana,
ditutup dan di biarkan selama dua hari di tempat yang sejuk dan
terlindung dari cahaya.
Tingtur harus jernih dan ditempatkan dalam botol tertutup baik,diluar
pengaruh cahaya dan di simpan di tempat yang sejuk. Secara
ekonomisbahan dasar yang di sari dapat dip eras sekuat mungkin dengan
perasan hidrolik.
Untuk bahan dasar yang mengandung harsa di gunakan cairan penyari
etanol 90% v/v, dan umumnya cairan penyari adaalah etanol 70% v/v.
Yang penting tingtur yang mengandung harsa dengan cairan penyari
etanol 90% v/v adalah Benzoes Tinctura, Myrrhae Tinctura.
II.2 Tingtur (Tinctura)
Menurut FI IV,tingtur adalah larutan mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,tetapi
bervariasi sesuai dengan masing-maisng standar kecuali dinyatakan
lain,tingtur dibuat menggunakan 20% zta berkhasiat dan 10% utnuk zat
berkhasiat keras. Maserasi kecuali dinyatakan lain ,dilakukan sebagai
berikut :
a. masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke
dalam sebuah bejana,tuangi dengan 75 bagian cairan
penyari,tutup,biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk,erkai,peras. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100bagian.
b. pindahkan ke dalam bejana tertutup,biarkan di tempat sejuk dan
terlandung dari cahaya selama 2 hari,enap,tuangkan dan saring.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya , di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa
digunakan cairan penyari etanol 90%. Pada umumnya cairan penyari
adalah etanol 70%. Tingtur yang mengandung harsa (damar) adalah mira
tincture,asaefoetila tincura,capsici tincture,tingtur menyan.
Pembagian Tingtur
1. Menurut cara pembuatan
a. Tincture Asli
Adalah tincture yang dibuat secara maserasi/perkolasi.
b. Tinctur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tincture yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau
bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tinctur Keras
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat
keras.
b. Tinctur Lemah
Adalah tincture yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak
berkhasiat keras.
3. Berdasarkan Cairan Penariknya.
a. Tinctura Aetherea,jika cairan penariknya adalah eter atau campuran
eter dengan etanol.contoh: Tinctura Valerianae Aetherea.
b. Tinctura Vinosa,jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur
dengan etanol.contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei)
c. Tinctura Acida,jika ke dalam etanol yang dipakai sebagai cairan
penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan
Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa,jika cairan penarik yang dipakai adalah air . contohnya
Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita,adalah tingtur ynag didapatkan jika penarikan yang
dilakukan dengan cairan penarik selain etanol,hal ini harus dinyatakan
pada nama tincture tsb, misalnya pada campuran simplisia,contoh:
Tinctura Chinae Composita.
Contoh Sediaan Tingtur
Tingtur kina (Chinae Tinctura),Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae
Tinctura),Tingtur gambir (Catechu Tinctura), Tingtur polygala(Polygalae
Tinctura), Tingtur ratania(Ratanhiae Tinctura) Tingtur stramonii (Stramonii
Tinctura),Tingtur Striknin (Strychni Tinctura),Tingtur Kemenyan (Benzoes
Tinctura),Tingtur Lobelia (Lobelia Tinctura),Tingtur Mira(Myrrhae
Tinctura),dll.
II.3 Ekstrak (Ekstracta)
Menurut FE IV,ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai,kemudiaan semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi.seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasi dengan pengurangan tekanan agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut,pengawet,atau keduanya. Jika tidak dinyatakan lain
pada masing-masing monografi,tiap milliliter ekstrak mengandung bahan
aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang
cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau
bagian beningnya dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan farmakope.
Menurut literature lainnya,ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak
kering(siccum),kental(spissum),dan cair(liquidum), yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati dan hewani menurut cara yang sesuai diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus
menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air,eter,serta
campuran etanol dan air.
Contoh Ekstrak
Ekstrak Belladonae,Ekstrak Hiosiami,Ekstark Akar Manis (Glycyrrhizae
Succus Extractum),Ekstrak Timi (Thymi Ekstractum),Ekstrak Striknin
(Strychin Extractum),Ekstrak Pule Pandak(Rauwolfiae Extractum),Ektrak
Kelembak (Rhei Extractum),dll
II.4 Infus (Infusa)
Menurut FI IV,infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15
Menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia yang memiliki derajat halus sesuai dengan dalam panci
dengan air secukupya,panaskan diatas tangas air selama 15menit
terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai
selagi panas melalui kain flannel,tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang dikehendaki. Infuse
daun sena dan infuse yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah
dingin. Infuse daun sena,infuse asam jawa,dan infuse simplisia lain yang
mengandung lender tidak boleh diperas. Sebelum dibuat infuse asam
jawa dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh massa
seperti bubur,sedangkan buah adas manis dan buah adas harus dipecah
dahulu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sediaan Infus :
1. Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain,infuse yang mengandung bahan tidak berkhasisat
keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
2. Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infuse harus mempunyai derajat halus sebagai
berikut :
Serbuk Bahan-Bahan
Serbuk 5/8 Akar manis,daun kumis kucing,daun sirih,daun sena.
Serbuk 6/10 Dringo,kelembak.
Serbuk
10/22
Laos,akar valerian,temulawak, jahe.
Serbuk
22/60
Kulit Kina,akar ipeka,sekale komutum.
Serbuk
85/120
Daun digitalis.
3. Banyaknya air ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infuse diperlukan penambahan air
sebanyak 2 kali bobot simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang
digunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
4. Cara Menyerkai
Pada umumnya infuse diserkai selagi panas,kecuali infuse simplisia yang
mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infuse daun
sena,infuse asam jawa dan infuse simplisia lain yang mengandung lender
tdak boleh diperas.
5. Penambahan bahan-bahan lain
Penambahan bahan-bahan lain dimaksudkan untuk menambah kelarutan,
untuk menambah kestabilan,dan untuk menghilangkan zat-zat yang
menyebabkan efek lain.
II.5 Air Aromatik (Aqua Aromatica)
Menurut FI IV,kecuali dinyatakan lain, air aromatic adalah larutan
jernih dan jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa
aromatic atau bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan
obat atau senyawa mudah menguap yang ditambahkan,dan bebas dari
bau empirematik dan bau asing lainnya. Air aromatic dapat dibuat secara
destilasi atau dibuat dari larutan senyawa aromatic,dengan atau tanpa
menggunakan bahan pendispersi. Air aromatic perlu disimpan terlindung
cahaya dan panas berlebih.
Menurut literatu yang lain,air aromatic adalah larutan jenuh
minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Di antara air
aromatic,ada yang mempunyai daya terapi yang lemah,tetapi terutama
digunakan untuk member aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.
Air aromatic harus mempunyai baud an rasa yang menyerupai bahan
asal,bebas bau empirematik atau bau lainnya,tidak berwarna,dan tidak
berlendir.
Cara Pembuatan :
1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing
monografi dalam 60 ml etanol 95%.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil
dikocok kuat-kuat.
3. Tambahkan 500 mg talk,kocok,diamkan,saring.
4. Encerkan 1 bagian filtrate dengan 39 bagian air.
Air Aromatika yang tertera dalam FI II,ada 3,yaitu :
1. Aqua Foeniculi,adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua
Foeniculi dibuat dengan melarutkan 4g oleum foeniculi dalam 60 ml
etanol 90%,tambahkan air sampai 100ml sambil dikocok kuat-
kuat,tambahkan 500mg talk,kocok,diamkan,saring. Encerkan 1 bagian
filtrate dalam 39 bagian air.
2. Aqua Menthae Piperitae (Air Permen) adalah larutan jenuh minyak
permen dalam air.
3. Aqua Rosae (air mawar) adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.
II.6 Minyak Lemak
Merupakan campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (Berbobot
Molekul (BM) tinggi atau berantai karbon panjang/long chain triglycerides
(C16-C22)) dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku
tinggi).Disimpan kevuali dinyatakan lain dalam wadah tertutup baik,terisi
penuh,dan terlindnung dari cahaya.
Syarat-syarat untuk minyak lemak,antara lain :
1. Harus jernih; lemak yang cair harus jernih,begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya)tidak boleh berbau tengik.
2. Kecuali dinyatakan lain,harus larut dalam segala perbandingan dalam
CHCl3,eter dan eter minyak tanah.
3. Harus memnuhi syarat-syarat minyak mineral,minyak harsa dan
minyak-minyak asing lainnya,senyawa belerang dan logam berat.
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan.
2. Sebagai pelarut,misalnya sebagai pelarut obat suntik,lotio dan lain-lain.
3. Sebagai antiracun,untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya
dibalut lemak,lalu segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi jika
racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut absorbs
dipercepat.
4. Sebagai obat,misalnya : oleum ricini digunakan sebagai obat pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam 2 golongan :
· Minyak-minyak yang dapat mongering,misalnya: oleum lini,dan oleum
ricini.
· Minyak-minyak yang tidak dapat mengering,misalnya: oleum
arachidis,oleum olivarium,oleum sesami.
Contoh-contoh minyak Lemak:
Minyak Kacang(Oleum Arachidis),Minyak Coklat (Oleum Cacao),Minyak
Kelapa (Oleum Cocos),Minyak Ikan (Oleum Iecoris Aselli),Minyak Lini
(Oleum Lini),Minyak Zaitun (Oleum Olivae),Minyak jarak(Oleum Ricini).
II.7 Minyak Atsiri
Minyak atsiri juga disebut sebagai minyak menguap atau minyak
terbang.Olea Volatililia adalah campuran bahna-bahan berbau keras yang
menguap,yang diperoleh baik secara penyulingan atau perasan simplisia
segar maupun secara sintetis. Diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
contohnya daun,bunga,kulit buah,buah,atau dibuat secara sintetis.
Sifat –sifat minyak atsiri :
1. Mudah menguap
2. Rasa yang tajam
3. Wangi yang khas
4. Tidak larut dalam air,namun larut dalam pelarut organic
5. Minyak atsiri yang segar tidak berwarna,sedikit kuning muda.
Contoh-contoh minyak atsiri :
Oleum Foenniculi (minyak adas),Oleum Anisi (Minyak Adas manis),Oleum
Caryophylli(minyak cengkeh),Oleum Citri(minyak jeruk),Oleum Aurantii
(minyak jeruk manis),Oleum Eucalypti(Minyak kayu putih),Oleum
Rosae(Minyak Mawar).
II.8 Sirop
Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mnegandung
sakarosa.kadar sakarosa (C12H22O11)tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.Disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan di tempat sejuk.
Dibuat dengan cara cairan untuk sirop,panaskan,tambahkan gula jika
perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga
diperoleh bobot yang dikehendaki,buang busa yang terjadi,serkai.
Cara memasukkan sirop ke dalam botol :
Hal ini penting untuk kestabilan sirop dalam penyimpanan. Supaya awet
(tidak berjamur) sebaiknya sirop disimpan dengan cara :
1. Sirop yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering,namun
perlu diperhatikn agar pada saat pendinginan tidak terjadi pencemaran
hingga dapat terjadi pencemaran.
2. Mengisikan sirop panas-panas ke dalam botol panas (karena sterilisasi)
sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi
sterilisasi sebagian gabusnya,lalu sumbat gabus di celup dalam lelehan
paraffin solidum yang menyebabkan sirop terlindung dari pengotoran
udara luar.
3. Sterilisasi sirop; disini harus diperhitungkan apakah pemanasan
30menit tidak dapat mengakibatkan gula invert.
Penetapan kadar sakarosanya
1. Timbang seksama ± 25gr sirop dalam labu terukur 100ml,tambahkan
50 ml air dan sedikit larutan alumunium hidroksida P. Tambahkan larutan
timbale(II) subaserat P tetes demi tetes hingga tetes terakhir hingga tidak
menimbulkan kekeruhan.
2. Tambhakan air secukupya hingga 100,0 ml saring,bunag 10ml filtrate
pertama. Masukkan ±45,0 ml filtrate ke dalam labu terukur 50
ml,tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida P dan 21 bagian
volume air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air
pada suhu antara 68oC dan 70oC selama 10 menit,dinginkan dengan cepat
sehingga suhu ± 20oC jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan
tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
3. Ukur rotasi optic larutan yang belum diinversi dan sesudah inverse
menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara
10oC dan 25oC. Hitung kadar dalam %, C12H22O11 dengan rumus :
C = Kadar Sakarosa (%)
α 1 = rotasi optic larutan yang belum diinversi
α 2 = rotasi optic larutan yang sudah diinversi
t = suhu pengukuran
Contoh-contoh sediaan sirop :
Ferrosi Iodidi Sirupus,Sirupus Simplex (Sirop Gula),Aurantii Sirupi (Sirop
Jeruk Manis),Sirupus Thyni (Sirop timi)
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjabaran maka dapat disimpulkan bahwa macam-
macam sediaan steril lainnya yakni sediaan galenika berdasarkan bentuk
terbagi atas tiga bagian yakni
1. Hasil penarikan : extracta,tingtura,decocta atau Infusa.
2. Hasil penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika,olea volatilia
(minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak),dan
3. Sirop.
III.2 Saran
Penjelasan pada makalah ini,dimaksudkan untuk memberikan
penambahan informasi dalam pemebelajaran terkait sediaan farmasi
lainnya galenik,maka di sarankan bagi pembaca agar dapat menambah
atau melengkapi informasi anda lewat media pembelajaran lainnya.
Diposkan oleh triiztanti di 3:33:00 PM Reaksi:
Kelas Tulisan : apoteker, dunia farmasi, info apoteker, info farmasi, makalah, sediaan steril, teknologi dan formulasi obat
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Poskan Komentar
Teman-teman yang baik hati,,Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.Jangan lupa di follow yahh... ^^Terimakasih ^^
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Write all your content here.
terjemahan
Translate Widget by Google
Blog Archive
▼ 2013 (68) o ► April (3) o ► Maret (2) o ▼ Januari (63)
► Jan 23 (2) ▼ Jan 22 (9)
Sediaan Farmasi Lainnya Sediaan Nasal Obat Tetes Telinga Obat Tetes Mata Pelarut & Pembawa untuk Injeksi Sediaan Infus Pengujian & Evaluasi Obat Suntik Sediaan Obat Suntik Ruangan Produksi Steril
► Jan 21 (24) ► Jan 20 (2) ► Jan 19 (1) ► Jan 18 (1) ► Jan 13 (1) ► Jan 07 (4) ► Jan 06 (15) ► Jan 05 (4)
tamu Pharmacist yang ke ...
35169
Jenis Artikel
antibiotik apoteker biofarmasi contoh dunia farmasi farmakodinamika farmakognosi farmakokinetika farmakologi farmakoterapi farmasetika farmasi klinik fitofarmaka formulasi herbal terstandar info apoteker info farmasi inhalasi injeksi intradermal intramuskular intraperitoneal intratekal intrathekal-intraspinal intravena istilah-istilah jamu kamus kapsul kimia medisinal latar belakang makalah narkotika obat asli Indonesia obat bebas obat bebas terbatas obat keras oral penelitian proposal psikotropika racikan sediaan cair sediaan galenik
sediaan semi solid sediaan steril simbol obat simplisia spesialis obat subkutan tablet teknologi dan formulasi obat toksikologi topikal
yuk gabung di sini ^^
Silahkan tinggalkan Pesan, Kesan, Kritik maupun Saran ^.^
<a href="http://shout.busuk.org/?pharmacist09=viewfull">View shoutbox</a>
Country
Diberdayakan oleh Blogger.
Mau buat buku tamu ini ?Klik di sini
[hide]
Copyright Island of Pharmacist 2009.Design By EZwpthemes . Blogger Template by Anshul .
Ekstraksi
Posted by Yakup Label: Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik pemisahan untuk mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat atau cair dengan bantuan pelarut.
Ektraksi dibagi menjadi 2 :
1. Ektraksi cair-cair ( Liquid Extraction )Ektraksi zat cair dengan pelarut zat cair. Digunakan untuk memisahkan 2 zat cair yang saling bercampur dengan menggunakan perarut yang melarutkan salah satu zat dalam campuran itu.
2. Ekstraksi padat-cair ( Solid Extraction / Leaching )Ekstraksi zat padat dengan pelarut zat cair. Digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tak dapat larut. Ekstraksi zat padat adalah mengambil zat padat / cair dalam campuran zat padat. Syarat pelarut dalam ekstraksi, dapat melarutkan komponen yang diinginkan tapi tidak dapat bercampur.
Bahan yang biasa diekstraksi :1. Tanaman obat2. Rempah-rempah3. Zat organik4. Biji-bijian5. Industri obat6. Sayur mayur
Pertimbangan menggunakan Ekstraksi :1. Tidak mungkin dilakukan dengan destilasi.2. Bahan sensitif terhadap panas.3. Bahan bersifat nonfolatil ( tidak menguap ).
Penerapan Ektraksi di Industri :1. Bahan KimiaContoh : pengolahan air, pencucian asam basa2. Bahan farmasi, untuk membuat antibiotik, vitamin, dan senyawa polar
3. Bahan makananContoh : Asam Laktat dan Flavour4. Refining, untuk oli dan aromatik
Alat-alat ekstraksi skala Laboratorium1. Corong pisah, untuk ekstraksi cair-cair2. Soklet, untuk ekstraksi padat-cair
Alat ekstraksi skala industri- Ekstraksi cair-cair1. Ekstraksi semprot2. Menara piring pervorasi3. Menara aduk- Ekstraksi padat-cair1. Ekstraktor hamparan padat stationer
Posts RSS Comments RSS
Wednesday, May 15, 2013
Home obat
o obat farmasi o obat tradisional o obat-obatan lainnya
sediaan farmasi o sediaan farmasi o Link-Name-2b o Link-Name-2c
o Link-Name-2d macam penyakit
o macam penyakit o Link-Name-3b o Link-Name-3c
Link-Name-4 PC Games-5
o List Game o Link-Name-5b o Link-Name-5c o Link-Name-5d
Link-Name-6 o Link-Name-6a o Link-Name-6b
Link-Name-7 Kata Hati
Home Link-Name-1 Link-Name-2 Link-Name-3 Link-Name-4 Link-Name-5 Link-Name-6 Link-Name-7 Link-Name-8 Link-Name-9
it.s me
kan selalu menatap hatimu beibz.... my facebook
Pengunjung
262625
Categories
agama (20) alat kesehatan (11) anak-anak (2) baby (1) bayi (1) berita kesehatan (8) biologi (16) cerita lucu (14) diet sehat (8) etika (1) farmakognosi (20) farmakologi (33) hidup sehat (12) hukum farmasi (10) keperawatan (40) kesehatan (41) kimia farmasi (27) makanan (3) mikrobiologi (25) obat (35) obat tradisional (32) pediatric (1) Pengetahuan (51) penyakit (58) penyedap masakan (2) psikologis (27) rempah (9) sediaan farmasi (41) seks (13) sex (12) sosial (81) umum (84) zat kimia berbahaya (20)
hihihi...
BUDAYAKAN DAN BIASAKAN KOMENT... Yah Setelah Membaca, !!!.,.,...^_^...
Browse: Home > 2011 > February > Metode Ekstraksi
Rabu, 09 Februari 2011
Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengan
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam
keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang
akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat
digunakan pelarut yang cocok.
Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam
simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga
bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan
zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil
diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam
sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara
sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam
dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya
dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator.
Kelebihan cara maserasi :
• Alat dan cara yang digunakan sederhana
• Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.
Kelemahan cara maserasi :
• Banyak pelarut yang terpakai
• Waktu yang dibutuhkan cukup lama
2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara
lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik
seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan
pada suhu 30oC – 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari
dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat
pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.
4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia
dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya,
panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90oC sambil
sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan
6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada
cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk simplisia
dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah
penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang
relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang
tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau mempunyai
titik didih yang rendah.
Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut :
Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat
ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu
destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut
dalam labu didih menguap dan mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong
sampel sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler), pelarut
beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa kapiler.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan terjadi
berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai dengan
pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi
yang cocok).
Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu :
1.Proses ekstraksi simplisia sempurna.
2.Pelarut yang digunakan sedikit.
3.Proses isolasi lebih cepat.
Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu :
1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan tumbuhan yang
peka terhadap suhu.
2.Memerlukan energi listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990.
Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Penerbit UI press, Jakarta, 1989.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta, 1995.
Related Posts
Awas! Alkohol Bukan untuk Luka Kunyah Lebih Lama Agar Tubuh Langsing PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS) Menopause sokletasi
Label: alat kesehatan, kimia farmasi, sediaan farmasi, umum
0 Comments:
Poskan Komentar
confused.....???
bagi tmen2 yang masih kurang mengerti atau mau sharing silahkan d.coment aja langsung ya....atau kirim email ajah ke [email protected] lagi..maen kefacebook aQ..thx b.4..hehehehehe..^_^.,
Sin_Chronos http://www.facebook.com/profile.php?id=1714912845
Lihat profil lengkapku
Follow by Email
hihihi
Arsip Blog
► 2012 (1)
▼ 2011 (80) o ► Desember (2) o ► November (2) o ► Oktober (6) o ► September (19) o ► Agustus (3) o ► Juni (10) o ► April (1) o ► Maret (24) o ▼ Februari (9)
Obat Bebas Terbatas Obat bebas sokletasi Metode Ekstraksi Destilasi Batu didih rodamin B
PERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE
Terong pipit/ Rimbang o ► Januari (4)
► 2010 (154)
home
belajar ===>>>
bobo' ah ===>>>
dreamland... ???
my data farmasi Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha
2
JENIS-JENIS EKSTRAKSI
JENIS-JENIS EKSTRAKSI
A. PENGERTIAN EKSTRAKSI
Proses ekstraksi (Pemisahan) itu sendiri dibagi menjadi bermacam-macam menurut
asal dan bahan yang akan dipisah. Secara garis besar, ada dua macam pemisahan.
1. Ekstraksi padat-cair(leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
2. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan menggunakan
cairan sebagai bahan pelarutnya.
Tahap-tahap ekstraksi
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak. Dalam
hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi
dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan
dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung diolah
lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut;
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami
oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan
yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan
mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses
ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam
pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi
yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya,
dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari
rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering
juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu
misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam
bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan
yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat
dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila
beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika
pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas
penguapan yang rendah).
7. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus
- murah
- tersedia dalam jumlah besar
- tidak beracun
- tidak dapat terbakar
- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
- tidak korosif
- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
- memilliki viskositas yang rendah
- stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap
proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon
jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol,
etanol.
B. EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)
Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut. Proses ini
dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan
padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi, seperti pigmen.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang
larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel. Jika zat terlarut
menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaan akan pertama kali larut
terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum
mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi
menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
1. Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut meresap masuk.
2. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar.
3. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.
Perpindahan massa pada operasi leaching
Laju perpindahan massa di dalam rongga-rongga partikel sukar untuk diketahui
karena sulitnya menentukan bentuk dari lorong tempat perpindahan terjadi. Tetapi masih
mungkin dilakukan untuk menentukan laju perpindahan secara pendekatan dari partikel zat
pelarut.
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan
dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala
besar terutama dibidang, industri bahan alami dan makanan, misalnya untuk memperoleh
bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk keperluan farmasi
gula dari umbi
minyak dari biji-bijian
kopi dari biji kopi
Alat-alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu berikut ini biasanya merupakan bagian
dari suatu instalasi lengkap, yang misalnya terdiri atas.
Alat untuk pengolahan awal (pengecilan ukuran, pengeringan) bahan ekstraksi.
ekstraktor yang sebenarnyaperlengkapan untuk memisahkan (dengan penjernihan atau
penyaringan) larutan ekstrak dari rafinat (seringkali menyatu dengan ekstraktor)
peralatan untuk mengisolasi ekstrak atau meningkatkan konsentrasi larutan ekstrak dan
memperoleh kembali pelarut (dengan cara penguapan).
1. Ekstraktor padat-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali
dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap
kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam
sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu ekonomis,
digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi
tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan, ekstraktor
lain tidak mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenarnya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di
dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan di atas pelat ayak horisontal. Dengan
bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk
(diatas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan. Pencampuran seringkali dapat disempurnakan
atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacam
ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang lebih
ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan
ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada
setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.
Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi
campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. dengan operasi ini pemakaian
pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke
sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut disitu, mengembunkan dalam sebuah kondenser
dan segera mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi.
Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus-menerus meningkat. dengan metode
ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat
perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.
Kerugiaanya adalah pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terus-
menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung
sebagai pengganti ketel destilasi. dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan kedalam alat
penguap vakum (misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk
kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali kedalam ekstraktor
dalam keadaan dingin.
2. Ekstraktor padat-cair kontinu
Cara kerja ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri,
tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik
penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh karena itu dapat diperoleh output yang
lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk
peralatannya besar, ekstraktor semacam itu kebanyakan hanya digunakan untuk bahan
ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari
beraneka ragam konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel
extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).
2.1 Ekstraktor keranjang
Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar = rotary extractor), bahan ekstraksi terus-
menerus dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk jaring (sektor) dari sebuah rotor yang
berputar lambat mengelilingi poros vertikal, Bagian bawah sel-sel ditutup oleh sebuah pelat
ayak. Selama satu putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut atau
larutan ekstrak yang konsentrasinya meningkat, Pelarut atau larutan tersebut dipompa dari sel
ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya bahan dikeluarkan dan keseluruhan
proses ini berlangsung secara otomatik.
2.2 Ekstraktor sabuk
Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpankan secara kontinu di atas sabuk ayak
yang melingkar. di sepanjang sabuk bahan dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak dengan
konsentrasi yang meningkat dan arah aliran berlawanan. Setelah itu bahan dikeluarkan dari
ekstraktor.
C. EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemindahan suatu komponen campuran cairan dari
suatu larutan ke cairan yang lain (yaitu pelarutnya). Pada suatu campuran dua cairan yang
saling larut, salah satu adalah sebagai zat terlarut (solute), dan yang lain adalah sebagai zat
pembawanya (diluent). Jika suatu campuran dimurnikan dengan bantuan cairan ketiga, yang
disebut dengan zat pelarut (solvent) dan zat pelarutnya tidak mudah larut atau larut sebagian,
maka akan terbentuk dua fase lapisan. Kejadian ini menunjukkan bahwa zat pelarut larut
bagian dengan zat pembawa atau dengan kedua zat pembawa dan zat terlarutnya pada
temperatur tersebut. Lapisan yang kaya-zat pelarut disebut dengan fase ekstrak, dan lapisan
yang lain disebut dengan fase rafinat. Setelah kondidi kesetimbangan dicapai, pada analisis
akan didapatkan bahwa fase ekstrak terdiri dari zat pelarut yang jenuh dengan acuan terhadap
kedua zat terlarut dan zat pembawanya, dan fase rafinat akan terdiri atas zat
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi).
Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut ( atau hanya
dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan massa yang baik –yang berarti
performansi ekstraksi yang besar- haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas
mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi
tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini
tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi
atau sukar sekali dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini
berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang
batas.
Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu
kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup
besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan pembentukan fasa homogen ikut
menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam
hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa didalam alat semakin luas.
Sama halnya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu
yang akan dibahas berikut ini eringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap.
Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone
pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan dibelakangnya
(misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan
larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.
Penggunaan ekstraksi cair-cair
Ekstraksi, jika dibandingkan dengan distilasi, mempunyai banyak keuntungan, mengingat:
1. Distilasi membutuhkan panas yang besar, misalnya pada larutan dengan relative volatility
sangat dekat.
2. Pemisahan pada proses distilasi akan mengalami kesulitan untuk komponen-komponen
azeotrop.
3. Komponen-komponen di dalam larutan dapat rusak dalam proses pemanasan.
4. Jika komponen yamg akan dipisahkan mempunyai perbedaan sifat fisika yang kecil
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ektraksi dpakai jika proses distilasi
dianggap kurang praktis atau terlalu mahal biaya operasionalnya, atau jika distilasi tidak
mampu untuk memisahkannya. Ekstraksi akan lebih praktis dibanding distilasi jika relative
volatility (kemampuan mudah berubahnya cairan ke bentuk gas) kedua komponen sangat
dekat yaitu antara 1,0 dan 1,2, selain itu, ekstraksi cair-cair mungkin lebih ekonomis daripada
distilasi atau steam stripping pada pengolahan limbah cair, jika relative volatility dari larutan
terhadap air kurang dari 4.
Pada kasus lain, komponen-komponen yang akan dipisahkan mungkin sangat sensitif
terhadap panas, seperti antibiotik, atau relative non-volatile, seperti garam-garam mineral,
dan ekstraksi cair-cair akan memberikan biaya operasional yang minim untuk pemisahan.
Bagaimanapun juga penggunaan distilasi harus dievaluasi secara lebih teliti sebelum
memastikan untuk menggunakan ekstraksi cair-cair. Gambar dibawah menunjukkan
perbedaan antara proses distilasi dan proses ekstraksi.
Proses ektraksi biasanya menyangkut: a)ekstraksi cair-cair, b) mendapatkan pelarut
kembali,c) raffinate desollventizing (penghilangan/pengambilan pelarut pada rafinat)
Sebuah contoh proses ekstraksi cair-cair dengan biaya yang ekonomis adalah mendapatkan
asam asetat dari air dengan menggunakan etil eter atau etil asetat. Pelarut didapatkan kembali
dengan distilasi dan rafinat dimurnikan dari pelarutnya dengan distilasi uap. Dalam beberapa
hal pelarut yang dipakai mempunyai titi didih yang lebih tinggi daripada larutan.
1. Ekstraktor cair-cair tak kontinu
o Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair dicampur berulangkali dengan
pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar dibagian
bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
(pengaruh gaya berat).
o Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan adalah
tangki yang bagian bawahya runcing ( yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur
bawah, maupun kaca intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk mengolah bahan
dalam jumlah kecil, atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk pemisahan yang
dapat dipercaya antara fasa berat dari fasa ringan, sedikit-dikitnya diperlukan sebuah kaca
intip pada saluran keluar dibagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar
fasa seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantaraan alat ukur konduktivitas).
Secara optik (dengan bantuan detecktor cahaya batas) atau secara mekanik (dengan
pelampung atau benda apung). peralatan ini mudah digabungkan dengan komponen
pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akan menghentikan aliran keluar dan atau
memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu. Agar fasa
ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk ke dalam saluran
pembuangan air, pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak
penampung (bak penyangga) di belakang ekstraktor.
2 Ekstraktor cair-cair kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karena
tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan
bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang-kali dicampur dengan pelarut atau
larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap kali
kedua fasa dipisahkan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus-menerus
diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu.
Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi, di samping
itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer-settler). Alat-alat ini terutama
digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar,
atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus-menerus.
2.1 kolom ekstraksi
Serupa seperti yang telah dikenal pada kolom rektifikasi atau sorpsi, dalam sebuah
kolom ekstraksi vertikal bahan ekstraksi cair dan pelarut saling dikontakkan dengan arah
aliran yang berlawanan. Dengan bantuan pompa, cairan yang lebih ringan dimasukkan dari
bagian bawah, dan cairan yang lebih berat dari bagian atas kolom secara terus-menerus.
Didalam kolom berulangkali terjadi proses yang sama, yaitu pencampuran yang
intensif antara kedua cairan agar terjadi perpindahan massa. Peristiwa itu sedapat mungkin
diikuti dengan pemisahan yang sempurna dari kedua fasa. Namun didalam kolom, proses ini
dan tahap ekstraksi seringkali tidak lagi dapat dibedakan.
Bidang batas antara fasa berat dan fasa ringan terdapat pada ujung atas atau ujung bawah
kolom (diketahui melalui percobaan). kedudukannya dipertahankan konstan oleh sebuah
pengatur tinggi permukaan, yang mengendalikan pembuangan fasa berat.
2.1.1 Kolom semprot (spray column)
Pada kolom semprot, fasa ringan hanya didistribusikan satu kali oleh suatu
perlengkapan pendistribusi (alat penyemprot) yang berada di ujung bawah kolom. Tetes-tetes
yang terbentuk bergelembung menerobos fasa berat dan berkumpul menjadi satu pada ujung
atas kolom.
2.1.2 Kolom pelat ayak (reciprocating plate column)
Dalam kolom pelat ayak, fasa ringan yang berkumpul dibawah setiap pelat ayak
didorong ke atas oleh fasa berat melalui lubang-lubang pelat dan pada saat yang sama
terpecah menjadi tetes-tets. Fasa berat akan mengalir melalui pipa penyaur ke pelat
dibawahnya.
2.1.3 Kolom benda pengisi (packed column)
Konstruksi kolom benda pengisi sama dengan kolom-kolom untuk rektifikasi. Untuk
menghasilkan perpindahan massa yang baik, salah satu dari kedua fasa harus dapat
membasahi benda pengisi dengan baik.
2.1.4 Kolom denyut (pulsating column)
Kolom denyut adalah kolom pelat ayak dan kolom benda pengisi, yang seluruh
cairannya dibuat berosilasi terus-menerus dengan bantuan pompa torak atau pompa
membran. pompa ini dihubungkan melalui dinding dibagian bawah kolom. Sebagai efek
denyut, fasa rinagan terdesak melalui lubang-lubang pelat ayak pada saat torak bergerak maju
sehingga fasa ini terdistribusi dengan baik. Pada saat torak bergerak mundur, fasa berat
dihisap ke bawah melalui lubang-lubang tersebut. Oleh karena itu, dibandingkan dengan
kolom pelat ayak sederhana, kolom denyut memungkinkan perpindahan masaa yang lebih
baik. Cara kerja yang serupa juga dimiliki oleh kolom getar. Dalam kolom ini bukan cairan
yang digerak-gerakan, melainkan pelat ayak yang digantungkan pada sebuah batang yang
berosilasi.
2.1.5 Kolom rotasi (rotary column)
Pada kolom rotasi (kolom cakram putar) di sepanjang kolom terdapat perkakas
pengaduk yang mirip cakram. Cakram ini terpasang pada sebuah poros vertikal didalam
kolom. kedua cairan yang mengalir dalam arah berlawanan secara silih berganti masuk ke
ruang-ruang pencampur (disini kedua cairan tersebut saling dicampurkan oleh cakram-
cakram yang berputar) dan ruang-ruang pemisahan (disini cairan-cairan dipisahkan kembali).
Daerah pencampuran dan daerah pemisahan dalam arah vertikal dibatasi oleh lempeng-
lempeng pemisah atau cakram-cakram pembendung.
Pemisahan fasa yang lebih baik yang berarti pencampuran balik yang lebih kecil,
dapat dicapai dengan pemasangan lempeng-lempeng pembelok (baffle) dan paking-paing
anyaman kawat didalamnya (untuk aglomerasi tetesan), yaitu di antara daerah pencampur
yang terletak disebelah dalam dan daerah pemisahan yang berada disebelah luar.
2.2 Perangkat Pencampur-Pemisah
Dengan bantuan pompa, bahan ekstraksi cair dan pelarut dialirkan dengan arah
berlawanan ke dalam ekstraktor yang terdiri atas tangki-tangki pengaduk dan pemisah yang
dihubungkan secara seri. Perangkat ini kebanyakan hanya sesuai untuk bahan ekstraksi yang
tidak cendrung membentuk emulsi dan mempunyai kerapatan yang sangat berbeda dari
pelarutnya.
2.3 Ekstraktor sentrifugal
Ekstraktor sentrifugal ini memanfaatkan gaya sentrifugal untuk pemisahan fasa. hal
ini akan menguntungkan bila pelarut, walaupun memiliki selektivitas yang tinggi, hanya
mempunyai perbedaan kerapatan yang sangat kecil dengan bahan ekstraksi.
ekstraksi cair-cair.. ayo gabung di blogku,, banyak ilmu dan hal menarik..
BAB I
PENDAHULUAN
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. .(anonim, 2011).
Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan komponen dari suatu
campuran cair dengan cara pengontakkan dengan cairan lain. (anonim, 2011).
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak
saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah
pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam
fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada
pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah
diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke
dalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom Disamping
itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam
sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk
deteksi atau kuantifikasinya. .(anonim, 2011).
Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi
terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan
kimia yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya
dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan atau
menghilangkan pengganggu.(anonim, 2011).
Adapun maksud percobaannya yaitu untuk mengetahuiu dan memahami
pemisahan campuran efedrin-phenobrbital secara ekstraksi cair-cair.
Tujuan percobaannya yaitu Untuk mengetahui dan menentukan koefisien
partisi (Kp) fefdrin dan phenobarbital serta % kadar efedrin yang larut dalam eter
secara ekstraksi cair-cair.
Sedangkan prinsip percobaannya yaitu Berdasarkan nilai koefisien partisi
(Kp) dan perbandingan campuran dari fase air dan fase eter yang ditambahkan
dengan indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,1 N serta diamati perubahan warna
yang terjadi.
laboratorium kimia farmasi
fakultas farmasi
universitas indonesia timur makassar
LAPORAN LENGKAP
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
D
I
S
U
S
U
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Pada ekstraksi cair – cair, komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Pelarut digunakan secara teknis dalam skala
besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibotika, bahan-bahan penyedap,
produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Prose ini pun digunakan untuk
membersihkan air limbah dan larutan hasil ekstraksi padat dan cair. (anonim, 2011).
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan
cara destilasi tidak mungkin dilakukan, (misalnya karena pembentukan aseotrof atau
karena kepekaan terhadap panas) atau tidak ekonomis seperti ekstraksi padat cair,
ekstrasi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif, bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sempuran mungkin. (anonim, 2011).
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cair-cair merupakan
suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan
suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur
dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut
kedua itu. Perpisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Ekstraksi cair-cair sangat berguna
untuk memisahkan analitik yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan
partisi sampel seperti sampel antara dua pelarut yang tidask saling bercampur.
Salah satu fasenya berupa air dan fase lainya adalah pelarut organik. Selain
itu,ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang ada dalam
sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk
deteksi atau kuanntifikasinya.
Secara umum terdapat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :
1. Senyawa kimia yang diketahui identifikasinya untuk diekstraksi dari organisme.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu misalnya
alkaloid, meskipun struktur kimia sebenarnya dari senyawa ini bahkan keberadaanya
belum diiketahui.
3. Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat dengan
cara, tradisional Chinese medicine seringkali membutuhkan herba yang didihkan
dalam air dan dekuk dalam air diberikan untuk sebagai obat.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun.(anonim, 2011).
Suatu campuran ephedrine (sebagai garam hidroklorida atau sulfat) dan
asam barbiturate merupakan kombinasi obat yang umum digunakan. Ekstrak eter
masing-masing dapat ditentukan kadarnya menggunakan cara penetapan yang
paling mudah dan sesuai untuk masing-masing zat yang telah dipisahkan. Disini
perlu ditetapkan terlebih dahulu koefisien partisi masing-masing zat untuk
menentukan jumlah penyari. (tim dosen, 2011).
B. URAIAN BAHAN
1. Eter (FI Edisi III : 66)
Nama Resmi : AETHER ANASTHETICUS
Nama Lain : Eter anastesi, efoksierana
RM : C4H10O
BM : 74,12
Pemerian : Cairan transparan,tidak berwarna, bau khas, rasa
Manis atau membakar,sangat mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol (95%) P dengan kloroform P,
minyak lemak, dan minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Anastesi umum.
2. Aquadest (FI Edisi III hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
RM : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau.
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan, pelarut
3. Asam Klorida (FI Edisi III hal : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
RM : HCl
BM : 36,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, berasap
dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan
4. Efedrin HCl (FI Edisi III hal : 236)
Nama Resmi : EPHEDRIN HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Efedrin HCl, Efedrina hidroksida
RM : C10H15No, HCl
BM : 201,70
Pemerian : hablur putih, tidak berbau, rasa pahit 14 bagian
Etanol (95%) P praktis tidak larut dalam eter P.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih
Kurang dari 14 bagian Etanol (95%) P praktis tidak
Larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Simpatometikum
5. Indikator PP (FI Edisi III hal : 675)
Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP
RM : C20H14O4
BM : 318,33
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah,
tidak bberbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan,indicator
6. Natrium hidroksida (FI Edisi III hal : 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
RM : NaOH
BM : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran massa hablur kering,keping,
keras, rapuh, dan menunjukan susunan hablur
putih.
7. Natrium Klorida (FI Edisi III hal : )
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM : NaCl
BM : 58,44
Pemerian : hablur heksahedral tidakk berwarna, serbuk putih
Tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 28 bagian air dan dalam 2,7 bagian air
Mendidih dan lebih kurang 10 bagian gliserol P,
Sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P :Sumber ion klorida dan ion natrium.
8. Phenobarbital (FI Edisi III hal : 481)
Nama Resmi : PHENOBARBITALUM
Nama Lain : Phenobarbital
RM : C12H12N2O3
BM : 232,24
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa
Agak pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali
hidroksida, dan dalam larutan alkali karbonat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Hipnotikum,sedativum.
9. Etanol (FI Edisi III hal : 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
RM : C2H6O
BM : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.
Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
a. Batang pengaduk
b. Buret 50 ml
c. Corong pisah
d. Corong gelas
e. Erlenmeyer
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur
h. Sendok tanduk
i. Pipet tetes
j. Statif dan klem
k. Timbangan analitik
2. Bahan yang digunakan
a. Aquadest
b. Asam klorida
c. Eter
d. Ephedrine HCl
e. Phenobarbitalum
f. Indicator pp
g. Kertas perkamen
h. Natrium hidroklorida (NaOH) 0,1 N
i. Natrium klorida
B. CARA KERJA
1. Pembuatan fase air
a. Diukur 100 ml aquadest ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N 20g, dimasukkan kedalam
corong pisah kemudian ditambahkan 150 ml eter, dikocok hingga homogeny sampai
terbentuk 2 fase, yaitu fase air ddan fase eter.
b. Dipisahakan antara fase air dan fase eter, fase air diambil sedangkan fase air di
buang.
2. Penentuan fase eter dalam menarik ephedrine
a. Ditimbang ephedrin sebanyak 200 mg, dimasukkan kedalam Erlenmeyer
b. Diambil fase air pada fase I sebanyak 50 ml, di masukkan kedalam Erlenmeyer dan
dikocok, kemudian dimasukkan dalam corong pisah.
c. Diukur 50 ml eter dimasukkan kedalam corong pisah dan dikocok perlahan sambil
dikentutkan. Didiamkan hingga fase air dan fase eter terpisah.
d. Fase air diambil dan diuapkan hingga kering, sedangkan fase air dibuang. Fase eter
yang telah dikeringkan ditambahkan 15ml aquadest dan indicator PP lalu dititrasi
dengan HCl dan diamati perubahan warna.
e. Dicatat volume titrasi dan dihitung nilai kp dan % kadar.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan
Berat ephedrine HCL Volume titrasiPerubahan warna
200 mg 7,9 mlPink-bening
2. Perhitungan
Dik:
N. NaCl : 0,1 N
BE HCl : 36,5
V. titrasi : 7,9
Co : 200 mg
Penyelesaian:
C2 : N. Vt. BE
: 0,1. 7,9. 36,5
: 28,83 mg
C1 : C0-C2
: 200-28,83
: 171,17
Kp :
:
: 0.168
%K : 0,168x100%
: 16,8%
3. Reaksi-reaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
HCl + NaCl + H2O NaOH + Cl + H
BAB V
PEMBAHASAN
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi dengan sampel antara 2 pelarut
yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase lain
berupa pelarut organic.
Dalam percobaan ini digunakan sampel ephedrine HCl, percobaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuuan eter menarik ephedrin HCl
dalam fase air. Dengan melakukan pemisahan fase air dan fase eter dalam corong
pisah, maka fase air akan berada dibawah dan fase eter dibagian atas. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan berat jenis antara air dan eter. Berat jenis air lebih besar
yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan berat jenis eter 0,713-0,716 g/ml.
Dari percobaan dapat diketahui nilai koefisien partisi pada ephedrin HCl
yang dilakukan melalui pencampuran ephedrin HCl kedalam fase air dan eter,
ephedrin yang digunakan sebanyayk 200 mg. yang kemudian diendapkan sampai
terjadi pemisahan yang sempurnah. Endapan yang diperoleh dari hasil pengusapan,
residunya ditambahn indicator PP dan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 sebelumny
ditambahkan 15 ml fase air. Dikocok hingga homogen hingga terjadi pemisahan lalu
diuap. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari pink ke bening.
Adapaun volume titrasi yang diperoleh adalah 7,9 ml, sehingga diperoleh koefisien
partisi ephedrin HCl yaitu 0,168 dan % kadar yaitu 1,68%.
Adapun factor-faktor yang mungkin terjadi pada saat praktikum antara
lain:
1. Alat dan bahan yang digunakan telah terkontaminasi dengan zat lain
2. Bahan yang akan atau yang harus digunakan tidak sesuai dengan bahan yang
digunakan pada saat praktikum
3. Kesalahan pada saat penimbangan dan pengukuran bahan
4. Ketidaktelitian pada saat melihat volume titrasi
Fungsi penambahan sampel dalam ekstraksi cair-cair yaitu:
1. Naoh memberi suasana basa
2. Eter untuk mempermudah kelarutan dalam larutan
3. Indicator PP sebagai zat tambah
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien partisi ephedrin HCl yang diperoleh dari berat ephedrine 200 mg dengan
volume titrasi 22 ml dan 0,168
2. % kadar ephedrine HCl adalah 1.68
3. Eter sukar menarik ephedrin HCl dari air karena Ephedrin HCl praktis tidak larut
dalam air.
4. Berat jenis air lebih besar yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan eter 0,713-0,716 g/ml.
B. Saran
Kami sebagai praktikan mengahrapkan agar alat dan bahan dalam laboratorium
lebih diperlengkap dan juga dibersihkan demi kelancaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, ”Farmakope Indonesia edisi III”, Depkes RI: Jakarta
Anonim, 2011, “ekstraksi cair cair”, (http://medicafarma.blogspot.com/2008/
11/ekstraksi.html), diakses 2 januari 2012.
Anonim, 2011, “ekstraksi cair cair” (http://lansida.blogsppot.com/2010/08/
ekstraksi-cair-cair.html ), diakses 2 januari 2012.
Anonim, 2011, “ekstraksi cair-cair” (http://www.chem-is-try-org/materi- kim
ia/kimia-industri/teknologi- proses/ekstraksi.cair ), diakses 2 januari
2012.
Tim dosen, 2011,”penuntun praktikum analisis instrument Farmasi :
Universitas Indonesia Timur.
Ekstraksi Lengkap dg Jenisnya
EKSTRAKSI CAIR-CAIR1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairandengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebihkomponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda darikomponen-komponen dalam campuran. Contoh ekstraksi : pelarutan komponenkomponenkopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar ataudigiling.Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lainmenggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satufase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksiberulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal inidigunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet. Metode sokshlet merupakan metodeekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara kontinu. Alatnya dinamakansokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecilbahan Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya6. Ekstraktor: Alat ekstraksi7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi daribahan ekstraksi yang cair
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh(ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam pelarut.Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak.Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutanekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadibesar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal.Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang harus ditempuhpada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin rendah tahanannya. Padaekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika kapiler-kapiler bahan padat semakinhalus dan jika ekstrak semakin terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-bahanalami).Ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu:1) Ekstraksi padat-cairPada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkandari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika bahanekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalambahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggiterbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadikesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar bahanpadat.Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi ataukecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, yaitu:a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padatdan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluasmungkin.b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alirbahan ekstraksi.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebihbesar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.2) Ekstraksi cair-cairPada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campurandipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bilapemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnyakarena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidakekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri darisedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi denganpelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Pada makalah iniakan dijelaskan lebih lanjut mengenai ekstraksi cair-cair.2. Ektraksi Cair – CairEkstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairanpembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalahheterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fasediluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalamsuatu fasadengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinyapelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving force) yangmenyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapatditentukan dengan mengukur jarak systemdari kondisi setimbang.Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.(a)(b)Gambar 1. (a)Proses ekstraksi cair-cair dan (b) aplikasi ekstraksi cair-cair.Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur berulangkalidengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar dibagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan carapenjernihan (pengaruh gaya berat).Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pernisahanadalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi dengan perkakaspengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar pada seluruhketinggiannya).Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk mengolah bahandalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk PemisahanYang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya diperlukansebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki ekstraksi.Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik (denganperantara alat ukur konduktivitas),secara optik (dengan bantuan detektor cahaya 289hatas) atau secara mckanik (dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudahdigabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akanmenghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebutmelampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarutorganik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapatdilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga) dibelakang ekstraktor.Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkandengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besarmisalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produkminyak bumi dan garam-garam. logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkanair limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan(misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atautidak ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi caircairselalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahanekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarutyang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi).Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atauhanyadalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yangseluasmungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikanmenjaditetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu sajapendistribusian initidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknyaemulsi yang tidak dapat lagiatau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampurtidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerakpada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapatmungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telahterdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen danberdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yanglain. Kecepatan pembentukan fasa homogen yang diikuti dengan menentukanoutput sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal inisemakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInyaseperti pada ekstraksi padat-cair,alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahasberikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebutbiasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran danpemisahan) dan sebuah peralatan yangdihubungkan di belakangnya (misalnya alatpenguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrakdan mengambil kembali pelarut.Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain:(1) Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipunpadakondisi vakum(2) Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan(3) Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama.Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harusmemenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali.3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.6. tidak merusak alat secara korosi.7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.Berdasarkan sifat diluen dan solven, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem :a. immiscible extraction, solven (S) dan diluen (D) tidak saling larut.b. partially miscible, solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan sebaliknya ,meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat fasediluen dan fase solven.Skema sistem itu :Gambar 2. Skema sistem ekstraksi.Suatu unit ekstraksi, selalu diikuti unit pemungutan solven agar dapat digunakan kembali
( solvent recovery unit), seperti gambar di bawah ini:Gambar 3. Skema unit ekstraksi yang diikuti unit pemungutan solven.Ditinjau dari cara kontak kedua fase, maka ekstraktor dibagi menjadi 2 yaitu:1. Kontak kontinyu ( continuous contactor) seperti Rotary Disc Contactor, Packed bedextractor, spray tower.2. Kontak bertingkat ( stage wise contactor) seperti menara plat/tray, mixer-settler.(a) (b) (c) (d)(e)Gambar 4. (a)(b) Spray tower, (c)(d) Baffle-plate coloumn, dan (e) Sieve tray extractor.Menara kontak kontinyu sering disebut menara transfer massa, sedangkan menaraplatsering disebut menara stage keseimbangan. Oleh karena itu, pada menara kontakkontinyuharus diperhatikan kecepatan perpindahan massa solut dari fase pembawa ke fasepelarut.Tujuan perancangan alat ekstraksi dengan kontak bertingkat adalah menentukan jumlahstage seimbang/ideal/teoritis yang dibutuhkan.Jumlah stage sesungguhnya merupakanrasio stage ideal dengan efisiensi alatnya.Di dalam menganalisis alat ekstraksi, seseorang harus mengetahui dan menentukan :1. kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida umpan,komposisi.2. banyak solut yang harus dipisahkan,3. jenis solven yang akan digunakan,4. suhu dan tekanan alat,5. kecepatan arus solven minimum dan kecepatan arus solven operasi,6. Diameter menara,7. Jenis alat kontak,8. Jumlah stage ideal, aktual, dan tinggi menara,9. Pengaruh panas.Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah:(1) Selektifitas (factor pemisahan = β)β = fraksi massa solut dalam ekstrak/fraksimassa diluant dalam ekstrakfraksi massa solut dalam rafinat/fraksimassa diluent dalam rafinatAgar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu. Jikanilai β =1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.(2) Koefisien distribusiK = konsentrasi solut dalam fasa ekstrak, Ykonsentrasi solut dalam fasa rafinat, XSebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solventyangdibutuhkan lebih sedikit.(3) Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehinggadiharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut cukup tinggi.(4) DensitasPerbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudahterpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi danmempengaruhi laju perpindahan massa.(5) Tegangan antar muka (interfasia tension)Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebihmudahnamun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebihdipentingkansehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar muka yangbesar.
(6) Chemical reactivityPelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponendalamsystem dan material (bahan konstruksi).(7) Viskositastekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan danpenyimpanan.(8) Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.Koefisien distribusiPada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk system tri kloro etilenasamasetat-air, dan menunjukkan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Padacampuran ketigazat ini dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Padakonsentrasi rendah, koefisiendistribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y = K.XY = konsentrasi solute dalam fasa ekstrakX = konsentrasi solute dalam fasa rafinatK = koefisien distribusiNeraca massa dan koefisian perpindahan massaPada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan neraca massa padakolomekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan variasinya terhadap lajualir dengan fasa air sebagai media kontinu. Symbol dan rumus-rumus yang digunakandalam perhitungan ditunjukkan sebagai berikut. Untuk system tri kloro etilen-air-asamasetat,Vw = Laju alir air (L/s)Vo = Laju alir TCE (L/s)X = konsentrasi asam asetat dalam fasa organic (kg/L)Y = konsentrasi asam asetat dalam fasa air (kg/L)Indeks 1: pada puncak kolomIndeks 2: pada dasar kolom1.Neraca MassaAsam asetat yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat) = Vo(X1-X2)Asam asetat yang terekstraksi dari fasa air (ekstrak) = Vw(Y1-0)Maka: Vo(X1-X2) = Vw(Y1-0)2.Efisiensi EkstraksiKoef mass transfer = laju perpindahan massa/(volume packing X gaya dorong rata-rata)Log rata-rata gaya dorong = (ΔX1 – ΔX2)/ ln (ΔX1/ΔX2)ΔX1: gaya dorong pada puncak kolom = X2 – 0ΔX2: gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*X1*: konsentrasi asam di dalam fasa organic yang berkesetimbangan dengan konsentrasiY1 di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini didapatkan dari kurva koefisiendistribusiAda tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik hasil dalamekstraksi cair-cair yaitu (Martunus dkk., 2006; Martunus & Helwani, 2004; 2005; 2006):1. Perbandingan pelarut-umpan (S/F).Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan hasil ekstraksitetapi harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar proses ekstraksi menjadilebih ekonomis.2. Waktu ekstraksi.Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut dengan waktuekstraksi yang lebih cepat.3. Kecepatan pengadukan.Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang memberikan
hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum, sehinggakonsumsi energy menjadi minimum.Ekstraktor cair-cair kontinuOperasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karenatidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkandengan bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali dicampur denganpelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasameningkat.Setiap kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarutterus menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrakdikeluarkan secara kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolomekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer settler).Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalamkuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnyasecara terus menerus.Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut organik(koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa dengankoefisien campuran rendah antara pelarut organik dan air biasanya memerlukan pelarutorganik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang besar ini bisa diatasidengan ekstraksi kontinyu dimana hanya relative kecil volume pelarut yang dibutuhkan(vogel, 1989 : 156). Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu, pelarutnya dapat didaur ulangmenjadi campuran yang mengandung air sehingga penyusunnya dapat diekstraksi denganpelarut lain. (Ralph J. Fessenden, 1993 : 84).Gambar 5. Alat ekstraksi cair-cair kontinyuGambar 5. menunjukkan alat ekstraksi kontinyu menggunakan pelarut yang lebih encer dariair (ekstraktor yang lain dapat dirancang untuk pelarut yang lebih kental dari air). Larutanyang diekstraksi ditem-patkan pada tabung panjang. Pelarut ditempatkan di labu destilasi,seperti ditunjukkan pada gambar. Ketika pelarut didestilasi, uap hasil kondensasi masuk padapipa sempit yang ada dalam dasar tabung besar.Ketika pipa sempit itu diisi pelarut,gelembung-gelembung kecil pelarut naik melalui pipa dan keluar sebagai uap air.Ekstraksi senyawa organik di atas dengan air akan keluar kembali pada botol penyulingan,dimana lebih banyak lagi pelarut yang didestilasi. Ekstraksi cair-cair kontinyu inimembutuhkan waktu beberapa jam atau beberapa hari tetapi operator bebas beraktivitasdimana ekstraksi bekerja sendiri. Ketika ekstraksi sudah lengkap, ekstraks organik kering dankomponen organik bebas dari pelarut
Semoga Bisa membantu :)Please Follow me in Twitter @Phie_Ly :D and Add my Fb Affni Tya A VhilyaDont Forget give you coment now ! Thanks :) Diposkan oleh Phie_Ly di 08.23 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Selasa, 14 Agustus 2012
Masih Ekstraksi
METODE EKSTRAKSI DAN EVAPORASI DALAM RECOVERY PRODUK
http://vhieonendz.blogspot.com/MetodeEkstraksidanContohnya
BAB I
PRNDAHULUAN
1.1 Latar belakangSeringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami)
tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena
komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap
panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali
ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang
mungkin paling ekonomis. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari
bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau
minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat
dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen
kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar
atau digiling.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian ekstraksi dan syarat bahan yang akan diekstrak
serta pelarutnya?
1.2.2 Bagaimana prinsip-prinsip ekstraksi?
1.2.3 Apakah jenis-jenis ekstraksi dan bagaimana prosesnya?
1.2.4 Apakah pengertian dan prinsip kerja evaporasi?
1.2.5 Bagaimana pelaksanaan proses evaporasi?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengertian
dan jenis-jenis sterilisasi, contoh sterilisasi secara kimia, mekanik dan
fisika, serta memahami prinsip kerja autoklaf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekstraksi dan syarat bahan yang akan diekstrak serta
pelarutnya
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun
cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material
lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi
menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran. Seringkali campuran bahan padat dan
cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat,
peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya
proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis.
Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam
pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh,
biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi
yang telah dibakar atau digiling.
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut :
a) Selektivitas
Pelarat hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya
lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan
pelarut kedua.
b) Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
c) Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
d) Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal
ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
e) Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-
hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan
garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
f) Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu
tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.
Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
2.2 Prinsip Ekstraksi
- Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali
ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
- Prinsip Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah
tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah
terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat
tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan
pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien.
- Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai
bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.
- Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah
digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini
adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
- Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap
air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak
menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap
yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan
masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri.
- Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat
menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena
adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam
labu alas bulat penampung.
2.3 Jenis-jenis ekstraksi dan prosesnya
a). Ekstraksi padat-cair
- Ekstraksi padat-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur
beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk.
Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara
penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat
yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu
ekonomis,digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor
khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat
halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak
mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak
yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan
diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut
dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat
ayak) yang dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat
disempurnakan,atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah
berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan
padat dengan partikel yang tidak terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor
yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran
pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi
campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada
setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh
ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari
ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling
sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan
konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari
pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ,
menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan
konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.
- Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang
dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga
pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam
sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat diperoleh
output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit.
Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar,ekstraktor semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam
kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka
ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang
(bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).
b) Ekstraksi cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan
secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin,
antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air
limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau
tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu
terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke
dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini,
bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam
daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes
kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
- Ekstraktor cair-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair
dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki
pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan
ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
(pengaruh gaya berat).
Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran
dan pemisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang
dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca
Intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk
mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali
dilakukan ekstraksi. Untuk Pemisahan Yang dapat dipercaya antara fasa
berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip
pada saluran keluar di bagian bawah tangki ekstraksi.
Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara
elektronik (dengan perantara alat ukur konduktivitas),secara optik
(dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau secara mckanik
(dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah
digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang
akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera
setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan
(yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk ke dalam
saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan
dengan memasang bak penampung (bak penyangga) dibelakang
ekstraktor.
- Ekstraktor cair-cair kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan
sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi
cair secara mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal ini
bahan ekstraksi berulang kali dicampur dengan pelarut atau larutan
ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa
meningkat.
Setiap kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan
ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat,
sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara
kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom
ekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah
(mixer settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi
yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila
bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus
menerus.
2.4 Pengertian dan prinsip kerja evaporasi
Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air
yang bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan
makanan cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk
mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa
menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Pengurangan
volume produk, akan mengakibatkan turunnya biaya pengangkutan.
Disamping itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan dapat
membantu pengawetan, atas dasar berkurangnya jumlah air bebas yang
dapat digunakan oleh microorganisma untuk kehidupannya. Salah satu
contoh untuk pengawetan adalah susu kental manis.
Prinsip Kerja Evaporasi ( Penguapan ) :
Prinsip kerja peralatan evaporator vakum ini berdasarkan pada
kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik
didih cairan. Pada Anhydro laboratory Vacum Evaporator, keadaan
vakum tersebut terutama dihasilkan dari pompa air yang memindahkan
uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor. Kevakuman
yang sebenarnya dalam evaporator ditentukan oleh efisiensi pompa, yang
mana hal itu tergantung pada derajat kondensi uap dalam kondensor.
Pada kondensi itu sendiri mengambil tempat (berlangsung) sesuai
dengan banyaknya semprotan air yang didinginkan ke bagian puncak
dari kondensornya. Inilah apa yang dimaksud dengan : kita bisa
mengatur suhu didih yang sebenarnya pada alat tersebut.Panas yang
dibutuhkan untuk penguapan cairan adalah berasal dari steam yang
sudah jenuh. Steam tersebut mengalami pengembunan (dikondensikan)
pada tabung, dan bersamaan dengan itu memberikan panasnya untuk
penguapan. Steam yang telah diambil panasnya itu disebut juga
kondensat, kemudian dipindahkan dari dasar calandria dan ditarik
melalui kondensor menuju pompa.
Calandria adalah tabung dimana terjadi pergerakan bahan pangan.
Bahan cair yang akan ditingkatkan konsentrasinya itu bersirkulasi terus
menerus pada alat dalam upaya untuk memperoleh
perpindahan/pergerakan yang maksimal didalam calandria. Sirkulasi
yang cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan pada
permukaan tabung, dan dengan cepat membebaskan gelembung-
gelembung uap dari bahan cair selama dalam perjalanan melalui
evaporator.
Pindah Panas Di Dalam Evaporator :
Beberapa peralatan penguapan dapat langsung dipanasi dengan api.
Api memanasi dinding ketel dan secara konduksi akan memanasi bahan
yang terletak di dalam alat penguap. Akan tetapi umumnya evaporator
mempergunakan panas tidak langsung dalam proses penguapannya.
Pindah panas didalam alat penguapan diatur oleh persamaan pindah
panas untuk pendidihan bahan cair dan dengan persamaan konveksi
serta konduksi. Panas yang dihasilkan dari sumber harus dapat mencapai
suhu yang sesuai untuk menguapkan bahan. Umumnya medium
pembawa panasnya adalah uap yang diperoleh dari boiler atau dari suatu
tahapan penguapan dalam alat penguapan lain.Perputaran bahan cair
didalam alat penguapan merupakan hal yang penting,sebab perputaran
mempengaruhi laju pindah panas dan dengan perputaran bahan yang
baik akan meningkatkan laju penguapan.
Evaporator Efek Tunggal
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya
melalui satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas
permukaan pindah panas.
Evaporator Efek Majemuk
Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat
atau lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator
efek majemuk. Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada
penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya.Tujuan
penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat panas
secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi.
Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan
yaitu dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan
untuk memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan
memadatkan kembali uap tersebut. Apabila dibandingkan antara alat
penguapan n-efek, kebutuhan uap diperkirakan 1/n kali, dan permukaan
pindah panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan untuk alat
penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan yang sama. Pada
evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu :
a. Evaporator Pengumpan Muka
b. Evaporator Pengumpan Belakang
c. Evaporator Pengumpan Sejajar
2.5 Pelaksanaan proses evaporasi
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat
yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi
biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa
campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen
komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi.
Pelaporan Proses Evaporasi : Proses evaporasi dengan skala komersial
di dalam industri kimia dilakukan dengan peralatan yang namanya
evaporator. Perlengkapan peralatan : Evaporator, kondensor, Injeksi uap,
perangkap uap, perangkap tetes Proses evaporasi didokumentasikan
dalam lembar pelaporan sesuai data : Kerja kondensor, kerja injeksi uap,
kerja perangkap uap, kerja perangkap tetes
Contoh-contoh Operasi Evaporasi dalam Industri Kimia :
-Pemekatan larutan NaOH
-Pemekatan larutan KNO3
-Pemekatan larutan NaCL
-Pemekatan larutan nira dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun
cair dengan bantuan pelarut. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Prinsip-prinsip ekstraksi antara lain prinsip maserasi,
perkolasi, soxhletasi, refluks, destilasi uap air dan rotavapor. Jenis-jenis
ekstraksi yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Evaporasi
atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang
bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan
makanan cair. Prinsip kerja peralatan evaporator vakum ini berdasarkan
pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya
titik didih cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009, EVAPORASI,
http://www.docstoc.com/docs/9319433/Evaporasi, diakses tanggal 15
Oktober 2009
Anonymous, 2009, JENIS-JENIS EKSTRAKSI, http://www.blogpribadi.
com/2009/07/jenis-jenis-ekstraksi.html, diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI,
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-
proses/ekstraksi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI CAIR,
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-
proses/ekstraksi-cair/, diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI PADAT-CAIR, Error! Hyperlink reference
not valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKTOR CAIR-CAIR, Error! Hyperlink reference
not valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, KOLOM EKSTRAKSI, Error! Hyperlink reference not
valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, PELAKSANAAN PROSES EKSTRAKSI, http://www.chem-
is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-
proses-ekstraksi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009
Rahayu, S.S., 2009, PELAKSANAAN PROSES EVAPORASI, http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-proses-evaporasi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Diposkan oleh Phie_Ly di 23.23 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Pemisahan Campuran ~ EKSTRAKSI
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Ekstraksi Bahan Alam
http://vhieonendz.blogspot.com/faktorYangMempengaruhiProsesEkstraksi Sekedar mengingat kembali, istilah ekstraksi yaitu metode untuk memisahkan komponen solut (zat terlarut) dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa pelarut. Ada beberapa alasan mengapa memilih metode ekstraksi, antara lain :
Apabila senyawa yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai titik didih yang berdekatan.
Sensitif terhadap panas Merupakan campuran azeotrop.
Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi cair cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi gas-cair.Ekstraksi padat cair sering disebut dengan pelindian atau leaching. Jika zat terlarut yang tidak dikehendaki akan dihilangkan dari padatan dengan menggunakan air maka proses leaching tersebut dinamakan pencucian. Proses ekstraksi padat cair ini banyak digunakan pada industri bahan makanan, farmasi dan ekstraksi minyak nabati. Beberapa pelarut organik sering digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah alkohol (etanol), heksan, kloroform dan aseton.Sedang faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain : 1. Jenis pelarutJenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen. 2. TemperaturSecara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan.3. Rasio pelarut dan bahan bakuJika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal.4. Ukuran partikelLaju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.
Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi
Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan :1. Tabel Robin (Robin Chart)Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi solut-pelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut menjadi tinggi.2. Parameter kelarutan HildebrandPenggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni “like dissolved like”. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut tersebut. 3. Pertimbangan Kriteria PelarutSelain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti :1. SelektivitasPilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni.2. Kestabilan kimia dan panasPelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir.3. Kecocokan dengan solutPelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut.4. ViskositasJika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat.5. Recoveri pelarutGuna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali.6. Tidak mudah terbakarUntuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar7. Tidak beracunPilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja.8. Murah dan mudah diperolehPilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.Diposkan oleh Phie_Ly di 20.57 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Blog Teknologi: - Pemisahan Campuran secara Ekstraksi
http://vhionendz.blogspot.com/pengertianekstraksi:
- Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan suatu zat yang tak saling campur. Metoda - metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi,perkolasi serta refluks. Metoda yang digunakan untuk bunga sependong hingga didapat ekstrak adalah metoda sokletasi. Sokletasi ini menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organic yang terdapat dalam bahan alam dalam suhu panas, dimana sample terpisah dari pelarut, sample hanya dilewati oleh pelarut.Sample yang akan diekstraksi dibagi menjadi 5 bagian dan dibungkus dengan kertas saring. Setiap bungkus sample dilakukan ± 2 jam atau sampai warna pelarut seperti warna aslinya. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Saat penggantian bungkus sample tidak dilakukannya penggantian pelarut atau penambahan pelarut. Ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi ini dievaporasi agar didapat ekstrak pekat. Proses evaporasi bertujuan untuk menguapkan pelarut dari ekstrak sehingga didapat ekstrak pekat. Dilakukan dalam keadaan vakum agar tidak ada senyawa yang keluar atau masuk dari evaporator dan juga evaporator ini menggunakan pendingin balik. Ektrak pekat yang diperoleh disimpan dalam vial.
Penyairan secara berkesinambungan, dimana cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi sempurnaEkstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve like”.Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejennis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai. Adapun prinsip sokletasi ini adalah Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat 2 ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi : 1. Pelarut yang mudah menguapEx : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol2.Titik didih pelarut rendah. 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan. 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan. 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
7. Ekstraksi sinambung dengan menggunakan alat soklet merupakan suatu prosedur ekstraksi kontituen kimia tumbuhan dari jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena: 1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.2. Waktu yang digunakan lebih efisien.3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.4. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.Keunggulan sokletasi : 1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. 2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. 3. Proses sokletasi berlangsung cepat. 4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit. 5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik dalam bahan berulang kali. Kelemahan sokletasi : 1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian. 2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. 3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
Ekstraksi cair-cair
Ekstaraksi cair-cair digunakan untuk praperlakuan sampel atau clen-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang dapat mengganggu dalam analisis.
Secara umum prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar ( heksana, metilbenzen, diklormetan).
Analit-analit yang mudah terekstraksi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan substituen yang bersifat nonpolar atau agak polar.
Senyawa-senyawa polar dan juga senyawa yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi:
sampel harus mudah didapatkan kembali dari cairan penyari cairan penyari tidak toksik dan tidak mudah terbakar Tidak mau campur antara pelarut dan penyari memiliki perbedaan bobot jenis yang nyata memiliki titik didih yang nyata penyari tidak mengganggu pada analisis selanjutnya tidak menimbulkan buih dan emulsi sewaktu digojok
Masalah dalam ekstraksi pelarut
� Masalah yang sering dijumpai :
¡ terbentuknya emulsi
¡ analit terikat kuat pada partikulat
¡ analit terserap oleh partikulat yang mungkin ada
¡ analit terikat pada senyawa yang BM-nya tinggi
¡ kelarutan analit secara bersama-samadalam kedua fase.
� Cara pemecahan emulsi :
¡ penambahan garam ke dalam fase air
¡ pemanasan atau pendinginan corong pisah
¡ penyaringan melalui glass-wool
¡ penyaringan dengan kertas saring
¡ penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
¡ sentrifugasi
TUGAS 2