e-renggar.kemkes.go.id · web viewkata pengantar. segala puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat...

98
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2018 dapat tersusun. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara Evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang serta dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan kinerja yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan diharapkan dengan transformasi pelapiran kinerja ini dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih baik. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Masukan, saran dan umpan balik sangat kami harapkan guna penyempurnaan dan perbaikan kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di masa mendatang di waktu yang akan datang. Jakarta, Januari 2019

Upload: docong

Post on 11-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2018 dapat tersusun.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara Evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang serta dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan kinerja yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan diharapkan dengan transformasi pelapiran kinerja ini dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih baik.

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Masukan, saran dan umpan balik sangat kami harapkan guna penyempurnaan dan perbaikan kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di masa mendatang di waktu yang akan datang.

Jakarta, Januari 2019

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) ini merupakan sarana untuk menyampaiaikan pertanggung jawaban Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan beserta Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan seluruh satuan kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan ke depan serta peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2018 hampir memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Pencapaian presentase pada Indikator Kinerja utama program berjalan efektif sebesar 92,96%sebagaiman tercantum pada capaian e-monev DJA, selain dari pada itu indikator kinerja kegiatan memenuhi target dari yang ditetapkan.

Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja diatas adalah dengan melakukan Sosialisasi, Bimbingan Teknis, advokasi, peningkatan kemampuan SDM pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, pendampingan akreditasi Internasional pada Rumah Sakit Pemerintah, serta pengalokasian anggaran sesuai prioritas.

Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan dan koordinasi karena adanya revisi anggaran, kesesuaian persepsi antara evaluator LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.

Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 sebesar 92,63% darialokasi Rp. 34.622.078.000,-. Sesuai tugas Direktorat Mutu dan Akreditasi yaitu pembinaan pelayanan kesehatan dilingkungan lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja serta pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iIKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................... iiDAFTAR ISI........................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL.................................................................................................... ivDAFTAR GRAFIK..................................................................................................vDAFTAR GAMBAR................................................................................................vi

BAB. I : PENDAHULUANA. Latar Belakang................................................................................................1

B. Maksud dan Tujuan ......................................................................................2

C. Dasar Hukum..................................................................................................2

D. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................2

E. Struktur Organisasi.........................................................................................3

F. Sumber Daya..................................................................................................4

G. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi yang Dihadapi.......5

BAB. II:PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes.........................8

B. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes..............................10

BAB. III:AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi ...........................................................................14

1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.....................................16

2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan..................................31

3. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya...................................45

4. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu Subbagian

Tata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan ............59

B. Realisasi Anggaran ........................................................................................61

BAB. IV: PENUTUP...............................................................................................62

LAMPIRAN :

1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Taun 2018

2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2018

3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2018

5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2018

6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi

Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2018

7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit

10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas

tahun 2018 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional

tahun anggaran 2018

12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan Tahun 2017

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun

2018 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja atas

pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan. Amanat penyusunan Laporan Kinerja telah ditetapkan

dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

mewajibkan bagi setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun dokumen

perencanaan strategis berupa Rencana Strategis, Rencana Kinerja

Tahunan, Penetapan Perjanjian Kinerja dan Laporan Akuntabilitas

Kinerja. Secara teknis, tata cara penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Adapun penyusunanLaporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018 disusun untuk

memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam mencapai

sasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan selama periode

Tahun 2018 dan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan

tugas dan fungsi, Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas

kepada publik sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Laporan

Akuntabilitas Kinerja juga bermanfaat sebagai bahan dalam rangka

pemantauan, penilaian, evaluasi dan pengendalian atas kualitas kinerja

sekaligus menjadi pendorong perbaikan kinerja dalam rangka

terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan tahun 2018 merupakan bentuk pertanggung

jawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan maupun hambatan

pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2018 yang harus di

pertanggung jawabkan oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

C. DASAR HUKUM

1. Keputusan Peraturan Presiden nomor : 35 tahun 2015 tentang

Kementerian Kesehatan

2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 64/Menkes/Per/IX/2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

D. KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Pasal 487 Peraturan Menteri Kesehatan nomor

64/Menkes/Per/IX/2015Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan mempunyai tugaspokok melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi,

dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 488 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 487, Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi

pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan

lainnya;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi

pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan

lainnya;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan,

dan pelayanan kesehatan lainnya;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang mutu

dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan

kesehatan lainnya;

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi

pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan

lainnya; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

E. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT MUTU DANAKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan.

STRUKTUR ORGANISASIDIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

F. SUMBER DAYA

1. Sumber Daya ManusiaGuna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Direktorat

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan didukung oleh kekuatan

Sumber Daya Manusia sebanyak 69 (Enam puluh sembilan) orang,

yang terdiri dari:

a. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan (Eselon II),

membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Direktorat Mutu dan Akrediatsi

Pelayanan Kesehatan (Eselon III), 5 (lima) orangKepala Seksi

Sub.Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

(Eselon IV), dan 1 (satu) Kepala Subag.Usaha Direktorat Mutu

dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

b. Staf ASN sebanyak : 52 orang

c. Staf P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak

Kerja)sebanyak : 17 orang.

2. Sumber Daya AnggaranDalam rangka peningkatan dan penajaman serta percepatan

prioritas program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran

strategis, maka dialokasikan anggaran pada DIPA Direktorat Mutu

dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp. 34.622.078.000,- (Tiga puluh empat Milyar Enam Ratus Dua Puluh Dua Juta Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah).Anggaran tersebut mengalami

pemotongan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2018

tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga dalam

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

2018 sebelumnya sebesar Rp. 36.026.001.000,-(Tiga puluh enam

Milyar Dua Puluh Enam Juta Seribu Rupiah).

G. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI

Program Pembinaaan Pelayanan Kesehatan pada kegiatan Mutu

dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan

Kesehatan bertujuan untuk meningkatnya akses pelayanan kesehatan

dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat sesuai dengan

program target sebagaimana tercantum pada Rencana Strategis

Kementrian Kesehatan dari tahun 2015-2019.

Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di puskesmas, saat

ini telah terakreditasi sebanyak 7.518 puskesmas (dari total 9.983

puskemas) yang tersebar di 5.385 kecamatan kabupaten/kota di

seluruh Indonesia.Sedangkan jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal

1(Satu)RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional sampai akhir tahun

2018 sebanyak440 Kabupaten/ Kota (dari 514 Kabupaten/Kota), dengan

628 RS Daerah Terakreditasi Nasional (dari total 767 RS Daerah).

Rumah Sakit Daerah tersebut terakreditasi dengan menggunakan

instrumen penilaian akreditasi tahun 2012 atau Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.

Diharapkan peningkatan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas

terakreditasi secara langsung akan diikuti dengan peningkatan mutu

pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus diupayakan

peningkatan jumlah Puskesmas dan RS yang terakreditasi,

sebagaimana pada gambar grafik di bawah ini.

Grafik 1.1Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2018

Grafik tersebut memperlihatkan capaian akreditasi puskesmas tahun

2018 dimana terdapat 7.518 puskesmas terakreditasi yang tersebar di

5.385 kecamatan sesuai dengan indicator kinerja bahwa minimal terdapat

1 puskesmas terakreditasi di 1 kecamatan.

2017 20180

10002000300040005000600070008000

KECAMATANPUSKESMAS

Grafik 1.2Perbandingan Jumlah RS dan Jumlah RS terakreditasi

2015 2016 2017 20180

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,0002,487 2,600

2,799 2,813

59

828

1,4811,970

Jumlah RSRS Terakreditasi

(Sumber: RS Online per 30 Desember 2018)

Pada grafik 1.2. menunjukkan jumlah RS di Indonesia yang bertambah

setiap tahun diikuti peningkatan persentase jumlah RS yang terakreditasi.

Tahun 2015-2018 terdapat peningkatan persentase RS terakreditasi

berturut-turut yaitu 2,37%, 31,84%, 52,91% dan 70,03%. Peningkatan

tersebut disebabkan program pendampingan akreditasi,bimtek,

lokakarya, serta monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Subdit Mutu

dan Akreditasi Rujukan, Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanana

Kesehatan yang berjalan dengan baik, serta koordinasi dengan pihak

terkait (KARS, PERSI, ARSADA, ARSSI, ADINKES, BPJS, Organisasi

Profesi, dan pemerintah daerah)

Pencapaian peningkatan akreditasi Puskesmas dan Rumah

Sakitmendukung implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99

Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun 2013

tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam

peraturan tersebut ditetapkan persyaratan kredensial bagi Fasilitas

Kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan.Persyaratan tersebut antara lain memiliki sertifikat akreditasi.

Tantangan dan Isu strategis yang dihadapi oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi PelayananKesehatan :

Sebagaimana tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan hatan tahun 2016-2019 adalah sebagai berikut:

1. Perlunya penguatan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer,

rujukan dan pelayanan kesehatan lain.

2. Data tentang gambaran mutu pelayanan kesehatan di FKTP, RS, dan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain secara detail belum ada.

3. Pengusulan survei akreditasiyang tidak sesuai dengan roadmap yang

telah diusulkan.

4. Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih

dimutasi/alih fungsi/tugas.

5. Jumlah surveior terbatas dan kompetensi surveior yang bervariasi.

6. Kinerja Komisi Akreditasi FKTP dan KomiteAkreditasi Laboratorium

Kesehatan belum optimal.

BABIIPERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan

tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana

kinerja (Renja) Kementerian/Lembaga Direktorat Jenderal Pelayanan

Kesehatan tahun 2018, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator

untuk mencapai sasaran strategis organisasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-

2019 yang telah direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No.HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal

Pelayanan Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya

kesehatan dan berdasarkan Permenkes 64 tahun 2015 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang di

dalamnya mengatur tupoksi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan.

Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai

selama kurun waktu 5 (lima) tahun sebagaimana ditetapkan dalam

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Tabel 2.1.

Sasaran Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019

No Sasaran Program Indikator Kinerja

Target2015 2016 2017 2018 2019

1 Meningkatnya Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang berkualitas bagi masyarakat

Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi Akreitasi

350 700 2800 4900 5600

Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional

94 190 287 384 481

1. RenaksiUpaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primera. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu

dan pelaksanaan akreditasi Puskesmas.

b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota

c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP

d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan

akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya

e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait

2. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan KesehatanRujukana. Mendorong RS melaksanakan Akreditasi

b. Memfasilitasi dan Monev pemanfaatan DAK NF dan Dana

Dekonsentrasi

c. Memfasilitasi dan berperan aktif dalam penyusunan Kerangka Mutu

Nasional

d. Meningkatkan Kerjasama dengan lembaga akreditasi Independen

e. Meningkatkan pembinaan dan Pengawasan konsistensi implementasi

standar.

f. KoordinasiLintas K/L utk percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan

Akreditasi

g. Meningkatkan Monev terpadu lintas Direktorat (Fasyankes dan PKR)

h. Mendorong Pemda untuk Koordinasi Pencairan di Daerah

i. Koordinasi Lintas K/L utk percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan

Akreditasi

j. Mendorong RS utk pelaksanaan Sistem Informasi terintegrasi

k. Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan

pasien

3. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnyaa. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu

dan pelaksanaan akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.

b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota

c. Penguatan Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan

d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan

akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.

e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait

B. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada

dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan

sumber daya yang dikelolanya.

Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan

dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian

kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja

tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2018

mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-

2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2018.

(Revisi I Renstra 2017 Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES/422/2017)

Tabel 2.2Sasaran KegiatanDirektorat Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Tahun 2015 - 2019

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2018

1. Puskesmas yang siap di akreditasi

Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

4900 (2100)

2. Rumah Sakit yang siap di akreditasi

Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional

434 (147)

Pada tahun 2018 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran

pada DIPA Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar

Rp.36.026.001.000,- (Tiga Puluh Empat Miliar Dua Puluh Enam Juta Seribu Rupiah)dan setelahpenajaman serta percepatan prioritas

program pada kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran strategis, maka

terjadi efisiensi alokasi anggaran pada DIPA Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan menjadi sebesar Rp. 34.622.078.000,- (Tiga Puluh Empat Milyar Enam Ratus Dua Puluh Dua Juta Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah).

BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Tahun 2018 adalah tahun keempat dalam pelaksanaan Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, serta tahun ketiga

pelaksanaan SOTK baru Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi

capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator

program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat

keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja

tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator kinerja, sehingga

dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan

datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih

berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat, Direktorat

Jenderal Pelayanan Kesehatan mendapat tugas dalam melakukan

pembinaan pelayanan kesehatan dengan tujuan meningkatnya akses

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi

masyarakat.

Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

merupakan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

RI tahun 2015 - 2019 adalah :

1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi nasional.

Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Mutu dan Akrediatsi Pelayanan

Kesehatan sebagaimana yang tercantum pada Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (RENJA K/L) TAHUN 2018, adalah :

1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang

tersertifikasi akreditasi

2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi Nasional.

3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di akreditasi

4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi Standar

mutu Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional.

Tabel 3.1Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L)

TA. 2018

NO SASARAN KEGIATAN/ INDIKATOR KINERJA KEGAIATAN (IKK)

TARGET 2018

1. PUSKESMAS YANG SIAP DIAKREDITASI4.900

(2.100)Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas

tersertifikasi akreditasi

2. RUMAH SAKIT YANG SIAP DIAKREDITASI434

(147)Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi

3. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG SIAP

DIAKREDITASI

200 (100)

Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang siap di akreditasi

4. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG

MEMENUHI STANDAR MUTU PEMANTAPAN MUTU

EKSTERNAL TINGKAT NASIONAL

200

Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang memenuhi standar

mutu pemantapan mutu eksternal tingkat nasional

Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk mengetahui capaian masing-

masing target indikatorkinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan, Direktorat JenderalPelayanan Kesehatan khususnya

dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan di awal tahun.

Manfaat hasil pengukuran kinerja ini dapat memberikan

informasi/gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang

pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Kementerian Kesehatandan Rencana Kinerja Kementerian/Lembaga.

Untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Program

Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan telah memberikan Dana Dekosentrasi dan Dana

Alokasi Khusus Non Fisik pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota.

Analisis pencapaian kinerja pelaksanaan program di lingkungan

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dilaporkan

berdasarkan pengelompokan indikator adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh SubditMutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.

Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

1.1. Definisi OperasionalYang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas

yang tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki

minimal satu Puskesmas yang telah memiliki sertifikat

akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen

penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang

ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.

Permenkes No. 46 tahun 2015

1.2. Cara PenghitunganCara perhitungan adalah dengan menjumlahseluruh

kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang

terakreditasi pada tahun berjalan. Sedangkan cara mengukur

adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk

Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama.

1.3. Rencana Aksi yang dilakukan untuk mencapai Targeta. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam

peningkatan mutu melalui pelaksanaan akreditasi

Puskesmas.

b. Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi

dan Kabupaten/Kota

c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP

d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam

pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya

e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait

1.4. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai TargetBeberapa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatanuntuk mencapai target

kinerja indikator pertama ini adalah:

a) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui

Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk akreditasi

Puskesmas Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp 721.763.900.000,- untuk 2.981 Puskesmas untuk 449

Kab/ Kota.

b) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui

Dana Dekonsentrasi tahun 2018 untuk kegiatan

Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi FKTP dan

Workshop Percepatan Akreditasi Bagi Tenaga Kesehatan

sebesar Rp. 8,849,126,000,- di 18 Provinsi.

c) Penyusunan Pedoman Penyelenggaran Akreditasi

Puskesmas yaitu Review Standard dan Instrumen

Akreditasi FKTP sebagai lampiran dalam Permenkes No.

46 Tahun 2015 tentang Akreditasi FKTP yang sudah

digunakan selama 4 (empat) tahun. Review ini

dibutuhkan untuk mengakomodir adanya perubahan

kebijakan, masukan dari hasil survei, masukan dari lintas

program lintas sektor dan hasil kajian dari Badan

Litbangkes tahun 2017. Diharapkan hasil review standar

dan instrument ini dapat menjadi acuan dalam

pelaksanaan akreditasi serta menjamin mutu layanan

kesehatan.

Gambar 3.1Pembahasan Standard dan Instrumen Akreditasi

Pembahasan draft standar dan instrumen dengan dihadiri

oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat

Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat Kesehatan

Kerja, Dit. Gizi, Ditjen Farmalkes, Dit. Penyakit Tidak

Menular, Komisi Akreditasi FKTP. Kegiatan dilakukan di

Hotel Royal Kuningan dengan hasil memperoleh

masukan dari lintas program.

d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi.

Sampai saat ini sudah tersedia 867 Surveior (289 Tim)

yang tersebar di 34 provinsi. Penyediaan calon surveior

tahun 2018 melalui Kegiatan Peningkatan Teknis Calon

Surveior FKTP dilakukan sebanyak 7 angkatan.

Gambar 3.2Pembukaan Peningkatan kemampuan Teknis Calon Surveior FKTP Angkatan 7 Tahun 2018 di Semarang

Gambar 3.3Penyampaian Materi Pada Peningkatan kemampuan Teknis Calon Surveior FKTP Angkatan 7 tahun 2018

e) PeningkatanKemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan

Dalam Pelaksanaan Keselamatan pasien dan

Manajemen Risiko di FKTP

f) Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga

Kesehatan Dalam Pelaksanaan Keselamatan pasien dan

Manajemen Risiko di FKTP

Gambar 3.4Pembukaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Teknis bagi Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Tinjauan Manajemen

di Hotel All Seasons

Gambar 3.5Pelaksanaan Simulasi Audit Internal Pada Kegiatan

Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pleaksanaan Tinjauan Manajemen

di Hotel All Seasons

g) Dukungan Operasional Komisi Akreditasi FKTP

- Rapat Koordinasi Komisi Akreditasi FKTP dalam

rangka pembahasan hasil survei akreditasi FKTP dan

penetapan status akreditasi FKTP.

- Rapat kerja Komisi dalam rangka evaluasi teknis

penyelenggaraan akreditasi di Bogor tanggal 23-26

Mei 2018 dan Makassar tanggal 28 November – 1

Desember 2018 Tahun 2018 yang menyusun rencana

perbaikan menuju independensi Komisi Akreditasi

FKTP

Gambar 3.6Kegiatan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP di Makassar

tanggal 28 November – 1 Desember 2018

Gambar 3.7Penyampaian Sertifikat Akreditasi Puskesmaskepada Kab/ Kota

yang berhasil mencapai Akreditasi 100% pada Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP di Makassar tanggal 28 Nov – 1 Desember 2018

- Penyelenggaraan Lomba Inovasi Penerapan Budaya

Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas rangka

memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 54

tahun 2018 dan untuk menjamin kesinambungan

perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas sebagai garda

terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan tingkat

primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk

penghargaan yang diberikan secara institusi kepada

Puskesmas.

Berdasarkan hasil verifikasi lapangan FKTP yang

berhasil meraih penghargaan yaitu :

Tabel 3.2Daftar Puskesmas yang mendapatkan penghargaan FKTP Berprestasi

Tahun 2018

NO PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS/KLINIK

Kategori Puskesmas Perkotaan1 DKI Jakarta Jakarta Utara Kecamatan Koja2 Jawa Tengah Brebes Banjarharjo3 Kalimantan Timur Balikpapan Baru Tengah

Kategori Puskesmas Pedesaan1 Bangka Belitung Bangka Barat Jebus2 Jawa Tengah Wonosobo Kaliwiro3 KalimantanTenga

hPangkalan Bun Semanggang

Kategori Puskesmas Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil1 Riau Siak Sungai Apit2 Jawa Barat Garut Peundeuy3 Sulawesi Tengah Parigi Mautong Balinggi

Kategori Klinik Pratama1 DKI Jakarta Jakarta Pusat St. Carolus Paseban2 DIY Jogjakarta Firdaus3 Jawa Tengah Kudus Cahaya Husada4 Jawa Timur Jember Rolas medika

Penghargaan Menteri Kesehatan kepada FKTP

Berprestasi merupakan pengakuan pemerintah

terhadap kinerja dan kualitas pelayanan Puskesmas

secara institusi sebagai pemberi layanan kesehatan

strata pertama. Diharapkan para pemenang FKTP

Berprestasi ke depan bisa diberdayakan menjadi

motivator bagi FKTP di sekitarnya untuk memiliki

prestasi yang setara khususnya dalam Upaya

Kesehatan Masyarakat, mengedepankan upaya

promotif, preventif dan diagnosa dini sehingga Visi

“Masyarakat Sehat, Mandiri dan Berkeadilan” segera

terwujud.

- Bimbingan Teknis oleh Komisi dan Subdit Mutu dan

Akreditasi ke Kabupaten/kota dalam rangka persiapan

akreditasi Puskesmas. Bimtek ini dimaksudkan untuk

membantu daerah dalam mempersiapkan dan

mempercepat kesiapan Puskesmas dalam

pelaksanaan akreditasi agar tidak terjadi penumpukan

pengusulan survei di akhir tahun.

Gambar 3.8.Pelaksanaan Bimbingan Teknis Persiapan Akreditasi

Puskesmas di Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah

h) Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Keselamatan Pasien di

FKTP dalam rangka percepatan akreditasi dan

pelaksanaan keselamatan pasien di Puskesmas dalam

rangka peningkatan mutu layanan dan keselamatan

pasien.

Gambar 3.9Pelaksanaan Bimtek Mutu dan Keselamatan Pasien

Di Kab Sorong Selatan Propinsi Papua Barat

Kegiatan dilakukan selama 3 hari dengan penyampaian

materi, diskusi dan telaah dokumen.

i) Pengembangan sistem pencatatan pelaporan

pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis

internet (website) melalui SIAF

https://siaf.kemkes.go.iduntuk percepatan sehingga

penugasan survei dan laporan survei disampaikan

melalui aplikasi.

1.5. Pencapaian KinerjaPada tahun 2018 realisasi kecamatan yang memiliki

minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi sebanyak 5.385

Kecamatan (sumber data dari Capaian Akreditasi per 23

Januari 2019). Dari tabel 3 menunjukan bahwa capaian

melampaui dari target tahun 2018. Berikut tabel yang

menggambarkan perbandingan antara target dan realisasi

indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu

puskesmas tersertifikasi akreditasi sejak tahun 2015 sampai

dengan tahun 2018 :

Tabel 3.3Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015-2018

Indikator2015 2016 2017 2018 2019

T R T R T R T R T

Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

350 93

(26,6%)

700 1.308

(186,85%)

2.800 3.447

(123,11%)

4.900 5.385

(119.08%)

5.600

Adapun capaian indikator dibandingkan dengan target

RPJMN dan Renstra disajikan dalam grafik berikut ini :

Grafik 3.1Trend Capaian Akreditasi Puskesmas tahun 2015-2018

Dari grafik tersebut menunjukan bahwa baik target Renstra

Kemenkes 2015-2019 maupun target RPJMN 2015-2019

masih on the track sesuai target yang telah ditetapkan.

Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2019, seluruh target

capaian indikator Jumlah Kecamatan yang Memiliki Minimal

Satu Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi dapat tercapai.

Adapun Grafik berikut mengambarkan distribusi capaian

Akreditasi Puskesmas pada tahun 2018 dengan total 7518

Puskesmas tersebar di 5.385 kecamatan yang ada di 499

kab/kota di 34 provinsi.

Grafik 3.2Distribusi Realisasi Akreditasi Tahun 2018

Realisasi distribusi capaian akreditasi puskesmas tahun 2018

di seluruh propinsi di Indonesia.Dari grafik tersebut terlihat

peningkatan jumlah puskesmas yang terakreditasi dan jumlah

kecamatana dan kabupaten yang memiliki puskesmas

terakreditasi.

Grafik 3.3Distribusi Tingkat Kelulusan Akreditasi Tahun 2018

DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA

2016

2017

2018593 618

154 19

975

1755

30418

845

1878

36120

DISTRIBUSI TINGKAT KELULUSAN PUSKESMAS2016 2017 2018

Pada grafik 3.3 menunjukan peningkatan status kelulusan

akreditasi mulai dari tahun 2016 – 2018. Status terakreditasi

semenjak tahun 2016 didominasi dengan status madya

namun mulai 2017 terlihat peningkatan jumlah pada status

akreditasi utama.

1.6. PeluangAda kebijakan peluang implementasi Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, di mana

FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus

memenuhi syarat antara lain terakreditasi paling lambat akhir

tahun 2020. Hal ini menjadi daya dorong percepatan

akreditasi FKTP di Propinsi dan Kabupaten.

Namun capaian tahunan tidak tercapai karena adanya

puskesmas terakreditasi yang terletak di kecamatan yang

sama sehingga tidak menambah capaian indikator tahunan

namun kumulatif tercapai karena capaian puskesmas

terakreditasi ada di tahun 2017 sebanyak 3.447 kecamatan

sehingga menambah angka capaian tahunan tahun 2018.

1.7. PermasalahanBeberapa permasalahan yang dihadapi dalam

penyelenggaran akreditasi Puskesmas, antara lain sebagai

berikut:

a. Faktor Sumber Dana

Keterlambatan pencairan anggaran akreditasi

Puskesmas (DAK Non Fisik), sebagian besar dicairkan

pada pertengahan tahun sehingga persiapan akreditasi

yang membutuhkan waktu 6 (enam) - 8 (delapan) bulan

terlambat dilakukan yang pada akhirnya menyebabkan

satker baru dapat mengusulkan survei di akhir tahun.

b. Faktor SDM dan Jaringan Internet

Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang

sudah terlatih dimutasi/alih fungsi/tugas serta

ketersediaan tim pendamping di Kabupaten tidak

sesuasi dengan jumlah puskesmas yang akan

didampingi.

Pengusulan survei menumpuk diakhir tahun sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan antara

ketersediaan surveior dengan permintaan survei.

Meskipun sudah disediakan aplikasi sistem

pengusulan berbasis internet (WebSite SIAF:

https://siaf.kemkes.go.id), namun daerah belum

konsisten mengisi dokumen yang harus diupload

karena belum siapnya tenaga Puskesmas.

c. Faktor Waktu persiapan Puskesmas

Komitmen bersama antara propinsi dan kabupaten

dalam menyusun Roadmap kesiapan FKTP yang

akan diakreditasi. Agar Roadmap yang disampaikan

ke Kemenkes tidak banyak berubah dan survei tidak

menumpuk diakhir tahun.

Waktu persiapan akreditasi (pendampingan) dan

waktu survei dilaksanakan pada tahun yang sama,

sehingga mempengaruhi kesiapan Puskesmas yang

pada gilirannya diusulkan survei pada akhir tahun

dan terjadi penumpukan jumlah Puskesmas yang

dilakukan survei akreditasi.

d. Tingkat Kelulusan akreditasi Puskesmas

Tingkat kelulusan akreditasi masih didominasi tingkat

dasar dan madya yang berdasarkan gambaran survey

tahun 2016 - 2017 .

e. Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei hal

ini dibuktikan belum optimalnya pelaksanaan tindak lanjut

rekomendasi hasil survei

1.8. Upaya Pemecahan Masalah dan Rencana Tindak Lanjuta. Masalah Dana

Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk

menghimbau Bupati/Walikota agar mempercepat

pencairan dana DAK Non Fisik.

Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan

terpisah dari sektor non kesehatan

Merubah menu DAK Non Fisik untuk akreditasi

Puskesmas (Permenkes 61 tahun 2017 tentang

Juknis DAK)

b. Masalah faktor SDM dan Jaringan Internet :

Menghimbau kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar

menyediakan akses internet dan menyediakan

tenaga khusus yang kompeten terkait dengan

tehnologi informasi

Menambah tenaga surveior sesuai dengan

kebutuhan

c. Masalah faktor waktu persiapan Puskesmas

Permintaan roadmap usulan akreditasi ke propinsi

tahun 2019-2020.

Untuk menghindari penumpukan usulan survei di

akhir tahun, maka pada tahun anggran 2019

dilakukan hal perubahan menu DAK Non Fisk untuk

akreditasi menjadi 5 menu, yaitu :

1) Menu Workshop Pendukung Akreditasi

Puskesmas

2) Menu Survei akreditasi Puskesmas

3) Menu Re Akreditasi Puskesmas

4) Menu Pendampingan Pra Akreditasi

5) Menu Pendampingan Pasca Akreditasi

d. Masalah Tingkat kelulusan akreditasi Puskesmas.

Untuk meningkatkan kelulusan akreditasi maka dilakukan

hal-hal sebagai berikut, antara lain:

Bimbingan teknis kepada daerah yang masih kurang

capaian kecamatan dengan puskesmas terakreditasi.

Membuat SE Dirjen Yankes untuk pembinaan dan

peningkatan mutu pelayanan kesehatan di

Puskesmas

DAK Non Fisik TA 2019 dapat digunakan untuk

workshop pemahaman standar dan instrumen

akreditasi.

Dana dekonsentrasi, untuk tahun 2019untuk

Workshop teknis percepatan akreditasi FKTP dan

peningkatan teknis kemampuan pendamping.

Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca survei

karena pendampingan dilakukan hanya oleh

pendamping, sehingga pada tahun 2019 Direktorat

Mutu dan Akreditasi menyusun Pedoman Tim

Pembina Cluster Binaan agar pendampingan

dilakukan terintegrasi dengan seluruh program.

e. Sarana

Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun

2018 dengan pengembangan penugasan dan laporan

survei melalui aplikasi.

f. Efisiensi Sumber Daya

Kebijakan honor surveior akreditasi FKTP sebesar 3

jam per hari sebelumnya 8 jam.

Membagi regionalisasi surveior sehingga surveior

hanya bertugas diregionalnya, sehingga diharapkan

dapat mengurangi besaran biaya.

Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei

dua puskesmas yanglokasinyaberdekatan secara

berturut turut (maraton) untuk menghematwaktu,

tenaga dan biaya.

1.9. Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar

96,30% atau sebanyak Rp.9.420.100.590,- (96,30%) dari

alokasi yang tersedia Rp.9.781.754.000,-. Realisasi tersebut

adalah realisasi yang berhasil dicapai untuk mendukung

pencapaian kecamatan yang memiliki puskesmas

terakreditasidengan melibatkan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Tabel 3.4Realisasi Anggaran

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAI

AN

  501 Kecamatan dengan Puskesmas yang Siap di Akreditasi

9.781.754.000 9.420.100.590 361.653.410 96,30%

1 051 Dukungan Komisi Akreditasi

FKTP

3.682.654.000 3.443.252.450 239.401.550 42,14%

2 052 Peningkatan Kemampuan Bagi

Tenaga Kesehatan sebagai

Surveior Akreditasi FKTP

4.607.880.000 4.527.579.026 80.300.974 91,36%

3 053 Peningkatan Kemapuan Teknis

Bagi Tenaga Kesehatan dalam

972.680.000 945.340.287 27.339.713 85,48%

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAI

ANPelaksanaan Audit Internal dan

Tinjauan Manajmeen di FKTP

4 054 Peningkatan Kemampuan

Teknis Bagi Tenaga Kesehatan

Dalam Pelaksanaan

Keselamatan Pasien dan

Manajemen Resiko di FKTP

518.540.000 503.928.827 14.611.173 98,84%

  505 Kabupaten/Kota yang Siap

Akreditasi Fasilitas Kesehatan

Primer

1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25%

1 052 Review Standar dan Instrumen

Akreditasi FKTP Tahun 2015

502.660.000 387.044.253 115.615.747 77,00%

2 053 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan

Keselamatan Pasien di FKTP

1.052.800.000 907.882.438 144.917.562 86,24%

* Sumber data Omspan

2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit Mutudan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.

Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional

2.1. Definisi OperasionalRSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah

(kabupaten, kota atau propinsi).

Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1

RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional yaitu

kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang telah

memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga

Independen penyelenggara akreditasi yaitu Komisi Akreditasi

Rumah Sakit (KARS), dengan tingkat kelulusan akreditasi

adalah: perdana, dasar, madya, utama dan paripurna sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.

Permenkes No. 34 tahun 2017

2.2. Cara PerhitunganCara perhitungan capaian indikator ini adalah dengan

menjumlahkan Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1

RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara

pengukuran hasil adalah dengan menghitung jumlah

Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD yang tersertifikasi

akreditasi nasional berdasarkan data RSUD terakreditasi dari

KARS atau melalui website KARS.Untuk Kabupaten/Kota

dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung

sebagai satu Kabupaten/Kota.

2.3. Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Targeta.Penyusunan Regulasi di

BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.

b.Pembinaan di

BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.

2.4. Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Targeta. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi

Internasional (JCI) pada Rumah Sakit Pemerintahdi9

rumah sakit yaitu :

1) RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar (Lulus JCI)

2) RSUP dr. Kariadi Semarang (Lulus JCI)

3) RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado (Lulus JCI)

4) RSUP H. Adam Malik Medan (Persiapan survei JCI)

5) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (persiapan survei

JCI)

6) RSUP Persahabatan Jakarta (persiapan survei JCI)

7) RSUD dr. Soetomo Surabaya (Lulus JCI)

8) RSUD dr. AW Sjahranie Samarinda (persiapan survei

JCI)

9) RSUDZainoel Abidin Banda Aceh (persiapan survei

JCI)

b. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi Nasional

pada RS Pemerintah bersama tim dari Komisi Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) dan RS yang sudah terakreditasi

Paripurna dan JCI pada 42 RSPemerintah yang terdiri dari

27 RSUD, 2 RS Jiwa, 1 RS Kusta dan 12 RS TNI/POLRI.

c. Melakukan Peningkatan Kapasitas POKJA Akreditasi RS

menjadi tenaga pendamping akreditasi RSuntuk Regional

Barat, Tengah dan Timur dengan masing-masing 40

peserta.

d. Melakukan Peningkatan Kapasitas SDM sebagai Tim

Pendamping Akreditasi RS untuk Regional Barat, Tengah

dan Timur dengan masing-masing 40 peserta.

e. Melakukan Lokakarya Manajemen Risiko dalam upaya

peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS.

f. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor

terkait dengan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan

rujukan dengan unit kerja di lingkungan Kementerian

Kesehatan, Dinas Kesehatan, KARS, PERSI, ARSADA,

Kemenhan, Pusat Kesehatan TNI, Pusat Kedokteran dan

Kesehatan POLRI, RS UPT vertikal Kementerian

Kesehatan dan RS lain yang sudah terakreditasi nasional

dan internasional.

g. Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik

akreditasi rumah sakit tahun 2018 sebesar Rp

50.521.890.000,- untuk 84 RS untuk melaksanakan

workshop, bimbingan, survei simulasi dan survei

akreditasi.

h. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk Workshop

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1

tahun 2018 sebesar Rp 3.508.580.000,- untuk 17 Dinas

KesehatanPropinsi.

i. Penyusunan regulasi di bidang mutu pelayanan rumah

sakit antara lain:

1) Pengukuran Mutu Pelayanan di RS dengan menyusun

Indikator Mutu di Pelayanan Kesehatan Rujukan, serta

telah dilakukan uji coba di beberapa rumah sakit

sehingga didapatkan 12 indikator mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit yang bersifat wajib dan akan

ditetapkan sebagai indikator mutu nasional.

2) Pedoman Penyelenggaraan Komite Mutu di Rumah

Sakit, yang akan digunakan sebagai acuan bagi RS

dalam penyelenggaraan Komite Mutu, baik bentuk

organisasi, tugas dan fungsi serta pembinaan dan

pengawasan, sehingga RS dapat melaksanakan

peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara

berkesinambungan (continuous quality improvement).

3) Pedoman Monitoring dan Evaluasi Mutu Pelayanan di

Rumah Sakit, yang akan digunakan sebagai acuan

bagi Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota maupun RS dalam

melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan di

RS.

Gambar 3.10Peserta Monev Percepatan Pelaksanaan Akreditasi RS Wilayah

Tengah fotobersamaDirjen Yankes.

Gambar 3.11

Penyerahan Sertifikat Akreditasi Internasional JCI di RSUD dr. Soetomo Surabaya

Gambar 3.12Arahan Dirjen Yankes pada acara Workhsop Peningkatan

Mutu dan Keselamatan Pasien untuk Wilayah Timur di Balikpapan.

2.5. Pencapaian KinerjaUpaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai target kinerja

jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD

tersertifikasi akreditasi nasional pada tahun 2015-2018

adalah sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel :3.5.Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang

Tersertifikasi Akreditasi Nasional

Indikator2015 2016 2017 2018 2019

T R T R T R T R T

Kabupaten/kota

yang memiliki

minimal 1 RSUD

yang

tersertifikasi

akreditasi

nasional

94 50

(53,2%)

190 201

(105,8%)

287 331

(115,3%)

434 440

(101,4%)

481

Pada tahun 2018, pencapaian indikator sebanyak 440

kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari

laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember

2018. Analisis pencapaian tahun 2018 adalah sebagai

berikut:

1. Pencapaian tahun 2018 sebanyak 440 kab/kota apabila

dibandingkan dengan target tahun 2018 (434 kab/kota),

maka persentase capaiannya sebesar 101,4%.

2. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2017 (331

kab/kota), maka pencapaian tahun 2018 meningkat

sebesar 133%.

3. Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah

(481 kab/kota), maka telah mencapai 91,5%,namun

masih perlu upaya yang keras untuk mencapainya.

Grafik 3.4Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki

Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi Tahun 2018 .

Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018

Berdasarkan grafik 3.4 di atas, maka pada tahun

2018terdapat628 RSUD yang telah terakreditasi di

440Kab/Kota. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu

210 RS lulus perdana (33,4%), 23 RS lulus dasar (3,7%), 53

RS lulus madya (8,4%), 69 RS lulus utama (11%) dan 273

RS lulus paripurna (43,5%). Adapun proporsi tingkat

kelulusan akreditasi dapat dilihat dalam grafik 3.5 berikut ini:

Grafik 3.5.Tingkat Kelulusan Akreditasi 628 RSUD Tahun 2018

Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018

Pada tahun 2018di Indonesia terdapat 1.970 rumah sakit baik

milik pemerintah maupun swastayang sudah terakreditasi

nasional versi 2012 atau SNARS Edisi 1, yang terdiri dari 745

RS Pemerintah (RS Vertikal Kemenkes, RS kementerian lain,

RS Pemprov/Pemkab/ Pemkot, RS TNI/Polri) sebanyak

37,8%dan 1.225 RS swasta sebanyak 62,2%. Adapun

proporsi tingkat kelulusan dapat dilihat dalam grafik

3.6sebagai berikut:

Grafik 3.6Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia Tahun 2018

Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018

Berdasarkan capaian akreditasi Rumah Sakit dari tahun 2016

– 2018, status kelulusan didominasi oleh status kelulusan

Paripurna, hal ini dikarenakan pendampingan dan bimbingan

secara intensif dari Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan Rujukan Kemenkes sehingga tingkat pemahaman

Rumah Sakit tentang Mutu dan Pelayanan Kesehatan semakin

baik. Status Kelulusan Perdana yang tinggi di tahun 2017-

2018 dikarenakan adanya akreditasi Rumah Sakit dengan

Program Khusus (Akreditasi Rumah Sakit ≤ 120 TT dan tanpa

pelayanan sub Spesialis). Seperti dalam tabel 3.7 dibawah ini.

Grafik 3.7Status Kelulusan Akreditasi RS pada tahun 2016 – 2018

2.6. PeluangPencapaian kinerja pada tahun 2018 tercapai yaitu

440Kab/Kota memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi

akreditasi nasional. Hal ini antara lain disebabkan oleh

adanya peluang implementasi Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes

Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada

Jaminan Kesehatan Nasional, di mana RS yang bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan harus memenuhi syarat

antara lain terakreditasi paling lambat akhir tahun 2018.

Di samping itu, terdapat informasi KARS bahwa survei

akreditasi program khusus paling lambat tahun 2018,

sehingga hal ini merupakan peluang bagi RS untuk dapat

terakreditasi.Survei akreditasi program khusus adalah survei

akreditasi yang dapat diikuti oleh RS kelas C atau kelas D

dengan jumlah tempat tidur kurang dari 120 dan tidak ada

pelayanan subspesialis. Adapun standar yang dinilai adalah 4

dari 16 standar dalam SNARS edisi 1 yaitu Sasaran

Keselamatan Pasien (SKP), Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi (PPI), Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS), serta

Hak Pasien dan Keluarga (HPK).

Ditetapkannya Surat Edaran Ketua Eksekutif KARS Nomor

3674/SE/KARS/XI/2018 tentang Persyaratan Mutlak untuk

Akreditasi RS merupakan peluang bagi RS untuk

menyelesaikan Izin Pengelolaan Air Limbah (IPAL) atau Izin

Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dalam waktu paling lambat

satu tahun setelah survei akreditasi RS.

2.7. PermasalahanFaktor Anggaran

Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan

anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi RSUD

di wilayah kerjanya.

Belum seluruh RS penerima DAK Non Fisik Akreditasi

2018 menyusun RAK sesuai juknis DAK Non Fisik 2018

dan keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di

Pemerintah Daerah.

Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana,

prasarana dan alat kesehatan, sehingga belum

mendukung persiapan akreditasi RS.

Faktor Waktu

Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan

memakan waktu yang lama, mulai dari pelatihan atau

workshop sampai survei akreditasi agar dapat

mengimplementasikan standar akreditasi dengan baik.

Namun banyak RS yang mempersiapkan akreditasi dalam

waktu kurang dari satu tahun, sehingga persiapan survei

menjadi kurang optimal.

Pelaksanaan persiapan akreditasi yang menunggu

pencairan anggaran menyebabkan penumpukan jadwal

workshop dan bimbingan pada Triwulan II-IV, sedangkan

survei simulasi dan survei akreditasi pada akhir tahun,

sedangkan jumlah SDM pembimbing atau surveior

terbatas, maka RS masuk dalam daftar tunggu untuk

difasilitasi narasumber atau surveior dari KARS. Hal ini

juga dapat disebabkan oleh batas waktu penggunaan

anggaran hingga akhir tahun 2018.

FaktorSumber Daya Manusia

Komitmen pemerintah daerah yang masih kurang di

beberapa daerah, sehingga belum mendukung

persyaratan pelaksanaan akreditasi antara lainpenunjukan

direktur rumah sakit yang bukan tenaga medis, sehingga

struktur organisasi RS tidak sesuai dengan UU Nomor 44

tahun 2009 dan Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang

Organisasi Rumah Sakit.

Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang

sehingga tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan

akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi.

Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum

memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS,

terutama dokter spesialis.

Kurangnya kesadaranpimpinan dan staf RS tentang

budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan

yang berorientasi pada peningkatan mutu dan

keselamatan pasienguna mendukung pelayanan sesuai

dengan standar akreditasi.

Masih kurangnya pemahaman SDM Rumah Sakit terhadap

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS Edisi 1)

yang diberlakukan 1 Januari 2018.

Pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi

yang masih kurang, misalnya pelatihan Bantuan Hidup

Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI), SasaranKeselamatan Pasien (SKP), Peningkatan

Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), Pelayanan

Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO), Keselamatan

danKesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan

standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).

Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga

tidak dapat berperan optimal dalam akreditasi.

Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam

persiapan akreditasi belum cukup untuk mendorong dinkes

dalam menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan

sesuai Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang

Akreditasi RS.

Faktor Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan

Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan di RS banyak

yang belum memenuhi persyaratan akreditasi.

Masih banyak RSbelum memiliki IPAL/IPLC yang menjadi

persyaratan mutlak bagi akreditasi RS.

Dampak bencana dan kondisi keamanan di daerah

sehingga berpengaruh terhadap kondisi sarana, prasarana

dan alat kesehatan maupun operasional RS.

2.8. Upaya Pemecahan Masalah

a. Anggaran

1) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah

untuk mengalokasikananggaran guna pemenuhan

standar akreditasi rumah sakit (termasuk sarana,

prasarana dan alkes) bersumber APBD atau BLUD.

2) Memberikan DAK Non Fisik dan Dana Dekonsentrasi

RS untuk mendukung akreditasi RS.

3) Melakukan advokasi kepada RS agar berkoordinasi

dengan Dinas Keuangan Daerah sehingga

penyusunan RAK sesuai dengan Juknis DAK Non

Fisik dan pencairannya dapat dilaksanakan lebih

awal.

b. Waktu

1) Melakukan advokasi kepada RS agar melakukan

persiapan akreditasi lebih terencana sehingga RS

dapat memahami dan mengimplementasikan SNARS

edisi 1 dengan baik dan tepat waktu.

2) Melakukan koordinasi dengan KARS dan RS UPT

Vertikal Kementerian Kesehatan untuk menugaskan

narasumber dalam mendukung persiapan survei

akreditasi.

c. SDM

1) Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah dan

RS agar melaksanakan percepatan akreditasi dan

pemenuhan syarat mutlak akreditasi RS sesuai Surat

Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor

HK.02.02/VI/2953/2018 tanggal 25 Juni 2018 tentang

Proses Percepatan Akreditasi RS.

2) Melakukan advokasi kepada RS untuk melakukan

pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai

dengan kelas RS melalui BKD, kerja sama dengan

RS terdekat atau Program Wajib Kerja Dokter

Spesialis (WKDS) Kementerian Kesehatan.

3) Melakukan advokasi kepada RS untuk menyusun

anggaran pelatihan SDM sesuai Standar Nasional

Akreditasi RS.

4) Melakukan advokasi kepada RS agar tidak

melakukan mutasi pegawai yang telah mengikuti

pelatihan untuk mendukung akreditasi RS.

5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja

untuk meningkatkan budaya mutu dan keselamatan

pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.

6) Berkoordinasi dengan RS yang telah terakreditasi

paripurna dan/atau internasional JCI sebagai tim

pendamping akreditasi yang dapat memberikan

bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai

dengan penugasan Kemenkes.

7) Peningkatan kapasitas SDM Dinas

KesehatanPropinsi sebagai Tim Pendamping

Akreditasi RS sehingga dapat menjalankan fungsi

dalam persiapan dan pembinaan akreditasi RS.

d. Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan

1) Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2018 untuk

RSUD dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat

kesehatan sesuai standar kelas RS.

2) Berkoordinasi dengan KARS agar izin IPAL bukan

sebagai syarat mutlak survei akreditasi RS karena

sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara

elektronik belum berjalan dengan baik.

3) Melakukan advokasi kepada RS yang mengalami

dampak bencana dan kondisi keamanan agar dapat

melaksanakan persiapan akreditasi seoptimal

mungkin pasca tanggap darurat atau situasi kondusif.

2.9. Efisiensi Sumber Dayaa.Menugaskan tim pendamping akreditasi yang berasal dari

daerah atau provinsi yang sama, sehingga penggunaan

anggaran menjadi lebih rendah (efisien).

b.Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan

pelatihan surveior internal RS sehingga dapat berperan

dalam persiapan akreditasi RS.

c. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan

workshop SNARS dengan anggaran Corporate Social

Responbility (CSR) KARS untuk memfasilitasi persiapan

akreditasi RS terutama di Provinsi Papua.

d.RSUD yang sudah siap melaksanakan survei akreditasi

tidak harus melalui semua tahap akreditasi (workshop,

bimbingan, survei simulasi) terlebih dahulu sehingga

anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien.

e.Alokasi anggaran tahun 2018 ditargetkan untuk mencapai

434 kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi

target yang ditetapkan (440 kab/kota). Hal ini

menunjukkan adanya efektivitas dalam peningkatan

capaian kinerja tahun 2018.

2.10. Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar

89,99% atau sebanyakRp.7.276.861.829,- dari pagu alokasi

sebesar Rp. 8.086.645Realisasi tersebut adalah realisasi

yang sudah di distribusikan Rumah Sakit bekerja.

Tabel3.6.Realisasi Anggaran DIPA Subdit Mutu dan Akreditasi Yankes Rujukan

TA.2018.

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAIAN

 5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

  502

Kabupaten/Kota dengan

Rumah Sakit yang Siap

di Akreditasi

8.086.645.000 7.276.861.829 809.783.171 89,99%

1 051

Pendampingan

Akreditasi Internasional

pada RS Pemerintah

Rujukan Nasional

1.703.641.000 1.329.529.424 374.111.576 42,14%

2 052

Pendampingan

Akreditasi Nasional

pada RS Pemerintah

1.718.920.000 1.531.696.000 187.224.000 91,36%

3 054

Peningkatan Kapasitas

Pokja Akreditasi Rumah

Sakit menjadi Tenaga

Pendamping Akreditasi

RS

1.059.475.000 1.035.503.272 23.971.728 85,48%

4 055

Peningkatan Kapasitas

SDM Dinas Kesehatan

sebagai Tim

Pendamping Akreditasi

RS

1.102.613.000 1.099.276.992 3.336.008 98,84%

5 056 Lokakarya Manajemen

Resiko dalam Upaya

Peningkatan Mutu dan

2.501.996.000 2.280.856.141 221.139.859 98,84%

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAIAN

Keselamatan Pasien di

RS

  506NSPK Standar Mutu dan

Akreditasi Rumah Sakit878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79%

1 051

Penyusunan NSPK

Mutu dan Akreditasi

Rumah Sakit

878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79%

* Sumber data Omspan

Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.

3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di Akreditasi

3.1. Definisi Operasional

Definisi Operasional Indikator adalah satuan untuk fasilitas

Pelayanan Kesehatan Lain untuk tahun 2016 – 2019 adalah

laboratorium Kesehatan. Akreditasi Laboratorium kesehatan

adalah suatu pengakuan formal oleh departemen kesehatan RI

kepada laboratorium Kesehatan, telah memenuhi standar yang

ditentukan (Kepmenkes RI Nomor 298/Menkes/SK/III/2008).

3.2. Cara Penghitungan

Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu

dan akreditasi sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak

Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi tahun 2018 yaitu jumlah

kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan

tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada1.271 laboratorium

kesehatan mandiri yang tersebar di 514 kabupaten/kota.

Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes nomor

99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi

dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama

dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada

tahun 2021. Sampai dengan tahun 2018, ada 203 laboratorium

kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34

kabupaten/kota.Dengan demikian masih ada 1.068 laboratorium

kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi yang tersebar di

514 kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan

tersebut diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu

4 tahun ( 2016 – 2019).

Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian

target tersebut, perlu disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium

kesehatan tahun 2015-2019 yang dibagi dalam 4 tahapan.

Penentuan target per tahun (tahun 2015 – 2019)

kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan

tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base line data

laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan

target pertahun telah tercantum dalam Renaksi Direktorat

Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -2019, yaitu :

a. Tahun 2016 sudah tercapai 63 laboratorium kesehatan

b. Tahun 2017 sudah tercapai : 109 laboratorium kesehatan

c. Tahun 2018 sudah tercapai : 203 laboratorium kesehatan

d. Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan

3.3. Tahap pelaksanaan

a. Tahun 2016

1) Target pada tahun ini adalah 50 laboratorium kesehatan

tersertifikasi akreditasi.

2) Pencapaianya 166 laboratorium kesehatan

b. Tahun 2017

1) Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium

kesehatan tersertifikasi akreditasi.

2) Pencapaianya 109 laboratorium kesehatan

c. Tahun 2018

1) Target pada tahun ini adalah 120 laboratorium

kesehatan tersertifikasi akreditasi.

2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan

tersertifikasi akreditasi

Fasilitas pelayanan Kesehatan Lain yang siap diakreditasi

dihitung berdasarkan pada laboratorium kesehatan yang

sudah diakreditasi dalam proses akreditasi dan sudah

mengusulkan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi

Laboratorium Kesehatan (KALK), pencapaiantarget dihitung

secara Komulatif.

Grafik 3.8Trend Capaian Labkes yang terakreditasi

tahun 2016 – 2018

Pada grafik 3.7. jumlah laboratorium kesehatan per

Desember 2018 adalah 1271 labkes, realisasi laboratorium

kesehatan yang terakreditasi sebanyak 203(15,9%)

mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2017 yaitu

108 (8,8%).

Grafik 3.9Trend Capaian Labkes yang terakreditasi Tahun 2016 – 2018

Pada grafik 3.8. jumlah laboratorium kesehatan per

Desember 2018 adalah 203 labkes, dan yang terakreditasi

penuh sebanyak 201(99%) dan yang lulus bersyarat hanya 2

(1%) Labkes.

Grafik 3.10Trend Akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2018

Padagrafik 3.9 jumlah laboratorium yang terakreditasi pada

tahun 2018 dengan status kelulusan penuh adalah 94 (98%)

laboratorium Kesehatan dan hanya 2 (2%) laboratorium

Kesehatan yang reakreditasi.

3.4. Rencana Aksi yang di Lakukan untuk Mencapai Target

a. Penyusunan Regulasi di Bidang Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan

b. Pembinaan di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan dalam bentuk:

- Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi dan

pendampingan akreditasi Labkes

- Pelaksanaan Bimtek

c. Pelaksanaan Monev terkait mutu dan akreditasi pelayanan

kesehatan

d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan

3.5. Upayayang dilaksanakan

a. Dukungan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan

Dukungan terhadap KomiteAkreditasiLaboratorium

Kesehatan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yaitu:

1) Pertemuan Koordinasi dan sinkronisasi Program

Akreditasi

2) Workshop Pelaksanaan Akreditasi

3) Workshop Persiapan Akreditasi Internasional KALK

4) Penyusunan Dokumen Akreditasi Internasional KALK

Gambar 3.13Rapat Kerja Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan

b. PenyusunanNSPKAkreditasi Pelayanan Kesehatan

Lainnya, meliputi:

1) Standar Perencanaan dan Kajian Manajemen

2) Standar Keamanan dan Keselamatan Laboratorium

3) Standar Rujukan Laboratorium

4) Standar Proses dan Prosedur Pemeriksaan

5) Juknis Pendamping Akreditasi Laboratorium Kesehatan

c. Peningkatan Kemampuan Teknis bagi Tenaga Kesehatan

dalam Melakukan Survei pada Akreditasi Laboratorium

Kesehatandiikuti oleh 60 peserta.

Gambar 3.14Peningkatan Kemampuan Teknis Surveyor Akreditasi Laboratorium

Kesehatan Tahun 2018

d. Monitoring dan Evaluasi Akreditasi Laboratorium

Kegiatan Pemantauandan Evaluasi Akreditasi Laboratorium

dilakukan melalui metode sebagai berikut:

Telusur Dokumen

Telusur lapangan laboratorium kesehatan.

Diskusi dan tanya jawab

Memantau dan mengevaluasi standar yang diterapkan

dalam pelaksanaan akreditasi sesuai dengan panduan

bimbingan teknis. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

akreditasi laboratorium di 20 provinsi terpilih.

Gambar 3.15Workshop akreditasi laboratorium kesehatan

4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standarmutu Pemantapan Mutu Eksternal4.1 Definisi Operasional

Pemantapan Mutu Eksternal adalah menilai penampilan

laboratorium kesehatan pada saat tertentu secara periodik,

serentak dan berkesinambungan dilaksanakan oleh pihak luar

laboratorium kesehatan dengan membandingkan hasil

laboratorium kesehatan peserta dengan nilai target.

4.2 Cara Perhitungan

Penyelenggaraan PME oleh Pemerintah dilakukan oleh 4 BBLK

(DKI Jakarta, Surabaya, Palembang dan Makasar).PME

dilaksanakan 2 kali dalam setahun yang harus diikuti oleh setiap

labkes. Target pertahun telah tercantum dalam Renaksi

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan secara kumulatif

dalam kutun waktu tahun 2016 -2019, yaitu :

a) Tahun 2016 Target 50 sudah tercapai 211 Laboratorium

kesehatan

b) Tahun 2017 Target 100 sudah tercapai 242 laboratorium

kesehatan

c) Tahun 2018 Target 200 sudah tercapai: 274 laboratorium

kesehatan

d) Tahun 2019 ditargetkan 300 laboratorium kesehatan

Grafik 3.11Trend Perbandingan jumlah Labkes yang mengikuti PME

dengan yang belum mengikuti PME Tahun 2017-2018

Dari grafik 3.8jumlah laboratorium kesehatan per Desember 2018 adalah 1271 Labkes, yang mengikuti PME sebanyak 274(21%) mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2017 yaitu147 (14%).

4.3 Tahap pelaksanaan

a. Tahun 2017

- Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium kesehatan

yang mengikuti PME

- Pencapaian : 242 laboratorium kesehatan

b. Tahun 2018

- Target pada tahun ini adalah 200 laboratorium kesehatan

yang mengikuti PME

- Pencapaian : 274 laboratorium kesehatan

4.4 Rencana Aksi yang dilakukan untuk Mencapai Target

a. Penyusunan Regulasi Peningkatan Mutu Pelayanan

KesehatanLainnya dalam bentuk NSPK

b. Pelaksanaan Monev dan Bimbingan Teknis dalam

mendukung peningkatanmutu pelayanan kesehatan lainnya

4.5 Upayayang dilaksanakan

a. PenyusunanNSPK Mutu Pelayanan Kesehatan Lain

Kegiatan ini merupakanpenyiapan regulasi untuk mengukur

mutu pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Draft

NSPK yang dihasilkan meliputi:

1) Penyusunan Standar Teknis Pemantapan Mutu Ekternal

Laboratorium Kesehatan

2) Pengukuran dan Evaluasi Mutu Pelayanan

Laboratorium Kesehatan

3) Pengukuran dan Evaluasi Mutu Pelayanan Darah

4) Pengukuran dan Evaluasi Mutu dan Evaluasi Balai

dan/atau Institusi Pengujian dan Kalibrasi Alat

Kesehatan

Gambar 3.16Pertemuan Penyusunan Pengukuran dan Evaluasi Fasyankes Lainnya

b. Lokakarya Sinkronisasi ProgramPeningkatan Mutu

Labkesdengan Program DinkesProp/Kab/Kota

Kegiatan Lokakarya sinkronisasi program Peningkatan Mutu

Labkes dengan program Dinkes Prov/Kab/Kota

dilaksanakandi Jawa Tengah.

Gambar 3.17Lokakarya sinkronisasi program Peningkatan Mutu Labkes

dengan program Dinkes Prov/Kab/Kota

c. BimbinganTeknis/Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pemantapan

Mutu Laboratorium Kesehatan dilaksanakan dengan

metode sebagai berikut:

1) Kunjungan yang dilanjutkan pertemuan dengan Dinas

Kesehatan Provinsi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Lainnya untuk pemberian materi teknis dan telusur ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

2) Laporan dan Rencana Tindak Lanjut bagi Dinas

Kesehatan Provinsi terkait pelaksanaan pengukuran

dan evaluasi mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Lainnya.

Bimbingan Teknis Mutu Pelayanan Laboratorium Kesehatan

yang dilaksanakan di 18 Provinsi terdiri dari Provinsi:

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera

Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Utara,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Tenggara, Maluku, NTT, NTBdan Papua.

Gambar 3.18Tim Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya

melakukan Monitoring dan Evaluasi Mutu Pelayanan Laboratorium di BBLK Makassar

d. PertemuanEvaluasi Pemantapan Mutu Eksternal Labkes

Tahun 2017

PME merupakan salah satu cara untuk menjamin mutu hasil

pemeriksaan laboratorium dan di amanahkan dalam

beberapa regulasi. Strategi pengembangan pelaksanaan

adalah peningkatan cakupan kepesertaan dan

meningkatkan jumlah parameter yang diikuti. Pelaksanaan

kegiatan “Evaluasi Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

Tahun 2017” dilaksanakan di Hotel Santika Bogor. BBLK

sebagai penyelenggara PME diharapkan meningkatkan

mutu Penyelenggaraan PME, Kementerian Kesehatan telah

menunjuk 4 BBLK sebagai Penyelenggara PME

berdasarkan Kepmenkes nomor 400 tahun 2016.

Gambar 3.19Pertemuan Evaluasi Pemantapan Mutu Eksternal Labkes Tahun

2017

4.6 Pencapaian KinerjaTabel 3.7

Capaian Akreditasi labkes dan Pelaksanaan PME Labkes

Indikator2016 2017 2018

T R T R T RJumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya yang siap diakreditasi

20 63 100 109 200 203

Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal

50 166 100 147 200 274

         

4.7 PermasalahanBeberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian

indikator adalah:

a. Faktor dana

1) Pembiayaan akreditasi laboratorium kesehatan belum

masuk dalam menu dana DAK Non Fisik, sehingga

dinas kesehatan Kab/kota harus menganggarkan

sendiri untuk akreditasi laboratorium kesehatan melalui

APBD

2) Biaya penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal

laboratorium kesehatan dibebankan pada masing-

masing laboratorium kesehatan yang mengikuti

pemantapan mutu eksternal laboratorium kesehatan

berdasarkan besaran tarif yang berlaku di BBLK sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3) Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas

Kesehatan sebagian besar belum menganggarkan

pembiayaan keikutsertaan PME

4) Beberapa daerah yang mengalokasikan anggaran untuk

PME mengalami keterlambatan dalam pencairan dana

padahal setiap tahun hanya ada 2 siklus

b. Faktor SDM

1) Tenaga Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan

yang aktif masih kurang(hanya 38 surveior)

2) Kinerja Komite Akreditasi Laboratorium

Kesehatan(KALK) belum optimal

3) Kekurangan tenaga administrasi di Komite Akreditasi

Laboratorium Kesehatan(KALK)

4) Belum semua anggota Komite Akreditasi Laboratorium

Kesehatan (KALK) bekerja optimal

5) Sebagaian Besar Dinas Kesehatan dan Labkes belum

memahami pentingnya PME untuk menjamin mutu

Labkes

6) Komitmen Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan

yang kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam

keikutsertaan PME dan kurang mendukung kegiatan

tersebut.

c. Faktor Waktu Kesiapan Labkes dalam mengikuti PME

Sebagian besar daerah mengalami keterlambatan dalam

pengusulan keikutsertaan PME

d. Sarana dan Prasarana

1) Masih banyak Fasilitas Kesehatan Laboratorium

kesehatan yang masih kekurangan peralatan yang

memadai

2) Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei

masih manual lewat surat atau email dan belum

berbasis web

3) Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan

akreditasi pada tahun 2016 masih manual

4) Belum adanya kantor sekretariat, sarana dan prasarana

untuk Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)

4.8 Pemecahan MasalahUpaya pemecahan masalah yang dihadapi dalam pencapaian

indikator adalah:

a Faktor dana

1) Mengusulkan pembiayaan Akreditasi Laboratorium

Kesehatan dalam menu dana DAK Non Fisik

2) Melakukan Sosialisasi dan Advokasi dengan Pemerintah

Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan untuk

menganggarkan pembiayaan keikutsertaan PME

b Faktor SDM

1) Peningkatan Kemampuan TeknisSurveior Akreditasi

Laboratorium Kesehatan

2) Meningkatkandukungan tehadap Komite Akreditasi

Laboratorium Kesehatan(KALK) melalui workshop

Akreditasi Laboratorium Kesehatan

3) Mengusulkan penambahan tenaga administrasi di

Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)

4) Sosialisasi terhadap Dinas Kesehatan dan Labkes

sehingga dapat memahami pentingnya PME untuk

menjamin mutu Labkes

5) Meningkatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan

Fasilitas Kesehatan untuk dapat terlibat aktif dalam

keikutsertaan PME dan mendukung kegiatan tersebut.

c Faktor Waktu Kesiapan Labkes dalam mengikuti PME

1) Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk membuat

perencanaan pengusulan keikutsertaan PME

2) Melakukan Sosialisasi kepada labkes untuk melakukan

Pengusulan yang terencana dengan melakukan

perencanaan di awal tahun

d Sarana dan Prasarana

1) Pengadaan ruang sekretariat Komisi Akreditasi

Laboratorium Kesehatan(KALK)

2) Pengadaan sarana dan prasarana untuk Komisi

Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)

4.9 Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar

Rp.5.845.997.737,-atau 92,60% sebanyak dari alokasi yang

tersedia Rp.6.312.855.000 ,-Realisasi tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan

kepada Balai Besai Laboratorium Kesehatan (BBLK) bekerja

sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh

Kementerian Kesehatan.Tabel 3.8

Realisasi Anggaran Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya yang Siap Diakreditasi

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAIAN

 5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

  503Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Siap di Akreditasi

4.091.177.000 3.689.795.740 401.381.260 90,19%

1 051

Dukungan Komisi

Akreditasi Laboratorium

Kesehatan

1.639.195.000 1.445.518.558 193.676.442 88,18%

2 052

Penyusunan NSPK

Akreditasi Pelayanan

Kesehatan Lain

1.213.815.000 1.168.550.000 45.265.000 96,27%

3 053

Peningkatan

Kemampuan Teknis

Bagi Tenaga Kesehatan

Dalam Melakukan

Survei pada Akreditasi

Laboratorium Kesehatan

887.067.000 819.820.267 67.246.733 92,42%

4 055Monitoring dan Evaluasi

Akreditasi Laboratorium351.100.000 255.906.915 95.193.085 72,89%

  504

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal

2.221.678.000 2.156.201.997 65.476.003 97,05%

1 051 Penyusunan NSPK 1.339.102.000 1.329.788.100 9.313.900 99,30%

No KEGIATAN ALOKASIREALISASI

SP2DSISA

ALOKASICAPAIAN

Akreditasi Pelayanan

Kesehatan Lain

2 053

Bimbingan Teknis

Pelaksanaan Mutu

Laboratorium Kesehatan

280.966.000 227.919.597 53.046.403 81,12%

3 055

Pertemuan Evaluasi

Pemantapan Mutu

Eksternal Labkes Tahun

2017

227.004.000 226.212.800 791.200 99,65%

4 056

Lokakarya Sinkronisasi

Program Peningkatan

Mutu Labkes dengan

Program Dinkes Prov

Kab/Kota

374.606.000 372.281.500 2.324.500 99,38%

5. Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh SubbagianTata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan.Subbagian Tata Usaha sebagai fasilitator dan pendukung

kegiatan pada Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan.Tahun 2018, Sub Bagian Tata Usaha melaksakan

sebanyak 4 kegiatan antara lain adalah :

a. Menyusun Perencanaan dan Anggaran

b. Melaksanakan pembinaan Internal

c. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Internal

d. Dukungan Internal Lainnya.

5.1. Kondisi yang dicapai :a. Sosialisasi tentang Tata Naskah Persuratan melalui e-Office

satu pintu Bagian Kepegawaian dan Umum Setditjen

Pelayanan Kesehatan

b. Penataan Arsip Pegawai berdasarakan kode penomoran

surat.

c. Penata SIMAK BMN melaui aplikasi SIMAK DAN SIMAN

d. Penata ruangan kerja dan penghijauan.

5.2. Permasalahan :

a. Ruang Penyimpanan arsip pegawai belum maksimal

b. Penataan dan pembagian alat pengolah data BMN

c. Belum adanya pedoman pasti mengenai proses pengajuan

Hibah BMN, baik BMN asal kantor pusat maupun dropping.

d. Belum ada BAST barang BMN dropiing.

5.3. Realisasi Anggaran.

Realisasi kegiatan Subbagian Tata Usaha Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan dari alokasi anggaran sebesar

Rp.8.006.694.000,-, capaian realisasi dari masing-masing

kegiatan dapat dilihat pada tabel3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9Realisasi Anggaran Subbagian Tata Usaha

No KEGIATAN ALOKASI REALISASI SP2D SISA ALOKASI CAPAIAN

 5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

  951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.561.502.219 445.191.781 94,44%

1 051 Perencanaan dan Anggaran

Internal

298.882.000 286.833.217 12.048.783 95,97%

2 052 Pembinaan Internal 2.642.786.000 2.221.527.566 421.258.434 84,06%

3 053 Monittoring dan Evaluasi Internal 172.239.000 170.743.600 1.495.400 99,13%

4 055 Dukungan Internal Lainnya 4.892.787.000 4.882.397.836 10.389.164 99,79%

B. REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

Pada tahun 2018 alokasi sumber dana dipergunakan dari DIPA Kantor

Pusat Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rp.

34.622.078.000,-. Adapun realisasi program kegiatan pada tahun 2018

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.10Realisasi Anggaran Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

No KegiatanAlokasi

RealisasI Sisa Alokasi %Setelah Efisiensi

5836

PROGRAM PEMBINAAN

MUTU DAN AKREDITASI

PELAYANAN KESEHATAN

34.622.078.000 31.764.539.599 2.857.538.401 91,75

501

Kecamatan dengan

Puskesmas yang Siap di

Akreditasi

9.781.754.000 9.386.280.211 395.473.789 95,96

502

Kabupaten/Kota dengan

Rumah Sakit yang Siap di

Akreditasi

8.086.645.000 7.231.461.726 855.183.274 89,42

503

Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Lain yang Siap di

Akreditasi

4.091.177.000 3.564.878.240 526.298.760 87,14

504

Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Lain yang

Memenuhi Standar Mutu

Pemantapan Mutu Eksternal

2.221.678.000 2.150.001.997 71.676.003 96,77

505

Kabupaten/Kota yang Siap

Akreditasi Fasilitas Kesehatan

Primer

1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25

506NSPK Standar Mutu dan

Akreditasi Rumah Sakit878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79

951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.506.150.058 500.543.942 93,75%

BAB IVPENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun

sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan kepada Ditjen

Pelayanan Kesehatan.

Pencapaian pada tahun 2018 ini diharapkan dapat menjadi parameter

agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih

efektif dan efisien.Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target

diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan

mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Jenderal

Pelayanan Kesehatan.

Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup

besar, maka pada tahun 2018Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan harus melakukan teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar

ketertinggalan dan mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan.

Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan

pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN :

1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Taun 2018

2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2018

3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2018

5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2018

6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi

Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2018

7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit

10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas

tahun 2018 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional

tahun anggaran 2018

12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Tahun 2018

13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan Tahun 2017