e-renggar.kemkes.go.id · web viewkata pengantar. segala puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2018 dapat tersusun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara Evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang serta dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan kinerja yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan diharapkan dengan transformasi pelapiran kinerja ini dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Masukan, saran dan umpan balik sangat kami harapkan guna penyempurnaan dan perbaikan kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di masa mendatang di waktu yang akan datang.
Jakarta, Januari 2019
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) ini merupakan sarana untuk menyampaiaikan pertanggung jawaban Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan beserta Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan seluruh satuan kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan ke depan serta peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2018 hampir memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Pencapaian presentase pada Indikator Kinerja utama program berjalan efektif sebesar 92,96%sebagaiman tercantum pada capaian e-monev DJA, selain dari pada itu indikator kinerja kegiatan memenuhi target dari yang ditetapkan.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja diatas adalah dengan melakukan Sosialisasi, Bimbingan Teknis, advokasi, peningkatan kemampuan SDM pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, pendampingan akreditasi Internasional pada Rumah Sakit Pemerintah, serta pengalokasian anggaran sesuai prioritas.
Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan dan koordinasi karena adanya revisi anggaran, kesesuaian persepsi antara evaluator LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 sebesar 92,63% darialokasi Rp. 34.622.078.000,-. Sesuai tugas Direktorat Mutu dan Akreditasi yaitu pembinaan pelayanan kesehatan dilingkungan lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja serta pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iIKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................... iiDAFTAR ISI........................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL.................................................................................................... ivDAFTAR GRAFIK..................................................................................................vDAFTAR GAMBAR................................................................................................vi
BAB. I : PENDAHULUANA. Latar Belakang................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan ......................................................................................2
C. Dasar Hukum..................................................................................................2
D. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................2
E. Struktur Organisasi.........................................................................................3
F. Sumber Daya..................................................................................................4
G. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi yang Dihadapi.......5
BAB. II:PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes.........................8
B. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes..............................10
BAB. III:AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi ...........................................................................14
1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.....................................16
2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan..................................31
3. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya...................................45
4. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu Subbagian
Tata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan ............59
B. Realisasi Anggaran ........................................................................................61
BAB. IV: PENUTUP...............................................................................................62
LAMPIRAN :
1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Taun 2018
2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2018
3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2018
5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2018
6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi
Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2018
7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit
10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas
tahun 2018 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional
tahun anggaran 2018
12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2017
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun
2018 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan. Amanat penyusunan Laporan Kinerja telah ditetapkan
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang
mewajibkan bagi setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun dokumen
perencanaan strategis berupa Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan, Penetapan Perjanjian Kinerja dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja. Secara teknis, tata cara penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Adapun penyusunanLaporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018 disusun untuk
memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam mencapai
sasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan selama periode
Tahun 2018 dan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsi, Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas
kepada publik sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Laporan
Akuntabilitas Kinerja juga bermanfaat sebagai bahan dalam rangka
pemantauan, penilaian, evaluasi dan pengendalian atas kualitas kinerja
sekaligus menjadi pendorong perbaikan kinerja dalam rangka
terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2018 merupakan bentuk pertanggung
jawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan maupun hambatan
pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2018 yang harus di
pertanggung jawabkan oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
C. DASAR HUKUM
1. Keputusan Peraturan Presiden nomor : 35 tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 64/Menkes/Per/IX/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
D. KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Pasal 487 Peraturan Menteri Kesehatan nomor
64/Menkes/Per/IX/2015Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan mempunyai tugaspokok melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 488 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 487, Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan,
dan pelayanan kesehatan lainnya;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan
kesehatan lainnya;
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
E. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT MUTU DANAKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan.
STRUKTUR ORGANISASIDIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
F. SUMBER DAYA
1. Sumber Daya ManusiaGuna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan didukung oleh kekuatan
Sumber Daya Manusia sebanyak 69 (Enam puluh sembilan) orang,
yang terdiri dari:
a. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan (Eselon II),
membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Direktorat Mutu dan Akrediatsi
Pelayanan Kesehatan (Eselon III), 5 (lima) orangKepala Seksi
Sub.Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
(Eselon IV), dan 1 (satu) Kepala Subag.Usaha Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
b. Staf ASN sebanyak : 52 orang
c. Staf P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak
Kerja)sebanyak : 17 orang.
2. Sumber Daya AnggaranDalam rangka peningkatan dan penajaman serta percepatan
prioritas program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran
strategis, maka dialokasikan anggaran pada DIPA Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp. 34.622.078.000,- (Tiga puluh empat Milyar Enam Ratus Dua Puluh Dua Juta Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah).Anggaran tersebut mengalami
pemotongan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2018
tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga dalam
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2018 sebelumnya sebesar Rp. 36.026.001.000,-(Tiga puluh enam
Milyar Dua Puluh Enam Juta Seribu Rupiah).
G. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Program Pembinaaan Pelayanan Kesehatan pada kegiatan Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan bertujuan untuk meningkatnya akses pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat sesuai dengan
program target sebagaimana tercantum pada Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan dari tahun 2015-2019.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di puskesmas, saat
ini telah terakreditasi sebanyak 7.518 puskesmas (dari total 9.983
puskemas) yang tersebar di 5.385 kecamatan kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.Sedangkan jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal
1(Satu)RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional sampai akhir tahun
2018 sebanyak440 Kabupaten/ Kota (dari 514 Kabupaten/Kota), dengan
628 RS Daerah Terakreditasi Nasional (dari total 767 RS Daerah).
Rumah Sakit Daerah tersebut terakreditasi dengan menggunakan
instrumen penilaian akreditasi tahun 2012 atau Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.
Diharapkan peningkatan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas
terakreditasi secara langsung akan diikuti dengan peningkatan mutu
pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus diupayakan
peningkatan jumlah Puskesmas dan RS yang terakreditasi,
sebagaimana pada gambar grafik di bawah ini.
Grafik 1.1Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2018
Grafik tersebut memperlihatkan capaian akreditasi puskesmas tahun
2018 dimana terdapat 7.518 puskesmas terakreditasi yang tersebar di
5.385 kecamatan sesuai dengan indicator kinerja bahwa minimal terdapat
1 puskesmas terakreditasi di 1 kecamatan.
2017 20180
10002000300040005000600070008000
KECAMATANPUSKESMAS
Grafik 1.2Perbandingan Jumlah RS dan Jumlah RS terakreditasi
2015 2016 2017 20180
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,0002,487 2,600
2,799 2,813
59
828
1,4811,970
Jumlah RSRS Terakreditasi
(Sumber: RS Online per 30 Desember 2018)
Pada grafik 1.2. menunjukkan jumlah RS di Indonesia yang bertambah
setiap tahun diikuti peningkatan persentase jumlah RS yang terakreditasi.
Tahun 2015-2018 terdapat peningkatan persentase RS terakreditasi
berturut-turut yaitu 2,37%, 31,84%, 52,91% dan 70,03%. Peningkatan
tersebut disebabkan program pendampingan akreditasi,bimtek,
lokakarya, serta monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Subdit Mutu
dan Akreditasi Rujukan, Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanana
Kesehatan yang berjalan dengan baik, serta koordinasi dengan pihak
terkait (KARS, PERSI, ARSADA, ARSSI, ADINKES, BPJS, Organisasi
Profesi, dan pemerintah daerah)
Pencapaian peningkatan akreditasi Puskesmas dan Rumah
Sakitmendukung implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam
peraturan tersebut ditetapkan persyaratan kredensial bagi Fasilitas
Kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.Persyaratan tersebut antara lain memiliki sertifikat akreditasi.
Tantangan dan Isu strategis yang dihadapi oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi PelayananKesehatan :
Sebagaimana tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan hatan tahun 2016-2019 adalah sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer,
rujukan dan pelayanan kesehatan lain.
2. Data tentang gambaran mutu pelayanan kesehatan di FKTP, RS, dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain secara detail belum ada.
3. Pengusulan survei akreditasiyang tidak sesuai dengan roadmap yang
telah diusulkan.
4. Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih
dimutasi/alih fungsi/tugas.
5. Jumlah surveior terbatas dan kompetensi surveior yang bervariasi.
6. Kinerja Komisi Akreditasi FKTP dan KomiteAkreditasi Laboratorium
Kesehatan belum optimal.
BABIIPERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan
tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana
kinerja (Renja) Kementerian/Lembaga Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan tahun 2018, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator
untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-
2019 yang telah direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya
kesehatan dan berdasarkan Permenkes 64 tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang di
dalamnya mengatur tupoksi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai
selama kurun waktu 5 (lima) tahun sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Tabel 2.1.
Sasaran Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019
No Sasaran Program Indikator Kinerja
Target2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi Akreitasi
350 700 2800 4900 5600
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94 190 287 384 481
1. RenaksiUpaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primera. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
dan pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan
akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
2. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan KesehatanRujukana. Mendorong RS melaksanakan Akreditasi
b. Memfasilitasi dan Monev pemanfaatan DAK NF dan Dana
Dekonsentrasi
c. Memfasilitasi dan berperan aktif dalam penyusunan Kerangka Mutu
Nasional
d. Meningkatkan Kerjasama dengan lembaga akreditasi Independen
e. Meningkatkan pembinaan dan Pengawasan konsistensi implementasi
standar.
f. KoordinasiLintas K/L utk percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan
Akreditasi
g. Meningkatkan Monev terpadu lintas Direktorat (Fasyankes dan PKR)
h. Mendorong Pemda untuk Koordinasi Pencairan di Daerah
i. Koordinasi Lintas K/L utk percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan
Akreditasi
j. Mendorong RS utk pelaksanaan Sistem Informasi terintegrasi
k. Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan
pasien
3. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnyaa. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
dan pelaksanaan akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan
akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
B. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada
dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dikelolanya.
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan
dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian
kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2018
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-
2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2018.
(Revisi I Renstra 2017 Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES/422/2017)
Tabel 2.2Sasaran KegiatanDirektorat Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Tahun 2015 - 2019
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2018
1. Puskesmas yang siap di akreditasi
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
4900 (2100)
2. Rumah Sakit yang siap di akreditasi
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional
434 (147)
Pada tahun 2018 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran
pada DIPA Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar
Rp.36.026.001.000,- (Tiga Puluh Empat Miliar Dua Puluh Enam Juta Seribu Rupiah)dan setelahpenajaman serta percepatan prioritas
program pada kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran strategis, maka
terjadi efisiensi alokasi anggaran pada DIPA Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan menjadi sebesar Rp. 34.622.078.000,- (Tiga Puluh Empat Milyar Enam Ratus Dua Puluh Dua Juta Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah).
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Tahun 2018 adalah tahun keempat dalam pelaksanaan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, serta tahun ketiga
pelaksanaan SOTK baru Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi
capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator
program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja
tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator kinerja, sehingga
dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan
datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih
berhasil guna dan berdaya guna.
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan mendapat tugas dalam melakukan
pembinaan pelayanan kesehatan dengan tujuan meningkatnya akses
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi
masyarakat.
Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
merupakan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
RI tahun 2015 - 2019 adalah :
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional.
Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Mutu dan Akrediatsi Pelayanan
Kesehatan sebagaimana yang tercantum pada Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (RENJA K/L) TAHUN 2018, adalah :
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi Nasional.
3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi Standar
mutu Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional.
Tabel 3.1Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L)
TA. 2018
NO SASARAN KEGIATAN/ INDIKATOR KINERJA KEGAIATAN (IKK)
TARGET 2018
1. PUSKESMAS YANG SIAP DIAKREDITASI4.900
(2.100)Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
tersertifikasi akreditasi
2. RUMAH SAKIT YANG SIAP DIAKREDITASI434
(147)Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi
3. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG SIAP
DIAKREDITASI
200 (100)
Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
4. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG
MEMENUHI STANDAR MUTU PEMANTAPAN MUTU
EKSTERNAL TINGKAT NASIONAL
200
Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang memenuhi standar
mutu pemantapan mutu eksternal tingkat nasional
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk mengetahui capaian masing-
masing target indikatorkinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Direktorat JenderalPelayanan Kesehatan khususnya
dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan di awal tahun.
Manfaat hasil pengukuran kinerja ini dapat memberikan
informasi/gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang
pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA)
Kementerian Kesehatandan Rencana Kinerja Kementerian/Lembaga.
Untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Program
Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah memberikan Dana Dekosentrasi dan Dana
Alokasi Khusus Non Fisik pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota.
Analisis pencapaian kinerja pelaksanaan program di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dilaporkan
berdasarkan pengelompokan indikator adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh SubditMutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
1.1. Definisi OperasionalYang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas
yang tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki
minimal satu Puskesmas yang telah memiliki sertifikat
akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
Permenkes No. 46 tahun 2015
1.2. Cara PenghitunganCara perhitungan adalah dengan menjumlahseluruh
kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
terakreditasi pada tahun berjalan. Sedangkan cara mengukur
adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk
Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
1.3. Rencana Aksi yang dilakukan untuk mencapai Targeta. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam
peningkatan mutu melalui pelaksanaan akreditasi
Puskesmas.
b. Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi
dan Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam
pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
1.4. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai TargetBeberapa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatanuntuk mencapai target
kinerja indikator pertama ini adalah:
a) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui
Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk akreditasi
Puskesmas Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp 721.763.900.000,- untuk 2.981 Puskesmas untuk 449
Kab/ Kota.
b) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui
Dana Dekonsentrasi tahun 2018 untuk kegiatan
Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi FKTP dan
Workshop Percepatan Akreditasi Bagi Tenaga Kesehatan
sebesar Rp. 8,849,126,000,- di 18 Provinsi.
c) Penyusunan Pedoman Penyelenggaran Akreditasi
Puskesmas yaitu Review Standard dan Instrumen
Akreditasi FKTP sebagai lampiran dalam Permenkes No.
46 Tahun 2015 tentang Akreditasi FKTP yang sudah
digunakan selama 4 (empat) tahun. Review ini
dibutuhkan untuk mengakomodir adanya perubahan
kebijakan, masukan dari hasil survei, masukan dari lintas
program lintas sektor dan hasil kajian dari Badan
Litbangkes tahun 2017. Diharapkan hasil review standar
dan instrument ini dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaan akreditasi serta menjamin mutu layanan
kesehatan.
Gambar 3.1Pembahasan Standard dan Instrumen Akreditasi
Pembahasan draft standar dan instrumen dengan dihadiri
oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat Kesehatan
Kerja, Dit. Gizi, Ditjen Farmalkes, Dit. Penyakit Tidak
Menular, Komisi Akreditasi FKTP. Kegiatan dilakukan di
Hotel Royal Kuningan dengan hasil memperoleh
masukan dari lintas program.
d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi.
Sampai saat ini sudah tersedia 867 Surveior (289 Tim)
yang tersebar di 34 provinsi. Penyediaan calon surveior
tahun 2018 melalui Kegiatan Peningkatan Teknis Calon
Surveior FKTP dilakukan sebanyak 7 angkatan.
Gambar 3.2Pembukaan Peningkatan kemampuan Teknis Calon Surveior FKTP Angkatan 7 Tahun 2018 di Semarang
Gambar 3.3Penyampaian Materi Pada Peningkatan kemampuan Teknis Calon Surveior FKTP Angkatan 7 tahun 2018
e) PeningkatanKemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Keselamatan pasien dan
Manajemen Risiko di FKTP
f) Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga
Kesehatan Dalam Pelaksanaan Keselamatan pasien dan
Manajemen Risiko di FKTP
Gambar 3.4Pembukaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Teknis bagi Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Tinjauan Manajemen
di Hotel All Seasons
Gambar 3.5Pelaksanaan Simulasi Audit Internal Pada Kegiatan
Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pleaksanaan Tinjauan Manajemen
di Hotel All Seasons
g) Dukungan Operasional Komisi Akreditasi FKTP
- Rapat Koordinasi Komisi Akreditasi FKTP dalam
rangka pembahasan hasil survei akreditasi FKTP dan
penetapan status akreditasi FKTP.
- Rapat kerja Komisi dalam rangka evaluasi teknis
penyelenggaraan akreditasi di Bogor tanggal 23-26
Mei 2018 dan Makassar tanggal 28 November – 1
Desember 2018 Tahun 2018 yang menyusun rencana
perbaikan menuju independensi Komisi Akreditasi
FKTP
Gambar 3.6Kegiatan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP di Makassar
tanggal 28 November – 1 Desember 2018
Gambar 3.7Penyampaian Sertifikat Akreditasi Puskesmaskepada Kab/ Kota
yang berhasil mencapai Akreditasi 100% pada Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP di Makassar tanggal 28 Nov – 1 Desember 2018
- Penyelenggaraan Lomba Inovasi Penerapan Budaya
Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas rangka
memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 54
tahun 2018 dan untuk menjamin kesinambungan
perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas sebagai garda
terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan tingkat
primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk
penghargaan yang diberikan secara institusi kepada
Puskesmas.
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan FKTP yang
berhasil meraih penghargaan yaitu :
Tabel 3.2Daftar Puskesmas yang mendapatkan penghargaan FKTP Berprestasi
Tahun 2018
NO PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS/KLINIK
Kategori Puskesmas Perkotaan1 DKI Jakarta Jakarta Utara Kecamatan Koja2 Jawa Tengah Brebes Banjarharjo3 Kalimantan Timur Balikpapan Baru Tengah
Kategori Puskesmas Pedesaan1 Bangka Belitung Bangka Barat Jebus2 Jawa Tengah Wonosobo Kaliwiro3 KalimantanTenga
hPangkalan Bun Semanggang
Kategori Puskesmas Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil1 Riau Siak Sungai Apit2 Jawa Barat Garut Peundeuy3 Sulawesi Tengah Parigi Mautong Balinggi
Kategori Klinik Pratama1 DKI Jakarta Jakarta Pusat St. Carolus Paseban2 DIY Jogjakarta Firdaus3 Jawa Tengah Kudus Cahaya Husada4 Jawa Timur Jember Rolas medika
Penghargaan Menteri Kesehatan kepada FKTP
Berprestasi merupakan pengakuan pemerintah
terhadap kinerja dan kualitas pelayanan Puskesmas
secara institusi sebagai pemberi layanan kesehatan
strata pertama. Diharapkan para pemenang FKTP
Berprestasi ke depan bisa diberdayakan menjadi
motivator bagi FKTP di sekitarnya untuk memiliki
prestasi yang setara khususnya dalam Upaya
Kesehatan Masyarakat, mengedepankan upaya
promotif, preventif dan diagnosa dini sehingga Visi
“Masyarakat Sehat, Mandiri dan Berkeadilan” segera
terwujud.
- Bimbingan Teknis oleh Komisi dan Subdit Mutu dan
Akreditasi ke Kabupaten/kota dalam rangka persiapan
akreditasi Puskesmas. Bimtek ini dimaksudkan untuk
membantu daerah dalam mempersiapkan dan
mempercepat kesiapan Puskesmas dalam
pelaksanaan akreditasi agar tidak terjadi penumpukan
pengusulan survei di akhir tahun.
Gambar 3.8.Pelaksanaan Bimbingan Teknis Persiapan Akreditasi
Puskesmas di Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah
h) Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Keselamatan Pasien di
FKTP dalam rangka percepatan akreditasi dan
pelaksanaan keselamatan pasien di Puskesmas dalam
rangka peningkatan mutu layanan dan keselamatan
pasien.
Gambar 3.9Pelaksanaan Bimtek Mutu dan Keselamatan Pasien
Di Kab Sorong Selatan Propinsi Papua Barat
Kegiatan dilakukan selama 3 hari dengan penyampaian
materi, diskusi dan telaah dokumen.
i) Pengembangan sistem pencatatan pelaporan
pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis
internet (website) melalui SIAF
https://siaf.kemkes.go.iduntuk percepatan sehingga
penugasan survei dan laporan survei disampaikan
melalui aplikasi.
1.5. Pencapaian KinerjaPada tahun 2018 realisasi kecamatan yang memiliki
minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi sebanyak 5.385
Kecamatan (sumber data dari Capaian Akreditasi per 23
Januari 2019). Dari tabel 3 menunjukan bahwa capaian
melampaui dari target tahun 2018. Berikut tabel yang
menggambarkan perbandingan antara target dan realisasi
indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu
puskesmas tersertifikasi akreditasi sejak tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018 :
Tabel 3.3Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015-2018
Indikator2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350 93
(26,6%)
700 1.308
(186,85%)
2.800 3.447
(123,11%)
4.900 5.385
(119.08%)
5.600
Adapun capaian indikator dibandingkan dengan target
RPJMN dan Renstra disajikan dalam grafik berikut ini :
Grafik 3.1Trend Capaian Akreditasi Puskesmas tahun 2015-2018
Dari grafik tersebut menunjukan bahwa baik target Renstra
Kemenkes 2015-2019 maupun target RPJMN 2015-2019
masih on the track sesuai target yang telah ditetapkan.
Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2019, seluruh target
capaian indikator Jumlah Kecamatan yang Memiliki Minimal
Satu Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi dapat tercapai.
Adapun Grafik berikut mengambarkan distribusi capaian
Akreditasi Puskesmas pada tahun 2018 dengan total 7518
Puskesmas tersebar di 5.385 kecamatan yang ada di 499
kab/kota di 34 provinsi.
Grafik 3.2Distribusi Realisasi Akreditasi Tahun 2018
Realisasi distribusi capaian akreditasi puskesmas tahun 2018
di seluruh propinsi di Indonesia.Dari grafik tersebut terlihat
peningkatan jumlah puskesmas yang terakreditasi dan jumlah
kecamatana dan kabupaten yang memiliki puskesmas
terakreditasi.
Grafik 3.3Distribusi Tingkat Kelulusan Akreditasi Tahun 2018
DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA
2016
2017
2018593 618
154 19
975
1755
30418
845
1878
36120
DISTRIBUSI TINGKAT KELULUSAN PUSKESMAS2016 2017 2018
Pada grafik 3.3 menunjukan peningkatan status kelulusan
akreditasi mulai dari tahun 2016 – 2018. Status terakreditasi
semenjak tahun 2016 didominasi dengan status madya
namun mulai 2017 terlihat peningkatan jumlah pada status
akreditasi utama.
1.6. PeluangAda kebijakan peluang implementasi Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, di mana
FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
memenuhi syarat antara lain terakreditasi paling lambat akhir
tahun 2020. Hal ini menjadi daya dorong percepatan
akreditasi FKTP di Propinsi dan Kabupaten.
Namun capaian tahunan tidak tercapai karena adanya
puskesmas terakreditasi yang terletak di kecamatan yang
sama sehingga tidak menambah capaian indikator tahunan
namun kumulatif tercapai karena capaian puskesmas
terakreditasi ada di tahun 2017 sebanyak 3.447 kecamatan
sehingga menambah angka capaian tahunan tahun 2018.
1.7. PermasalahanBeberapa permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaran akreditasi Puskesmas, antara lain sebagai
berikut:
a. Faktor Sumber Dana
Keterlambatan pencairan anggaran akreditasi
Puskesmas (DAK Non Fisik), sebagian besar dicairkan
pada pertengahan tahun sehingga persiapan akreditasi
yang membutuhkan waktu 6 (enam) - 8 (delapan) bulan
terlambat dilakukan yang pada akhirnya menyebabkan
satker baru dapat mengusulkan survei di akhir tahun.
b. Faktor SDM dan Jaringan Internet
Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang
sudah terlatih dimutasi/alih fungsi/tugas serta
ketersediaan tim pendamping di Kabupaten tidak
sesuasi dengan jumlah puskesmas yang akan
didampingi.
Pengusulan survei menumpuk diakhir tahun sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan antara
ketersediaan surveior dengan permintaan survei.
Meskipun sudah disediakan aplikasi sistem
pengusulan berbasis internet (WebSite SIAF:
https://siaf.kemkes.go.id), namun daerah belum
konsisten mengisi dokumen yang harus diupload
karena belum siapnya tenaga Puskesmas.
c. Faktor Waktu persiapan Puskesmas
Komitmen bersama antara propinsi dan kabupaten
dalam menyusun Roadmap kesiapan FKTP yang
akan diakreditasi. Agar Roadmap yang disampaikan
ke Kemenkes tidak banyak berubah dan survei tidak
menumpuk diakhir tahun.
Waktu persiapan akreditasi (pendampingan) dan
waktu survei dilaksanakan pada tahun yang sama,
sehingga mempengaruhi kesiapan Puskesmas yang
pada gilirannya diusulkan survei pada akhir tahun
dan terjadi penumpukan jumlah Puskesmas yang
dilakukan survei akreditasi.
d. Tingkat Kelulusan akreditasi Puskesmas
Tingkat kelulusan akreditasi masih didominasi tingkat
dasar dan madya yang berdasarkan gambaran survey
tahun 2016 - 2017 .
e. Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei hal
ini dibuktikan belum optimalnya pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi hasil survei
1.8. Upaya Pemecahan Masalah dan Rencana Tindak Lanjuta. Masalah Dana
Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk
menghimbau Bupati/Walikota agar mempercepat
pencairan dana DAK Non Fisik.
Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan
terpisah dari sektor non kesehatan
Merubah menu DAK Non Fisik untuk akreditasi
Puskesmas (Permenkes 61 tahun 2017 tentang
Juknis DAK)
b. Masalah faktor SDM dan Jaringan Internet :
Menghimbau kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar
menyediakan akses internet dan menyediakan
tenaga khusus yang kompeten terkait dengan
tehnologi informasi
Menambah tenaga surveior sesuai dengan
kebutuhan
c. Masalah faktor waktu persiapan Puskesmas
Permintaan roadmap usulan akreditasi ke propinsi
tahun 2019-2020.
Untuk menghindari penumpukan usulan survei di
akhir tahun, maka pada tahun anggran 2019
dilakukan hal perubahan menu DAK Non Fisk untuk
akreditasi menjadi 5 menu, yaitu :
1) Menu Workshop Pendukung Akreditasi
Puskesmas
2) Menu Survei akreditasi Puskesmas
3) Menu Re Akreditasi Puskesmas
4) Menu Pendampingan Pra Akreditasi
5) Menu Pendampingan Pasca Akreditasi
d. Masalah Tingkat kelulusan akreditasi Puskesmas.
Untuk meningkatkan kelulusan akreditasi maka dilakukan
hal-hal sebagai berikut, antara lain:
Bimbingan teknis kepada daerah yang masih kurang
capaian kecamatan dengan puskesmas terakreditasi.
Membuat SE Dirjen Yankes untuk pembinaan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas
DAK Non Fisik TA 2019 dapat digunakan untuk
workshop pemahaman standar dan instrumen
akreditasi.
Dana dekonsentrasi, untuk tahun 2019untuk
Workshop teknis percepatan akreditasi FKTP dan
peningkatan teknis kemampuan pendamping.
Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca survei
karena pendampingan dilakukan hanya oleh
pendamping, sehingga pada tahun 2019 Direktorat
Mutu dan Akreditasi menyusun Pedoman Tim
Pembina Cluster Binaan agar pendampingan
dilakukan terintegrasi dengan seluruh program.
e. Sarana
Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun
2018 dengan pengembangan penugasan dan laporan
survei melalui aplikasi.
f. Efisiensi Sumber Daya
Kebijakan honor surveior akreditasi FKTP sebesar 3
jam per hari sebelumnya 8 jam.
Membagi regionalisasi surveior sehingga surveior
hanya bertugas diregionalnya, sehingga diharapkan
dapat mengurangi besaran biaya.
Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei
dua puskesmas yanglokasinyaberdekatan secara
berturut turut (maraton) untuk menghematwaktu,
tenaga dan biaya.
1.9. Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar
96,30% atau sebanyak Rp.9.420.100.590,- (96,30%) dari
alokasi yang tersedia Rp.9.781.754.000,-. Realisasi tersebut
adalah realisasi yang berhasil dicapai untuk mendukung
pencapaian kecamatan yang memiliki puskesmas
terakreditasidengan melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Tabel 3.4Realisasi Anggaran
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAI
AN
501 Kecamatan dengan Puskesmas yang Siap di Akreditasi
9.781.754.000 9.420.100.590 361.653.410 96,30%
1 051 Dukungan Komisi Akreditasi
FKTP
3.682.654.000 3.443.252.450 239.401.550 42,14%
2 052 Peningkatan Kemampuan Bagi
Tenaga Kesehatan sebagai
Surveior Akreditasi FKTP
4.607.880.000 4.527.579.026 80.300.974 91,36%
3 053 Peningkatan Kemapuan Teknis
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
972.680.000 945.340.287 27.339.713 85,48%
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAI
ANPelaksanaan Audit Internal dan
Tinjauan Manajmeen di FKTP
4 054 Peningkatan Kemampuan
Teknis Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam Pelaksanaan
Keselamatan Pasien dan
Manajemen Resiko di FKTP
518.540.000 503.928.827 14.611.173 98,84%
505 Kabupaten/Kota yang Siap
Akreditasi Fasilitas Kesehatan
Primer
1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25%
1 052 Review Standar dan Instrumen
Akreditasi FKTP Tahun 2015
502.660.000 387.044.253 115.615.747 77,00%
2 053 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan
Keselamatan Pasien di FKTP
1.052.800.000 907.882.438 144.917.562 86,24%
* Sumber data Omspan
2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit Mutudan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional
2.1. Definisi OperasionalRSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1
RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional yaitu
kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang telah
memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga
Independen penyelenggara akreditasi yaitu Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS), dengan tingkat kelulusan akreditasi
adalah: perdana, dasar, madya, utama dan paripurna sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.
Permenkes No. 34 tahun 2017
2.2. Cara PerhitunganCara perhitungan capaian indikator ini adalah dengan
menjumlahkan Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1
RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara
pengukuran hasil adalah dengan menghitung jumlah
Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional berdasarkan data RSUD terakreditasi dari
KARS atau melalui website KARS.Untuk Kabupaten/Kota
dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung
sebagai satu Kabupaten/Kota.
2.3. Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Targeta.Penyusunan Regulasi di
BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.
b.Pembinaan di
BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.
2.4. Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Targeta. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi
Internasional (JCI) pada Rumah Sakit Pemerintahdi9
rumah sakit yaitu :
1) RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar (Lulus JCI)
2) RSUP dr. Kariadi Semarang (Lulus JCI)
3) RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado (Lulus JCI)
4) RSUP H. Adam Malik Medan (Persiapan survei JCI)
5) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (persiapan survei
JCI)
6) RSUP Persahabatan Jakarta (persiapan survei JCI)
7) RSUD dr. Soetomo Surabaya (Lulus JCI)
8) RSUD dr. AW Sjahranie Samarinda (persiapan survei
JCI)
9) RSUDZainoel Abidin Banda Aceh (persiapan survei
JCI)
b. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi Nasional
pada RS Pemerintah bersama tim dari Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) dan RS yang sudah terakreditasi
Paripurna dan JCI pada 42 RSPemerintah yang terdiri dari
27 RSUD, 2 RS Jiwa, 1 RS Kusta dan 12 RS TNI/POLRI.
c. Melakukan Peningkatan Kapasitas POKJA Akreditasi RS
menjadi tenaga pendamping akreditasi RSuntuk Regional
Barat, Tengah dan Timur dengan masing-masing 40
peserta.
d. Melakukan Peningkatan Kapasitas SDM sebagai Tim
Pendamping Akreditasi RS untuk Regional Barat, Tengah
dan Timur dengan masing-masing 40 peserta.
e. Melakukan Lokakarya Manajemen Risiko dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS.
f. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor
terkait dengan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan
rujukan dengan unit kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan, KARS, PERSI, ARSADA,
Kemenhan, Pusat Kesehatan TNI, Pusat Kedokteran dan
Kesehatan POLRI, RS UPT vertikal Kementerian
Kesehatan dan RS lain yang sudah terakreditasi nasional
dan internasional.
g. Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik
akreditasi rumah sakit tahun 2018 sebesar Rp
50.521.890.000,- untuk 84 RS untuk melaksanakan
workshop, bimbingan, survei simulasi dan survei
akreditasi.
h. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk Workshop
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1
tahun 2018 sebesar Rp 3.508.580.000,- untuk 17 Dinas
KesehatanPropinsi.
i. Penyusunan regulasi di bidang mutu pelayanan rumah
sakit antara lain:
1) Pengukuran Mutu Pelayanan di RS dengan menyusun
Indikator Mutu di Pelayanan Kesehatan Rujukan, serta
telah dilakukan uji coba di beberapa rumah sakit
sehingga didapatkan 12 indikator mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang bersifat wajib dan akan
ditetapkan sebagai indikator mutu nasional.
2) Pedoman Penyelenggaraan Komite Mutu di Rumah
Sakit, yang akan digunakan sebagai acuan bagi RS
dalam penyelenggaraan Komite Mutu, baik bentuk
organisasi, tugas dan fungsi serta pembinaan dan
pengawasan, sehingga RS dapat melaksanakan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara
berkesinambungan (continuous quality improvement).
3) Pedoman Monitoring dan Evaluasi Mutu Pelayanan di
Rumah Sakit, yang akan digunakan sebagai acuan
bagi Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota maupun RS dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan di
RS.
Gambar 3.10Peserta Monev Percepatan Pelaksanaan Akreditasi RS Wilayah
Tengah fotobersamaDirjen Yankes.
Gambar 3.11
Penyerahan Sertifikat Akreditasi Internasional JCI di RSUD dr. Soetomo Surabaya
Gambar 3.12Arahan Dirjen Yankes pada acara Workhsop Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien untuk Wilayah Timur di Balikpapan.
2.5. Pencapaian KinerjaUpaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai target kinerja
jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD
tersertifikasi akreditasi nasional pada tahun 2015-2018
adalah sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel :3.5.Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang
Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Indikator2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T
Kabupaten/kota
yang memiliki
minimal 1 RSUD
yang
tersertifikasi
akreditasi
nasional
94 50
(53,2%)
190 201
(105,8%)
287 331
(115,3%)
434 440
(101,4%)
481
Pada tahun 2018, pencapaian indikator sebanyak 440
kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari
laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember
2018. Analisis pencapaian tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
1. Pencapaian tahun 2018 sebanyak 440 kab/kota apabila
dibandingkan dengan target tahun 2018 (434 kab/kota),
maka persentase capaiannya sebesar 101,4%.
2. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2017 (331
kab/kota), maka pencapaian tahun 2018 meningkat
sebesar 133%.
3. Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah
(481 kab/kota), maka telah mencapai 91,5%,namun
masih perlu upaya yang keras untuk mencapainya.
Grafik 3.4Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki
Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi Tahun 2018 .
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
Berdasarkan grafik 3.4 di atas, maka pada tahun
2018terdapat628 RSUD yang telah terakreditasi di
440Kab/Kota. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu
210 RS lulus perdana (33,4%), 23 RS lulus dasar (3,7%), 53
RS lulus madya (8,4%), 69 RS lulus utama (11%) dan 273
RS lulus paripurna (43,5%). Adapun proporsi tingkat
kelulusan akreditasi dapat dilihat dalam grafik 3.5 berikut ini:
Grafik 3.5.Tingkat Kelulusan Akreditasi 628 RSUD Tahun 2018
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
Pada tahun 2018di Indonesia terdapat 1.970 rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swastayang sudah terakreditasi
nasional versi 2012 atau SNARS Edisi 1, yang terdiri dari 745
RS Pemerintah (RS Vertikal Kemenkes, RS kementerian lain,
RS Pemprov/Pemkab/ Pemkot, RS TNI/Polri) sebanyak
37,8%dan 1.225 RS swasta sebanyak 62,2%. Adapun
proporsi tingkat kelulusan dapat dilihat dalam grafik
3.6sebagai berikut:
Grafik 3.6Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia Tahun 2018
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
Berdasarkan capaian akreditasi Rumah Sakit dari tahun 2016
– 2018, status kelulusan didominasi oleh status kelulusan
Paripurna, hal ini dikarenakan pendampingan dan bimbingan
secara intensif dari Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Rujukan Kemenkes sehingga tingkat pemahaman
Rumah Sakit tentang Mutu dan Pelayanan Kesehatan semakin
baik. Status Kelulusan Perdana yang tinggi di tahun 2017-
2018 dikarenakan adanya akreditasi Rumah Sakit dengan
Program Khusus (Akreditasi Rumah Sakit ≤ 120 TT dan tanpa
pelayanan sub Spesialis). Seperti dalam tabel 3.7 dibawah ini.
Grafik 3.7Status Kelulusan Akreditasi RS pada tahun 2016 – 2018
2.6. PeluangPencapaian kinerja pada tahun 2018 tercapai yaitu
440Kab/Kota memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi
akreditasi nasional. Hal ini antara lain disebabkan oleh
adanya peluang implementasi Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional, di mana RS yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan harus memenuhi syarat
antara lain terakreditasi paling lambat akhir tahun 2018.
Di samping itu, terdapat informasi KARS bahwa survei
akreditasi program khusus paling lambat tahun 2018,
sehingga hal ini merupakan peluang bagi RS untuk dapat
terakreditasi.Survei akreditasi program khusus adalah survei
akreditasi yang dapat diikuti oleh RS kelas C atau kelas D
dengan jumlah tempat tidur kurang dari 120 dan tidak ada
pelayanan subspesialis. Adapun standar yang dinilai adalah 4
dari 16 standar dalam SNARS edisi 1 yaitu Sasaran
Keselamatan Pasien (SKP), Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI), Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS), serta
Hak Pasien dan Keluarga (HPK).
Ditetapkannya Surat Edaran Ketua Eksekutif KARS Nomor
3674/SE/KARS/XI/2018 tentang Persyaratan Mutlak untuk
Akreditasi RS merupakan peluang bagi RS untuk
menyelesaikan Izin Pengelolaan Air Limbah (IPAL) atau Izin
Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dalam waktu paling lambat
satu tahun setelah survei akreditasi RS.
2.7. PermasalahanFaktor Anggaran
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan
anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi RSUD
di wilayah kerjanya.
Belum seluruh RS penerima DAK Non Fisik Akreditasi
2018 menyusun RAK sesuai juknis DAK Non Fisik 2018
dan keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di
Pemerintah Daerah.
Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana,
prasarana dan alat kesehatan, sehingga belum
mendukung persiapan akreditasi RS.
Faktor Waktu
Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan
memakan waktu yang lama, mulai dari pelatihan atau
workshop sampai survei akreditasi agar dapat
mengimplementasikan standar akreditasi dengan baik.
Namun banyak RS yang mempersiapkan akreditasi dalam
waktu kurang dari satu tahun, sehingga persiapan survei
menjadi kurang optimal.
Pelaksanaan persiapan akreditasi yang menunggu
pencairan anggaran menyebabkan penumpukan jadwal
workshop dan bimbingan pada Triwulan II-IV, sedangkan
survei simulasi dan survei akreditasi pada akhir tahun,
sedangkan jumlah SDM pembimbing atau surveior
terbatas, maka RS masuk dalam daftar tunggu untuk
difasilitasi narasumber atau surveior dari KARS. Hal ini
juga dapat disebabkan oleh batas waktu penggunaan
anggaran hingga akhir tahun 2018.
FaktorSumber Daya Manusia
Komitmen pemerintah daerah yang masih kurang di
beberapa daerah, sehingga belum mendukung
persyaratan pelaksanaan akreditasi antara lainpenunjukan
direktur rumah sakit yang bukan tenaga medis, sehingga
struktur organisasi RS tidak sesuai dengan UU Nomor 44
tahun 2009 dan Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang
Organisasi Rumah Sakit.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang
sehingga tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan
akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum
memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS,
terutama dokter spesialis.
Kurangnya kesadaranpimpinan dan staf RS tentang
budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada peningkatan mutu dan
keselamatan pasienguna mendukung pelayanan sesuai
dengan standar akreditasi.
Masih kurangnya pemahaman SDM Rumah Sakit terhadap
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS Edisi 1)
yang diberlakukan 1 Januari 2018.
Pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi
yang masih kurang, misalnya pelatihan Bantuan Hidup
Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI), SasaranKeselamatan Pasien (SKP), Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO), Keselamatan
danKesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan
standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga
tidak dapat berperan optimal dalam akreditasi.
Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam
persiapan akreditasi belum cukup untuk mendorong dinkes
dalam menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan
sesuai Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi RS.
Faktor Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan
Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan di RS banyak
yang belum memenuhi persyaratan akreditasi.
Masih banyak RSbelum memiliki IPAL/IPLC yang menjadi
persyaratan mutlak bagi akreditasi RS.
Dampak bencana dan kondisi keamanan di daerah
sehingga berpengaruh terhadap kondisi sarana, prasarana
dan alat kesehatan maupun operasional RS.
2.8. Upaya Pemecahan Masalah
a. Anggaran
1) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah
untuk mengalokasikananggaran guna pemenuhan
standar akreditasi rumah sakit (termasuk sarana,
prasarana dan alkes) bersumber APBD atau BLUD.
2) Memberikan DAK Non Fisik dan Dana Dekonsentrasi
RS untuk mendukung akreditasi RS.
3) Melakukan advokasi kepada RS agar berkoordinasi
dengan Dinas Keuangan Daerah sehingga
penyusunan RAK sesuai dengan Juknis DAK Non
Fisik dan pencairannya dapat dilaksanakan lebih
awal.
b. Waktu
1) Melakukan advokasi kepada RS agar melakukan
persiapan akreditasi lebih terencana sehingga RS
dapat memahami dan mengimplementasikan SNARS
edisi 1 dengan baik dan tepat waktu.
2) Melakukan koordinasi dengan KARS dan RS UPT
Vertikal Kementerian Kesehatan untuk menugaskan
narasumber dalam mendukung persiapan survei
akreditasi.
c. SDM
1) Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah dan
RS agar melaksanakan percepatan akreditasi dan
pemenuhan syarat mutlak akreditasi RS sesuai Surat
Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor
HK.02.02/VI/2953/2018 tanggal 25 Juni 2018 tentang
Proses Percepatan Akreditasi RS.
2) Melakukan advokasi kepada RS untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai
dengan kelas RS melalui BKD, kerja sama dengan
RS terdekat atau Program Wajib Kerja Dokter
Spesialis (WKDS) Kementerian Kesehatan.
3) Melakukan advokasi kepada RS untuk menyusun
anggaran pelatihan SDM sesuai Standar Nasional
Akreditasi RS.
4) Melakukan advokasi kepada RS agar tidak
melakukan mutasi pegawai yang telah mengikuti
pelatihan untuk mendukung akreditasi RS.
5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja
untuk meningkatkan budaya mutu dan keselamatan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
6) Berkoordinasi dengan RS yang telah terakreditasi
paripurna dan/atau internasional JCI sebagai tim
pendamping akreditasi yang dapat memberikan
bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai
dengan penugasan Kemenkes.
7) Peningkatan kapasitas SDM Dinas
KesehatanPropinsi sebagai Tim Pendamping
Akreditasi RS sehingga dapat menjalankan fungsi
dalam persiapan dan pembinaan akreditasi RS.
d. Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan
1) Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2018 untuk
RSUD dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat
kesehatan sesuai standar kelas RS.
2) Berkoordinasi dengan KARS agar izin IPAL bukan
sebagai syarat mutlak survei akreditasi RS karena
sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
elektronik belum berjalan dengan baik.
3) Melakukan advokasi kepada RS yang mengalami
dampak bencana dan kondisi keamanan agar dapat
melaksanakan persiapan akreditasi seoptimal
mungkin pasca tanggap darurat atau situasi kondusif.
2.9. Efisiensi Sumber Dayaa.Menugaskan tim pendamping akreditasi yang berasal dari
daerah atau provinsi yang sama, sehingga penggunaan
anggaran menjadi lebih rendah (efisien).
b.Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan
pelatihan surveior internal RS sehingga dapat berperan
dalam persiapan akreditasi RS.
c. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan
workshop SNARS dengan anggaran Corporate Social
Responbility (CSR) KARS untuk memfasilitasi persiapan
akreditasi RS terutama di Provinsi Papua.
d.RSUD yang sudah siap melaksanakan survei akreditasi
tidak harus melalui semua tahap akreditasi (workshop,
bimbingan, survei simulasi) terlebih dahulu sehingga
anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien.
e.Alokasi anggaran tahun 2018 ditargetkan untuk mencapai
434 kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi
target yang ditetapkan (440 kab/kota). Hal ini
menunjukkan adanya efektivitas dalam peningkatan
capaian kinerja tahun 2018.
2.10. Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar
89,99% atau sebanyakRp.7.276.861.829,- dari pagu alokasi
sebesar Rp. 8.086.645Realisasi tersebut adalah realisasi
yang sudah di distribusikan Rumah Sakit bekerja.
Tabel3.6.Realisasi Anggaran DIPA Subdit Mutu dan Akreditasi Yankes Rujukan
TA.2018.
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
502
Kabupaten/Kota dengan
Rumah Sakit yang Siap
di Akreditasi
8.086.645.000 7.276.861.829 809.783.171 89,99%
1 051
Pendampingan
Akreditasi Internasional
pada RS Pemerintah
Rujukan Nasional
1.703.641.000 1.329.529.424 374.111.576 42,14%
2 052
Pendampingan
Akreditasi Nasional
pada RS Pemerintah
1.718.920.000 1.531.696.000 187.224.000 91,36%
3 054
Peningkatan Kapasitas
Pokja Akreditasi Rumah
Sakit menjadi Tenaga
Pendamping Akreditasi
RS
1.059.475.000 1.035.503.272 23.971.728 85,48%
4 055
Peningkatan Kapasitas
SDM Dinas Kesehatan
sebagai Tim
Pendamping Akreditasi
RS
1.102.613.000 1.099.276.992 3.336.008 98,84%
5 056 Lokakarya Manajemen
Resiko dalam Upaya
Peningkatan Mutu dan
2.501.996.000 2.280.856.141 221.139.859 98,84%
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAIAN
Keselamatan Pasien di
RS
506NSPK Standar Mutu dan
Akreditasi Rumah Sakit878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79%
1 051
Penyusunan NSPK
Mutu dan Akreditasi
Rumah Sakit
878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79%
* Sumber data Omspan
Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di Akreditasi
3.1. Definisi Operasional
Definisi Operasional Indikator adalah satuan untuk fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lain untuk tahun 2016 – 2019 adalah
laboratorium Kesehatan. Akreditasi Laboratorium kesehatan
adalah suatu pengakuan formal oleh departemen kesehatan RI
kepada laboratorium Kesehatan, telah memenuhi standar yang
ditentukan (Kepmenkes RI Nomor 298/Menkes/SK/III/2008).
3.2. Cara Penghitungan
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu
dan akreditasi sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak
Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi tahun 2018 yaitu jumlah
kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada1.271 laboratorium
kesehatan mandiri yang tersebar di 514 kabupaten/kota.
Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes nomor
99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi
dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama
dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada
tahun 2021. Sampai dengan tahun 2018, ada 203 laboratorium
kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34
kabupaten/kota.Dengan demikian masih ada 1.068 laboratorium
kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi yang tersebar di
514 kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan
tersebut diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu
4 tahun ( 2016 – 2019).
Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian
target tersebut, perlu disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium
kesehatan tahun 2015-2019 yang dibagi dalam 4 tahapan.
Penentuan target per tahun (tahun 2015 – 2019)
kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base line data
laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan
target pertahun telah tercantum dalam Renaksi Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -2019, yaitu :
a. Tahun 2016 sudah tercapai 63 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2017 sudah tercapai : 109 laboratorium kesehatan
c. Tahun 2018 sudah tercapai : 203 laboratorium kesehatan
d. Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan
3.3. Tahap pelaksanaan
a. Tahun 2016
1) Target pada tahun ini adalah 50 laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi.
2) Pencapaianya 166 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2017
1) Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium
kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Pencapaianya 109 laboratorium kesehatan
c. Tahun 2018
1) Target pada tahun ini adalah 120 laboratorium
kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi
Fasilitas pelayanan Kesehatan Lain yang siap diakreditasi
dihitung berdasarkan pada laboratorium kesehatan yang
sudah diakreditasi dalam proses akreditasi dan sudah
mengusulkan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan (KALK), pencapaiantarget dihitung
secara Komulatif.
Grafik 3.8Trend Capaian Labkes yang terakreditasi
tahun 2016 – 2018
Pada grafik 3.7. jumlah laboratorium kesehatan per
Desember 2018 adalah 1271 labkes, realisasi laboratorium
kesehatan yang terakreditasi sebanyak 203(15,9%)
mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2017 yaitu
108 (8,8%).
Grafik 3.9Trend Capaian Labkes yang terakreditasi Tahun 2016 – 2018
Pada grafik 3.8. jumlah laboratorium kesehatan per
Desember 2018 adalah 203 labkes, dan yang terakreditasi
penuh sebanyak 201(99%) dan yang lulus bersyarat hanya 2
(1%) Labkes.
Grafik 3.10Trend Akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2018
Padagrafik 3.9 jumlah laboratorium yang terakreditasi pada
tahun 2018 dengan status kelulusan penuh adalah 94 (98%)
laboratorium Kesehatan dan hanya 2 (2%) laboratorium
Kesehatan yang reakreditasi.
3.4. Rencana Aksi yang di Lakukan untuk Mencapai Target
a. Penyusunan Regulasi di Bidang Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan
b. Pembinaan di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan dalam bentuk:
- Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi dan
pendampingan akreditasi Labkes
- Pelaksanaan Bimtek
c. Pelaksanaan Monev terkait mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan
d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
3.5. Upayayang dilaksanakan
a. Dukungan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
Dukungan terhadap KomiteAkreditasiLaboratorium
Kesehatan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yaitu:
1) Pertemuan Koordinasi dan sinkronisasi Program
Akreditasi
2) Workshop Pelaksanaan Akreditasi
3) Workshop Persiapan Akreditasi Internasional KALK
4) Penyusunan Dokumen Akreditasi Internasional KALK
Gambar 3.13Rapat Kerja Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
b. PenyusunanNSPKAkreditasi Pelayanan Kesehatan
Lainnya, meliputi:
1) Standar Perencanaan dan Kajian Manajemen
2) Standar Keamanan dan Keselamatan Laboratorium
3) Standar Rujukan Laboratorium
4) Standar Proses dan Prosedur Pemeriksaan
5) Juknis Pendamping Akreditasi Laboratorium Kesehatan
c. Peningkatan Kemampuan Teknis bagi Tenaga Kesehatan
dalam Melakukan Survei pada Akreditasi Laboratorium
Kesehatandiikuti oleh 60 peserta.
Gambar 3.14Peningkatan Kemampuan Teknis Surveyor Akreditasi Laboratorium
Kesehatan Tahun 2018
d. Monitoring dan Evaluasi Akreditasi Laboratorium
Kegiatan Pemantauandan Evaluasi Akreditasi Laboratorium
dilakukan melalui metode sebagai berikut:
Telusur Dokumen
Telusur lapangan laboratorium kesehatan.
Diskusi dan tanya jawab
Memantau dan mengevaluasi standar yang diterapkan
dalam pelaksanaan akreditasi sesuai dengan panduan
bimbingan teknis. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
akreditasi laboratorium di 20 provinsi terpilih.
Gambar 3.15Workshop akreditasi laboratorium kesehatan
4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standarmutu Pemantapan Mutu Eksternal4.1 Definisi Operasional
Pemantapan Mutu Eksternal adalah menilai penampilan
laboratorium kesehatan pada saat tertentu secara periodik,
serentak dan berkesinambungan dilaksanakan oleh pihak luar
laboratorium kesehatan dengan membandingkan hasil
laboratorium kesehatan peserta dengan nilai target.
4.2 Cara Perhitungan
Penyelenggaraan PME oleh Pemerintah dilakukan oleh 4 BBLK
(DKI Jakarta, Surabaya, Palembang dan Makasar).PME
dilaksanakan 2 kali dalam setahun yang harus diikuti oleh setiap
labkes. Target pertahun telah tercantum dalam Renaksi
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan secara kumulatif
dalam kutun waktu tahun 2016 -2019, yaitu :
a) Tahun 2016 Target 50 sudah tercapai 211 Laboratorium
kesehatan
b) Tahun 2017 Target 100 sudah tercapai 242 laboratorium
kesehatan
c) Tahun 2018 Target 200 sudah tercapai: 274 laboratorium
kesehatan
d) Tahun 2019 ditargetkan 300 laboratorium kesehatan
Grafik 3.11Trend Perbandingan jumlah Labkes yang mengikuti PME
dengan yang belum mengikuti PME Tahun 2017-2018
Dari grafik 3.8jumlah laboratorium kesehatan per Desember 2018 adalah 1271 Labkes, yang mengikuti PME sebanyak 274(21%) mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2017 yaitu147 (14%).
4.3 Tahap pelaksanaan
a. Tahun 2017
- Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium kesehatan
yang mengikuti PME
- Pencapaian : 242 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2018
- Target pada tahun ini adalah 200 laboratorium kesehatan
yang mengikuti PME
- Pencapaian : 274 laboratorium kesehatan
4.4 Rencana Aksi yang dilakukan untuk Mencapai Target
a. Penyusunan Regulasi Peningkatan Mutu Pelayanan
KesehatanLainnya dalam bentuk NSPK
b. Pelaksanaan Monev dan Bimbingan Teknis dalam
mendukung peningkatanmutu pelayanan kesehatan lainnya
4.5 Upayayang dilaksanakan
a. PenyusunanNSPK Mutu Pelayanan Kesehatan Lain
Kegiatan ini merupakanpenyiapan regulasi untuk mengukur
mutu pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Draft
NSPK yang dihasilkan meliputi:
1) Penyusunan Standar Teknis Pemantapan Mutu Ekternal
Laboratorium Kesehatan
2) Pengukuran dan Evaluasi Mutu Pelayanan
Laboratorium Kesehatan
3) Pengukuran dan Evaluasi Mutu Pelayanan Darah
4) Pengukuran dan Evaluasi Mutu dan Evaluasi Balai
dan/atau Institusi Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
Gambar 3.16Pertemuan Penyusunan Pengukuran dan Evaluasi Fasyankes Lainnya
b. Lokakarya Sinkronisasi ProgramPeningkatan Mutu
Labkesdengan Program DinkesProp/Kab/Kota
Kegiatan Lokakarya sinkronisasi program Peningkatan Mutu
Labkes dengan program Dinkes Prov/Kab/Kota
dilaksanakandi Jawa Tengah.
Gambar 3.17Lokakarya sinkronisasi program Peningkatan Mutu Labkes
dengan program Dinkes Prov/Kab/Kota
c. BimbinganTeknis/Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pemantapan
Mutu Laboratorium Kesehatan dilaksanakan dengan
metode sebagai berikut:
1) Kunjungan yang dilanjutkan pertemuan dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya untuk pemberian materi teknis dan telusur ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
2) Laporan dan Rencana Tindak Lanjut bagi Dinas
Kesehatan Provinsi terkait pelaksanaan pengukuran
dan evaluasi mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya.
Bimbingan Teknis Mutu Pelayanan Laboratorium Kesehatan
yang dilaksanakan di 18 Provinsi terdiri dari Provinsi:
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Utara,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Maluku, NTT, NTBdan Papua.
Gambar 3.18Tim Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
melakukan Monitoring dan Evaluasi Mutu Pelayanan Laboratorium di BBLK Makassar
d. PertemuanEvaluasi Pemantapan Mutu Eksternal Labkes
Tahun 2017
PME merupakan salah satu cara untuk menjamin mutu hasil
pemeriksaan laboratorium dan di amanahkan dalam
beberapa regulasi. Strategi pengembangan pelaksanaan
adalah peningkatan cakupan kepesertaan dan
meningkatkan jumlah parameter yang diikuti. Pelaksanaan
kegiatan “Evaluasi Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Tahun 2017” dilaksanakan di Hotel Santika Bogor. BBLK
sebagai penyelenggara PME diharapkan meningkatkan
mutu Penyelenggaraan PME, Kementerian Kesehatan telah
menunjuk 4 BBLK sebagai Penyelenggara PME
berdasarkan Kepmenkes nomor 400 tahun 2016.
Gambar 3.19Pertemuan Evaluasi Pemantapan Mutu Eksternal Labkes Tahun
2017
4.6 Pencapaian KinerjaTabel 3.7
Capaian Akreditasi labkes dan Pelaksanaan PME Labkes
Indikator2016 2017 2018
T R T R T RJumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya yang siap diakreditasi
20 63 100 109 200 203
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal
50 166 100 147 200 274
4.7 PermasalahanBeberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian
indikator adalah:
a. Faktor dana
1) Pembiayaan akreditasi laboratorium kesehatan belum
masuk dalam menu dana DAK Non Fisik, sehingga
dinas kesehatan Kab/kota harus menganggarkan
sendiri untuk akreditasi laboratorium kesehatan melalui
APBD
2) Biaya penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal
laboratorium kesehatan dibebankan pada masing-
masing laboratorium kesehatan yang mengikuti
pemantapan mutu eksternal laboratorium kesehatan
berdasarkan besaran tarif yang berlaku di BBLK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3) Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas
Kesehatan sebagian besar belum menganggarkan
pembiayaan keikutsertaan PME
4) Beberapa daerah yang mengalokasikan anggaran untuk
PME mengalami keterlambatan dalam pencairan dana
padahal setiap tahun hanya ada 2 siklus
b. Faktor SDM
1) Tenaga Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan
yang aktif masih kurang(hanya 38 surveior)
2) Kinerja Komite Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK) belum optimal
3) Kekurangan tenaga administrasi di Komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan(KALK)
4) Belum semua anggota Komite Akreditasi Laboratorium
Kesehatan (KALK) bekerja optimal
5) Sebagaian Besar Dinas Kesehatan dan Labkes belum
memahami pentingnya PME untuk menjamin mutu
Labkes
6) Komitmen Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
yang kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam
keikutsertaan PME dan kurang mendukung kegiatan
tersebut.
c. Faktor Waktu Kesiapan Labkes dalam mengikuti PME
Sebagian besar daerah mengalami keterlambatan dalam
pengusulan keikutsertaan PME
d. Sarana dan Prasarana
1) Masih banyak Fasilitas Kesehatan Laboratorium
kesehatan yang masih kekurangan peralatan yang
memadai
2) Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei
masih manual lewat surat atau email dan belum
berbasis web
3) Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan
akreditasi pada tahun 2016 masih manual
4) Belum adanya kantor sekretariat, sarana dan prasarana
untuk Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
4.8 Pemecahan MasalahUpaya pemecahan masalah yang dihadapi dalam pencapaian
indikator adalah:
a Faktor dana
1) Mengusulkan pembiayaan Akreditasi Laboratorium
Kesehatan dalam menu dana DAK Non Fisik
2) Melakukan Sosialisasi dan Advokasi dengan Pemerintah
Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan untuk
menganggarkan pembiayaan keikutsertaan PME
b Faktor SDM
1) Peningkatan Kemampuan TeknisSurveior Akreditasi
Laboratorium Kesehatan
2) Meningkatkandukungan tehadap Komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan(KALK) melalui workshop
Akreditasi Laboratorium Kesehatan
3) Mengusulkan penambahan tenaga administrasi di
Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
4) Sosialisasi terhadap Dinas Kesehatan dan Labkes
sehingga dapat memahami pentingnya PME untuk
menjamin mutu Labkes
5) Meningkatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan
Fasilitas Kesehatan untuk dapat terlibat aktif dalam
keikutsertaan PME dan mendukung kegiatan tersebut.
c Faktor Waktu Kesiapan Labkes dalam mengikuti PME
1) Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk membuat
perencanaan pengusulan keikutsertaan PME
2) Melakukan Sosialisasi kepada labkes untuk melakukan
Pengusulan yang terencana dengan melakukan
perencanaan di awal tahun
d Sarana dan Prasarana
1) Pengadaan ruang sekretariat Komisi Akreditasi
Laboratorium Kesehatan(KALK)
2) Pengadaan sarana dan prasarana untuk Komisi
Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
4.9 Realisasi AnggaranJumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar
Rp.5.845.997.737,-atau 92,60% sebanyak dari alokasi yang
tersedia Rp.6.312.855.000 ,-Realisasi tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan
kepada Balai Besai Laboratorium Kesehatan (BBLK) bekerja
sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh
Kementerian Kesehatan.Tabel 3.8
Realisasi Anggaran Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya yang Siap Diakreditasi
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
503Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Siap di Akreditasi
4.091.177.000 3.689.795.740 401.381.260 90,19%
1 051
Dukungan Komisi
Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
1.639.195.000 1.445.518.558 193.676.442 88,18%
2 052
Penyusunan NSPK
Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Lain
1.213.815.000 1.168.550.000 45.265.000 96,27%
3 053
Peningkatan
Kemampuan Teknis
Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam Melakukan
Survei pada Akreditasi
Laboratorium Kesehatan
887.067.000 819.820.267 67.246.733 92,42%
4 055Monitoring dan Evaluasi
Akreditasi Laboratorium351.100.000 255.906.915 95.193.085 72,89%
504
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal
2.221.678.000 2.156.201.997 65.476.003 97,05%
1 051 Penyusunan NSPK 1.339.102.000 1.329.788.100 9.313.900 99,30%
No KEGIATAN ALOKASIREALISASI
SP2DSISA
ALOKASICAPAIAN
Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Lain
2 053
Bimbingan Teknis
Pelaksanaan Mutu
Laboratorium Kesehatan
280.966.000 227.919.597 53.046.403 81,12%
3 055
Pertemuan Evaluasi
Pemantapan Mutu
Eksternal Labkes Tahun
2017
227.004.000 226.212.800 791.200 99,65%
4 056
Lokakarya Sinkronisasi
Program Peningkatan
Mutu Labkes dengan
Program Dinkes Prov
Kab/Kota
374.606.000 372.281.500 2.324.500 99,38%
5. Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh SubbagianTata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan.Subbagian Tata Usaha sebagai fasilitator dan pendukung
kegiatan pada Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan.Tahun 2018, Sub Bagian Tata Usaha melaksakan
sebanyak 4 kegiatan antara lain adalah :
a. Menyusun Perencanaan dan Anggaran
b. Melaksanakan pembinaan Internal
c. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Internal
d. Dukungan Internal Lainnya.
5.1. Kondisi yang dicapai :a. Sosialisasi tentang Tata Naskah Persuratan melalui e-Office
satu pintu Bagian Kepegawaian dan Umum Setditjen
Pelayanan Kesehatan
b. Penataan Arsip Pegawai berdasarakan kode penomoran
surat.
c. Penata SIMAK BMN melaui aplikasi SIMAK DAN SIMAN
d. Penata ruangan kerja dan penghijauan.
5.2. Permasalahan :
a. Ruang Penyimpanan arsip pegawai belum maksimal
b. Penataan dan pembagian alat pengolah data BMN
c. Belum adanya pedoman pasti mengenai proses pengajuan
Hibah BMN, baik BMN asal kantor pusat maupun dropping.
d. Belum ada BAST barang BMN dropiing.
5.3. Realisasi Anggaran.
Realisasi kegiatan Subbagian Tata Usaha Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan dari alokasi anggaran sebesar
Rp.8.006.694.000,-, capaian realisasi dari masing-masing
kegiatan dapat dilihat pada tabel3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9Realisasi Anggaran Subbagian Tata Usaha
No KEGIATAN ALOKASI REALISASI SP2D SISA ALOKASI CAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.561.502.219 445.191.781 94,44%
1 051 Perencanaan dan Anggaran
Internal
298.882.000 286.833.217 12.048.783 95,97%
2 052 Pembinaan Internal 2.642.786.000 2.221.527.566 421.258.434 84,06%
3 053 Monittoring dan Evaluasi Internal 172.239.000 170.743.600 1.495.400 99,13%
4 055 Dukungan Internal Lainnya 4.892.787.000 4.882.397.836 10.389.164 99,79%
B. REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Pada tahun 2018 alokasi sumber dana dipergunakan dari DIPA Kantor
Pusat Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rp.
34.622.078.000,-. Adapun realisasi program kegiatan pada tahun 2018
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10Realisasi Anggaran Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
No KegiatanAlokasi
RealisasI Sisa Alokasi %Setelah Efisiensi
5836
PROGRAM PEMBINAAN
MUTU DAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN
34.622.078.000 31.764.539.599 2.857.538.401 91,75
501
Kecamatan dengan
Puskesmas yang Siap di
Akreditasi
9.781.754.000 9.386.280.211 395.473.789 95,96
502
Kabupaten/Kota dengan
Rumah Sakit yang Siap di
Akreditasi
8.086.645.000 7.231.461.726 855.183.274 89,42
503
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lain yang Siap di
Akreditasi
4.091.177.000 3.564.878.240 526.298.760 87,14
504
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lain yang
Memenuhi Standar Mutu
Pemantapan Mutu Eksternal
2.221.678.000 2.150.001.997 71.676.003 96,77
505
Kabupaten/Kota yang Siap
Akreditasi Fasilitas Kesehatan
Primer
1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25
506NSPK Standar Mutu dan
Akreditasi Rumah Sakit878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79
951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.506.150.058 500.543.942 93,75%
BAB IVPENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun
sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan kepada Ditjen
Pelayanan Kesehatan.
Pencapaian pada tahun 2018 ini diharapkan dapat menjadi parameter
agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih
efektif dan efisien.Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target
diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan
mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan.
Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup
besar, maka pada tahun 2018Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan harus melakukan teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar
ketertinggalan dan mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan
pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN :
1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Taun 2018
2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2018
3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2018
5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2018
6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi
Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2018
7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit
10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas
tahun 2018 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional
tahun anggaran 2018
12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2017