edisi juli 2018 gerard - omiindonesia.org fileedisi juli 2018 gerard.com buletin novisiat omi...
TRANSCRIPT
Edisi Juli 2018
GERARD.COM Buletin Novisiat OMI Indonesia
“Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun
status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan
hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih”
Lumen Gentium Bab V, No. 40, Paragraf 2
Dok. Novisiat
2
Syalom !
Apa kabar pembaca sekalian? Edisi Gerard.Com bulan Juli
tahun ini menampilkan tema tentang Sukacita panggilan. Setiap orang
dipanggil untuk selalu bersukacita dalam berbagai status dan corak
hidup mereka.
Secara khusus pada bulan Juli, delapan Novis mengikrarkan
kaul perdana mereka dan enam calon pranovis resmi menjalani masa
pranovisiat OMI. Semoga tulisan-tulisan dalam buletin ini
menginspirasi pembaca sekalian untuk turut bersukacita dalam
panggilan-Nya.
Selamat Membaca, Tuhan Memberkati!
LJC et MI
Redaktur
Meja Magister ................................................................................ 3
Laci Socius ...................................................................................... 4
Pisah Sambut Warga ..................................................................... 5
Hospitality: Ciri Khas Pelayanan Oblat ....................................... 7
Inisiasi Pranovis ............................................................................. 8
Historia Domus............................................................................. 10
Gradu Diverso Via Una ................................................................ 12
Tuhan Masih Memilihku ............................................................. 14
Kesasar Futsal .............................................................................. 15
Mengenal Pastor Carlo Bertolini Yalai OMI ........................... 16
Kesetiaan ....................................................................................... 17
Ayam yang Berkelana.................................................................. 18
Ringkasan Buku ........................................................................... 19
Meja Redaktur
Daftar Isi
3
Dengan menjadi pastor apakah Anda
bahagia? – Demikian pertanyaan yang pernah
dilontarkan seseorang. Tentu bahagia, kalau tidak
mengapa harus dijalani. Ada banyak alasan dan ada
banyak pilihan untuk menjadi bahagia. Tetapi yang
penting setiap pilihan dijalani dengan keyakinan.
Membangun keyakinan bisa dilihat dari hal-hal berikut ini:
Bahagia karena boleh menanggapi panggilan: Tuhan memanggil
setiap pribadi untuk maksud yang sama melalui jalan hidup yang
berbeda. Maksudnya adalah agar setiap pribadi bisa mengalami
kebersamaan dengan Tuhan sendiri. Jalannya bisa beragam tanpa
harus kehilangan arah dan tujuan. Yang terpanggil dengan kesadaran
menanggapi karena menemukan sesuatu yang berharga dan layak
untuk dihidupi. Tanggapan diberikan dengan kerelaan dan
kesungguhan.
Bahagia karena mendapatkan bimbingan: Untuk semakin sungguh
dan mantap dalam panggilan setiap pribadi menjalani pendidikan,
bukan hanya secara fisik-material, tetapi integral untuk semua aspek
kehidupan. Pendidikan juga menuntut pengorbanan dan perjuangan
agar terwujud yang menjadi keinginan.
Bahagia karena hidup menjadi berkat: Bukan hanya untuk diri sendiri
hidup dalam panggilan, tetapi juga untuk persembahan dan
pelayanan. Dia yang memanggil menjadi fokus utama dalam
mempersembahkan hidup. Konkretnya lewat pelayanan kepada
sesama sebagai wujud berbagi berkat yang telah Tuhan berikan.
Dengan begitu orang lain pun akan terberkati dan bisa meneruskan
berkat pada sesamanya. Berkat Tuhan melimpah tiada henti.
Kumpulan kisah kehidupan dalam buletin ini menunjukkan
kebahagiaan dalam meniti setiap langkah panggilan. Kini kisah itu
dibagikan kepada kita semua agar kita pun turut berbahagia bersama
Dia, Sang Sumber Bahagia Sejati.
Meja Magister
Rm. Ant. Sussanto OMI
Do
k. R
m. S
uss
anto
4
Sukacita Panggilan
Komunitas Novisiat Beato Joseph Gerard adalah
formasi pertama menjadi seorang oblat. Ada 2
jenjang formasi yaitu Pranovisiat dan Novisiat.
Pranovisiat merupakan pintu gerbang formasi
pertama seorang Oblat. Masa pranovisiat
berlangsung selama 8 bulan. Sedangkan Novisiat
adalah masa inisiasi ke dalam hidup religius sebagai
oblat, berlangsung selama 16 bulan.
Dalam kurun waktu 2 tahun tersebut diwarnai oleh pengalaman
suka-duka panggilan. Pertama, kami setiap tahunnya mengalami
perubahan jumlah anggota komunitas. Pada awal bulan Juli,
Pranovis baru berdatangan. Di lain pihak, sebagian penghuni lama
yaitu para Novis, yang akan mengikrarkan kaul, mengakhiri masa
Novisiatnya dan pergi meninggalkan komunitas Novisiat.
Kedua, datangnya anggota baru, selain membawa harapan juga
menimbulkan tantangan baru. Dibutuhkan proses pendampingan
bagi pertumbuhan dan perkembangan serta internalisasi nilai-nilai
hidup religius. Dinamika pendampingan tersebut menuntut kasih
dan pengorbanan, kesabaran dan pengertian, kesetiaan serta
ketekunan.
Ketiga, dalam proses pendampingan juga dialami sukacita dan
kegembiraan. Hal ini terjadi ketika para Pranovis maupun Novis
menampakkan perkembangan dalam kepribadian, hidup rohani,
hidup berkomunitas, hidup pastoral maupun akademis.
Akhirnya, rasa bahagia dan bangga memenuhi kami, ketika
menyaksikan para Novis dengan mantap mengikrarkan kaul religiusnya
dan dengan percaya diri serta penuh harapan menapaki jalan
panggilannya.
Dukungan dan doa-doa kita memantapkan langkah jalan panggilan.
Rm. Ignatius Yulianto OMI
Laci Socius D
ok.
Fr.
To
gar
5
Pisah Sambut dengan Warga
Kerukunan hidup antar umat beragama menjadi harapan orang
banyak. Hal ini juga menjadi perhatian dari rumah formasi OMI,
terkhusus Novisiat OMI, Blotan. Sebagai wujud nyatanya Novisiat
menjaga dan merawat relasi dengan warga sekitar.
Kedekatan ini dapat
dilihat saat acara “Pisah-
Sambut” anggota komunitas
Novisiat, atau perpisahan
dengan kaulwan dan
penyambutan Pranovis. Acara
tersebut diselenggarakan pada
hari Selasa, 03 Juli 2018.
Beberapa warga RT 01 RW 40
Dusun Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman sebagai perwakilan
menghadiri acara itu.
Menjadi tradisi jika ada warga yang datang ataupun akan pindah
perlu memberitahu ketua RT terlebih dahulu, maka acara ini
diselenggarakan oleh Novisiat OMI. Acara ini dibalut nuansa ramah-
tamah dipandu oleh Fr. Nov. Adi. Sebagai perwakilan komunitas Rm.
Sussanto OMI, sedangkan perwakilan warga adalah Pak Suwardi selaku
Ketua RT 01 RW 40 Dusun Blotan.
Sebelumnya anggota komunitas yang akan pindah memberi kesan
pesan selama menjadi warga RT 01. Kesempatan ini diwakili oleh Fr.
Redwan OMI. Beliau menyatakan sangat bahagia bisa menjalin relasi
dengan warga sekitar. “Warga RT 01 sangat ramah kepada kami,”
begitu tuturnya.
Hal ini juga dibalas oleh Ketua RT 01, “Senang dan bersyukur
Seminari (Novisiat) bisa ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan warga.
Semoga hubungan baik ini bisa terjalin terus.” Pak Bejo (warga RT 01)
rela datang walau harus terlambat karena ada beberapa kerjaan yang
harus diselesaikan.
Berita
Pak RT, dalam sambutannya kepada tamu undangan dan anggota komunitas
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
6
Aku menemukan beberapa poin dalam acara pisah sambut
bersama Warga RT Blotan di Komunitas Novisiat OMI. Nilai-nilai itu
antara lain: kesediaan warga yang memberikan waktu untuk datang,
perhatian dan keterbukaan dalam relasi, serta keharmonisan dalam
hidup umat beragama.
Kehadiran warga di acara ini menunjukkan suatu relasi yang baik
antar personal. Aku merasa diterima dengan tangan terbuka sebagai
orang baru di RT ini. Kesediaan warga yang menyempatkan waktu
untuk datang merupakan suatu penghormatan bagiku dari mereka.
Walaupun mereka mempunyai kesibukan masing-masing tetapi mereka
mau datang untuk mengenal aku sebagai tetangga barunya.
Perhatian dan keterbukaan warga dalam acara ini menunjukkan
relasi yang dekat, akrab dan bagiku ini merupakan sebuah bentuk
dukungan secara nyata dalam panggilan hidup menjadi seorang OMI.
Tidak hanya relasi pribadi yang
kami bicarakan tetapi relasi
yang umum. Kami bercerita
tentang keadaan dan suasana
setempat, keikutsertaan
komunitas dalam momen RT.
Contohnya pembangunan jalan
RT dan HUT RI.
Keharmonisan dalam umat beragama yang saya temukan di RT
ini memberikan suatu warna baru dalam hidupku. Sebagai yang
beragama minoritas kami tidak diasingkan. Malahan kami disambut
dengan baik.
Dari ketiga poin ini aku menemukan titik terang bahwa aku tidak
akan berjalan sendirian dalam menapaki panggilan hidup. Warga sekitar
selalu mendukung.
Fr. Nov. Thomas Brian W & PN. Marianus
Para tamu undangan sedang menyimak sambutan-sambutan
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
7
Hospitality : Ciri Khas Pelayanan Oblat
Keramahtamahan (Hospitality) mewarnai suasana
penyambutan calon pra-novis baru OMI pada misa komunitas Novisiat.
Misa komunitas dipimpin oleh Rm. Sussanto OMI dengan ditemani
empat imam OMI lainnya, Rm Toro, Rm. Carlo, Rm. Niko Ola, dan
Rm. Yulianto. Hadir juga dalam misa ini beberapa anggota PPdM, para
novis, serta bapak/ibu pemerhati
Novisiat.
Penyambutan yang ramah dan
sopan menjadikan seseorang merasa
kerasan untuk tinggal dan berkomunikasi
dengan sang penyambut. Hal ini telah
diusahakan oleh komunitas Novisiat
sebagai wujud kongkret dari pesan bapa
pendiri, St. Eugenius de Mazenod
kepada para oblatnya : “Tinggallah di
dalam kalian cinta kasih, cinta kasih, dan
cinta kasih”.
Keramahtamahan menjadi bagian dari cinta kasih kepada
sesama sebagai wujud tanda persaudaraan dan kekeluargaan. Bukankah
ini adalah ciri khas pelayanan seorang Oblat? Seorang oblat diharapkan
memberikan totalitas diri dalam setiap pelayanannya di manapun
mereka ditempatkan, hadir sebagai pribadi yang mengasihi orang lain.
Hal-hal seperti ini ditumbuhkembangkan dalam rentang masa
formasi sebagai formandi dalam kongregasi OMI baik sebagai calon
oblat maupun mereka yang dalam masa on going formation sebagai
seorang oblat. Aku bersyukur menjadi bagian dari pengalaman
persaudaraan ini. Kesadaran bahwa sikap ramah-tamah dan saling
menghargai menjadi nilai yang aku dapat dari peristiwa ini.
Refleksi
Fr. Nov. FX. Togar Mulya Nainggolan
Rm. Toro OMI menyampaikan kesan pesan penyambutan pranovis
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
8
Inisiasi Pranovis
“Ya Bapa, kirimkanlah kepada kami pemuda-pemuda yang
murah hati, yang mempunyai kecintaan mendalam kepada Yesus, yang
bersedia mempersembahkan seluruh hidupnya kepada-Mu.”
Demikianlah penggalan Doa Tahun Panggilan Oblat yang selalu kami
doakan setiap sore setelah berdoa Rosario.
Tuhan menjawab doa
tersebut. Ia mengirim enam
pemuda yang berasal dari
berbagai pulau di Indonesia
seperti Pulau Jawa, Flores, dan
Kalimantan. Mereka ialah Amos
Rizaldi, Antonius Jumiat,
Ferdinandus Armando Ado,
Fransiskus Deri Marseleno,
Marianus Oktovianus dan
Vicensius Aldi Duta Prasetyo.
Mereka telah diinisiasi menjadi
pranovis OMI pada hari Rabu, 03 Juli 2018. Acara inisiasi dimulai
pukul 18.00 WIB yang bertempat di Kapel Novisiat OMI Beato Joseph
Gerard, Blotan, Yogyakarta.
Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda seperti
budaya dan tempat pendidikan. Namun panggilan Tuhan telah
mempersatukan mereka. Dan melalui inisiasi ini mereka telah menjadi
satu komunitas yang berlandaskan semangat pelayanan.
Kedatangan mereka disambut dengan penuh syukur dan sukacita
karena telah memilih cara hidup yang berbeda dari anak muda se-
usianya. Banyak hal yang mereka tinggalkan demi menapaki panggilan
Tuhan di Komunitas Pranovisiat Beato Joseph Cebula.
Acara inisiasi dihadiri oleh delapan orang imam oblat yakni Rm.
Tarsisius Eko Saktio (Provinsial OMI Indonesia), Rm. Antonius
Berita G
erar
d.C
om
/Fr.
Fra
ns
PN. Amos Rizaldi menandatangani berkas inisiasi
9
Sussanto (Magister Novis), Rm. Ignatius Yulianto (Socius), Rm.
Antonius Widiatmoko (Rektor Skolastikat), Rm. Aloysius Wahyu
Nugroho (Promotor Panggilan), Rm. Bernardus A. Rukmono (Direktur
Yuniorat), Rm. Petrus John McLaughlin (Pastor rekan SMI, Kalideres),
dan Rm. Carlo Bertolini Yalai ( Pastor rekan Dahor, Balikpapan).
Selain Komunitas Novisiat, hadir pula beberapa tamu lainnya
yakni Frater dan Bruder dari skolastikat, Yuniores, mantan OMI,
pemerhati Novisiat, PPdM (Putra-Putri de Mazenod) dan para guru
yang mengajar di Novisiat.
Acara inisiasi dipimpin oleh Rm. Wahyu selaku promotor
panggilan. Rm. Wahyu menyerahkan keenam saudara kami pada Rm.
Provinsial untuk diinisiasi memasuki gerbang formasi Pranovisiat
OMI.
Tujuan dari masa pranovisiat ialah untuk membantu mereka
menemukan kematangan secara manusiawi dan kristiani. Hal tersebut
bertujuan agar mereka dapat menghasilkan buah serta menyesuaian diri
dengan menjalani hidup sebagai seorang oblat ketika memasuki masa
Novisiat.
Tuhan memanggil mereka bukan karena mereka luar biasa tetapi
karena mereka bersedia menjawab panggilan Tuhan. Mereka menjawab
panggilan itu dengan cara hidup menjadi seorang yang
mempersembahkan diri pada kehendak Tuhan. Aku bersyukur karena
ada saudara sepanggilan yang akan bersamaku menapaki panggilan
Tuhan di tempat ini.
Pengalungan salib oleh Rm. Eko, Provinsial OMI Indonesia
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
Fr. Nov. Suni Bonikus Bunghari
10
Historia Domus – Galeria Nostra
Keluarga Duta, novis &
pranovis sesaat sebelum
pulang. Selamat jalan Duta,
semoga sukses & tetap
bersukacita dalam
panggilan…
Perayaan Ultah kelahiran
Fr. Riski & Kaul Rm. Yulianto
OMI…Happy Birth Day, God
Bless You…
Frater & Bruder OMI seusai
misa kaul perdana.
Proficiat frater dan bruder,
semoga tetap bersukacita
dalam panggilan..
Rm. Yuli & Novis bersama
Rm. John O’Doherty OMI…
Selamat jalan, Rm. John.
Pray for us.
11
Historia Domus – Galeria Nostra
Perayaan Ultah Paroki Babadan
dan Pesta Rakyat..Selamat
Ultah & Selamat Pesta, semoga
umat Babadan makin
berkembang dalam iman,
harapan & Kasih..
Novis dan Pranovis
rekreasi futsal di Telaga
Futsal 03…Didalam tubuh
yg sehat terdapat jiwa yg
kuat..Keep it..
Novis & Pranovis bersama
P. Maryanto & P. Carlo
sesaat sebelum pulang..
Terima kasih Pastor atas
kebersamaannya.
Orientasi lingkungan
sekitar Novisiat dan
rekreasi perdana pranovis..
Mumpung ada kamera,
mejeng dulu ah…
12
Gradu Diverso Via Una
“Banyak langkah namun satu tujuan” inilah motto angkatan
kedelapan kaulwan yang mengikrarkan kaul pertama mereka di kapel
Novisiat OMI Blotan. Mereka adalah Br. Jack, Fr. Redwan, Fr. Paiman,
Fr. Markus, Fr. Nathan, Fr. Bene, Fr. Agung, dan Fr. Jerome.
Suasana sukacita pun memenuhi
rangkaian acara yang diadakan pada Kamis, 5
Juli 2018 ini. Di hadapan Provinsial OMI
Indonesia Rm. Eko Saktio OMI, delapan
kaulwan mengucapkan kaul kebiarawanan
mereka untuk pertama kalinya.
Mereka dapat mengucapkan kaul
setelah menyelesaikan pendidikan di Novisiat
OMI selama kurang lebih dua tahun. Masa itu
dibagi menjadi dua bagian yakni 8 bulan masa
pranovisiat dan 1 tahun penuh masa novisiat
tahun kanonik. Mereka pun memperoleh
kesempatan untuk merasakan tanah misi OMI
dalam masa perutusan selama dua bulan.
Perayaan Ekaristi yang bertemakan motto angkatan kaulwan
dipimpin oleh Provinsial OMI Indonesia dan didampingi oleh sembilan
imam lainnya. Dari distrik formasi Rm. Sussanto OMI selaku Magister
Novis, Rm. Yuli OMI selaku Socius dan pendamping para pranovis,
Rm. Widi OMI, Rm. Wahyu OMI dan Rm. Rukmono OMI. Hadir pula
Rm. Damianus OMI bersama Rm. John Sherman OMI serta Rm. Carlo
OMI dan Rm. Heru OMI yang menjadikan peristiwa penting ini
semakin spesial.
Rm. Eko OMI didalam homilinya menyampaikan beberapa hal
bagi para kaulwan. Beliau berpesan supaya pilihan hidup tersebut
sungguh-sungguh dihayati oleh mereka. Kaul yang diucapkan adalah
bentuk persembahan diri yang seutuhnya kepada Allah melalui Gereja
dan Kongregasi. Tidak lupa beliau pun meminta bantuan doa bagi para
Berita
Pengucapan kaul di hadapan Provinsial
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
13
kaulwan kepada sekitar 160 kerabat dan tamu undangan yang
menghadiri perayaan ini.
Sebelum berkat
penutup, Fr. Agung OMI
mewakili teman angkatannya
menyampaikan beberapa hal.
Ucapan terima kasih beliau
sampaikan kepada keluarga,
kerabat, para formator hingga
bagi para pemerhati dan donatur
yang mendukung serta
mendampingi dengan cara masing-masing. Secara khusus dia
menyerahkan sebuah buku berjudul “Belajar dari para Oblat di Tanah
Misi” kepada Romo Provinsial. Buku ini berisi hasil refleksi dan
pengalaman mereka selama mengalami masa perutusan.
Acara ramah tamah setelah perayaan Ekaristi dibuka dengan
peluncuran buku yang mereka terbitkan bersama dengan Pak Jaya
Supeno. Setiap tamu undangan pun boleh membawa pulang buku
tersebut. Rangkaian acara ditutup dengan pamitan para kaulwan di
Taman Maria Novisiat karena mereka akan langsung pindah ke
Seminari Tinggi OMI Wisma de Mazenod di Condong Catur.
Seandainya tidak ada unggas
tidaklah rusak padi di sawah
Seandainya tidak dikarenakan tugas
kita tidak mungkin berpisah
Potong bambu di pulau Flores
ujungnya jatuh di mana-mana
Jika ingin menjadi misionaris
siap diutus ke mana-mana
(Bro. Jack OMI)
Fr. Nov. Evan &PN. Amos
Para Kaulwan yang resmi menjadi anggota dalam kongregasi OMI
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
14
Tuhan masih Memilihku
Tak terasa dua tahun telah berlalu. Masih kuingat sensasi awal
saat aku menginjakkan kaki pertama kali di Yogyakarta tanggal 12 Juli
2016 untuk memulai masa formasiku
sebagai seorang calon Oblat.
Perasaan asing yang kurasakan
waktu itu terasa begitu cepat berganti
saatku menjalani dinamika hidup
sebagai seorang pranovis dan novis
di Novisiat OMI, Blotan,
Yogyakarta. Tanggal 5 Juli 2018,
dua tahun kemudian, akhirnya aku menyelesaikan tahap pendidikan
awalku dengan mengikrarkan kaul pertama. Hari yang patut kusyukuri
karena meski begitu banyak kekurangan, Tuhan masih mengijinkan aku
untuk menjadi alat-Nya. Diperkenankan mengikrarkan kaul pertama
berarti aku masih diberi kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.
Melihat pengalamanku selama dua tahun ini, aku menyadari
bahwa semua ini tidak terlepas dari campur tangan Tuhan. Jika tanpa
campur tangan-Nya, tentu tak mungkin aku mampu melalui semua ini,
yang terkadang terasa begitu berat. Entah itu tugas yang begitu banyak,
kesulitan membagi waktu, maupun godaan-godaan untuk menyimpang
dari jalan panggilan ini, memegang uang sembunyi-sembunyi atau
menggunakan komputer dan HP tidak sebagaimana mestinya.
Ini semua semakin meyakinkanku bahwa Kristus sendirilah
yang mengundangku untuk ikut jalan-Nya. “Kristus telah mengundang
kita untuk mengikuti-Nya dan mengambil bagian dalam perutusan-Nya
melalui sabda dan karya” (konstitusi no. 1). Semoga dengan menyadari
semua ini, aku dapat semakin menghayati panggilan-Nya dari hal-hal
sederhana: belajar dengan giat untuk mendukung panggilanku, juga
mengerjakan tugas-tugas kebidelan dengan penuh tanggung jawab.
Refleksi
Fr. Georgius Redwan, OMI
Do
k. F
r. R
edw
an O
MI
Foto persiapan kaul perdana Fr. Redwan OMI
15
Kesasar Futsal
Setelah perayaan pengikraran kaul, kami mengajukan proposal
rekreasi futsal kepada magister. Kami berangkat bersama-sama
menggunakan sepeda onthel. Karena kami banyak, maka kecepatan
jalan kami pun tidak stabil. Karena itulah, aku berinisiatif untuk
mendahului teman-teman. Dalam
benakku berkata “Apa salahnya
mendahului teman-teman? Lagi
pula aku tahu tempat futsalnya.
Kalau aku datang lebih cepat, aku
dapat beristirahat terlebih dahulu
sebelum bermain bola.” Pemikiran
itu aku laksanakan, dan aku sampai
di tempat futsal. Aku adalah orang pertama yang sampai di Telaga
Futsal 01, tempat yang telah disetujui rombongan.
Aku merasa bingung, karena setelah menunggu sekitar 20 menit
tidak ada satu pun teman yang datang. Aku merasa khawatir dan curiga.
Benar saja, ternyata Telaga Futsal 01 sedang digunakan untuk turnamen
besar. Akhirnya dengan malu aku pulang ke Novisiat.
Tujuan kepulanganku adalah untuk mencari letak tempat futsal
yang direncanakan dengan bantuan google maps. Aku merasa sangat
lelah karena bolak-balik dari Novisiat ke tempat futsal. Namun pada
akhirnya, aku sampai juga pada tempat futsal yang ditentukan,
Pengalamanku ini menunjukkan keserakahan, egois dan hidup
praktis. Hal ini bisa dilihat dari tindakanku yang ingin untung sendiri,
bukan pengorbanan. Alhasil aku justru terjebak dalam keserakahanku
sendiri. Berbeda dengan ajaran Yesus yang mengutamakan kasih,
kesabaran dan pengorbanan. Lewat pengajaran itulah aku berani
berkorban dan tinggal dalam kasih bersama ajaran Kristus.
Refleksi
Fr. Nov. FX. Yulianto
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
Suasana rekreasi futsal di Telaga Futsal 03
16
Mengenal Pastor Carlo Bertolini Yalai OMI
Kedatangan Pastor Carlo di Novisiat OMI bagiku membawa
sukacita bagi komunitas. Beliau adalah misionaris OMI asal Italia yang
datang ke Indonesia, menuju ke Samarinda.
Beliau tiba di Samarinda pada tahun 1979.
Sebagai misionaris di Indonesia beliau perlu
waktu sekitar tiga sampai empat bulan untuk
menguasai bahasa Indonesia. Pastor Carlo
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI)
pada tahun 1988. Beliau menjadi WNI saat
menjadi gembala umat di Tarakan dengan
nama Indonesia “Carlo Bertolini Yalai”.
Yalai diambil dari nama salah satu sungai di
Sekatak, seberang pulau Tarakan. Itulah
biografi singkat Pastor Carlo.
Ketika bersama dengan beliau aku
sering mendengar beliau menyanyikan lagu “Pondok Maria di Gunung
Rian”. Selain menyanyikan, beliau juga menceritakan bahwa di gunung
Rian itu ada air terjun tujuh tingkat. Sangat menarik. Di tingkat kedua
air terjun itu terdapat pondok Maria. Ketika mendengarkan beliau
menceritakan pengalaman ini, aku merasakan bahwa tempat yang
diceritakan beliau begitu indah sehingga membuatku penasaran dan
ingin ke sana.
Aku melihat dan merasakan sendiri betapa Pastor Carlo setia
dalam doa harian serta sangat menikmati rutinitas dan keteraturan hidup
sehari-hari meskipun sudah tua. Aku terinspirasi dari beliau ingin
meniru gaya hidup misionaris asal Italia ini dengan totalitas hidup
sebagai misionaris OMI seperti itu. Pastor Carlo sungguh layak menjadi
panutan bagi calon misionaris OMI seperti kami para novis.
Fr. Nov. Pinansius Sakai
Refleksi G
erar
d.C
om
/Fr.
Fra
ns
Rm. Carlo sedang duduk santai bersama tongkat
kesayangannya
17
Kesetiaan
Ibu Yosephin Sri Windrati sering di panggil
Bu Win lahir pada tanggal 15 November 1958.
Beliau adalah salah seorang karyawan di
Novisiat OMI. Bu Win sudah cukup lama
bekerja di Novisiat OMI. Dalam bekerja, Bu
Win adalah pekerja keras, tak kenal lelah, setia,
rendah hati, ulet dan sopan. Hal tersebut turut
diperkuat dengan kesaksian para karyawan
Novisiat OMI.
Melalui teladan Bu Win, kami (Novis dan Pranovis) mendapat
pelajaran untuk dapat bertanggung jawab dan setia terhadap segala
pekerjaan. Teladan Bu Win sangat patut untuk dicontoh, terlebih oleh
diriku.
Banyak kenangan dan pengalaman yang mengesan bagi kami
selama berjumpa dengan Bu Win. “Mas sapunya di mana?” itulah yang
sering ditanyakan Bu Win kepada
kami ketika alat kerjanya (sapu)
tidak ada di tempat. Inilah bukti
ketelitian, tanggung jawab dan
ketegasan dari Bu Win.
Kini Bu Win telah tiada,
tetapi kenangan terhadap Bu Win
tetap tersimpan dalam benak kami.
Selamat jalan Bu Win, terimakasih
atas pelajaran dan pelayanan yang
telah ibu berikan kepada komunitas
Novisiat.
Fr. Nov. Julianus Rizki Widitomo
Biografi
Ger
ard
.Co
m/F
r. F
ran
s
18
Ayam yang Berkelana
”Hati yang cerah biasanya (?) berakhir dengan indah” itulah
kata-kata Fr. Frans. Tapi kalian para pembaca yang budiman, tolong
jangan terlalu percaya pada ucapan itu. Mengapa demikian? Karena aku
adalah korban dari mantra aneh itu.
Kala itu aku mempunyai tugas berat ♪ berat memang tugasmu,
tetapi kau diberi rahmat… ♪ Bersama rekan kerjaku, Marianus (muka
preman berhati suci) dan Amos (umur muda muka tua), kami
menghantarkan daging ayam beku
dari Novisiat OMI ke toko di
Novisiat CB. Berkat mereka aku
yakin bahwa aku akan sukses
menjalankan misi ini.
Tibalah keberangkatan kami.
Kami menyusur jalan yang berliku
dan penuh godaan. Untung saja kami tidak mempunyai uang, sehingga
godaan seperti itu tidak mempan bagi kami. Setelah kurang lebih 20
menit berjalan, kami baru sadar bahwa kami tidak tahu jalan ke Biara
CB. Namun bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur
Aku teringat bahwa aku harus memasrahkan segalanya kepada
Tuhan, maka aku teruskan perjalanan. Kini tibalah kami di perempatan
ring road. Perempatan ini membuat kami putus asa. Seperti jalan yang
penuh ranjau, salah mengambil arah kami bisa mati kelaparan.
Disaat keadaan semakin runyam, aku memandangi raut wajah
Amos dan Marianus. Mereka tampak gelisah dan marah. Bahkan
seandainya bisa, mungkin ayam yang telah mati kaku itu akan bangkit
dan pulang ke Novisiat sendiri. Tapi sayang, sekarang ayam itu hampir
jadi ayam panggang (jadi kamu lebih sayang kepada ayam dari pada
Marianus?!!). Hingga pada akhirnya aku dan kedua bodyguard-ku
kembali ke Novisiat OMI.
PN. Jumiat
Pernak-Pernik Panggilan
Do
k. In
tern
et
Ayam potong menggambarkan barang bawaan jumiat dan kawan-kawan
19
Religius yang Damai & Sejahtera
Judul buku : Membangun Hidup Religius
Yang Damai & Sejahtera
Oleh : Br. Theo Riyanto, FIC &
Br. Martin Handoko, FIC
Penerbit : Kanisius
Tebal : 182 halaman
Buku yang berjudul “Membangun Hidup
Religius yang Damai dan Sejahtera” adalah buku
yang mengetengahkan beberapa hal yang sering
kurang dialami dan dimengerti secara tepat baik oleh para religius
maupun oleh awan.
Hal-hal tersebut lebih pada pada tataran psikologi, aspek
manusiawi serta menyangkut kecerdasan emosi dan spiritual.
Kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dikupas cukup panjang lebar
karena hal itulah yang merupakan unsur terpenting dalam kehidupan
religius.
Seringkali persoalan yang muncul dalam kehidupan religius
bukan pertama-tama soal penghayatan tiga kaul namun soal komunikasi
dan relasi dalam kehidupan bersama, soal cemburu dan iri hati, soal
kemampuan mengelola emosi, dan lebih-lebih ketidakdewasaan rohani.
Buku ini ingin membantu para pembaca untuk semakin mengerti
bagaimana mengusahakan hidup sebagai religius yang bahagia dan
sejahtera. Bagi umat awam, membaca buku ini akan dapat semakin
mengerti bagaimana arti sebuah kecerdasaan intelektual, emosi dan
kecerdasan rohani / spiritual itu sendiri.
Fr. Nov. Frederico Santos
Ringkasan Buku D
ok.
Fr.
To
gar
20
Gerard. Com Pendamping : Rm. Ant. Sussanto OMI; Rm. Ign. Yulianto OMI Redaktur Piket Edisi ini : Fr. Nov. Togar & Fr. Nov. Suni Kontributor : Pranovis, Novis, Formator Alamat Novisiat OMI Beato Joseph Gerard, Jln. Kamboja No.17, RT 01/RW 40 Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55581 Telp : 0274-889783 Foto Cover : Komunitas bersama P. Carlo OMI menjelang misa kaul pertama. Buletin Gerard.com dapat di download di www.omi-indonesia.org