edisi keempat

4
Edisi IV-Januari 2005 Walikota Payakumbuh: Karena Saya Cinta Payobasung Sakubang (Nov 2004), BARAN erimis yang turun menyirami nagari GPayobasuang sejak malam sekan enggan berhenti. Pagi itu matahari pun ogah menampakkan dirinya walau kemudian muncul malu- malu. Udara Sakubang terasa agak dingin dari biasanya. Namun panitia pelantikan Pengurus KAN Payobasuang tak hendak menghentikan tugasnya menyambut kedatangan bapak Walikota Payakumbuh yang akan mengukuhkan kepengurusan KAN periode 2004-2005. Tak lama tampak rombongan pak Dandim dan Kapolsek. Juga ada rombongan pengurus KAN se-Kota Payakumbuh/50 Kota. Hampir tengah hari Bpk. H. Josrizal Zein, putera Payobasuang yang juga Walikota Paykumbuh pun datang. Acara pun dimulai. Sementara para ibu, Bundo Kanduang mulai menyemarakan jalan dengan rombongan Batalam Godang dengan aneka ragam masakan, bermacam kue dan buah-buahan. Menurut informasi yang diperoleh BARAN satu set Talam bisa menghabiskan 300 hingga 500 ribu rupiah. Besar juga ya? Untuk hal-hal penting seperti ini kita memang tidak kenal krismon atau resesi. Talam mewakili kebanggan suku, keharuman ninik mamak dan bundo kanduang itu sendiri. Dalam sambutan Pak Wali menyebutkan bahwa tanggung jawab Ninik mamak ke depan akan bertambah berat. Karena arus informasi dan globalisasi tidak dapat dibendung. Bisa dengan leluasa masuk melalui parabola, televisi dan internet. Kita harus pandai- pandai memilah dan memilih informasi yang bagus dan baik. Kalau tidak bisa bahaya bagi kelangsungan adat istiadat. Ekses negatif yang sudah terasa dampaknya di “Payobasuang adalah Pacu Kudo di Macao melalui Parabola”, demikian kata pak Wali. Warung-warung penyelenggara Pacu Kudo ini, al ham du lillah tutup selama bulan ramadhan yang lalu, karena memang ada pemeriksaan oleh aparat. Menyikapi hal ini Pak Wali memesankan kepada Dandim dan Kapolsek agar memberi perhatian khusus kepada Nagari Payobasuang “Tolong pak, kampuang saya, nagari saya, diperhatikan. Saya malu bila justru nanti orang berkata ternyata kampuang pak Wali paling hebat penyakit masyarakatnya”, demikian kata mantan salah satu Direktur Pertamina dalam pidatonya. “Jangan coba-coba datang ke rumah minta tolong, minta beking. Saya memang agak keras, khusus untuk Payobasuang. Karena saya cinta Payobasuang”, lanjutnya diiringi tepuk tangan para hadirin. Selepas pengukuhan pengurus KAN dilanjutkan dengan halal bil halal dan makan basamo di aula karang taruna Nusa Indah. Malam sebelumnya di aula tersebut para pemuda yang tergabung dalam karang taruna menyelenggarakan malam hiburan Malopeh Tadogak. Tampil pada malam itu pemain band handal dari segala generasi, BAND Galodo pun tak ketinggalan. Pada malam itu berhasil terkumpul dana ratusan ribu rupiah yang langsung diserahkan ke kas karang taruna Nusa Indah. Sementara itu, warga lainnya menikmati jalan-jalan keliling SUMBAR dengan mobil Pulang Basamo. Ada yang ke Bukit Tinggi, Singkarak, Pagaruyuang dan bahakan ke Muaro Padang. Rombongan pulang basamo ternyata juga membagi kebahagiaan bagi warga di kampuang. Keesokan malamnya di balai adat diadakan pula ceramah adat yang mendatangkan ahlinya yaitu Bpk. Maharnis Zul. “Kami berharap acara seperti ini berkelanjutan karena sangat bermanfaat sekali khususnya bagi kami yang baru jadi Pangulu ini”, demikian kata Dt. Pangulu Bosa nan Gopuang yang saat ini menjabat Ketua KAN. Dalam kesempatan itu Ketua Umum IKP-Jaya, DH. Dt. Rajo Dirajo nan Mudo didampingi Sekretarisnya R. Andiko menyerahkan secara simbolis sumbangan perantau Jakarta untuk 3 mesjid di Payobasuang, Koto Panjang dan Koto Baru masing-masing Rp. 1,1 juta. Juga untuk SD Negeri sekitar Rp. 1 juta pula. “Jangan lihat dari nilainya, tapi ini wujud kecintaan kami perantau terhadap nagori. Bukan hanya pak Wali saya rasa, kita semua harus cinta Payobasuang”, demikian disampaikan oleh Ketua IKP-Jaya Bukan hanya pak Wali, perantau, pangulu, ninik mamak, bundo kanduang, anak mudo, BARAN pun cinta Payobasuang - BERSATULAH, BANGKITLAH PAYOBASUANG...! (Red) Rombongan Walikota Halaman 1

Upload: koran-baran

Post on 03-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Terbit Januari 2005

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi Keempat

Ed

isi IV

-Ja

nu

ari

20

05

Walikota Payakumbuh:

Karena Saya Cinta PayobasungSakubang (Nov 2004), BARAN

er im is yang tu run m e n y i r a m i n a g a r i GPayobasuang sejak

malam sekan enggan berhenti. Pagi itu matahari pun ogah menampakkan dirinya walau kemudian muncul malu-malu. Udara Sakubang terasa agak dingin dari biasanya. Namun panitia pelantikan Pengurus KAN Payobasuang tak hendak menghentikan t u g a s n y a m e n y a m b u t kedatangan bapak Walikota Payakumbuh yang akan mengukuhkan kepengurusan KAN periode 2004-2005.

Tak l ama tampak rombongan pak Dandim dan Kapolsek. Juga ada rombongan p e n g u r u s K A N s e - K o t a Payakumbuh/50 Kota.

Hampir tengah hari Bpk. H. Josrizal Zein, putera Payobasuang yang j uga Walikota Paykumbuh pun datang. Acara pun dimulai.

Sementara para ibu, Bundo Kanduang mulai menyemarakan jalan dengan rombongan Batalam Godang dengan aneka ragam masakan, bermacam kue dan buah-buahan. Menurut informasi yang diperoleh B A R A N s a t u s e t Ta l a m b i s a menghabiskan 300 hingga 500 ribu rupiah. Besar juga ya? Untuk hal-hal penting seperti ini kita memang tidak kenal krismon atau resesi. Talam mewakili kebanggan suku, keharuman ninik mamak dan bundo kanduang itu sendiri.

Dalam sambutan Pak Wali menyebutkan bahwa tanggung jawab Ninik mamak ke depan akan bertambah berat. Karena arus informasi dan globalisasi tidak dapat dibendung. Bisa dengan leluasa masuk melalui parabola, televisi dan internet. Kita harus pandai-pandai memilah dan memilih informasi yang bagus dan baik. Kalau tidak bisa bahaya bagi kelangsungan adat istiadat.

Ekses negatif yang sudah

terasa dampaknya di “Payobasuang adalah Pacu Kudo di Macao melalui Parabola”, demikian kata pak Wali. Warung-warung penyelenggara Pacu Kudo ini, al ham du lillah tutup selama bulan ramadhan yang lalu, karena

memang ada pemeriksaan oleh aparat. Menyikapi hal ini Pak Wali memesankan kepada Dandim dan Kapolsek agar memberi perhatian khusus kepada Nagari Payobasuang “Tolong pak, kampuang saya , nagar i saya , diperhatikan. Saya malu bila justru nanti orang berkata ternyata kampuang pak W a l i p a l i n g h e b a t p e n y a k i t masyarakatnya”, demikian kata mantan salah satu Direktur Pertamina dalam pidatonya.

“Jangan coba-coba datang ke rumah minta tolong, minta beking. Saya memang agak keras, khusus untuk Payobasuang. Karena saya cinta Payobasuang”, lanjutnya diiringi tepuk tangan para hadirin.

Selepas pengukuhan pengurus KAN dilanjutkan dengan halal bil halal dan makan basamo di aula karang taruna Nusa Indah.

Malam sebelumnya di aula tersebut para pemuda yang tergabung dalam karang taruna menyelenggarakan malam hiburan Malopeh Tadogak.

Tampil pada malam itu pemain band handal dari segala generasi, BAND Galodo pun tak ketinggalan. Pada malam itu berhasil terkumpul dana ratusan ribu rupiah yang langsung diserahkan ke kas karang taruna Nusa Indah.

Sementara itu, warga lainnya menikmati jalan-jalan keliling SUMBAR dengan mobil Pulang Basamo. Ada yang ke Buk i t Tingg i , S ingkarak , Pagaruyuang dan bahakan ke Muaro Padang. Rombongan pulang basamo ternyata juga membagi kebahagiaan bagi warga di kampuang.

Keesokan malamnya di balai adat diadakan pula c e r a m a h a d a t y a n g mendatangkan ahlinya yaitu Bpk. Maharnis Zul. “Kami berharap acara seperti ini berkelanjutan karena sangat

bermanfaat sekali khususnya bagi kami yang baru jadi Pangulu

ini”, demikian kata Dt. Pangulu Bosa nan Gopuang yang saat ini menjabat Ketua KAN.

Dalam kesempatan itu Ketua Umum IKP-Jaya, DH. Dt. Rajo Dirajo nan Mudo didampingi Sekretarisnya R. Andiko menyerahkan secara simbolis sumbangan perantau J a k a r t a u n t u k 3 m e s j i d d i Payobasuang, Koto Panjang dan Koto Baru masing-masing Rp. 1,1 juta. Juga untuk SD Negeri sekitar Rp. 1 juta pula.

“Jangan lihat dari nilainya, tapi ini wujud kecintaan kami perantau terhadap nagori. Bukan hanya pak Wali saya rasa, kita semua harus cinta Payobasuang”, demikian disampaikan oleh Ketua IKP-Jaya

Bukan hanya pak Wali, perantau, pangulu, ninik mamak, bundo kanduang, anak mudo, BARAN pun cinta Payobasuang -

BERSATULAH, BANGKITLAH PAYOBASUANG...! (Red)

Rombongan Walikota

Halaman 1

Page 2: Edisi Keempat

Pajakditerbitkan untuk kalangan sendiri oleh:

Ikatan Keluarga Payobasuang Jakarta Raya (IKP-JAYA)Redaksi:

Pemimpin Umum: Denny HendrawanPemimpin Redaksi: Rishag Andiko

Redaksi: Hurisal Djamhur, Seorang Budhinova, Sosiawan, IlhamsyahKeuangan: Donny JE, Syukrawarti, Siti Gemala

Distribusi: Bobby Kurniawan, Iyan Wikarta, NovrikoKoresponden: Armand Ch., Irwandi, Adenal, Selly (Pyb) - Dr. Yosza Dasril

(Malaysia) - Irawadi Irdja (Riau)Alamat: Jl. Margasatwa Raya 72 Pondok Labu Jakarta Selatan

Telp. 021 751 2386 - e-mail:[email protected]

REDAKSI

ILIK

dak tahu, apa yang mesti diucapkan ketika mendengar Nrespon begitu bagus dari para

pembaca. Ada rasa senang dan bangga, itu pasti. Namun yang cukup m e n y e s a k k a n a d a l a h k e t i k a “seharusnya” BARAN telah sampai dihadapan pembaca dan ia tak kunjung mucul. Ada apa dengan BARAN?

Koma? Atau memang tidak akan pernah terbit lagi. Ada (juga) beberapa nada miring. “Tuh, khan angek-angek cik ayam”. Sedih? Hal-hal seperti itu kalau anda mau tahu bukanlah merendahkan semangat kami. Sebaliknya malah membuatnya semakin menggelora.

Kami berterima kasih dengan

orang-orang yang sinis. Karena kami tahu dalam hati sebenarnya mereka juga “RINDU”. Seperti juga komentar positif yang lain, “Usahakanlah BARAN tetap terbit, sekali sebulan, dua kali juga boleh. Karena bagi kami yang penting ada”.

Ada kebanggaan, ada kesedihan, ada harapan, ada keraguan, ada kerinduan, yang paling penting masih ada MIMPI. Mimpi Untuk tetap ada, mimpi untuk tetap mendatangi warga di rantau dan di kampuang. Edisi kali ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana Baran dibutuhkan. Pertanyaannya sekarang, “Kenapa “kacio” BARAN belum diisi juga? Ada apa dengan pembaca? (Red)

Ada Apa?

Salam Sayang

Karena

“Kami Cinta Payobasung”(Berita dalam Foto oleh Iyan Wikarta)

Oleh-Oleh

“Pulang Basamo”

Bund

o K

and

ua

ng

Peng

uru

s KA

N

Payo

ba

sua

ng

20

04

-20

09

Paniti

a in

Ac

tion

Ba

iyo

-iyo

Dub

ala

ng

Pa

ng

ulu

Ma

kan B

asa

mo

Ap

ara

t jo

Nin

iek

Ma

ma

k

Pak

Wa

liko

ta jo

Da

nd

im

Pula

ng

Ka

mp

ua

ng

- M

am

pir

ke J

am

Go

da

ng

di B

uki

k Ting

gi

Pak Dotor

Halaman 2

Page 3: Edisi Keempat

Renungan

ALANGGANG

PANGONOHPANGONOH

eberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri 1425 H, bapak BWalikota Payakumbuh, H.

Josrizal Zein, mengukuhkan pengurus Kerapatan Adat Nagari (KAN) Payobasuang periode 2004-2009. Sebagai Ketua Dt. Pangulu Bosa nan Gopuang dan Sekretaris Dt. Paduko Bosa nan ...(?). Ke depan pengurus KAN berharap dapat kembali menghidupkan nilai-nilai, norma-norma adat di kampuang kita. Beberapa aturan mulai kembali digali dan ditetapkan. Salah satu contoh adalah Tidak boleh bagi “anak gadih” memakai “celana jeans” dan “kaus oblong” kalau pergi manjalang bolek.

Namun sebelum kita melangkah membahas apa yang akan dilakukan oleh Ninik Mamak ke depan ada baiknya kita surut ke belakang. Basijarah wak saketek. Suai?

Kami mendapatkan data bahwa saat ini ada 64 (enam puluh empat) gelar penghulu yang aktif di Nagori awak, dan 19 (sembilan belas) gelar tidak aktif, mungkin karena tidak ada penerus atau balipek. Jadi total gelar pangulu ada 83 (delapan puluh tiga). Luar biasa banyak bukan? Akan malu sekali kita dengan banyaknya pangulu tetapi nilai-nilai adat belum wujud dalam masyarakat.

Dari ke 64 gelar itu terdistribusi 6 orang di Melayu, 6 orang di Bodi, 9 orang di Caniago, 4 orang di Supanjang, 15 orang di Piliang, 7 orang di Payobodoh, 8 orang di Salo dan 9 orang di Pitopang.

14 orang diantaranya adalah Tuo Kampuang dan 50 orang Pangulu Andiko. Disamping itu ada yang tergolong Ka-Ompek Suku, mereka adalah Dt. Rajo Malikan nan Kunieng (Melayu), Dt. Majo nan Putieh (Bodi), Dt. Marajo Dirajo nan Mudo (Piliang) dan Dt. Tunaro nan Kunieng (Pitopang) mereka yang berempat ini adalah Ka-Ompek Suku Usoli. Ada pula Ka-Ompek Suku Cupak Balegoh yaitu: Dt. Rajo Pangulu Bosa nan Gopuang (Caniago), Dt. Tan Mamad nan Pandak

(Piliang) dan Dt. Damuanso nan Mudo (Salo).Selain pangulu atau ninik mamak

ada pula yang disebut Alim Ulama, antara lain Ongku Pondom (Bilal/Melayu), Kotik Majo ( K h a t i b / B o d i ) , M a l i n M a r a j o (Maulana/Piliang) dan Imam Malin Pantan (Imam/Pitopang). Mereka berempat bersama dengan Dt. bagindo Simarajo nan Bagonjong membawahi alim ulama yang ada dalam nagori, atau di setiap pasukuan.

Kemudian ada yang digolongkan Pagawai dan Hulubalang yang dikepalai

seorang Monti yaitu Tuk nan Bapayuang Godang (Pitopang), mereka adalah Dt. Paduko Bosa nan Garang (Parmato di Ateh O m e h / P i l i a n g ) , P a d u k o S a n j a t o (Pagawai/Payobodoh), Dt. Pangeran (Pangirieng Rajo/Salo), Nan Barambai Bosi (Pagawai/Salo), Intan Manogaan (Hulubang Nagori/Salo)

Kemudian ada Panglimo dengan gelar Ompang Limo Putieh, posnya di Batu Badindieng. Sang Panglimo ini fungsinya m e n c a k u p k e n a g a r i a n T i a k a j o Payobasuang. Menurut keterangan beliau inimemiliki semacam hak veto. Namun kami masih perlu mendapatkan keterangan yang lebih benar.

Dulu pada zaman Belanda pernah diangkat beberapa orang sebagai Tuek Suku antara lain adalah Dt. Tunaro nan Kunieng ( P i t o pa n g ) , D t . R a n g k a y o P u t i e h (Payobodoh), Dt. Marajo Dirajo nan Kunieng (Piliang), Dt. Rajo Pangulu nan Kunieng (Supanjang) dan Dt. Rajo Malikan nan Kunieng (Melayu). Apakah kelembagaan Tuek Suku itu masih berfungsi pada zaman reformasi ini belum kami dapat data yang pasti. Bisa saja setelah Belanda hengkang dari bumi pertiwi Tuek Suku tidak lagi

menjalankan aktivitasnya.Di depan telah kita bahas

bahwa ada 64 orang pangulu aktif di Payobasuang dari jumlah tersebut sebagian telah merantau, berapa banyak gelar yang diboyong ke rantau kami belum mendapatkan d a t a n y a . K e m u d i a n k a m i menemukan gelar “ganda”, satu gelar dipegang oleh dua orang dalam satu pasukuan, antara lain: Dt. Marajo Kakondo (Melayu), Dt. Pangulu Bosa nan Panjang (Caniago), Dt. Mangkuto Bosa nan Hitam (Piliang) dan Dt. Paduko Bosa nan Kunieng (Salo).

Dan zaman dahulu sekali ada yang disebut “Pamuncak” dengan Gelar Dt. Naro Anso nan

Garang di Pitopang dan “Pucuek” dengan gelar Dt. Majo Kayo di Melayu.

Dengan potensi yang demikian hebatnya dapat dibayangkan kemajuan seperti apa yang akan dicapai Payobasuang bila ninik mamak, cerdik pandai, alim ulama, bundo kanduang dan anak kemenakannya bersinergi bahu membahu membangun nagori.

Terakhir, kok ado jarum nan patah/ jang disimpan dalam peti/ tolong unjuek an bakeh datuek/ kok ado kato nan salah/ jang disimpan dalam ati/ tolong tunjuek an tek dek datuek.

Lai mangko baitu; umuo olun sataun jaguang, darah olun satampuek pinang, pangonoh singkek, kiro-kiro kurang. Jadi pulang maklum kapado datuek. Rila jo maaf ambo sampaikan. Tarimo kasieh (Red)

Sekilas tentang Potensi Pangulu Kito

Oleh: R. Andiko

Anda punya ide, pemikiran, uneg-unek dst,,, Tumpahkan disini.

Di Galanggang Pangonoh.

Bundo Kanduang - Limpapeh Rumah Godang

? Kok kurang loweh tapak tangan jo Niru kami

Tampuang...

K A

C I

O

Terima kasih kepada para perantau, dermawan dan donatur yang telah telah

mewujudkan KASIH SAYANG dengan mentransfer ke Rekening kami atas nama:

NURAINI - BCA Cab. Pondok Labu

No. 567 011 7199

Pikir menjadi Kata, Kata menjadi Laku, Laku

menjadi menjadi Adat, Adat menjadi Watak, Watak menentukan

Nasib.Ingin bernasib baik

berpikirlah yang baik-baik! Maaf - Karena keterbatasan teknis

Saldo Belum Dapat Kami tampilkan - Terima Kasih

Halaman 4

Page 4: Edisi Keempat

SMS Lelang Kue

ANGMUDOANGMUDO

Tidak adil juga rasanya kalau pada setiap terbitan kami hanya menghadirkan sosok “Nan Ka Godang (NKG)” dan “Keluarga Kita (KK)”. Karena NKG itu menampilkan anak-anak dan KK untuk yang berkeluarga. Lalu dimana mereka Nan Lah Godang tapi belum berkeluarga? Agaknya pembaca setuju dengan rubrik baru kita ini “RANG MUDO” untuk mengakomodasi eksistensi mereka. Tidak hanya Lelaki, Perempuan pun akan kami ekspos.

Hanya saja karena keterbatasan ruang sementara waktu kami akan tampil selang-seling. Edisi kali ini kami coba tampilkan seorang aktivis dan organisator potensial. Putera Payobasung dengan gebrakan berskala nasional. Ilhamsyah. Ikuti wawancaranya.

Media itu Roh sebuah OrganisasiIlhamsyah:

ore itu menjelang Maghrib kami bertemu dengan SIlham “Boing” Syah di

kantor PT. Frisindo Mitra Buana dengan senyum khasnya ia menyapa dan menyalami BARAN. Giginya yang putih tampak indah menghiasi wajahnya yang item manis. Jabat tangannya erat sekali dan hangat. Sejenak kami saling bertukar cerita karena lama memang tidak bersua. Cerita-punya cerita akhirnya merembet ke permasalahan BARAN yang belum juga terbit lagi. “Saya hanya baca BARAN 2 (dua) edisi. Dengan Bangga saya pamerkan kepada rekan-rekan aktivis di kantor kami. Mereka kagum sekali dengan BARAN”. Menurut Boing Media itu sangat penting menggerakkan sebuah organisasi,

untuk menyosialisasikan program-program dan menjadi pusat informasi bagi anggota atau warga organisasi itu. “Jadi sayang sekali kalau BARAN harus berhenti terbit”, tambahnya lagi.

emudian ia bercerita tentang Kbagaimana dulu para pejuang kemerdekaan yang selalu menjadikan media sebagai alat perjuangan. “Ini sebuah potensi yang luar biasa bagi IKP-Jaya, bila BARAN berjalan secara kontinyu, artinya tetap terbit secara berkala akan sangat membantu para perantau dalam hal informasi. Percayalah Media itu adalah roh sebuah organisasi”, katanya berapi-api.

oing yang saat ini aktif di Front BNasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI). Dalam aksinya FNPBI sering memperjuangkan hak-hak buruh seperti upah minimum, pesangon yang

layak bagi karyawan yang kena PHK, THR dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

e r n a h d i t a n g k a p d a n Pmendekam di sel Mapolda Metrojaya. Namun hal i tu bukan menyurutkan nyalinya untuk tetap memperjuangkan hak-hak buruh. Bahkan sepertinya ia masih ingin melajang. “Apakah mau tetap melajang nih, sementara kawan-kawan yang lain sudah menikah”, tanya BARAN sedikit menggoda. Kembali senyum manis berlesung pipit terlihat dari romannya. “Ibarat naik oto nan lah ponueh tontu copek barangkek eh”, jawabnya sedikit diplomatis.

erakhir Boing berkirim salam Tuntuk warga Payobasuang yang di kampuang, di Malaysia, di Riau, di Medan di seluruh Indonesia pokoknya. “Jangan biarkan BARAN terbengkalai, mungkin anda punya uang bantulah dengan uang, mungkin anda punya tulisan kirimkanlah ke redaksi, anda punya kendaraan bantulah menyebarkannya kepada warga yang belum mendapatkan. Ini adalah asset kita di masa depan. Ini saatnya kita membuktikan AKU Cinta Payobasuang” , ka tanya menutup wawancara.

Oh... iya bagi ibu-ibu yang memiliki anak padusi kok ley berkenan baminantu “aktivis” boleh dijajaki. Sayang nih, dilepas ke orang lain (hi...hi... sorry becanda, lagi iseng nih...! Redaksi)

BERITA DUKA CITAKami berduka atas Bencana Gempa dan Tsunami yang juga menimpa

Keluarga Besar Mertua dari Bobby Kurniawan di Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam.

Juga atas meninggalnya Bpk. Arham Hamid Dt. Rajo Dirajo nan Mudo, Mak Bogok, Wan Conggiek jo Pak Buyuang Kandeh.

Semoga amal mereka mendapat pahala dan ampunan di sisi ALLAH swt. Dan Keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar.

Selamat Borongan: (Selamat Hari Raya Idul Fitri 1425 H, Selamat Tahun Baru 2005

dan Selamat Hari Raya Idul Adha 1425 HSemoga warga Payobasuang dimana saja berada

Semakin Jaya dan SuksesRedaksi: 0852 1649 8574

Halaman 3