edit rekayasa sosial

Download Edit Rekayasa Sosial

If you can't read please download the document

Upload: hafiz

Post on 13-Jun-2015

392 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Hafiz Muhazir Ibn Abdul Gofar TIM 3 Manajemen Pendidikan 2006 FIP Tema : Rekayasa Sosial Judul Essay : Penemuan Kembali Karakter Pemuda Indonesia dalam Pengaruh Persaingan Soft Power

Deskripsi MasalahUntuk menemukan karakter seringkali kita mengkaitkanya dengan sejumlah teoriteori psikologi, sosiologi dan filsafat. Hanya saja penulis dalam essay kali ini ingin mensimplifikasikan karakter pada batas pemikiran, tindakan dan pergerakan.pada buku Djalaludin Rahmat_Kang Djalal ( Rekayasa Sosial ; Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar) menjelaskan bahwa perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa sosial harus diawali dengan perubahan cara berpikir, dengan kata lain perubahan tidak akan terjadi jika manusia (pemuda_red) terjebak dalam pola pikir yang salah. Belakangan dunia (Indonesia sebagai global act_red) mulai menata kembali hubungan dan interaksinya, kalau dahulu hard power (perang,senjata,agresi_red ) sebagai jalan menguasai bangsa lain, kini semua itu beralih melaui bentuk diplomasi,kerjasama atau kelompok kerja yang digunakan sama yakni untuk menguasai atau minimal berbagi beban bangsa. Selain itu merebaknya pemikiran-pemkiran, ideologi dan isme-isme merupakan sarana untuk meneruskan Soft Power itu, Lalu apa masalah yang menggerogoti karakter pemuda Indonesia? Sehingga karakter itu hilang? Dan bahkan tergantikan dengan pengaruh soft power bangsa lain? Pertama ; pemuda kita kini berpikir bahwa materi dan kemewahan adalah hal yang dapat membawa kebahagian,sehingga tidak heran banyak pemuda kita yang belajar jauh di negeri orang dengan biaya mahal dan tidak kembali,karena mengganggap apa yang didapat di sana tidak sebanding dengan pendapatan jika mereka kerja di Indonesia! atau mereka yang menagnut paham artis-isme dan rela meng-upgrade dirinya agar seperti artis yang diidolakan atau berjuang mati-matian demi merintis jalan menuju popularitas. Kedua ; bentuk tindakan yang terkadang membuat saya (penulis_red) terheran saat ini ialah dengan egosime dan soliterisme (masing-masing_red) para pemuda, kalau kita jalan ke kampus-kampus atau sekolah elite atau semi-elite hal ini sudah

seperti budaya. Sebagai indikator ialah coba anda tanyakan berapa jumlah teman yang anda kenal dalam satu sekolah/kampus? Jawabannya pasti sebatas teman se-gank saja,atau tahukah anda mengapa si-X tidak masuk kuliah/sekolah? Kemerdekan bangsa ini direbut dengan jalan perastuan jong (pemuda_red) dan gerakan-gerakan comunal serta dengan jargonnya proritas Ketiga ; ketika setahun lalu diperingati sebagai 1 abad pergerakan hari kebangkitan nasional, saya kemudian berpikir, dimana semangat bangkit itu kini? Dirasakan tak ada insight dan ispirasi kebangsaan ekistensial yang progresif. Kata-kata kebangsaan seolah tinggal kerangkanya saja, hakikat roh-spiritnya seolah sedang ngumpet di alam bawah sadar, belum mau keluar ke alam kesadaran pemuda Indonesia. Sehingga spirit altruisme (pengorbanan_red) hampir langka kini nusantara merdeka

atau mati dengan kata lain bangsalah (rakyat dan masyarakat_red) yang menjadi

Analisis Masalah.Ketika membahas masalah sosial maka kita (kang Dlalal_red) juga perlu untuk membahas berbagai bentuk dari kesalahan pemikiran yang digunakan manusia dalam memperlakukan masalah sosial yang disebut oleh para ilmuwan dengan sebutan intellectual cul-de-sac yang menggambarkan kebuntuan pemikiran. Penulis mengungkapkan ada dua jenis kesalahan berpikir, yakni intellectual cul-de-sac yang terjadi akibat penggunaan logika yang tidak benar dan mitos, yaitu sesuatu yang tidak benar, tetapi dipercayai oleh banyak orang termasuk oleh para ilmuwan. Dua bentuk kesalahan ini acapkali menghampiri kita dan membuat pemahaman kita terhadap masalah sosial yang dikritisi menjadi tidak tepat dan pada akhirnya tidak bisa menemukan solusi tepat. Secara umum, intellectual cul-de-sac terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Fallacy of Dramatic Instance ;Pemikir jenis ini biasa melakukan apa yang disebut sebagai over-generalisation, yakni penggunaan satu atau dua kasus untuk menggambarkan kondisi sebara umum (general). b. Fallacy of Retrospective Determinism Istilah ini menggambarkan kebiasaan orang untuk melihat suatu masalah sosial yang sedang terjadi dengan melacaknya secara historis dan menganggapnya selalu ada dan tak bisa dihindari. Kerancuan seperti ini

pada akhirnya membuat kita bersikap fatalis, menyerah pada keadaan, dan selalu melihat kebelakang. Akhirnya, ide-ide untuk mengeluarkan gagasan-gagasan perubahan tidak bisa diaktualisasikan c. Post Hoc Ergo Propter Hoc Maksudnya apabila ada satu peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka kita menyebabkan hal pertama sebab dan hal kedua akibat. X datang sesudah Y, maka Y dianggap sebagai sebab dan Y akibat. Padahal keadaan itu tidak ada sangkut-pautnya dengan peristiwa tsb. d. Fallacy of Misplaced Concretness Tipe ini bisa dimaknai sebagai kekeliruan berpikir yang terjadi karena kita seolah-olah menganggap persoalan yang sedang dibicarakan itu konkret padahal pada kenyataannya ia sangat abstrak. Atau dapat dikatakan, kita mengonkretkan sesuatu yang sejatinya adalah abstrak. Misalnya ada pertanyaan: mengapa umat islam secara ekonomi dan politik lemah? Jawabannya : kita lemah karena sistem. Saat ini kita kembali ke zaman jahiliyah. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya : kita harus mengubah sistem, tetapi sistem itu sendiri pada dasarnya abstrak. e. Argumentum ad Verecundiam Berargumen atas dasar otoritas. Ada orang yang sering kali berbicara menggunakan otoritas yang telah diakui keberadaannya sebagai dasar pijakan yang kuat baginya untuk berargumentasi. Padahal kalau mau ditelusuri, secara kontekstual, ia bisa saja dipahami secara berbeda. Orang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri. Misalnya : si A mengutip ayat al-Quran untuk memaksa lawannya berhenti dengan argumentasinya (apabila ia membantah ayat tsb dikatakan kafir karena tidak mengindahkan perintah yang ada dalam Quran). Padahal bisa saja timbul perbedaan pendapat dalam interpretasi makna ayat tersebut. Dan kalaupun si B ingin membantah yang ingin ia katakan adalah penyalahgunaan otoritas Quran bukan pada ayat itu sendiri. f. Fallacy of Composition Untuk tipe pemikiran ini, penulis telah memberikan contoh yang menarik, yakni ketika ada satu keluarga disatu kampung yang memelihara ayam petelor mendapatkan untung besar. Melihat itu, berbondong-bondong masyarakat di kampung itu latah beternak ayam petelor dengan harapan bisa meraih untung besar. Akibatnya, mereka semua satu penduduk itu bangkrut karena banyaknya pasokan telur tidak diimbangi dengan permintaan pasar. g. Circular Reasoning Artinya logika yang berputar-putar. Pembicaraan yang dilakukan tak terarah dan mengulang hal-hal yang telah dibicarakan sebelumnya.

Sedangkan mitos, penulis membahas dua jenis mitos, yaitu: a. Mitos Deviant Mitos ini berawal dari pandangan bahwa masyarakat itu stabil, statis, dan tidak berubah-ubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka perubahan itu adalah penyimpangan dari sesuatu yang stabil. Mitos ini berkembang dari teori ilmu sosial yang disebut structural functionalism (fungsionalisme struktual). b. Mitos Trauma Perubahan mau tidak mau menimbulkan reaksi. Bisa berbentuk krisis emosional dan stress mental. Perubahan juga berpotensi menimbulkan disintegrasi pada awalnya. Bisa berbetuk disintegrasi sosial dan disintegrasi individual. Misalnya : ada teori yang dinamakan Cultural Lag (kesenjangan kebudayaan). Perubahan yang terjadi disuatu tempat belum tentu terjadi di tempat lain pada waktu yang bersamaaan. Dan apabila kedua ini bersatu, berpotensi menimbulkan kegamangan. Contoh : sebuah perusahaan yang telah dilengkapi peralatan komputer canggih, namun karyawan2nya tidak mau atau belum belajar mengoperasikannya. Walhasil, komputer hanya menjadi pajangan untuk memperlihatkan kelas dari perusahaan tersebut.. Dalam hal ini penulis melihat permasalahan karakter pemuda yakni meliputi pemikiran, tindakan dan pergerakan merupakan kesalahan berpikir yang selama ini secara tidak sadar dan atau dibuat guna mereduksi kekuatan bangsa dan karakter pemuda itu sendiri.

Solusi PermasalahanAda dua macam bentuk perubahan sosial, yakni perubahan sosial yang terjadi secara terus-menerus, tetapi berlangsung secara perlahan tanpa kita rencanakan disebut unplanned social change (perubahan sosial yang tidak terencana). Hal ini disebakan oleh perubahan dalam bidang teknologi atau globalisasi. Bentuk kedua adalah perubahan sosial yang kita rencanakan tujuan dan strateginya yang disebut planned social change (perubahan sosial terencana). Seringkali disebut juga dengan istilah social engineering atau social planning. Contoh dari planned social change adalah pembangunan (development) yang berkisar pada bagaimana mengubah satu

masyarakat dengan mengubah sistem ekonominya yang biasanya berpegang pada Ekonomi Klasik. Penulis mengatakan bahwa sebenarnya selama Orde Baru kita telah melakukan rekayasa sosial dengan pola development. Untuk kasus/masalah ini maka perubahan social haruslah terencana (planned social changed) yang dilaksanakan secara terus menerus meskipun perubahan itu secara perlahan,sebab penulis bab terakhir buku ini kang Djalal memaparkan tentang revolusi. Pada umumnya, revolusi terjadi ketika banyak orang merasa tidak puas dengan keadaan yang terjadi. Krisis yang melanda menuntut hadirnya suatu perubahan fundamental dan holistik, adanya reformasi yang mungkin sebelumnya sudah terjadi dirasa berjalan terlalu lamban dan tidak menyelesaikan permasalahan. Dari kondisi inilah kemudian perubahan total dianggap perlu sebagai jawaban, perubahan ini disebut revolusi. Maka saya menawarkan solusi atas permsalahan tersebut: 1. merubah pola pikir pemuda dengan menghadirkan kondisi-kondisi riil bangsa serta merekayasa lingkungan yang mendukung terciptanya perubahan pemikiran, tindakan serta pergerakan. 2. Dalam sel-sel kecil, setiap pemuda diberikan wadah pertemuan rutin,guna membahas serta mengaktualisasikan apa yang telah menjadi bahasan dalam wujud kerja nyata di masyarakat. Sel-sel dapat didasarkan atas kesamaan profesi, usia dan jenis kelamin. 3. Mendorong setiap kebijakan publik yang dihasilkan tidak memberikan celah bagi masuknya paham yang dapat merusak karakter pemuda dan bangsa. 4. Meningkatkan persatuan. Sumber : Jalaluddin Rakhmat .REKAYASA SOSIAL: REFORMASI, REVOLUSI ATAUMANUSIA BESAR Remaja Rosdakarya ;1999 Hasan Al-Bana. Risalah Pergerakan 1-2. Rabbani Press :2000

kompetensi

pribadi

dan

kelompok

dalam

usaha

memenangkan perasingan soft power dengan dilandasi pengorbanan dan

red/ hfz-13

Hafiz Muhazir Ibn Abdul Gofar TIM 3 Manajemen Pendidikan 2006

FIP Tema : Masih Realistiskah Tugu Rakyat ? Judul : Mahasiswa Menggugat ; Refleksi Pencapaiaan Pergerakan Mahasiswa Kemarin dan Esok Cerita sedikit, saya mendapatkan informasi tentang tujuh gugatan rakyat (TUGU Rakyat) via sms 1 jam setelah rapat selesai di UI yang dirumuskan pada saat rapat akbar BEM Seluruh Indonesia di UI Depok 20-23 Maret 2008 yang berisi : 1. Nasionalisasi aset strategis bangsa 2. Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia 3. Tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya sebagai perwujudan kepastian hukum di Indonesia 4. Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi dan energi 5. Menjamin ketersediaan dan keterjangakauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat 6. Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan 7. Selamatkan lingkungan Indonesia dan tuntut Lapindo Brantas untuk mengganti rugi seluruh dampak dari lumpur Lapindo. Seketika itu saya bangga karena mahasiswa kembali mengkonsolidasikan diri dalam satu isu setelah pergerakan 1998 dan langsung menuliskannya di papan informasi BEM Fakultas, yang membedakannya ialah kekuasaan yang dihadapi pada tahun 1998 dan 2008. dimana Rezim SBY saat ini mendapat dukungan dari sebagian rakyat dan justru menilai gerakan-gerakan mahasiswa kini sudah tidak lagi murni sehinggu isu ini praktis hanya bertahan 1 tahun. Hal ini juga diperkuat oleh penguasaan media baik cetak maupun elektronik yang dikuasai pemerintah sehingga setiap pemberitaan mengenai gerakan/demo mahasiswa menjadi kabur. Melihat isinya ada yang terkesan revolusioner ( memang begitu seharusnya_red), sehingga menjadi kekuatan dalam menunutut (power of juridice) seperti nasionalisasi asset strategis bangsa yang menjadikan setiap tangan asing yang menguasai perekonomian di negeri ini berpikir ulang. Namun ada yang sepertinya sulit untuk dilaksanakan ( tidak ada celah hukum_red) yakni korupsi soeharto mengingat Tap MPR tidak berlaku surut ,sehingga untuk menghadirkannya ke meja persidangan menjadi sulit.

Melihat rangkaian pergerakan mahasiswa, maka setiap zaman dan era memiliki kekkhasan dalam perjuangannya,sehingga analisis mendalam atas isu dan kebijakan dan empati terhadap apa yang dirasakan masyarakat haruslah diperhatikan. Dengan demikian tidak ada cibiran bahwa gerakan ini sudah tidak lagi murni dan sesuai sekarang. Posisi mahasiswa saat ini mirip pasca gerakan 66 dan 82 dimana setiap aktivis kini duduk di bangku parlemen maupun lembaga publik lain, sah-sah saja ketika dasar pijakan itu ialah rakyat karena sejatinya perjuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam ruang manapun. Kembali ke Tugu Rakyat, setiap point yang ada di Tugu Rakyat telah menjadi bahasan dan kajian di masing-masing kampus yang berwujud pada rekomendasi-rekomendasi. Namun sayangnya break point Tugu Rakyat tidak pernah secara serius untuk dimatangkan, kasus BLBI misalnya di UNJ pernah dilakukan kajian,namun apa hasilnya saat ini? Ya kembali mentah seiring bergantinya pucuk pimpinan BEM. Apabila setiap break ponit tugu rakyat dapat dibukukan dan diperkuat dengan landasan hukum maka saya yakin gerakan ini akan tumbuh menjadi gerakan intelektual dan bermetamorofsis sesuai zamannya yang bukan hanya aksi turun ke jalan melainkan aksi intelektual dengan memperkarakan setiap kebijakan ke ranah hukum tentu dengan diiringi sokongan media dan dukungan publik (rakyat_red). Tugu Rakyat saat ini haruslah dimodifikasi seiring perubahan isu dan kebijakan Pertama seperti nasionalisasi aset saya pikir sudah tidak relevan dan terulang dengan point 3 yakni kedaulatan ekonomi, saat ini yang harus diperhatikan ialah kekuasaan yang hampir absolut dari rezim SBY dimana eksekutif dan legisltaif dikuasasi oleh satu kelompok,kita percaya bahwa rkekuatan dari suatu rezim yang absolut cenderung akan korupsi. Oleh karenanaya Tugu Rakyat haruslah memuat isu tentang kontorl terhadap kekuasaan yakni melalui perimbangan kekuasaan. Hal ini menjadi kekkhawatiran terutama akan lahirnya undang-undang siluman (tanpa uji publik_red) dan menguntungkan sebagian golongan. Kedua yakni peran media, hampir pemilik media saat ini ialah mereka yang dekat dengan kekuasaan sehingga sorotan terhadap pemberitaan dan pengeyampingan isu juga perlu menjadi kajian untuk Tugu Rakyat.

Ketiga yakni bentuk-bentuk intelejen yang kini disinyalir telah masuk pada ruangruang publik, yang dikhawatirkan dapat menggiring kepada pemberangusan gerakan mahasiswa, Secara garis besar gerakan mahasiswa tidak dapat direncanakan menjadi sebuah mainstream, melainkan ia lahir dalam bentuk reaksi atas tindakan kesewenangan,ketikadilan dan penyelewangan terhadap rakyat,demikian pula dengan Tugu Rakyat ia akan menjadi sebuah mainstream gerakan apabila terakumulasi dalam kurun waktu tertentu namun perubahan yang nyata. Jadi tetaplah bergerak , teaplah menggugat sesuai dengan zaman kita....