edy wibowo - ojs-untikaluwuk.ac.id

14
JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018 70 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK KELAS X MIPA 3 DI SMA NEGERI 1 LUWUK Oleh: EDY WIBOWO Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tompotika Luwuk Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Luwuk melalui Model NHT (Numbered Head Together) pada materi Trigonometri. Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya kolaboratif karena adanya kerjasama antara peneliti dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka hasil dari penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada materi Trigonometri dikelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk setelah diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terjadi peningkatan dan berada pada kategori baik. Dalam observasi siklus II menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam menemukan konsep baru dan menyelesaikan soal yang diberikan semakin meningkat. Dimana Hasil observasi aktifitas peserta didik pada siklus II mencapai 91,67% meningkat 18,06% dari siklus I. Hasil observasi aktifitas Guru pada siklus II mencapai 90,00% meningkat 14,17% dari siklus I. Hasil dari analisis tes kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada siklus II dengan rata – rata mencapai 86,09%, mengalami peningkatan sebesar 17,17% dari siklus I. Kata Kunci: Model Pembelajaran NHT, Pemahaman Konsep Matematika, Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu topik yang selalu menarik untuk dibahas, karena pendidikan dapat mengubah pola pikir dan sikap manusia. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa dijenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini berkenaan dengan fungsi matapelajaran matematika ,yaitu :1) menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa, sehingga dapat memperjelas penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari- hari; 2) melatih kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol; 3) melatih siswa untuk selalu berorientasi pada kebenaran dengan mengembangkan sikap logis, kritis,kreatif,objektif,rasional,cermat,disiplin, dan mampu bekerja secara efektif; dan 4) melatih siswa berpikir secara teratur, sistematis dan tersruktur dalam konsep yang jelas. Sidi dalam Amalia (2013:1). Pembelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat sulit oleh sebagian siswa. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa mengenai pembelajaran matematika yang menyebabkan siswa enggan untuk memepelajarinya. Dalam hal ini, guru menjadi tolak ukur untuk keberhasilan dalam mengajar. Kemanakah anak akan dibawa, tentunya guru yang mensetting alur pembelajaran. Ibarat mobil adalah siswa dan guru sebagai kemudinya. Sehingga perlunya kontrol dari guru untuk mengarahkan siswa dalam belajar. Kemampuan berpikir matematik yang umumnya terwujud dalam berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan peserta didik. Hal ini terkait dengan kebutuhan peserta didik untuk memecahkan masalah matematika itu sendiri dan sekaligus memecahkan masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu kemampuan berpikir matematik terutama menyangkut kemampuan pemahaman konsep dalam pemecahan masalah, perlu mendapat perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika yang di lakukan guru dalam kelas maupun di luar kelas. Kurangnya pemahaman konsep belajar membuat peserta didik atau siswa SMA N 1 Luwuk kelas X MIPA 3 mengalami kecemasan dan kendala saat mengerjakan atau menyelesaikan permasalahan matematika. Bahkan ada pula siswa yang tidak memahami mengenai cara pemecahan masalah yang disebabkan kurangnya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Sehingga pemahaman konsep merupakan hal utama dan paling mendasar yang harus dimiliki siswa. Kerangka dasar berpikir siswa dalam pemecahan masalah umumnya menjadi kendala yang sering dialami. Hal tersebut dapat dilihat pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung di sekolah SMA N 1 Luwuk kelas X MIPA 3, siswa cenderung kesulitan bahkan tidak bisa mengaplikasikan rumus yang akan digunakan dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Misalnya pada materi trigonometri, siswa mengalami kesulitan untuk menggunakan rumus sinus atau cosinus untuk menyelesaikan masalah. selain itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika peserta didik. Melihat dari permasalahan diatas maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika pada materi trigonometri untuk kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk”. Rumusan Masalah

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

70

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK KELAS X MIPA 3 DI SMA NEGERI 1 LUWUK

Oleh:

EDY WIBOWO Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tompotika Luwuk

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Luwuk melalui Model NHT (Numbered Head Together) pada materi Trigonometri. Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya kolaboratif karena adanya kerjasama antara peneliti dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka hasil dari penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada materi Trigonometri dikelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk setelah diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terjadi peningkatan dan berada pada kategori baik. Dalam observasi siklus II menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam menemukan konsep baru dan menyelesaikan soal yang diberikan semakin meningkat. Dimana Hasil observasi aktifitas peserta didik pada siklus II mencapai 91,67% meningkat 18,06% dari siklus I. Hasil observasi aktifitas Guru pada siklus II mencapai 90,00% meningkat 14,17% dari siklus I. Hasil dari analisis tes kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada siklus II dengan rata – rata mencapai 86,09%, mengalami peningkatan sebesar 17,17% dari siklus I.

Kata Kunci: Model Pembelajaran NHT, Pemahaman Konsep Matematika, Penelitian Tindakan Kelas

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu topik yang selalu

menarik untuk dibahas, karena pendidikan dapat mengubah pola pikir dan sikap manusia. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa dijenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini berkenaan dengan fungsi matapelajaran matematika ,yaitu :1) menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa, sehingga dapat memperjelas penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari; 2) melatih kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol; 3) melatih siswa untuk selalu berorientasi pada kebenaran dengan mengembangkan sikap logis, kritis,kreatif,objektif,rasional,cermat,disiplin, dan mampu bekerja secara efektif; dan 4) melatih siswa berpikir secara teratur, sistematis dan tersruktur dalam konsep yang jelas. Sidi dalam Amalia (2013:1).

Pembelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat sulit oleh sebagian siswa. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa mengenai pembelajaran matematika yang menyebabkan siswa enggan untuk memepelajarinya. Dalam hal ini, guru menjadi tolak ukur untuk keberhasilan dalam mengajar. Kemanakah anak akan dibawa, tentunya guru yang mensetting alur pembelajaran. Ibarat mobil adalah siswa dan guru sebagai kemudinya. Sehingga perlunya kontrol dari guru untuk mengarahkan siswa dalam belajar.

Kemampuan berpikir matematik yang umumnya terwujud dalam berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan

peserta didik. Hal ini terkait dengan kebutuhan peserta didik untuk memecahkan masalah matematika itu sendiri dan sekaligus memecahkan masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu kemampuan berpikir matematik terutama menyangkut kemampuan pemahaman konsep dalam pemecahan masalah, perlu mendapat perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika yang di lakukan guru dalam kelas maupun di luar kelas.

Kurangnya pemahaman konsep belajar membuat peserta didik atau siswa SMA N 1 Luwuk kelas X MIPA 3 mengalami kecemasan dan kendala saat mengerjakan atau menyelesaikan permasalahan matematika. Bahkan ada pula siswa yang tidak memahami mengenai cara pemecahan masalah yang disebabkan kurangnya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Sehingga pemahaman konsep merupakan hal utama dan paling mendasar yang harus dimiliki siswa.

Kerangka dasar berpikir siswa dalam pemecahan masalah umumnya menjadi kendala yang sering dialami. Hal tersebut dapat dilihat pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung di sekolah SMA N 1 Luwuk kelas X MIPA 3, siswa cenderung kesulitan bahkan tidak bisa mengaplikasikan rumus yang akan digunakan dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Misalnya pada materi trigonometri, siswa mengalami kesulitan untuk menggunakan rumus sinus atau cosinus untuk menyelesaikan masalah. selain itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika peserta didik.

Melihat dari permasalahan diatas maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika pada materi trigonometri untuk kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk”.

Rumusan Masalah

Page 2: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

71

Bertolak dari latar belakang penelitian di atas, maka dapat di rumuskan masalah penelitian yaitu Apakah kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk dapat ditingkatkan denganpenerapan Model pembelajaran NHT(Numbered Head Together)?”.

Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Luwuk melalui Model NHT (Numbered Head Together) pada materi Trigonometri.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan berbagai pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat praktis yang tentunya digunakan untuk perbaikan bagi lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

Manfaat Teoritis

Bagi peneliti, model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) sebagai upaya untuk mengembangkan proses pembelajaran matematika dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar matematika.

Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut: a. penyempurnaan program pengajaran matematika di

sekolah. b. Bagi peserta didik, model pembelajaran NHT

(Numbered Head Together) sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dalam proses pembelajaran matematika.

c. Bagi guru, model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) sebagai model yang merupakan alternatif baru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat memberikan pengalaman kepada guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA Pemahaman konsep

Pemahaman konsep merupakan hal mendasar yang harus diketahui siswa dalam belajar. Dengan diketahuinya pemahaman konsep, siswa dapat mengerti maksud dari apa yang dipelajari dan dapat menyelesaikan permasalahan dalam belajar terutama pembelajaran matematika. Adapun beberapa definisi mengenai pemahaman konsep menurut para ahli, menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.

Selanjutnya Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.

Zahorik dalam Rosalin (2008:28) mengatakan pemahaman konsep (understanding of concepts) merupakan pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk diyakini dan dipahami, dengan cara: 1) menyusun konsep sementara; 2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan; 3) merevisi konsep dari tanggapan tersebut dan kemudia dikembangkan. Sedangkan menurut Sumiati dan Asra (2009:56) konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan adanya atas ciri-ciri yang sama pada hal tersebut. Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar peserta didik mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Berdasarkan pendapat para ahli, penyusun menyimpulkan pemahaman konsep adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya. Pemahaman Konsep Matematika

Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada pengusaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, koneksi, komunikasi dan pemecahan masalah. Pemahaman konsep matematika sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Penguasaan konsep matematika merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan bahan pelajaran dengan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan memilki susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.

Menurut Patria (2007:21) mengatakan apa yang dimaksud dengan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran matematika, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memeberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kongnitif yang dimilikinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patria, (2007:22) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya: 1) mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya; 2) mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; 3) mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; 4) mampu menerapkan antar konsep dan prosedur; 5) mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari; 6) mampu menerapkan konsep secara algoritma; 7) mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Menurut Effandi Zakaria (2007:86) indikator-indikator yang menunjukan pemahaman konsep diantaranya : 1) menyatakan ulang setiap konsep; 2) mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3) memberikan contoh dan noncontoh dari

Page 3: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

72

konsep; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau oprasi tertentu; dan 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan definisi pemahaman konsep matematika adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu matematika yang diperolehnya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, serta dapat menemukan dan menjelaskan, menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan kemampuannya sendiri, dan bukan sekedar menghafal. Karena keterbatasan waktu dan media pembelajaran maka peneliti membatasi penelitian ini hanya dengan indikator : 1) menyatakan ulang setiap konsep; 2) dapat membedakan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsep; 3) memberikan contoh dan non contoh; 4) dapat menerapkan konsep secara algoritma.

Model Pembelajaran

Model pembelajaran sangat diperlukan untuk membantu memecahkan masalah dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru dalam mengajar. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, materi dan situasi dimana guru mengajar. Pertimbangan pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru akan sangat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

Menurut Trianto (2007:9) “dalam mengajarkan suatu pokok bahasan atau materi tertentu harus dilihat model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai”. Oleh kerena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan misalnya materi pelajaran tingkat perkembangan kognitif peserta didik dan sarana atau fasilitas yang tersedia sehingga tujuan pebelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5) bahwa ”Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”.

Menurut Joyce dan Weil, dalam Rusman (2012:132) “Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran. Teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung”.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dalam mengajarkan suatu pokok bahasan atau materi tertentu yang harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas Rahayu (2006:24). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti Tryana (2008:18).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1) hasil belajar akademik stuktural yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; 2) pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang; 3) pengembangan keterampilan social.Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:29), dengan tiga langkah yaitu : a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah; c) Tukar jawaban antar kelompok. Sintaks model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) oleh Ibrahim (2000:29)

Page 4: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

73

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

No Fase Prilaku guru 1. Fase 1 :

Persiapan

Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Fase 2 : Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang yang berbeda. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Fase : 3 Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

4. Fase : 4 Diskusi masalah

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5 Fase : 5 Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Fase : 6 Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran

kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000:18), antara lain adalah : 1)Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2) Memperbaiki kehadiran; 3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 5) Konflik antara pribadi berkurang; 6) Pemahaman yang lebih mendalam; 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; 8) Hasil belajar lebih tinggi. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya kolaboratif karena adanya kerjasama antara peneliti dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas X MIPA 3 di SMA Negeri 1 Luwuk.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri1

Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April Tahun 2017.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Luwuk, dengan jumlah peserta didik 32 orang dengan laki-laki berjumlah 11 orang dan perempuan berjumlah 21 orang.

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di lakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya adanya partisipasi aktif dari siswa dalam penelitian.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemis dan Mc. Taggart dalam Uhar (2012:247). Yang terdiri 4 tahapan yakni Perencanaan (planing), Pelaksanaan (acting), Observasi (observing) dan Refleksi (reflecting) dalam setiap siklus. Bagan penelitian tindakan kelas (PTK ) dalam setiap siklus adalah sebagai berikut: Gambar 1. Desain Siklus PTK Oleh Kemis Dan Mc. Taggart.

Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Lembar Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas sebagai mitra. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran yaitu lembar pengamatan aktivitas peserta didik dan lembar pengamatan aktivitas guru melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

b. Tes Pemahaman Konsep Matematika 1) Definisi konseptual

Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu matematika yang diperolehnya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, serta dapat menemukan dan menjelaskan, menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan kemampuannya sendiri, dan bukan sekedar menghafal.

2) Definisi operasional

Page 5: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

74

Pemahaman konsep matematika adalah skor atau nilai yang diperoleh peserta didik melalui tes pemahaman konsep matematika dengan indikator ; 1) Menyatakan ulang setiap konsep; 2) dapat membedakan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsep; 3) memberikan contoh dan non contoh; 4) Dapat menerapkan konsep secara algoritma.

3) Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika Adapun kisi-kisi instrumen Pemahaman Konsep matematika peserta didik ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi InstrumenPemahaman Konsep

Matematika

No Indikator

Pembelajaran

Indikator Pemahaman Konsep

matematika

Nomor Soal

1.

Siklus I

- Menentukan perbandingan trigonometri segitiga siku-siku

- Menyatakan ulang sebuah konsep

4,5,6

- Membedakan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

1,2,3

- Menentukan perbandingan trigonometri sudut berelasi

- Memberikan contoh dan non contoh

7,8

- Menerapkan konsep secara algoritma

9,10 - Menentukan identitas Pythagoras

2

Siklus II

- Menentukan aturan Sinus

- Menyatakan ulang sebuah konsep

1,2,3

- Membedakan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

4,5

- Menentukan aturan Kosinus

- Memberikan contoh dan non contoh

6,7

- Menerapkan konsep secara algoritma 8,9,10

- Menetukan luas segitiga jika diketahui sisi dan sudut

4) Instrumen Pemahaman Konsep Matematika

Instrument pemahaman konsep matematika adalah instrument berbentuk essay atau uraian yang proses pengembangannya dimulai dengan penyusunan butir-butir instrument yang berjumlah 10 butir soal untuk setiap siklusnya. Untuk selanjutnya dilakukan uji coba kepada 32 responden, proses selanjutnya adalah dengan menganalisis data hasil uji coba.

a. Pengujian Validitas Dan Hasil Uji Coba Instrument Untuk menguji validitas instrumen digunakan uji statistik Korelasi Product Moment darianalisis dan hasil uji coba instrumen tersebut digunakan uji statistik dengan bantuan microsoft excel 2007. Rumus Korelasi product moment menurut Arikunto (2002 :70) adalah sebagai berikut:

Rxy =𝑛 ∑ 𝑥𝑦–(∑ 𝑥 )(∑ 𝑦)

√[𝑛 ∑ 𝑥2–(∑ 𝑥 )2][𝑛 ∑ 𝑦2–(∑ 𝑦 )2]

Suryana 2011 : 5)

Keterangan: R = koefisien korelasi antara variable x dan y n = jumlah responden ∑x = jumlah skor tiap item ∑y = jumlah skor total ∑x2 = jumlah kuadrat skor tiap item ∑y2 = jumlah kuadrat skor total ∑XY = jumlah perkalian antar skor item dengan skor total

1. Uji Coba Instrumen Siklus I Uji coba instrumen siklus 1 dilaksanakan pada 30 orang siswa kelas X MIPA 2. Instrumen ini berisi 10 butir soal dengan 6 butir soal berbobot maksimal 3 yang terdiri dari nomor 1,2,3,4,5,6 dan 4 butir soal berbobot maksimal 2 terdiri dari soal nomor 7,8,9, dan 10. Butir soal berupa uraian, sehingga pengujian validitas butir tes menggunakan korelasi product moment yaitu korelasi antara skor butir dengan skor maksimal butir soal. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program microsoft excel for windows 2007, diperoleh 7 butir soal yang valid dan 3 butir soal gugur. Butir-butir yang valid adalah nomor : 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10. Butir soal yang tidak valid atau gugur adalah: 2, 3, dan 8. Hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 6a.

2. Uji Coba Instrumen Siklus 2 Uji coba instrumen siklus 2 dilaksanakan pada 30 orang siswa kelas X MIPA 2. Instrumen ini berisi 10 butir soal dengan 5 butir soal berbobot maksimal 3 yang terdiri dari nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 5 butir soal berbobot maksimal 2 terdiri dari soal nomor 6, 7, 8 , 9, dan 10. Butir soal berupa uraian, sehingga pengujian validitas butir tes menggunakan korelasi product moment yaitu korelasi antara skor butir dengan skor maksimal butir soal. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program microsoft excel for windows 2007, diperoleh 8 butir soal yang valid dan 2 butir soal gugur. Butir-butir yang valid adalah nomor : 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9. Butir soal yang tidak valid atau gugur adalah nomor 5 dan 10. Hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 6b.

b. Pengujian reliabilitas instrument Teknik uji reabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Alpha Cronbanch yang dirumuskan sebagai berikut :

rii = [k

(k−1)] [1 −

∑ Si2

St2](Nurgiyantoro, 2009 : 352).

Dimana : rii = Koefisien reliabilitas k = Jumlah butir soal

Si2 = Varians skor butir ke-i St2 = Varians skor total Dari 7 butir soal yang telah valid (siklus I), di uji kembali menggunakan uji reliabilitas instrumen dengan bantuan microsoft excel for windows 2007, diperoleh rii= 0,37 (lampiran 6a) dan 8 butir soal pada siklus II didapatkan rii = 0,64 (lampiran 6b). Maka soal pada siklus I dan II dikatakan reliabel dengan interpretasi reliabilitas instrumen kategori “sedang”. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan rii yang diperoleh dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5%. Jika rii>rtabel maka soal tersebut reliabel. Suharsimi Arikunto (2012:86)

Page 6: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

75

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) suatu butir soal adalah ukuran melihat apakah butir soal tergolong sukar, sedang, ataupun mudah. Selanjutnya untuk menentukan tingkat kesukaran tiap soal dan menganalisis tingkat kesukaran dari setiap item soal bentuk uraian dihitung menggunakan rumus:

Mean = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑜𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠

TK = mean

skor maksimum yang ditetapkan

Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran bentuk soal uraian digunakan tolak ukur sabagai berikut JICA (2000:170). TK = 0,00 : soal terlalu sukar 0,00 TK 0,30 : soal sukar 0,31 TK 0,70 : soal sedang 0,71 TK < 1,00 : soal mudah TK = 1,00 : soal terlalu mudah Dengan menggunakan rumus di atas, maka dianalisis tingkat kesukaran tiap item soal seperti berikut ini:

Soal nomor 1 siklus 1 :

Mean = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑜𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠 =

65

30 = 2,16

Tingkat Kesukaran = 𝑚𝑒𝑎𝑛

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛

= 2,16

3 = 0,72

Dengan cara yang sama, maka tingkat kesukaran untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematika yang diuraikan berdasarkan perhitungan pada lampiran 6a1 untuk siklus 1 dan 6b1 untuk siklus 2, dapat dilihat pada tabel 3.3berikut ini. Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran untuk Butir Soal pemahaman

konsep Matematika Siklus 1

No item Soal

Indeks Tingkat kesukaran

Interpretasi

1 0,72 Mudah

2 0,57 Sedang

3 0,61 Sedang

4 0,44 Sedang

5 0,68 Sedang

6 0,81 Mudah

7 0,56 Sedang

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran untuk Butir Soal pemahaman

konsepMatematika Siklus 2

No item Soal

Indeks Tingkat kesukaran

Interpretasi

1 0,53 Sedang

2 0,56 Sedang

3 0,58 Sedang

4 0,53 Sedang

5 0,66 Sedang

6 0,86 Mudah

7 0,68 Sedang

8 0,68 Sedang

d. Daya Pembeda

Daya pembeda suatu tes menunjukkan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan peserta

didik pandai atau peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik tidak pandai atau peserta didik yang berkemampuan rendah. Pertama skor peserta didik diurutkan dari tinggi ke rendah. Kemudian diambil 27 % dari skor tertinggi (kelompok atas) dan 27 % dari nilai terendah (kelompok bawah). Daya pembeda untuk bentuk soal uraian ditentukan dengan rumus:

DP = 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑜𝑎𝑙

Oleh JICA (2000:160) Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan JICA (2000:161) adalah:

DP = 0,00 : daya pembeda soal sangat jelek 0,00 DP 0,20 : daya pembeda soal jelek 0,20 DP 0,40 : daya pembeda soal cukup 0,40 DP 0,70 : daya pembeda soal baik 0,70 DP 1,00 : daya pembeda soal sangat baik. Dengan menggunakan rumus di atas, maka dianalisis daya pembeda tiap item soal seperti berikut ini: Soal nomor 2 siklus 1 Diperoleh: mean kelompok atas = 3, mean kelompok bawah = 2,37 dan Skor maksimum soal = 3

Maka: DP = 2,37−0,87

3 =

1,50

3 = 0,50

Memperhatikan DP = 0,50 dan memandingkannya dengan kisaran interpretasinya, maka soal nomor 2 termasuk soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori “baik”. Dengan cara yang sama, maka daya pembeda tiap item soal diperoleh seperti pada tabel berikut. Agar lebih jelas perhitungan setiap item soal juga dapat dilihat pada lampiran 6a1 untuk daya pembeda siklus 1 dan 6b1 untuk daya pembeda siklus 2 . Tabel 3.5 Daya Pembeda untuk Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Kosep Matematika siklus 1

No. Soal

Indeks daya pembeda

Interpretasi

1. 0,12 Jelek

2 0,50 Baik

3 0,25 Cukup

4 0,21 Cukup

5 0,37 Baik

6 0,31 Baik

7 0,43 Baik

Tabel 3.6 Daya Pembeda untuk Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Kosep Matematika siklus 2

No. Soal

Indeks daya pembeda

Interpretasi

1. 0,66 Baik

2 0,42 Baik

3 0,29 Cukup

4 0,25 Cukup

5 0,37 Cukup

6 0,12 Jelek

7 0,31 Cukup

8 0,50 Baik

Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan reduksi data yaitu merangkum, memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan menghapus data-data yang tidak

Page 7: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

76

terpola dari data hasil observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Data Observasi

Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Kegiatan Guru Dan Aktivitas Peserta didik Melalui Model Pembelajaran NHT Data keterlaksanaan pembelajaran kegiatan guru dan aktifitas peserta didik melalui pembelajaran NHT diperoleh berdasarkan lembar observasi. Data yang diperoleh dari lembar Observasi dianalisis secara analisis deskriptif.

2. Analisis Data Pemahaman Konsep Data pemahaman konsep matematika peserta didik diperoleh berdasarkan nilai tes pemahaman konsep yang dianalisis secara analisis kuantitatif sebagai berikut : 1) Nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus

Menurut Murray R. Spiegel dan Larry J. Stephnes (2004 : 49) untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus sebagai berikut:

�̅� =∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖

∑𝑓𝑖

Keterangan : �̅� = Nilai rata-rata fi = Nilai masing-masing peserta

didik, i = 1,2,3,…,n xi = Banyak peserta didik

Menurut Purwanto (2008:53) pedoman yang digunakan untuk menggolongkan nilai rata-rata tersebut kedalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang sebagai berikut :

Tabel 3.5 Penggolongan Nilai Rata-rata Kelas

Nilai rata-rata tes

Nilai Huruf

Predikat

86 – 100 A Sangat baik

76 – 85 B Baik

60 – 75 C Cukup

55-59 D Kurang

<54 E Sangat kurang

2) Pedoman Penskoran Pemahaman Konsep

Matematika Bentuk instrumen tes berupa posstest yakni pemberian tes dilakukan diakhir pembelajaran. Dimana setiap soal memiliki satu indikator pemahaman konsep matematis. Setiap indikator mempunyai bobot skor maksimal 3 dan minimal 0. Panduan pemberian skor menggunakan Holistic Scoring Rubrics. Menurut Nitko (Bathesta, 2007:13) Holistic Scoring Rubric adalah rubric yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah. Rubric tersebut telah dimodifikasi disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep. Pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep disajikan pada Tabel 3.4

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

No Indikator Keterangan Skor

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide mate-matika yang muncul sesuai dengan soal.

0

Telah dapat menyatakan ulang sebuah konsep namun belum dapat dikembangkan dan masih

1

1.

Menyatakan ulang suatu konsep

melakukan banyak kesalahan.

Dapat menyatakan ulang sebuah konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek namun masih melakukan beberapa kesalahan

2

Dapat menyatakan ulang sebuah konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek dengan tepat.

3

2.

Membedakan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

Telah dapat menganalisis suatu objek namun belum dapat membedakannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya yang dimiliki.

1

Dapat menganalisis suatu objek dan membedakannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki namun masih melakukan beberapa kesalahan operasi matematis.

2

Dapat menganalisis suatu objek dan membedakannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki dengan tepat.

3

3.

Memberi contoh dan non contoh

Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

Ide matematik telah muncul namun belum dapat menyebutkan konsep yang dimiliki oleh setiap contoh yang diberikan.

1

Telah dapat memberikan contoh dan non contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek dan telah dapat dikembangkan.

2

4. Menerapkan konsep secara algoritma

Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan.

1

Dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep dengan benar.

2

Berdasarkan pedoman bobot penskoran tes pemahaman konsep tersebut, setiap langkah dalam pemahaman konsep matematika mempunyai penskoran sebagai berikut :

Tabel 3.7 Pedoman Bobot Penskoran Nilai Tes Pemahaman Konsep Matenatika

No Item

Soal

Indikator Dan Penskoran

Menyatakan

ulang konsep

Membedakan

Objek Menurut

Sifat Tertentu

Memberi

Contoh Dan

Non Contoh

Menerapkan

Konsep Secara

Algoritma

Skor

Nilai

1 2 3 4 5 6 7

2 1 3 3 2 2 10

3 2 3 3 2 2 10

4 3 3 3 2 2 10

Page 8: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

77

5 4 3 3 2 2 10

6 5 3 3 2 2 10

7 6 3 3 2 2 10

8 7 3 3 2 2 10

9 8 3 3 2 2 10

10 9 3 3 2 2 10

11 10 3 3 2 2 10

12 Skor

Maks 30 30 20 20 100

B. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dianggap berhasil apabila pembelajaran matematika menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Togetherdapat meningkatkan pemahaman konsep Matematika peserta didik di SMA Negeri 1 Luwuk kelas X MIPA 3. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas peserta didik di kelas XMIPA 3 SMANegeri 1 Luwuk dari seluruh aspek yang dinilai mencapai 85% setelah menerapkan model pembelajaran NHT.

2. Penerapan model NHT dinyatakan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika jika minimal 80% dari jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 75

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Pra Tindakan Kegiatan pada tahap ini adalah memberikan

tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat peserta didik. Peserta didik diberikan test awal sebanyak 5 nomor. Test yang di berikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep awal peserta didik.

Dari hasil tes awal rata – rata nilai analisis kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik hanya mencapai 53,84 (lampiran 3). Oleh karena itu, tindakan selanjutnya peneliti akan memberikan pembelajaran pemantapan materi dengan menggunakan model pembelajaran (Numbered Heads Together)

2. Data Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini terdiri dari dua siklus,

pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan/Observasi, dan (4) refleksi. Adapun hasil pelaksanaan dari siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut. 1) Data Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan

adalah membuat rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together. Pada tindakan ini disusun dengan mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu menyiapkan lembar observasi baik untuk aktifitas peserta didik maupun aktifitas guru yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pendahuluan

Pada tahap ini peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan doa bersama. Dan selanjutnya mengecek kehadiran peserta didik dan memotifasi peserta didik mengenai pentingnya mempelajari materi ini.

Dalam kegiatan pendahuluan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan model pembelajaran serta aturan-aturan dalam model pembelajaran yang akan diterapkan.

Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, 4 kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan 2 kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap anggota kelompok diberi penomeran serta setiap kelompok diberi nama kelompok.

2) Kegiatan Inti Pada tahap ini guru menyampaikan

atau menjelaskan materi mengenai perbandingan trigonomeri pada segitiga siku-siku kurang lebih selama 20 menit. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja pada setiap kelompok yang telah dibentuk dan membimbing peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok untuk mengisi lembar kerja tersebut. Lembar kerja tersebut berisi soal – soal yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri. Siswa diminta untuk menentukan perbandingan trigonometri pada segitiga, menentukan sisi miring pada segitiga siku-siku dan mengetahui rumus kebalikan serta rumus pythagoras pada segitiga yang telah di selipkan pada soal.

Siswa diberi waktu selama 20 menit untuk berdiskusi dalam menyelesaiakn soal. Selanjutnya setiap nomor yang di tunjuk mewakili kelompoknya untuk memperesentasikan jawaban di depan kelas dan di komentari oleh kelompok lain. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian dengan nomor yang berbeda dan jawaban dari soal yang berbeda pula.. Perlakuan yang sama diberlakukan juga untuk kelompok lainnya.

3) Penutup Dalam kegiatan ini guru bersama –

sama dengan peserta didik membuat simpulan pembelajaran. Selain itu guru memberi timbal balik positif kepada kelompok yang aktif dan memotifasi siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi. Soal yang belum terselesaikan menjadi tugas di rumah untuk melatih peserta didik lebih memahami materi.

Kegiatan tersebut dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan sub pokok bahasan dan indikator yang berbeda

Page 9: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

78

yaitu pada pertemuan kedua dengan sub pokok bahasan nilai perbandingan trigonometri pada sudut khusus dan pada pertemuan ketiga dengan sub pokok bahasan nilai perbandingan trigonometri di semua kuadran.

c. Hasil Observasi/ Pengamatan

Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut. 1.) Observasi terhadap aktifitas peserta didik

Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan terhadap peserta didik oleh seorang pengamat (Lampiran 8a), pada pelaksanaan tindakan diperoleh data yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini;

Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan aktifitas peserta didik siklus 1

No Aspek

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jml Skor

Skor total

Capaian Penilaian Penilaian Penilain

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 Antusiasme Peserta didik

6 2

9

9

26 36 72,22

2 Aktifitas dalam pembelajaran

6 2

4 6

4 6

28 36 77,78

3

Aktifitas dalam menjawab soal

6 2

9

4 6

27 36 75

4 Interaksi peserta didik

6 2

6 2

9

25 36 69,44

Rata – rata 73,61*

*tidak memenuhi Indikator Data pada tabel diatas menunjukan antusiasme peserta didik mengikuti pembelajaran perlu di tingkatkan karena terlihat capaian persentase hanya mencapai 72.22% dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran NHT terlihat cukup baik yaitu mencapai 77,78%. Demikian halnya dengan aktifitas peserta didik dalam menjawab soal – soal yang mencapai 75%. Kemudian untuk interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran hanya mampu mencapai 69,44%. Sehingga rata-rata skor yang diperoleh hanya 73,61%. Dari data tersebut untuk aktifitas peserta didik perlu di tingkatkan karena belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. 2.) Observasi Terhadap Guru

Pada saat proses belajar mengajar guru mitra sebagai Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas peneliti berdasarkan lembar pengamatan yang telah di sediakan. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Observer (Lampiran 9a) pada pelaksanaan tindakan diperoleh data berikut yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada siklus 1

Berdasarkan dari tabel di atas terlihat bahwa hasil analisis data pada setiap aspek pengamatan belum memenuhi

syarat kriteria atau indikator keberhasilan. Ini terlihat dari capaian yang hanya mencapai kisaran 75,83%. dan perlu upaya maksimal untuk peningkatannya. d. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Peserta Didik Data hasil tes Kemampuan pemahaman konsep matematika diperoleh melalui tes tertulis yang berbentuk soal uraian sebanyak 7 butir soal dan jawaban tes kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik (lampiran 7a). Berikut ini disajikan nilai rata-rata hasil tes siklus I dalam bentuk Tabel berikut (lampiran 10a). Tabel 4.6 Nilai Matematika Kelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk Siklus 1

No. Res

Nilai No.Re

s Nilai

No.Res

Nilai

1 61,1

1 12

94,44

23 66,67

2 55,5

6 13

77,78

24 72,22

3 94,4

4 14

94,44

25 83,33

4 55,5

6 15

72,22

26 77,78

5 50 16 61,1

1 27 77,78

6 38,8

9 17

66,67

28 77,78

7 38,8

9 18

77,78

29 66,67

8 44,4

4 19

77,78

30 61,11

9 72,2

2 20

61,11

31 72,22

10 61,1

1 21 72,2

2 32 77,78

11 72,2

2 22 72,2

2 Jumla

h 2206

Berdasarkan data diatas hanya 11 siswa yang memenuhi indikator keberhasilan, sisanya 21 siswa masih belum mencapai indikator keberhasilan tindakan pada siklus 1. Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Matematika Kelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk Siklus 1

Rata-Rata Kategori

Siklus I 68,92 Cukup

Berdasarkan dari hasil analisis tes kemampuan pemahaman konsep matematika pada siklus I (lampira 10a) diperoleh bahwa untuk inikator menyatakan ulang sebuah konsep hanya mencapai kisaran 65,63%, membedakan objek menurut sifat tertentu sebesar 66,15%, memberi contoh dan non contoh sebesar 93,75%, dan menerapkan konsep secara algoritma sebesar 65,63%. Sehingga nilai Rata – rata kelas dalam keseluruhan aspek mencapai 68,92%. Dan belum mencapai indikator keberhasilan tindakan masih masuk kategori “Cukup”.

e. Refleksi Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh bahwa pada pertemuan pertama peneliti mulai menumbuhkan antusiasme peserta didik dalam belajar dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran sudah mulai tumbuh, begitu pula

dalam menjawab soal hanya saja perlu ditingkatkan lagi karena peserta didik belum mampu memahami konsep

Jumlah Item

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jlh

Skor Skor Maks

Capaian Penilaian Penilaian penilaian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

10 21 6 16 12 4 16 12 4 91 120 75,83

Page 10: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

79

sesuai indikator yang ditetapkan. Selain itu interaksi peserta didik selam proses pembelajaran perlu ditingkatkan juga. Kemudian pada pertemuan kedua peneliti melihat bahwa antusiasme peserta didik dalam belajar sudah mengalami peningkatan hanya saja masih ada yang malu untuk bertanya jika ada penjelasan yang belum dapat dipahami dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran sudah meningkat. Sudah ada beberapa peserta didik yang sudah aktif melakukan kerja sama. Untuk aktifitas peserta didik dalam menjawab soal masih perlu ditingkatkan lagi disamping itu juga interaksi peserta didik sudah mengalami peningkatan. Pada pertemuan ketiga antusiasme peserta didik dalam pembelajaran sudah masuk dalam kategori baik namun masih ada siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Dari setiap pertemuan, siswa cenderung mengalami peningkatan baik dalam akrivitas pembelajaran, aktivitas peserta didik dalam menjawab soal, dan interaksi peserta didik selama proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan refleksi yang telah dilaksanakan selepas tindakan siklus I perlu di adakan sebuah pembenahan dalam pembelajaran dengan melihat hasil observasi dan tes belum mencapai kriteria keberhasilan maka dari itu tindakan dilanjutkan ke siklus II.

2) Data Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar soal yang akan dibahas pada saat diskusi, serta membentuk kelompok belajar peserta didik dan menyiapkan Lembar Observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan 1. Pendahuluan

Pada tahap ini peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan doa bersama. Dan selanjutnya mengecek kehadiran peserta didik dan memotifasi peserta didik mengenai pentingnya mempelajari aturan sinus, cosinus, dan luas segitiga.Dalam kegiatan pendahuluan guru menjelaskan model pembelajaran serta aturan-aturan dalam model pembelajaran yang akan diterapkan. Sama seperti halnya pada siklus 1, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, 4 kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan dua kelompok terdiri dari 6 siswa.kelompok yang dibentuk berasal dari latar belakang kemampuan yang berbeda. Setiap anggota kelompok diberi penomeran serta setiap kelompok diberi nama kelompok. Sebelum diskusi dimulai, guru mengecek kelengkapan belajar siswa dalam hal ini adalah buku paket atau LKS.

2. Kegiatan Inti Pada tahap ini guru menyampaikan atau menjelaskan materi mengenai aturan sinus kurang lebih selama 20 menit. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja pada setiap kelompok yang telah dibentuk dan

membimbing peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok untuk mengisi lembar kerja tersebut. Lembar kerja tersebut berisi soal – soal yang berkaitan dengan aturan sinus. Siswa diminta untuk menentukan syarat aturan sinus, menentukan salah satu sudut jika dua sisi dan satu sudut diketahui, serta menentukan sisi-sisi pada segitiga yang telah dicantumkan pada soal. Siswa diberi waktu selama 20 menit untuk berdiskusi dalam menyelesaikan soal. Selanjutnya setiap nomor yang di tunjuk mewakili kelompoknya untuk memperesentasikan jawaban di depan kelas dan di komentari oleh kelompok lain. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian dengan nomor yang berbeda dan jawaban dari soal yang berbeda pula.. Perlakuan yang sama diberlakukan juga untuk kelompok lainnya.

3. Penutup Dalam kegiatan ini guru bersama – sama dengan peserta didik membuat simpulan pembelajaran. Selain itu guru memberi timbal balik positif kepada kelompok yang aktif dan memotifasi siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi. Soal yang belum terselesaikan menjadi tugas di rumah untuk melatih peserta didik lebih memahami materi.Kegiatan tersebut dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan sub pokok bahasan dan indikator yang berbeda yaitu pada pertemuan kedua dengan sub pokok bahasan aturan kosinus, pada pertemuan ketiga dengan sub pokok bahasan luas segitiga.

c. Hasil Observasi/pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksankan dengan dua aspek pengamatan yaitu sebagai berikut. 1.) Observasi Terhadap Aktifitas Peserta didik

Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Lampiran 8b), pada pelaksanaan tindakan ini khususnya untuk aktifitas peserta didik diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Aktifitas Peserta Didik Siklus II

No Aspek

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jml Skor

Skor Total

Capaian Penilaian Penilaian penilain

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 Antusiasme Peserta didik

8 3

8 3

12

34 36 94,44

2 Aktifitas dalam pembelajaran

8 3

8 3

12

34 36 94,44

3

Aktifitas dalam menjawab soal

8 3

8 3

8 3

33 36 91,67

4 Interaksi peserta didik

9

8 3

8 3

31 36 86,11

Rata – rata 91,67**

**memenuhi indikator Berdasarkan tabel diatas ternyata hasil data menunjukan pencapaian indikator keberhasilan untuk seluruh aspek pengamatan. Secara keseluruhan pelaksanaan aktifitas

Page 11: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

80

kegiatan peserta didik telah memenuhi indikator keberhasilan dengan tingkat capaian91,67%.

2.) Observasi terhadap aktivitas Guru Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru mitra melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah disediakan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (lampiran 9b) pada pelaksanaan tindakan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 2

Jumlah Item

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Jlh Skor

Skor Maks

Capaian Penilaian Penilaian Penilaian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

10 20 15 28 9 24 12 108 120 90

Berdasarkan tabel diatas ternyata hasil data menunjukan pencapaian indikator keberhasilan untuk seluruh aspek pengamatan. Secara keseluruhan pelaksanaan aktifitas kegiatan guru telah memenuhi indikator keberhasilan dengan tingkat capaian 90%.

d. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Peserta Didik

Data hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siklus II diperoleh berdasarkan tes tertulis peserta didik yang berbentuk soal uraian berjumlah 8 soal dan jawaban tes (lampiran 8b).

Berikut ini disajikan tabel yang menunjukan nilai peserta didik (lampiran 10a) dan nilai rata – rata siklus 2.

Tabel 4.10 Nilai Matematika Kelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk Siklus 2

No. Res

Nilai No.Res Nilai No.Res Nilai

1 80 12 100 23 100

2 70 13 85 24 85

3 100 14 95 25 95

4 80 15 85 26 85

5 70 16 100 27 90

6 60 17 85 28 90

7 65 18 90 29 80

8 70 19 90 30 95

9 80 20 85 31 85

10 90 21 80 32 95

11 100 22 95 Jumlah 2755

Dari data yang terlihat di lampiran

10a terlihat bahwa terdapat lima peserta didik yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata Tes Siklus II Kelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk Siklus 2

Rata - Rata Kategori

Siklus II 86,09 Sangat Baik

Berdasarkan dari hasil analisis tes kemampuan pemahaman konsep matematika untuk siklus II (lampira 10b) diperoleh bahwa untuk indikator menyatakan ulang sebuah konsep mencapai kisaran 84,72%, membedakan objek menurut sifat tertentu sebesar 78,12%, memberi

contoh dan non contoh sebesar 91,40%, dan menerapkan konsep secara algoritma sebesar 89,94%. Sehingga nilai rata – rata kelas dalam keseluruhan aspek mencapai 86,09%, ini menunjukan peningkatan yang sangat Signifikan dan tentunya sangat baik. Dan memenuhi indikator keberhasilan untuk kemampuan pemahaman konsep matematika.

e. Refleksi. Dari pengamatan yang diperoleh pada

pertemuan pertama terlihat bahwa antusiasme peserta didik dalam belajar sudah mengalami peningkatan hanya saja ada beberapa peserta didik yang kurang semangat dalam mengkomunikasikan hasil kerjanyaan dan aktifitas pesera didik selama proses pembelajaran sudah meningkat, begitu juga dengan aktifitas peserta didik dalam menjawab soal sudah sangat baik. Dan interaksi selama dalam pembelajaran juga sudah mengalami peningkatan.

Selanjutnya, pada pertemuan kedua terlihat antusiasme peserta didik hampir mencapai hasil yang maksimal dan aktifitas peserta didik selama pembelajaran juga sudah meningkat. Untuk dalam menjawab soal dan interaksi peserta didik dalam pembelajaran sudah meningkat pula. Sama halnya pada pertemuan ketiga setiap idikator diskriptor pada lembar observasi peserta didik mengalami peningkatan.

Dari hasil observasi dan tes yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa sebanyak 27 peserta didik sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan ada 5 peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Meskipun demikian penelitian dianggap berhasil. Berhasilnya tes pada siklus 2 tidak lepas dari ketepatan pemilihan anggota kelompok saat melakukan pembelajaran karena sangat berpengaruh dengan jalannya kegiatan pembelajaran, terutama pada saat diskusi dalam pemecahan masalah. Dengan demikian penelitian ini selesai sampai disiklus II karena sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan.

Berikut hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siklus 1 dan siklus 2 (Lampiran 11).

Tabel 4.12 Data Hasil Tes Siklus 1 dan Siklus 2

Keterangan Nilai Tes Siklus I

Nilai Tes Siklus II

Rata – Rata 68,92 86,03

Maksimum 94,44 100

Minimum 38,89 60,00

Jangkauan 55,55 40,00

Berdasarkan tabel 4.13 , nilai tes mengalami peningkatan, yaitu dari 68,92 menjadi 86,03. Nilai tertinggi peserta didik saat pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif matematika siklus I adalah 94,44 dan terendahnya adalah 38,89. Nilai tertinggi pada tes siklus II adalah 100 dan

Page 12: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

81

terendahnya adalah 60,00. Dengan jangkauan untuk nilai tertinggi dan terendah untuk siklus I adalah 55,55 dan siklus II adalah sebesar 40.

Pembahasan Pembelajaran matematika melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dikelas X MIPA 3 N 1 Luwuk. Telah dilakukan sesuai langkah langkah pembelajaran di RPP yaitu: (a) Tahap pendahuluan, yang di awali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan strategi pembelajaran yang akan digunakan dan mengingatkan materi sebelumnya; (b) Pada kegiatan inti, 1) Guru menjelaskan materi pembelajaran selama 20 menit, 2) guru membagikan lembar soal untuk diskusi, 3) Peserta didik belajar dalam kelompok, 4) Peserta didik berdiskusi, 5) peserta didik bertanya, 6) Peserta didik mengumpulkan informasi, 7) peserta didik dalam kesatuan kelompok membuat kesimpulan, 8) Masing – masing kelompok mempresentasekan hasil diskusi di depan kelas, (c) Penutup, menganalisa dan merefleksi pembelajaran dengan cara melakukan review terhadap materi yang telah dipelajari.

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat, diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan Numbered heads Together (NHT), pada umumnya aktifitas peserta didik maupun aktifitas guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai Siklus II. Peningkatan aktifitas peserta didik terutama pada kegiatan kerja sama dan diskusi dalam kelompok. Peningkatan aktifitas guru untuk pengelolaan waktu yang cukup baik.

Pada waktu tes kemampuan berpikir kreatif siklus I dan II guru meminta peserta didik menuliskan jawaban tes dengan acuan indicator pemahaman konsep. Pada saat tes siklus I kemampuan pemahaman konsep peserta didik belum mencapai taraf yang di inginkan namun ada beberapa siswa yang pemahaman konsepnya mulai ada peningkatan yang cukup baik. Tingkat kemampuan berpikir kreatif yang masih kurang ini terlihat dari hasil tes yang mencapai nilai rata – rata 68,92. Dengan melihat hasil tersebut maka tindakan berlanjut di siklus II.

Pada akhir tindakan siklus II di lakukan tes kemampuan dengan hasil yang baik. pada tes ke dua terlihat jawaban peserta didik sudah mengacu pada pemahaman konsep matematika dengan indikator yang telah ditentukan oleh peneliti. Dikatakan seperti itu karena hasil nilai rata – rata kelas mencapai 86,09. Dengan hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan. Meskipun masih terdapat peserta didik yang nilainya masih di bawah rata – rata namun itu tidak menjadi masalah terhadap hasil tindakan siklus II.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memperoleh gambaran bahwa Model Numbered Heads Together (NHT) yang telah diterapkan merupakan suatu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan sebelumnya, di peroleh sebuah kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada materi Trigonometri dikelas X MIPA 3 SMA N 1 Luwuk setelah diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terjadi peningkatan dan berada pada kategori baik. Dalam observasi siklus II menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam menemukan konsep baru dan menyelesaikan soal yang diberikan semakin meningkat. Ini terlihat dari pertambahan skor peserta didik dalam menyelesaikan soal dengan menerapkan setiap indicator Pemahaman Konsep. Kekompakan antar peserta didik dalam kelompok maupun dalam forum diskusi meningkat dilihat dari antusiasme yang di tunjukan setiap peserta didik. Hasil observasi aktifitas peserta didik pada siklus II mencapai 91,67% meningkat 18,06% dari siklus I. Hasil observasi aktifitas Guru pada siklus II mencapai 90,00% meningkat 14,17% dari siklus I. Hasil dari analisis tes kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada siklus II dengan rata – rata mencapai 86,09%, mengalami peningkatan sebesar 17,17% dari siklus I. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik pada materi Trigonometri di kelas X MIPA 3 SMAN 1 Luwuk. Hal ini menunjukan keberhasilan tindakan pada siklus II telah mencapai kriteria kemampuan pemahaman konsep Matematika dalam penelitian.

Saran-saran

Saran – saran yang bisa penulis berikan sebagai masukan bagi pembaca atau pihak terkait adalah sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran melalui pendekatan Numbered

Heads Together (NHT), di butuhkan perencanaan dan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif , sehingga model pembelajaran NHTini digunakan untuk peningkatan pemahaman konsep matematika.

2. Dalam penerapan model pembelajaran NHT, sebaiknya pemilihan dalam menentukan anggota kelompok dilakukan dengan cermat, karena akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan pada saat diskusi. Pemilihan anggota kelompok yang tepat, membuat proses pembelajaran lebih kondusif sehingga dapat menunjang proses peningkatan pemahaman konsep matematika peserta didik.

3. Sebagai seorang guru diharapkan lebih mengoptimalkan penggunaan berbagai metode dan teori yang dapat memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Dan lebih bisa meningkatkan kemampuan proses dari pada melihat hasil dari penyelesaian masalah peserta didik dalam pembelajaran.

4. Perlu adanya pembinaan dan pelatihan tersendiri bagi guru menyangkut penggunaan multi metode yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek pembelajaran matematika. Kepada peneliti yang berminat akan menerapkan

model pembelajaran Numbered Heads Together, agar dapat mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian dalam wilayah penelitian yang lebih luas. REFERENSI Afriadi Ahsan. (2016). Model Pembelajaran.

Page 13: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

82

http://aritmaxx.com/2016/10/17/ model-pembelajaran/.html. Diakses pada tanggal 9 Januari 2017.

Arends .(2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ernawati (2010).Pemahaman konsep matematika. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim . (2015). Sintaks model pembelajaran NHT. http://www.infoduniapendidikan.com/2015/06/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-NHT.html. Diakses pada tanggal 24 januari 2016.

Kemdikbud. (2013). Pendekatan pembelajaran matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalOnline: http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/asmin/html. Diakses tanggal 23 Januari 2017.

Kusnandi. (2014).Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI. Http://Kusnan-Kentus.Blogspot.Com/2014/12/ Strategipembelajaranmatematika.html.Diakses pada tanggal 23Januari 2017.

Mediaharja (2011). Pemahaman konsep. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mohammda Zain. (2010). pemahaman konsep. Jakarta: GRASINDO.

Nurgiyantoro, dkk.(2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sidi Amalia. (2013). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. Jakarta: PT

Bumi Aksara. http://abdulmuizlidinillah.files.wordpress.com/2013/12/kemampuan pemahaman konsep matematika.pdf. Diakses pada tanggal 3 Januari2017.

Ruseffendi.(2013). Pemecahan masalah Matematika. Yogyakarta: MultiPressindo

Robbin.(2007). Kemampuan Berfikir Peserta Didik.Jakarta: Prenada MediaGroup.

Suardika. (2016).model pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. http://aritmaxx Com/2016/10/17/model-pembelajaran/.html. Diakses pada tanggal 3 Januari 2017.

Suherman Erman, (2008).penerapan model NHT. Edisi Revisi. Bandung: JICA-UPI.

Warsono .(2013). Indikator pemahaman konsep matematika. Edisi Revisi. Jakarta: GRASINDO.

Page 14: EDY WIBOWO - ojs-untikaluwuk.ac.id

JURNAL LINEAR VOLUME 01 NO.02 OKTOBER 2017

83