efek lama dan suhu pencampuran terhadap sifat fisis …
TRANSCRIPT
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yuvita
NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yuvita
NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
I know who holds the future,
And I know who holds my hand;
With God things don’t just happen,
Everything by Him is planned._Smith
Ada saatnya manusia itu tidak berpikir secara logika saja,
namun ada waktunya manusia juga harus berserah dan percaya dengan
kekuatan Ilahi yang kadang menurut logika manusia tidak mungkin.
Sebab tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.
Segalanya sudah Ia rencanakan bagi kita.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Tuhan Yesus & Bunda Maria yang selalu mencintai dan menopangku
Papa & Mama tercinta atas kasih dan keyakinan yang diberikan untukku
Kakak & adik-adikku atas motivasi dan semangat yang diberikan
FST & FKK 2006 buat persahabatan yang berharga
Kost Pelangi atas kekeluargaan yang diberikan selama ini
Almamaterku, Sanata Dharma yang tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas
semua berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).
Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam
menyelesaikan laporan akhir ini. Namun dengan bantuan dari banyak pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir tersebut. Dengan kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan
kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai penulis.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang
diberikan.
5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang
diberikan.
6. Papa, Mama, Pho pho, Ria ce, Paskalia, Leo, Lusi, Min ko, Blesita, dan Feli
atas dukungan, kasih sayang, dan cintanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Dani, Lia, dan Yosephine sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama,
dan dukungannya.
8. Siska, Fungci, Pika, Desi, Ana, Dewi, ibu dan bapak kost serta teman-teman
kost Pelangi atas dukungan dan pertemanan kita.
9. Sutina, Liliana, Lili, Lilis, Suminto, Sugianto, Frandy, dan teman-teman
yang selalu memberi semangat dan dukungan.
10. Aya, Yola, Mita, Lulu, Pius, Adit, Nia, dan teman-teman sekelas atas suka
dan duka yang kita lewati bersama.
11. Teman-teman angkatan 2005 dan 2006 atas pertemanan kita selama ini.
12. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Sigit, Mas Wagiran, serta
laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan
laporan akhir.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak
kekurangan mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Sifat fisis dan stabilitas emulsi oral Air/Minyak (A/M) dipengaruhi oleh proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran memberi pengaruh pada viskositas emulsi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis. Suhu pencampuran memberikan energi kinetik pada droplet fase terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek proses pencampuran (lama dan suhu pencampuran) terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.).
Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu lama pencampuran-suhu pencampuran dan dua level yaitu level tinggi-level rendah. Sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming) dan stabilitas emulsi (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan) diamati dalam proses pencampuran. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7. 1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0.05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.
Hasil penelitian lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emusi oral A/M ekstrak etanol buah pare. Kata kunci : lama pencampuran, suhu pencampuran, emulsi A/M, ekstrak etanol
buah pare (Momordica charantia L.), dan desain faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Physical properties and stability of W/O oral emulsion is influenced by the mixing process that includes mixing time and mixing temperature. Mixing time influences the emulsion viscosity which changes the physical properties of emulsion. Mixing temperature gives kinetic energy of the dispersed phase droplets that can facilitates emulsification. This study aimed to find out how the effect of mixing process (mixing time and mixing temperature) on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion.
This study was an experimental research using a factorial design with two factor mixing time-mixing temperature and two level high level-low level. The physical properties (viscosity, droplet size, creaming index) and the stability of the emulsion (the profiles of viscosity, droplet size, and index of creaming for 1 month; and droplet size shift over one month storage) were observed for the mixing process. The data were analyzed statistically using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect.
The result of this study showed that the mixing time, mixing temperature, and their interaction did not provide significant effect on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. Keywords : mixing time, mixing temperature, W/O emulsion, Momordica
charantia L. fruit ethanolic extract, and factorial design.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ix
INTISARI ........................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx
DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................ xxi
BAB I. PENGANTAR ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Keaslian Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 6
A. Pare (Momordica charantia L.) .............................................................. 6
1. Morfologi .................................................................................... 6
2. Kandungan Kimia ....................................................................... 7
3. Kegunaan .................................................................................... 7
B. Emulsi ..................................................................................................... 9
1. Definisi ........................................................................................ 9
2. Teori Pembentukan Emulsi ......................................................... 9
3. Klasifikasi Tipe Emulsi ............................................................. 12
4. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ................................................ 13
5. Metode Evaluasi Emulsi ........................................................... 18
a. Indeks Creaming ........................................................... 18
b. Analisis Ukuran Droplet ............................................... 18
c. Viskositas dan Rheologi (Sifat alir) ............................. 20
d. Tipe Emulsi ................................................................... 22
C. Emulgator .............................................................................................. 23
D. Bahan-bahan Emulsi ............................................................................. 25
1. Virgin Coconut Oil (VCO) ....................................................... 26
2. Gliserin ...................................................................................... 26
3. Sukrosa ...................................................................................... 27
4. Span 80 ...................................................................................... 27
5. Tween 80 ................................................................................... 28
6. Aquadest .................................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
7. Metil Paraben ............................................................................ 29
E. Pencampuran ......................................................................................... 30
F. Alat Pembuat Emulsi ............................................................................ 32
1. Pengaduk Mekanik .................................................................... 32
2. Homogenizer ............................................................................. 33
3. Ultrasonifier .............................................................................. 34
4. Pengiling Koloid ....................................................................... 35
G. Metode Desain Faktorial ....................................................................... 36
H. Landasan Teori ...................................................................................... 38
I. Hipotesis ................................................................................................ 40
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 41
A. Jenis Rancangan Penelitian ................................................................... 41
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 41
1. Variabel Penelitian .................................................................... 41
2. Definisi Operasional ................................................................. 41
C. Alat dan Bahan ...................................................................................... 43
D. Alur Penelitian ...................................................................................... 44
E. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 45
1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant Surakarta,
Indonesia ................................................................................... 45
a. Ekstraksi Buah Pare ...................................................... 45
b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi
Lapis Tipis (KLT) ........................................................ 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Formula ..................................................................................... 46
3. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare .......... 46
4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ......................................... 47
a. Uji Tipe Emulsi ............................................................. 47
b. Uji Ukuran Droplet ....................................................... 47
c. Uji Viskositas ................................................................ 48
d. Uji Indeks Creaming ..................................................... 48
F. Analisis Data ......................................................................................... 49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 51
A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare..................................................... 50
1. Ekstraksi Buah Pare .................................................................. 50
2. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis
(KLT) ........................................................................................ 50
B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ..................... 52
C. Pengujian Tipe Emulsi .......................................................................... 54
D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi...................................... 56
1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi ................................................ 59
2. Stabilitas Emulsi ....................................................................... 59
3. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksinya dalam Menentukan
Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ............................................................ 61
1. Ukuran Droplet ......................................................................... 63
2. Viskositas .................................................................................. 65
3. Indeks Creaming ....................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4. Pergeseran Ukuran Droplet ....................................................... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 71
A. Kesimpulan ........................................................................................... 71
B. Saran ...................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi emulgator berdasarkan nilai HLB .............................. 24
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua
level ............................................................................................. 37
Tabel III. Formula Sediaan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
200g .............................................................................................. 46
Tabel IV. Percobaan desain faktorial ........................................................... 47
Tabel V. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ektrak Etanol Buah
Pare ............................................................................................... 58
Tabel VI. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksi Keduanya
dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral
A/M Ekstrak Etanol Buah Pare .................................................... 62
Tabel VII. Persamaan Desain Faktorial ......................................................... 62
Tabel VIII. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
pada Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam ...... 64
Tabel IX. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
pada Respon Viskositas Setelah 24 jam ....................................... 66
Tabel X. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
pada Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam ............................ 68
Tabel XI. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
pada Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet ............. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Pare. ................................................................................. 7
Gambar 2. Fenomena ketidakstabilan emulsi .................................................. 18
Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet ..................................... 20
Gambar 4. Rumus bangun gliserin .................................................................. 26
Gambar 5. Rumus bangun sukrosa .................................................................. 27
Gambar 6. Rumus bangun Span 80 ................................................................. 28
Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 .............................................................. 29
Gambar 8. Rumus bangun Aquadest ............................................................... 29
Gambar 9. Rumus bangun Metil paraben ........................................................ 30
Gambar 10. Propeller mixer dan Turbine mixer ............................................... 33
Gambar 11. Gambaran skematis dari suatu homogenizer ................................. 33
Gambar 12. Ultra Turrax® ................................................................................. 34
Gambar 13. Ultrasonifier dengan pinsip alat peniup Pohlman ......................... 35
Gambar 14. Penggiling koloid ........................................................................ 35
Gambar 15. Skema Alur Penelitian ................................................................... 44
Gambar 16. Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare diamati dengan sinar
UV 254 nm .................................................................................... 51
Gambar 17. Pengamatan tipe emulsi menggunakan methylene blue
dengan mikroskop (perbesaran 100x) ............................................ 55
Gambar 18. Grafik Hubungan percentile 90 Ukuran Droplet Terhadap Waktu
....................................................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Gambar 19. Grafik Hubungan Viskositas Terhadap Waktu ............................. 60
Gambar 20. Grafik Hubungan Indeks Creaming Terhadap Waktu .................. 60
Gambar 21. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap
Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam ................. 63
Gambar 22. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap
Respon Viskositas Setelah 24 jam ................................................. 65
Gambar 23. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap
Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam ...................................... 67
Gambar 24. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap
Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet ........................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Buah Pare ................................... 77
Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant .... 78
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Pare ........................................ 81
Lampiran 4. Perhitungan Bahan ........................................................................ 82
Lampiran 5. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ............ 84
Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Daging Buah
Pare ............................................................................................... 85
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Menggunakan SPSS 13 ................................ 89
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Menggunakan Desain Expert ..................... 111
Lampiran 9. Dokumentasi ............................................................................... 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
xxi
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 1. ..................................................................................................... 16
Persamaan 2. . ................................................................................................... 21
Persamaan 3. .................................................................................................... 36
Persamaan 4. ..................................................................................................... 48
Persamaan 5. ..................................................................................................... 48
Persamaan 6. ..................................................................................................... 62
Persamaan 7. ..................................................................................................... 62
Persamaan 8. ..................................................................................................... 62
Persamaan 9. ..................................................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Pare (Momordica charantia L.) merupakan tumbuhan bangsa
Cucurbitaceae yang tumbuh baik di daerah tropis dan dataran rendah. Pare telah
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.
Aktivitas antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah
dilaporkan (Basch, et al., 2003). Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K
(C37H58O9) dan L (C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), diduga terlibat dalam
penghambatan spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai
antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750 mg/kgBB mencit
(Sutyarso, 1992). Ekstrak etanol buah pare juga memiliki aktivitas antiulser
(Gurbuz, et al., 2000), antibakteri (Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk
wound healing (Teoh, et al., 2008).
Pengembangan ekstrak etanol buah pare terkait dengan aktivitas yang
diinginkan membutuhkan bentuk sediaan yang siap digunakan dalam uji klinik.
Hal ini memberi peluang kepada para peneliti untuk mencoba memformulasikan
ekstrak etanol buah pare dalam suatu teknik formulasi sediaan farmasi. Tantangan
dalam pengembangan sediaan oral ekstrak etanol buah pare adalah pada ekstrak
etanol buah pare memiliki rasa pahit yang diduga karena adanya kandungan
kukurbitasin (Okabe, et al., 1980). Sediaan farmasi yang memungkinkan untuk
menutupi rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare antara lain adalah emulsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kapsul. Sediaan kapsul mempunyai kecepatan absorbsi yang lebih lambat
dibandingkan emulsi sehingga bioavailabilitas oral kapsul lebih rendah.
Dalam penelitian ini akan dibuat bentuk sediaan emulsi yaitu sistem air
dalam minyak (A/M) dari ekstrak etanol buah pare. Menurut Certificate of
Analysis (CoA) yang diperoleh dari PT. Javaplant, ekstrak etanol buah pare larut
dalam air. Pertimbangan utama pemilihan bentuk sediaan emulsi sistem A/M
adalah ekstrak etanol buah pare akan berada dalam droplet air yang terlindung
dalam fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan
tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase
minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di
mulut menjadi berkurang. Emulsi A/M dapat juga dikembangkan menjadi sediaan
prolonged release (Davis, et al., 1985). Untuk perkembangan lebih lanjut, emulsi
tipe A/M dapat digunakan sebagai dasar pembuatan emulsi tipe A/M/A untuk
meningkatkan penggunaan secara oral.
Dalam pembuatan sediaan emulsi, proses pencampuran merupakan
proses dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi dengan sifat
fisis dan stabilitas emulsi yang baik. Selama proses pencampuran, semakin lama
pencampuran menyebabkan semakin lama gaya geser yang diberikan oleh mixer
sehingga akan mempengaruhi proses emulsifikasi membentuk sistem emulsi yang
stabil, serta memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis emulsi. Peningkatan
suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik dari droplet fase
terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi (Nielloud dan Mestres,
2000). Namun suhu pencampuran yang terlalu tinggi akan merusak ikatan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
emulgator dengan fase dispers dan fase kontinunya sehingga sistem emulsi
menjadi tidak stabil. Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan
memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan
parameter-parameter sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama
penyimpanan. Pada pencampuran secara mekanik, alat yang digunakan adalah
mixer (Sheth dan Bandelin, 1992) yaitu propeller mixer, dan homogenizer
(Bjerregaard, et al., 1999).
Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi efek lama
dan suhu pencampuran secara simultan adalah desain faktorial. Desain faktorial
pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design 22), merupakan metode
rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek faktor
terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor yang diteliti adalah lama dan suhu
pencampuran dengan variasi lama dan suhu pencampuran sebagai level yang
dipilih. Signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek
dianalisis menggunakan Design Expert 7.1.4 dengan Anova pada taraf
kepercayaan 95% (p<0.05).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan:
Apakah variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan
efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak
etanol buah pare ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian
tentang Efek Lama dan Suhu Pencampuran Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas
Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare : Aplikasi Desain Faktorial belum
pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis : menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai
efek proses pencampuran meliputi lama dan suhu pencampuran terhadap
sediaan emulsi oral A/M dan aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh
tersebut.
2. Manfaat Metodologis : menambah informasi dalam bidang kefarmasian
mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek lama dan suhu
pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M.
3. Manfaat Praktis : mengetahui efek lama dan suhu pencampuran serta
interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi sehingga
dapat diterima oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : membuat sediaan emulsi oral A/M dengan zat aktif berupa
ekstrak etanol buah pare.
2. Tujuan Khusus : mengetahui efek dari proses pencampuran yang meliputi
lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat
fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pare (Momordica charantia L.)
Tanaman pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae memiliki
sinonim yaitu Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M. operculata, M.
sinensis, Sicyos fauriel (Taylor, 2002). Tanaman ini merupakan tanaman yang
hidup di daerah tropis, dapat tumbuh di daratan rendah sampai ketinggian 500
meter di atas permukaan laut. Penyebarannya meliputi Cina, India dan Asia
Tenggara (Williams, Ng, 1971).
1. Morfologi
Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau
sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk 5,
panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang
panjangnya 1,5 – 5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan
panjang 3,5 – 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung,
warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai belekuk menyirip. Bunga tunggal,
berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah
bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan,
panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye
yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih
memanjang, keras (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 1. Tanaman Pare (Kress, 1997)
2. Kandungan Kimia
Sebagai tumbuhan bangsa Cucurbitaceae, tanaman pare mengandung
kukurbitasin yang tergolong dalam glikosida triterpen (Okabe, et al., 1980).
Kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam pare antara lain alkaloid,
diosgenin, cucurbitin, momorcharin, karantin, asam linolenat, momordikosida,
asam oleanat, asam resinat, vitamin A, B, dan C (Williams dan Ng, 1971). Buah
pare yang diekstraksi dengan etanol mengandung kukurbitasin K dan L yang
menyebabkan rasa pahit dan kukurbitasin F1, F2, G dan I yang tidak menyebabkan
rasa pahit (Okabe, et al., 1982).
3. Kegunaan
Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus. Uji klinis menunjukkan bahwa perasan pare, buah, dan serbuk
keringnya memberikan efek hipoglikemik sedang, dengan efek samping
hypoglicemic coma dan konvulsi pada anak-anak, mengurangi fertilitas mencit,
favism-like syndrome, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase dalam
hewan, dan sakit kepala (Basch, et al., 2003). Pada analisis elektroforesis dan
spektrum infra merah menunjukkan bahwa komponen dari ekstrak pare memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kemiripan struktur dengan insulin binatang (Ng, et al., 1986). Aktivitas
hipoglikemik dari ekstrak buah pare bila dibandingkan dengan aktivitas dari
tolbutamide dan sulphonylurea adalah ekstrak buah pare 500 mg/kg BB
menyebabkan 10-15% penurunan glukosa darah setelah 1 minggu (Biyani, et al.,
2003).
Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K (C37H58O9) dan L
(C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), merupakan golongan kukurbitasin diduga
terlibat dalam penghambatan spermatogenesis. Kukurbitasin yang digolongkan
dalam glikosida triterpen memiliki struktur dasar siklopentan perhidrofenantrena
yang juga dimiliki oleh steroid. Menurut Jackson dan Jones (1972) steroid dapat
berperan sebagai penghambat spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat
berperan sebagai antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750
mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Studi toksikologi menunjukkan bahwa pare
aman untuk kesehatan manusia dan tidak memiliki efek toksik (Chopra, et al.,
1956). Menurut penelitian Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak metanol
buah pare termasuk kategori praktis tidak toksik yaitu terletak pada rentang (5-15
g/kg).
Aktivitas antivirus dan antineoplastik secara in vitro juga telah
dilaporkan (Basch, et al., 2003). Aktivitas anti-virus HIV pare terletak pada
kandungan protein momorcharin alfa dan beta, atau pada protein MAP30
(Momordica Antiviral Protein 30) (Manitto, 1981; Anonim, 2006; Liu, 1993).
Ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antibakteri, yaitu pada 0,1
mg/ml (terhadap S. pyogenes) dan pada konsentrasi 1 mg/ml (terhadap E.coli dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
S.aureus) (Abalaka, et al., 2009). Selain itu, ekstrak etanol buah pare memiliki
aktivitas antiulser (Gurbuz, et al., 2000) dan wound healing (Teoh, et al., 2008).
Pare juga digunakan secara topikal pada kulit untuk mengobati penyakit vaginitis,
hemorrhoids, scabies, eksim, dan penyakit kulit lainnya (Gislene, et al., 2000).
B. Emulsi
1. Definisi
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan emulgator atau surfaktan yang cocok (Anonim, 1979).
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak
stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak saling campur satu
sama lain dan untuk memantapkan diperlukan penambahan emulgator (Voigt,
1994).
Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam atau
fase diskontinu dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinu (Ansel,
1969).
2. Teori Pembentukan Emulsi
Dalam pembuatan suatu emulsi, banyak teori yang telah dikembangkan
untuk menjelaskan proses terbentuknya emulsi yang stabil dan bagaimana
emulgator bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi. Teori pembentukan emulsi
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a) Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension Theory)
Menurut teori ini semua cairan mempunyai kecenderungan
menerima suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam
jumlah yang paling kecil. Untuk droplet cairan bulat, ada tenaga (kekuatan)
yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk
menahan distorsi dari droplet menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Dua
atau lebih droplet cairan yang sama saling bertemu cenderung untuk
bergabung membuat satu droplet yang lebih besar dan mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan total dari
droplet- droplet itu sendiri sebelum bergabung. Bila lingkungan disekitar
cairan adalah udara, maka disebut tegangan permukaan cairan (liquid’s
surface tension). Dan bila cairan kontak dengan cairan kedua dimana
keduanya tidak saling larut dan tidak dapat campur, gaya yang menyebabkan
masing-masing cairan untuk melawan pecahnya menjadi partikel yang lebih
kecil disebut tegangan antarmuka (interfacial tension). Zat-zat yang dapat
meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan
untuk menjadi droplet yang lebih kecil. Zat-zat yang menurunkan tegangan ini
disebut emulgator (Ansel, 1969).
b) Oriented Wedge Theory
Teori ini mengasumsikan bahwa lapisan monomolekular dari
emulgator melingkari suatu droplet dari fase dalam emulsi. Emulgator tertentu
mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam cairan tertentu terkait dengan
kelarutan mereka. Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
saling tidak bercampur, emulgator akan memilih larut dalam salah satu fase
dan terikat kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase
lainnya. Karena molekul-molekul mempunyai suatu bagian hidrofilik dan
suatu bagian hidrofobik, maka molekul-molekul tersebut akan mengarahkan
dirinya ke masing-masing fase. Umumnya suatu emulgator yang mempunyai
karakteristik hidrofilik lebih besar daripada hidrofobiknya akan membentuk
emulsi minyak dalam air dan sebaliknya membentuk emulsi air dalam minyak
apabila karakteristik hidrofobik emulgator lebih besar daripada hidrofiliknya
(Ansel, 1969).
c) Teori lapisan antarmuka (Plastic Film Theory)
Teori ini menempatkan emulgator pada antarmuka antara minyak
dan air, mengelilingi droplet fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film
yang diadsorbsi pada permukaan dari droplet tersebut. Lapisan tersebut
mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin
fleksibel lapisan tersebut maka makin stabil emulsinya. Secara alami, lapisan
yang terbentuk harus dapat menutupi seluruh permukaan masing-masing
droplet fase dalam. Pembentukan emulsi tipe A/M atau M/A tergantung pada
derajat kelarutan dari emulgator dalam kedua fase tersebut, emulgator yang
larut dalam air akan merangsang terbentuknya emulsi M/A dan emulgator
yang larut dalam minyak sebaliknya (Ansel, 1969).
d) Teori Lapisan Listrik Rangkap
Apabila terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap tetesan minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha dari tetesan minyak yang akan bergabung menjadi satu
molekul besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap tetesan
minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama
tetesan akan tolak menolak, stabilitas emulsi akan bertambah (Parrott, 1971).
e) Teori Pasak
Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator dan
menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi
M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal emulgatornya larut air, bagian
hidrofilnya akan menebal dan memenuhi ruang melalui keteraturan steriknya
atau akibat proses hidratasinya. Pada emulgator lipofil, misal pada sabun
kation bervalensi banyak, terjadi hal sebaliknya. Rantai rangkap asam lemak
membutuhkan ruang yang lebih besar, oleh karena itu kecenderungan disosiasi
garam alkali tanah berkurang, sehingga proses hidratasi gugus hidroksilnya
lebih rendah. Efek pasak menyebabkan melengkungnya batas antar permukaan
mengelilingi tetesan air (Voigt, 1994).
3. Klasifikasi Tipe Emulsi
Emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan
adanya emulgator maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya.
Secara umum dikenal dua tipe emulsi yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
a) Tipe Emulsi Air dalam Minyak (A/M)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan
minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung
kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak
emulsi. Jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi
sangat sulit bercampur / dicuci dengan air.
b) Tipe Emulsi Minyak dalam Air (M/A)
Emulsi minyak dalam air merupakan suatu jenis emulsi yang fase
terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran
kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya
mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat
diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci (Anief, 1993).
4. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh
banyak faktor lain seperti kecepatan geser (kecepatan putar), waktu (waktu
pencampuran), dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Untuk
mengevaluasi sifat fisis suatu emulsi dapat dilihat dari viskostas, ukuran droplet,
dan indeks creaming emulsi.
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan
distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang (Voigt, 1994). Umumnya, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara
fisik jika:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a) Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan dengan cepat.
b) Jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut
akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c) Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi
yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam (Ansel,
1969).
Ketidakstabilan emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Flokulasi
Flokulasi menggambarkan penggabungan reversibel yang lemah
antara droplet-droplet emulsi yang dipisahkan oleh lapisan tipis dari fase
kontinu. Penggabungan tersebut terjadi karena adanya interaksi gaya tarik
menarik antardroplet dan umumnya bersifat reversibel dengan penggocokan
ringan. Flokulasi umumnya dianggap sebagai prekursor terjadinya coalescence
(Eccleston, 2007).
b) Inversi
Ialah peristiwa perubahan tipe emulsi dengan tiba-tiba, dari satu tipe
ke tipe yang lain dan sifatnya irreversibel (Anief,1989). Inversi dapat terjadi
karena adanya penambahan elektrolit, perubahan rasio volume fase, ataupun
karena perubahan temperatur. Inversi fase dapat diminimalisir dengan
menggunakan emulgator yang tepat dalam konsentrasi optimum,
mempertahankan konsentrasi fase dispersi antara 30-60%, dan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyimpan emulsi di tempat dingin (Ali, et al., 2008). Volume fase dalam
yang semakin besar akan menyebabkan terjadi perluasan lapisan antarmuka
sehingga dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Jika volume fase dalam
melebihi fase kontinu, emulsi menjadi tidak stabil yang pada akhirnya terjadi
inversi fase (Mollet dan Grubenmann, 2001).
c) Coalescence
Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan
droplet-droplet kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang
bersifat ireversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula
melalui pengocokan (Anief,1989).
Coalescence adalah peristiwa dimana droplet fase terdispersi
bergabung dan membentuk droplet yang lebih besar, yang diawali dengan
drainase dari lapisan cairan fase kontinu (Eccleston 2007). Coalescence dari
droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya lapisan emulgator
yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap droplet. Dua droplet yang
saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang
berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk
lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan
energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini akan tertahan
dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan tertunda
(Aulton, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
d) Creaming
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian
yang satu memiliki fase fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.
Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya coalescence dari
droplet, karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang
mengalami creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog secara
cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar.
Menurut hukum Stokes kecepatan terbentuknya creaming dapat
dikurangi dengan metode-metode berikut :
a. Produksi emulsi dengan ukuran droplet kecil
b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinu
c. Mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase
d. Mengontrol konsentrasi fase dispersi
Persamaan hukum Stokes di bawah ini:
18ηg )ρ(ρ d
v 212 −
= .............................Persamaan (1)
Keterangan:
V= kecepatan pengapungan atau sedimentasi
D= diameter tetesan
ρ1= kerapatan fase internal
ρ2= kerapatan fase eksternal
η = viskositas, dan g = percepatan gravitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dari hukum Stokes dapat diketahui bahwa:
a. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan selisih
kerapatan antara fase minyak dan fase air. Peristiwa pembentukan creaming
dapat diminimalkan dengan memilih kerapatan dari kedua fase yang hampir
sama. Kebanyakan minyak mempunyai kerapatan di bawah 1,00.
b. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan jari-jari butiran.
Butir-butir tetesan kecil lebih lambat naik jika dibandingkan dengan butir-
butir tetesan besar, sehingga pembentukan creaming dapat diminimalkan
dengan memperkecil butiran-butiran fase dispersi.
c. Kecepatan pembentukan creaming berbanding terbalik dengan viskositas
medium. Kenaikan temperatur akan mengurangi viskositas sehingga dapat
menyebabkan creaming. Untuk menanggulangi hal ini, emulsi harus
disimpan di tempat sejuk. Creaming dapat diminimalkan dengan menaikkan
viskositas medium (Gunn, 1975).
e) Ostwald Ripening
Pada peristiwa ostwald ripening, terjadi peristiwa di mana droplet
besar menjadi semakin besar. Ostwald ripening terjadi ketika droplet kecil
(kurang dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi (dan tekanan uap)
lebih besar daripada droplet besar dan sebagai akibatnya adalah secara
termodinamik tidak stabil. Untuk mencapai kondisi kesetimbangan, molekul
dari droplet larut dan berdifusi melalui fase kontinu untuk memperbesar droplet
besar (Eccleston, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 2. Fenomena ketidakstabilan emulsi (Eccleston, 2007)
5. Metode Evaluasi Emulsi
a) Indeks Creaming
Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan indeks
creaming atau coalescence yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya
dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang
memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 2002).
b) Analisis Ukuran Droplet
Ukuran droplet suatu emulsi mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas
emulsi. Emulsi yang terdiri dari droplet polidispers akan cenderung
menunjukkan viskositas lebih rendah dibandingkan sistem monodispers karena
perbedaan ketebalan lapisan listrik ganda. Ukuran droplet rata-rata yang
semakin kecil akan meningkatkan luas permukaan spesifik dan lebih banyak
koloid akan terabsorpsi pada permukaan droplet. Untuk meningkatkan
viskositas emulsi dapat dengan memperkecil diameter rata-rata droplet, yaitu
dapat dilakukan melalui homogenisasi. Jika ukuran droplet rata-rata meningkat
dalam waktu tertentu dan diikuti dengan menurunnya jumlah droplet, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dapat diasumsikan terjadi coalescence. Oleh karena itu, perlu untuk
membandingkan laju coalescence untuk berbagai variasi formulasi emulsi.
Ukuran droplet fase dispers dikontrol oleh metode dan kondisi pembuatan serta
karakteristik dan konsentrasi emulgator (Aulton, 2002).
Satuan ukuran droplet yang sering digunakan dalam mikromeritik
adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Dalam bidang farmasi
ada informasi yang perlu diperoleh dari droplet yaitu (1) bentuk dan luas
permukaan droplet dan (2) ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet
(Martin, et al., 1993). Data tentang ukuran droplet diperoleh dalam diameter
droplet dan distribusi diameter (ukuran) droplet, sedangkan bentuk droplet
memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet (Martin, et al.,
1993).
Metode mikroskopik merupakan metode sederhana menggunakan
satu alat mikroskop, bisa menggunakan mikroskop biasa dalam pengukuran
ukuran droplet yang berkisar 0,2 µm sampai 100 µm. Di bawah mikroskop
tersebut di tempat dimana droplet terlihat diletakkan mikrometer untuk
memperlihatkan ukuran droplet tersebut. Droplet diukur sepanjang garis tetap
yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati
pusat droplet. Kerugian dari metode mikroskopi adalah bahwa garis tengah
yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu dimensi panjang
dan lebar. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet
agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini
membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Distribusi ukuran droplet, jika jumlah atau berat droplet yang terletak
dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran
droplet rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva
distribusi frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin, et al., 1993)
Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu
garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena
mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya
sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat
terlihat ukuran droplet berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel
disebut modus. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data
adalah dengan memplotkan persentasi kumulatif di atas atau di bawah suatu
ukuran tertentu terhadap ukuran droplet (Martin, et al., 1993).
c) Viskositas dan Rheologi (Sifat Alir)
Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Viskositas tinggi pada rate of shear rendah memperlambat perpindahan dari
droplet fase dispers sehingga stabilitas fisik emulsi terjaga. Sedangkan pada
rate of shear tinggi, viskositas yang dihasilkan rendah sehingga kemungkinan
terjadi creaming dan coalescence. Viskositas dari fase kontinu sangat
mempengaruhi viskositas emulsi secara keseluruhan (Aulton, 2002).
Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi atau volume fase dalam,
yaitu berdasarkan persamaan Einstein sebagai berikut.
η = η0 (1 + 2,5φ) .......... Persamaan (2)
Keterangan : η = viskositas emulsi
η0 = viskositas fase kontinu
φ = rasio fase dalam terhadap fase kontinu
Dari persamaan tersebut, semakin besar rasio fase, maka viskositas emulsi akan
semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi fase dalam, maka rasio fase
akan semakin besar, menyebabkan viskositas emulsi akan meningkat. Namun,
harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya konsentrasi fase dalam,
maka akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet dan Grubenmann,
2001).
Penggolongan bahan menurut aliran dan deformasi dibagi menjadi dua
yaitu sistem Newton dan sistem non-Newton. Dispersi heterogen cairan dan
padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk serupa
termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, et al., 1993). Idealnya suatu
sediaan emulsi menunjukkan sifat aliran plastik/pseudoplastik dan tiksotropi
(Aulton, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis
menunjukkan aliran pseudoplastis yang sering dikenal sebagai shear-thining
system. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of
shear. Tiksotropi merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing.
Tiksotropi dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis dan
pseudoplastis (Martin, et al., 1993).
d) Tipe Emulsi
Menurut Voigt (1994), untuk menentukan tipe emulsi ada 5 cara :
1. Cara Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini
hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi
tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M.
2. Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air
(M/A). Contoh : methylene blue.
3. Penggunaan kertas saring
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe emulsi
A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A.
4. Cara Flouresensi
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A
flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya
sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5. Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak (A/M)
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
C. Emulgator
Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka
antara minyak dan air, menurunkan gaya tolak antar cairan, mengurangi tarikan
antar molekul cairan itu sendiri. Emulgator akan membentuk film atau lapisan di
sekeliling permukaan droplet-droplet fase dispers, dengan adanya film tersebut
mencegah kontak antar droplet sehingga mencegah terjadinya coalescence. Tipe
emulsi yang terbentuk tergantung dari kelarutan emulgator. Emulgator yang
mempunyai sifat hidrofil lebih besar dari lipofil akan menghasilkan emulsi
Minyak/Air (M/A) dan begitu sebaliknya. Fase dimana emulgator larut akan
menjadi fase eksternal (Ansel, 1969).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam memilih emulgator yang
digunakan, yaitu:
1. Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Sistem HLB (Hydrophile-Lypophile Balance) adalah suatu nilai polaritas dari
emulagtor (Kim, 2005). Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat
mengunakan suatu emulgator yang memiliki nilai HLB. Nilai HLB
menerangkan keseimbangan hidrofil-lipofil, yang diberikan dari ukuran dan
kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil. Atas dasar efisiensi sistem HLB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dibuat pada skala 1-20. Semakin lipofil suatu emulgator, semakin rendah nilai
HLB (Voigt, 1994).
Tabel I. Klasifikasi emulgator berdasarkan nilai HLB (Voigt, 1994) HLB Penggunaan 1-3 Antifoaming agent 3-6 W/O emulsifying agent7-9 Wetting agent8-16 O/W emulsifying agent13-15 Detergents 15-18 Solubilizing agent
Emulsi Air/Minyak umumnya dibuat menggunakan emulgator dengan HLB
rendah dan emulsi Minyak/Air menggunakan emulgator yang lebih hidrofilik
dengan nilai HLB tinggi. Metode pemilihan berdasarkan pada tipe minyak
yang memerlukan emulgator dengan harga HLB yang spesifik untuk
menghasilkan emulsi yang stabil. Untuk menghasilkan emulsi yang stabil,
sejumlah emulgator dan campurannya memiliki nilai HLB yang mendekati
nilai “required” HLB minyak (Eccleston, 2007).
2. Phase Inversion Temperature (PIT)
Phase Inversion Temperature (PIT) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk memilih emulgator. Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dengan
penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan
terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari
emulgator non ionik mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di
mana komponen hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam
keseimbangan yang mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang
disebut Phase Inversion Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Menurut Parkinson dan Sherman, 1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi
dengan Phase Inversion Temperature (PIT) dari emulgator.
Pemilihan emulgator pada Phase Inversion Temperature (PIT) berdasarkan
sifat karakteristik emulsi. Stabilitas emulsi M/A sangat berhubungan dengan
derajat hidrasi dari lapisan antarmuka. Peningkatan suhu ataupun penambahan
garam menurunkan luas hidrasi lapisan antarmuka sehingga menurunkan
stabilitas emulsi. Pada umumnya, diperoleh emulsi M/A yang relatif stabil
pada suhu selama penyimpanan dan penggunaan antara 20-650C di bawah
PIT, diasumsikan bahwa lapisan film telah cukup terhidrasi (Eccleston, 2007).
3. Metode Mikroskopik
Metode mikroskopik didasarkan pada pengamatan bahwa campuran emulgator
yang baik menstabilkan emulsi dengan pembentukan multilayer dari fase gel
yang stabil (Eccleston, 2007).
D. Bahan-bahan Emulsi
1. Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu olahan dari daging
buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO hanya
dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra.
Penggunaan bahan-bahan kimia dan panas yang tinggi digunakan pada pemurnian
lebih lanjut seperti halnya minyak kelapa biasa (Shilhavy, 2005). VCO
mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak
nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut didominasi oleh asam laurat (43-53%) yang merupakan Medium Chain
Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain. Di
dalam tubuh, asam laurat (C12) akan dipecah menjadi energi dan jarang tersimpan
sebagai lemak seperti asam lemak rantai panjang karena asam lemak ini sangat
mudah diserap oleh tubuh. Oleh karena itu, asam lemak dalam VCO tidak
menghasilkan lemak melainkan energi. Asam laurat juga dapat membunuh
berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak
(Anonim, 2008).
Required HLB VCO adalah 6 (Philip, 2004). VCO memiliki kelarutan
dalam air, yaitu membentuk campuran homogen berwarna putih ketika dicampur
dengan sedikit air. VCO pada dasarnya tidak larut dalam air pada temperatur
kamar (Patil, 2009).
2. Gliserin
Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-1,2,3-triol, 1,2,3-
propantriol, 1,2,3-trihydroksipropan gliserol dan E422. Gliserin bersifat tidak
berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous.
Gliserin merupakan alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang
bertanggungjawab terhadap kelarutan di air. Rumus molekul gliserin adalah
C3H8O3 dengan bobot molekul 92,09. Gliserin dapat bercampur dengan air dan
dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap. Bobot jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1999).
H2C
OH
CH
OH
CH2
OH
Gambar 4. Rumus bangun gliserin (Anonim, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gliserin dapat digunakan sebagai plasticizer, pelarut, dan pengisotonis
dalam produk farmasetis (Smolinske, 1992). Penambahan gliserin juga akan
menurunkan polaritas solven dan meningkatkan kelarutan solut lipofilik
(Buchmann, 2001).
3. Sukrosa
Sukrosa merupakan hablur putih atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa
manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah
larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Sukrosa digunakan
secara luas dalam formulasi sediaan oral. Larutan sukrosa digunakan sebagai
vehicles dalam sediaan cair oral untuk meningkatkan/memperbaiki rasa atau untuk
meningkatkan viskositas (Rowe, et al., 2006).
Gambar 5. Rumus bangun sukrosa (Anonim, 1995)
4. Span 80 (Sorbitan Monooleat)
Span 80 adalah campuran ester sorbital dengan satu molekul anhidrida
asam oleat. Pemerian: cairan kental seperti minyak dengan bau khas, berwarna
kuning muda sampai kuning kecoklatan (Reynolds dan James, 1996). Span 80
tidak larut dalam air tetapi dapat terdispersi dalam air dingin atau air hangat,
bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir
semua minyak mineral dan nabati (Smolinske,1992). Umumnya digunakan dalam
pembuatan emulsi, krim, dan salep sebagai emulgator. Bila digunakan tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
campuran apapun, membentuk emulsi A/M. Namun dikombinasikan dengan
polysorbate dengan komposisi tertentu dapat membentuk emulsi A/M maupun
M/A (Aulton, 1991). Span 80 memiliki nilai HLB 4,3 (Martin, et al., 1993).
Gambar 6. Rumus bangun Span 80 (Aulton, 2002)
5. Tween 80
Polysorbatum 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang
berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap
molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Pemerian: cairan seperti minyak, jernih,
berwarna kuning muda hingga coklat tua, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Polysorbate merupakan polyethylene glycol turunan dari sorbitan ester (Anonim,
1995). Zat ini bersifat netral, tidak mudah menguap, dan stabil terhadap suhu.
Tween 80 sangat larut atau terdispersi dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan
etil asetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993). Polysorbate
menghasilkan emulsi M/A dengan tekstur yang halus, stabil pada konsentrasi
elektrolit yang tinggi dan perubahan pH. Umumnya, polysorbate dimodifikasi
dengan sorbitan esters dalam penggunaannya untuk pembuatan emulsi A/M atau
M/A (Aulton, 1991). Tween 80 memiliki nilai HLB 15,0 (Martin, et al., 1993),
Phase Inversion Temperature (PIT) 930C (Benerito dan Singleton, 1956), titik
lebur pada suhu 50 – 60C dan nilai pH 6,0 – 8,0 (Greenberg, 1954).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 (Aulton, 2002)
6. Aquadest
Aquadest dibuat dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion,
osmosis balik, atau proses lain yang sesuai dari air yang memenuhi persyaratan
untuk diminum. Aquadest biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan
farmasi (Anonim, 1979).
H2O Gambar 8. Rumus bangun Aquadest (Anonim, 1995)
7. Metil Paraben
Metil paraben merupakan turunan paraben yang banyak digunakan
sebagai pengawet antimikroba (antimicrobial agents) di dalam makanan,
kosmetik, dan sediaan farmasi lainnya (Padersen, 2005). Metil paraben (metil p-
hidroksibenzoat) juga dikenal dengan nama nipagin mempunyai berat molekul
152,14, berupa kristal putih atau serbuk kristalin sedikit membakar dan bau
karakteristik lemah atau sama sekali tidak berbau (Anonim, 2002). Metil paraben
sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter (Anonim, 1995).
Metil paraben digunakan secara luas sebagai preservatif antimikroba
untuk kosmetik, produk makanan, dan dalam formulasi farmasetik. Metil paraben
dapat digunakan sebagai zat tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lainnya
ataupun dengan antimikroba lain. Paraben efektif pada range pH yang luas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, dan paling efektif terhadap yeast
dan mold (Rowe, et al., 2006). Pengawet dari para hidroksibenzoat biasanya
digunakan pada konsentrasi 0,1-0,2% dan dapat untuk penggunaan eksternal
maupun internal (Aulton, 2002).
Gambar 9. Rumus bangun Metil paraben ( Anonim, 1995)
E. Pencampuran
Proses pencampuran adalah salah satu proses penting dalam pembuatan
sediaan obat. Fungsinya untuk memungkinkan tercapainya homogenitas campuran
dari dua atau lebih bahan. Prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan
partikel bahan yang satu di antara partikel bahan lainnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses pencampuran, namun faktor yang berpengaruh paling besar
dan relatif dapat dikendalikan yaitu antara lain suhu pencampuran dan lama
pencampuran (Voigt, 1994).
Berdasarkan penelitian dari Prinderre, et al., (1997), menunjukkan bahwa
lama pencampuran memberi pengaruh yang besar pada viskositas emulsi, dimana
viskositas menurun bila lama pencampuran meningkat. Menurut Voigt (1994),
homogenitas pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun
demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya
homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses
pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt,
1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Suhu pencampuran yang semakin tinggi dapat mempengaruhi tegangan
permukaan sehingga juga dapat mempengaruhi sifat fisis emulsi. Peningkatan
suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik, baik dari droplet fase
terdispersi maupun dari emulgator pada antar permukaan minyak – air (Nielloud
dan Mestres, 2000). Bila salah satu fase sangat kental, ataupun material berbentuk
padatan pada suhu kamar, maka pemanasan yang digunakan selama agitasi untuk
mendapatkan sistem dispersi yang lebih efisien (Lieberman, 1996). Suhu
pencampuran berpengaruh pada emulgator non-ionik. Emulgator non ionik
menunjukkan kelarutan dalam air yang semakin tinggi pada suhu rendah dan
cenderung larut dalam minyak pada suhu tinggi. Emulsi Minyak dalam Air (M/A)
dengan penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan
terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari emulgator non ionik
mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di mana komponen
hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam keseimbangan yang
mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang disebut Phase Inversion
Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964). Menurut Parkinson dan Sherman,
1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi dengan Phase Inversion Temperature
(PIT) dari emulgator.
Prinsip mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk
transport : merupakan analog dari convective mixing pada powder dimana pada
pencampuran ini terjadi gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke
tempat lain. 2) Turbulent mixing : terjadi dari gerakan secara acak dari molekul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang dipaksa bergerak secara turbulen. 3) Molecular diffusion : merupakan analog
dari diffusion mixing dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu, terjadi
redistribusi partikel-partikel (Aulton, 2002). Berdasarkan viskositas cairan yang
dicampur, maka mekanisme pencampuran cairan dibagi menjadi 2, yaitu laminar
mixing dan turbulent mixing. Aliran laminar biasanya digunakan pada
pencampuran cairan dengan viskositas tinggi lebih dari 10 Pas. Sedangkan aliran
turbulen untuk pencampuran cairan dengan viskositas kurang dari 10 mPas
(Niennow, et al., 1997).
F. Alat Pembuat Emulsi
Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa cara, tergantung pada sifat
komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Alat yang
digunakan untuk membuat emulsi, yaitu:
1. Pengaduk mekanik
Pengaduk mekanik untuk larutan terdiri dari propeller mixer dan turbine
mixer. Suatu emulsi dapat diaduk dengan menggunakan berbagai pengaduk
dengan bantalan pada ujung tangkai, yang ditempatkan langsung ke dalam sistem
yang diemulsikan. Jika viskositas rendah, pencampur sederhana dengan baling-
baling yang masuk dari bagian atas (propeller mixer) dapat digunakan untuk
pengembangan kerja rutin di laboratorium dan untuk tujuan produksi. Jika
diperlukan pengocokan kuat atau viskositas sediaan sedang, dapat digunakan
turbin mixer (Lachmann, 1994). Propeller mixer merupakan pengaduk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
baling-baling yang menyebabkan sirkulasi cairan dengan aliran aksial (Paul, et al.,
2004).
a b
Gambar 10. a. Propeller mixer dan b. Turbine mixer (Wagtech, 2009)
2. Homogenizer
Homogenizer, yaitu dispersi dari dua cairan dicapai dengan melewatkan
campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada tekanan tinggi. Homogenizer
umumnya terdiri dari dua pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran
500 sampai 5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup
penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan spinal yang kuat ketika
tekanan meningkat, spinal ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara
katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagai
tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang
kuat dan shear hidraulik (Lachmann, 1994).
Gambar 11. Gambaran skematis dari suatu homogenizer (Lachmann, 1989)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Jika proses homogenisasi dilakukan dalam pembuatan emulsi, maka
sering dihasilkan peningkatan viskositas emulsi. Penyebab naiknya viskositas
tersebut masih belum dapat dijelaskan. Kemungkinan terbentuk lapisan tipis
emulgator yang sangat kuat dan rapat akibat pembesaran batas antar permukaan
yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Dapat juga karena terjadi
pembengkakan tambahan dari stabilisator yang digunakan akibat kuatnya
penghalusan. Pada proses homogenisasi terjadi peningkatan suhu. Dengan alat
Ultra Turrax® akan diperoleh emulsi dengan dispersi yang sangat halus. Alat ini
akan mendistribusikan fase dalam sampai mencapai tingkat dispersi yang tinggi,
sehingga bola-bola emulsi akan mencapai dimensi tertentu sehingga dapat
mengalami gerak molekular BROWN (Voigt, 1994).
Gambar 12. Ultra Turrax® (Daigger, 2009)
3. Ultrasonifier
Alat ini digunakan untuk membuat emulsi dengan viskositas sedang dan
ukuran droplet kecil. Peralatan dalam perdagangan berdasarkan prinsip-prinsip
cairan Pohlman. Dispersi dipaksa melalui suatu mulut pada tekanan biasa, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dibiarkan masuk melewati suatu pisau. Tekanan yang dibutuhkan berkisar kira-
kira 150 sampai 350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan
suatu bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik yang dihasilkan menyebabkan droplet
saling bertumbukan sehingga droplet yang dihasilkan lebih kecil (Lachmann,
1994).
Gambar 13. Ultrasonifier dengan pinsip alat peniup Pohlman (Lachmann, 1994)
4. Penggiling koloid
Penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara
normal digerakkan antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling
koloid terutama digunakan untuk mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi
suspensi yang mengandung zat padat yang sedikit dibasahi, tetapi juga berguna
untuk pembuatan emulsi yang realtif kental (Lachmann, 1994).
Gambar 14. Penggiling koloid (Mollet dan Grubenmann, 2001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
G. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan
antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang
diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial
digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simulatan efek dari
beberapa faktor dan interaksi yang signifikan (Bolton, 1997). Sedangkan
penelitian klasik hanya dapat mengevaluasi salah satu faktor saja sedangkan
faktor lain dibuat konstan.
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan
level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui
faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon
(Bolton, 1997).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 .............................Persamaan (3) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A, level bagian B
bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan
bo = rata-rata hasil semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dhitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk
percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan
formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus
dapat dikuantitatifkan.
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi
(1) - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan: (-) = level rendah (+) = level tinggi Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi
Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis,
dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada
level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek
menurut Bolton (1997) sebagai berikut :
Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2
Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2
Efek faktorial III = [(ab-b) - (a-(1))] / 2
Desain faktorial telah banyak diaplikasikan dalam penelitian
internasional. Misalnya dalam pembuatan suatu sediaan farmasi, desain faktorial
digunakan untuk mengoptimasi dan mengevaluasi sediaan (Prinderre, et al.,
1997). Selain itu, desain faktorial juga digunakan untuk mengatasi permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
farmasetik misalnya untuk mengetahui efek pemformulasian terhadap mekanisme
pelepasan dan sistem penghantaran obat (Bjerregaard, et al., 1999; Li, et al.,
2002). Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
H. Landasan Teori
Pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae. Pare telah digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Aktivitas
antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah dilaporkan
(Basch, et al., 2003). Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai
antispermatogenesis (Sutyarso, 1992), antiulser (Gurbuz, et al., 2000), antibakteri
(Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk wound healing (Teoh, et al., 2008).
Bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat adalah bentuk sediaan
emulsi oral tipe Air dalam Minyak (A/M). Sediaan emulsi tipe A/M dipilih
karena droplet dari ekstrak etanol buah pare yang larut air akan terlindung dalam
fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan
tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase
minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di
mulut menjadi berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Proses pencampuran merupakan salah satu kriteria penting yang perlu
diperhatikan agar diperoleh sediaan emulsi yang memiliki sifat fisis dan stabilitas
sesuai dengan syarat sediaan yang ditentukan. Dalam pembuatan sediaan emulsi,
proses pencampuran merupakan proses dispersi dari fase minyak dan air untuk
membentuk emulsi dengan sifat fisis dan stabilitas emulsi yang baik.
Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh
banyak faktor lain seperti kecepatan putar, tegangan geser, lama pencampuran,
dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Dari beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pencampuran, maka dipilih faktor-faktor yang paling
berpengaruh dan dapat dikendalikan untuk mengetahui pengaruh proses
pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi, yaitu lama pencampuran
dan suhu pencampuran.
Sifat fisis dari emulsi dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks
creaming. Stabilitas emulsi dilihat dari kestabilan emulsi selama penyimpanan.
Kestabilan dapat dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming
secara periodik dalam penyimpanan selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran
droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan memberikan efek
yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-parameter
sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama penyimpanan.
Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi secara simultan efek
lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya yang signifikan adalah
desain faktorial (Bolton, 1997). Desain faktorial pada dua level dan dua faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(Full Factorial Design 22), merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan.
I. Hipotesis
Variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan
efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak
etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan
desain penelitian secara desain faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah lama pencampuran dan suhu
pencampuran dengan 2 level (level rendah dan level tinggi).
b. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (viskositas,
ukuran droplet, dan indeks creaming) dan stabilitas emulsi (profil
viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1
bulan; dan nilai pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan).
c. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah lama
penyimpanan dan sifat dari wadah penyimpanan.
d. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah suhu
penyimpanan dan intensitas cahaya.
2. Definisi Operasional
a. Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare adalah dispersi fase air dalam
minyak yang dibuat dari ekstrak etanol buah pare dengan formula yang
telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak kering dari buah pare berupa
serbuk halus, diekstraksi dengan pelarut etanol 75% oleh PT. Javaplant.
c. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan satu ke bahan yang lain
yang lain hingga tercapai homogenitas.
d. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu lama pencampuran dan suhu pencampuran.
e. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah lama pencampuran
adalah 5 menit dan level tinggi 15 menit. Level rendah suhu pencampuran
adalah 35ºC dan level tinggi 50ºC.
f. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya
dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis dan
stabilitas emulsi.
g. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi,
dalam penelitian ini adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks
creaming setelah 24 jam pembuatan.
h. Stabilitas fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui tingkat
kestabilan emulsi, dalam penelitian ini meliputi profil viskositas, ukuran
droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan
pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
i. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
j. Percentile 90 ukuran droplet adalah 90% dari populasi droplet memiliki
ukuran di bawah nilai tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
k. Indeks creaming adalah nilai yang diperoleh dengan mengamati creaming
yang terjadi pada emulsi selama periode waktu tertentu.
l. Efek adalah respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
m. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi efek dari 2 faktor yaitu lama dan suhu pencampuran secara
simultan.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex
Japan, Propeller mixer IKA-WERK Type RW 15 Holland, Ultra Turrax Ystral
Gmbh D-7801 Dottingen Type X 1020 Holland, waterbath Tamson Zoetermeer-
Holland 1985 0023, mikroskop MOTIC DMB3-223 LISTED MICROSCOPE
29Ax E250223 US, microscope slide 25,4 x 76,2 mm dan tebal 0,8 – 1 mm Thick
China, thermometer, timbangan METTLER TOLEDO GB 3002 Switzerland, dan
Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN).
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol buah
pare (Momordica charantia L.) dari PT. Java Plant Surakarta, Indonesia; Virgin
Coconut Oil (VCO) dari Bantul Yogyakarta, Indonesia; gliserin (Pharmaceutical
grade), Span 80 (Pharmaceutical grade), Tween 80 (Pharmaceutical grade),
nipagin (Pharmaceutical grade), dan methylene blue dari distributor Brataco
Chemica Yogyakarta, Indonesia; aquadest dari Laboratorium Kimia Analisis
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia; dan sukrosa 50%b/v (Gulaku
PT. Sweet Indolampung, Indonesia MD 237308002040).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Alur Penelitian
Gambar 15. Skema Alur Penelitian
1. Uji tipe emulsi: dengan metode warna (methylene blue) 2. Uji sifat fisik meliputi:
Vikositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam. 3. Uji stabilitas meliputi:
Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama penyimpanan 1 bulan (24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan), dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan.
Verifikasi ekstrak etanol pare: - Ekstraksi Pare - Uji Kualitatif Kromatografi Lapis tipis.
Pembuatan emulsi oral A/M dengan variasi lama dan suhu pencampuran. 1. Pencampuran fase air (ekstrak pare, aquadest, tween 80, gliserin, sukrosa)
dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
2. Pencampuran fase minyak (VCO, Span 80) dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
3. Tuang fase air dan nipagin ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil dicampur dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
4. Homogenisasi dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit.
Analisis data profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan menggunakan Repeated Measures Anova (distribusi data normal) atau Friedman - Wilcoxon (distribusi data tidak normal).
Analisis data viskositas, ukuran droplet, indeks creaming, dan pergeseran ukuran droplet dengan menggunakan Design expert 7.14 dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95 % (p<0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Tata Cara Penelitian
1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant Surakarta,
Indonesia.
a. Ekstraksi Buah Pare
Buah pare sebanyak 4 kg dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian
buah pare dicelupkan ke dalam etanol panas. Selanjutnya dipotong kecil-kecil
dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu ±500C. Buah pare yang
sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga
menjadi serbuk. Serbuk buah pare kemudian diekstraksi dengan etanol 75%
secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan
rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat (Rita, et al., 2008).
b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis
(KLT)
Ekstrak pare hasil ekstraksi dan ekstrak pare yang dibeli masing-
masing ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dalam pelarut
aquadest dan etanol. Masing-masing larutan ditotolkan terpisah pada lempeng
KLT dan dielusi. Fase diam: silika gel GF 254. Fase gerak adalah asam asetat
: benzena (2:8) (Rita, et al., 2008). Deteksi bercak pada lempeng KLT
menggunakan sinar UV 254 nm. Rf masing-masing bercak dari ekstrak etanol
buah pare hasil ekstraksi dan dari PT. Javaplant dihitung, dan bandingkan nilai
Rf kedua ekstrak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Formula
Tabel III. Formula Sediaan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare 200g Bahan- bahan emulsi Satuan (g)Ekstrak etanol buah pare 28 Aquadest 20 Gliserin 15,8 Virgin Coconut Oil (VCO) 96 Span 80 25,2 Tween 80 4,8 Sukrosa 50% b/v 10 Nipagin 0,2
Kombinasi dari Span 80 dan Tween 80 dari formula di atas menghasilkan
HLB = 6
3. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
a. Pembuatan larutan sukrosa 50 % vb
Timbang kurang lebih seksama 100 g sukrosa, kemudian larutkan
dengan aquadest hingga 200 ml.
b. Pembuatan emulsi
Ekstrak etanol kering buah pare dilarutkan dengan air, setelah
dilarutkan dimasukkan dalam beaker yang berisi Tween 80, dimasukkan juga
gliserin dan sukrosa ke dalam beaker tersebut, dicampur dengan propeller
mixer pada lama dan suhu percobaan untuk pencampuran dengan kecepatan
putar mixer 700 rpm (fase air).
VCO dimasukkan ke dalam beaker yang berisi Span 80 dan
dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan untuk
pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm (fase minyak).
Fase air dan nipagin dimasukkan dalam fase minyak porsi per porsi,
kemudian dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
untuk pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm. Hasil campuran
tersebut dihomogenisasi dengan Ultra Turrax 3x1 menit (Bjerregaard, et al.,
1999).
Tabel IV. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali).
Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) 5 35 a 15 35 b 5 50 ab 15 50
4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
a. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna)
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode warna yaitu
dengan menambah reagen methylene blue dan diamati secara mikroskopik.
Emulsi dipreparasi di objek glass dan ditambah dengan methylene blue,
kemudian amati di bawah mikroskop. Jika dengan reagen methylene blue,
medium dispers berwarna biru merata maka emulsi bertipe M/A, dan jika fase
terdispers yang berwarna biru maka emulsi mempunyai tipe A/M (Voigt,
1994).
b. Uji Ukuran Droplet
Sejumlah emulsi diteteskan pada gelas objek kemudian diamati ukuran
droplet yang terdispersi pada emulsi dengan menggunakan fotomikroskop
pada perbesaran 100x. Diukur diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500
droplet (Martin, et al., 1993) dengan menggunakan program MOTIC Image
Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif skala 10 µm. Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan ukuran droplet setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil ukuran droplet secara
periodik selama 1 bulan dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan
penyimpanan. Data ukuran droplet diolah dengan program SPSS 13.0 untuk
memperoleh percentile 90 sebagai respon ukuran droplet.
% pergeseran ukuran droplet =
100% X |jam 24droplet ukuran
bulan 1 droplet kuranujam 24droplet ukuran| − .............Persamaan (4)
c. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT
04. Cara: emulsi diambil 150 ml dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum
penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester VT-04E). Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan (Prinderre, et al., 1998).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan viskositas setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil viskositas secara periodik
selama 1 bulan.
d. Uji Indeks Creaming
Emulsi tiap formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala.
Amati pemisahan fase yang terjadi pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1
bulan. Hasil pemisahan fase dinyatakan dengan persentase indeks creaming
dengan rumus:
100% x ho
hu-ho creaming indeks % = ...................Persamaan (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Keterangan: hu = tinggi creaming yang terjadi
ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, 2002).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan indeks creaming setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil indeks creaming secara
periodik selama 1 bulan.
F. Analisis Data
Data standarisasi ekstrak etanol daging buah pare mengacu pada standar
yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi ekstrak dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Data yang terkumpul adalah data uji viskositas,
ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan, dan pergeseran
ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Metode desain faktorial digunakan
untuk mengetahui efek lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksinya
dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi.
Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan
dianalisis signifikansinya menggunakan Repeated Measures Anova bila distribusi
data normal dan menggunakan Friedman - Wilcoxon bila distribusi data tidak
normal.
Analisis data viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24
jam pembuatan; serta pergeseran ukuran droplet menggunakan Design Expert
7.1.4 (Serial number 2014.7723) dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai p (probability-value), apabila nilai p<0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya memberikan efek yang
signifikan terhadap respon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare
1. Ekstraksi buah pare
Sebelum diekstraksi buah pare yang sudah dibersihkan direndam dalam
etanol panas, tujuannya untuk menghentikan proses metabolisme enzim yaitu
dengan cara mendenaturasi protein yang terdapat pada enzim. Buah pare yang
telah direndam kemudian diiris tipis, dikeringkan dan dibuat serbuk. Serbuk buah
pare diekstraksi menggunakan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak
yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh
ekstrak pekat. Ekstrak pekat inilah yang digunakan untuk uji kualitatif dengan
KLT. Prosedur ekstraksi yang digunakan berdasarkan penelitian Rita, et al.,
(2008), yaitu menggunakan pelarut etanol. Ekstrak buah pare yang diperoleh dari
PT. Javaplant diekstraksi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak pare hasil ekstraksi
penulis diharapkan dapat digunakan untuk verifkasi ekstrak etanol buah pare dari
PT. Javaplant menggunakan KLT.
2. Uji Kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Alasan dilakukan verifikasi terhadap ekstrak etanol buah pare dari PT.
Javaplant karena dicurigai bahwa hasil ekstrak diperoleh dengan spray drying
perasan pare bukan diekstraksi dengan etanol 75%. Uji kualitatif dilakukan untuk
membuktikan bahwa ekstrak yang diperoleh dari PT. Javaplant merupakan buah
pare yang diekstraksi dengan etanol 75% yaitu dengan membandingkan profil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kromatogram ekstrak dari PT. Javaplant dan ekstrak etanol buah pare hasil
ekstraksi.
Gambar 16. Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare diamati dengan sinar UV
254 nm
Keterangan : Fase diam = silika gel GF 254 nm Fase gerak = asam asetat : benzena (2:8) Jarak elusi = 10 cm E1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam etanol E2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam etanol A1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam air A2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam air
Ekstrak pare hasil ekstraksi penulis dan dari PT. Javaplant yang ditotolkan pada
lempeng KLT dilarutkan dalam pelarut etanol dan air. Ekstrak buah pare
dilarutkan dalam etanol karena buah pare diekstraksi menggunakan pelarut etanol,
sedangkan dilarutkan dalam air karena berdasarkan CoA, ekstrak buah pare dari
PT. Javaplant bersifat larut air. Identifikasi ekstrak etanol buah pare menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
fase diam silika gel GF 254 nm dan fase gerak asam asetat : benzena (2:8) dengan
jarak elusi 10 cm, setelah terelusi bercak yang diperoleh diamati di bawah sinar
UV 254 nm. Pada saat diamati dengan sinar UV (Gambar 16) terlihat bahwa
ekstrak dari PT. Javaplant dan hasil ekstraksi menghasilkan profil bercak yang
sama (nilai Rf dan warna bercak sama). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol buah pare dari PT. Javaplant memiliki profil kromatogram dengan
kandungan senyawa berkhasiat yang identik dengan ekstrak etanol buah pare hasil
ekstraksi penulis.
B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Emulsi sistem A/M dibuat dengan tujuan untuk menutupi rasa pahit
karena kandungan kukurbitasin dalam ekstrak etanol buah pare. Formula emulsi
ekstrak etanol buah pare diperoleh dari hasil orientasi penulis. Span 80 digunakan
sebagai emulgator karena mempunyai nilai HLB yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emulsi sistem A/M. Namun, dalam pembuatan emulsi A/M ekstrak
etanol buah pare, penggunaan Span 80 dikombinasikan dengan Tween 80 karena
keduanya memiliki panjang rantai hidrokarbon yang sama sehingga ikatan antara
Span dan Tween seimbang. Selain itu, kombinasi Span 80 dan Tween 80 dengan
perbandingan komposisi tertentu akan diperoleh nilai HLB 6 yang merupakan
required HLB minyak (VCO) dan nilai tersebut merupakan HLB untuk
membentuk emulsi tipe A/M. Tween 80 dan Span 80 juga merupakan emulgator
nonionik yang aman digunakan untuk sediaan oral dan tidak toksik. Gliserin
digunakan untuk meningkatkan viskositas fase air, sukrosa berfungsi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengurangi perbedaan densitas sehingga memperlambat laju pemisahan antara
fase air dan fase minyak. Sedangkan VCO digunakan sebagai fase minyak,
mempunyai required HLB 6 sehingga sesuai untuk emulsi oral A/M. Dalam
sediaan emulsi oral A/M digunakan nipagin sebagai pengawet karena nipagin
merupakan pengawet dari golongan paraben yang aman digunakan dalam sediaan
oral.
Proses pembuatan emulsi adalah pertama-tama ekstrak etanol buah pare
dilarutkan dengan air sampai larut, setelah dilarutkan dimasukkan dalam beaker
yang berisi Tween 80, dimasukkan juga gliserin dan sukrosa ke dalam beaker
tersebut, dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C - 500C dengan
kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil pencampuran ini
sebagai fase air dari emulsi ekstrak etanol buah pare. VCO dimasukkan ke dalam
beaker yang berisi Span 80 dan dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C
- 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil
dari pencampuran kedua sebagai fase minyak dari emulsi ekstrak etanol buah
pare. Fase air dimasukkan porsi per porsi dalam fase minyak, tujuannya untuk
mendispersikan fase air ke dalam fase minyak sehingga terbentuk emulsi A/M.
Pendispersian fase air ke dalam fase minyak menggunakan propeller mixer pada
suhu 350C - 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit-15
menit. Hasil campuran tersebut dihomogenisasi dengan homogenizer 3x1 menit
(Bjerregaard et al., 1999).
Emulsi ekstrak etanol buah pare memiliki viskositas rendah, maka untuk
pembuatan emulsi digunakan propeller mixer (Lachmann, 1994). Dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pengadukan menggunakan propeller mixer, fase air akan membentuk droplet-
droplet yang terdispersi dalam medium minyak. Berdasarkan orientasi, kecepatan
putar mixer yang digunakan untuk menghasilkan emulsi yang tidak terpisah secara
visual adalah 700 rpm. Ultra Turrax berfungsi untuk memperkecil ukuran droplet
dari emulsi dengan melewatkan campuran cairan melalui suatu lubang kecil pada
tekanan tinggi (Lachmann, 1994).
Faktor yang diteliti dalam pembuatan emulsi ekstrak oral A/M etanol
buah pare adalah lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran yang
digunakan adalah 5 menit (level rendah) dan 15 menit (level tinggi), sedangkan
suhu pencampuran yang digunakan adalah 350C (level rendah) dan 500C (level
tinggi). Orientasi dilakukan terlebih dahulu sebelum pembuatan emulsi untuk
mengetahui lama dan pencampuran dalam range berapa yang masih memberikan
hasil emulsi yang tidak terpisah secara visual. Berdasarkan hasil orientasi
diperoleh emulsi yang tidak terpisah secara visual pada rentang level yang diteliti.
C. Pengujian Tipe Emulsi
Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare memiliki HLB teoritis 6
menunjukkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe Air dalam
Minyak (A/M). Dilakukan pengujian tipe emulsi dalam penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe A/M.
Pengujian tipe emulsi yang dilakukan yaitu dengan metode warna
menggunakan pewarna methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Pewarna
methylene blue merupakan pewarna yang larut air, jika emulsi bertipe A/M,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
methylene blue akan mewarnai droplet emulsi dan fase kontinunya tidak
terwarnai.
Formula (1)
Formula a
Formula b
Formula ab
Gambar 17. Pengamatan tipe emulsi menggunakan methylene blue dengan mikroskop (perbesaran 100x)
Dari pengamatan mikroskopik pada emulsi setelah 24 jam pembuatannya
(Gambar 17), droplet berwarna biru, sedangkan fase kontinu tidak terwarnai. Hal
ini membuktikan bahwa fase kontinu merupakan minyak dan fase dispers
merupakan droplet (fase air), sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut
memiliki tipe A/M.
Fase minyak
Fase air (warna biru)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Sediaan yang baik adalah sediaan yang dapat memenuhi persyaratan
sifat fisis dan stabil dalam penyimpanan. Sifat fisis yang diukur dari sediaan
emulsi adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam
pembuatan. Stabilitas fisis emulsi dapat diketahui dari profil ukuran droplet,
viskositas, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran
ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan.
Mikromeritik merupakan ilmu dan teknologi tentang droplet yang kecil.
Pengukuran droplet bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan stabilitas emulsi
dalam penyimpanan sehingga dapat dihubungkan dengan hasil pengukuran
viskositas dan indeks creaming emulsi. Pengukuran droplet air emulsi oral A/M
ekstrak etanol buah pare dilakukan sebanyak ±500 buah (Martin, et al., 1993).
Droplet yang diamati menggunakan perbesaran 100x. Sebelum pengukuran
droplet, dilakukan kalibrasi lensa okuler dan lensa objektif terlebih dahulu. Data
yang digunakan sebagai respon dalam penelitian ini adalah percentile 90. Arti dari
percentile 90 adalah 90% dari populasi droplet memiliki ukuran di bawah nilai
tertentu. Pada penelitian ini tidak menggunakan data modus karena modus kurang
representatif dibandingkan percentile 90 pada penelitian ini, yakni terdapat nilai
modus yang sama dengan distribusi yang berbeda. Nilai percentile 90 semakin
kecil, maka emulsi akan semakin stabil. Pengukuran droplet dilakukan setelah 24
jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan. Ukuran droplet
setelah 24 jam pembuatan untuk melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran droplet
secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan ukuran droplet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan
emulsi dalam penyimpanan. Pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan
penyimpanan juga digunakan untuk melihat fenomena ketidakstabilan emulsi.
Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir. Semakin besar viskositas
berarti semakin kental sediaan yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya semakin
kecil viskositas maka semakin encer sediaan yang dihasilkan. Pengukuran
viskositas bertujuan untuk melihat profil kekentalan emulsi. Pengukuran
viskositas dilakukan setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1
bulan penyimpanan. Viskositas setelah 24 jam pembuatan untuk melihat profil
kekentalan emulsi yang merupakan parameter sifat fisis emulsi. Pengukuran
viskositas secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan profil
kekentalan emulsi dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena
ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan. Emulsi A/M ekstrak etanol buah pare
digunakan secara oral sehingga viskositas merupakan parameter sifat fisis emulsi
yang penting karena akan menentukan dalam kenyamanan penggunaannya, terkait
pada saat ditelan.
Indeks creaming merupakan salah satu parameter sifat fisis dan stabilitas
emulsi. Nilai indeks creaming diperoleh dengan mengamati creaming yang terjadi
pada emulsi selama penyimpanan dalam waktu tertentu. Pada emulsi A/M, suatu
lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air. Emulsi yang mengalami
creaming akan terlihat tidak elegan. Uji indeks creaming dilakukan dengan
mengamati pemisahan fase emulsi setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21
hari, dan 1 bulan penyimpanan. Indeks creaming setelah 24 jam pembuatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran indeks creaming secara periodik selama 1
bulan untuk melihat besarnya perubahan indeks creaming dari waktu ke waktu
selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam
penyimpanan.
Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas
emulsi oral A/M dalam penelitian :
Tabel V. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Respon Formula Waktu 24 Jam 7 Hari 15 Hari 21 Hari 1 Bulan
Percentile 90 Ukuran Droplet (µm)
1 22,147 ± 3,033
24,533 ± 4,299
24,871 ± 3,987
35,284 ± 1,537
32,313 ± 2,588
a 22,003 ± 1,315
20,928 ± 0,686
28,114 ± 3,413
33,546 ± 5,308
37,879 ± 6,176
b 20,851 ± 1,805
22,694 ± 4,669
27,123 ± 2,066
28,978 ± 2,872
36,641 ± 3,105
ab 22,440 ± 1,738
21,768 ± 5,081
29,959 ± 0,234
30,714 ± 1,274
36,961 ± 0,876
Viskositas (dPas)
1 1 ± 0 1 ± 0,1 1,2 ± 0 1,1 ± 0,1 1,1 ± 0,1a 1,1 ± 0,2 1 ± 0 1,1 ± 0,1 1,1 ± 0,1 1,2 ± 0,2b 1 ± 0,1 1 ± 0,1 1 ± 0,1 1,1 ± 0 1,2 ± 0,2ab 1 ± 0 1 ± 0 1,1 ± 0,1 1,1 ± 0 1,2 ± 0,2
Indeks Creaming (%)
1 34,7 ± 0,7
32,7 ± 0,4
32,7 ± 0,4
32,7 ± 0,4
32,6 ± 0,6
a 33,4 ± 0,6
32,4 ± 0,6
32,4 ± 0,6
32,4 ± 0,6
31,8 ± 0,3
b 33,8 ± 0,8
31,6 ± 0,5
31,6 ± 0,5
31,3 ± 0,5 31 ± 0,1
ab 34,2 ± 0,7
32,9 ± 0,2
32,6 ± 0,5
32,6 ± 0,5
32,6 ± 0,5
Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet (%)
1 48,609 ± 30,674 a 71,433 ± 18,464 b 76,519 ± 20,500
ab 65,505 ± 16,008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi
Berdasarkan data Tabel V, diperoleh percentile 90 ukuran droplet 24 jam
terkecil pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level tinggi) dan terbesar pada formula ab (lama pencampuran level tinggi dan
suhu pencampuran level tinggi). Viskositas 24 jam terbesar pada percobaan a
(lama pencampuran level tinggi dan suhu pencampuran level rendah) dan ketiga
formula lainnya mempunyai viskositas yang sama. Indeks creaming 24 jam
terbesar pada formula (1) (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level rendah) dan terkecil pada formula a (lama pencampuran level tinggi dan
suhu pencampuran level rendah).
2. Stabilitas Emulsi
Berdasarkan data Tabel V, diperoleh pergeseran percentile 90 ukuran
droplet terkecil pada formula (1) (lama dan suhu pencampuran level rendah) dan
terbesar pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level tinggi). Semakin kecil nilai pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut
semakin stabil karena semakin jarang terjadinya penggabungan antardroplet
membentuk droplet yang lebih besar.
Profil percentile 90 ukuran droplet, viskositas, indeks creaming dapat
dilihat pada grafik-grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 18. Grafik Hubungan percentile 90 Ukuran Droplet Terhadap Waktu
Gambar 19. Grafik Hubungan Viskositas Terhadap Waktu
Gambar 20. Grafik Hubungan Indeks Creaming Terhadap Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Menurut hukum Stokes, semakin tinggi viskositas emulsi maka
kecepatan terjadinya creaming semakin lambat sehingga indeks creaming emulsi
menjadi semakin besar. Pada penelitian ini, teori tentang hukum Stokes tidak bisa
diterapkan karena berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V, Gambar 18, 19, dan
20) menunjukkan bahwa antara respon viskositas dan indeks creaming tidak dapat
dikaitkan satu sama lain. Nilai viskositas awal emulsi sangat kecil sehingga
setelah 24 jam pembuatan telah terjadi pemisahan emulsi, akibatnya peningkatan
viskositas selama penyimpanan tidak mempengaruhi indeks creaming.
Berdasarkan uji signifikansi terhadap profil stabilitas emulsi selama 1
bulan penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan terjadi
perubahan viskositas dan indeks creaming yang tidak signifikan (p>0,05)
(Lampiran 7.3.b dan 7.3.c) dari keempat formula. Sebaliknya pada ukuran droplet
terjadi perubahan yang signifikan (p<0,05) untuk formula (1) dan a setelah 21 hari
penyimpanan, formula b dan ab setelah 15 hari penyimpanan (Lampiran 7.3.a).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keempat formula tersebut tidak stabil
selama penyimpanan.
E. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksinya dalam
Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Data yang diperoleh dari uji sifat fisis dan stabilitas emulsi kemudian
dianalisis menggunakan Desain Expert untuk mengetahui besar efek faktor
terhadap sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24
jam pembuatan emulsi) dan stabilitas emulsi (pergeseran ukuran droplet setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
satu bulan penyimpanan), dan signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya
dalam memberikan efek.
Berikut ini merupakan data besar efek lama dan suhu pencampuran serta
interaksi keduanya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M dalam
penelitian :
Tabel VI. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Lama Pencampuran
Suhu Pencampuran
Interaksi
Percentile 90 Ukuran droplet
Efek 0,89 |-0,59| 0,70 Kontribusi (%)
5,85 2,59 3,63
Viskositas emulsi
Efek |-0,067| 0,100 |-0,067| Kontribusi (%)
7,55 16,98 7,55
Indeks creaming
Efek |-0,47| |-0,033| 0,83 Kontribusi (%)
9,54 0,049 30,43
Pergeseran 90% ukuran droplet
Efek 7,00 10,09 |-17,82| Kontribusi (%)
2,88 5,99 18,67
Keterangan : - (negatif) : efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisik dan stabilitas emulsi.
+ (positif) : efek dari faktor tersebut dapat meningkatkan sifat fisik dan stabilitas emulsi.
Di bawah ini merupakan data persamaan desain faktorial :
Tabel VII. Persamaan Desain Faktorial Sifat Fisis dan
Stabilitas Emulsi Persamaan Desain Faktorial Model (p)
Percentile 90 Ukuran Droplet
Y = 26.713 – (0.309) X1 – (0,133) X2 + (9.360E-003) X1X2...........Persamaan 6
0,7795
Viskositas Y = 0,422 + (0,031) X1 + (0,016) X2 - (8,889E-004) X1X2...........Persamaan 7
0,3516
Indeks Creaming Y = 39,317 - (0,519) X1 - (0,113) X2 + (0,011) X1X2...........Persamaan 8
0,2288
Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet
Y = -70,514 + (10,799) X1 + (3,049) X2 - (0,23761) X1X2...........Persamaan 9
0,4357
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari keempat respon tidak valid
(p>0,05) (Tabel VII) sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon.
1. Ukuran Droplet
Berdasarkan tabel VI, diperoleh bahwa efek lama pencampuran terhadap
percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar 0,89, suhu pencampuran terhadap
percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar |-0,59|, dan interaksi antara keduanya
sebesar 0,70. Lama pencampuran memberikan kontribusi paling besar (5,85%)
terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi.
Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Suhu pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi
21a
Lama pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi 21b
Gambar 21. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level rendah
dan tinggi sama-sama meningkatkan respon percentile 90 ukuran droplet emulsi
(Gambar 21a). Namun pada suhu pencampuran level rendah respon percentile 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ukuran droplet mengalami peningkatan yang lebih kecil dibandingkan pada suhu
pencampuran level tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pencampuran
meningkatkan energi kinetik sehingga merusak ikatan antara droplet dan
emulgator. Ikatan antara droplet dan emulgator yang rusak menyebabkan droplet
mudah bergabung membentuk droplet yang lebih besar.
Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level tinggi
respon percentile 90 ukuran droplet mengalami peningkatan yang sangat kecil,
sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah
menurunkan percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 21b). Lama
pencampuran menyebabkan gaya geser yang diberikan mixer dapat memperkecil
ukuran droplet. Namun proses pencampuran yang terlalu lama, dapat
menyebabkan gaya geser yang diberikan oleh mixer memecah ikatan antara
droplet dan emulgator. Ikatan antara droplet dan emulgator yang rusak
menyebabkan droplet mudah bergabung membentuk droplet yang lebih besar.
Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan
percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya
perpotongan garis (Gambar 21a) dan garis yang tidak sejajar (Gambar 21b).
Tabel VIII. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean square F Value p-value Prob > F
A-Lama Pencampuran 2.38 1 2,38 0,53 0,4865 B-Suhu Pencampuran 1,06 1 1,06 0,24 0,6401
AB 1,48 1 1,48 0,33 0,5814
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90 ukuran droplet (respon)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
bila p-value<0,05. Hasil analisis data percentile 90 ukuran droplet (Tabel VIII),
diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta
interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90
ukuran droplet. Pada grafik (Gambar 21), terlihat bahwa terjadi overlapping SD
yang menunjukkan lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi
tidak memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90 ukuran droplet.
2. Viskositas
Berdasarkan Tabel VI, diperoleh efek lama pencampuran terhadap
viskositas emulsi sebesar |-0,067|, suhu pencampuran terhadap viskositas emulsi
sebesar 0,100, dan interaksi antara keduanya sebesar |-0,067|. Suhu pencampuran
memberikan kontribusi paling besar (16,98%) terhadap viskositas emulsi.
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
terhadap viskositas emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Suhu pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi
22a
Lama pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi
22bGambar 22. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Viskositas
Setelah 24 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada peningkatan lama pencampuran, respon viskositas tidak mengalami
perubahan pada suhu pencampuran level rendah, sedangkan peningkatan lama
pencampuran pada suhu pencampuran level tinggi menurunkan viskositas emulsi
(Gambar 22a). Suhu pencampuran yang semakin tinggi meningkatkan energi
kinetik sehingga merusak ikatan antara droplet dan emulgator. Ikatan antara
droplet dan emulgator yang rusak menyebabkan droplet mudah bergabung
membentuk droplet yang lebih besar. Ukuran droplet yang semakin besar
menyebabkan viskositas dari sistem menurun.
Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah
dan tinggi sama-sama meningkatkan viskositas emulsi (Gambar 22b). Namun
pada lama pencampuran level tinggi respon viskositas mengalami peningkatan
yang lebih kecil dibandingkan pada lama pencampuran level rendah. Hal ini
dikarenakan pada lama pencampuran level rendah gaya geser yang diberikan oleh
mixer lebih singkat.
Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan
viskositas emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya garis-garis yang tidak
sejajar (Gambar 22).
Tabel IX. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Viskositas Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean square F Value p-value Prob>F
A-Lama Pencampuran 0,013 1 0,013 0,89 0,3734 B-Suhu Pencampuran 0,030 1 0,030 2,00 0,1950
AB 0,013 1 0,013 0,89 0,3734
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas (respon) bila p-value<0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Hasil analisis data viskositas (Tabel IX), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan
bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap viskositas. Pada grafik (Gambar 22), terlihat bahwa
terjadi overlapping SD yang menunjukkan lama dan suhu pencampuran pada level
rendah dan level tinggi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap
viskositas.
3. Indeks Creaming
Berdasarkan tabel VI, diperoleh efek lama pencampuran terhadap indeks
creaming emulsi sebesar |-0,47|, suhu pencampuran terhadap viskositas emulsi
sebesar |-0,033|, dan interaksi antara keduanya sebesar 0,83. Interaksi keduanya
memberikan kontribusi paling besar (30,43%) terhadap indeks creaming emulsi.
Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
terhadap indeks creaming emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Suhu pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi
23a
Lama pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi
23bGambar 23. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Indeks
Creaming Setelah 24 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada peningkatan lama pencampuran, respon indeks creaming
mengalami penurunan pada suhu pencampuran level rendah, sedangkan
peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level tinggi
meningkatkan indeks creaming emulsi (Gambar 23a). Peningkatan suhu
pencampuran pada lama pencampuran level tinggi meningkatkan respon indeks
creaming, sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran
level rendah menurunkan indeks creaming emulsi (Gambar 23b).
Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan indeks
creaming emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya perpotongan garis
(Gambar 23).
Tabel X. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean
square F Value p-value Prob>F
A-Lama Pencampuran 0,65 1 0,65 1,27 0,2920
B-Suhu Pencampuran 3,333E-003 1 3,333E-003 6,494E-
003 0,9378
AB 2,08 1 2,08 4,06 0,0787
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming (respon) bila p-
value<0,05. Hasil analisis data indeks creaming (Tabel X), diperoleh nilai p>0,05
menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak
memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming. Pada grafik (Gambar
23), terlihat bahwa terjadi overlapping SD. Overlapping SD menunjukkan bahwa
lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap indeks creaming.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4. Pergeseran Ukuran Droplet
Berdasarkan tabel VI, diperoleh bahwa efek lama pencampuran terhadap
pergeseran percentile 90 ukuran droplet sebesar 7,00, suhu pencampuran terhadap
pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar 10,09, dan interaksi antara
keduanya sebesar |-17,82|. Interaksi keduanya memberikan kontribusi paling besar
(18,67%) terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi.
Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik
berikut :
Suhu pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi
24a
Lama pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi
24b Gambar 24. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Pergeseran
Percentile 90 Ukuran Droplet
Pada peningkatan lama pencampuran, respon pergeseran percentile 90
ukuran droplet mengalami peningkatan pada suhu pencampuran level rendah,
sedangkan peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level tinggi
menurunkan pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 24a). Peningkatan
suhu pencampuran pada lama pencampuran level tinggi menurunkan respon pergeseran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
percentile 90 ukuran droplet, sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama
pencampuran level rendah meningkatkan pergeseran percentile 90 ukuran droplet
emulsi (Gambar 24b).
Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan
pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu
adanya perpotongan garis (Gambar 24).
Tabel XI. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet
Source Sum of squares df Mean square F Value p-value Prob>F
A-Lama Pencampuran 147,18 1 147,18 0,32 0,5880 B-Suhu pencampuran 305,56 1 305,56 0,66 0,4397
AB 952,71 1 952,71 2,06 0,1890
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran
droplet (respon) bila p-value<0,05. Hasil analisis data pergeseran percentile 90
ukuran droplet (Tabel XI), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan
suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang
signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet. Pada grafik (Gambar
24), terlihat bahwa terjadi overlapping SD. Overlapping SD menunjukkan bahwa
lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet.
Berdasarkan hasil pengukuran viskositas, percentile 90 ukuran droplet,
indeks creaming, dan pergeseran percentile 90 ukuran droplet, faktor lama dan
suhu pencampuran pada level rendah dan tinggi tidak menentukan respon karena
pada level yang diteliti efek yang diberikan tidak signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran serta interaksi
keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas
emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan :
Perlu dilakukan penelitian efek lama dan suhu pencampuran pada rentang level
yang lain untuk mengetahui signifikansi pengaruh terhadap sifat fisis dan
stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Abalaka, et al., 2009, Determination of Activity, Time Survival and Pharmacokinetics of Extracts From Momordica charantia on Some Bacterial Pathogens, Int. Jor. P. App. Scs., 3(3):6-13
Ali, J., Baboota, S., and Ahuja, A., 2008, Emulsion,
http://www.pharmpedia.com/Emulsion, diakses tanggal 14 November 2009
Anief, M., 1993, Farmasetika, 163, 167, 161, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Anief, M., 1989, Ilmu Meracik Obat, 136-137, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 9, 458, 96, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, 112, 413, 551, 762,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1999, Martindale The Complete Drug Reference, thirty-second edition,
edited by Kathleen Parfitt, 1471, Pharmaceutical Press, USA Anonim, 2005, Pare, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92,
diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2006, Khasiat dan Kegunaan Senyawa Kimia dalam Buah Pare,
http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0207/02/192257.htm.,23, diakses tanggal 2 November 2009
Anonim, 2008, Pharmacology of Oleanolic Acid and Ursolic Acid, Department of
Pharmacology, Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical center, USA
Ansel, H., 1969, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 11, 250-256, Lea
& Febiger, Philadelphia Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109-123,
Longman Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd
Ed., 282-299, 342, 344, 353-358, ELBS with Churchill Livingstone, New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Basch, E., Gabardi, S., and Ulbricht, C., 2003, Bitter Melon (Momordica charantia): A Review of Efficacy and Safety, Am J Health-Syst Pharm, 60(4), 356-359
Benerito, R., R., Singleton, W., S., 1956, Fat Emulsion. Effect of Heat on
Solubility of Hydrophilic Emulsifier, 364, Southern Regional Research Laboratory, New Orleans, Louisiana
Biyani, et al., 2003, Antihyperglicemic Effects of Three Extracts from Momordica
charantia, Journal of Ethnopharmacology 88, pp.107-111 Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., Frokjaer, S., 1999, Formulation and
Evaluation of Release and Swelling Mechanism of A Water-In-Oil Emulsion Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 193, 1-11, Elsevier Science B.V
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 84-85, 308-337, 533-545, Marcel Dekker Inc., New York Buchmann, 2001, Main Cosmetic Vehicles, in Barel, A. O., Paye, M., and
Maibach, H., I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, 145-167, Marcel Dekker, Inc., New York
Chopra, R.N., Nayar, S.L., and Chopra, I.C., 1956, Glossary of Indian Medicinal
Plants, Publication and Information Directorate, Council of Scientific and Industrial Research, New Delhi
Daigger, 2009, IKA® Ultra-Turrax® T-50 Homogenizer,
http://images.daigger.com/view/1/daigger/productimages/noimage.gif/2/daigger/product-images/7881a.jpg, diakses tanggal 5 November 2009
Davis, S.S., Hadgraft, J., Palin, J.K., 1985, Medical and Pharmaceutical
Applications of Emulsions, In: Becher, P. (Ed.), Encyclopedia of Emulsion Technology, vol. 2, 159-258, Marcel Dekker , New York
Eccleston, G.M., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S.,
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition Volume 3, 1555, 1560-1561, Informa Healthcare USA, Inc., USA
Gislene, et al., 2000, Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals
on Antibiotic Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology. 31:(4): 20-33
Greenberg, L. A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience
Publishers, Inc., New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gunn C. dan Carter S.J., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Student, revised by Gunn and Carter, 11th Edition, 71-72, Pitman Medical and Scientific Publishing Co, Ltd, London
Gurbuz, I., Bilge, 2000, Anti-ulcerogenic Effect of Momordica charantia L.
fruits on various ulcer models in rats, Journal of Ethnopharmacology 71: 77-82
Jackson H, Jones AR., 1972, The Effect of Steroids and Their Antagonis on
Spermatogenesis. Dalam: Advances in Steroids Biochemistly and Pharmacology, 167, Briggs MH and Christie GA. Academic Press Inc, London
Kress, H., 1997, Momordica charantia L.,
http://www.henriettesherbal.com/pictures/p09/pages/momordica-charantia-1.htm, diakses tanggal 29 Oktober 2009
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri 2, Edisi ketiga, 1029-1129, Universitas Indonesia Press, Jakarta Li, S. F., Lin, S. S., Daggy, B. P., Mirchandani, H. L., Chien, Y. W., 2002, Effect
of HPMC and Carbopol on the release and floating properties of Gastric Floating Drug Delivery System using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 253, 13-22, Elsevier Science B.V.
Lieberman, H.A., Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse Systems Vol 1, 1996,
55, Marcel Dekker Inc., New York Liu, W. K., S. F. Sze, and H. W. Yeung, 1993, Action of ά-Momorcharin, a
Ribosoma Inactivating Protein, on Cultured Tumor Cell Lines, Gen. Pharmac, 25 (4), 75-77
Manitto, P., 1981, Biosintesis Produk Alam, a.b. Koensoemardyah, IKIP
Semarang, Semarang Martin A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed, 522-
537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,
Suspensions, Solid Forms, 64, 84, 89, WILEY-VCH Verlag GmbH Ng TB, Wong CM, Li WW, et al., Insulin like molecules in Momordica charantia
seeds, 1986, J Ethnopharmacol, 15: 107-17 Nielloud, F., dan Mestres, G.M., 2000, Pharmaceutical Emulsions and
Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Nienow, A. W., Harnby, N., Edwards, M. F., 1997, Mixing in the Process Industries : Second Edition, 6, 8, Butterworth_Heinemann, London
Okabe H, Miyahara Y, Yamauchi T, Miyahara K, Kawasaki T., 1980, Studies on
the Constituents of Momordica charantia L. Isolation and Characterization of Momordicoside A and B, Glycosides of a Pentahydroxy Cucurbitane Triterpen, 28, 2753, Chem. Pharm. Bull
Parkinson, C., Sherman, P., 1972, Phase Inversion Temperature As an Accelerated
Method for Evaluating Emulsion Stability, 41, 327-330, J., Coll., interf., Sci
Parrott, E.I., 1971, Pharmaceutical Technology and Fundamental Pharmaceutics,
3rd Edition, 165, Burgess Publishing Company, Easton, Minnepolis Patil, M., 2009, Properties of Coconut Oil, http://www.organicfacts.net/organic-
oils/organic-coconut-oil/properties-of-coconut-oil.html, diakses tanggal 13 November 2009
Pardesen, 2005, In vitro skin permeation and retention of parabens from cosmetic
formulations, www.googlescholar.com, diakses tanggal 30 September 2009
Paul EL., Atiemo VA., Kresta SM., 2004, Handbook Of Industrial Mixing Science
And Practice, 347-358, A John Wiley & Sons, Inc., Publication, USA Philip, H., 2004, The HLB System,
http://www.lotioncrafter.com/pdf/The_HLB_System.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2009
Prinderre, P., Piccerelle, Ph., Cauture, E., Kalantzis, G., Reynier, J.P., Joachim, J.,
1998, Formulation and Evaluation of O/W Emulsion Using Experimental Design, International Journal of Pharmaceutics 163 (1998), 73-79
Reynold and James, 1996, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 31st Edition,
1346, The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London, England
Rita, W. S., Suirta, I. W., Sabikin, A., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang
Berpotensi Sebagai Antitumor Pada Daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia, 2(1), 1-6
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition, 301, 466, 744, Pharmaceutical Press, London
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Saribulan, 1993, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Mencit, http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/buku09.pdf, diakses tanggal 10 September 2008
Sheth, B.B., and Bandelin, F.J., 1992, Equipment Selection and Evaluation in
Swarbick James and Boyland James, C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 5, 285-288, Marcel Dekker Inc., New York
Shilhavy, Brian, 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Tradition, Inc: Phillipines Shinoda K., and Arai, H., 1964, The Correlation Between Phase Inversion
Temperature In Emulsion and Cloud Point in Solution of Nonionic Emulsifier, J.Phys. Chem., 68, 3485
Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipients, 199,
251-257, CRC Press, USA Sutyarso. 1992, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia
L.) Terhadap Fertilitas Mencit Jantan Mus musculus L. Strain LMR., Tesis, 123, Fak. Pasca-sarjana Universitas Indonesia, Bidang Ilmu Kedokteran Dasar, Jakarta
Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of The Rainforest, 2nd edition, Sage Press, Inc.,
California Teoh, S.L., Latiff, A.A., Das, S., 2008, The Effect of Topical Extract of
Momordica charantia (Bitter Gourd) on Wound Healing in Nondiabetic Rats and in Rats With Diabetes Induced by Steptozotocin, Journal Compilation British Association of Dermatologis 34: 815-816
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 11-15, 398, 407,
411-424, 434, 442-444, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wagtech, 2009, Stirrer Overhead,
http://www.wagtech.co.uk/assets/P%20305.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2009
Williams JF, Ng NO., Vaiiation within Momordica charantia L. The Bitter Gourd
(cucurbitaceae), 1971, 6, 111, Ann. Bogoriensis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT.
Javaplant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Pare
Dosis ekstrak buah pare 750 mg/kgBB/hari untuk mencit (Sutaryoso,1992).
Konversi dosis untuk manusia (70 kg):
Nilai konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9
(750 mg/1000 g) x 20 g x 387,9 = 5818,5 mg / 70kg BB manusia
= 83,1214 mg / kg BB manusia / hari x 50 kg BB
= 4,16 g / hari
1 sendok makan = 15 ml
Dosis pemakaian sehari 1 kali minum berarti = 4,16 g / 15 ml
Bila sehari 2 kali minum berarti = 4,16 g / 30 g 27,73 g / 200 g = 28 g / 200g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 4. Perhitungan Bahan
1. Pembuatan sukrosa 50% b/v
ml. 200 dalam sukrosa g 100 ml 200 X 10050
=
2. Perhitungan HLB
HLB Span 80 = 4,3
HLB Tween 80 = 15
Dalam 200 g emulsi ekstrak daging buah pare (Momordica charantia L.)
mengandung 30 g emulgator. RHLB yang diinginkan 6, maka perhitungan
komposisi Span 80 dan Tween 80:
(massa campuran x RHLB) = (massa Span 80 x HLB Span 80) + (massa
Tween 80 x HLB Tween 80)
(30 x 6) = (a x 4,3) + ((30-a) x 15)
180 = 4,3a – 15a + 450
10,7a = 270
a = 25,2 g jumlah Span 80
Jumlah Tween 80 = 30 – 25,2 = 4,8 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3. Data Penimbangan Bahan
Ekstrak etanol buah pare 28 g
Aquadest 20 g
Gliserin 15,8 g
Virgin Coconut Oil (VCO) 96 g
Span 80 25,2 g
Tween 80 4,8 g
Sukrosa 50% b/v 10 g
Nipagin 0,2 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 5. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial
1. Notasi
Formula Faktor A Faktor B Interaksi(1) -1 -1 +1 a +1 -1 -1 b -1 +1 -1 ab +1 +1 +1
Keterangan=
Level tinggi : +
Level rendah: -
Faktor A: Lama Pencampuran
Faktor B: Suhu Pencampuran
2. Percobaan Desain Faktorial
Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) 5 35 a 15 35 b 5 50 ab 15 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Buah Pare
1. Ukuran Droplet dan Pergeseran Ukuran Droplet
Data ukuran droplet: 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 1 bulan penyimpanan,
dan pergeseran ukuran droplet dari setelah 1 bulan penyimpanan.
Formula (1)
Formula (1)
Replikasi
Ukuran Droplet (µm) Pergeseran Ukuran Droplet
(%) 24 jam 7 hari 15 hari
21 hari
1 bulan
1 24,180 20,823 21,297 34,980 29,327 21,286 2 23,600 23,533 24,291 33,922 33,689 42,750 3 18,660 29,244 29,025 36,950 33,922 81,790 X 22,147 24,533 24,871 35,284 32,313 48,609
SD 3,033 4,299 3,987 1,537 2,588 30,674
Formula a
Formula a
Replikasi
Ukuran Droplet (µm) Pergeseran Ukuran Droplet (%) 24 jam 7 hari 15
hari 21
hari 1
bulan 1 22,375 20,987 25,642 32,211 40,300 80,112 2 23,091 21,582 32,008 39,394 42,478 83,959 3 20,542 20,214 26,692 29,032 30,860 50,229 X 22,003 20,928 28,114 33,546 37,879 71,433
SD 1,315 0,686 3,413 5,308 6,176 18,464
Formula b
Formula b
Replikasi
Ukuran Droplet (µm) Pergeseran Ukuran Droplet (%) 24 jam 7 hari 15
hari 21
hari 1
bulan 1 20,947 18,323 25,133 25,677 33,135 58,185 2 22,606 27,613 29,257 30,906 39,045 72,720 3 19,000 22,146 26,979 30,350 37,744 98,653 X 20,851 22,694 27,123 28,978 36,641 76,519
SD 1,805 4,669 2,066 2,872 3,105 20,500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Formula ab
Formula ab
Replikasi
Ukuran Droplet (µm) Pergeseran Ukuran Droplet
(%) 24 jam 7 hari 15 hari
21 hari
1 bulan
1 24,450 16,794 30,200 29,667 35,950 47,035 2 21,383 21,560 29,944 30,343 37,500 75,373 3 21,500 26,950 29,733 32,133 37,433 74,107 X 22,44 21,768 29,959 30,714 36,961 65,505
SD 1,738 5,081 0,234 1,274 0,876 16,008
2. Viskositas
Data viskositas : 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan.
Formula (1)
Formula (1) Replikasi
Viskositas (dpas) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 1 1 1,2 1,2 1,2 2 1 1 1,2 1 1 3 1 1,1 1,2 1,1 1,2
X ± SD 1±0 1±0,1 1,2±0 1,1±0,1 1,1±0,1
Formula a
Formula a Replikasi
Viskositas (dpas) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 1,3 1 1,2 1,1 1,1 2 0,9 1 1,2 1 1 3 1 1 1 1,1 1,4
X ± SD 1,1±0,2 1±0 1,1±0,1 1,1±0,1 1,2±0,2
Formula b
Formula b Replikasi
Viskositas (dpas) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 0,9 0,9 1 1,1 1 2 1 1 1,1 1,1 1,3 3 1 1 1 1,1 1,3
X ± SD 1±0,1 1±0,1 1±0,1 1,1±0 1,2±0,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Formula ab
Formula ab Replikasi
Viskositas (dpas) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 1 1 1,2 1,1 1 2 1 1 1 1,1 1,2 3 1 1 1 1,1 1,4
X ± SD 1±0 1±0 1,1±0,1 1,1±0 1,2±0,2
3. Indeks Creaming
Data indeks creaming: 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan
penyimpanan.
Formula (1)
Formula (1) Replikasi
Indeks Creaming (%) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 34,1 33,2 33,2 33,2 33,2 2 35,5 32,5 32,5 32,5 32,0 3 34,5 32,5 32,5 32,5 32,5
X ± SD 34,7±0,7 32,7±0,4 32,7±0,4 32,7±0,4 32,6±0,6
Percobaan a
Formula a Replikasi
Indeks Creaming (%) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 32,7 31,8 31,8 31,8 31,8 2 34,0 33,0 33,0 33,0 32,0 3 33,5 32,5 32,5 32,5 31,5
X ± SD 33,4±0,6 32,4±0,6 32,4±0,6 32,4±0,6 31,8±0,3
Formula b
Formula b Replikasi
Indeks Creaming (%) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 34,5 31,8 31,8 31,8 30,9 2 34,0 32,0 32,0 31,0 31,0 3 33,0 31,0 31,0 31,0 31,0
X ± SD 33,8±0,8 31,6±0,5 31,6±0,5 31,3±0,5 31±0,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Formula ab
Formula ab Replikasi
Indeks Creaming (%) 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
1 33,6 32,7 32,7 32,7 32,7 2 35,0 33,0 33,0 33,0 33,0 3 34,0 33,0 32,0 32,0 32,0
X ± SD 34,2±0,7 32,9±0,2 32,6±0,5 32,6±0,5 32,6±0,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Menggunakan SPSS 13
1. Analisis Statistik Data Ukuran Droplet Menggunakan SPSS 13
Formula (1)
a. Replikasi 1
F1rep1.24jam F1rep1.7hari F1rep1.15hari F1rep1.21hari F1rep1.1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 16.106 14.263 14.334 23.146 19.572Std. Error of Mean .2589 .2089 .2413 .3663 .3341Median 15.127(a) 13.385(a) 13.174(a) 22.124(a) 17.611(a)Mode 15.3 11.1 11.1 18.1 16.7Std. Deviation 5.7881 4.6708 5.3964 8.1906 7.4712Variance 33.502 21.816 29.121 67.087 55.819Skewness .930 .881 1.226 .497 1.580Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .814 1.342 1.769 -.320 2.907Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 30.2 34.7 30.5 43.1 44.5Minimum 7.0 4.2 5.6 8.3 8.3Maximum 37.2 38.9 36.1 51.4 52.8Sum 8053.1 7131.3 7167.0 11572.8 9786.1Percentiles 10 9.471(b) 8.879(b) 8.615(b) 12.931(b) 12.308(b) 20 10.890 9.945 9.846 15.608 13.760 25 11.609 10.622 10.369 16.933 14.414 30 12.600 11.187 10.891 17.994 15.056 40 13.975 12.351 11.975 19.733 16.295 50 15.127 13.385 13.174 22.124 17.611 60 16.567 14.368 14.535 24.741 19.011 70 18.525 16.066 16.177 27.000 21.325 75 19.567 16.918 17.250 28.680 22.796 80 20.386 18.009 18.459 30.495 24.300 90 24.180 20.823 21.297 34.980 29.327
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
b. Replikasi 2
F1rep2.24jam F1rep2.7hari F1rep2.15hari F1rep2.21hari F1rep2.1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 16.414 15.188 15.857 21.613 21.433Std. Error of Mean .2386 .2558 .2901 .3739 .3795Median 15.591(a) 13.833(a) 14.220(a) 19.158(a) 18.622(a)Mode 13.9 11.1 11.1 15.3 13.9Std. Deviation 5.3361 5.7188 6.4872 8.3606 8.4859Variance 28.474 32.705 42.084 69.899 72.010Skewness .935 .941 1.298 1.103 1.280Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .920 .479 1.624 .597 1.455Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 30.6 29.2 34.7 38.9 45.9Minimum 6.9 6.9 5.6 9.7 9.7Maximum 37.5 36.1 40.3 48.6 55.6Sum 8207.0 7594.0 7928.7 10806.5 10716.3Percentiles 10 10.278(b) 8.882(b) 9.240(b) 13.084(b) 13.042(b) 20 11.820 10.170 10.663 14.671 14.442 25 12.500 10.744 11.257 15.312 15.073 30 12.851 11.130 11.779 15.921 15.551 40 13.952 12.500 12.895 17.273 17.235 50 15.591 13.833 14.220 19.158 18.622 60 16.986 15.381 15.814 21.190 20.949 70 18.462 17.625 17.659 24.395 24.341 75 19.285 18.782 18.788 26.107 26.107 80 20.207 19.944 20.310 28.333 27.676 90 23.600 23.533 24.291 33.922 33.689
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
c. Replikasi 3
F1rep3.24jam F1rep3.7hari F1rep3.15hari F1.rep3.21hari F1.rep3.1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 13.878 19.548 19.043 24.145 22.494Std. Error of Mean .1524 .3126 .3000 .3940 .3682Median 13.371(a) 18.760(a) 17.530(a) 22.696(a) 21.020(a)Mode 12.5 15.3 12.5 18.1 13.9Std. Deviation 3.4071 6.9906 6.7074 8.8098 8.2325Variance 11.608 48.868 44.989 77.613 67.775Skewness .856 .394 .811 .612 .733Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 1.058 -.484 .016 -.419 -.056Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 22.3 33.4 33.4 40.3 38.9Minimum 6.9 6.9 6.9 9.7 9.7Maximum 29.2 40.3 40.3 50.0 48.6Sum 6938.9 9774.2 9521.3 12072.4 11246.8Percentiles 10 9.882(b) 10.838(b) 11.592(b) 13.920(b) 13.032(b) 20 10.950 13.060 13.057 15.600 14.682 25 11.382 14.042 13.737 16.900 15.856 30 11.773 14.928 14.448 18.025 16.759 40 12.557 16.760 15.938 19.806 18.729 50 13.371 18.760 17.530 22.696 21.020 60 14.255 21.014 19.075 25.158 23.296 70 15.270 23.623 22.009 28.459 26.429 75 15.965 24.752 23.408 30.694 27.956 80 16.672 25.867 24.956 32.540 29.600 90 18.660 29.244 29.025 36.950 33.922
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Formula a
a. Replikasi 1
Fa_rep1_24jam Fa_rep1_7hari Fa_rep1_15hari Fa_rep1_21hari Fa_rep1_1bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 15.996 14.120 15.963 19.571 24.708Std. Error of Mean .2325 .2170 .2877 .3946 .4614Median 15.138(a) 12.953(a) 14.460(a) 16.786(a) 22.145(a)Mode 13.2 9.7 9.7 13.9 13.9Std. Deviation 5.1981 4.8514 6.4342 8.8233 10.3178Variance 27.020 23.536 41.399 77.851 106.457Skewness 1.294 .988 1.125 1.253 .690Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 2.747 .928 1.001 1.129 -.487Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 32.6 29.1 34.8 43.1 43.1Minimum 7.0 5.6 6.9 8.3 8.3Maximum 39.6 34.7 41.7 51.4 51.4Sum 7998.0 7060.2 7981.6 9785.3 12354.0Percentiles 10 10.133(b) 8.767(b) 9.171(b) 10.828(b) 13.200(b) 20 12.000 9.757 10.400 12.542 15.023 25 12.344 9.974 10.956 13.249 16.068 30 12.914 11.078 11.593 13.952 17.316 40 13.989 12.279 12.957 15.261 19.630 50 15.138 12.953 14.460 16.786 22.145 60 16.233 13.979 16.203 18.781 25.286 70 17.983 15.843 18.121 21.533 29.638 75 18.588 16.683 19.169 23.800 31.900 80 19.491 17.806 20.538 26.750 34.389 90 22.375 20.987 25.642 32.211 40.300
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
b. Replikasi 2
Fa_rep2_24jam Fa_rep2_7hari Fa_rep2_15hari Fa_rep2_21hari Fa_rep2_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 15.354 14.716 20.576 23.996 25.307Std. Error of Mean .2570 .2227 .3398 .4384 .4977Median 14.087(a) 13.761(a) 19.270(a) 22.044(a) 22.412(a)Mode 11.1(b) 12.5 13.9 15.3 13.9Std. Deviation 5.7463 4.9804 7.5989 9.8038 11.1296Variance 33.020 24.804 57.743 96.115 123.869Skewness 1.228 .997 .487 .729 .528Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 2.001 1.180 -.610 -.340 -.999Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 34.7 30.5 36.2 43.1 43.1Minimum 5.6 5.6 6.9 8.3 8.3Maximum 40.3 36.1 43.1 51.4 51.4Sum 7677.2 7358.2 10287.8 11998.2 12653.4Percentiles 10 9.133(c) 9.083(c) 11.473(c) 13.141(c) 13.019(c) 20 10.542 10.394 13.505 15.136 14.292 25 11.163 10.982 14.423 16.018 15.456 30 11.788 11.559 15.364 16.961 16.548 40 12.831 12.692 17.400 19.140 18.761 50 14.087 13.761 19.270 22.044 22.412 60 15.447 15.049 21.312 24.664 26.575 70 17.046 16.634 24.664 27.890 32.094 75 18.344 17.661 26.108 30.425 34.250 80 19.359 18.750 27.591 32.962 37.013 90 23.091 21.582 32.008 39.394 42.478
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
c. Replikasi 3
Fa_rep3_24jam Fa_rep3_7hari Fa_rep3_15hari Fa_rep3_21hari Fa_rep3_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 15.225 14.179 17.851 20.540 20.790Std. Error of Mean .1750 .2104 .2556 .2684 .3211Median 14.969(a) 13.408(a) 16.751(a) 19.500(a) 19.169(a)Mode 15.3 11.1 13.9 15.3 13.9Std. Deviation 3.9136 4.7044 5.7149 6.0008 7.1792Variance 15.316 22.132 32.660 36.009 51.540Skewness .360 1.439 .839 .994 1.040Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis -.303 4.033 .032 .886 1.019Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 19.5 34.8 26.4 36.1 40.3Minimum 6.9 6.9 8.3 11.1 9.7Maximum 26.4 41.7 34.7 47.2 50.0Sum 7612.5 7089.7 8925.5 10269.8 10394.9Percentiles 10 10.133(b) 9.021(b) 11.485(b) 13.914(b) 12.597(b) 20 11.544 9.932 12.737 15.273 14.570 25 12.217 10.494 13.302 15.922 15.321 30 12.850 11.173 13.866 16.570 15.989 40 14.023 12.210 15.146 18.040 17.713 50 14.969 13.408 16.751 19.500 19.169 60 16.017 14.663 18.395 20.971 21.200 70 17.237 15.627 20.014 22.645 23.356 75 17.944 16.567 21.033 23.730 24.762 80 18.690 17.606 22.389 25.033 26.367 90 20.542 20.214 26.692 29.032 30.860
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Formula b
a. Replikasi 1
Fb_rep1_24jam Fb_rep1_7hari Fb_rep1_15hari Fb_rep1_21hari Fb_rep1_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 14.153 12.457 16.009 17.750 21.278Std. Error of Mean .2292 .1873 .2870 .2488 .3599Median 13.575(a) 11.800(a) 14.083(a) 16.385(a) 19.083(a)Mode 12.5 9.7 11.1 13.9 16.7Std. Deviation 5.1244 4.1888 6.4175 5.5637 8.0469Variance 26.259 17.546 41.184 30.955 64.752Skewness 1.099 .996 1.249 1.415 1.261Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 2.033 1.078 1.503 2.701 1.195Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 34.7 25.0 38.9 36.1 40.3Minimum 4.2 5.6 6.9 9.7 8.3Maximum 38.9 30.6 45.8 45.8 48.6Sum 7076.3 6228.7 8004.3 8875.1 10639.0Percentiles 10 8.311(b) 8.060(b) 9.678(b) 12.038(b) 13.208(b) 20 9.738 8.522 10.827 13.210 14.737 25 11.002 9.289 11.338 13.717 15.385 30 11.115 9.708 11.795 14.222 15.867 40 12.441 10.506 12.788 15.229 17.528 50 13.575 11.800 14.083 16.385 19.083 60 14.550 12.739 15.848 17.743 20.779 70 15.488 13.934 18.272 19.304 23.106 75 16.709 14.279 19.473 20.104 25.130 80 18.007 15.632 20.764 21.733 26.840 90 20.947 18.323 25.133 25.677 33.135
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
b. Replikasi 2
Fb_rep2_24jam Fb_rep2_7hari Fb_rep2_15hari Fb_rep2_21hari Fb_rep2_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 15.385 16.630 19.497 20.204 26.086Std. Error of Mean .2296 .3098 .2927 .3387 .4161Median 14.410(a) 14.491(a) 18.488(a) 18.154(a) 25.075(a)Mode 12.5 13.9 13.9(b) 13.9 20.8Std. Deviation 5.1330 6.9271 6.5447 7.5726 9.3043Variance 26.348 47.985 42.833 57.344 86.570Skewness .882 1.148 .635 1.545 .391Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .666 .737 -.107 2.430 -.642Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 27.8 33.3 32.0 38.9 43.1Minimum 6.9 5.6 6.9 9.7 6.9Maximum 34.7 38.9 38.9 48.6 50.0Sum 7692.6 8315.1 9748.6 10101.8 13043.2Percentiles 10 9.491(c) 9.624(c) 11.778(c) 12.952(c) 14.536(c) 20 11.070 11.018 13.658 14.319 16.907 25 11.629 11.655 14.448 14.917 18.360 30 12.180 12.286 15.209 15.529 19.770 40 13.253 13.367 16.801 16.808 22.173 50 14.410 14.491 18.488 18.154 25.075 60 15.777 15.970 20.361 19.532 27.909 70 17.429 18.632 22.560 21.600 31.436 75 18.368 20.262 23.560 23.304 33.283 80 19.581 22.124 24.800 24.841 34.736 90 22.606 27.613 29.257 30.906 39.045
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
c. Replikasi 3
Fb_rep3_24jam Fb_rep3_7hari Fb_rep3_15hari Fb_rep3_21hari Fbv_rep3_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 13.643 15.288 18.784 20.082 22.388Std. Error of Mean .1747 .2140 .2575 .3090 .4250Median 12.994(a) 14.374(a) 17.686(a) 18.212(a) 20.215(a)Mode 12.5 12.5 15.3 18.1 15.3Std. Deviation 3.9072 4.7847 5.7580 6.9088 9.5040Variance 15.266 22.893 33.154 47.732 90.327Skewness 1.254 .916 .825 .873 .838Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 2.445 .665 .314 .075 -.059Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 23.7 25.0 30.6 33.4 41.7Minimum 6.9 6.9 8.3 8.3 8.3Maximum 30.6 31.9 38.9 41.7 50.0Sum 6821.5 7644.2 9391.9 10041.1 11194.1Percentiles 10 9.233(b) 9.927(b) 12.330(b) 12.627(b) 12.002(b) 20 10.295 11.228 13.763 14.036 14.020 25 10.752 11.763 14.383 14.716 14.873 30 11.207 12.297 14.986 15.399 15.527 40 12.099 13.310 16.287 16.811 17.694 50 12.994 14.374 17.686 18.212 20.215 60 13.891 15.615 19.149 20.050 22.900 70 14.974 17.211 21.148 23.097 26.365 75 15.654 18.034 22.350 24.650 28.051 80 16.541 18.887 23.600 26.157 30.050 90 19.000 22.146 26.979 30.350 37.744
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Formula ab
a. Replikasi 1
Fab_rep1_24jam Fab_rep1_7hari Fab_rep1_15hari Fab_rep1_21hari Fab_rep1_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 16.000 12.055 18.061 18.875 22.066Std. Error of Mean .2793 .1752 .3657 .3424 .3969Median 15.095(a) 11.213(a) 15.641(a) 16.735(a) 19.346(a)Mode 13.9 9.7 11.1 13.9 13.9(b)Std. Deviation 6.2448 3.9172 8.1766 7.6565 8.8738Variance 38.997 15.344 66.856 58.622 78.745Skewness .952 1.516 1.216 1.352 .913Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 1.201 2.954 1.233 1.726 .011Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 40.8 22.3 44.5 37.5 38.9Minimum 5.0 6.9 6.9 8.3 9.7Maximum 45.8 29.2 51.4 45.8 48.6Sum 7999.9 6027.3 9030.3 9437.3 11032.8Percentiles 10 9.105(c) 7.957(c) 9.877(c) 11.298(c) 12.836(c) 20 11.031 8.894 11.327 12.656 14.490 25 11.209 9.285 11.993 13.166 15.176 30 12.143 9.677 12.670 13.919 15.917 40 13.335 10.434 14.096 15.130 17.551 50 15.095 11.213 15.641 16.735 19.346 60 16.505 12.152 17.090 18.577 21.743 70 18.367 13.229 20.600 21.128 25.661 75 20.067 13.807 22.480 22.267 27.573 80 20.842 14.584 24.456 24.090 29.846 90 24.450 16.794 30.200 29.667 35.950
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
b. Replikasi 2
Fab_rep2_24jam Fab_rep2_7hari Fab_rep2_15hari Fab_rep2_21hari Fab_rep2_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 14.671 15.227 20.085 19.463 24.332Std. Error of Mean .1993 .2067 .3188 .3271 .4062Median 13.986(a) 14.700(a) 19.124(a) 17.577(a) 22.956(a)Mode 13.9 15.3 19.4 15.3 15.3(b)Std. Deviation 4.4567 4.6222 7.1281 7.3136 9.0836Variance 19.862 21.365 50.809 53.489 82.513Skewness .673 .662 .595 1.451 .530Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .051 .199 -.041 2.582 -.493Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 25.0 22.3 37.5 47.3 40.3Minimum 6.9 6.9 6.9 8.3 8.3Maximum 31.9 29.2 44.4 55.6 48.6Sum 7335.3 7613.4 10042.7 9731.6 12166.2Percentiles 10 9.401(c) 9.613(c) 11.427(c) 12.128(c) 13.443(c) 20 10.697 11.188 13.536 13.617 15.675 25 11.278 11.813 14.520 14.275 17.023 30 11.833 12.438 15.514 14.900 18.517 40 12.924 13.581 17.071 16.158 20.487 50 13.986 14.700 19.124 17.577 22.956 60 15.063 15.865 21.046 19.200 25.504 70 16.426 17.192 23.437 21.240 28.582 75 17.423 17.962 24.696 22.717 30.881 80 18.577 18.861 26.400 24.395 32.695 90 21.383 21.560 29.944 30.343 37.500
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
c. Replikasi 3
Fab_rep3_24jam Fab_rep3_7hari Fab_rep3_15hari Fab_rep3_21hari Fab_rep3_1bulanN Valid 500 500 500 500 500 Missing 2 2 2 2 2Mean 14.326 17.386 18.848 20.422 22.555Std. Error of Mean .2166 .2798 .3259 .3659 .4321Median 13.388(a) 15.969(a) 16.971(a) 18.202(a) 20.020(a)Mode 9.7 12.5 13.9 13.9 13.9Std. Deviation 4.8430 6.2567 7.2878 8.1812 9.6626Variance 23.454 39.147 53.112 66.933 93.365Skewness .665 .876 1.095 1.104 .761Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis -.302 .287 .866 .784 -.353Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218Range 22.3 34.8 38.9 40.3 41.7Minimum 6.9 6.9 6.9 8.3 8.3Maximum 29.2 41.7 45.8 48.6 50.0Sum 7163.2 8692.8 9424.2 10210.8 11277.5Percentiles 10 8.671(b) 10.445(b) 11.135(b) 11.917(b) 11.875(b) 20 9.852 11.962 12.822 13.521 13.843 25 10.395 12.620 13.522 14.254 14.755 30 10.937 13.218 14.188 14.991 15.724 40 12.100 14.502 15.475 16.436 17.900 50 13.388 15.969 16.971 18.202 20.020 60 14.886 17.639 18.773 20.143 22.826 70 16.700 19.704 20.800 23.304 26.794 75 17.761 21.256 22.467 24.762 29.060 80 18.626 22.813 24.580 26.659 31.536 90 21.500 26.950 29.733 32.133 37.433
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Uji Normalitas
Tests of Normality
.297 60 .000 .834 60 .000
.094 60 .200* .966 60 .089
.113 60 .053 .956 60 .032
VAR00001VAR00002VAR00003
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
VAR00001. Viskositas VAR00002. Ukuran Droplet VAR00003. Indeks Creaming
3. Uji Statistik untuk mengetahui signifikansi faktor selama penyimpanan
a. Ukuran Droplet (Repeated Measures Anova)
Formula (1)
Within-Subjects Factors
waktu Dependent Variable
1 F1_24jam 2 F1_7hari 3 F1_15hari 4 F1_21hari 5 F1_1bulan
Estimates
waktu Mean Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1 22.147 1.751 14.611 29.6822 24.533 2.482 13.855 35.2123 24.871 2.250 15.192 34.5504 35.284 .887 31.467 39.1015 32.313 1.494 25.883 38.742
Pairwise Comparisons
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea
Lower Bound
Upper Bound
1 2 -2.387 4.207 .628 -20.489 15.716 3 -2.724 3.957 .562 -19.751 14.302 4 -13.137(*) 2.580 .036 -24.238 -2.036 5 -10.166 2.920 .074 -22.731 2.399
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Multivariate Tests
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .854 2.921(a) 2.000 1.000 .382 Wilks' lambda .146 2.921(a) 2.000 1.000 .382 Hotelling's trace 5.842 2.921(a) 2.000 1.000 .382
Roy's largest root 5.842 2.921(a) 2.000 1.000 .382
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Formula a
Within-Subjects Factors
waktu Dependent Variable
1 Fa_24jam 2 Fa_7hari 3 Fa_15hari 4 Fa_21hari 5 Fa_1bulan
Estimates
waktu Mean Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1 22.003 .759 18.737 25.2682 20.928 .396 19.224 22.6323 28.114 1.970 19.636 36.5924 33.546 3.065 20.359 46.7325 37.879 3.566 22.538 53.221
Pairwise Comparisons
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea
Lower Bound
Upper Bound
1 2 1.075 .375 .103 -.539 2.689 3 -6.111 1.631 .064 -13.130 .907 4 -11.543(*) 2.412 .041 -21.919 -1.167 5 -15.877(*) 2.811 .030 -27.972 -3.781
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .912 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Wilks' lambda .088 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Hotelling's trace 10.320 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Roy's largest root 10.320 5.160(a) 2.000 1.000 .297
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Formula b
Within-Subjects Factors
waktu Dependent Variable
1 Fb_24jam 2 Fb_7hari 3 Fb_15hari 4 Fb_21hari 5 Fb_1bulan
Estimates
waktu Mean Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1 20.851 1.042 16.367 25.3352 22.694 2.696 11.095 34.2933 27.123 1.193 21.991 32.2554 28.978 1.658 21.843 36.1125 36.641 1.793 28.927 44.356
Pairwise Comparisons
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea
Lower Bound
Upper Bound
1 2 -1.843 2.297 .507 -11.727 8.041 3 -6.272(*) 1.111 .030 -11.053 -1.491 4 -8.127 1.913 .051 -16.358 .104 5 -15.790(*) 1.920 .014 -24.052 -7.529
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .976 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Wilks' lambda .024 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Hotelling's trace 40.538 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Roy's largest root 40.538 20.269(a) 2.000 1.000 .155
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Formula ab
Within-Subjects Factors
waktu Dependent Variable
1 Fab_24jam 2 Fab_7hari 3 Fab_15hari 4 Fab_21hari 5 Fab_1bulan
Estimates
waktu Mean Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1 22.444 1.003 18.127 26.7622 21.768 2.934 9.146 34.3903 29.959 .135 29.378 30.5404 30.714 .736 27.549 33.8805 36.961 .506 34.784 39.138
Pairwise Comparisons
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea
Lower Bound
Upper Bound
1 2 .676 3.807 .875 -15.705 17.058 3 -7.515(*) .887 .014 -11.333 -3.696 4 -8.270(*) 1.601 .035 -15.159 -1.381 5 -14.517(*) 1.509 .011 -21.011 -8.023
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .993 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Wilks' lambda .007 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Hotelling's trace 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Roy's largest root 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
b. Viskositas
Formula (1)
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 8.651
df 4 Asymp. Sig. .070
Mean Rank
F1_24jam 1.67 F1_7hari 2.17 F1_15hari 4.50 F1_21hari 3.00 F1_1bulan 3.67
Wilcoxon Signed Ranks Test
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Test Statistics(b) Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1_7hari - F1_24jam -1.000(a) .317 F1_15hari - F1_24jam -1.732(a) .083 F1_21hari - F1_24jam -1.342(a) .180 F1_1bulan - F1_24jam -1.414(a) .157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Formula a
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 2.588
df 4 Asymp. Sig. .629
Mean Rank
Fa_24jam 2.67 Fa_7hari 2.00 Fa_15hari 3.67 Fa_21hari 3.17 Fa_1bulan 3.50
Wilcoxon Signed Ranks Test
a Based on positive ranks.
b Based on negative ranks. c The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. d Wilcoxon Signed Ranks Test Formula b
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 9.923
df 4 Asymp. Sig. .042
Mean Rank
Fb_24jam 1.67 Fb_7hari 1.67 Fb_15hari 3.00 Fb_21hari 4.17 Fb_1bulan 4.50
Test Statistics(d) Z Asymp. Sig. (2-tailed)Fa_7hari - Fa_24jam -.447(a) .655 Fa_15hari - Fa_24jam -.447(b) .655 Fa_21hari - Fa_24jam .000(c) 1.000 Fa_1bulan - Fa_24jam -.535(b) .593
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Wilcoxon Signed Ranks Test
a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula ab
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 6.000
df 4 Asymp. Sig. .199
Mean Rank
Fab_24jam 2.00 Fab_7hari 2.00 Fab_15hari 3.00 Fab_21hari 4.00 Fab_1bulan 4.00
Wilcoxon Signed Ranks Test
a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb_7hari - Fb_24jam .000(a) 1.000 Fb_15hari - Fb_24jam -1.414(b) .157 Fb_21hari - Fb_24jam -1.633(b) .102 Fb_1bulan - Fb_24jam -1.633(b) .102
Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab_7hari - Fab_24jam .000(a) 1.000 Fab_15hari - Fab_24jam -1.000(b) .317 Fab_21hari - Fab_24jam -1.732(b) .083 Fab_1bulan - Fab_24jam -1.342(b) .180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
c. Indeks Creaming
Formula (1)
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 10.667
df 4 Asymp. Sig. .031
Mean Rank
F1_24jam 5.00 F1_7hari 2.67 F1_15hari 2.67 F1_21hari 2.67 F1_1bulan 2.00
Wilcoxon Signed Ranks Test
a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test Formula a
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 10.857
df 4 Asymp. Sig. .028
Mean Rank
Fa_24jam 5.00 Fa_7hari 2.83 Fa_15hari 2.83 Fa_21hari 2.83 Fa_1bulan 1.50
Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1_7hari – F1_24jam -1.604(a) .109 F1_15hari – F1_24jam -1.604(a) .109 F1_21hari – F1_24jam -1.604(a) .109 F1_1bulan – F1_24jam -1.604(a) .109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Wilcoxon Signed Ranks Test
a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 10.182
df 4 Asymp. Sig. .037
Mean Rank
Fb_24jam 5.00 Fb_7hari 3.00 Fb_15hari 3.00 Fb_21hari 2.33 Fb_1bulan 1.67
Wilcoxon Signed Ranks Test a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa_7hari – Fa_24jam -1.633(a) .102 Fa_15hari – Fa_24jam -1.633(a) .102 Fa_21hari – Fa_24jam -1.633(a) .102 Fa_1bulan – Fa_24jam -1.633(a) .102
Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb_7hari – Fb_24jam -1.633(a) .102 Fb_15hari – Fb_24jam -1.633(a) .102 Fb_21hari – Fb_24jam -1.604(a) .109 Fb_1bulan – Fb_24jam -1.604(a) .109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Formula ab
Uji Friedman
Friedman Test N 3 Chi-Square 10.667
df 4 Asymp. Sig. .031
Mean Rank
Fab_24jam 5.00 Fab_7hari 3.00 Fab_15hari 2.33 Fab_21hari 2.33 Fab_1bulan 2.33
Wilcoxon Signed Ranks Test
a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Test Statistics(b) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab_7hari – Fab_24jam -1.604(a) .109 Fab_15hari – Fab_24jam -1.633(a) .102 Fab_21hari – Fab_24jam -1.633(a) .102 Fab_1bulan – Fab_24jam -1.633(a) .102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Menggunakan Desain Expert
a. Analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
i. Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean
square F
Value
p-value Prob >
F Model 4,92 3 1,64 0,37 0,7795
A-Lama Pencampuran 2.38 1 2,38 0,53 0,4865
B-Suhu pencampuran 1,06 1 1,06 0,24 0,6401 AB 1,48 1 1,48 0,33 0,5814
Pure Error 35,83 8 4,48 Cor Total 40,75 11
Std. Dev. 2,12 R-Squared 0.1207 Mean 21,94 Adj R-Squared -0.2090 CV % 9,64 Pred R-Squared -0.9784 PRESS 80,61 Adeq Precision 1.304
ii. Viskositas Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean
square F
Value p-value
Prob > F Model 0,057 3 0,019 1,26 0,3516
A-Lama Pencampuran 0,013 1 0,013 0,89 0,3734
B-Suhu pencampuran 0,030 1 0,030 2,00 0,1950
AB 0,013 1 0,013 0,89 0,3734 Pure Error 0,12 8 0,015 Cor Total 0,18 11
Std. Dev. 0,12 R-Squared 0,3208 Mean 1,02 Adj R-Squared 0,0660 CV % 12,05 Pred R-Squared -0,5283 PRESS 0,27 Adeq Precision 2.357
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
iii. Indeks Creaming Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean
square F Value p-value Prob > F
Model 2,74 3 0,91 1,78 0,2288 A-Lama
Pencampuran 0,65 1 0,65 1,27 0,2920
B-Suhu pencampuran 3,333E-003 1 3,333E-003 6,494E-
003 0,9378
AB 2,08 1 2,08 4,06 0,0787 Pure Error 4,11 8 0,51 Cor Total 6,85 11
Std. Dev. 0,72 R-Squared 0,4002 Mean 34,03 Adj R-Squared 0,1753 CV % 2,11 Pred R-Squared -0,3496 PRESS 9,24 Adeq Precision 3,143
iv. Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Source Sum of squares df Mean
square F
Value p-value
Prob > F Model 1405,44 3 468,48 1,01 0,4357
A-Lama Pencampuran 147,18 1 147,18 0,32 0,5880
B-Suhu pencampuran 305,56 1 305,56 0,66 0,4397
AB 952,71 1 952,71 2,06 0,1890Pure Error 3696,75 8 462,09 Cor Total 5102,19 11
Std. Dev. 21,50 R-Squared 0,2755 Mean 66,07 Adj R-Squared 0,0038 CV % 32,54 Pred R-Squared -0,6302 PRESS 8317,68 Adeq Precision 2,249
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
b. Cek Normalitas
i. Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
Residuals vs. Predicted
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Box-Cox For Power Transforms
ii. Viskositas Setelah 24 jam
Normal Plot of Residuals
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Residuals vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
iii. Indeks Creaming Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
Residuals vs. Predicted
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Box-Cox For Power Transforms
iv. Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Residuals vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 9. Dokumentasi
Ekstrak etanol buah pare
Ekstrak etanol hasil ekstraksi Ekstrak etanol dari PT. Javaplant Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare pada sinar UV 254 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare
F (1)
Fa
Fb
Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Alat-alat yang digunakan pada penelitian :
Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN)
Mikroskop MOTIC DMB3-223
Propeller mixer IKA-WERK Type RW
15 Holland Ultra Turrax Ystral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Waterbath Tamson Zoetermeer-Holland
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 30 Desember 1987 di Sambas.
Anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Petrus
Bong Fu Bun dan Ibu Susiani Tshia Miau Khoie. Penulis
“Efek Lama Dan Suhu Pencampuran Terhadap
Sifat Fisis Dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak
Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) :
Aplikasi Desain Faktorial” memulai masa studinya di
TK Amkur Sambas pada tahun 1991 sampai tahun 1993,
SD Amkur Sambas pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1999, SLTP Amkur
Sambas pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, kemudian penulis
melanjutkan sekolah di SMA Santo Bonaventura Sambas pada tahun 2002 sampai
dengan 2005 dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2005 sampai tahun 2010. Selama kuliah, penulis aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain PSF Veronika, Herbal Garden Team
(HGT), Titrasi 2007, Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi USD 2008, dan
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Botani Dasar dan Kimia Organik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI