ek4232_pph_pasal_23_-_revisi
DESCRIPTION
PajakTRANSCRIPT
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
DEFINISI
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang
dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21.
PEMOTONG DAN PENERIMA
1. PEMOTONG DAN Pemotong PPh Pasal 23:
badan pemerintah;
Wajib Pajak badan dalam negeri;
penyelenggaraan kegiatan;
bentuk usaha tetap (BUT);
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
Wajib Pajak Orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak.
2. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 23
WP dalam negeri;
BUT
OBJEK DAN TARIF
1. 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti;
hadiah penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21
2. 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa danpenghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2); dan
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
PMK 244/PMK.03/2008 Tentang Jenis Jasa Lain yang dimaksud dalam PPh Pasal 23
Jasa penilai (appraisal); Jasa aktuaris; Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporankeuangan; Jasa perancang (design); Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambanganminyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT); Jasa penunjang di bidang penambangan migas; Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidangpenambangan selain migas; Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandarudara; Jasa penebangan hutan; Jasa pengolahan limbah; Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services) Jasa perantara dan/atau keagenan;
PPh 23 mengatur pemotongan pajak ataspenghasilan WPDN dan BUT berupa
CAPITAL INCOME
SERVICE INCOME
EMPLOYMENT
&ACTIVITY INCOME
(OTHER THANOBJECTS OF
PPh 21)
INTEREST REVENUE
DIVIDEND REVENUE
ROYALTI REVENUE
RENT REVENUECAPITAL INCOME
TECHNICAL
MANAGEMENT
CONSTRUCTION
CONSULTING
OTHER SERVICES
27 CATEGORIES
SERVICE INCOME
PRIZE
BONUS
AWARD
EMPLOYMENT
&ACTIVITY INCOME
(OTHER THANOBJECTS OF
PPH 21)
BUKAN OBJEK PPh PASAL 23
Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atas:
1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usahadengan hak opsi;
3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividenyang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf i
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepadaanggotanya;
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasakeuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaanyang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
TARIF PPh UNTUK WAJIB PAJAK TANPA NPWP
Dalam hal penerima imbalan tidak memliliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%
(seratus persen) daripada tarif normal.
Pasal 23 Ayat 3
Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeridapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajakuntuk memotong pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1).
Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PejabatPembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dankonsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
Orang pribadi yang menjalankan usahayang menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeritertentu sebagaimana dimaksud dalamPasal 1 Wajib memotong PajakPenghasilan Pasal 23 atas pembayaranberupa sewa.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKNOMOR KEP - 50/PJ./1994 tentang PENUNJUKAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI TERTENTU SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
SAAT TERUTANG, PENYETORAN, DAN SPT MASA
1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu.
2. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat
tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat
terutang pajak.
3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,
paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
PPh PASAL 26
Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak
sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang
wajib membayarkan:
OBJEK PPh PASAL 26
1. dividen;
2. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan denganjaminan pengembalian utang;
3. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta;
4. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
5. hadiah dan penghargaan;
6. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
7. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
8. keuntungan karena pembebasan utang.
OBJEK PPh PASAL 26
9. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,
kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan
asuransi luar negeri dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari
perkiraan penghasilan neto.
10. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c) dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN BUT
Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua
puluh persen), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
PENGHASILAN KENA PAJAK UNTUK BENTUK USAHA TETAP
PKP Rp. 17.500.000.000.
PPh tarif 28% Rp. 4.900.000.000
Penghasilan setelah pajak Rp. 12.600.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x Rp. 12.600.000 = Rp. 2.520.000.000
Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp. 12.600.000.000
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas penghasilan tersebut
tidak dipotong PPh pasal 26 sebesar 20%.
PT ABC adalah perusahaan jasa desain interior. Pada bulan Mei 2011 mendapatkan order mendisain ruang PT Selaras dengan imbalan atas jasa tersebut sebesar Rp. 110 juta termasuk PPN. PPh Pasal 23 yang terutang adalah:
Nilai order termasuk PPN 110,000,000Rp Nilai order tanpa PPN 100,000,000 Tarif PPh Pasal 23 atas jasa 2%PPh Pasal 23 terhutang 2,000,000 Jumlah uang diterima PT ABC 98,000,000
PPh pasal 23 dipotong oleh pemberi penghasilan yaitu PT Selaras. PPh Pasal 23 terhutang menjadi kredit pajak dan dapat menjadi pengurang PPh terhutang PT ABC pada akhir tahun.
PT Ceria mempunyai kepemilikan saham sebesar 20% pada PT Anda. Pada tahun 2011, PT Anda membagi dividen kepada PT Ceria sebesar Rp. 50 juta. PPh terhutang atas penghasilan dividen tersebut adalah:
Penghasilan dividen 50,000,000Rp Tarif PPh Pasal 23 15%PPh Pasal 23 terhutang 7,500,000 Jumlah uang diterima PT Ceria 42,500,000
PPh Pasal 23 dipotong oleh pemberi penghasilan yaitu PT Anda. PPh Pasal 23 terhutang menjadi kredit pajak dan dapat menjadi pengurang PPh terhutang PT ABC pada akhir tahun.
PT Maharani selam bulan Agustus 2011 memberikan pembayaran yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 sebagai berikut. Membayar kepada KAP Purnama dan Rekan sebesar Rp. 35 juta untuk jasa audit
Jasa audit 35,000,000Rp Tarif PPh Pasal 23 2%PPh Pasal 23 terhutang 700,000 Jumlah diterima KAP Purnama 34,300,000
Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Maharani adalah Rp. 700.000. Pemotongan PPh Pasal 23 ini bersifat tidak final dan menjadi kredit pajak atau pengurang PPh terhutang bagi KAP Purnama pada akhir tahun. PT Maharani akan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 dan melaporkan pemotongan ini pada SPT Masa bulan Agustus.
Membayar sewa mesin kepada PT Machine Jaya sebesar Rp. 210 juta termasuk PPN
Pembayaran sewa termasuk PPN 210,000,000 Sewa tanpa PPN 190,909,091 Tarif PPh Pasal 23 2%PPh Pasal 23 terhutang 3,818,182 Jumlah diterima PT Machine Jaya 187,090,909
Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Maharani adalah Rp. 3.818.182. Pemotongan PPh Pasal 23 ini bersifat tidak final dan menjadi kredit pajak atau pengurang PPh terhutang bagi PT Machine Jaya pada akhir tahun. PT Maharani akan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 dan melaporkan pemotongan ini pada SPT Masa bulan Agustus.