ekoji999 edisi075-22 nov12-availabilitymanagement
TRANSCRIPT
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
HALAMAN 1 DARI 3 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012
Availability Managementoleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
EKOJI9
99 N
omor
075
, 22
Nov
embe
r 201
2
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].
Komitmen akan tersedianya selalu sumber daya teknologi informasi adalah hal utama yang harus dimiliki oleh penyelenggara layanan. Oleh karena itulah maka bentuk, ruang lingkup, dan model komitmen harus dengan jelas dide�inisikan berbasis rencana bisnis, kajian risiko, dan SLA (Service Level Agreement) atau perjanjian tingkat layanan teknologi informasi. Dalam konteks ini, hal yang harus senantiasa dide�inisikan atau dipertimbangkan adalah terkait dengan: (i) hak akses; (ii) response time; dan (iii) ketersediaan komponen/unit sistem dari hulu ke hilir (end-‐to-‐end). Untuk memastikan organisasi memenuhi kebutuhan ini, harus dipastikan adanya prosedur mengembangkan, menguji coba, dan memelihara manajemen ketersediaan sistem serta rencana kebersinambungan layanan. Disamping itu, organisasi harus dapat mengukur dan merekam kinerja ketersediaan yang dimaksud, melakukan investigasi jika terjadi gangguan pada sistem, dan mengambil aksi yang diperlukan. Jika memungkinkan, perlu pula dilakukan studi untuk memperkirakan adanya isu atau problem yang mungkin terjadi agar dapat segera dilaksanakan aktivitas pencegahannya.
Untuk mengukur dan melaporkan kinerja availabilitas atau ketersediaan kerap kali dipergunakan konsep SLA, dimana di dalam nota perjanjian yang ditandatangani antara organisasi dan penyelenggara layanan dipastikan harus ada butir-‐butir menyangkut hal-‐hal sebagai berikut:
Deskripsi dan ruang lingkup layanan, target pemangku kepentingan, model komunikasi dan sistem pelaporanDetil otoritasisasi dan jangkauan wewenangnyaValiditas periode SLA dan mekanisme perubahannyaPerkiraan anggaran dan manajemen alokasi keuangannyaTugas dan kewajiban organisasi dan penyelenggara layanan dalam berbagai halBentuk dukungan layananPanduan prioritas, analisa dampak, dan tingkat kepentingan sistemDurasi atau jam layanan, tanggal pengecualian, periode kritis, dan waktu di luar jangkauan layananBatasan beban dan kapabilitas penggunaRincian pro�il individu yang memiliki otoritas untuk beraksi dalam hal daruratRangkaian aktivitas yang harus diambil pada saat terjadi interupsi layananProses noti�ikasi dan eskalasi permasalahanJadwal interupsi yang disepakati bersamaProsedur menyatakan dan menanggapi keluhanMekanisme pemeliharaan dan jadwalnyaPengecualian yang tidak termasuk dalam SLADaftar istilah dan terminologi
Sementara itu berdasarkan SLA yang telah disepakati, aktivitas pelaporan kinerja layanan harus disepakati, dapat dipercaya, tepat waktu penyerahannya, dan akurat kontennya – karena akan dipergunakan untuk menganalisa, mengevaluasi, dan mengawasi agar dapat diambil keputusan yang memadai.
Agar tercapai sesuai dengan harapan, setiap laporan layanan harus memiliki unsur-‐unsur sebagai berikut: (i) identitas atau kode layanan; (ii) tujuan layanan; (iii) penerima layanan; (iv) rincian sumber data; (v) detil kinerja aktual dibandingkan dengan target; (vi) gambaran trend informasi; (vii) hal-‐hal yang tidak sesuai dengan aturan kepatuhan; (viii) analisa kepuasan pelanggan; dan (ix) periode dan durasi laporan.
Harap diperhatikan mengingat dalam sebuah organisasi dapat terdapat sejumlah layanan sistem dan teknologi informasi yang dimaksud, maka perlu dide�inisikan secara sungguh-‐
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
HALAMAN 2 DARI 3 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012