eksistensi kohati dalam pergerakan hmi
TRANSCRIPT
MAKALAHLATIHAN KADER KOHATI (LKK)
Arrenged by:Anita Nur Ramadhani
KORPS-HMI-WATI (KOHATI)
CABANG MAKASSAR TIMUR
2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
0 | P a g e
1. 1. Latar Belakang
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan
suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan
fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa
Indonesia, maka HmI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai.
Motivasi dan inspirasi bahwa HmI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi
sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta
bersifat independen.
Pemantapan fungsi kekaderan HmI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa
Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup
yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu
dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa
mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Dalam melakukan pergerakannya menuju mission yang diharapkan, HmI
melakukan proses pengakderan yang holistik. Entah proses maupun siapa yang
menjalani proses pengkaderan. Tidak memandang perbedaan pada hal jenis kelamin
dan aspek lainnya. Salah satu bentuk contohnya yaitu pengkaderan yang dilakukan
oleh HmI dalam tubuh KOHATI.
1 | P a g e
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui eksistensi
KOHATI dalam pergerakan HmI untuk mencapai mission HmI.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin saya angkat pada kali ini yaitu :
1. Bagaimana sebenarnya kedudukan KOHATI dalam tubuh HmI?
2. Bagaimana peran KOHATI dalam mencapai dan merefleksikan mission HmI?
BAB II
2 | P a g e
ISI
Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang
Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan
fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri
semata-mata kehadiratnya.
Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang
seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai
kebaha giaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI
menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai,
motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam
menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.
Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena
Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga
merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah
kemanusiaannya.
Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin
adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain
kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja
kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam
amal kemanusiaan inilah manusia akan dapatkan kebahagian dan kehidupan yang
3 | P a g e
sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan
dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.
Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal
saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara
benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan.
Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang
beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh).
Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia,
sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
Kedudukan KOHATI dalam tubuh HmI
Dalam jalannya roda organisasi tidak dapat dinafikkan bahwa ada kesan
dikotomik antara tubuh HmI dengan KOHATI. Seharusnya, berdasarkan pada
penjabaran di atas bahwa tidak benar bila terjadi dikotomisasi pada badan lembaga.
Dikotomisasi ini ternyata memiliki banyak implikasi negatif dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Pada dasarnya, KOHATI merupakan bagian dari HmI itu sendiri. Ex Officio
dan sifatnya yang semiotonom sangatlah menggambarkan kedudukan KOHATI
dalam struktural lembaga HmI. Di tingkat internal HmI, KOHATI berfungsi sebagai
bidang keperempuanan dan ditingkatan eksternal HmI, KOHATI ini berfungsi
sebagai organisasi keperempuanan.
4 | P a g e
Sinegritas dan relasi seperti tersebut menjelaskan bahwa kader KOHATI
tidaklah terpisah dari kader HmI. Satu kesatuan yang memiliki jalur koordinasi,
bagaikan analogi sebuah himpunan bagian dari struktural HmI itu sendiri.
Pict.1 Description of relation KOHATI-HmI
Pengaruh KOHATI dalam merefleksikan mission HmI
Penjabaran sebelumnya sudah menerangkan bahwa sahnya kader KOHATI
merupakan kader HmI juga. Dengan demikian menyebabkan konsekuensi logis
dimana arah pergerakan KOHATI tidaklah jauh dan melenceng dari gerak HmI itu
sendiri; yang mana senantiasa bergerak untuk mencapai tujuan mulia HmI yaitu
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG
BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS
TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH
SWT”.
Berlandaskan dan sesuai kutipan perkataan Rasulullah SAW bahwa salah satu
indikator keberhasilan suatu negara maka lihatlah perempuannya. Serta tidak dapat
dinafikkan bahwa perempuanlah yang menjadi tiang negara, maka HmI
5 | P a g e
HmI KOHATI
menjewantahkannya dalam konteks ke-KOHATI-an, dimana tujuan HmI ini
dikerucutkan dan difokuskan pada kader muslimah, sehingga tujuan KOHATI itu
sendiri adalah “TERBINANYA MUSLIMAH INSAN CITA”. Dalam pencapaian
muslimah insan cita ini Korps HmI-Wati yang disingkat KOHATI ini menjadi wadah
pemembinaan, pengembangan dan peningkatkan potensi HmI-wati dalam wacana dan
dinamika gerakan keperempuanan.
Adapun nilai insan cita yang diharapkan dapat melekat pada kader-kader
kohati yaitu sebagai berikut :
A. Kualitas Insan Akademis
a. Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan
kritis.
b. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui
dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya
dengan kesadaran.
c. Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan
ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja
secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai
dengan prinsip-prinsip perkembangan.
B. Kualitas Insan Pencipta
a. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar
yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang
6 | P a g e
lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah).
Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan
dan pembaharuan.
b. Bersifat independen, terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan
sikap demikian potensi, sehingga dengan demikian kreatifnya dapat
berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
c. Dengan memiliki kemampuan akademis dan mampu melaksanakan kerja
kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
C. Kualitas Insan Pengabdi
a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan ummat dan bangsa.
b. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya sanggup membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
c. Insan akdemis, pencipta dan pengabdi adalah insan yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan umat dan bangsa.
D. Kualitas Insan yang bernafaskan islam
a. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya
tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya
dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian
Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya.
Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split
7 | P a g e
personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan
dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah
suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan
umat islam Indonesia dan sebaliknya.
E. Kualitas Insan: bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT
a. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
oleh Allah SWT.
b. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar
dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
c. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-
persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d. Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk
mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
e. Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
f. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil
ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan
8 | P a g e
Pada pokoknya insan cita ini merupakan insan pelopor yaitu insan yang
berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam
bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu
perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Tipe
ideal dari hasil perkaderan HmI adalah penyuara “idea of progress” insan yang
berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan
bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia yang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).
Wewenang manusia di bidang pengetahuannya, informasi dan pandangannya,
dan di bidang keinginan dan kecenderungannya, sangat luas dan tinggi.
Pengetahuannya berangkat dari sisi eksternal sesuatu menuju sisi realitas internal
sesuatu itu, saling hubungan yang terjadi di dalam sesuatu itu, dan menuju hukum
yang mengatur sesuatu itu. Pengetahuan manusia tidak terbatas pada ruang atau
waktu tertentu. Pengetahuan manusia mengatasi batas-batas seperti itu. Dengan
maksud menguasai alam, manusia mencari tahu tentang hukum alam semesta dan
kebenaran umum yang berlaku di dunia.
Potensi yang dimiliki oleh perempuan adalah sama dengan potensi yang
dimiliki oleh kaum laki-laki dalam koridor pencapaiannya pada insan kamil. Potensi
mengakses pengetahuan dan sifat kodrati Illahiyah seperti kelemahlembutan, feminin,
dan penuh cinta yang dimiliki kaum hawa ini justru dapat menjadi “starting point”
9 | P a g e
yang baik untuk pencapaian mission HmI itu sendiri. Salah satu contoh kongkrit
adalah proses pencerdasaan dan pendidikan kritis akan jauh lebih mudah
tersampaikan jika proses penyampaiannya menggunakan metode yang penuh dengan
kelembutan dan penuh cinta.
Bayangkan jika semua perempuan di Indonesia memiliki nilai insan cita dan
sadar akan kodratnya sebagai permpuan, maka dapat dijaminkan kualitas perempuan
di Indonesia-terutama permpuan produktif- sangatlah baik. Dengan demikian kualitas
suatu negarapun akan meningkat. Namun sayangnya, konstruks sosial terkadang
membentuk bentukan pola pikir perempuan-perempuan di Indonesia untuk apatis dan
jauh dari nilai-nilai Insan cita yang diharapkan. Kesadaran kritis (yang mengutip
bahasanya Freire) serta semangat perjuangan perempuan, coba untuk dikebiri dengan
hegemoni-hegemoni kaum kapitalis yang mengiming-imingkan segalanya dengan hal
yang bersifat materiil. Bahwa sahnya doktrinisasi, akses pengeatahuan dan
pengimplementasiannya pada tataran akhlak bukanlah hal penting yang harus dimiliki
oleh kaum perempuan; sedangkan kecantikan fisik merupakan nilai jual utama kaum
perempuan belakangan ini.
Ketimpangan sosial seperti di atas sudah menjadi realitas disekitar kita.
Degradasi kualitas perempuan sudah terlihat dimana-mana. Problematika seperti ini
coba di selesaikan oleh HmI dengan adanya KOHATI. Dalam hal ini, KOHATI
berusaha untuk mengoptimalisasi dan mensinergiskan anatara iman, ilmu dan amal
kaum perempuan untuk ke depannya dapat memimpin(minimal dirinya sendiri) dan
10 | P a g e
mampu membawa perubahan menuju kesempurnaan untuk bangsa Indonesia ke
depannya.
Dengan memperhatikan perkembangan psikologi perempuan; dimana ingin
untuk selalu dihargai dan senantiasa mencurahkan rasa lemahlembutnya kepada siapa
saja, maka KOHATI dapat menjadi wadah yang sangat baik. Selain itu, proses
penyadaran kritis pun selalu dilakukan agar diharapkan perempuan-perempuan di
Indonesia sadar akan hakikat penciptaannya di dunia ini.
Adapun cara-cara yang biasa digunakan dalam KOHATI adalah proses
penyadaran kritis dan pengkajian-pengkajian ilmiah. Misalnya dalam tataran
aplikasinya sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan sadar gender sebagai salah satu pencapaian
(achievement) organisasi.
2. Merumuskan pemikiran-pemikiran kualitatif yang bermanfaat bagi kemajuan
KOHATI dan sesama organisasi perempuan lainnya, seperti pemikiran-pemikiran
tentang peningkatan kualitas kepemimpinan di kalangan perempuan, mekanisme
dan struktur organisasi yang efektif dan lain sebagainya.
3. Membuat pola perkaderan yang memandang KOHATI sebagai tempat perkaderan
HMI-wati.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan upaya bersama di
kalangan perempuan dalam menanggulangi berbagai masalah sosial.
11 | P a g e
Selain upaya mencapaian tujuan tersebut, yang terpenting selanjutnya adalah
bagaimana cara menjaga konsistensi dalam pencerminan nilai-nilai Illahiyah yang ada
pada insan cita HmI itu sendiri. Dalam konteks belakangan ini, banyak
penyimpangan-penyimpangan kelakuan yang terjadi yang menyebabkan masalah
kedepannya.
Point of view dari refleksi atau cerminan insan cita ini sendiri adalah
peningkatan kualitas hubungan transenden dan terjewantahkannya nilai-nilai illahiah
ditataran sosial masyarakat. Pengkajian ilmiah yang selalu menjadi culture kental
HmI menjadikan nilai keimanan yang tidak hanya berkualitas rendahan yang hanya
sebatas kualitas iman ‘warisan’. Keimanan yang dimiliki seharusnya dapat menjadi
patokan dasar dalam bertindak. Sehingga sinergritas iman, ilmu dan amal selalu
selaras. Keselarasan ini pula yang harus terus dijaga oleh HmI dan KOHATI agar
kadernya selalu dalam koridor kontinuitas dan konsistensi.
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Kedudukan KOHATI dalam HmI sangatlah penting dan merupakan satu
kesatuan yang bekrjasama dengan jalur koordinasi untuk mencapai tatanan insan
cita untuk kadernya.
2. Peran KOHATI dalam mencapai dan merefleksikan mission HmI adalah sebagai
jawaban kebutuhan akan wadah kaum perempuan untuk meng-upgrade kualitas
diri demi kemajuan bangsa.
3.2 Saran
Dari makalah yang singkat ini, saya menyarankan agar makalah ini
dikonsumsi sebagai mana mestinya. Dan semoga nilai-nilai Illahiah dalam makalah
ini dapat segera diterapkan pada diri masing-masing pembaca dan konsisten dalam
menjaganya.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Himpunan Mahasiswa Islam, 2008, Hasil-Hasil Kongres XXVI, Palembang.
Korps-HMI-wati, 2008, Pedoman Dasar Kohati, Palembang.
Lekachman, R., 2008, Kapitalisme; teori dan sejarah perkembangannya, Resist
Book, Jakarta.
Prastyo, Eko., 2008, Islam Agama Perlawanan, Resist Book, Jakarta.
Sobary, Moh., 1998, Diskursus Islam Sosial, Zaman Press, Bandung.
Psikologi Perkembangan
14 | P a g e